Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Masa ini adalah masa yang sulit bagi setiap orang meskipun tingkat kesulitannya berbeda. Sifat dasar dari fase remaja ini adalah memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi dan keinginan untuk mencoba hal-hal yang baru bagi dirinya. Lingkungan yang kurang baik dapat menyebabkan para remaja menyalurkan sifat dasar mereka dalam bentuk kenakalan remaja. Belakangan ini banyak aktivitas yang mengarah pada kegiatan kelompok yang mengacu pada minat yang sama. Jika berada dalam koridor positif, maka akan positif pula hasilnya. Namun persoalannya adalah pada usia yang labil kecenderungan ini masih bercabang pada kemungkinan positif dan negatif. Negatif mengarah pada tindakan destruktif, dan geng motor adalah salah satu bentuk kenakalan tersebut. Awalnya geng motor merupakan kumpulan anak-anak remaja yang memiliki kesenangan yang sama yaitu kebut-kebutan menggunakan sepeda motor tanpa pengaman dan tidak terdaftar di kepolisian. Sering melakukan balapan liar di jalan raya. Kebanyakan geng motor ini berawal dari pertemanan biasa para remaja yang menjadi anggotanya. Namun pada perkembangannya, geng motor tidak hanya senang dengan kebut-kebutan dan balap liar, tetapi juga mulai melakukan hal-hal yang meresahkan masyarakat dan melakukan tindak kriminal dengan alasan untuk eksistensi nama gengnya seperti tawuran, pengeroyokan, melakukan konvoi yang meresahkan masyarakat, melakukan aksi terror terhadap geng lain, penjarahan, dan lain-lain. Adapun kelompok-kelompok yang senang dengan sepeda motor di antaranya adalah klub motor dan komunitas motor namun kelompok ini sebagian besar merupakan kelompok yang telah terdaftar di kepolisian maupun di masyarakat. Permasalahan yang perlu diangkat dari keberadaan geng motor ini adalah para anggota yang kebanyakan merupakan anak-anak remaja yang masih bersekolah mulai dari usia remaja sampai dewasa awal, yang biasanya berada pada tingkat SMP sampai kuliah. Jumlah keanggotaan dari geng ini terus bertambah dengan cepat dan menyebar ke berbagai wilayah disekitar Kota Bandung meskipun organisasi induknya tetap berada di Kota Bandung. Banyak alasan dari para remaja ini untuk mengikuti geng motor, antara lain karena senang dengan kebut-kebutan, mengikuti idolanya, ajakan teman, tidak percaya diri, ingin berkuasa dan terkenal diantara teman-temannya, hubungan keluarga yang memiliki masalah, serta keingintahuan yang besar mengenai gengster. Saat ini pihak kepolisian terus berupaya untuk memberantas geng motor dengan berbagai cara, diantaranya memasang spanduk anti geng motor di beberapa ruas jalan, melakukan penyuluhan ke sekolah menengah pertama dan menengah atas, melakukan razia geng motor di jalan raya, menjatuhkan hukuman yang sama dengan orang dewasa kepada remaja anggota geng motor yang melakukan tindak kriminal seperti hukuman penjara dan tembak ditempat, serta mengadakan apel pembubaran geng motor. Masyarakat yang telah dibuat resah oleh keberadaan geng motor sangat mendukung tindakan polisi kepada anggota geng motor tersebut, mereka menyambut baik aksi pembubaran geng motor meskipun masih menyangsikan akan kebenaran bubarnya geng motor ini. Masyarakat di beberapa kawasan kota dan kabupaten Bandung juga membuat spanduk yang inti pesannya menentang kegiatan kekerasan geng motor. Ada juga beberapa anggota masyarakat yang menginginkan jika

ada anggota geng motor yang terbukti melakukan tindak kriminal agar langsung ditembak di tempat saja untuk membuat jera remaja yang menjadi anggota geng motor tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan pihak kepolisian dan warga masyarakat memang membuat masyarakat merasa lebih aman tetapi bagi para anggota geng motor yang merupakan remaja yang perlu bimbingan dan pendekatan khusus tentu merupakan masalah baru, karena menjadi anggota geng motor merupakan salah satu bentuk pelarian dari masalah mereka. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengamankan keadaan perlu dibuat tidak hanya berpihak kepada kepentingan masyarakat saja tetapi anggota geng motor juga harus diperhatikan mengingat mereka masih remaja. Penanganan yang tepat yaitu sesuai dengan tingkat kejahatan dan mempertimbangkan umur sangat diperlukan untuk kepentingan masa depan mereka.

B. RUMUSAN MASALAH Adapun masalah yang timbul dari penelitian ini adalah : a) Apa faktor-faktor penyebab timbulnya geng motor? b) Upaya apa yang dilakukan untuk menanggulangi kekerasan geng motor? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya geng motor. b) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kekerasan geng motor.. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a) Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang faktor-faktor tentang keberadaan geng motor. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

b) Manfaat Praktis Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pihak kepolisian khususnya dalam memberikan informasi tentang upaya-upaya penanggulangan tentang geng motor dalam masyarakat. Manfaat bagi Penulis : Karya Tulis Ilmiah ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan Geng Motor sehingga nantinya akan dapat dijadikan acuan untuk reverensi penelitian tentang seluk-beluk geng motor. Manfaat Bagi Kepolisian : Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Keamanan dari Kepolisian, khususnya dalam memberikan informasi dan meminimalisir keberadaan geng motor .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI GENG MOTOR

Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif dengan paguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis. Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanyakeyakinan/anggapan/perasaan bersama (collective belief). Keyakinan bersama itu bisa berbentuk, katakanlah, siapa yang cenderung dipersepsi sebagai maling (dan oleh karenanya diyakini pantas untuk dipukuli) ; atau situasi apa yang mengindikasikan adanya kejahatan (yang lalu diyakini pula untuk ditindaklanjuti dengan tindakan untuk, katakanlah, melawan). Geng delinquen banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar, dan bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan dalam bentuk pencurian, perusakan milik orang lain, dengan sengaja melanggar dan menentang otoritas orang dewasa serta moralitas yang konvensional, melakukan tindakan kekerasan meneror lingkungan, dan lain-lain. Pada umumnya anak-anak remaja ini sangat agresif sifatnya, suka berbaku hantam dengan siapa pun tanpa suatu sebab yang jelas, dengan tujuan sekedar untuk mengukur kekuatan kelompok sendiri, serta membuat onar di tengah lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, ciri-ciri karakteristik geng diantaranya yaitu : Jumlah anggotanya sekitar antara 3-40 anak remaja, jarang beranggotakan lebih dari 50 orang anak remaja; anggota geng lebih banyak terdiri dari anak-anak laki-laki ketimbang anak perempuan, walaupun ada juga anak perempuan yang ada di dalamnya. Keberadaan gerombolan atau geng motor akhir-akhir ini semakin meresahkan masyarakat. Aksi kekerasan dan kriminal yang diduga dilakukan parah anggota geng motor semakin sering terjadi di berbagai wilayah Kota. Diperlukan ketegasan aparat keamanan untuk menghentikan aksi geng motor tersebut. Berdasakan hal tersebut, tentang wujud perilaku delinkuen yang erat kaitannya dengan dampak dari 1 maraknya geng motor. Wujud perilaku delinkuen ini yaitu : Kebut-kebutan di jalanan yang menggangu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri dan orang lain; Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan ketentraman milieu sekitar. Tngkah ini bersumber pada kelebihan energi dan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan meneror lingkungan; Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, antara suku (tawuran), sehingga membawa korban jiwa; Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen kedurjanaan dan tindakan asusila;

Kartini Kartono (Yamil Anwar Adang 2010:394

Kriminalitas anak, dan adolesens antara lain berupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang, merampok, menggarong, melakukan pembunuhan, dengan jalan menyembelih korbannya, mencekik, meracun, tindak kekerasan, dan pelanggaran lainnya; Berpesta pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas, atau (mabuk-mabukan hemat dan menimbulkan keadaan yang kacau balau) yang menggangu lingkungan; Perkosaan, agresivitas seksual, dan pembunuhan dengan motif seksual atau didorong oleh raeksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior, menuntut pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seseorang wanita, dan lain-lain. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius, drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan. Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tedeng alingaling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar; Homoseksualitas, erotisme, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada anak remaja disertai dengan sadistis. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan ekses kriminalitas; Komersialitas seks, pengguguran kandungan oleh gadis-gadis delinkuen, dan pembunuhan bayi-bayi oleh ibi-ibu yang tidak kawin; Tindakan radikal dan ekstrem, dengan cara kekerasan, penculikan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja; Perbuatan asosial dan anti asosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan dan remaja psikopatik, psikotik, neurotik, dan menderita gangguan kejiwaan lainnya; Tindak kejahatan disebabkan oleh penyakit tidur (encephalitis lethargical) dan ledakan meningitis serta post-encephalitics, juga luka di kepala dengan kerusakan pada otak ada kalanya membuatkan kerusakan mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan kontrol diri; Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan karena organ-organ yang inferior.

Dari segi sosiologi dan hukum, geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tetapi hubungannya negatif dengan tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis. Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya keyakinan/anggapan/perasaan bersama ( collective belief). Para pelaku geng motor memang sudah terbiasa untuk melanggar hukum. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka mewajarkannya sebagai salah satu upaya mencari jati diri dengan melanggar kaidah hukum. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan dan perlu penyikapan yang bijaksana. Dalam konteks penanganan kejahatan yang dilakukan anak-anak dan remaja masih diperdebatkan apakah sistem peradilan pidana harus dikedepankan atau penyelesaian masalah secara musyawarah (out of court settlement) tanpa bersentuhan dengan sistem peradilan pidana yang lebih dominan walaupun dalam sistem hukum pidana positif Indonesia, penyelesaian perkara pidana tidak mengenal musyawarah.

Hal-hal yang membedakan geng motor, club motor, dan motor community yaitu : Sekarang geng motor sudah berada dalam taraf berbahaya, tak segan mereka tawuran dan tak merasa berdosa para geng tersebut melakukan tindakan kekerasan. Club motor biasanya beranggotakan oleh orang-orang yang mempunyai hobi motor. Biasanya berada dibawah bendera pabrikan motor dan mempunyai nama dengan embelembel pabrikan. Kegiatan club motor lebih mendasar ke arah kampanye safety riding dan kegiatan sosial. Komunitas motor memang tidak jauh beda dengan club motor, sama-sama tidak melakukan kegiatan yang berbauh rusuh dan tawuran. Namun dari segi peraturan dan safety riding, komunitas motor berbeda jelas dan hanya lebih mengandalkan kegiatan touring tanpa embelembel dari pabrikan motor

B. FAKTOR-FAKTOR ADANYA GENG MOTOR Kejahatan Kekerasan adalah fenomena sosial yang mengganggu kehidupan manusia dan keberadaannya tidak dapat dihindari. Demikian pula kejahatan kekerasan yang di lakukan oleh anggota geng motor yang merupakan suatu bentuk fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah : Faktor internal: 1) Krisis identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. 2) Kontrol diri yang lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Faktor eksternal: 1) Keluarga Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan

anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. 2) Teman sebaya yang kurang baik 3) Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik 4) Pendidikan. Faktor pendidikan dalam hal ini memang memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, tidak menutup kemungkinan berbagai tindak kejahatan dilatar belakangi rendahnya pendidikan dari pelakunya. Hal ini pula yang terjadi di wilayah penelitian penulis yakni di wilayah rawan konflik kota Makassar. Dari data yang berhasil diperoleh ternyata persentase tingkat pendidikan di lokasi penelitian kejahatan kekerasan anggota geng motor rendah. Rendahnya tingkat pendidikan di wilayah ini merupakan indikasi utama gampangnya orang terprovokasi untuk melakukan tindak kejahatan terkhusus dalam hal ini kejahatan kekerasan anggota geng motor. Latar belakang pendidikan yang minim membuat setiap individu (mayoritas) di wilayah rawan perkelahian sangat sulit menerima berbagai saran-saran yang positif dan lebih cendrung melanggar berbagai aturan yang berlaku. Tidak adanya basic pendidikan agama dan moral membuat tingkat pengendalian emosional setiap individu sangat rendah sehingga gampang dihasut atau di provokasi. 5) Lingkungan Lingkungan juga berperan aktif dalam menciptakan pelaku-pelaku dari kekerasan anggota geng motor tersebut. Lingkungan yang kumuh dan terpencil membuat wilayah itu rawan terhadap berbagai bentuk tindakan kriminal seperti pencurian, perusakan, hingga pembunuhan, serta tindakantindakan amoral. Menurut teori ini yang biasa juga disebut sebagai mazhab perancis mengatakan bahwa : Seseorang melakukan kejahatan karena dipengaruhi oleh faktor di sekitarannya/lingkungannya, baik lingkungan keluarga, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan termasuk dengan pertahanan dengan dunia luar, serta penemuan teknologi. C. UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN 1) Upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam mengurangi tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng motor, yaitu dengan : a) Melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang sanksi hukum terhadap perilaku kriminal.

b) Membuat pos jaga di sekitar wilayah rawan tindak kriminal utamanya tindak kekerasan anggota geng motor. c) Memediatori upaya perdamaian kedua belah pihak yang bertikai. d) Upaya menciptakan penokohan dalam masyarakat 2) Kendala Dalam Upaya Meminimalisir Terjadinya Perkelahian Antar Kelompok, yaitu : a) Tak adanya tokoh masyarakat yang disegani. b) Masyarakat sekitar cenderung bersikap pasif ketika terjadi tindakan kekerasan anggota geng motor di wilayahnya dikarenakan takut menjadi sasaran pelaku. c) Aparat keamanan sudah tidak ada lagi di tengah-tengah masyarakat. d) Tingkat pendidikan yang minim membuat upaya penyuluhan-penyuluhan oleh pihak aparatur negara tidak membuahkan hasil. e) Masih tingginya tingkat penyebaran dan mengkonsumsi minuman keras. 3) Solusi dalam upaya meminimalisir tindak kejahatan kekerasan anggota geng motor. Ada beberapa langkah preventif yang dapat dilakukan guna mengurangi tingkat kejahatan, yang meliputi : a) Meningkatkan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan. b) Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan. c) Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum rakyat. d) Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk lebih meningkatkan tindakan represif maupun prevenbtif. e) Meningkatkan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para pelaksana penegak hukum.

DAFTAR PUSTAKA Abdussalam. 2007. Prospek Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Restu Agung. Topo santoso. 2001. Kriminologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Yasmin Anwar Adang. 2010. Kriminoligi. PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai