Anda di halaman 1dari 63

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG

OLEH TITUK INDRAWATI H14094013

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN

TITUK INDRAWATI. Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang (dibimbing oleh SRI MULATSIH).

Keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah serta diperlukan perencanaan pembangunan yang menyeluruh dan terkoordinasi antar sektor. Perencanaan pembangunan disini bertujuan untuk mengukur efisiensi kinerja pemerintah daerah dalam memanfaatkan wewenang dan mengolah sumber keuangan daerah untuk mendorong dan meningkatkan proses pembangunan wilayah dan ekonomi. Untuk itu dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan pembangunan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara kepentingan ekonomi yang berkelanjutan dan kepentingan kelompok di masyarakat, sehingga menggunakan prinsip kebersamaan dalam pembangunan dan pemanfaatan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur ekonomi yang ada di Kota Pangkalpinang baik dari segi output, nilai tambah, permintaan dan penawaran maupun dari permintaan akhir. Menganalisis sektor ekonomi yang menjadi kunci atau unggulan dan dampaknya bagi perekonomian Kota Pangkalpinang dalam memprioritaskan pembangunan daerah supaya dapat bersaing di perekonomian nasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang ada pada tabel Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007, data PDRB Lapangan Usaha dan Penggunaan Kota Pangkalpinang Tahun 2007-2008, serta data-data sekunder lain yang relevan dengan tujuan penelitian skripsi ini. Hasil dari penelitian ini adalah sektor-sektor yang memiliki peranan besar dalam perekonomian Kota Pangkalpinang yang dilihat dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah terbesar dari keseluruhan sektor ekonomi. Sektor tersebut disebut juga dengan sektor-sektor kunci (key sectors) yang terdiri dari sektor Perdagangan, Bangunan, Pemerintahan Umum & Pertahanan dan Angkutan Jalan Raya. Namun jika dilihat dari analisis keterkaitan yaitu dari nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan yang berada diatas rata-rata daya penyebaran dan derajat kepekaan secara keseluruhan, maka sektor yang menjadi kunci adalah sektor Bangunan dan Angkutan Jalan Raya. Sehingga disimpulkan bahwa yang menjadi unggulan di Kota Pangkalpinang adalah keempat sektor pertama yang telah disebutkan di atas. Melalui analisis dampak sektor-sektor tersebut diperoleh bahwa keempat sektor tersebut mempengaruhi penciptaan output dan nilai tambah yang besar diakibatkan oleh komponen-komponen permintaan akhir diantaranya adalah konsumsi rumahtangga, pemerintah, PMTB, perubahan stok dan ekspor. Serta keempat sektor tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri di Kota Pangkalpinang bahkan di ekspor keluar daerah sehingga tidak

memiliki ketergantungan untuk mengimpor dari daerah lain. Namun begitu dalam membangun daerah dan ekonomi sebaiknya juga menyertakan sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan seperti, industri pengolahan, usaha persewaan dan jasa-jasa khususnya hiburan dan rekreasi.

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG

Oleh Tituk Indrawati H14094013

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Nomor Registrasi Pokok Program Studi Judul Skripsi : Tituk Indrawati : H14094013 : Ilmu Ekonomi : Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP.19641022 198903 1 003 Tanggal Lulus :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Oktober 2009

Tituk Indrawati H14094013

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tituk Indrawati yang lahir pada tanggal 31 Maret 1980 di Bekasi Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Darwadji Moertopo PA dan Roeslinati. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Angkasa IX Halim Perdanakusuma Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 81 Lubang Buaya Jakarta Timur dan lulus tahun 1995. Tiga tahun kemudian pada tahun 1998 penulis menamatkan pendidikannya di SMU Negeri 81 Duren Sawit Jakarta Timur. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta Timur dan lulus dengan ijazah Diploma IV dan gelar sebagai Sarjana Sains Terapan (SST) pada tahun 2002. Sekarang penulis sedang melalui Program Alih Jenjang S1 sebagai salah satu syarat melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Mayor Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang. Skripsi ini merupakan laporan tugas akhir Program Alih Jenjang S1 sebagai salah satu syarat melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Mayor Ilmu Ekonomi IPB. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Drs.H. Syafril, selaku Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah di IPB. 2. Dedi Budiman Hakim, Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi 3. Dr. Ir Sri Mulatsih, M.Sc. Agr., yang telah memberikan bimbingan dan arahan sampai dengan selesainya skripsi ini. 4. Teman-teman penulis yang ikut memberikan sumbangsih ide, pikiran serta saran dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Program Alih Jenjang S1 dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis pribadi dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Oktober 2009

Tituk Indrawati H14094013

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ..... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.. I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang .. 1.2. Permasalahan 1.3. Tujuan Penelitian .. 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 2.1. Definisi Pembangunan .. 2.2. Teori Pembangunan Daerah 2.3. Sektor Unggulan ... 2.4. Konsep Model Input-Output . 2.5. Konsep Analisis Keterkaitan 2.6. Konsep Analisis Dampak . 2.7. Penelitian Terdahulu . 2.8. Kerangka Pemikiran . III. METODOLOGI PENELITIAN . 3.1. Jenis dan Sumber Data . 3.2. Analisis Keterkaitan . 3.3. Analisis Dampak .. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .. 4.1. Profil Kota Pangkalpinang 4.2. Kondisi Perekonomian . 4.2.1. Struktur Penawaran dan Permintaan 4.2.2. Struktur Permintaan Akhir ... ix xi xii xiii 1 1 3 4 4 5 6 6 7 8 10 15 16 16 17 19 19 19 22 26 26 26 26 28

4.3. Sektor Unggulan .. 4.3.1. Struktur Output dan Nilai Tambah .. 4.3.2. Analisis Keterkaitan. 4.4.Analisis Dampak 4.4.1. Dampak Output 4.4.2. Dampak Nilai Tambah Bruto . 4.4.3. Dampak Kebutuhan Impor .. V. KESIMPULAN DAN SARAN .. 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran . DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

30 30 33 37 38 39 40 42 42 43 44 45

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

4.1. Struktur Permintaan dan Penawaran Kota Pangkalpinang Tahun 2007 27 4.2. Komposisi Permintaan Akhir Dirinci Menurut Komponen Kota Pangkalpinang Tahun 2007 . 28 4.3. Lima Sektor Penghasil Output Terbesar Kota Pangkalpinang Tahun 2007 31 4.4. Lima Sektor Penghasil Nilai Tambah Terbesar Kota Pangkalpinang Tahun 2007 . 32 4.5. Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Indeks Daya Penyebaran Tertinggi 34 4.6. Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Indeks Derajat Kepekaan Tertinggi ... 36

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman 12 18

2.1. Ilustrasi Tabel Input-Output 2.2. Kerangka Pemikiran ..

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1 2 3

Halaman

Struktur Permintaan dan Penawaran Seluruh Sektor Ekonomi 46 Struktur Permintaan Akhir Seluruh Sektor Ekonomi .. 47 Dampak Output Yang Tercipta Akibat Pengaruh Permintaan Akhir Di Kota Pangkalpinang 48

Dampak Nilai Tambah Yang Tercipta Akibat Pengaruh Permintaan Akhir Di Kota Pangkalpinang 49

Dampak Kebutuhan Impor Yang Tercipta Akibat Pengaruh Permintaan Akhir Di Kota Pangkalpinang .. 50

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia yang semakin maju, Indonesia dituntut untuk melakukan pembangunan di segala bidang dan di berbagai tempat. Salah satunya dilakukan di daerah, karena pada hakekatnya pembangunan di daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang membangun seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan pembangunan di daerah dilakukan dalam rangka meniadakan ketimpangan dan menyamakan serta memadukan seluruh kegiatan. Sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui pembangunan yang menyeluruh pada tiap sektor. Keberhasilan suatu pembangunan di daerah dapat dilihat dari berbagai aspek, utamanya dapat dilihat dari pertumbuhan perekonomian daerah tersebut, serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya baik primer maupun sekunder. Dengan disesuaikan pada kondisi dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah serta perencanaan pembangunan yang terkoordinasi antar sektor dan lapisan masyarakat. Perencanaan pembangunan ini bertujuan untuk menganalisis secara menyeluruh tentang potensi yang dimiliki serta sumber daya yang diperlukan dalam melakukan pembangunan. Membantu mengetahui keterbatasan sumber daya baik sumber daya alam, manusia maupun financial sehingga lebih mengembangkan potensi daerah dengan tujuan menggerakkan seluruh perekonomian untuk memacu laju pembangunan suatu daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 sesuai dengan Undang-undang No. 22 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang

No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pemerintahan dan pembangunan daerah diseluruh nusantara telah memasuki era baru yaitu era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Sehingga Pemerintah Daerah diberikan wewenang dan sumber keuangan baru dalam mendorong proses pembangunan didaerahnya masing-masing yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan nasional Indonesia secara keseluruhan (Sjafrizal, 2008). Otonomi daerah pada kenyataanya memunculkan beberapa permasalahan yang disebabkan perencanaan pembangunan di masing-masing daerah berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi dan tanpa dilakukan pengawasan pemerintah daerah. Sehingga dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan

pembangunan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara kepentingan ekonomi yang berkelanjutan dan kepentingan kelompok di masyarakat, sehingga menggunakan prinsip kebersamaan dalam pembangunan dan pemanfaatan bersama. Kota Pangkalpinang merupakan daerah lama namun baru menjadi ibukota provinsi pada tahun 2000 yaitu dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sehingga pembangunan ekonominya terus meningkat sejak tahun tersebut, semakin kompleks dan saling terkait antara sektor yang satu dengan lainnya. Peningkatan perekonomiannya dapat terlihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang semakin meningkat nilainya dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 dan 2008, terjadi pertumbuhan PDRB sebesar 4.97 dan 5.12 persen atau mencapai hingga 2 trilyun rupiah.

Untuk lebih meningkatkan pembangunan baik ekonomi maupun manusianya diperlukan suatu gambaran yang dapat memperlihatkan keterkaitan yang terjadi pada setiap sektor ekonomi, identifikasi sektor unggulan dan dampak yang ditimbulkan dari sektor-sektor tersebut. Agar perencanaan pembangunan yang disusun dapat lebih terarah dan tepat sasaran sehingga dapat memicu pergerakkan ekonomi dan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.

1.2. Permasalahan Pembangunan dalam kerangka otonomi daerah menyebabkan biaya pembangunan yang ditanggung oleh setiap daerah berbeda, dan dilakukan tanpa adanya koordinasi dan pengawasan dari pemerintah daerah dan pusat. Sehingga pembangunan tersebut tidak terencana dan tepat sasaran serta terkadang dilakukan tanpa menghasilkan suatu manfaat. Pada penulisan ini akan dilihat pada pembangunan yang dilakukan Kota Pangkalpinang dengan pendekatan kondisi perekonomiannya serta sektor-sektor yang menjadi penggerak ekonomi yaitu sektor yang mempunyai peranan besar dalam memproduksi barang dan jasa, penciptaan pendapatan serta adanya usaha mendorong (interaksi) kegiatan ekonomi sektor lainnya. Adapun permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, adalah : 1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kota Pangkalpinang dalam memfokuskan pembangunan daerah agar dapat bersaing di perekonomian nasional?

2. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor-sektor unggulan tersebut pada keterkaitan ke depan, ke belakang serta pada penciptaan output, nilai tambah dan kebutuhan impor?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menentukan dan menganalisis sektor-sektor unggulan di Kota

Pangkalpinang dalam memfokuskan pembangunan daerah agar dapat bersaing di perekonomian nasional. 2. Menganalisis dampak pembangunan ekonomi yang ditimbulkan oleh sektorsektor unggulan tersebut dengan melihat keterkaitan kedepan dan kebelakang serta terhadap output, nilai tambah dan kebutuhan impor.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah dan instansi-instansi terkait, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan dalam rangka perencanaan pembangunan daerah, dalam hal ini pembangunan ekonomi di Kota Pangkalpinang agar lebih terarah dan berkesinambungan.

2. Hasil penelitian ini juga sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam kaitan dengan perekonomian daerah Kota Pangkalpinang.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kota Pangkalpinang yang terbentuk sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 25 Februari 2003 sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2003 tentang Penetapan Ibukota Provinsi Baru dengan luas wilayah 89.40 km2 dan terbagi atas 5 kecamatan. Penelitian ini difokuskan pada pendekatan sektoral, yaitu seluruh kegiatan ekonomi didalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Pengelompokkan sektor ini dengan memperhatikan tehnologi pembuatan dan prospek masa depan dari peranan dan kegunaan setiap produk dalam kegiatan perekonomian secara menyeluruh, dalam hal ini terbagi atas 40 sektor. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis keterkaitan, analisis dampak output, nilai tambah dan kebutuhan impor pada metode analisis Input Output.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Definisi Pembangunan Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin (melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional) demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik (Todaro dan Stephen, 2006). Dengan memiliki minimal tiga tujuan inti sebagai berikut : 1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan serta perlindungan keamanan, 2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya memperbaiki kesejahteraan materi melainkan juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan. 3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan

sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap seseorang atau bangsa-bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

2.2. Teori Pembangunan Daerah Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional sebagai usaha yang terencana dalam meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga dapat tercipta suatu kemampuan yang andal dan professional dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna tepat dan berhasil meningkatkan kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya tata kepemerintahan yang baik. Pembangunan daerah juga merupakan upaya dalam memberdayakan masyarakat daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram, dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat dan harga diri, sesuai dengan tujuan inti dari pembangunan (Todaro dan Stephen, 2006). Pembangunan daerah dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah tersebut. Kedua, dari segi

pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya, yaitu keberhasilan pembangunan daerah ditentukan dengan kepemerintahan daerah yang berjalan baik. Oleh karena itu, pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang dinamis dan serasi serta bertanggung jawab. Pembangunan daerah merupakan penjabaran dari pembangunan nasional, oleh sebab itu kinerja pembangunan nasional merupakan agregat dari kinerja pembangunan seluruh daerah hingga ke satuan pemerintahan daerah terkecil yaitu pada tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu tanggung jawab untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pembangunan nasional menjadi kewajiban bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perencana pembangunan daerah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Keselarasan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sangat penting dalam mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas (Ambardi dan Socia, 2002).

2.3. Sektor Unggulan Barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor produksi terdiri dari berbagai jenis dan bentuk yang sangat beragam. Akibatnya setiap barang dan jasa yang berbeda tersebut dapat dikelompokkan menjadi suatu kelompok sektor dalam penyusunan Tabel Input-Output. Pengelompokkan barang dan jasa ini merupakan

basis dalam menentukan sektor-sektor yang menjadi perhatian utama dalam tabel Input-Output. Dalam menentukan sektor-sektor ekonomi didasarkan pada asas kesatuan komoditi dan kesatuan aktivitas. Dalam sektor ekonomi tersebut terdapat sektor-sektor yang menjadi unggulan, yang merupakan sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar pada perkembangan perekonomian suatu wilayah dikarenakan mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu. Selanjutnya keunggulan ini berkembang melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Ambardi dan Socia, 2002). Sektor unggulan merupakan sektor yang biasa menjadi motor penggerak pembangunan suatu daerah, yang didasarkan pada kriteria tertentu yaitu : 1. Sektor unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian. Artinya sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran. 2. Sektor unggulan mempunyai dampak keterkaitan yang kuat baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang, dan dengan sektor unggulan lain ataupun dengan sektor ekonomi lainnya. 3. Sektor unggulan mampu bersaing dengan sektor yang sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan internasional, baik dalam harga produk sektor tersebut, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya.

10

4. Sektor unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam pasar maupun pemasukkan bahan baku. 5. Sektor unggulan memiliki tehnologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi tehnologi. 6. Sektor unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksi yang dimiliki oleh sektor tersebut. 7. Sektor unggulan biasanya bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama. Apabila berdasarkan basis ekonomi, perekonomian suatu wilayah terbagi atas dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis yang apabila dikaitkan dengan sektor unggulan maka sektor basis termasuk dari salah satu kriteria sektor

unggulan. Sektor basis itu sendiri adalah kegiatan-kegiatan yang mampu mengekspor barang dan jasa keluar batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian wilayah tersebut.

2.4. Konsep Model Input-Output Model Input-Output (I-O) pertama kali dirilis oleh W Leontief pada tahun 1930an. Tabel I-O merupakan suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi (BPS, 1999). Aspek yang ingin ditonjolkan oleh tabel I-O adalah bahwa setiap sektor mempunyai keterkaitan dan ketergantungan dengan sektor lain. Seberapa besar ketergantungan

11

suatu sektor ditentukan

oleh besarnya input yang digunakan dalam proses

produksinya. Dengan kata lain sasaran pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain. Oleh karena itu perencanaan suatu sektor harus memperhatikan prospek pengembangan sektorsektor terkait secara terintegrasi. Analisis Input-Output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan (BPS, 2006). Tabel Input Output memiliki beberapa kegunaan, yaitu : 1. Menggambarkan kaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor ekonomi melainkan merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap. 2. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward linkage) dari setiap sektor ekonomi sehingga mudah dalam menetapkan sektor mana yang dapat dijadikan sebagai sektor yang strategis dalam perencanaan pembangunan suatu daerah. 3. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor ekonomi diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran).

12

4. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif. Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks yang berukuran n x n dimensi, yang apabila dibaca secara baris memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan ke sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Sedangkan apabila dibaca secara kolom dapat menunjukkan struktur pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain dalam pelaksanaan kegiatan produksi. Gambar 2.1. Ilustrasi Tabel Input Output Alokasi output permintaan antara sektor produksi kuadran I x11 x21 x31 xi1 x12 x22 x32 xi2 x13 x23 x33 xi3 x1j x2j x3j xij penyediaan permintaan akhir impor output kuadran II F1 F2 F3 Fi M1 M2 M3 Mi X1 X2 X3 Xi

Struktur input

input antara sektor 1 sektor 2 sektor 3 sektor i

kuadran III input primer input


Sumber : BPS, 1999

V1 X1

V2 X2

V3 X3

Vj Xj

13

Tabel I-O terbagi atas tiga kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu seperti terlihat pada gambar diatas. Kuadran I berisi selsel yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor produksi. Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa disini adalah penggunaan untuk diproses kembali, baik sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Kuadran II menggambarkan komponen permintaan akhir yang meliputi konsumsi

rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, stok neto, ekspor dan impor, margin perdagangan dan biaya transpor. Kuadran III menunjukkan nilai tambah bruto dan komponen-komponennya yang terdiri atas upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto, subsidi dan penyusutan. Secara keseluruhan, dilukiskan dalam bentuk persamaan aljabar : x11 + x12 + . + x1j + . + x1n + F1 = X1 + M1 : x21 + x22 + . + x2j + . + x2n + F2 = X2 + M2: yang dirumuskan kembali menjadi : xi1 + xi2 + . + xij + . + xin + Fin = Xi + Mi: dan : xn1 + xn2 + . + xnj + . + xnn + Fn = Xn + Mn Apabila aij merupakan koefesien input dari sektor i yang digunakan oleh sektor j, dan xij adalah penggunaan input sektor ke i oleh sektor j serta Xj adalah output sektor ke j maka untuk menghitungnya adalah dengan :
=

aij

xij Xj

maka persamaan di atas dapat disubstitusikan menjadi :

14

a11X1 + a12X2 + + a1jXj + + a1nXn + F1 = X1 + M1: a21X1 + a22X2 + + a2jXj + + a2nXn + F2 = X2 + M2: sehingga ai1X1 + ai2X2 + + aijXj + + ainXn + Fi = Xi + Mi: dan menjadi an1X1 + an2X2 + + anjXj + + annXn + Fn = Xn + Mn Selanjutnya persamaan di atas dapat dibentuk menjadi persamaan matriks sebagai berikut:
a11 a21 . . . ai1 . . . an1 a12 a22 a1j a2j a1n a2n . . . ain . . . ann X1 X2 . . . Xi . . . Xn F1 F2 . . . Fi . . . F11 X1 X2 . . . Xi . . . Xn M1 M2 . . . Mi . . . Mn

ai2

aij

an2

anj

Dalam notasi matriks ditulis : A.X + F = X + M dan dapat ditulis sebagai X - A.X = F - M atau ( I - A ) . X = F - M X = ( I A )-1 . ( F - M ) atau F - M = X - A.X

Keterangan: X I A F M

= matriks vector output = matriks identitas = matriks koefisien input antara = matriks vector permintaan akhir = matriks vector impor

15

Kuadran I merupakan kuadran yang terpenting dalam Tabel I-O, karena dari sini nantinya disusun matriks koefisien input yaitu suatu matriks yang dibentuk dengan membagi input antara dengan output. Dalam analisis, matriks koefisien input disebut dengan matriks A, yang diturunkan menjadi matriks kebalikan (inverse matrix) yang akan menjadi basis penggunaan tabel inputoutput. Kedua matriks ini berguna untuk keperluan analisa ekonomi.

2.5. Konsep Analisis Keterkaitan Matriks kebalikan dapat digunakan untuk mengukur pengaruh kenaikan satu unit permintaan suatu sektor terhadap output sektor tersebut (pengaruh langsung) dan terhadap output sektor lainnya (pengaruh tidak langsung). Dalam mengukur besarnya pengaruh dan keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi digunakan alat analisis daya penyebaran (DP) dan derajat kepekaan (DK). Daya penyebaran disebut juga dengan keterkaitan ke depan (forward linkage) yaitu yang berhubungan dengan penjualan barang jadi sedangkan derajat kepekaan merupakan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan bahan mentah dan bahan baku (BPS, 1999). Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dibandingkan terhadap sektor lainnya, begitupun dengan sektor yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi yang berarti bahwa sektor tersebut mempunyai ketergantungan (kepekaan) yang tinggi terhadap sektor lain. Dari kedua ukuran ini dapat diturunkan total daya penyebaran dan total derajat

16

kepekaan untuk digunakan dalam menganalisa dan menentukan sektor-sektor kunci (key sectors) yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi dalam suatu wilayah serta indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang digunakan untuk melihat keragaman ketergantungan antar sektor.

2.6. Konsep Analisis Dampak Konsep analisis dampak adalah faktor yang menentukan besarnya perubahan pada keseluruhan sektor seandainya jumlah produksi suatu sektor ada yang berubah. Analisis dampak terbagi atas tiga jenis yaitu dampak output, nilai tambah bruto, kebutuhan impor. Analisis dampak output memperlihatkan pembentukan output sektoral yang dipengaruhi oleh permintaan akhir, yaitu gambaran tentang perubahan output yang akan terjadi pada setiap sektor apabila terjadi perubahan permintaan akhir dari suatu sektor (BPS, 1999).

Analisis dampak nilai tambah bruto memberikan petunjuk mengenai

pembentukan nilai tambah bruto yang dipengaruhi oleh perubahan permintaan lain. Sedangkan analisis dampak kebutuhan impor adalah mengukur dampak permintaan akhir terhadap kebutuhan impor sektoral di masing-masing sektor. Jika terjadi peningkatan maupun perubahan pada permintaan akhir maka akan terjadi perubahan di pada impor masing-masing sektor.

2.7. Penelitian Terdahulu Bangun (2008) melakukan analisis peran sektor unggulan terhadap perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian dengan menggunakan

17

analisis keterkaitan dan analisis dampak atau multiplier type I dan II, menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki sektor unggulan industri pengolahan. Terlihat bahwa sektor industri pengolahan di Sumatera Utara memiliki kontribusi yang besar pada struktur output dan nilai tambah serta keterkaitan yang kuat terhadap sektor lain dan dampak yang cukup besar sehingga sektor tersebut dapat diandalkan untuk mendorong sektor hulu dan hilirnya. BPS (2006) melakukan analisis sektor unggulan dan dampaknya pada perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil penelitian dengan menggunakan tabel I-O dan turunannya yaitu analisis keterkaitan dan analisis dampak, menunjukkan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki sektor unggulan yaitu sektor penambangan timah, industri peleburan timah, perdagangan dan perikanan. Keempat sektor tersebut mempunyai dampak yang sangat besar bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terlihat bahwa dari keempat sektor tersebut merupakan produk utama yang dihasilkan dari mata pencaharian masyarakat Bangka Belitung.

2.8. Kerangka Pemikiran Perencanaan pembangunan ekonomi di suatu wilayah memerlukan suatu data yang akurat yaitu dapat dilihat dari Tabel Input-Output yang menyajikan sektor mana yang memiliki kontribusi dalam pembentukan output dan nilai tambah terbesar dari seluruh sektor ekonomi di wilayah tersebut. Pembangunan dibidang ekonomi diarahkan untuk saling memperkokoh struktur ekonomi dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor. Adapun sektor-sektor

18

ekonomi yang digunakan di Kota Pangkalpinang adalah sesuai dengan Tabel Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007 yang terbagi atas 40 sektor. Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Analisis Keterkaitan Sektor Unggulan Prioritas Pembangunan Output Nilai Tambah Kebutuhan Impor Analisis Dampak Yang Tercipta Akibat Permintaan Akhir Daya Penyebaran Perencanaan Pembangunan Ekonomi Wilayah Keterbatasan Sumber Daya dan Potensi Wilayah Sektor Kunci (Key Sectors) Derajat Kepekaan

Sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kota Pangkalpinang ditetapkan dengan melihat sektor-sektor kunci (key sectors), yang diketahui melalui penghitungan analisis keterkaitan (daya penyebaran dan derajat kepekaan). Dampak sektor-sektor tersebut terhadap perekonomian Kota Pangkalpinang dapat dilihat menggunakan analisis dampak yang dalam hal ini hanya dibatasi pada dampak output, nilai tambah bruto dan kebutuhan impor. Seperti terlihat dalam gambar 2.2 diatas.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian ini adalah data Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007, PDRB Lapangan Usaha dan Penggunaan Kota Pangkalpinang Tahun 2007, disertai dengan data sekunder lain yang relevan dengan tujuan penulisan skripsi ini. 3.2. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian, yang terbagi atas keterkaitan sederhana yang merupakan suatu koefisien dan keterkaitan dengan sektor lain yaitu daya penyebaran dan derajat kepekaan. Keterkaitan sederhana terdiri dari keterkaitan input untuk suatu sektor, yang merupakan koefisien total input antara dan keterkaitan output untuk suatu sektor, yang merupakan koefisien total permintaan antara. Daya penyebaran dan derajat kepekaan merupakan analisis lanjutan yang menggunakan matriks kebalikan (I-Ad)-1, yang diperoleh dari persamaan :

20 b1 1 b2 1 . . . b i1 . . . b n1 b12 b 1j b1n b2 2 b 2j b2n . . . b b bin i2 ij . . . b b b n2 nj nn


.

F1 F2 . . . Fi . . . F11

X1 X2 . . . Xi . . . Xn

dimana bij = sel matriks kebalikan (I-Ad)-1 pada baris i dan kolom j Xi = output sektor i Fdi= permintaan akhir sektor i i,j = 1,2,3,n Sehingga secara umum jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi adalah : rj = b1j + b2j + .. + bnj = i bij dimana rj = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor j terhadap output seluruh sektor ekonomi. bij= dampak yang terjadi terhadap output sektor I akibat perubahan permintaan akhir sektor j Sehingga dapat dihitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap output masing-masing sektor j akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor: Yj =(rj / n) = (1/n) i bij Ukuran yang diihasilkan dari proses ini atau turunan yang berupa total daya penyebaran (j) yaitu

21
n b ij i =1

1 n

n i =1

n j =1

b ij

Keterangan : n bij i=1

= daya penyebaran sektor j

1 n

n n bij = rata-rata daya penyebaran per sektor. i=1 j=1

Begitupun dengan derajat kepekaan yaitu didapat dari ri = bi1 + bi2 + .. + bin = j bij dimana ri = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor i terhadap output seluruh sektor ekonomi. Dilanjutkan dengan menghitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap output masing-masing sektor i akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor. Sehingga didapat total derajat kepekaan (i) :
n b ij j =1

1 n

n i =1

n b ij j =1

Keterangan : n bij = derajat kepekaan sektor i j=1

1 n

n i=1

n bij = rata -rata derajat kepekaan per sektor. j=1

22

Dengan melihat keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi, selanjutnya dapat diidentifikasi sektor-sektor kunci dalam suatu perekonomian. Key sectors ini diharapkan dapat menarik perkembangan sektor-sektor lainnya atau disebut juga memiliki keterkaitan yang tinggi baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang. Disamping itu juga dapat menunjukkan sektor-sektor yang mempunyai prospek dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun ini semua tidaklah cukup tanpa mengetahui nilai keragaman indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan, yang berguna untuk melihat keragaman ketergantungan antar sektor ekonomi. Apabila nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan tinggi pada suatu sektor berarti sektor ekonomi tersebut hanya bergantung pada satu atau beberapa sektor saja. 3.3. Analisis Dampak Analisis yang menggambarkan terjadinya peningkatan aktivitas suatu sektor yang diakibatkan adanya perubahan atau peningkatan permintaan akhir pada sektor tersebut baik pada output, nilai tambah maupun impor. a. Dampak Output Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir dan output tersebut. Artinya jumlah output yang dapat

diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian dalam keadaan tertentu, output justru yang menentukan besarnya permintaan akhir. Output dalam model I-O dapat dihitung dengan rumus : XFT = (I -A)-1 (F - M)

23

atau XFD = (I Ad)-1 Fd Rumusan ini sekaligus mencerminkan bahwa pembentukan output (X) dipengaruhi oleh permintaan akhir (F-M) atau Fd. Output yang terbentuk sebagai akibat dari dampak seluruh permintaan akhir (XFT) akan sama dengan output yang terbentuk sebagai akibat permintaan akhir domestik (XFD). Dalam banyak analisis yang lebih sering digunakan adalah XFD. Penggunaan persamaan tersebut di atas antara lain adalah untuk menghitung porsi output yang terbentuk sebagai dampak dari masing-masing komponen permintaan akhir dan memperkirakan output yang terbentuk akibat dampak permintaan akhir yang diproyeksikan.

b. Dampak Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam

penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. persamaan berikut : Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam

V = V .X
Dengan V = matriks NTB ^ = matriks diagonal koefesien NTB V

24

= ( I Ad )-1 Fd atau ( I - A)-1 F

Isian sel-sel diagonal adalah NTB sektor yang bersangkutan dibagi dengan outputnya. Sedangkan sel-sel di luar diagonal adalah 0 (nol). Jadi bentuk matriks adalah:
^

V
c. Dampak Kebutuhan Impor

NTBsektor i Outputsektor i

Dasar penghitungan yang digunakan untuk melihat dampak permintaan akhir terhadap kebutuhan impor adalah (I-Ad)-1. Hubungan antara permintaan akhir terhadap kebutuhan impor dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan berikut: MK=Am(I-Ad)-1 FdK+ FmK ; K=301304 ME=Am(I-Ad)-1FE ; E=305,306 MK Am FdK = Matriks impor yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen permintaan akhir kecuali ekspor. = Matriks koefisien impor, yang selnya (xmij), diperoleh dengan membagi input komponen impor (xmij / Xj) = Matriks komponen permintaan akhir domestik, untuk pengeluaran konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap dan perubahan stok FmK ME FE = Matriks komponen permintaan akhir berasal dari impor = Matrik impor yang dipengaruhi oleh ekspor = Ekspor barang dan ekspor jasa

25

Oleh karena penggabungan antara FdK dan FE sebenarnya merupakan permintaan akhir pada transaksi domestik (Fd), maka kedua persamaan dapat disederhanakan sebagai berikut: M= Am (I-Ad) Fd+Fm M = Matrik impor yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen permintaan akhir, termasuk ekspor Fd = Permintaan akhir, termasuk komponen ekspor
-1

Fm = Tansaksi impor pada permintaan akhir dengan nilai untuk semua sel pada kolom ekspor sama dengan 0.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Kota Pangkalpinang Kota Pangkalpinang merupakan salah satu daerah otonomi baru yang terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Daerah ini berada pada garis 106o7 Bujur Timur dan garis 2o4 sampai dengan 2o10 Lintang Selatan dengan luas daerah seluruhnya 118.40 km2. Kota Pangkalpinang merupakan daerah yang strategis di tinjau dari sudut geografisnya, karena merupakan ibukota provinsi yaitu sebagai pusat pemerintahan, dan pusat pemukiman penduduk karena memang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan daerah lain di provinsi ini yaitu dengan jumlah penduduk 155,250 jiwa pada tahun 2007, serta mempunyai pelabuhan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 4.2. Kondisi Perekonomian Berdasarkan Tabel Input-Output di Kota Pangkalpinang Tahun 2007 menghasilkan suatu gambaran mengenai struktur perekonomiannya yang meliputi struktur penawaran dan permintaan serta struktur permintaan akhir. 4.2.1 Struktur Penawaran dan Permintaan Interaksi yang terjadi antara pihak yang menyediakan dengan pihak yang meminta dalam suatu perekonomian di suatu wilayah akan terakomodasi pada tabel I-O, yang dalam istilah ekonomi sering disebut dengan penawaran dan permintaan (supply and demand). Kedua sisi perekonomian ini terbentuk dari akumulasi jenis kegiatan yang berbeda namun akan sama total nilai keduanya sesuai dengan prinsip keseimbangan.

27

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa total penawaran atau permintaan barang dan jasa pada tahun 2007 sebesar 4,043,415 juta rupiah. Atau bisa diartikan bahwa nilai tersebut merupakan perputaran barang dan jasa (interaksi yang terjadi antar sektor ekonomi maupun dengan konsumen akhir) di Kota Pangkalpinang. Kontribusi sektor terbesar terdapat pada sektor Perdagangan (22.74%), Bangunan (10.07%), Pemerintahan Umum dan Pertahanan (8.81%), Angkutan Jalan Raya (6.52%) dan Industri Peleburan Timah (6.10%), yang dapat dilihat Lampiran 1.
Tabel 4.1 Struktur Permintaan dan Penawaran Kota Pangkalpinang Tahun 2007 Uraian Nilai %

Permintaan Antara Domestik Ekspor Penawaran Impor Ouput Domestik

4,043,415.57 1,176,595.57 1,965,250.46 901,569.54 4,043,415.57 821,378.85 3,222,036.72 20.31 79.69 29.10 48.60 22.30

Pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa baik untuk proses produksi maupun konsumsi akhir dibedakan menurut asal barang, yaitu dari impor domestik dan produk domestik yang masing-masing sebesar 821,378 juta rupiah (20.31%) dan 3,222,036 juta rupiah (79.69%). Dilihat dari persentasenya dapat dikatakan bahwa Kota Pangkalpinang memiliki ketergantungan akan barang dan jasa dari luar wilayah dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, terutama pada sektor-sektor industri pengolahan.

28

Sebaliknya dalam sisi permintaan, dari total 4,043,415 juta rupiah digunakan untuk kebutuhan konsumsi internal dan pembentukan modal sebesar 48.60 persen atau sebesar 1,965,250 juta rupiah Digunakan kembali dalam proses produksi sebesar 29.10 persen atau 1,176,595 juta rupiah serta sisanya 22.30 persen atau sebesar 901,569 juta rupiah untuk di ekspor keluar wilayah. 4.2.2 Struktur Permintaan Akhir Total permintaan akhir Kota Pangkalpinang sebesar 2,866,820 juta rupiah, yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga sebesar 1,143,491 juta rupiah (39.89%), konsumsi pemerintah sebesar 351,438 juta rupiah (12.26%), pembentukan modal tetap bruto sebesar 463,681 juta rupiah (16.17%), serta kebutuhan ekspor sebesar 901,570 juta rupiah (31.45%).
Tabel 4.2 Komposisi Permintaan Akhir menurut Komponen Kota Pangkalpinang Tahun 2007 Distribusi Permintaan Akhir (%) 39.89 12.26 16.17 0.23 31.45 100.00 28.65 71.35 40.16 100.00 Distribusi thd PDRB (%) 55.90 17.18 22.67 0.32 44.08

Sektor

Nilai (Juta Rp)

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Jumlah Permintaan Akhir Impor PDRB

1,143,491 351,438 463,681 6,641 901,570 2,866,820 821,379 2,045,441

29

Adapun jika dilihat dari kontribusi pembentukan PDRB, maka komponen yang memberikan kontribusi terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga yang mencapai sebesar 55.90 persen, menandakan bahwa masyarakat Kota

Pangkalpinang sangat konsumtif. Kontribusi yang cukup besar juga didapat dari ekspor yaitu menyumbang sebesar 44.08 persen diikuti oleh komponen impor yaitu sebesar 40.16 persen. Sedangkan komponen konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto masing-masing menyumbang 17.18 persen dan 22.67 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Pangkalpinang dari segi pengeluarannya. Apabila dilihat per sektor untuk setiap komponen permintaan akhir maka struktur konsumsi rumahtangga Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor utama yaitu sektor industri makanan, minuman & tembakau lainnya dan sektor perikanan, masing-masing 22.03 persen dan 17.87 persen, seperti pada Lampiran 2. Besarnya konsumsi rumahtangga terhadap produk perikanan terkait dengan lokasi Kota Pangkalpinang yang berada di daerah kepulauan yang banyak terdapat perairan, sehingga masyarakatnya banyak mengkonsumsi hasil perikanan yang disebabkan bahan makanan lainnya sangat sulit diperoleh dikarenakan diimpor dari luar wilayah dan harganya menjadi mahal. Sedangkan konsumsi pemerintah seluruhnya digunakan untuk pembayaran gaji pegawai negeri di pemerintahan daerah. Pembentukan modal tetap bruto di dominasi oleh sektor bangunan sebesar 80.85 persen yang memang Kota Pangkalpinang hingga sekarang masih melakukan pembangunan fisik atau sarana dan prasarana secara menyeluruh

30

sebagai konsekuensi menjadi ibukota provinsi yang baru berjalan selama tujuh tahun. Struktur ekspor Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor industri peleburan timah dan sektor angkutan jalan raya masing-masing sebesar 27.36 persen dan 22.26 persen. Produk dari sektor industri peleburan timah merupakan komoditi utama ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang memang kaya akan pertambangan pasir timah. Namun sejak

diberlakukannya undang-undang yang melarang adanya ekspor pasir timah ke luar negeri mendorong peningkatan ekspor balok timah yang merupakan hasil produksi dari sektor tersebut. Kota Pangkalpinang merupakan satu-satunya wilayah yang memiliki pelabuhan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sehingga untuk memudahkan pengeksporan maka industri ini banyak terdapat di Kota Pangkalpinang yang tidak terdapat pertambangan pasir timah. 4.3. Sektor Unggulan Dalam menentukan sektor kunci ataupun sektor unggulan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan perbandingan penghasil output dan nilai tambah terbesar serta dari analisis keterkaitan yaitu indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan. 4.3.1. Struktur Output dan Nilai Tambah Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang. Dari tabel I-O terlihat bahwa lima sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan output keseluruhan di Kota Pangkalpinang adalah sektor

31

Perdagangan, Bangunan, Pemerintahan Umum dan Pertahanan, Angkutan Jalan Raya, dan Industri Peleburan Timah. Pada tabel 4.3 diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan sektor ekonomi yang mempunyai output terbesar yaitu mencapai 919,631 juta rupiah atau memberikan andil 28.54 persen dari seluruh output yang diciptakan di Kota Pangkalpinang. Sektor terbesar berikutnya adalah sektor bangunan yang memberikan kontribusi sebesar 12.64 persen atau 407,262 juta rupiah. Diikuti oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 356,153 juta rupiah atau berandil 11.05 persen. Sektor angkutan jalan raya memberikan output sebesar 263,109 juta rupiah atau 8.17 persen dari total output keseluruhan. Yang terakhir dari lima sektor terbesar penghasil output adalah sektor industri peleburan timah yang berkontribusi sebesar 7.66 persen dengan nilai output 246,646 juta rupiah.
Tabel 4.3 Lima Sektor Terbesar Penghasil Output Kota Pangkalpinang 2007 Kode 26 25 36 29 21 Perdagangan Bangunan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Angkutan Jalan Raya Industri Peleburan Timah Sektor Nilai (Juta Rp) 919,631.15 407,262.21 356,153.07 263,109.63 246,646.92 Distribusi (%) 28.54 12.64 11.05 8.17 7.66

Sedangkan nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam tabel I-O, nilai tambah bruto dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah

32

bruto di setiap sektor ekonomi ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang juga besar, tergantung dengan seberapa besar biaya produksinya.
Tabel 4.4 Lima Sektor Terbesar Penghasil Nilai Tambah Kota Pangkalpinang Tahun 2007 KODE SEKTOR NILAI (Juta Rp) 706,023.63 312,169.29 135,874.81 135,313.75 134,774.88 DISTRIBUSI (%) 34.52 15.26 6.64 6.62 6.59

26 36 29 25 35

Perdagangan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Angkutan Jalan Raya Bangunan Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa lima sektor terbesar penghasil nilai tambah adalah sektor perdagangan dengan memberikan andil sebesar 34.52 persen dari total pembentukan nilai tambah atau sebesar 706,023 juta rupiah. Diikuti dengan sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menghasilkan nilai tambah sebesar 312,169 juta rupiah atau berkontribusi dalam pembentukan NTB sebesar 15.26 persen. Sektor berikutnya adalah sektor angkutan jalan raya yang bernilai 135,874 juta rupiah yang memang sejak adanya kapal feri di pelabuhan Kota Pangkalpinang yang dapat memuat kendaraan baik mobil maupun motor, sektor ini memiliki kontribusi yang meningkat hingga member andil sebesar 6.64 persen. Sektor bangunan juga berkontribusi sebesar 6.62 persen atau 135,313 juta

33

rupiah. Dan yang terakhir adalah sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan yang memberikan nilai tambah tidak jauh berbeda dengan sektor sebelumnya yaitu 134,774 juta rupiah atau memberikan andilnya sebesar 6.59 persen terhadap pembentukan nilai tambah keseluruhan di Kota Pangkalpinang. Apabila dilihat dari lima sektor terbesar penghasil output dan nilai tambah, ternyata dari kelima sektor hanya satu sektor yang tidak sama, keempat sektor lainnya sama yaitu sektor Bangunan, Perdagangan, Angkutan Jalan Raya dan Pemerintahan Umum & Pertahanan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa keempat sektor ini merupakan sektor utama atau sektor-sektor kunci (key sectors) di Kota Pangkalpinang yang dapat menjadi sektor unggulan. 4.3.2. Analisis Keterkaitan Dengan menggunakan model Input-Output kita dapat melakukan berbagai analisis yaitu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan antar sektor produksi yang merupakan suatu kelebihan dan keunggulan model I-O. Ada tingkat keterkaitan teknis antara unsur aktif (dalam hal ini unsur yang menunjang kegiatan ekonomi) yang merupakan kegiatan generator untuk memulai sesuatu proses polarisasi teknis. Hubungan teknis tersebut di dapat dari turunan daya penyebaran dan derajat kepekaan, yaitu indeks daya penyebaran yang merupakan keterkaitan ke depan atau bisa di sebut daya dorong dan indeks derajat kepekaan yang merupakan keterkaitan ke belakang atau dapat disebut suatu tingkat ketergantungan dengan suatu sektor (BPS, 1999).

34

1. Daya Penyebaran Menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya output suatu sektor melalui mekanisme penggunaan input produksi. Keterkaitan yang terjadi yaitu jika terjadi peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri dan dari sektor-sektor lain. Oleh karena itu, sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak dari sebelumnya yang digunakan sebagai input proses produksi dalam rangka meningkatkan output.
Tabel 4.5 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Daya Penyebaran Tertinggi

No

Sektor

Total Daya Penyebaran

Indeks Daya Penyebaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan Bangunan Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat Industri Kerupuk dan Sejenisnya Industri Mesin, Alat angkutan & Perbaikannya Angkutan Jalan Raya Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan Jasa Penunjang Angkutan Jasa Perorangan & Rumahtangga

1.38419 1.27206 1.19145 1.17411 1.16716 1.12551 1.12038 1.10933 1.09509 1.09222

0.77277 0.78128 0.83250 0.84904 0.85163 0.87745 0.88376 0.88980 0.89794 0.90855

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa sektor yang memiliki total daya penyebaran tertinggi adalah sektor industri pengolahan dan pengawetan ikan sebesar 1.38419 yang mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan satu unit output sektor tersebut maka akan mendorong naiknya output sektor-sektor lain (termasuk

35

sektornya sendiri) secara keseluruhan sebesar 1.38419 unit. Diikuti oleh sektor bangunan yang memiliki keterkaitan ke depan sebesar 1.27206 yaitu adanya pertambahan total output sektor tersebut dan sektor-sektor lainnya sebesar 1.27206 unit dari adanya kenaikan satu unit output sektor bangunan. Begitupun dengan sektor-sektor lainnya, yang apabila memiliki total daya penyebaran diatas satu mempunyai arti bahwa sektor-sektor tersebut memiliki daya penyebaran diatas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pada tabel 4.5 juga diketahui bahwa sektor industri pengolahan dan pengawetan ikan memiliki indeks yang terendah yaitu 0.77277 yang berarti bahwa sektor tersebut mendorong sebagian besar dari seluruh sektor ekonomi. Diikuti dengan sektor bangunan yang juga memiliki indeks terendah kedua sebesar 0.78128, mendorong sebagian besar sektor ekonomi. 2. Derajat Kepekaan Adanya peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output sektor-sektor lainnya tersebut dapat terlaksana melalui dua cara. Pertama, peningkatan output akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri. Input sektor tadi ada yang berasal dari sektor itu sendiri, ada pula yang berasal dari sektor lain. Oleh karenanya, sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak daripada sebelumnya (untuk digunakan sebagai input proses produksi). Berarti, harus ada peningkatan output sektor lain. Peningkatan output sektor tersebut, pada

gilirannya akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri yang berarti

36

harus ada peningkatan output sektor-sektor lainnya. Begitu seterusnya terjadi keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi tersebut.
Tabel 4.6 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Derajat Kepekaan Tertinggi Total Derajat Kepekaan 4.48745 1.28010 1.27853 1.22956 1.11000 1.03208 0.99826 0.99627 0.98538 0.96475 Indeks Derajat Kepekaan 0.23568 0.70869 0.71964 0.74625 0.82677 0.88360 0.91071 0.92123 0.94882 0.95837

No

Sektor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perdagangan Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan Bangunan Listrik, Gas dan Air Bersih Perikanan Angkutan Jalan Raya Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan Pos dan Telekomunikasi

Pada tabel 4.6 terlihat bahwa sektor yang memiliki total derajat kepekaan tertinggi adalah sektor perdagangan dengan nilai 4.48745. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output pada sektor perdagangan maka akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan yang merupakan input dalam sektor perdagangan sebesar 4.48745 unit. Sektor ini mempunyai total yang sangat tinggi yang menandakan bahwa sektor perdagangan memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan sektorsektor lain sebagai input. Sektor perdagangan memiliki indeks derajat kepekaan yang sangat rendah yaitu sebesar 0.23568 yang berarti bahwa sektor ini memiliki ketergantungan hampir seluruh sektor ekonomi karena memang dalam setiap sektor ekonomi memiliki bagian sektor perdagangan yaitu nilai margin

37

perdagangan dan transportasi. Sektor ekonomi yang memiliki total derajat kepekaan lebih dari satu yaitu memiliki derajat kepekaan diatas rata-rata derajat kepekaan keseluruhan, diantaranya adalah sektor real estate, usaha persewaan & jasa perusahaan; bangunan; listrik, gas & air bersih; perikanan; dan sektor angkutan jalan raya. Apabila dilihat dari total daya penyebaran dan derajat kepekaan maka yang merupakan sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan adalah sektor yang memiliki daya dorong dan keterkaitan dengan sektor lain yang cukup besar yaitu yang memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang lebih dari satu. Sehingga apabila sektor ekonomi tersebut lebih dikembangkan maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sektor tersebut adalah sektor bangunan dan angkutan jalan raya, yang memang pada dasarnya selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun terutama sejak akses transportasi lebih terbuka. 4.4. Analisis Dampak Analisis ini adalah untuk melihat dampak atau apa yang terjadi apabila ada perubahan atau peningkatan permintaan akhir di sektor-sektor unggulan. Dengan beberapa pembahasan sebelumnya, maka yang merupakan sektor-sektor unggulan adalah sektor-sektor kunci baik dari struktur output dan nilai tambah maupun dari daya penyebaran dan derajat kepekaan. Sektor tersebut adalah sektor perdagangan, bangunan, angkutan jalan raya dan pemerintahan umum & pertahanan.

38

4.3.1 Dampak Output Suatu output sektor ekonomi terbentuk sebagai akibat dari permintaan akhir yaitu konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor keluar wilayah. Dari lampiran 3 terlihat bahwa ke empat sektor unggulan tersebut menciptakan output terbesar akibat seluruh komponen permintaan akhir. Sektor yang memberikan dampak output terbesar yang tercipta akibat pengaruh dari permintaan akhir adalah sektor perdagangan yaitu 33.61 persen dari total output yaitu sebesar 1,053.9 milyar rupiah dengan dengan masing-masing komponen yaitu untuk konsumsi rumahtangga sebesar 482.6 milyar rupiah, konsumsi pemerintah sebesar 10.4 milyar rupiah, pembentukan modal sebesar 124.8 milyar rupiah, perubahan stok sebesar satu milyar dan untuk pengiriman keluar kota yaitu ekspor sebesar 434.9 milyar rupiah. Dapat dikatakan bahwa komponen permintaan yang mengakibatkan penciptaan output terbesar adalah dari komponen konsumsi rumahtangga. Sektor bangunan memberikan kontribusi 13.01 persen dalam penciptaan output akibat permintaan akhir dengan komponen pembentukan modal tetap bruto yang menciptakan output terbesar yaitu mencapai 377.4 milyar rupiah dari total yang hanya 408 milyar rupiah. Sektor pemerintahan umum dan pertahanan menciptakan output sebesar 356.1 milyar rupiah atau sebesar 11.36 persen dari keseluruhan output yang terbentuk akibat dari pengaruh permintaan akhir. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memberikan kontribusi 8.42 persen dari keseluruhan total dampak output.

39

Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa tercipta output sebesar 3,136.1 milyar rupiah akibat pengaruh permintaan akhir. Dengan komponen ekspor yang memberikan kontribusi terbesar yaitu 36.15 persen diikuti dengan konsumsi rumahtangga yang menciptakan output sebesar 29.67 persen. 4.3.2 Dampak Nilai Tambah Nilai Tambah Bruto menunjukkan bagian dari input secara keseluruhan. Dalam tabel input output, nilai tambah mempunyai hubungan linier dengan outputnya, sehingga perubahan permintaan akhir akan mengakibatkan terjadinya perubahan secara proporsional terhadap nilai tambah dan outputnya. Berdasarkan lampiran 4 , terlihat bahwa sektor perdagangan masih menciptakan nilai tambah terbesar akibat dari pengaruh permintaan akhir yaitu sebesar 39.18 persen dari total nilai tambah keseluruhan sektor dengan komponen pembentuk nilai tambah terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga. Diikuti oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menciptakan nilai tambah sebesar 312.2 milyar rupiah atau memberikan andil 15.12 persen dari keseluruhan penciptaan nilai tambah. Sektor bangunan dan angkutan jalan raya masing-masing memberikan andilnya sebesar 6.57 dan 6.60 persen. Dengan penciptaan terbesar dari pembentukan modal tetap bruto sebesar 125.4 milyar rupiah untuk sektor bangunan dan dari komponen ekspor sebesar 116.7 milyar rupiah untuk sektor angkutan jalan raya. Setiap kolom menunjukkan pengaruh masing-masing komponen

permintaan akhir terhadap proses penciptaan nilai tambah di masing-masing sektor perekonomian. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan pengaruh dari

40

konsumsi rumahtangga terhadap penciptaan nilai tambah seluruh sektor sebesar 659.3 milyar rupiah. Begitupun dengan pengaruh dari konsumsi pemerintah, PMTB, perubahan stok, dan ekspor terhadap pembentukan nilai tambah seluruh sektor masing-masing sebesar 338.5 milyar; 288.3 milyar; 2.3 milyar dan 776.4 milyar rupiah. 4.3.3 Dampak Kebutuhan Impor Barang dan jasa yang berasal dari impor, disamping digunakan dalam rangka proses produksi juga untuk penggunaan konsumsi akhir. Pada lampiran 5 terlihat bahwa barang dan jasa impor yang dibutuhkan pada suatu sektor ekonomi akibat dari pengaruh konsumsi rumahtangga, pemerintah, pembentukan modal, perubahan stok dan ekspor. Bila pengamatan dilakukan secara kolom dapat diketahui total kebutuhan impor seluruh sektor ekonomi untuk setiap komponen permintaan akhir. Sektor yang menjadi unggulan adalah sektor yang tidak mempunyai ketergantungan dengan wilayah lain dalam hal produksi barang tersebut sehingga sektor unggulan adalah sektor yang tidak atau paling sedikit membutuhkan impor barang dan jasa dari luar Pangkalpinang. Terbukti dari lampiran 3, sektor unggulan yang mempunyai sedikit kebutuhan impor hanya sektor angkutan jalan raya yaitu hanya sebesar 0.10 persen dari total impor yang diciptakan dari permintaan akhir keseluruhan sektor yaitu dari konsumsi rumahtangga sebesar 1.6 milyar rupiah. Sedangkan komponen permintaan akhir terbesar dari seluruh sektor ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan impor adalah komponen konsumsi

41

rumahtangga seluruh sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang yaitu 1,326 milyar rupiah diikuti oleh komponen ekspor 1,133.8 milyar rupiah, komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 691.4 milyar rupiah dan komponen konsumsi pemerintah sebesar 395 milyar rupiah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 1. Melalui analisis deskriptif dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah terbesar diperoleh bahwa Kota Pangkalpinang memiliki empat sektor kunci (key sectors) atau sektor yang dapat menjadi sektor unggulan yaitu sektor perdagangan (28.54%), bangunan (12.64%), pemerintahan umum & pertahanan (11.05%) dan angkutan jalan raya (8.17%). 2. Namun melalui analisis keterkaitan yaitu dari nilai total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tertinggi, Kota Pangkalpinang hanya memiliki dua sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan yaitu sektor bangunan dengan total daya penyebaran sebesar 1.27206 dan total derajat kepekaan sebesar 1.27853. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan masing-masing sebesar 1.12038 dan 1.03208. 3. Dari analisis dampak terlihat bahwa empat sektor kunci memiliki dampak yang cukup besar akibat pengaruh dari permintaan akhir baik itu dampak output dan nilai tambah. Sedangkan untuk dampak kebutuhan impor, sektor kunci tersebut tidak atau mempunyai sedikit kebutuhan impor dari wilayah lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang dapat mempengaruhi perekonomian di Kota Pangkalpinang.

43

5.2. Saran 1. Kedua sektor kunci berdasarkan nilai total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi yaitu sektor bangunan dan angkutan jalan raya patut dikembangkan dan diprioritaskan dalam perekonomian Kota Pangkalpinang karena kedua sektor tersebut akan dapat mendorong dan mempengaruhi sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi. 2. Untuk kedua sektor kunci lainnya yaitu sektor perdagangan dan pemerintahan umum & petahanan, diperlukan perhatian yang lebih dari pemerintah untuk dapat tetap memberikan output serta nilai tambah yang besar bagi Kota Pangkalpinang. 3. Walaupun begitu sektor-sektor ekonomi yang mempunyai potensi juga tetap diikutsertakan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah seperti sektor industri pengolahan, restoran, lembaga keuangan dan usaha persewaan serta jasa-jasa. 4. Selain pengembangan sektor-sektor unggulan, peningkatan sarana dan prasarana serta perencanaan dan kinerja pemerintah daerah yang lebih matang sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi daerah khususnya di Kota Pangkalpinang.

DAFTAR PUSTAKA

Ambardi, U.M dan Socia, P. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah (P2KTPWBPPT), Jakarta Badan Pusat Statistik, 1999. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Analisis Tabel Input-Output Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. BPS, Pangkalpinang. Badan Pusat Statistik. 2008. Pangkalpinang Dalam Angka 2007/2008. BPS, Pangkalpinang. Bangun, O. 2008. Analisis Peran Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Provinsi Sumatera Utara [Skripsi]. IPB, Bogor. Firmansyah. 2006. Operasi Matriks dan Analisis Input Output Untuk Ekonomi: Aplikasi Praktis dengan Excel dan Matlab. BP Undip, Semarang. Junaidi. 2008. Analisis Input-Output dengan Excel. [FE-UNJA Online]. junaidichaniago.wordpress.com [17 September 2009] Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang. Savitri, D. 2008. Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Struktur Ekonomi Pulau Sumatera [Skripsi]. IPB, Bogor. Todaro, M.P dan Stephen, C.S. 2006. Pembangunan Ekonomi. Erlangga, Jakarta.

45

LAMPIRAN

46 Lampiran 1 : Struktur Permintaan dan Penawaran Seluruh Sektor Ekonomi


Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Permintaan Total Penawaran Total Antara Domestik Ekspor Permintaan Impor OutputDomestik Penawaran 3,101.98 40,600.75 0.00 43,702.73 31,568.91 12,133.82 43,702.73 7,305.98 13,978.45 86.74 21,371.17 20,478.52 966.08 21,444.61 0.00 1,775.38 6,397.48 8,172.86 0.00 8,172.86 8,172.86 2,803.93 24,111.41 0.00 26,915.34 11,138.59 15,768.38 26,906.97 11,240.64 6.51 0.00 11,247.15 11,247.15 0.00 11,247.15 19,549.93 103,733.77 18,794.77 142,078.48 24,154.72 121,252.06 145,406.77 176,106.75 165.24 0.00 176,271.99 165,062.05 11,166.55 176,228.60 2,264.85 44,860.55 0.00 47,125.41 12,087.01 35,035.65 47,122.66 41.13 9,169.29 0.00 9,210.42 9,210.42 0.00 9,210.42 1,035.38 50,427.09 0.00 51,462.47 51,462.47 0.00 51,462.47 5.00 1,695.32 10,267.84 11,968.15 0.00 13,967.58 13,967.58 1,019.07 31,045.57 30,543.14 62,607.78 1,312.15 61,295.64 62,607.79 14,939.37 129,390.55 3,363.47 147,693.39 133,916.76 13,769.47 147,686.23 25,038.24 12,473.23 28,958.07 66,469.53 961.62 65,507.91 66,469.53 32,198.19 3,314.95 2,500.00 38,013.14 32,672.53 4,133.69 36,806.22 25,882.73 495.94 0.00 26,378.67 25,464.33 914.33 26,378.67 87,699.55 16,110.04 0.00 103,809.59 103,210.29 0.00 103,210.29 51,870.29 339.70 0.00 52,209.99 712.17 51,428.20 52,140.37 24,838.00 1,501.70 0.00 26,339.69 22,056.01 4,267.75 26,323.76 32,619.08 (2,545.99) 0.00 30,073.10 32,619.08 0.00 32,619.08 4,854.56 86,938.20 5,730.63 97,523.38 0.00 246,646.92 246,646.92 32,369.30 41,277.10 0.00 73,646.39 63,968.29 11,707.73 75,676.01 15,300.12 8,040.12 0.00 23,340.24 23,340.24 0.00 23,340.24 36,106.55 18,722.49 0.00 54,829.03 3,916.07 50,912.96 54,829.03 23,534.31 383,679.97 47.93 407,262.21 0.00 407,262.21 407,262.21 344,314.23 407,355.82 325,107.93 1,076,777.98 0.00 919,631.15 919,631.15 2,711.30 1,079.70 3,827.34 7,618.34 454.07 7,164.27 7,618.34 29,341.95 37,677.93 2,230.55 69,250.43 1,087.70 68,162.73 69,250.43 17,982.14 27,967.92 217,834.24 263,784.29 674.66 263,109.63 263,784.29 16,359.16 9,623.99 0.00 25,983.15 25,983.08 0.00 25,983.08 13,411.38 3,130.55 1,066.04 17,607.98 521.18 17,086.80 17,607.98 2,408.84 406.62 4,641.36 7,456.82 2,025.84 5,430.99 7,456.82 17,330.76 8,146.36 35,260.38 60,737.51 3,452.72 57,284.79 60,737.51 11,862.94 7,999.49 15,682.22 35,544.66 273.16 35,271.49 35,544.66 66,578.39 9,452.68 88,486.17 164,517.24 3,742.99 160,774.25 164,517.24 798.45 355,354.62 0.00 356,153.07 0.00 356,153.07 356,153.07 8,100.74 32,881.92 995.36 41,978.03 515.14 41,462.88 41,978.03 174.50 2,842.82 0.00 3,017.32 0.00 3,017.32 3,017.32 11,406.94 40,022.72 99,747.88 151,177.54 0.00 151,177.54 151,177.54 2,088.92 0.00 0.00 2,088.92 2,088.92 0.00 2,088.92 1,176,595.57 1,965,250.46 901,569.54 4,043,415.57 821,378.85 3,222,036.72 4,043,415.57

47 Lampiran 2 : Permintaan Akhir Seluruh Sektor Ekonomi KODE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 301 302 303 50,699.48 0.00 0.00 16,462.09 0.00 0.00 0.00 0.00 1,775.38 26,547.19 0.00 567.33 13.12 0.00 0.00 204,370.77 0.00 546.57 0.00 0.00 165.24 62,099.92 0.00 203.57 16,107.48 0.00 0.00 80,631.81 0.00 0.00 2,113.87 0.00 0.00 39,374.49 0.00 136.21 251,863.46 0.00 145.36 15,426.20 0.00 2,192.82 4,916.52 0.00 621.53 1,037.93 0.00 0.00 26,795.82 0.00 0.00 0.00 0.00 362.15 1,722.66 0.00 91.56 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 80,651.61 119,404.15 0.00 1,328.63 16,062.59 0.00 0.00 18,722.49 0.00 0.00 8,786.45 0.00 374,893.52 0.00 0.00 0.00 1,079.70 0.00 0.00 37,677.93 0.00 0.00 25,718.27 0.00 0.00 7,548.70 0.00 0.00 2,680.46 0.00 0.00 364.03 0.00 0.00 8,146.36 0.00 0.00 7,999.49 0.00 0.00 9,452.68 0.00 0.00 3,917.12 351,437.50 0.00 32,881.92 0.00 0.00 2,842.82 0.00 0.00 40,022.72 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1,143,490.69 351,437.50 463,681.48 304 305 309 0.00 0.00 50,699.48 0.00 184.92 16,647.02 0.00 8,172.86 9,948.24 660.38 0.00 27,774.90 0.00 0.00 13.12 0.00 86,789.69 291,707.03 0.00 0.00 165.24 0.00 0.00 62,303.49 0.00 0.00 16,107.48 0.00 0.00 80,631.81 0.00 13,296.65 15,410.52 0.00 38,946.16 78,456.87 0.00 6,554.47 258,563.29 (58.09) 46,467.31 64,028.23 (47.31) 2,500.00 7,990.74 0.00 0.00 1,037.93 0.00 0.00 26,795.82 (22.45) 0.00 339.70 5.19 0.00 1,819.41 0.00 0.00 0.00 6,286.59 246,646.92 333,585.12 (183.51) 0.00 120,549.27 0.00 0.00 16,062.59 0.00 0.00 18,722.49 0.00 47.93 383,727.90 0.00 0.00 0.00 0.00 3,827.34 4,907.04 0.00 2,230.55 39,908.48 0.00 200,664.05 226,382.33 0.00 0.00 7,548.70 0.00 913.39 3,593.85 0.00 4,155.27 4,519.30 0.00 35,260.38 43,406.75 0.00 15,682.22 23,681.71 0.00 88,486.17 97,938.85 0.00 0.00 355,354.62 0.00 995.36 33,877.28 0.00 0.00 2,842.82 0.00 99,747.88 139,770.60 0.00 0.00 0.00 6,640.80 901,569.54 2,866,820.00 409 31,568.91 20,478.52 0.00 11,138.59 11,247.15 24,154.72 165,062.05 12,087.01 9,210.42 51,462.47 0.00 1,312.15 133,916.76 961.62 32,672.53 25,464.33 103,210.29 712.17 22,056.01 32,619.08 0.00 63,968.29 23,340.24 3,916.07 0.00 0.00 454.07 1,087.70 674.66 25,983.08 521.18 2,025.84 3,452.72 273.16 3,742.99 0.00 515.14 0.00 0.00 2,088.92 821,378.85

48 Lampiran 3 : Dampak Output Akibat Pengaruh Permintaan Akhir


KODE Konsumsi R T Konsumsi Pemerintah 79.36 0.16 0.00 180.20 0.00 664.24 21.38 1.40 0.00 0.00 0.66 16.84 53.06 927.43 501.26 16.75 (0.00) 99.80 7.60 0.00 0.00 65.19 0.00 4,119.45 771.84 10,445.74 1,576.32 8,986.70 192.38 (0.00) 112.86 8.47 5,276.14 596.06 6,094.37 351,485.42 2,209.49 7.12 570.51 0.00 395,088.20 PMTB Perubahan Stok (0.94) (0.09) 0.00 (184.04) 0.00 1.53 2.40 (0.03) 0.00 13.68 0.00 0.14 (1.07) (52.47) (20.12) 2.40 2.17 18.81 2.32 (1,441.74) 6,412.81 (105.66) 0.00 32.12 15.35 1,058.13 0.77 20.77 18.86 (0.00) 16.15 0.48 11.15 7.53 58.40 0.29 3.64 0.06 0.97 0.00 5,894.78 Ekspor Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

11,895.58 757.05 0.00 13,905.62 0.00 53,804.78 436.90 34,929.49 0.30 8.21 1,698.50 30,137.78 9,931.32 12,651.81 1,099.35 384.44 0.15 2,102.75 379.11 0.00 0.00 7,250.95 191.64 27,333.85 15,174.01 482,583.58 1,273.48 43,429.79 34,396.25 59.84 6,566.62 275.08 10,572.42 11,262.63 31,332.31 4,250.16 35,102.96 2,900.15 42,460.79 0.00 930,539.65

29.42 0.80 1,775.38 630.34 0.00 810.55 10,345.57 216.24 0.00 0.00 0.21 143.61 174.64 19,132.14 873.34 200.84 (0.00) 46,447.43 3,808.79 (6,739.96) 82,270.88 (20,367.50) (191.73) 1,946.71 377,444.41 124,870.08 161.92 2,922.56 3,509.82 (59.67) 1,175.15 178.74 1,778.13 2,438.06 12,863.55 49.05 1,227.24 25.89 756.59 0.00 670,849.21

129.17 125.84 6,397.48 315.06 0.00 21,771.94 427.83 98.55 0.00 0.00 10,268.80 30,998.00 3,740.19 32,917.88 3,403.24 330.82 (0.00) 2,078.84 145.54 0.00 5,845.69 2,747.72 0.00 16,763.87 14,673.51 434,960.62 4,209.18 13,153.50 225,983.10 (0.00) 9,515.96 4,982.50 40,103.62 21,195.37 115,204.12 390.10 3,363.23 89.34 107,481.08 0.00 1,133,811.68

12,132.60 883.75 8,172.86 14,847.19 0.00 77,053.05 11,234.08 35,245.65 0.31 21.89 11,968.18 61,296.37 13,898.15 65,576.79 5,857.08 935.25 2.32 50,747.62 4,343.37 (8,181.70) 94,529.37 (10,409.31) (0.09) 50,195.99 408,079.11 1,053,918.15 7,221.66 68,513.32 264,100.42 0.16 17,386.74 5,445.27 57,741.48 35,499.64 165,552.75 356,175.03 41,906.55 3,022.55 151,269.94 0.00 3,136,183.52

49 Lampiran 4 : Dampak NTB Akibat Pengaruh Permintaan Akhir


KODE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Konsumsi R T 10,854.08 592.81 0.00 10,457.97 0.00 48,055.36 367.12 11,487.70 0.00 0.00 454.10 15,846.11 8,045.61 7,501.65 992.64 252.29 0.00 394.35 292.55 0.00 0.00 3,705.00 0.00 21,374.78 5,041.60 370,491.37 869.75 20,512.97 17,762.88 0.00 4,180.11 191.55 8,280.10 8,506.78 26,265.45 3,725.28 23,722.10 1,849.21 27,299.95 0.00 659,373.22 Konsumsi Pemerintah 72.41 0.12 0.00 135.53 0.00 593.27 17.97 0.46 0.00 0.00 0.18 8.85 42.99 549.90 452.61 10.99 0.00 18.72 5.87 0.00 0.00 33.31 0.00 3,221.36 256.44 8,019.46 1,076.58 4,244.64 99.35 0.00 71.85 5.90 4,132.17 450.21 5,108.83 308,078.08 1,493.14 4.54 366.81 0.00 338,572.50 PMTB 26.84 0.63 1,346.33 474.06 0.00 723.94 8,693.15 71.12 0.00 0.00 0.06 75.51 141.48 11,344.04 788.57 131.80 0.00 8,710.75 2,939.19 0.00 20,940.27 (10,407.14) 0.00 1,522.30 125,406.73 95,865.86 110.58 1,380.40 1,812.54 0.00 748.06 124.46 1,392.60 1,841.49 10,783.34 42.99 829.35 16.51 486.45 0.00 288,364.25 Perubahan Stok (0.85) (0.07) 0.00 (138.41) 0.00 1.37 2.02 (0.01) 0.00 0.00 0.00 0.08 (0.87) (31.11) (18.16) 1.57 0.00 3.53 1.79 0.00 1,632.24 (53.99) 0.00 25.11 5.10 812.35 0.52 9.81 9.74 0.00 10.28 0.33 8.73 5.69 48.96 0.25 2.46 0.04 0.63 0.00 2,339.13 Ekspor 117.86 98.54 4,851.44 236.94 0.00 19,445.45 359.49 32.41 0.00 0.00 2,745.42 16,298.40 3,030.02 19,518.04 3,072.90 217.10 0.00 389.87 112.31 0.00 1,487.89 1,404.00 0.00 13,109.17 4,875.31 333,930.05 2,874.75 6,212.73 116,701.96 0.00 6,057.58 3,469.46 31,408.32 16,009.08 96,574.05 341.93 2,272.82 56.97 69,104.42 0.00 776,416.67 Total 11,070.34 692.03 6,197.77 11,166.09 0.00 68,819.39 9,439.75 11,591.68 0.00 0.00 3,199.76 32,228.94 11,259.23 38,882.52 5,288.55 613.74 0.00 9,517.21 3,351.71 0.00 24,060.40 (5,318.82) 0.00 39,252.73 135,585.17 809,119.09 4,932.18 32,360.55 136,386.47 0.00 11,067.87 3,791.70 45,221.92 26,813.24 138,780.62 312,188.53 28,319.87 1,927.26 97,258.26 0.00 2,065,065.77

50 Lampiran 5 : Dampak Kebutuhan Impor Akibat Pengaruh Permintaan Akhir


Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Konsumsi R T 46,114.26 17,407.16 0.00 16,136.96 11,576.63 90,372.98 4,471.38 17,191.97 9,457.67 57,390.25 0.00 1,442.87 187,555.07 914.73 148,152.65 121,246.60 228,652.97 150.13 4,402.12 11,169.32 0.00 136,106.96 63,072.48 8,958.91 0.00 0.00 719.40 1,826.01 1,631.42 94,735.84 1,350.08 6,057.82 8,571.18 646.63 14,635.06 0.00 787.02 0.00 0.00 13,155.17 1,326,059.70 Konsumsi Pemerintah 1,546.79 24.02 0.00 895.91 758.28 1,338.02 221.21 6.06 7.93 455.10 0.00 5.03 4,956.73 871.68 229,998.98 10,580.80 40,266.11 6.41 161.69 643.79 0.00 7,462.21 17,921.39 10,848.74 0.00 0.00 8,441.51 5,776.48 44.10 6,470.83 57.55 344.82 31,916.79 248.97 11,456.66 0.00 1,068.85 0.00 0.00 284.75 395,088.20 PMTB 574.98 110.85 0.00 323.72 32,205.44 573.97 184,630.55 48.93 12.22 259.09 0.00 2.32 3,034.51 2,088.98 35,567.70 41,058.18 114,685.78 2,642.52 79,060.93 116,799.33 0.00 29,778.39 3,564.66 960.91 0.00 0.00 173.79 346.16 479.07 27,834.45 348.58 2,607.71 2,348.10 229.53 5,304.19 0.00 114.63 0.00 0.00 3,649.45 691,419.61 Perubahan Stok (20.34) (13.52) 0.00 844.96 (39.94) 3.08 6,137.49 (0.12) (2.71) (23.22) 0.00 (0.09) (113.98) (0.79) 224.32 299.24 379.70 1.06 12.19 1,417.29 0.00 67.90 28.55 7.46 0.00 0.00 0.98 1.81 2.26 196.58 2.74 9.18 13.51 0.78 29.46 0.00 0.57 0.00 0.00 28.84 9,495.25 Ekspor 2,617.99 10,491.72 0.00 1,788.36 26,962.73 6,806.95 9,940.82 427.31 12.68 922.84 0.00 160.02 46,125.55 975.42 135,199.67 106,263.14 347,472.39 146.10 3,084.54 7,717.42 0.00 128,675.00 88,294.32 13,826.29 0.00 0.00 551.76 1,736.29 1,520.17 137,032.12 2,239.93 9,413.06 11,855.38 820.99 17,636.04 0.00 353.03 0.00 0.00 12,741.66 1,133,811.68 Total 50,833.68 28,020.23 0.00 19,989.90 71,463.14 99,095.00 205,401.44 17,674.15 9,487.79 59,004.06 0.00 1,610.14 241,557.89 4,850.01 549,143.32 279,447.95 731,456.96 2,946.21 86,721.47 137,747.16 0.00 302,090.45 172,881.40 34,602.33 0.00 0.00 9,887.45 9,686.75 3,677.02 266,269.82 3,998.88 18,432.59 54,704.96 1,946.91 49,061.42 0.00 2,324.09 0.00 0.00 29,859.87 3,555,874.44

Anda mungkin juga menyukai