Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian
Rubella atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Infeksi yang terjadi pada anak-anak biasanya lebih ringan dan sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Virus ini menular lewat udara. Namun Rubela yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya, sangat berbahaya. Bayi yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan beresiko cacat. Virus Rubela memiliki waktu inkubasi 2 sampai dengan 3 minggu. Rubella atau biasa disebut Campak Jerman berbeda dengan campak biasa yang hanya menyerang saluran pernapasan dan terkadang menyerang sel saraf juga. Rubella dapat menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian manifestasinya baru kebagian kulit ditandai dengan timbul bercak merah seperti campak biasa.Virus Rubella biasanya hidup didaerah tropis, subtropis, atau juga pada daerah yang memiliki musim semi. Virus ini akan mati pada suhu dingin yaitu -20 derajat celcius dan masa inkubasi virus ini dari gejala flu ringan hingga muncul bintik-bintik merah dapat terjadi pada kurun waktu 7 sampai 20 hari.Virus ini tidak memerlukan perantara dalam penularannya, tetapi melalui percikan ludah penderita atau kontak langsung dengan penderita, dapat menular lewat udara. Virus ini juga bisa menular melalui cairan tubuh seperti keringat. Jika daya tahan tubuh kuat maka virus tersebut akan mati, dan sebaliknya jika daya tahan tubuh lemah maka virus ini akan bertahan dalam tubuh.

B.Tanda dan Gejala


Tanda-tanda dan gejala Infeksi rubella dimulai dengan adanya demam ringan selama 1 atau 2 hari (99 - 100 Derajat Fajrenheit atau 37.2 - 37.8 derajat celcius) dan kelenjar getah bening yang membengkak dan perih, biasanya di bagian belakang leher atau di belakang telinga. Pada hari kedua atau ketiga, bintik-bintik (ruam) muncul di wajah dan menjalar ke arah bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajah kembali bersih dari bintik-bintik. Bintik-bintik ini biasanya menjadi tanda pertama yang dikenali oleh para orang tua. Ruam rubella dapat terlihat seperti kebanyakan ruam yang diakibatkan oleh virus lain. Terlihat sebagai titik merah atau merah muda, yang dapat berbaur menyatu menjadi sehingga terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini, kulit yang terkena kadangkala megelupas halus. Gejala lain dari rubella, yang sering ditemui pada remaja dan orang dewasa, termasuk: sakit kepala, kurang nafsu makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang membengkak di bagian lain tubuh, serta adanya rasa sakit dan bengkak pada persendian (terutama pada wanita muda). Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan

adanya gejala apa-apa. Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang potensial menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum dilahirkan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan problematika hati, limpa dan sumsum tulang. Penularan Virus rubella menular dari satu orang ke orang lain melalui sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan. Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trisemester I. mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain. Infeksi ibu pada trisemester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada organ. Menetapnya virus dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika dengan hematopoiesis ekstra meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis. Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat memperpanjang masa inkubasi. Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori : 1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu : a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul. b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal. c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri. d. Retardasi mental dan beberapa kelainan lain antara lain: e. Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash ) f. Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain 2. Extended sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental, keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi ( hipogamaglobulin ). 3. Delayed - sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus tipe-1, gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun kemudian

C.Etiologi
Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung RNA pleomorfik,yang sekarang didaftar pada famili togaviridae ,genus Rubivirus. Virus ini sferis berdiameter 50-60 nm,dan berisi asam ribonukleat helai-tunggal.Virus biasanya diisolasi pada biakan jaringan jaringan ,dan keberadaanya diperagakan oleh kemampuan sel ginjal kera hijau afrika (African Green monkey kidney) [AGMK] Terinfeksi Rubella menahan tantangan dengan enterovirus . selama penyakit klinis virus berada dalam sekresi nasovaring,darah,tinja,dan urine. Virus telah ditemukan dari nasofaring 7 hari sebelum eksantem, dan 7-8 hari sesudah menghilangnya. Penderita dengan penyakit subklinis juga infeksius.

D.Patofisiologi
Penularan virus rubella melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Infeksi terjadi melalui mukosa pencernaan bagian atas. Replikasi virus mula-mula dapat terjadi di saluran pernafasan diikuti dengan perkembangbiakan dalam kelenjar getah bening servikal. Viremia timbul setelah 5-7 hari dan berangsung hingga timbul antibodi pada sekitar hari ke-13 hingga ke-15. Timbulnya antibodi berbarengan dengan timbulnya ruam. Setelah timbul ruam, virus hanya dapat tetap dideteksi dalam nasofaring. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremiafetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30-50 % dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10%. Dengan demikian bayi-bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut

E.Klasifikasi
Klasifikasi RubellaTerdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu : a. HSV1 Asimtomatik dan hampir berada dimana-mana, bagian yang palingdisukai adalah lendir mukosa dimata dan mulut, hidung dan telinga.Berupa vesikel-visekel kecil terbesar. Virus ini ditularkan melalui infeksiprimer pada saluran perbafasan. b. HSV 2Bagian yang paling disukai adalah pada alat kelamin dan perinatal,berupa bercak vesikel tebal, besar dan berpusat

F.Penatalaksana Medik Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberianvaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yangdilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisaseumur hidup.Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanitayang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanitayang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin.hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkandapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang G.Manifestasi Klinik 1. Demam ringan (Jarang >38,4 C) 2. Merasa mengantuk 3. Sakit tenggorok 4. Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepatdari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat 5. Kelenjar leher membengkak 6. durasi 35 hari H.KOMPLIKASI Komplikasi rubella umumnya jarang dijumpai pada anak-anak, beberapa kasus dapat disertai:Neuritis,arthiritis, dan purpura trombositopenik Komplikasi pada masa kehamilan :anomaly cogenital berat.syndrom rubella cogenital merupakan penyakit menular aktif dengan keterlibatan multysistem,spectrum ekspresi klinis luas dan periode aktif pasca lahir dengan pelepasan virus lama. I.PEMERIKSAAN PENUNJANG a) Hematologic:leucopenia,limfositosis relativ dan trombositopeni a ringan b) Imunoserologis :peningkatan titer antibody 4x pada hemaglutation inhibition test (HAR) atau ditemukan antibody IgM spesifik untuk rubella dengan indeks >1 c) Laboratorium : hemaglutinasi pasif hasil,bila terdapat aglutinasi maka terdapat antibodi spesifik terhadap rubella d) Uji hemolisis radial hasil : zona >5mm pada lempengan tes menunjukan adanya imunitas antibodi terhadap virus rubella (Zona hemolisis pada lempengan konterol terentang antara 3,5-5mm)

J. Diagnosis
Untuk mendiagnosa pasti suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus, hanya saja ini sulit dilakukan dan biayanya juga mahal atau dapat pula dengan titer antibodi. Tes yang biasa dilakukan adalah tes ELISA untuk antibodi IgG dan IgM. Antibodi rubella dapat

ditemukan pada hari kedua ruam dan mengalami peningkatan pada hari 10 21. biopsy jaringan atau darah dan CSF dapat pula digunakan untuk menunjukkan adanya antigen rubella dengan antibodi monoklonal dan untuk mendeteksi RNA rubella dengan hibridisasi dan reaksi polymerase berantai dari tempat asal.

K.Diagnosis Banding
Karena gejala serupa dan ruam dapat terjadi pada banyak infeksi virus yang lain, rubella merupakaan penyakit yang sukar untuk didiagnosis secara klinis kecuali bila penderita ditemukan selama epidemi. Riwayat telah mendapat rubella atau vaksin rubella tidak dapat dipercaya, Imunitas harus ditentukan dengan uji untuk antibodi. Terutama pada bentuk lebih berat, rubella dapat terancukan dengan tipe dernam skarlet dan rubeola ringan. Roseola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari rubella oleh keparahan demamnya dan oleh munculnya ruam pada akhir episode demam bukannya pada saat gejala-gejala dan tanda-tandanya sedang naik. Ruam karena obat mungkin sangat sukar dibedakan dari rubella. Pembesaran khas limfonodi sangat mendukung diagnosis rubella. Pada mononukleosis infeksiosa ruam dapat terjadi menverupai ruam rubella, dan pembesaran limfonodi pada setiap penyakit dapat menimbulkan kerancuan. Tanda-tanda hematologik mononukleosis infeksiosa akan cukup membedakan dua penyakit tersebut. Infeksi enterovirus yang disertai dengan ruam dapat dibedakan dari beberapa keadaan pada manifestasi pernafasan atau saluran cerna dan tidak adanya adenopati retroaurikuler. L.PENATALAKSANAAN a) Jika tidak terjadi kompikasi bakteri,pengobatan adalah simptomatis. Adamantanamin hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan invitro dalam menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakan. b) Upaya untuk mengobati anak yang menderita rubella cogenital dengan obat ini tidak berhasil,karena amantadin tidak dianjurkan untuk wanita hamil,penggunaanya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan dengan hasil yang terbatas c) Pada bayi yang dilakukan tergantung pada organ yang terkena :gangguan pendengaran diatasi dengan pemakaian alat bantu dengar,terapi wicara dan memasukan anak kesekolah khusus.lesi jantung diatasi dengan pembedahan,gangguan penglihatansebaiknya diobati agar penglihata anak berada pada ketajaman yang terbaik,jika keterbelakangan mentalnya sangat berat ,mungkin anak perlu dimasukan ke institusi khusus

M. Pencegahan Dan Penanganan

Imunisasi MMR pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak=-kanak. Vaksin MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk rubella. Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan. Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi penyinaran. Penanganan Rubella tidak dapat ditangani dengan antibiotik karena AB tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus Wanita hamil yang terkena rubella harus segera menghubungi dokter spesialis. *Penanganan di rumah Rubella biasanya penyakit yang ringan, terutama pada anak-anak dan hanya membutuhkan penanganan kecil di rumah. Awasi suhu badan anak dan hubungi dokter jika demamnya meninggi Untuk mengurangi keyidak nyamanan, balita dapat diberikan acetaminophen atau ibuprofen. Cegah penggunaan aspirin kepada anak-anak yang terkena infeksi virus karena penggunaan aspirin pada kasus tersebut dicurigai menyebabkan terjadinya sindrom Reye, yang dapat menyebabkan kegagalan hati dan kematian.

N.ASUHAN KEPERAWATAN RUBELLA


a) Pengkajian

DAFTAR PUSTAKA kumpulantipskesehatan9.blogspot.com/2012/10/standar-pelaksanaan-rubella.html?m.1 massaidi.blogspot.com/2012/08/pencegahan-dan-penanganan-rubella.html?m.1 http://www.sidenreng.com/2008/05/rubella/ Mercurio MG, Elewski BE. Cutaneous manifestations of systemic viral, bacterial, and fungal infections and protozoal disease. In: Dermatologic Signs of Internal Disease. 2nd ed. 1995:254. Molina IB, Mendoza LO, Palma MA. Congenital rubella syndrome surveillance in Honduras. J Infect Dis. Sep 1 2011;204 Suppl 2:S637-41. CDC. Elimination of rubella and congenital rubella syndromeUnited States, 19692004.MMWR Morb Mortal Wkly Rep. Mar 25 2005;54(11):279-82. McElroy R, Laskin M, Jiang D, Shah R, Ray JG. Rates of rubella immunity among immigrant and non-immigrant pregnant women. J Obstet Gynaecol Can. May 2009;31(5):409-13.

Anda mungkin juga menyukai