Pusrengun
BENCANA
Kerusakan ekologi atau kedaruratan dengan skala besar yang mengakibatkan kematian, cedera dan kerusakan sarana yang tidak bisa ditangani dengan prosedur biasa serta membutuhkan bantuan dari luar.
MACAM2 BENCANA
Gempa bumi Tsunami Banjir Gunung meletus Longsor Kekeringan Kebakaran hutan dan gedung Cuaca ekstrim Teroris
Tsunami
PENYEBAB:
Alamiah : kebakaran, gempa bumi Kelalaian manusia : kecelakaan KA, pesawat terbang, kapal laut. Direncanakan : ledakan bom oleh teroris
KLASIFIKASI BENCANA :
Klasifikasi
Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu: 1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadiankejadian alami seperti kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya. 2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
Fase-fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana yaitu;
fase preimpact, fase impact dan fase postimpact.
Lanjutan fase..
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi hingga penerimaan
GEMPA BUMI
Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, ex:gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus.sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa.
16
Fase post RS :
Sembuh Sembuh cacat Meninggal dunia
Area Transport
Korban akan dipindahkan sesuai dengan tingkat prioritas Korban yang stabil dan membutuhkan tindakan operasi segera akan diberangkatkan terlebih dahulu
Fase RS
Bagian gadar Penggolongan korban bencana
Lanj..
Pengumpulan data Waktu. Tergantung jenis bencana. Lokasi. Lokasi bencana, penampungan, daerah sekitar sebagai sumber daya. Pelaksana / Tim RHA. Medis, epidemiologi, kesling, bidan/perawat, sanitarian yang bisa bekerjasama dan memiliki kapasitas mengambil keputusan.
Lanj..
Metode RHA
Analisis RHA Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko, situasi penyakit dan budaya lokal, potensi sumber daya lokal, agar diperoleh gambaran 1. Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi, kelancaran evakuasi, rujukan dan pertolongan, dan pelayanan kesehatan. 2. Dampak kesehatan (epidemiologi). Angka kematianluka, angka yang terkena dan perlu pertolongan, penyakit menular berpotensi KLB. 3. Potensi sarana pelayanan. Kemampuan sarana kesehatan terdekat. 4. Potensi sumber daya kesehatan setempat dan kemugkinan mendapatkan bantuan. 5. Potensi sumber air dan sanitasi. 6. Kesediaan logistik. Yang masih ada dan yang diperlukan.
Lanj..
Rekomendasi Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang berwenang mana yang bisa diatasi sendiri, mana yang perlu bantuan. Obat-bahan-alat, medik-paramedik-surveilanssanling, pencegahan-immunisasi, ma-min, sanling, kemungkinan KLB, koordinasi, jalur komunikasi, jalur koordinasi, bantuan lain untuk mendukung kecukupan dan kelancaran pelayanan.
PERAN PERAWAT
A. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain: 1. mengenali instruksi ancaman bahaya; 2. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda) 3. melatih penanganan pertama korban bencana. 4. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembagalembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
B. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase) Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE
Merah --- paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II Kuning --- penting, prioritas kedua Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
Hijau --- prioritas ketiga Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi Hitam --- meninggal Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal
C. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana 1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari 2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian 3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS 4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian 5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa 7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot) 8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain. 9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater 10. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
X
KESIAPSIAGAAN MEDICAL RESPONSE
PASCA BENCANA
PUBLIC HEALTH RESPONSE :
AIR BERSIH DAN SANITASI SURVAILANS. PEMBERANTASAN PENYAKIT & IMMUNISASI PELAYANAN KESEHATA DASAR GIZI, DLL
CONTINGENCY
PLAN
PERENCANAAN DARURAT
Lanj..
Fase 2; Evaluasi Dilihat kembali apakah semua penderita dan dinilai dan apakah yang diambil pada fase satu menghasilkan keadaan stabil penderita. Fase 3; Inventarisasi Pada fase ini dilakukan pemeriksaan fisik lengkap secara sistematis yang tidak dapat dilakukan pada fase satu dan dua. Pada fase ini juga dapat dilakukan anamnesa yang terpimpin.
Pengkajian Secara
umum :
Hal yang diperhatikan dalam mengkaji pasien dalam keadaan gawat darurat : Situasi Keadaan pasien Lingkunan Adapun pengkajian harus menyeluruh, dari kepela sampai kaki.
Prioritas pengkajian
Airway jalan napas. Breating pernafasan Circulasi Tingkat kesadaran
Data lain :
Jenis luka/kegawatan yang mungkin terjadi. Tindakan yang diperlukan. Tersedianya transportasi. Factor waktu sebelum dilakukan tindakan.
Lanj..
Fase 4: Perencanaan dan Persiapan Pengangkutan dilakukan perencanaan dan penanganan seperti perawatan luka, imobilasi patah tulang, pemberian toksoid dan antibiotic dan tindakan persiapan pengangkutan. Fase ini tidak dapat dimulai jika masih ada korban yang belum dilihat pada fase dua dan tiga.
Persiapan Perlengkapan
Perlengkapan jalan nafas
Resusitasi ( menual, otomatik, laringoskop, nasotrakeal, gudel ). Oksigen set lengkap. Suksion.
Lanj..
Bahan-bahan untuk keperluan trauma Bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan, leher, tulang, punggung. Verban dengan segala ukuran, kaki kasa, gips. Benang desinfektan ( alcohol, betadin, obat merah, dsb). Obat-obatan Analgesic, antikoagulan, antiinflamasi, vitamin, dll. Perlengkapan lain Selimut, pembalut, kain segitiga, tensimeter, usungan, dsb.
Perencanaan..
Bertindak cepat dalam mengkaji untuk memprioritaskan masalah kegawatan, kemampuan pasien dalam hal airway, breating, dan circulation (ABC). Prioritaskan keselamatan pasien sesuai dengan masalah yang dikaji (ABC). Kajilah mulai dari kepala sampai kaki, sebelum menentukan tindakan gawat darurat secara umum. Jaga posisi pasien atau letakan pada posisi yang enak dan lindungi dari kedinginan.
Jelaskan apa yang terjadi dan yakinkan bahwa pertolongan akan diberikan ( bila pasien sadar ). Hindari pergerakan yang tidak dibutuhkan dan pindahkan pasien bila ada bahaya. Jangan berikan cairan bila ada luka pada abdomen atau jika pembiusan akan segera diberikan. Jangan mengangkat pasien sampai ambulance atau mobilyang lengkap dengan peralatan tiba.
Support psikologis.
perlu diberikan karna adanya beberapa keadaan yang mengganggu, diantaranya : Perasaan takut mati Perasaan sakit. Perasaan takut Karena ketidaktahuannya. Ketidakmampuan. Kehilangan waktu bekerja. Biaya untuk pengobatan.