Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

NAMA : BEBBY ROSARIA ARTISTIKA NIM : 13160059

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2013

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Smeltzer & Bare (2002) menyatakan hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistolik dan diastolik mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan sistolik diatas 140 mmHg, diastolik diatas 90 mmHg) (Murwani, 2009). Jadi, Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Berikut adalah tabel kategori tekanan darah menurut JNC VII (2003) dan tabel klasifikasi hipertensi menurut WHO (1999) cit Nuryati (2009). Tabel 1 Kategori Tekanan Darah menurut JNC VII
Kategori Normal Pre-Hipertensi Hipertensi Stadium 1 Stadium 2 Tekanan Darah Sistolik <120 120-139 140 140-159 160 Tekanan Darah Diastolik <80 80-89 90 90-99 100

The Seventh Report of The Joint National Comitee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA 2003;289:2560-71

Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Klasifikasi Hipertensi Normal Optimal Normal High Normal Tekanan Darah Sistolik (mmHg) < 120 < 130 130-139 Tekanan Darah Distolik (mmHg) < 80 < 85 85-89

Hypertension

Borderline Grade I Grade II Grade III

140-149 140-159 160-179 180 >140 140-149

90-94 90-99 100-109 110 90 90

Isolated

Systolic ISH Borderline ISH

Hypertension (ISH)

WHO-International Society of Hypertension Guidelines (1999) cit Nuryati (2009).

B. Etiologi 1. Hipertensi Primer atau Essensial : Hipertensi yang tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Lebih dari 90 % dari total populasi dewasa yang mengalami hipertensi merupakan hipertensi primer. 2. Hipertensi Sekunder : Hipertensi atau kenaikan tekanan darah yang disebabkan karena penyebab tertentu (misalnya penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ dan kehamilan)

C. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler merupakan suatu sistem transport tertutup yang terdiri atas beberapa komponen berikut ini : 1. Jantung : sebagai organ pemompa darah. 2. Komponen darah : sebgai pembawa materi oksigen dan nutrisi. 3. Pembuluh darah : sebagai media atau jalan dari komponen darah. Ketiga komponen tersebut harus memiliki fungsi yang baik agar seluruh tubuh dapat menerima pasokan oksigen dan nutrisi yang adekuat. Jantung Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ruang jantung

terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik). Jantung terdapat didalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang disebut pericardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium terlettak diatas ventrikel dan saling berdampingan. atrium dan ventrikel dipisahkan satu dari yang lain oleh katup satu arah. Sisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh sebuah dinding jaringanyang disebut septum. Dalam keadaan normal tidak terjadi percampuran darah antara kedua atrium, kecuali pada masa janin, dan tidak pernah terjadi percampuran darah antara kedua ventrikel pada jantung yang sehat. Semua ruang tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat. jantung juga mensuplai persarafan yang luas. Fungsi Aktivitas Jantung Jantung juga memiliki tiga aktivitas secara fisiologis, setiap aktivitas tersebut terjadi pada tempat yang berbeda di jantung yang meliputi bagian-bagian berikut ini : 1. Secara ritmisitas Bagian awal yang memberikan aktivitas jantung secara ritmis yang menjadi pacemaker (pacu jnatung) dan memberikan respon terhadap konduksi impuls jantung. 2. Secara konduktivitas Konduktivitas listrik jantung menjalar pada area jantung dan memberikan pacemaker pada sel-sel ventrikel. 3. Secara kontraktilitas Fungsi kontraktilitas otot jantung sebagai pompa merupakan bagian terpenting dari fungsi jantung. Darah Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) dari sistem kardiovaskuler. secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600ml. Dari jumlah tersebut sekitar 55%nya merupakan plasma.

Meskipun kadar oksigen dan karbondioksida didalam plasma sangat sedikit, namun fungsinya dapat digantikan oleh hemoglobin yang mengikat zat-zat tersebut yang berada dalam sel darah merah. Nutrisi berada dalam plasma, sedangkan hormone berada dalam protein plasma untuk diangkut dari kelenjar endokrin menuju organ target atau jaringan yang memerlukan. Jumlah volume darah haruslah mencukupi agar fungsi sistem kardiovaskuler dapat berjalan normal. Viskositas darah sebagian besar bergantung pada hematokrit (Ht), yaitu presentase volume darah yang ditempati oleh sel darah merah. Ini berarti pada seseorang dengan Ht 40%, maka 40% dari volume darahnya merupakan sel-sel dan sisanya dalah plasma. Ht normal untuk laki-laki 42% sedangkan untuk wanita 38%. Makin banyak sel-sel didalam darah, maka nilai Ht semakin tinggi dan semakin banyak gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah. Gesekan inilah yang menentukan viskosistas (kekentalan) darah. Pembuluh darah Komponen ketiga dari sistem transportasi sistem kardiovaskuler adalah pembuluh darah. Komponen ini terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena dengan masingmasing perbedan struktur yang berhubungan langsung dengan ukuran dan dinding pembuluh darah. Secara anatomis terdapat perbedaan antara struktur dinding pembuluh arteri dengan pembuluh vena. Pada arteri terdapat membrane elatis yang memberikan kemampuan lebih dalam merespon perubahan intravascular. 1. Arteri : Berfungsi untuk transportsi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringanjaringan. Oleh karena itu sistem arteri mempunyai dinding yang kuat dan darahmengalir dengan cepat menuju jaringan. 2. Arteriol : adalah cabang-cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebgaai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah kekapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat. 3. Kapiler : secra anatomis strurktur kapiler berisi sel endothelium dan bagian terusan kapiler berfungsi untuk proses difusi. Seacra fisiologis kapiler berfungsi sebgai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan ruang intersisial. Kapiler memiliki

dinding yang sangat tipis dan permeable terhadap substansi-substansi bermolekul halus. 4. Venula : dinding venula hanya sedikit lebih tebal dari dinding kapiler, berfungsi menampung darah dari kapiler dab secara bertahap bergabung kedalam vena yang lebih besar. 5. Vena : berfungsi sebagai jalur transportasi darah balik dari jaringan untuk kambali ke jantung. Tekanan dalam vena rendah (0-5mmHg). Vena memiliki dinding tipis namun berotot. Tekanan darah Tekanan darah menggambarkan kerja jantung, dimana tahanan perifer turut pula menentukan tekanan darah. Bila tahanan meningkat maka jantung bekerja ekstra keras untuk mengatasi tahanan itu agar dapat mengalir, tekanan tertinggi saat ejksi diteruskan ke arteri sebagai tekanan sistolik, tekanan terendah sesaat menjelang pemompaan berikutnya memberikan tekanan diastolic pada arteri. Hipertensi disebabkan peningkatan cardiac output, meningkatnya tahanan pembuluh darah perifer atau keduanya. Pengaturan tekanan darah Apabila tekanan tekanandarah menurun terjadi refleks untuk meningkatkan kembali tekanan, dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan vasokonstriksi, sebaliknya jikan tekanan darah meningkat akan timbul refleks menurunkan frekuensi jantung dan vasodilatasi. Perubahan tekanan darah ini dideteksi oleh baroreseptor dibeberapa tempat di pembuluh darah arteri seperti : sinus karotikus dan arkus aorta yang meneruskan impuls ke pusat refleks di medulla oblongata.

D. Consept Map
Umur, jenis kelamin. gaya hidup tidak sehat, obesitas, riwayat keturunan

HIPERTENSI

Otak

Ginjal Vasokonstriksi pemblh. darah ginjal

Retina

Pemblh darah

Resistensi pemb. drh otak

Suplai O2 otak Kesadaran

Spasmus arteriole

Sistemik

Tek. pemblh drh otak

Blood flow Diplopia

Vasokontriksi Koroner jantung

Nyeri kepala

Respon KAA Resiko injuri

afterload

Nyeri CVA

Vasokonstriksi

COP

invark miokard

Rangsang aldosteron

Suplai darah Ke jaringan

Nyeri dada

Retensi Na Nutrisi Oedema Metabolisme sel Kelebihan volume cairan Lemah

Penurunan curah jantung

Intoleransi aktivitas

E. Tanda dan Gejala Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) (Smeltzer & Bare, 2002). Keluhan umum yang dirasakan seperti : perasaan capai, mudah tersinggung, insomnia, pusing, sakit kepala dibelakang kepala/tengkuk, palpitasi, dispnea, kadang kaki bengkak (Murwani, 2009)

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Elektrokardiografi : mengetahui hipertrifi ventrikel kiri 2. Pemeriksaan darah : terdapat peningkatan BUN dan kreatinin) 3. Urinalisis : protein dalam urine.

G. Komplikasi Berikut ini adalah komplikasi hipertensi menurut Smeltzer & Bare (2002), Murwani (2009), dan Susilo & Wulandari (2011). a. b. c. d. Pada Ginjal Pada Otak Pada Mata : Hematuria, Gagal Ginjal : Stroke, Euchephalitis : Retinopati Hipertensi

Pada Jantung : Gagal Jantung, Terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan/tanpa payah jantung, Infark Jantung

1. Pada Pembuluh Darah : Resistensi Pembuluh Darah.

H. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan (Muttaqin, 2009) Tujuan penatalaksanaan bagi klien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. a. Modifikasi Gaya Hidup.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, meliputi halhal dibawah ini : i. Teknik-teknik mengurangi stres ii. Penurunan berat badan iii. Pembatasan natrium, alkohol, dan tembakau iv. Olahraga / latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi) v. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Menurut Prof. Tjandra, pengobatan atau penatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu lama, seumur hidup dan harus terus-menerus. Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diinginkan, maka harus diberikan obat (Pusat Komunikasi Publik Sekjen Kemenkes RI, 2012) b. Terapi Farmakologis Obat-obat antihipertensi dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Klasifikasi obat antihipertensi dibagi menjadi lima kategori berikut ini : i. Diuretik ii. Menekan simpatetik (Simpatolitik) iii. Vasodilator arteriol langsung iv. Antagonis angiotensin v. Penghambat saluran kalsium

I. Pengkajian Keperawatan Anamnesis Pada anamnesis biasanya didaptkan adanya riwayat peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat antihipertensi. Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah sistem tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi. Hal itu meliputi tanda seperti perdarahan hidung, nyeri angina, napasa pendek, perubahan ketajaman penglihatan, vertigo, sakit kepala dan nokturia. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti : perdarahan ; eksudat (kumpulan cairan) ; penyempitan pembuluh darah ; dan pada kasus berat seperti edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Bila ada biasanya gejala menunjukkan adanya kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit arteri kororner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebabagai respons peningkatan bebbab kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama, dan karakter denyut apical serta perifer untuyk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan pembuluh darah perifer.

J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan cardiac output 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
3. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun 4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oedema dari retensi Natrium 5. Intolerensi aktivitas berhubungan dengan Coping menurun

K. Intervensi Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung. Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi : a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler e. Catat edema umum f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung. g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur. j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix, hidrodiuril ), bendroflumentiazid ( Naturetin ) Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex ) Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ), amilioride ( midamor ) Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ), Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres ) Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran kalsium ( nivedipin, verapamil ) Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin ) Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ), reserpin ( Serpasil ) Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ), guanabenz ( wytension ), metildopa ( aldomet )

Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, loniten Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid ( nipride, nitropess ) Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE inhibitor ( captopril, captoten )

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang. Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala Pasien tampak nyaman TTV dalam batas normal Intervensi : a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin e. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi f. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )

3. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi intoleransi aktifitas Kriteria hasil : Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas Intervensi : a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan b. Instruksikan pasien tentang penghematan energi c. Kaji respon pasien terhadap aktifitas d. Monitor adanya diaforesis, pusing e. Observasi TTV tiap 4 jam f. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

4. Kelebihan volume cairan berhubungna dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, cairan dalam keadaan seimbang Kriteria Hasil : TTV dalam rentang normal ( TD 110-120/70-80 mmHg, Nadi 60-100 x/menit, RR 1624 x/menit, Suhu 36,5OC-37,5OC Tidak ada oedem. Balance cairan seimbang Intervensi : a. Pantau haluaran urin, jumlah dan warna saat terjadi diuresis b. Hitung masukan dan keluaran cairan selama 24 jam. c. Kolaborasi pemberian diuretic

5. Resiko Injuri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien merasa tenang dan tidak takur jatuh Kriteria Hasil : klien merasa tenang klien tidak takut terjatuh Intervensi : a. Atur posisi pasien agar aman. b. Batasi aktivitas. c. Bantu dalam ambulasi.

Daftar Pustaka

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (Eds.). (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth (Vol. 2). Jakarta: EGC. Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Wilkinson, J.M & Ahern, N.R (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai