Anda di halaman 1dari 12

KONSEP SEHAT SAKIT

Pada saat ini sehat banyak diartikan dalam kadar yang normal atau lazim yang terjadi pada individu dalam arti bahwa individu tersebut tidak merasakan keluhan sebaliknya sakit diartikan suatu keadaan yang tidak normal atau lazim pada diri seseorang, misalnya adanya keluhan pusing yang tidak tertahankan, panas, dan sebagainya, sehingga pada saat itu dapat disimpulkan bahwa sehat itu bukan dari suatu penyakit. Hubungan antara sehat sakit ini penting diketahui agar ketika kita merasakan akan tanda gejala sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita. Bila memang sakit, maka kita akan segera mendapatkan pengobatan yang tepat dari ahlinya. A. PENGERTIAN SEHAT SAKIT Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam status

gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat. Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab ash-shihhah yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap badan serta bagianbagiannya (bebas dari sakit), waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit. Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna). Kedua kata ash-shihah dan alafiah sering digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa alafiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi sehat wal afiat dan artinya sehat secara sempurna. Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada UndangUndang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomisal konsep sehat, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. Mengandung 3 karakteristik: 1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.

2. 3.

Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.

Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan proses.Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya. Pender (1982), sehat adalahperwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas struktural. Paune(1983),sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care resouces) yang menjamin tindakanuntuk perawatan diri (self care actions) secara adekual. Self care resouces merupakanmencangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.Self care actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkanfungsi psikososial dan spiritual. Pemons(1972),sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Bauman(1965), seseorang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit atau tidak, yaitu: 1. 2. Adanya gejala, misalnya naiknya temperatur, nyeri. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan, seperti baik, buruk, dan sakit.

3.

Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari misalnya bekerja,sekolah. Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam

fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. 2. 3. Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan. Sebagai manifetasi keberhasilan/kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Gangguan kesehatan. Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat: a. Skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat/kesehatan seseorang. b. c. Kedudukannya: Dinamisdan bersifat individual. Jarak dalam skala ukur: Keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang lain. B. MODEL SEHAT SAKIT 1. Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman) Menurut Neuman (1990): Sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total. Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada

lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang. 2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn) Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku. Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervensi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan. Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia dan juga digunakan dalam keperawatan keluarga maupun komunitas. 3. Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.) Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara agen, pejamu, dan lingkungan. Agen merupakan berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stres) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll). Model

ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon yang dapat meningkatkan kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan lingkungannya.Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit. 4. Model Keyakinan-Kesehatan Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan. 5. Model Peningkatan-Kesehatan (Pender) Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan. Fokus dari model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor pengubah), mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit. C. VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KONSEP SEHAT SAKIT 1. Variabel yang Mempengaruhi Keyakinan dan Praktik Kesehatan a. Variabel internal 1) Tahap perkembangan

2) Latar belakang intelektual 3) Persepsi tentang fungsi 4) Faktor emosional 5) Faktor spiritual b. Variabel eksternal 1) Praktek di keluarga 2) Faktor sosio-ekonomik 3) Latar belakang budaya 2. Variabel yang Mempengaruhi Perilaku Sakit a. Variabel internal Variabel internal yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat klien sakit antara lain persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Jika klien merasa yakin bahwa gejala sakit tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, maka mereka lebih cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang gejala tersebut dapat menjadi suatu gangguan baginya. b. Variabel eksternal Yang mempengaruhi perilaku sakit klien terdiri dari gejala yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses ke dalam sistem pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial. D. TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT 1. Pencegahan Primordial

Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular dalam hubungannya dengan diet dan lain-lain. Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di negara-negara berkembang karena sering harus ada keputusan secara nasional. 2. Pencegahan Primer Bertujuan mengurangi insiden dengan mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal: Penggunaan kondom dan jarum suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi dan lain-lain. Biasanya merupakan Population Strategy sehingga secara individual gunanya sangat sedikit: Penggunaan seat-belt, program berhenti merokok dan lain-lain. 3. Pencegahan Sekunder Tujuannya untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat yang lebih serius lewat diagnosis & pengobatan yang dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan waktu didiagnosis & usaha prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan kearah buruk dapat di stop. Perlu metode yang aman & tepat untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik. Misal: Screening pada kanker serviks, pengukuran tekanan darah secara rutin dan lain-lain. 4. Pencegahan Tersier Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Misal pada rehabilitasi pasien poliomyelitis, stroke, kecelakaan dan lain-lain. E. TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT

1. Health Promotion Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan atau memelihara kesehatan, melalui: a. b. c. d. Penyuluhan/pendidikan kesehatan Rekreasi sehat Olahraga teratur Perhatian terhadp perkembangan kepribadian

2. Specific Protection Mencegah para pejamu dengan menaikkan daya tahan tubuh, melalui : a. b. c. d. Imunisasi Pelindung khusus : Helm, tutup telinga Perbaikan lingkungan Mengurangi penggunaan bahan yang membahayakan kesehatan, seperti pengawet, pewarna dan lain-lain. 3. Early Diagnosis and Prompt Treatment Dilakukan bila pejamu sakit, setidaktidaknya diduga sakit (penyakitnya masih ringan). Mencegah orang lain tertular. Misal: Case finding, skrining survei penyakit asymtomatis, deteksi dini pencemaran, dan lain-lain. 4. Disability Limitation Dilakukan pada waktu pejamu sakit/sakit berat dengan tujuan mencegah cacat lebih lanjut, fisik, sosial maupun mental. Misal: Amputasi pada ganggren karena DM, pada penyakit-penyakit menahun diatasi gangguan mental maupun sosialnya. 5. Rehabilitation

Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi dirinya sendiri, mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi/fisiologi. Misal: Fisioterapi pada kelumpuhan supaya tidak timbul kontraktur/atropi, psikoterapi pada gangguan mental, latihan keterampilan tertentu pada penderita cacat, prothesa post amputasi, penyediaan fasilitas khusus pada penderita. F. KONSEP SEHAT SAKIT 1. Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998) a. b. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan. Sehat merupakan gaya hidup, desain gaya hidup menuju pencapaian potensial tertinggi untuk sehat. c. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, here and now. d. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar. e. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan. f. Sehat adalah penerimaan terhadap diri.

Faktor pengaruh status kesehatan, antara lain: a. Perkembangan

Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia. c. Sosial dan kultural Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan. d. Pengalaman masa lalu Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya. e. Harapan seseorang tentang dirinya Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status kesehatan kearah yang optimal. f. Keturunan Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik. g. Lingkungan Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik. h. Pelayanan Pelayanan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan.

2. KonsepSakit Tahapan proses sakit yaitu : a. Tahap gejala Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala. b. Tahap asumsi terhadap sakit Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang dirasakan pada tubuhnya. c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan. d. Tahap penyembuhan Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya

kemampuan untuk beradaptasi, dimana seseorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit

Anda mungkin juga menyukai