Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sedangkan sampling http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196412051990031BAMBANG_AVIP_PRIATNA_M/MENENTUKAN_UKURAN_SAMPEL.pdf

1 TEKNIK SAMPLING MAKNA POPULASI DAN SAMPEL Populasi: merupakan totalitas dari seluruh unsur yang ada dalam sebuah wilayah penelitian Sampel: wakil-wakil dari populasi http://www.azuarjuliandi.com/usu/4tekniksampling.pdf

Multi-stage random sampling (pengambilan sampel gugus bertahap) 1. Quota Sampling 2.Purposive Sampling 3. ... Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel http://fahost1992.googlecode.com/files/6. Sampling.pdf Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti = sengaja. Jadi, kalau sederhana nya, purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti.

cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah salah satu contoh cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling kumpulan tugas akhir skripsi tesis tugas kuliah secara online cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling untuk SMU SLTA SMK MA S1 S2 S3 artikel paper karya ilmiah makalah tugas akhir skripsi tesis. Anda bisa mendownload cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling full content lengkap atau artikel yang berkaitan dengan cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dalam bentuk PDF secara gratis. Pengertian Purposive Sampling? Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti = sengaja. Jadi, kalau sederhana nya, purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Alasan menggunakan purposive sampling? Seringkali banyak batasan yang menghalangi peneliti mengambil sampel secara random (acak). Sehingga kalau menggunakan random sampling (sampel acak), akan menyulitkan peneliti. Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Cara memilih sampel dengan menggunakan purposive sampling ? Memilih sampel berdasarkan purposive sampling tergantung kriteria apa yang digunakan. Jadi ditentukan dulu apa kriteria-kriteria sampel yang diambil. Misalnya di suatu kelas, peneliti mau melihat gambaran prestasi siswa yang mengikuti kegiatan osis, berarti sampel tidak bisa secara acak karena tidak setiap siswa di kelas tersebut merupakan anggota osis. Siswa yang diambil sebagai sampel tersebut haruslah ditentukan sendiri oleh peneliti dan ada kriterianya, dalam hal ini yaitu : siswa tersebut merupakan anggota osis.

cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah salah satu contoh cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling kumpulan tugas akhir skripsi tesis tugas kuliah secara online cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling untuk SMU SLTA SMK MA S1 S2 S3 artikel paper karya ilmiah makalah tugas akhir skripsi tesis. Anda bisa mendownload cara memilih Sampel dengan

menggunakan teknik Purposive Sampling full content lengkap atau artikel yang berkaitan dengan cara memilih Sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dalam bentuk PDF secara gratis.

Jenis-jenis teknik pengambilan Sampel


1) Teknik sampling secara probabilitas Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut. a) Teknik sampling secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian. b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi. c) Teknik sampling secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis. d) Teknik sampling secara rambang bertingkat. Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional. e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.

2) Teknik sampling secara nonprobabilitas. Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut. a) Purposive sampling atau judgmental sampling Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.

b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju). Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju. c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data. d) Accidental sampling atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi

diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.

4. Penentuan Jumlah Sampel


Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55). Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah. Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55). Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 100.000..

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian junlam instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala.

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala mligram (mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akam menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.

Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang akan diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 20 gram, berat besi 200 kg, suhu badan orang yang sehat 370, EQ seorang 210.

Ada beberapa macam teknik skala yang bisa digunakan dalam penelitian. Antara lain adalah: Skala Linkert, Skala Guttmann, Skala Bogardus, Skala Thurstone, Skala Semantic, Skala Stipel, Skala Paired-Comparison, Skala rankOrder. Kedelapan maca teknik skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada bidang yang akan diukur.

Namun dalam kesempatan kali ini saya hanya ingin mengulas tentang teknik skala Likert. Sesuai dengan teknik skala yang telah saya gunakan dalam penyusunan skripsi saya.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).

Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata antara lain: a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat Tidak Setuju. a. Sangat Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak Baik.

Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut: Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik

(1) Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).

Insrtumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Contoh Bentuk checklist Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda (X) pada Kolom yang tersedia.

SS ST RG TS STS

: Sangat Setuju : Setuju : Ragu-ragu : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju

Contoh bentuk pilihan ganda Berilah salah satu jawaban terhadap pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia. Arif Luqman Nadhirin akan segera menduduki jabatan manager pada perusahaan kita. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakan pada tempat yang berbeda-beda. Untuk jawaban di atas Sangat Setuju diletakan pada nomor pertama. Untuk item selanjutnya jawaban :Sangat Setuju dapat diletakan pada nomot terakhir. Pada bentuk checklist, sering jawaban tidak dibaca, karena letak jawaban sudah menentu. Tapi dengan bentuk checklist, maka akan didapat keuntungan dalam hal singkat pembuatannya, hemat kertas, mudah mentabulasikan data, dan secara visual lebih menarik.

Itu dulu yang bisa saya tulis, semoga bisa bermanfaat bagi Anda. Untuk contoh skala serta metode analisis data bisa Anda baca pada tulisan saya selanjutnya.

Jogjakarta, Minggu 17 Januari 2010

Anda boleh mempublikasikan kembali tulisan di atas pada website atau blog Anda tanpa dikenakan biaya alias GRATIS, selama: Anda harus mencantumkan sumber artikel yaitu dari http://nadhirin.blogspot.com/ Anda harus memuat link aktif di website atau blog Anda menuju http://nadhirin.blogspot.com/ Terima kasih atas perhatian Anda.

Skala Pengukuran : merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Macam-macam Skala Pengukuran : 1. Skala Nominal : adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori atau kelompok dari suatu subyek. Contoh jenis kelamin responden. Laki-laki = 1 ; Wanita = 2 2. Skala Ordinal : adalah skala pengukuran yang meyatakan kategori sekaligus melakukan rangking terhadap kategori. Contoh : kita ingin mengukur preferensi responden terhadap empat merek produk air mineral. Merek Air Mineral Rangking Aquana 1 Aquaria 2 Aquasan 3 Aquasi 4 Skala Interval :merupakan skala pengukuran yang banyak digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial, dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai (rate) terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sosial,yaitu : a. Skala Linkert. b. Skala Guttman. c.Rating Scale. d. Semantic Defferential.

a. Skala Linkert : digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh : . Preferensi Preferensi Preferensi 1.Sangat Setuju 1.Setuju 1. Sangat Positif 2.Setuju 2.Sering 2. Positif 3.Ragu-ragu 3.Kadang-kadang 3. Netral 4.Tidak Setuju 4.Hampir tdk pernah 4. Negatif 5.Sangat Tdk Setuju 5.Tidak Pernah 5.Sangat Negatif Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi nilai skor, Misalnya : sangat setuju/setuju/sangat positif diberi skor 5, selanjutnya setuju/sering/positif diberi skor 4 dan seterusnya.

Macam-Macam Skala Pengukuran (3) b. Skala Gutmann :suatu pengukuran untuk memperoleh jawaban responden yang tegas, yaitu : ya-tidak ; pernah-tidak pernah positif-negatif; setuju-tidak setuju Contoh : Bagaimana pendapat anda, bila Tn X menjabat pimoinan di perusahaan ini ? a. Setuju b. Tidak Setuju c. Sematic Defferential :suatu skala pengukuran yang disusun dalam suatu garis dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, sedangkan jawaban sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. d. Rating Scale : suatu skala pengukuran dimana responden menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang disediakan. 4. Skala Rasio : adalah skala interval yang memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar noss

3. Untuk variabel yang sifatnya kualitatif terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat (uji instrumen variabel/ kuesioner) dimana pengujian ini dilakukan terhadap variabel yang memiliki beberapa dimensi atau dilakukan terhadap dimensi yang memiliki beberapa indikator. Adapun pengujian yang dilakukan meliputi pengujian validitas dan reliabilitas Pengujian kualitas data untuk data kuantitatif dan kualitatif lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini.

4. DATA KUALITATIF KUANTITATIF UJI KUALITAS DATAUJI KUALITAS DATA ValiditasNormalitas Reliabilitas

Contoh : Tingkat pendidikan dimana 1=SD 2=SMP 3=SMU 4 = Diploma 5=PT Seseorang yang memiliki pendidikan SMU (3) memiliki order lebih tinggi dibandingkan yang memiliki pendidikan SD (1). Namun nilai pada variabel tidak dapat dicari jaraknya misal SD (1) + SMU (3) PT (4)Skala ordinal memiliki tingkatan diatas skala nominal. Nilai pada variabel selain berupa kategori juga dapat dibandingkan apakah preferensinya lebih tinggi atau lebih rendah. Satu ciri utama dari skala ordinal ini adalah nilai pada variabel tidak dapat dihitung jaraknya (distance) yaitu ditambah, dikurangi, dikali atau dibagi. Contoh : Gender terdiri dari dua kategori yaitu pria dan wanita. Penentuan nilai untuk katogori tersebut bebas seperti 1=pria, 2=wanita atau 1=wanita, 2=pria. Hal ini disebabkan nilai pada variabel tersebut tidak dapat diperbandingkan apakah lebih tinggi atau lebih rendah Skala Ordinal Skala nominal adalah skala pengukuran variabel yang paling rendah tingkatannya. Nilai pada variabel hanya berupa kategori/label saja atau dengan kata lain nilai pada variabel tidak dapat dibandingkan 5. Skala Nominal

Contoh : Usia, lama bekerja, pendapatan, penjualan, biaya, keuntungan merupakan skala rasioSkala rasio hampir memiliki definisi yang hampir sama dengan skala interval yaitu nilai pada variabel dapat dibandingkan, dapat dihitung jaraknya (ditambah, dikurangi, dikali dan dibagi) tetapi nilai nol (0) pada skala rasio bersifat absolut. Contoh : Temperatur adalah salah satu contoh skala interval Dimana 25oC lebih panas dibandingkan

dengan 20oC. Selisih suhu dikedua tempat tersebut 5oC dan 0oC adalah titik beku Contoh lain dari skala interval adalah preferensi konsumen terhadap pelayanan tempat berbelanja. Bagaimanakah sikap dari pelayan toko pada saat anda berbelanja 1 = sangat buruk 2 = cukup 3 = sangat baikSkalaRasio Nilai pada skala interval selain dapat dibandingkan juga dapat dihitung distance (jaraknya) namun nilai nol (0) pada skala ini bersifat relatif (tidak absolut) 6. SkalaInterval 7. Statistik merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah- masalah yang ada sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan. Penggunaan alat analisis terutama yang berkaitan dengan statistik inferensial harus dimulai dengan menentukan berapa jumlah variabel yang akan dianalisis. Jika jumlah variabel yang digunakan hanya satu (1) maka digunakan analisis univariate Jika jumlah variabel yang digunakan dua (2) digunakan analisis bivariate Jika jumlah variabel yang diguankan lebih dari 2 diguankan analisis multivariate
Univariat, Bivariat, dan Multivariat Univariate Analysis, adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel. Catatan: Dalam pengertian tertentu, analisis deskriptif menjadi sama dengan analisis univariat. Bivariate Analysis, adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Multivariate Analysis, adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan lebih dari dua variabel. Catatan: Karena pada saat sekarang kecenderungan penelitian melibatkan banyak variabel, maka terjadi kecenderungan analisis multivariat pula. Agar penamaan analisis multivariat tidak menjadi suatu analisis yang biasa, maka sekara ng digunakan pengertian lain dalam analisis hubungan asimetrik, yaitu;

Univariate Analysis, adalah analisis yang dilakukan pada dua atau lebih variabel yang hanya memiliki 1 variabel terikat. Dengan pengertian ini, analisis univariat menjadi tak sama lagi dengan analisis deskriptif. Multivariate Analysis, adalah analisis yang dilakukan pada tiga ataulebih variabel yang memiliki dua atau lebih variabel terikat. Program SPSS menggunakan konsep seperti ini.

Anda mungkin juga menyukai