Anda di halaman 1dari 150

Hasil Kerjasama Antara :

PUSAT PENELITIAN KELAUTAN


LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
dengan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
Edisi Pertama

-2002-
Pengumpulan Data dan Informasi untuk MCMA Propinsi Kalimantan Tengah

TIM PENYUSUN

Pusat Penelitian Kelautan – LPPM - ITB


Safwan Hadi
Dokumen: Pengumpulan Data dan Informasi untuk MCMA Propinsi Kalimantan Tengah
Nining Sari Ningsih
 Pusat Penelitian Kelautan – LPPM – ITB
Widodo Setiyo Pranowo
Bandung - Indonesia
Hisyam Achmad Edisi Pertama – Desember 2002
M. Arief Ramadhan Cetakan Pertama – Desember 2002
RM. Dikshie Fauzie
Haris Sunendar
Muliadi
Amirul Huda Dokumen ini ditujukan untuk memberikan informasi awal mengenai pesisir dan laut
Kinkin Sodikin di lokasi MCMA Propinsi Kalimantan Tengah. Pada saat penyusunan, terbitan ini
Hafizh Ali menyajikan kajian dasar yang penting mengenai wilayah pesisir dan laut di lokasi
Rinny Cempaka MCMA Propinsi Kalimantan Tengah, namun informasi didalamnya mungkin telah
Mardhiatul Asparini mengalami perubahan pada saat pembacaan.
Aditya Riadi Gusman Oleh karena itu, kami mohon bantuan anda untuk memberikan data terbaru,
Dessy Berlianty koreksi atau informasi lainnya yang berhubungan dengan Dokumen ini.
Masukan dan saran dapat disampaikan kepada:

BAPPEDA Propinsi Kalimantan Tengah


Jl. Diponegoro No. 60
Telp. +62-536-21715 / 21645
Editor Pengarah : Nining Sari Ningsih Fax. +62-536-22217 / 29160
Peta : Tim GIS PPK-ITB, BAPPEDA Propinsi Kalimantan Tengah Palangka Raya - 73111
Tata Letak : Hafizh Ali Kalimantan Tengah – Indonesia
Fotografer : Widodo S. Pranowo, M. Arief Ramadhan
Sumber Foto : PPK-ITB, YAYORIN, Situs internet
Atau
Foto Sampul : Widodo S. Pranowo, Situs Internet, YAYORIN
Pusat Penelitian Kelautan – LPPM - ITB
Gedung Labtek VI Lantai 4
Keterangan Sampul Jl. Ganesha 10
Foto Latar : Jembatan Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya, Ibukota Telp / Fax. +62-22-2512430
Propinsi Situs internet: http://www.ppk.itb.ac.id
Kalimantan Tengah. Bandung - 40132
Foto Kecil (Segi Enam) : Penyu Hijau (http://www.strt.hacettepe.edu.tr); Pantai Ujung Jawa Barat - Indonesia
Pandaran di Kabupaten Kotawaringin Timur; Aktivitas di
Pelabuhan Sampit; Aktivitas Nelayan di Kuala Pembuang, Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.
Kabupaten Kotawaringin Timur.
Foto Kecil (Kiri - Kanan) : Pantai Ujung Pandaran di Kabupaten Kotawaringin Timur;
Dermaga rakyat di Ujung Pandaran; Penggergajian Kayu di
Pulau Kupang, Kab. Kapuas; Owa-owa (Sumber: YAYORIN).
Tim Penyusun.
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

P engelolaan wilayah pesisir secara tepadu sangat tergantung pada tersedianya informasi bio-fisik, sosial ekonomi, budaya, dan kelembagaan yang obyektif, akurat dan
terbaharui. Informasi ini akan lebih mudah dimanfaatkan bila ditampilkan dalam bentuk peta-peta tematik dan teks dskripsi. Mengingat perkembangan dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan laut Propinsi Kalimantan Tengah harus dilakukan secara optimal maka perlu disusun suatu Atlas yang dapat mengidentifikaikan potensi dan
isu-isu pengelolaan yang ada di daerah tersebut.
Dalam kaitan ini kegiatan pengumpulan data dan informasi untuk MCMA (Marine and Coastal Management Area) Propinsi Kalimantan Tengah ditujukan untuk memberikan
informasi tentang potensi wilayah pesisir dan laut Propinsi Kalimantan Tengah yang meliputi aspek potensi bio-fisik, kondisi sosial ekonomi, budaya, dan kelembagaan serta isu-
isu yang perlu mendapat perhatian dan pemecahan segera. Atlas ini menyajikan informasi tentang potensi dan permasalahan serta rekomendasi awal perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir dan laut sehingga diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan
pelestarian habitat agar tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai.
Pengumpulan data dan informasi untuk MCMA Propinsi Kalimantan Tengah ini terlaksana atas kerjasama Pusat Penelitian Kelautan – Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat Institut Teknologi Bandung dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Kalimatan Tengah.
Dokumen ini akan lebih bernilai guna apabila data dan informasi yang terdapat didalamnya terus diperbaharui dan disebarluaskan kepada masyarakat umum. Untuk itu
Dokumen ini dilengkapi dengan CD-ROM basis data dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Atlas Wilayah Pesisir dan Laut Kalimantan Tengah berbasis WEB agar proses
pembaruan data dan informasi dapat dilakukan dengan mudah. Kami mengharapkan masukan dari pembaca demi penyempurnaan perbaikan produksi Dokumen yang
berupa Pengumpulan Data dan Informasi untuk MCMA Propinsi Kalimantan Tengah ini pada waktu mendatang.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya dokumen ini mulai dari proses
perencanaan hingga selesainya, dan semoga dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.
Bandung, 20 Desember 2002
Pusat Penelitian Kelautan
Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat
Institut Teknologi Bandung

Tim Penyusun

i
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

P
otensi wilayah pesisir Kalimantan Tengah sebenarnya sudah lama menjadi perhatian masyarakat setempat, kalangan akademisi, dan berbagai instansi terkait baik daerah
maupun pusat, tetapi data dan informasi tersebut belumlah tersaji dalam satu kesatuan yang utuh dan interaktif agar bisa digunakan secara bersama-sama sebagai
gambaran awal dalam langkah untuk mengelola kawasan pesisir Kalimantan Tengah.
Untuk itu, kami menyambut dengan baik atas terselesaikannya Dokumen Laporan tentang Pengumpulan Data dan Informasi untuk MCMA (Marine and Coastal Management
Area) Propinsi Kalimantan Tengah yang merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah dan Pusat Penelitian Kelautan (PPK) dibawah Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB). Dokumen ini bersifat interaktif karena disertai dijabarkan juga melalui Sistem Informasi Geografis
(SIG), yang direncanakan dapat diakses melalui internet oleh khalayak umum.
Kami sangat berharap agar dokumen ini dapat digunakan sebaik-baiknya oleh masyarakat Kalimantan Tengah, masyarakat lainnya secara luas, kalangan akademisi, dan instansi
terkait untuk lebih mengetahui, mengenal, dan mengelola potensi wilayah pesisir Propinsi Kalimantan Tengah secara lestari dan berkesinambungan.
Waktu yang diberikan dalam proses penyusunan dokumen dan pembangunan Sistem Informasi Geografis ini bisa dikatakan terlalu singkat, tetapi tetap bisa menyajikan data dan
informasi yang banyak membantu kami dalam mendapatkan isu-isu pengelolaan pesisir Kalimantan Tengah. Dan kami sangat mengharapkan kesadaran dan koordinasi antar
instansi terkait dalam memperbaharui data dan informasi wilayah pesisir Kalimantan Tengah ini agar selalu tersaji terbaru dan akurat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan terselesaikannya dokumen ini. Mudah-mudahan dokumen ini akan
memberikan manfaat bagi pembangunan wilayah pesisir pada khususnya dan pembangunan daerah propinsi Kalimantan Tengah pada umumnya.

Palangka Raya, Desember 2002


Kepala Bappeda Propinsi
Kalimantan Tengah

J.J. KOETIN
Pembina Utama Madya
NIP.010056908

ii
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Penyusunan Pengumpulan Data dan Informasi untuk MCMA Propinsi Kalimantan Tengah ini dapat terselesaikan atas dukungan dan partisipasi masyarakat Kalimantan Tengah,
bersama dengan tenaga ahli, Bappeda Propinsi Kalimantan Tengah, dan instansi-instansi terkait lainnya. Dengan tersusunnya buku ini, kami, tim penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaiannya.

UCAPAN TERIMA KASIH TERUTAMA DISAMPAIKAN KEPADA :

PEMERINTAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Barat Ir. F. Robert Iman, M.Si (Ketua Jurusan Perikanan)
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat
Drs. J J Koetin (Kepala Bappeda) Ir. Lilia, M.Si (Sekretaris Jurusan Perikanan)
Ir. Elita, MSP (Staf Pengajar Jur. Perikanan)
Drs. Diarto (Kabag Ekonomi Bappeda)
PEMERINTAH DAERAH TINGKAT II KOTAWARINGIN TIMUR Ir. Inga Torang, M.Si (Staf Pengajar Jur. Perikanan)
Drs. Daulay (Bappeda)
Ir. Tarjono Buchar, M.Si (Kepala Laboratorium Jur. Perikanan)
Alpisah, MT (Pimpro MCRMP Kab. Kotawaringin Timur)
Drs. Eteri Hirano, MT (Peminpin Proyek MCRMP) Linda Wulandari, S.Pi (Laboran Lab. Jur. Perikanan)
Masran Hadi (Staf Bappeda)
Drs. Siswohardjo (Ka.Bag. Tata Ruang Bappeda) Ir. Andi Hutu (Staf Jur. Perikanan)
Ir. Parlindungan Pakpahan (Kepala Dinas Perikanan)
Drs. Dirgahayu (Staf Bappeda bag Tata Ruang) Drs. Sufridson Heno, MS (Fakultas Ekonomi)
Abdul Gafar,S.Pi. (staf Dinas Perikanan)
Ir. Multibudhi A Gara, MSc (Balitbangda) Drs. Karmen Marpaung, M.Si (Fakultas Ekonomi)
Bartholomeus (staf Dinas Perikanan)
Ir. Kampili, MSc (Balitbangda) Dra. Sri Wahyutami, M.Si (Ketua UPT Bid. Studi MIPA Lab. Dasar &
Suardi (staff Dinas Pertambangan)
Dr. Toekik B. Toemon, SKM (Kepada Dinas Kesehatan) Analitik)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Timur
Dr. Djono Koesanto, MPH (Kabag Bina Program Dinas Kesehatan) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Timur Adi Susanto dan Reza (Laboran Lab. Kimia Analitik)
Ir. Alfred Eddy (Dinas Pertambangan)
Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah PEMERINTAH DAERAH TINGKAT II SERUYAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Tengah Ir. Ridwan (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan) Ir. H. Darni Subari F, MS (Ketua Pusat Penelitian Lingkungan Hidup)
Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah Drs. Murdjani ( Kepala Lab. Kimia Air PPLH)
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi Kalimantan Tengah Usman (Laboran Lab. Kimia Air PPLH)
PEMERINTAH DAERAH TINGKAT II KAPUAS
Dinas Perhubungan Propinsi
Wisnu S.Pi (Staf Dinas Perikanan)
LEMBAGA DAN PERUSAHAAN SWASTA
PEMERINTAH DAERAH TINGKAT II KOTAWARINGIN BARAT
Junaedi (staf Dinas Pekerjaan Umum)
Ir. Sri Hartono (Official Manager PT. CP. Prima wil. Kalteng)
Syarifuddin (Kasubdin Bina Program ,Dinas Kehutanan)
Kepala Bappeda Kabupaten Kapuas H. Tajuddin Noor (Biro jasa Angkutan Travel Satelit)
Yulianus (Dinas Pariwisata)
Yayasan Orang Utan Indonesia
Ir. Yoab Andrian Mihing, MM (Kepala Dinas Perikanan)
LSM Tingang Jaya
PEMERINTAH DAERAH TINGKAT II KATINGAN
Suherti Redy. GT (Kepala Balai Taman Nasional Tanjung Putting)
Muhamad Yadi dan Juhdi (Staf Dinas Pariwisata) Dinas Kelautan dan Perikanan
Bappeda Tingkat II Katingan INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
H. Muh. Yadi (BPS)
Rektor Institut Teknologi Bandung
Khairil Anwar (Kepala Dinas Pertanian)
UNIVERSITAS PALANGKARAYA Kepala Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat ITB
H. Said Sulaiman (Staf PPI Kumai)
Ir. Yulius, M.Si (Dekan Fakultas Pertanian)

iii
1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Hal
Kata Pengantar i BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2-1
Sambutan ii 2.1 Sistem Dan Definisi Wilayah Pesisir 2-1
Ucapan Terima Kasih iii 2.2 Karakteristik Bio-Geofisik 2-3
Daftar Isi iv-1 2.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Budaya 2-4
Daftar Tabel v-1
Daftar Gambar vi-1 BAB 3 LETAK GEOGRAFIS DAN WILAYAH PESISIR 3-1
Daftar Peta vii 3.1 Wilayah Pesisir 3-1
Daftar Lampiran viii 3.1.1 Kabupaten Kapuas 3-2
3.1.2 Kabupaten Pulang Pisau 3-2
BAB 1 SEKILAS TENTANG KONDISI DAN PERMASALAHAN 1-1 3.1.3 Kabupaten Kotawaringin Timur 3-3
WILAYAH PESISIR PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
3.1.4 Kabupaten Seruyan 3-3
1.1 Latar Belakang 1-1
3.1.5 Kabupaten Katingan 3-3
1.2 Sekilas Permasalahan di Wilayah Pesisir 1-2
3.1.6 Kabupaten Sukamara 3-4
1.3 Propinsi/Kabupaten/Kota 1-2
3.1.7 Kabupaten Kotawaringin Barat 3-4
1.4 Tujuan dan Sasaran 1-2
1.5 Metodologi 1-2
BAB 4 GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI PESISIR 4-1
1.5.1 Persiapan 1-3
4.1 Geomorfologi 4-1
1.5.2 Survei Instansi 1-3
4.1.1 Satuan Morfologi 4-1
1.5.3 Survei Lapangan 1-3
4.1.2 Pola Pengaliran dan Stadia Daerah 4-3
1.5.4 Studi Identifikasi, Analisis dan Evaluasi 1-4
4.2 Stratigrafi 4-3
1.5.5 Penyusunan Atlas dan Sistem Informasi 1-4
4.3 Sumberdaya Geologi 4-6
Geografis
4.3.1 Sumberdaya Energi 4-6
4.3.2 Sumberdaya Mineral 4-7

iv-1
1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

4.4 Bahaya Lingkungan Beraspek Geologi 4-8 BAB 6 EKOSISTEM PESISIR 6-1
4.5 Isu-Isu 4-8 6.1 Ekosistem Perairan 6-1
4.5.1 Sedimentasi 4-8 6.2 Mangrove 6-1
4.5.2 Optimalisasi Gambut 4-9 6.3 Padang Lamun 6-3
6.4 Estuaria 6-4
BAB 5 KONDISI OSEANOGRAFI, KUALITAS PERAIRAN, DAN IKLIM 5-1 6.5 Flora dan Fauna 6-4
5.1 Parameter Hidro-Oseanografi 5-1 6.6 Penggunaan dan Ancaman Habitat Utama 6-11
5.1.1 Batimetri 5-1 6.7 Fungsi dan Manfaat Habitat Utama 6-11
5.1.2 Pola Arus Laut 5-2 6.8 Isu-Isu 6-13
5.1.3 Pasang Surut 5-3
5.1.4 Gelombang 5-5 BAB 7 SUMBERDAYA AIR 7-1
5.1.5 Temperatur Laut 5-7 7.1 Kondisi Air Permukaan 7-1
5.1.6 Kecerahan Perairan 5-7 7.1.1 Daerah Aliran Sungai 7-1
5.1.7 Padatan Total Tersuspensi (TSS) dan 5-9 7.1.1.1 Kondisi Fisik 7-2
Kekeruhan Perairan
7.1.1.2 Peruntukan Sungai 7-3
5.2 Parameter Kimia Perairan 5-9
7.1.1.3 Degradasi dan Pencemaran 7-4
5.2.1 Salinitas Perairan 5-9
7.2 Kondisi Air Bawah Permukaan (Air Tanah) 7-4
5.2.2 Derajat Keasaman (pH) 5-10
7.2.1 Degradasi dan Pencemaran 7-5
5.2.3 Nitrat 5-10
7.3 Isu-Isu 7-7
5.2.4 Fosfat 5-11
5.2.5 Oksigen Terlarut 5-12
BAB 8 KAWASAN KONSERVASI 8-1
5.2.6 Logam Berat 5-14
8.1 Kawasan Konservasi Pesisir 8-1
5.3 Parameter Biologi Perairan 5-15
8.1.1 Taman Nasional Tanjung Puting 8-1
5.3.1 Kelimpahan dan Keanekaragaman 5-15
8.1.2 Taman Wisata Alam Tanjung Penghujan 8-3
Fitoplankton
8.1.3 Suaka Margasatwa Sungai Lamandau 8-4
5.3.2 Kelimpahan dan Keanekaragaman 5-18
Zooplankton 8.2 Kawasan Konservasi Non Pesisir 8-4
5.4 Upwelling Sebagai Indikator Perikanan Tangkap 5-20 8.2.1 Cagar Alam Parawen I dan II 8-4
5.5 Iklim dan Cuaca 5-21 8.2.2 Cagar Alam Bukit Sapat Hawung 8-5

iv-2
2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

8.2.3 Cagar Alam Bukit Tangkiling 8-5 11.3 Isu-Isu Usaha Perikanan Budidaya 11-3
8.2.4 Taman Wisata Bukit Tangkiling 8-6 11.4 Pentingnya Perikanan Tangkap 11-4
8.2.5 Suaka Margasatwa Arboretum Nyaru 8-6 11.5 Sumberdaya Ikan dan Lokasinya 11-4
Menteng
11.6 Sentra Perikanan dan Sasarannya 11-5
8.3 Isu-Isu 8-7
11.7 Teknologi Yang Digunakan 11-5
11.8 Isu-Isu Perikanan Tangkap 11-6
BAB 9 KESESUAIAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN DI 9-1
WILAYAH PESISIR
BAB 12 PARIWISATA BAHARI PESISIR 12-1
9.1 Penggunaan Lahan 9-1
12.1 Pariwisata 12-1
9.2 Arahan dan Kesesuaian Lahan 9-1
12.2 Pariwisata Bahari 12-1
9.3 Isu-Isu 9-2
12.3 Pariwisata Pesisir 12-3
12.4 Isu-Isu 12-4
BAB 10 SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA WILAYAH PESISIR 10-1
10.1 Wilayah dan Administrasi Kabupaten 10-1
BAB 13 ISU PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR 13-1
10.1.1 Kabupaten Kapuas 10-1
13.1 Kebersihan 13-1
10.1.2 Kabupaten Pulang Pisau 10-3
13.2 Kelembagaan Adminisrasi dan Tata Ruang 13-1
10.1.3 Kabupaten Kotawaringin Timur 10-3
13.3 Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir 13-2
10.1.4 Kabupaten Seruyan 10-3
13.4 Pendidikan, Sarana Prasarana, dan Pariwisata 13-2
10.1.5 Kabupaten Katingan 10-4
13.5 Sanitasi dan Kesehatan 13-3
10.1.6 Kabupaten Sukamara 10-4
13.6 Kerusakan Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) 13-3
10.1.7 Kabupaten Kotawaringin Barat 10-4
13.7 Pencemaran 13-3
10.2 Potensi dan Penguasaan Secara Adat 10-5
Sumberdaya Wilayah Pesisir 13.8 Bencana Alam 13-4
10.3 Keadaan Kependudukan 10-8
10.4 Aksesibilitas 10-11 DAFTAR PUSTAKA DP-1
10.5 Sumber Penghidupan Penduduk di Wilayah 10-20 DAFTAR SINGKATAN & AKRONIM DS-1
Pesisir Kalimantan Tengah DAFTAR ISTILAH DI-1
10.6 Struktur dan Organisasi Sosial Masyarakat Pesisir 10-28 LAMPIRAN L-1

BAB 11 PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR 11-1


11.1 Budidaya Perikanan 11-1
11.2 Budidaya Udang 11-2

iv-3
3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Hal
Tabel 1.1 Penjabaran Sistem Informasi Geografis (SIG) Atlas 1-5 Tabel 5.12 Kandungan Oksigen Terlarut di Beberapa Lokasi Perairan 5-13
Wilayah Pesisir dan Laut Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Tabel 3.1 Kabupaten di Wilayah Pesisir 3-2 Tabel 5.13 Kandungan Oksigen yang Digunakan Untuk Proses 5-13
Tabel 4.1 Klasifikasi Gambut 4-10 Biologis (Biological Oxygen Demand) di Beberapa Lokasi
Perairan Pesisir Kalimantan Tengah
Tabel 5.1 Kecepatan Arus Hasil Pengukuran di Beberapa Lokasi 5-2
Perairan Kalimantan Tengah Tabel 5.14 Kandungan Oksigen yang Digunakan Untuk Proses 5-14
Kimiawi (Chemical Oxygen Demand) di Beberapa Lokasi
Tabel 5.2 Hasil Peramalan Air Pasang Tertinggi, Air Surut Terendah 5-4 Perairan Pesisir Kalimantan Tengah
dan Tunggang Maksimum Pasang Surut di Perairan
Pantai Kalimantan Tengah Tabel 5.15 Kandungan Logam Berat Terlarut di Beberapa Lokasi 5-14
Perairan Pesisir Kalimantan Tengah
Tabel 5.3 Kisaran Tinggi Gelombang dan Arah Datang Gelombang 5-6
Sea dan Swell di Kalimantan Tengah Pada Musim Timur Tabel 5.16 Kelimpahan Fitoplankton di Beberapa Lokasi Perairan 5-15
Kalimantan Tengah
Tabel 5.4 Kisaran Tinggi Gelombang dan Arah Datang Untuk 5-7
Gelombang Sea dan Swell di Perairan Kalimantan Tabel 5.17 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi 5-16
Tengah pada Musim Barat Fitoplankton di Perairan Kalimantan Tengah

Tabel 5.5 Temperatur Air di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan 5-8 Tabel 5.18 Nama Kelas dan Genera Fitoplankton yang Ditemukan di 5-16
Perairan Pantai Kalimantan Tengah
Tengah
Tabel 5.6 Kecerahan Air di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan 5-8 Tabel 5.19 Kelimpahan Zooplankton di Beberapa Lokasi Perairan 5-18
Tengah Kalimantan Tengah

Tabel 5.7 Kandungan Total Suspensi Terlarut (Total Suspended 5-9 Tabel 5.20 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi 5-19
Zooplankton di Perairan Kalimantan Tengah
Solid) dan Kekeruhan di Beberapa Lokasi Perairan
Kalimantan Tengah Tabel 5.21 Nama Filum dan Genera Zooplankton yang Ditemukan di 5-19
Tabel 5.8 Salinitas Air di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan 5-10 Perairan Kalimantan Tengah
Tengah Tabel 6.1 Hutan Bakau di Kalimantan Tengah 6-1
Tabel 5.9 Derajat Keasaman (pH) Air di Beberapa Lokasi Perairan 5-11 Tabel 6.2 Jenis Hutan Bakau di Kalimantan Tengah 6-2
Kalimantan Tengah Tabel 6.3 Jenis Lamun yang Ditemukan di Kalimantan Tengah 6-3
Tabel 5.10 Kandungan Nitrat di Beberapa Lokasi Perairan Pesisir 5-11
Tabel 6.4 Fauna Laut yang Terdapat di Perairan Kalimantan 6-10
Kalimantan Tengah
Tengah
Tabel 5.11 Kandungan Fosfat di Beberapa Lokasi Perairan Pesisir 5-12
Tabel 7.1 Panjang, Lebar, dan Kedalaman Sungai di Kalimantan 7-2
Kalimantan Tengah
Tengah

v-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 7.2 Peruntukkan Sungai Untuk Transportasi 7-3 Tabel 10.8 Produksi Perikanan di Kawasan Pesisir Kalimantan Tengah 10-24
Tabel 7.3 Kualitas Air Sumur Pada Beberapa Tempat di Kalimantan 7-5 Tahun 2001 (Satuan dalam ton)
Tengah Tabel 10.9 Mata Pencaharian Utama dan Tambahan di Desa-Desa 10-26
Tabel 10.1 Wilayah Administrasi Pesisir di Propinsi Kalimantan Tengah 10-2 Wilayah Pesisir Kalimantan Tengah

Tabel 10.2 Jenis Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir Kalimantan 10-7 Tabel 10.10 Kelompok Etnis dan Jenis Pekerjaannya di Desa-Desa 10-27
Tengah Wilayah Pesisir Kalimantan Tengah

Tabel 10.3 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan 10-9 Tabel 11.1 Pemanfaatan Lahan Tambak 11-1
Penduduk Desa-Desa Pesisir Kalimantan Tengah Tabel 11.2 Potensi Kelompok Sumberdaya Ikan Pada Wilayah 11-5
Tabel 10.4 Kelompok Etnis Dominan dan Lainnya di Desa-Desa 10-10 Pengelolaan Perikanan dan Penyebaran Jenis-Jenis Ikan
Wilayah Pesisir Kalimantan Tengah Tabel 11.3 Produksi dan Tingkat Pemanfaatan Perkelompok 11-5
Tabel 10.5 Fasilitas Listrik, Telepon, Radio, dan Televisi di Kalimantan Sumberdaya Ikan pada Wilayah III Pengelolaan
10-16
Tengah Perikanan (Pemanfaatan Dalam %)

Tabel 10.6 Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan di Kalimantan Tengah 10-19


Tabel 10.7 Jenis dan Jumlah Perahu Nelayan di Wilayah Pesisir di 10-22
Kalimantan Tengah

v-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Hal
Gambar 1.1 Desa Batanjung Sebagai Salah Satu Sudut Pesisir 1-5 Gambar 5.3 Pola Sebaran Tinggi Gelombang dan Arah 5-5
Kalimantan Tengah Datang Gelombang pada Musim Timur di Perairan
Kalimantan Tengah
Gambar 2.1 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir Pantai 2-2
Gambar 5.4 Spektrum 2D Perairan Kalimantan Tengah (3˚0’10’’ 5-5
Gambar 2.2 Interaksi-Interaksi di Daerah Perairan Pantai (DPP) 2-4
LS - 113˚28’48’’BT) pada Musim Timur
atau Pesisir
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kalimantan Tengah 3-1 Gambar 5.5 Pola Sebaran Tinggi Gelombang dan Arah 5-6
Datang Gelombang pada Musim Barat di Perairan
Gambar 3.2 Kantor Sementara Bupati Kabupaten Pulang Pisau 3-2 Kalimantan Tengah
Gambar 3.3 Tugu di Kota Sampit, Ibukota Kabupaten 3-3 Gambar 5.6 Spektrum Perairan Kalimantan Tengah (3˚0’10’’ LS - 5-7
Kotawaringin Timur 113˚28’48’’BT) pada Musim Barat
Gambar 3.4 Papan Tanda Batas Antara Kabupaten Kapuas 3-4 Gambar 5.7 Bahan-bahan Kimia Untuk Keperluan Analisa Nitrat 5-11
dan Kabupaten Pulang Pisau dan Fosfat
Gambar 4.1 Satuan Morfologi Dataran Pantai di Sei Bakau, 4-2 Gambar 5.8 Pengambil Sampel Air Untuk Keperluan Analisa 5-13
Kabupaten Kotawaringin Barat Plankton
Gambar 4.2 Daerah Cekungan di Kalimantan 4-3 Gambar 5.9 Alat Spektrofotometer untuk Menganalisa Nitrat 5-16
Gambar 4.3 Stratigrafi Palangka Raya Kalimantan Tengah 4-5 dan Fosfat

Gambar 4.4 Stratigrafi Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 4-5 Gambar 5.10 Contoh Organisme Fitoplankton yang Ditemukan 5-17
di Perairan Kalimantan Tengah
Gambar 4.5 Kiri: Singkapan Kaolin di Sampit. Kanan: Singkapan 4-8
Pasir Kuarsa di Kuala Pembuang Gambar 5.11 Mikroskop untuk Melihat Plankton Saat Proses 5-19
Identifikasi dan Panghitungan Kelimpahan
Gambar 4.6 Batu Kecubung (Kristal Kwarsa) Sebagai Salah 4-10
Satu Bahan Galian yang Unik di Kabupaten Gambar 5.12 Contoh Organisme Zooplankton yang Ditemukan 5-20
Kotawaringin Barat di Perairan Kalimantan Tengah
Gambar 4.7 Stratigrafi di Pantai Keraya Kec. Kurnai Kab. 4-10 Gambar 6.1 Populasi Nipah di Sepanjang Sungai Kapuas 6-2
Kotawaringin Barat Gambar 6.2 Pohon Mangrove di Sungai Teras 6-2
Gambar 5.1 Peramalan Pasang Surut di Tanjung Keluang 13-30 5-4 Gambar 6.3 Hutan Rawa di Sepanjang Sungai Sekonyer, 6-4
Oktober 2002 Kabupaten Kotawaringin Barat
Gambar 5.2 Peramalan Pasang Surut di Teluk Sampit 13-30 5-4 Gambar 6.4 Bekantan di Taman Nasional Tanjung Puting 6-6
Oktober 2002
Gambar 6.5 Owa-Owa di Taman Nasional Tanjung Puting 6-7

vi-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Gambar 6.6 Buaya Sapit 6-8 Gambar 10.1 Kantor Kepala Desa Batanjung, Kabupaten 10-2
Kapuas
Gambar 6.7 Buaya Muara 6-9
Gambar 10.2 Kantor Kecamatan Kapuas Kuala yang berlokasi 10-3
Gambar 6.8 Duyung 6-9
di Desa Lupak Dalam
Gambar 6.9 Penyu Hijau 6-9
Gambar 10.3 Angkutan Barang Melalui Sungai Kapuas 10-12
Gambar 6.10 Kepiting Bakau 6-10
Gambar 10.4 Transportasi Speed Boat oleh Penduduk Setempat 10-13
Gambar 6.11 Ubur-Ubur 6-10
Gambar 10.5 Kondisi Jalan di Asam Baru yang Menghubungkan 10-14
Gambar 6.12 Udang Penaeus 6-10 Sampit dan Pangkalan Bun
Gambar 6.13 Ikan Lumpur yang Biasa Digunakan Penduduk 6-12 Gambar 10.6 Kondisi Perbaikan Jalan yang Menghubungkan 10-14
Setempat Untuk Obat Asma Desa Ujungpandaran dan Desa Sei Bakau
Gambar 6.14 Pemanfaatan Daun Nipah Sebagai Atap Rumah 6-13 Gambar 10.7 Pelabuhan Perahu Penyeberangan yang 10-15
Gambar 7.1 Aktivitas di Sungai Kahayan 7-3 Menghubungkan Desa Kuala Pembuang Satu
dengan Kota Kuala Pembuang, Kabupaten
Gambar 7.2 Kondisi Sumur Rakyat di Kecamatan Kumai, 7-5 Seruyan
Kabupaten Kotawaringin Barat
Gambar 10.8 Kondisi Jalan di Kalimantan Tengah 10-15
Gambar 7.3 Aliran Sungai Tanjung Puting yang Berwarna 7-6
Coklat Kemerahan karena Struktur Tanah di Dasar Gambar 10.9 Pelabuhan Taxi Sungai (Speed Boat) di Kab. 10-17
dan Sekelilingnya adalah Gambut Kapuas
Gambar 7.4 Pencemaran Limbah Rumah Tangga di Sungai 7-7 Gambar 10.10 Bangunan Sekolah Dasar di Desa Sei Sekonyer, 10-17
Kapuas Tanjung Harapan, Kotawaringin Barat
Gambar 7.5 Mahasiswa dari Safier.Studentweb.org sedang 7-7 Gambar 10.11 Salah Satu Tandon Air Bersih Penduduk Desa 10-18
Eksperimen Memfilter Air Tanah agar pH-nya Lupak Dalam, Kabupaten Kapuas
Menjadi Netral di Desa Sei Sekonyer, Kab. Gambar 10.12 Instalasi Sumur Pompa, Menara Penyaring Logam 10-18
Kotawaringin Barat Berat, dan Tandon Air bersih untuk Keperluan
Gambar 8.1 Pintu Masuk ke Taman Nasional Tanjung Puting 8-1 Pabrik Es dan Masyarakat Sekitar PPI Kumai, dalam
Kondisi Belum Difungsikan Sepenuhnya
Gambar 8.2 Yayasan Orang Utan Indonesia yang Bergerak 8-3
dalam Kegiatan Penelitian dan Konservasi Gambar 10.13 Proses Pembuatan Es di Pabrik Es Kompleks PPI 10-18
Mengenai Orang Utan dan Hutan Tropik Kumai

Gambar 8.3 Kantor Balai Taman Nasional Tanjung Puting di 8-3 Gambar 10.14 Bahan Baku Minyak Kopra Hasil Kebun-kebun 10-21
Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat Kelapa Masyarakat di Wilayah Pesisir
Gambar 8.4 Pintu Masuk ke Taman Wisata Alam Tanjung 8-7 Gambar 10.15 Udang Kupas Kering sebagai Komoditi Unggulan 10-21
Penghujan Masyarakat di Desa Kuala Pembuang, Kabupaten
Seruyan
Gambar 9.1 Lahan Sawah Tadah Hujan Sehabis Masa Panen di 9-2
Kabupaten Pulang Pisau Gambar 10.16 Bahan Baku Terasi Sebagai Pemanfaatan Lain dari 10-21
Udang-udang Kecil Yang Semula Kurang Ekonomis
Gambar 9.2 Perkebunan Kelapa Intensif di Desa Sebamban, 9-2
Kecamatam Mentaya Hilir Selatan, Kab. Gambar 11.1 Tambak Tradisional Milik Masyarakat Desa Sungai 11-2
Kotawaringin Timur Pasir (Tanjung Lumpur) Kec. Jelai Kab. Sukamara

vi-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Gambar 11.2 Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) 11-2 Gambar 12.7 Kawasan Wisata Pantai Ujungpandaran yang 12-5
Permanen Milik PT. Betang Tiara Seluas 40 Hektar Kondisinya Memprihatinkan
Gambar 11.3 Kanal Pengairan ke Lahan Pertambakan Baru 11-3 Gambar 12.8 Kondisi Jalan di Desa Sei Teras Menuju Desa 12-6
Untuk Udang di Desai Sei Bakau, Kecamatan Cemara Labat yang Terancam Abrasi oleh Kanal-
Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat kanal di Kedua Sisi Jalan
Gambar 11.4 Ikan Laut (Pari, Sirip Hiu) Yang Biasa Ditangkap 11-4 Gambar 12.9 Danau Gatal yang Terletak di Kecamatan 12-6
Nelayan Kotawaringin Lama sedang Dalam Tahap
Wacana Pengembangan oleh Pemda
Gambar 11.5 Kepiting Rajungan Hasil Tangkapan Nelayan 11-4
Kotawaringin Barat
Dengan Menggunakan Jaring Sungkur
Gambar 12.10 Pantai Wisata Alam Tanjung Tanjung Keluang 12-6
Gambar 11.6 Dermaga Nelayan di Kuala Pembuang 11-6
(Tanjung Penghujan) Kotawaringin Barat
Gambar 11.7 Suasana di Pelabuhan Nelayan 11-6
Gambar 13.1 Pelabuhan (III) Pulang Pisau 13-4
Gambar 11.8 Jaring Apung Berbahan Monofilamen yang 11-7
Gambar A.1 Bagan Kompromi Penetapan Batas Pesisir L-4
Digunakan Untuk Operasi Penangkapan Ikan
pada Siang Hari
Gambar 11.9 Nelayan Sedang Memperbaiki Jaring Sungkur 11-7
atau Serop (bahasa lokal setempat) yang Biasa
Digunakan Untuk Menangkap Kepiting Rajungan
Gambar 11.10 Lempara Dasar Sebagai Alat Tangkap Tradisional 11-7
Masyarakat Setempat
Gambar 12.1 Jalan Menuju Kompleks Wisata Bugam Raya 12-2
(P.Kubu, Teluk Bogam, Keraya) Kabupaten
Kotawaringin Barat
Gambar 12.2 Lokasi Wisata Pantai Kubu di Kecamatan Kumai, 12-2
Kabupaten Kotawaringin Barat
Gambar 12.3 Peninggalan Kerajaan PRA.KUSUMAYUDHA 12-3
(Gubah Besar) yang Terletak di Kecamatan Arut
Selatan, Kota Pangkalan Bun
Gambar 12.4 Lokasi Wisata Pantai Teluk Bogam di Kecamatan 12-3
Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat
Gambar 12.5 Makam Kyai Gedhe Sebagai Tokoh Penyebar 12-4
Agama Islam yang Terletak di Kecamatan
Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin
Barat
Gambar 12.6 Fasilitas di Kawasan Wisata Pantai Tanjung 12-5
Keluang (Tanjung Penghujan) yang Kondisinya
Tidak Terawat
vi-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

PETA Hal
1 Propinsi di Indonesia 3-5
2 Administrasi Kabupaten Propinsi Kalimantan Tengah 3-6
3 Administrasi Kecamatan Propinsi Kalimantan Tengah 3-7
4 Geomorfologi Propinsi Kalimantan Tengah 4-11
5 Kerusakan Pantai Propinsi Kalimantan Tengah 4-12
6 Batimetri Propinsi Kalimantan Tengah 5-23
7 Arus Permukaan dan Potensi Upwelling Propinsi Kalimantan 5-24
Tengah
8 Kualitas Air dan Sebaran Plankton Propinsi Kalimantan Tengah 5-25
9 Ekosistem Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah 6-14
10 Sumberdaya Air Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah 7-8
11 Kawasan Konservasi Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah 8-8
12 Arahan dan Kesesuaian Lahan Propinsi Kalimantan Tengah 9-3
13 Administrasi Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah 10-29
14 Demografi Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah 10-30
15 Sebaran Etnis di Pesisir Kalimantan Tengah 10-31
16 Sarana Transportasi Propinsi Kalimantan Tengah 10-32
17 Administrasi Jaringan Pasar Regional dan Lokal 10-33
18 Potensi Perikanan Propinsi Kalimantan Tengah 11-8
19 Pariwisata Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah 12-7
20 Isu Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah 13-5

vii
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Hal
BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK MENENTUKAN BATAS WILAYAH PESISIR L-1
PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
1 Pendahuluan L-1
1.1 Batas Pesisir Secara Fisik L-2
1.2 Batas Pesisir Secara Ekosistem L-2
1.3 Batas Pesisir Secara Geomorfologi dan Geologi L-3
1.4 Batas Pesisir Secara Administrasi dan Ekonom L-3
1.5 Batas Pesisir Secara Kepentingan Pengelolaan L-3
2 Kompromi Pengambilan Kebijakan Penetapan Batas Pesisir L-4

viii
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

S umberdaya wilayah pesisir dan laut Kalimantan Tengah sejauh ini belum
dapat dikelola dengan baik karena adanya keterbatasan data dan
sumberdaya alam yang tidak terkontrol akan menimbulkan gangguan
terhadap kestabilan ekosistem dan merusak lingkungan hidup sekitarnya.
informasi, terutama berkenaan dengan informasi-informasi yang obyektif, Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah maka
akurat dan terbaharui di wilayah tersebut. Oleh karena itu, salah satu kegiatan salah satu prioritas pembangunannya adalah mengembangkan beberapa
dalam Proyek Pengumpulan Data dan Informasi Untuk MCMA (Marine and kawasan andalan di Kalimantan Tengah. Karena kawasan andalan ini memiliki
Coastal Management Area) Kalimantan Tengah adalah melakukan kegiatan pantai dan pesisir maka secara langsung maupun tidak langsung
Penyusunan Atlas Pesisir dan Laut Kalimantan Tengah. pembangunan dan pengembangan di kawasan andalan ini akan
mempengaruhi terhadap ekosistem dan sumberdaya alam di wilayah pantai,
1.1. LATAR BELAKANG pesisir dan lautnya.
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang baik membutuhkan suatu program
pengelolaan yang terintegrasi. Program pengelolaan yang terintegrasi dapat Mengingat kondisi saat ini dimana pengelolaan kawasan pesisir dan laut
dilaksanakan jika didukung oleh tersedianya informasi-informasi yang obyektif, Kalimantan Tengah belum dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan
akurat dan terbaharui. Penyediaan informasi yang obyektif, akurat dan suatu Atlas Pesisir dan Laut Kalimantan Tengah yang dapat memberikan
terbaharui di wilayah pesisir dan laut Kalimantan Tengah pada saat ini informasi tentang potensi sumberdaya alam, penggunaan lahan, prospek
dirasakan sudah sangat mendesak guna membantu penyusunan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan berdasarkan pertimbangan rekayasa dan
dan perencanaan pengelolaan pesisir dan laut secara terintegrasi sehingga sains, konflik pengelolaan, kapasitas kelembagaan, program monitoring,
pengelolaannya dapat lebih efektif dan tepat sasaran. Informasi yang obyektif, parameter biofisik kimiawi dan sosekbud, penentuan indikator keberhasilan
akurat dan terbaharui tentang pesisir dan laut dapat diwujudkan dalam program dan umpan balik untuk pola pengelolaan yang berwawasan
bentuk Atlas. lingkungan. Selain itu, bentuk atlas yang diharapkan adalah yang disajikan
secara menarik dengan memanfaatkan teknologi komputer dan sistem
Pelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
informasi geografis, menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga
dan dikenal dengan istilah “Otonomi Daerah”, dimana titik sentral
dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat serta memudahkan
pembangunan terletak di kabupaten/kota, akan memacu eksploitasi
penggunaannya bagi seluruh pihak terkait. Selain itu atlas ini merupakan suatu
sumberdaya alam di kabupaten/kota yang bersangkutan. Eksploitasi
bentuk informasi yang terintegrasi antara beberapa aspek fisik, biologi, kimia,
1-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

dan sosial ekonomi yang didalamnya terdapat pula perencanaan yang Barito Selatan yang mempunyai luas 12.664 km2 dimekarkan menjadi
melibatkan aspek rekayasa pesisir dan geodesi dalam suatu sistem informasi Kabupaten Barito Timur.
geografis (SIG) yang terpadu dan berbasis masyarakat. Secara umum tujuan dari pemekaran kabupaten tersebut adalah dalam
rangka pendistribusian beban tugas dan volume penyelenggaraan
1.2. SEKILAS PERMASALAHAN DI WILAYAH PESISIR pemerintahan yang bertambah karena pesatnya pertumbuhan penduduk,
Kawasan pesisir merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik gabungan sehingga pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan masyarakat dapat
dari laut dan darat, sehingga fenomena alam yang terjadi sangat kompleks. menjadi lebih baik.
Fenomena tersebut secara alamiah mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya masyarakat pesisir. Berbagai permasalahan akan muncul 1.4. TUJUAN DAN SASARAN
berkenaan dengan kepentingan-kepentingan masyarakat pesisir dengan Tujuan Pengumpulan Data dan Informasi Untuk MCMA (Marine Coastal
masyarakat non-pesisir, pendatang, dan kebijakan pemerintahan pusat dan Management Area) Kalimantan Tengah adalah untuk menyediakan informasi-
daerah yang terus berkembang. informasi yang obyektif, akurat dan terbaharui tentang sumberdaya pesisir,
dimana kebutuhan akan hal tersebut saat ini dirasakan sudah sangat
mendesak untuk segera dipenuhi guna menjadi bahan pertimbangan bagi
1.3. PROPINSI/KABUPATEN/KOTA
pengambil keputusan dalam pengelolaan wilayah pesisir. Adapun sasaran
Propinsi Kalimantan Tengah yang mempunyai luas wilayah 153.564 km2 secara
Pengumpulan dan Informasi Untuk MCMA Kalimantan Tengah adalah untuk
administrasi mempunyai 5 (lima) kabupaten, yaitu Kabupaten Kotawaringin
menyediakan atlas sumberdaya pesisir guna membantu pengelolaan kawasan
Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito
pesisir dan laut di Kalimantan Tengah yang terintegrasi, sehingga diharapkan
Utara, dan Kabupaten Barito Selatan. Pada tahun 2002, sesuai dengan aspirasi
dalam pengelolaannya menjadi efektif dan tepat sasaran.
masyarakat yang berkembang maka pemerintah Republik Indonesia melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 menetapkan
1.5. METODOLOGI
kabupaten-kabupaten baru di Propinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten
Mengingat ke-kompleks-an faktor-faktor yang mempengaruhi potensi di
Kotawaringin Timur yang mempunyai luas wilayah 50.700 km2, dimekarkan
wilayah pesisir, maka perlu diterapkan suatu pendekatan yang dapat
menjadi Kabupaten Katingan dan Kabupaten Seruyan. Kabupaten
menggambarkan potensi wilayah pesisir. Oleh karena itu kegiatan
Kotawaringin Barat yang mempunyai luas wilayah 21.000 km2 dimekarkan
Pengumpulan Data dan Informasi untuk Penyusunan Atlas Pesisir dan Laut di
menjadi Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Lamandau. Kabupaten Kapuas
Propinsi Kalimantan Tengah disajikan dalam bentuk atlas/peta tematik untuk
yang mempunyai luas 38.400 km2, dimekarkan menjadi Kabupaten Gunung
menyediakan informasi-informasi yang obyektif, akurat dan terbaharui dengan
Mas dan Kabupaten Pulang Pisau. Kabupaten Barito Utara yang mempunyai
tujuan untuk mewujudkan penyusunan pengelolaan kawasan pesisir dan laut
luas 32.000 Km2 dimekarkan menjadi Kabupaten Murung Raya. Kabupaten

1-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Kalimantan Tengah yang terintegrasi. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan 1.5.2 Survei Instansi (Studi Literatur dan Pengumpulan Data Sekunder)
pada prinsipnya dilakukan dengan 6 (enam) tahapan sebagai berikut:
Studi literatur diperlukan sebagai dasar teori dan pertimbangan akademik
1. Persiapan. untuk proses analisis dalam kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi untuk
2. Survei Instansi (Studi Literatur dan Pengumpulan Data Sekunder). Penyusunan Atlas Pesisir dan Laut di Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan
3. Survey Lapangan (Pengambilan Data Lapangan Biogeofisik dan Sosial pengumpulan data sekunder dilakukan pada pihak dan instansi terkait dengan
Ekonomi). data yang dibutuhkan. Data yang akan dikumpulkan antara lain adalah
4. Studi Identifikasi, Analisis dan Evaluasi. sebagai berikut :
5. Pembuatan Atlas dan Sistem Informasi Geografis. • Data hidrologi dan hidroklimatologi, yaitu arah dan kecepatan
6. Penyusunan Laporan dan Presentasi Pembahasan Laporan. angin, curah hujan, penguapan, dll.
• Data hidro-oseanografi yaitu arah dan kecepatan arus, gelombang
upwelling dan pasang surut.
1.5.1 Persiapan
• Data hidrotopografi yaitu batimetri pantai dan topografi pulau.
• Data potensi sumberdaya perikanan laut di Kalimantan Tengah dari
Pada tahap ini dilakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri
penelitian sebelumnya.
dari beberapa kegiatan sebagai berikut :
• Data sosial-ekonomi penduduk.
1. Konsultasi dengan dengan pihak pemberi tugas, dalam hal ini pihak
Bappeda Kalimantan Tengah Bagian Proyek Pengelolaan Pesisir dan
Laut dalam penentuan keluaran dari kegiatan Pengumpulan Data dan
1.5.3 Survei Lapangan (Pengambilan Data Lapangan BioGeofisik & Sosial
Informasi untuk Penyusunan Atlas Pesisir dan Laut di Propinsi Kalimantan
Ekonomi)
Tengah.
2. Mengadakan koordinasi intern di antara staf tenaga inti, staf tenaga Survey dilakukan untuk memperoleh gambaran secara visual dan langsung
ahli, dan personil administrasi. mengenai kondisi biogeofisik dan sosial ekonomi wilayah kajian yang dijadikan
3. Mengevaluasi kembali rencana-rencana kerja yang telah disusun obyek studi kasus, yaitu Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Barat, Kotawaringin
sebelumnya. Timur, Pulang Pisau, Seruyan, Katingan, dan Sukamara. Pada kegiatan ini
4. Pengurusan administrasi proyek berupa perijinan dan lain-lain. dilakukan pengumpulan data primer, sosialisasi dan penyempurnaan informasi
5. Mempersiapkan perangkat lunak dan perangkat keras komputer bagi baik berupa data lapangan maupun secara visualisasi (foto).
pelaksanaan pekerjaan. Metoda pengambilan data berupa :
6. Penyusunan rencana kerja yang dilakukan tim peneliti dan hasilnya
didiskusikan dengan pihak direksi pekerjaan.
1-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

1. Pengukuran fisik sederhana untuk survei fisik (tenaga ahli bidang ƒ Kondisi existing dan potensi sumberdaya alam di estuari, hutan pantai,
oseanografi dan geologi kelautan). pesisir dan laut.
2. Pengambilan sampel air laut dan sedimen serta analisis laboratorium ƒ Kapasitas kelembagaan yang menangani permasalahan di pantai dan
kimia untuk survei bio-ekologi (tenaga ahli bidang ekologi & biologi laut, laut.
bidang lingkungan dan bidang perikanan). ƒ Parameter oseanografi, biofisik, kimiawi, dan sosekbud daerah kajian.
3. Wawancara dan kuisioner untuk survei sosial dan ekonomi (tenaga ahli
Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran berkaitan dari
sosiologi dan ekonomi).
kegiatan ini yang didalamnya terkait dengan :

ƒ Pemetaan dan zonasi dari informasi biologi.


Survey ini dilaksanakan pada daerah pesisir setiap kabupaten masing-masing
ƒ Pemetaan dan zonasi sumber pencemaran dan kerusakan ekosistem.
selama 15 hari efektif. Survey diikuti oleh, team leader, ahli biologi bidang
Analisis ini dikaitkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
ekologi laut, ahli oseanografi dan rekayasa pantai, ahli geologi tata lingkungan
Pemerintah Propinsi dan Kabupaten wilayah studi yang dituangkan
dan kelautan dan 3 orang tenaga lokal. Berdasarkan hasil kegiatan ini
dalam bentuk draft peta-peta tematik. Selain itu dalam analisis ini
kemudian akan disusun hasil identifikasi potensi yang ada untuk menyusun
dilakukan pula kaji silang antara data sekunder dan data primer.
Atlas Pesisir dan Laut Kalimantan Tengah.
Evaluasi dilakukan untuk penentuan indikator keberhasilan kegiatan dan
umpan balik untuk pola pengelolaan yang berwawasan lingkungan.

1.5.4 Studi Identifikasi, Analisis dan Evaluasi • Data-data lainnya yang dianggap penting dan terkait seperti : morfologi
pantai, geologi berupa hidrogeologi dan geologi permukaan dan
Studi identifikasi dilakukan untuk :
tataguna lahan.
ƒ Mengidentifikasi potensi sumber daya pesisir dan permasalahan yang
• Masterplan Pesisir dan Laut Kalimantan Tengah.
ada saat ini dan yang belum tereksplorasi guna pemanfaatan dan
• Peta kawasan Kalimantan Tengah.
pengelolaan yang berbasis masyarakat.
ƒ Identifikasi dari prospek pengembangan dan pemanfaatannya
berdasarkan pertimbangan teknik, sains, ekonomi dan budaya.
1.5.5 Penyusunan Atlas & Sistem Informasi Geografis
ƒ Identifikasi kawasan pemanfaatan (eksplorasi), pemulihan (rehabilitasi),
dan perlindungan (konservasi dan preservasi). Keluaran yang diharapkan dari penyusunan laporan ini berupa Atlas Wilayah
Analisis dilakukan terhadap data-data yang diperoleh baik data primer Pesisir dan Laut Kalimantan Tengah dalam suatu pemetaan melalui sistem
maupun sekunder yang diperlukan dalam kegiatan ini, yang termasuk informasi geografis (SIG) yang telah diverifikasi dengan data pengamatan
didalamnya menyangkut pula : lapangan dan data sekunder dari instansi terkait.

1-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

SIG yang akan diaplikasikan untuk atlas ini berisi semua informasi atlas wilayah
pesisir dan laut di daerah kajian yang disajikan dalam bentuk peta-peta digital
hasil studi identifikasi, analisis dan evaluasi semua aspek yang tercakup dalam
lingkup kegiatan.

Keluaran SIG yang akan dihasilkan ada dua macam, yaitu SIG yang berbasis
komputer PC dimana operasional untuk SIG ini menggunakan bantuan
software Arcview, dan yang lainnya berupa SIG berbasis internet dimana basis
operasionalnya menggunakan jaringan internet sehingga nantinya SIG ini
dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Untuk jelasnya mengenai SIG
ini akan diuraikan dalam bentuk Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Penjabaran Sistem Informasi Geografis (SIG) Atlas Wilayah Pesisir dan
Laut Kalimantan Tengah

No Produk Keluaran ISI Sistem Operasional

Komputer PC; dengan


CD-ROM SIG versi Kumpulan data secara
1 menggunakan bantuan
komputer utuh dan menyeluruh
software ArcView

CD-ROM SIG versi


internet (web portal Berupa metadata yang Web server pada
Bappeda Kalteng). ditampilkan hanya internet provider,
2 CD-ROM ini berupa CD sebagian dan berfungsi Komputer PC dengan
installer yang siap sebagai “etalase“ atau menggunakan bantuan
diinstallasikan ke suatu “ruang promosi“ saja software (map server)
Gambar 1.1 Desa Batanjung Sebagai Salah Satu Sudut Pesisir Kalimantan Tengah
web server)
(Sumber: PPK-ITB, 2002)

1-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

I ndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.508


pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari Timur ke Barat sepanjang
dan ekosistem laut yang sangat dinamis dan saling mempengaruhi, serta
sangat rentan terhadap aktivitas manusia di darat (limbah, penggundulan
khatulistiwa (suatu jarak hampir seperdelapan keliling dunia) dan 1.760 km dari hutan mangrove, erosi, dsb) maupun di laut (tumpahan minyak, pencemaran
Utara ke Selatan. Luas daratan mencapai 1,9 juta km2 dan luas perairan laut merkuri) serta perubahan iklim global (El Niño/ENSO serta naiknya muka laut)
kurang lebih 7,9 juta km2 (Encarta, 1998; Boston, 1996). Negara Indonesia dan bencana periodik (banjir).
memiliki kurang lebih 80.000 km garis pantai yang merupakan garis pantai
terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada. Garis pantai Indonesia Topik wilayah pesisir menjadi pusat perhatian menyusul turunnya UU No. 22
merupakan parameter yang dominan dalam pembangunan ekonomi wilayah Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah khususnya dalam pasal 3 dan 10
pesisir. tentang wilayah laut dan kewenangan daerah di wilayah laut. Menurut pasal-
pasal tersebut kewenangan propinsi di wilayah laut hingga sejauh 12 mil laut
2.1. SISTEM DAN DEFENISI WILAYAH PESISIR dari garis pantai dan sepertiganya (4 mil laut) untuk Kabupaten/Kota. Namun
Secara sederhana wilayah darat-laut dalam konteks ruang disebut wilayah terdapat paradoks dalam pengelolaan wilayah pesisir yaitu (Latief dan Hadi,
pesisir (coastal zone, lihat Gambar 2.1). Istilah pantai (beach atau shore) 2001) :
adalah bagian fisik dari wilayah pesisir yang umumnya berpasir, lepas pantai
(off-shore) adalah bagian laut lepas, dan muka pantai (beach face) adalah • Di satu sisi terdapat sumberdaya wilayah pesisir yang melimpah dengan
bagian pantai antara titik pasang tertinggi dan titik pasang terendah dari garis masyarakat lokal yang kaya kearifan tradisional dalam pengelolaan
pantai (shoreline). sumberdaya yang ramah lingkungan.
• Di sisi lain, masyarakat pesisir tersebut justru menempati lapisan paling
Pengelolaan wilayah pesisir merupakan kombinasi dari pengelolaan wilayah bawah dalam strata sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Bersamaan
darat dan wilayah laut. Di dalam wilayah pesisir terdapat ekosistem mangrove, dengan itu, muncul pula fenomena kerusakan bio-geofisik lingkungan
terumbu karang, estuari, padang lamun, sumber hayati dan nonhayati, fasilitas- wilayah pesisir yang memunculkan konflik kepentingan.
fasilitas seperti pelabuhan dan pemukiman dan panorama pesisir (Dahuri, dkk.,
1996). Wilayah pesisir ini merupakan wilayah interaksi antara ekosistem darat

2-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

perairan yang berada antara ujung paparan benua dengan kedalaman


perairan sekitar 200 m sampai pantai (land shore). Daerah ini meliputi sekitar
50% dari luas wilayah Indonesia dengan total 3,1 juta km2.

Verhagen (1994) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai suatu daerah yang


terletak diantara batas daratan (inland boundary) yaitu batas yang masih
dipengaruhi oleh proses laut (marine process) dan batas ke arah laut (seaward
boundary) yang didefinisikan sebagai batas yuridiksi suatu negara atau suatu
batasan fisik, seperti batas paparan benua.

The 1994 Draft revised Coastal Policy for New South Wales (Coastal Committee
of NSW) mendefinisikan bahwa batas ke arah daratan adalah satu kilometer
dari tanda muka air tertinggi (high water level, HWL), termasuk di dalamnya

Gambar 2.1 Batas-batas Fisik Wilayah Pesisir Pantai (Sumber : Latief dan Hadi, 2001) adalah tidal flat, danau, laguna, pulau-pulau serta daratan yang
berhubungan dengannya untuk jarak sejauh 40 meter dari garis pantai. Dan

Definisi daerah perairan pantai dari sudut bidang ilmu oseanografi pantai lebih daerah ini menerus sampai perairan yuridiksi sejauh 3 mil laut ke arah laut

jelas/baku (Tomascik,1997, Yanagi,1999) dibandingkan dengan definisi wilayah lepas.

pesisir yang masih belum mempunyai definisi yang baku, dimana sangat
bergantung pada karakteristik negara, propinsi atau kabupaten, baik dengan Sadacharan (1994) mendefinisikan daerah pesisir pantai di Sri Langka sebagai

alasan geomorfologi maupun dengan alasan kepentingan negara atau daerah dengan batas ke arah darat meliputi daerah rendaman pasut

daerah itu sendiri (Carl Lundin (World Bank), 1990; Verhagen, 1994; Coastal dengan tinggi 60 cm atau sekitar 300 m dari garis pantai saat dari muka laut

Committee of NSW, 1994; Sadacharan, 1994; Dahuri, dkk., 1996; Hinrichson, rerata (mean sea level, MSL) dan untuk daerah estuari dan sungai dengan

1998). Ketidakbakuan ini menjadi potensi konflik jika pendefinisian ini batas sekitar 2 km ke arah darat, diukur dari garis pantai saat MSL. Selanjutnya

diterapkan di wilayah pesisir pantai di Indonesia. untuk batas ke arah laut adalah 2 km dari garis pantai saat MSL.

Beberapa definisi wilayah pesisir dapat dikemukakan sebagai berikut (Latief


dan Hadi, 2001): Hinrichson (1998) mendefinisikan batas wilayah pesisir ke arah darat adalah 150
km dari garis pantai, sedangkan Carl Lundin (World Bank, 1990) memberi

Yanagi (1999) dan Tomascik, dkk (1997) mendefinisikan daerah perairan pantai definisi batas wilayah pesisir ke arah darat adalah 50 km dari garis pantai.

(coastal zone) dari sudut bidang ilmu oseanografi pantai adalah daerah

2-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Keduanya sepakat bahwa ke arah laut menggunakan batas yuridiksi wilayah Indonesia mempunyai daerah bakau terluas di dunia, hampir 4 juta hektar.
negara bagian atau propinsi. Tanaman bakau di Indonesia, terdiri dari 90 jenis (umumnya tidak berkaitan),
Dahuri, dkk (1996), mengemukakan bahwa terdapat kesepakatan umum di dimana 40 jenis diantaranya berbentuk pohon (Soemodihardjo, 1987 dalam
dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan Sloan,1993). Terdapat kurang lebih 3,8 juta ha hutan bakau, lahan basah dan
dan lautan, dimana : sistem pasang surut lainnya di Indonesia (Sloan, 1993). Habitat ini terdapat di
• Batas wilayah pesisir ke arah darat adalah jarak secara arbiter dari rata- sepanjang pantai yang terlindung dengan gerakan ombak yang minimal,
rata pasang tinggi (mean high tide), yaitu meliputi bagian daratan baik cenderung terkonsentrasi di Irian Jaya, Sumatera dan Kalimantan.
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut,
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Terdapat dua belas jenis lamun di Indonesia dan padang lamun terdapat
• Batas ke arah laut adalah batas yuridiksi wilayah propinsi atau state di diseluruh zona pesisir Indonesia (Sloan, 1993). Padang lamun merupakan
suatu negara, atau secara alamiah mencakup bagian laut yang masih sumberdaya yang sangat penting dan produktif yang menyuburkan laut dan
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi menjadi tempat berteduh dan menyediakan makanan bagi jenis-jenis ikan
dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan dan kerang-kerangan penting dan bemilai tinggi.
manusia di darat, seperti penggundulan hutan, pertanian dan
pencemaran. Sistem terumbu karang terdapat di sepanjang garis pantai daerah tropis yang
dangkal, pada perairan yang hangat, jernih dan bersih. Terumbu karang
Dari definisi-definisi di atas terlihat bahwa definisi daerah wilayah pantai merupakan ekosistem yang paling produktif di dunia. Terumbu karang
(coastal zone) sangat tergantung pada kondisi fisik dan alami suatu daerah. berfungsi sebagai pelindung alami, mencegah erosi pantai, menghambat
Standarisasi dari definisi dearah wilayah pantai ini masih perlu didiskusikan hantaman gelombang besar dan memberikan kesempatan bagi bakau untuk
mengingat kompleksitas perairan wilayah Indonesia. berkembang. Menurut studi yang dilakukan oleh LIPI diperkirakan, bahwa di
Indonesia tinggal 7% terumbu karang yang masih asli, 24% kondisi baik, 29%
2.2. KARAKTERISTIK BIO-GEOFISIK dalam keadaan sedang dan 40% dalam kondisi rusak atau sama sekali mati
Zona pesisir mempunyai arti penting bagi kebidupan di laut dan mendukung (Illa Djamal,1998).
sebagian besar sumberdaya hayati laut di dunia, karenanya lebih penting dari
pada di laut bebas. Lahan basah, laguna, padang lamun, terumbu karang Sementara itu, secara fisik terdapat berbagai interaksi multidimensi di wilayah
dan teluk-teluk dangkal merupakan daerah pertumbuhan atau tempat pesisir dengan proses-proses yang saling bergantung sehingga wilayah pesisir
mencari makan bagi kebanyakan jenis-jenis fauna pesisir dan banyak spesies harus ditinjau sebagai suatu sistem. Gambar 2.2 memperlihatkan suatu sistem
oseanis. Zona ini memiliki keragaman hayati tertinggi dari pada di bagian laut wilayah pesisir yang kompleks dimana terjadi interaksi antara parameter-
manapun. parameter darat, perairan dangkal, perairan laut dalam, atmosfer serta

2-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

aktivitas bawah laut, dimana masing-masing parameter merupakan suatu ditimbulkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Angin yang berhembus di
subsistem yang juga mempunyai proses masing-masing. permukaan laut juga dapat menimbulkan gelombang laut atau yang dikenal
sebagai ombak.

Parameter fisis darat seperti sedimen serta keberadaan aliran sungai juga
berpengaruh terhadap karakteristik wilayah pesisir. Pertemuan aliran air dari
sungai dan dari laut di muara sungai menimbulkan sistem aliran estuari dan
merupakan suatu eskosistem tersendiri. Daerah pantai yang terendam
mempunyai tipe ekosistem berupa: pantai berbatu, pantai berlempung, hutan
mangrove, salt marshes, hutan rawa berair tawar, rawa gambut, pantai
berpasir, terumbu karang, serta dasar laut yang ditumbuhi rumput laut dan
alga. Sedangkan daerah pantai yang tak terendam, mempunyai ekosistem
berupa sandy backshore dan pantai berbatu tanpa deposit pasir. Wilayah
pesisir juga dapat memperoleh dampak polusi akibat aktivitas manusia dimana
polutan akan menyebar ke laut lepas dengan proses dispersi dan adveksi.

Gambar 2.2 Interaksi-Interaksi di Daerah Perairan Pantai (DPP) atau Pesisir Beberapa substansi mengendap ke dasar laut dan sebagian lainnya dilarikan
(sumber : Latief dan Hadi, 2001)
keluar ke perairan laut lepas.

2.3. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI BUDAYA


Interaksi ini menyebabkan perubahan temporal dan spasial dari dinamika laut
Dari sekitar 202 juta penduduk Indonesia lebih dari 40 juta orang (19,8%) hidup
yang kemudian memotori proses adveksi dan dispersi dari substansi kimia dan
dalam jarak 3 km dari laut, kira-kira 140 juta orang (69,3%) hidup dalam jarak 20
biomassa. Parameter fisis atmosfer yaitu angin, temperatur, tekanan udara
km dari laut. Saat ini daerah pesisir Indonesia menghadapi berbagai tingkat
serta curah hujan sangat penting dalam proses interaksi laut-atmosfer. Interaksi
tekanan lingkungan yang makin besar akibat pertumbuhan perkotaan,
tersebut berupa proses pertukaran panas (heat exchange), pertukaran garam
pencemaran industri, limbah kota, pariwisata, pengembangan sumberdaya
(salt exchange), dan pertukaran momentum (pembentukan arus dan
budidaya pantai, perkapalan dan kegiatan manusia lainnya. Seluruh tingkat
gelombang).
pemerintahan dan seluruh lapisan masyarakat mempunyai tanggung jawab
Selanjutnya parameter oseanografi yang sangat penting adalah temperatur
untuk mengupayakan agar semua kegiatan pengembangan dan konservasi
dan salinitas, yang berkaitan dengan densitas dimana distribusi densitas ini
pesisir dan laut dapat dikendalikan melalui perencanaan yang cermat.
merupakan salah satu pembangkit arus laut. Pembangkit arus lain yang
(DPPLH, 1998).
dominan adalah angin dan pasang surut laut. Pasang surut laut itu sendiri
2-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

3.1 WILAYAH PESISIR Kawasan pesisir dan laut Propinsi Kalimantan Tengah yang menjadi lokasi studi,
secara geografis terletak pada 2˚ 30’ sampai 3˚ 40’ Lintang Selatan (LS) dan
110˚ 45’ sampai dengan 114˚ 45’ Bujur Timur (BT).
Sebelum muncul Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2000,
secara administratif Kalimantan Tengah terdiri atas 5 (lima) kabupaten yaitu :

1. Kabupaten Kapuas.
2. Kabupaten Kotawaringin Barat.
3. Kabupaten Kotawaringin Timur.
4. Kabupaten Barito Utara.
5. Kabupaten Barito Selatan.

Sekarang setelah munculnya Undang-Undang tersebut maka jumlah


kabupaten di Kalimantan Tengah mengalami pemekaran menjadi sebanyak
13 (tiga belas) kabupaten yang meliputi :
1. Kab. Kotawaringin Barat. 8. Kab. Lamandau.
2. Kab. Katingan. 9. Kab. Gunung Mas.
3. Kab. Seruyan. 10. Kab. Murung Raya.
4. Kab. Kotawaringin Timur. 11. Kab. Barito Timur.
5. Kab. Sukamara. 12. Kab. Barito Utara.
6. Kab. Kapuas. 13. Kab. Barito Selatan.
Gambar 3.1. Peta Wilayah Kalimantan Tengah 7. Kab. Pulang Pisau.
(Sumber: ATLAS Indonesia dan Dunia, Achmad Chaldun)

3-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Kabupaten-kabupaten yang terletak didaerah pesisir diperlihatkan pada Tabel 3.1.2 Kabupaten Pulang Pisau
3.1 berikut ini.
Kabupaten Pulang Pisau mempunyai luas wilayah sebesar 8997 km 2.
Kabupaten Pulang Pisau mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kabupaten di wilayah pesisir
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kapuas dan
No. Nama Kabupaten Ibu Kota
1 Kapuas Kuala Kapuas Kotamadya Palangka Raya.
2 Pulang Pisau Pulang Pisau
3 Kotawaringin Timur Sampit • Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Kapuas.
4 Seruyan Kuala Pembuang • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Katingan.
5 Katingan Kasongan
6 Sukamara Sukamara • Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
7 Kotawaringin Barat Pangkalan Bun Kabupaten Pulang Pisau terdiri atas kecamatan :
1. Kec. Banama Tingang. 4. Kec. Maliku.
2. Kec. Kahayan Tengah. 5. Kec. Pandih Batu.
3.1.1 Kabupaten Kapuas
3. Kec. Kahayan Hilir. 6. Kec. Kahayan Kuala.
Kabupaten Kapuas mempunyai luas wilayah sebesar 18.599 km2 . Kabupaten
Kapuas mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas dan
Kabupaten Murung Raya.
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Barito Utara, Kabupaten
Barito Selatan, dan Propinsi Kalimantan Kalimantan Selatan.
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau dan
Kotamadya Palangka Raya.
• Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
Kabupaten Kapuas terdiri atas kecamatan :
1. Kec. Selat. 7. Kec. Basarang.
2. Kec. Kapuas Hilir. 8. Kec. Mantangai.
3. Kec. Kapuas Timur. 9. Kec. Timpah.
4. Kec. Pulau Petak. 10. Kec. Kapuas Tengah.
5. Kec. Kapuas Murung. 11. Kec. Kapuas Kuala.
Gambar 3.2. Kantor Sementara Bupati Kabupaten Pulang Pisau
6. Kec. Kapuas Barat. 12. Kec. Kapuas Hulu.
(Sumber: PPK-ITB, 2002)

3-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

3.1.3 Kabupaten Kotawaringin Timur 3.1.4 Kabupaten Seruyan

Kabupaten Kotawaringin Timur mempunyai luas sebesar 16.796 km2. Kabupaten Seruyan mempunyai luas sebesar 16.404 km2. Kabupaten Seruyan
Kabupaten Kotawaringin Timur mempunyai batas wilayah sebagai berikut : mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Katingan. • Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Nangapinoh, Propinsi
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Katingan. Kalimantan Barat.
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Seruyan. • Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Katingan dan Kabupaten
• Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa. Kotawaringin Timur.
Kabupaten Kotawaringin Timur terdiri atas kecamatan : • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lamandau dan
1. Kec. Mentaya Hilir Selatan. 6. Kec. Baamang. Kabupaten Kotawaringin Barat.
2. Kec. Palau Hanaut. 7. Kec. Cempaga. • Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
3. Kec. Mentawa Baru Ketapan. 8. Kec. Parenggean. Kabupaten Seruyan terdiri atas kecamatan :
4. Kec. Mentaya Hilir Utara. 9. Kec. Mentaya Hulu. 1. Kecamatan Seruyan Hulu.
5. Kec. Kota Besi. 10. Kec. Antang Kalang. 2. Kecamatan Seruyan Tengah.
3. Kecamatan Hanau.
4. Kecamatan Danau Sembuluh.
5. Kecamatan Seruyan Hilir.

3.1.5 Kabupaten Katingan

Kabupaten Katingan mempunyai luas wilayah sebesar 17.500 km2. Kabupaten


Katingan mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang Propinsi
Kalimantan Barat.
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas, Kotamadya
Palangka Raya, dan Kabupaten Pulang Pisau.
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Seruyan dan Kabupaten
Kotawaringin Timur.

Gambar 3.3 Tugu di Kota Sampit, Ibukota Kab. Kotawaringin Timur • Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
(Sumber: PPK-ITB, 2002)

3-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Kabupaten Katingan terdiri atas kecamatan : • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lamandau dan
1. Kec. Katingan Hulu. 7. Kec. Katingan Hilir. Kabupaten Sukamara.
2. Kec. Marikit. 8. Kec. Tasik Pawayan. • Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
3. Kec. Sanaman Mantikel. 9. Kec. Kamipang. Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri atas kecamatan :
4. Kec. Katingan Tengah. 10. Kec. Mendawai. 1. Kecamatan Kotawaringin Lama.
5. Kec. Pulau Malan. 11. Kec. Katingan Kuala. 2. Kecamatan Arut Selatan.
6. Kec. Tewang Sangalan Garing. 3. Kecamatan Kumai.
4. Kecamatan Arut Utara.
3.1.6 Kabupaten Sukamara

Kabupaten Sukamara mempunyai luas wilayah sebesar 3827 km2. Kabupaten


Sukamara mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau.
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat.
• Sebelah barat berbatasan denganKabupaten Ketapang, Propinsi
Kalimantan Barat.
• Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
Kabupaten Sukamara terdiri atas kecamatan :
1. Kecamatan Balairiam.
2. Kecamatan Sukamara.
3. Kecamatan Jelai.

3.1.7 Kabupaten Kotawaringin Barat

Kabupaten Kotawaringin Barat mempunyai luas wilayah sebesar 10.759


km2. Kabupaten Kotawaringin Barat mempunyai batas wilayah sebagai
berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau. Gambar 3.4 Papan Tanda Batas Antara Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang
Pisau (Sumber: PPK-ITB, 2002)
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Seruyan.

3-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

4.1 GEOMORFOLOGI b.1 Satuan dataran pantai


4.1.1 Satuan Morfologi b.2 Satuan dataran rawa
b.3 Satuan dataran sungai
Morfologi daerah pesisir Propinsi Kalimantan Tengah berdasarkan pengamatan
Pertumbuhan satuan dataran ini dikontrol oleh pasang-surut, endapan delta
pada kemiringan lereng dan beda tinggi serta batuan penyusunnya dapat
dan gosong sungai atau sedimentasi sungai oleh karena adanya sungai-sungai
dibedakan menjadi 2 (dua) satuan morfologi yaitu:
besar yang mengalir di daerah Kalimantan Tengah.
a. Satuan perbukitan bergelombang lemah.
b. Satuan dataran.
b.1 Satuan dataran pantai
Satuan dataran pantai mencakup daerah lebih kurang 25% luas daerah pesisir
a. Satuan perbukitan bergelombang lemah.
Kalimantan Tengah, melampar di bagian selatan berbatasan dengan Laut
Satuan perbukitan bergelombang lemah mencakup 10% luas daerah pesisir
Jawa. Pada umumnya satuan dataran pantai memiliki kemiringan lereng
yaitu melampar meliputi wilayah pedalaman Kalimantan Tengah. Secara
relatif datar berkisar 2,5 - 3,5 %. Kelandaian pantai tersebut dimungkinkan oleh
umum satuan morfologi ini memiliki kemiringan lereng lebih kurang (5-10)% dan
proses resedimentasi material berukuran lempung hingga pasir kasar yang
beda tinggi berkisar (5-25) meter. Disusun oleh seri batuan yang terdiri dari
berasal dari sungai yang bermuara di daerah pantai dan material lain yang
konglomerat, batupasir yang berselingan dengan batulempung. Sebagai
berasal dari dasar laut, misalnya koral dan cangkang. Kemiringan pantai yang
contoh dari satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah adalah
relatif lebih besar dijumpai di bagian barat terutama di pantai Tanjung Puting.
morfologi di daerah Pangkalanbun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Erwinta,
Semakin ke arah timur kemiringan pantai ini mengecil. Berdasarkan Peta Fisik
dkk., 1994).
Dasar Wilayah Laut dan Pesisir Propinsi Kalimantan Tengah (Archiegama, 2001)
dinyatakan bahwa pelamparan satuan dataran pantai yang disusun oleh
b.Satuan dataran.
material yang berasal dari dasar laut berupa pasir, batu, koral dan lumpur
Satuan dataran mencakup 80% luas daerah pesisir yaitu melampar meliputi
masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
wilayah pantai, sepanjang sungai utama dan rawa Kalimantan Tengah.
a. Pasir, persebarannya banyak terdapat di luar muara Sungai
Berdasarkan kemiringan, pelamparan dan batuan penyusunnya, maka satuan
Lamandau Teluk Kotawaringin, Tanjung Penghujan, sepanjang pantai
dataran dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan dataran, yaitu :

4-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

di Kabupaten Kotawaringin Timur, Tanjung Sau Kecamatan Kahayan Kerakal, kerikil dan pasir umumnya tidak kompak terdiri dari komponen batuan,
Kuala Kabupaten Pulang Pisau. yaitu batupasir, kwarsa dan batubara. Lanau, lempung dan lumpur dijumpai di
b. Pasir Batu, terdapat di sekitar Sungai Bakau dan di luar Kabupaten daerah muara sungai, bercampur dengan sisa tumbuhan halus dan di
Kapuas. beberapa tempat dijumpai garis kelurusan yang hampir sejajar dengan alur
c. Koral Batu, persebarannya terdapat di Tanjung Bakau Teluk Kumai. sungai. Hal ini merupakan penunjuk adanya pengaruh kegiatan sungai pada
d. Lumpur, persebarannya merata di sekitar Tanjung Puting, pantai di waktu banjir dalam pembentukan satuan dataran sungai, seperti yang
Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten dijumpai di Kotawaringin, Pangkalanbun dan dataran sungai sepanjang muara
Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas. Sungai Mendawai. Adapun kemiringan lereng pembentuk relief pada satuan
morfologi ini lebih kurang 3,5 hingga 5 %.
b.2 Satuan dataran rawa
Satuan dataran rawa mencakup daerah seluas lebih kurang 45% luas daerah
pesisir Kalimantan Tengah, melampar di bagian barat yaitu di muara Sungai
Jelai, Sungai Bila, Sungai Kumai dan Teluk Kotawaringin Kabupaten
Kotawaringin Barat, muara Sungai Pembuang, Sungai Sampit sampai Teluk
Sampit dan Sungai Sebangan beserta anak-anak sungainya hingga Sungai
Kahayan. Adapun kemiringan lereng yang terukur di satuan dataran rawa
lebih kurang (1-2,5)%. Pada musim kemarau akan tersingkap jelas bahwa seri
batuan penyusun satuan dataran rawa terdiri dari gambut, lanau, lempung
dan lumpur. Gambut berwarna coklat hitam, tidak kompak dan kadang
dijumpai sisa-sisa tumbuhan. Lanau, lempung dan lumpur berwarna putih
kecoklatan dan mengandung sisa-sisa organik darat, biasanya ditumbuhi
nipah.

b.3. Satuan dataran sungai


Satuan dataran sungai mencakup daerah seluas lebih kurang 20% luas daerah
pesisir Kalimantan Tengah. Pelamparan satuan morfologi ini biasanya di
sepanjang kelokan dalam sungai-sungai utama, sehingga seri batuan
penyusunnya adalah material hasil endapan sungai yang berupa kerakal, Gambar 4.1 Satuan Morfologi Dataran Pantai di Sei Bakau, Kab. Kotawaringin Barat
(Sumber: PPK-ITB, 2002).
kerikil, pasir lanau, lempung dan lumpur yang mengandung sisa organik darat.

4-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

4.1.2 Pola Pengaliran dan Stadia Daerah

Sungai di Kalimantan Tengah pada umumnya mengalir ke arah selatan dan


bermuara di Laut Jawa sebagai sungai permanen yaitu jenis sungai yang selalu
berair sepanjang musim dengan debit air yang tidak terlalu mencolok berbeda
antara waktu musim kemarau dengan musim penghujan. Sungai-sungai
utama, misalnya Sungai Jelai, Sungai Arut, Sungai Kumai, Sungai Mendawai,
Sungai Pembuang dan Sungai Kahayan pada umumnya telah mengalami
“meandering” dan mempunyai bentuk penampang lembahnya menyerupai
huruf “U” dan melalui satuan dataran yang luas. Hal ini menunjukkan bahwa
erosi horisontal lebih kuat daripada vertikal. Rangkaian sungai utama dengan
cabang dan anak sungai secara keseluruhan membentuk pola pengaliran
menulang daun (dendritic). Memperhatikan bentuk pola pengaliran tersebut
maka stadia erosi daerah Kalimantan Tengah termasuk dalam golongan stadia
dewasa. Gambar 4.2. Daerah Cekungan di Kalimantan
(BATAN-Alcomin, 1972-1973 lihat Hermanto, dkk., 1994)

4.2 STRATIGRAFI
Batuan kwarsit dalam keadaan segar berwarna coklat kekuningan dan setelah
Berdasarkan pada pembagian daerah cekungan di Kalimantan oleh BATAN-
mengalami oksidasi akan berubah warnanya menjadi kemerahan.
Alcomin (1972-1973, lihat Hermanto, dkk., 1994), maka daerah Kalimantan
Berdasarkan kesamaan ciri batuan di lembar Tewah (Sumintadipura, 1976
Tengah sebagian besar termasuk dalam Cekungan Barito dan sebagian yang
dalam Nila, dkk., 1995), maka batuan kwarsit diperkirakan berumur Trias.
lain yaitu bagian barat merupakan bagian timur Paparan Sunda.
Batuan Gunungapi terdiri dari breksi volkanik yang berasosiasi dengan basal
dan tuff. Breksi volkanik berwarna abu-abu kehijauan dan sangat kompak
Menurut Nila, dkk (1995) dinyatakan bahwa batuan penyusun Cekungan Barito dengan fragmen terdiri dari andesit, basal dan rijang serta kaya akan bijih besi
secara stratigrafis pembentukannya dimulai pada Zaman Trias yang ditandai dan limonit. Sedangkan basal berwarna coklat kemerahan dan pejal. Adapun
dengan pembentukan batuan kwarsit dan batuan gunungapi. tuff berwarna abu-abu kemerahan sebagai abu gunungapi.

4-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih lanjut oleh Nila, dkk (1995) dinyatakan bahwa pada Zaman Kapur di beberapa tempat dijumpai struktur sedimen silang-siur. Sedangkan
Cekungan Barito terjadi pengangkatan yang diikuti dengan intrusi batuan batulempung dijumpai sebagai sisipan dengan ketebalan bervariasi lebih
granit, yang diduga merupakan bagian dari Pegunungan Schwaner. kurang (20-60) cm, berwarna abu-abu, kurang kompak, bersifat karbonatan
Pengangkatan berikutnya terjadi pada Kala Eosen atau Oligosen yang disertai dan di beberapa tempat dijumpai mengandung sisipan lignit
dengan intrusi basal.

Aluvium sebagai seri batuan termuda di Cekungan Barito tersusun oleh


Batuan Granit sebagai batuan plutonik tersebut di atas dijumpai di lapangan gambut, pasir lepas, lempung dan lempung kaolinan. Gambut yang dijumpai
berwarna putih kehitaman yang disebabkan oleh adanya kandungan mineral berwarna coklat kehitaman yang diinterpretasikan sebagai endapan rawa.
hornblenda dan biotit. Sedangkan mineral penyusun utama granit tersebut Pasir lepas berwarna kekuningan dengan ukuran butir kasar sampai halus, tidak
terdiri dari Orthoklas, kwarsa dan plagioklas. berlapis dan diinterpretasikan sebagai endapan sungai. Sedangkan lempung
berwarna kelabu kecoklatan yang mengandung sisa tumbuhan dan lempung
kaolinan yang berwarna putih diinterpretasikan sebagai endapan pasang-
Batuan Basal diduga mengintrusi batuan granit pada Kala Kapur Atas. Batuan
surut.
tersebut dijumpai di lapangan dalam keadaan segar berwarna abu-abu
kehijauan dan dibeberapa tempat diketemukan adanya gejala mineralisasi,
yang ditandai dengan adanya kandungan klorit dan mineral lempung. Dengan demikian stratigrafi daerah Cekungan Barito dapat diilustrasikan

Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa Cekungan Barito sejak Kala Trias sebagaimana dengan stratigrafi pada Gambar 4.3 (Nila, dkk., 1995).

merupakan daratan yang akan mengalami penurunan pada Kala Miosen Adapun seri batuan penyusun stratigrafi daerah penelitian yang termasuk
Tengah sampai Plio-Plistosen, yang dalam hal ini akan membentuk Formasi bagian timur Paparan Sunda, yaitu meliputi daerah Kuala Jelai, Pangkalanbun,
Dahor dalam lingkungan paralik dan diakhiri dengan pembentukan endapan Pembuang hingga Sembuluh menurut Hermanto, dkk (1994) pembentukannya
aluvial. dimulai pada Kala Trias.

Formasi Dahor merupakan seri batuan yang terdiri dari konglomerat Lebih lanjut dinyatakan bahwa pada Kala Trias daerah tersebut mengalami
berselingan dengan batupasir dan batulempung yang diperkirakan pengangkatan yang disertai dengan kegiatan gunungapi yang menghasilkan
mempunyai ketebalan mencapai 300 meter. Konglomerat yang dijumpai Formasi Kuayan. Namun demikian menurut Emmichoven (1939) dalam
berwarna coklat kehitaman, agak padat dengan komponen terdiri dari kwarsit Hermanto, dkk (1994) dinyatakan bahwa orogenesa yang terkuat terjadi pada
dan basal sebagai fragmen, sedangkan matriknya berukuran pasir. Batupasir Kapur Atas yang disertai dengan intrusi pluton dari Kompleks Granit Mandahan.
berwarna kekuningan hingga abu-abu, berbutir kasar sampai sedang dan di

4-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Selama Kala Eosen-Oligosen di daerah Paparan Sunda bagian timur ini tidak
Masa Zaman Kala Satuan Batuan
terjadi pengendapan karena secara fisiografi merupakan dataran. Pada Kala
Holosen Aluvium

Kwarter
Miosen Tengah-Plio-Plistosen terjadi penurunan yang diikuti dengan
Plistosen
pengendapan batuan sebagai Formasi Dahor. Setelah Plio-Plistosen hingga
sekarang daerah tersebut stabil yang ditandai dengan pembentukan
Kenozoikum

Pliosen
Formasi Dahor endapan rawa dan aluvium.
Miosen
Tersier

Dengan demikian stratigrafi daerah penelitian yang termasuk dalam Paparan


Oligosen Sunda bagian timur dapat diilustrasikan sebagaimana stratigrafi pada Gambar
Eosen
4.4 (Hermanto, dkk., 1994)
Paleosen

Kapur

Masa Zaman Kala Satuan Batuan

Basal
Jura
Mesozoikum

Trias Holosen Aluvium

Kwarter
Granit
Plisfosen Endapan Rawa

Bat.Gunung
Kwarsit Formasi Dahor
Perm Pliosen

Api

Kenozoikum
Akhir

Miosen
Gambar 4.3. Stratigrafi Palangkaraya Kalimantan Tengah (Nila, dkk., 1995)
Tengah

Tersier
Awal
Seri batuan penyusun Formasi Kuayan terdiri dari breksi volkanik, lava, dasit,
Oligosen
riolit, andesit dan tuff yang secara umum dijumpai di daerah penelitian telah Eosen
mengalami pelapukan lanjut. Singkapan seri batuan ini dijumpai di daerah Paleosen
Rantaupulut, Senkilau, Sukamandang dan di hulu-hulu Sungai Bila, Sungai Kapur

Mesozoikum

Maudahaus
Lamandau dan Sungai Pembuang. Jura

Granit
Kompleks Granit Mandahan terdiri dari granit, granit biotit dan diorit. Satuan Trias
Formasi Kuagan
batuan ini mengintrusi batuan gunungapi yang lebih tua yaitu Formasi Kuayan
pada waktu pengangkatan yang terjadi pada Kapur Atas. Gambar 4.4. Stratigrafi Pangkalan Bun Kalimantan Tengah (Hermanto, dkk., 1994)

4-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Pada penelitian terhadap endapan aluvium yang dilakukan oleh Erwinta, dkk atas batuan dasar serta struktur geologi yang tidak komplek, maka sangat
(1996) di daerah Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Kotawaringin Barat dimungkinkan dijumpainya jebakan sumberdaya energi fosil yaitu sebagai
dinyatakan bahwa endapan aluvium yang dijumpai di Kabupaten Kapuas minyak bumi. Sedangkan sumberdaya energi fosil lain yang mempunyai
umumnya terdiri dari endapan lempung yang berwarna abu-abu dan coklat harapan atau dapat dikembangkan adalah batubara dan gambut.
kekuningan. Endapan tersebut menutup lapisan pasir berbutir sedang sampai a. Batubara
halus dengan sisipan lapisan lempung dan lempung pasiran. Adapun aluvium Batubara di pesisir Kalimantan Tengah dijumpai di Kabupaten
yang dijumpai di daerah Kabupaten Kotawaringin Barat berupa endapan Kotawaringin Timur yaitu pada dua lokasi yaitu anak sungai Cempaga
pantai dan sungai yang disusun oleh pasir lepas yang berwarna kekuning- Kecamatan Cempaga Mulia dan sekitar sungai Mentaya Kecamatan
kuningan, abu-abu dan pasir lempungan yang berwarna putih keabu-abuan Kuala Kuayan. Pada kedua lokasi tersebut besarnya cadangan dan jenis
yang mempunyai butir sedang sampai kasar. Bentuk butir meruncing sampai batubaranya masih belum diketahui.
membulat tanggung yang terdiri dari butiran kwarsa dan sedikit lempung. b. Gambut
Cadangan endapan gambut dijumpai hampir di setiap kabupaten di
Endapan pasir ini mempunyai sifat fisik gembur dan porous sehingga
wilayah Kalimantan Tengah, yaitu di Sukamara Kabupaten Sukamara,
merupakan tempat akumulasi air tanah, Sedangkan endapan aluvium yang
daerah Kahayan Kabupaten Pulang Pisau dan di daerah Palangkaraya
dijumpai di daerah Kasongan menurut Manik, dkk (2000) terdiri dari lanau-
serta Kabupaten Kapuas. Secara umum gambut telah dimanfaatkan
lempung, lanau-lempung kaolinan, pasir halus sedang dan gambut.
oleh masyarakat, namun hanya sebatas sebagai tanah pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan dan pemukiman. Padahal gambut
4.3 SUMBERDAYA GEOLOGI
dapat dikelola lebih lanjut menjadi bahan baku sumber energi yang
Indonesia merupakan negara yang karena sejarah geologi pembentukannya
dapat digunakan di bidang industri ataupun bahan bakar rumah
sangat kaya akan sumberdaya mineral. Secara garis besar dapat dibedakan
tangga pengganti kayu bakar. Penelitian gambut di daerah Kahayan
antara mineral energi, misalnya minyak dan gas bumi serta batubara dan
yang dilakukan oleh Alfried, dkk (2000) menunjukkan bahwa dalam
mineral non-energi, misalnya emas, perak, tembaga, timah dan sebagainya.
cadangan 99,4991 ha terdapat 378.293,764 ton gambut kering dengan
kalori yang dihasilkan lebih kurang (4450-4880) kal/gr. Dengan demikian
4.3.1 Sumberdaya Energi
untuk mencapai tujuan sebagai energi pengganti, maka penyebaran
Sumberdaya energi yang dikaji berdasarkan aspek geologi adalah energi dan besar cadangan serta jenis gambut yang dijumpai di Kalimantan
yang berasal dari fosil, mineral dan panasbumi atau geothermal. Pada Tengah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
penelitian yang dilakukan di daerah pesisir Kalimantan Tengah sejauh ini
belum ada data mengenai potensi sumberdaya energi yang dimaksudkan di
atas. Namun demikian mengingat ketebalan batuan sedimen yang dijumpai di

4-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

4.3.2 Sumberdaya Mineral di sekitar Sungai Kumai, di pinggir pantai antara Sungai Kumai dengan
Sungai Kotawaringin dan dijumpai pula pada pinggir pantai sekitar
Bahan galian di Kalimantan Tengah dijumpai di berbagai tempat. Bahan
Sungai Damar dan Sungai Teluk. Endapan-endapan kaolin terebut
galian tersebut terdiri dari metal dan non metal yang terdapat sebagai
merupakan hasil sedimentasi. Pada Kabupaten Kapuas endapan kaolin
endapan primer dan endapan sekunder. Berdasarkan pada penyebaran
dijumpai di sekitar Sungai Mangkutup, Sungai Binjak dan sekitar Sungai
batuan penyusunnya bahan galian yang dapat ditemui adalah bijih besi,
Kapuas.
emas, perak, tembaga, timah hitam, seng, intan, mika, bentonit, kaolin, pasir
kuarsa, batugamping, batuan beku dan bahan galian lainnya. Penyebaran
c. Pasir kwarsa
bahan galian tersebut umumnya tersebar di bagian utara dari wilayah
Pasir kwarsa merupakan bahan galian yang paling luas penyebarannya
Kalimantan Tengah. Bahan galian yang dapat ditemui di daerah pesisir
di Kalimantan Tengah. Pasir kwarsa yang dijumpai di sekitar Danau
Kalimantan Tengah berupa :
Sembuluh berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan
a. Emas
Pengembangan Mineral Bandung (1983) mempunyai kadar SiO2
Emas di Kalimantan Tengah dijumpai sebagai endapan primer yang
mencapai 99,8% sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku gelas
tersebar di beberapa kabupaten, terutama di daerah sepanjang aliran
dan porselin.
sungai. Sedangkan emas sekunder dijumpai sebagai hasil endapan
pada tepi-tepi sungai, terutama di bagian dalam kelokan sungai.
d. Kristal Kwarsa
Endapan tersebut dijumpai tersebar hampir pada seluruh kabupaten di
Kristal kwarsa ditemukan di Danau Kelimpatahan dan Danau Asam di
Kalimantan Tengah dan di beberapa tempat telah ditambang oleh
Kabupaten Kotawaringin Barat. Diperkirakan berasal dari penyusun seri
penduduk secara tradisional, seperti yang dijumpai di sepanjang Sungai
batuan Gunungapi Kerabat. Memiliki warna bervariasi dari ungu muda
Kahayan antara desa Kuala Kurun dengan desa Bawan, sepanjang
hingga biru tua sehingga oleh penduduk setempat ditambang untuk
Sungai Ringin, Sungai Pandurian, Sungai Punti dan Sungai Sirat. Pada
diolah secara sederhana menjadi batu permata dengan nama dagang
umumnya penambangan yang dilakukan tanpa izin ini mengambil
batu kecubung. Kadang-kadang kristal kwarsa dijumpai di lapangan
endapan aluvial pada tubuh aliran sungai maupun tebing sungai.
berasosiasi dengan mineral sefalerit yang berwarna coklat jernih sampai
coklat dan dapat diolah sebagai batu permata dengan nama dagang
b. Kaolin
batu kecubung teh.
Endapan kaolin ditemukan di sekitar Teluk Sampit, daerah Rambon,
daerah Tanah Putih, daerah Sitirung, daerah Target, sekitar daerah Parit
dan pada hulu Sungai Cempaga yaitu di sekitar daerah Pundu.
Sedangkan endapan kaolin di Kabupaten Kotawaringin Barat dijumpai

4-7
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

penambangan bahan galian golongan C, yang lebih disebabkan oleh karena


dalam melakukan penambangan tidak memperhatikan kestabilan lereng
yang terbentuk. Jenis bencana lainnya adalah erosi lateral abrasi yang
disebabkan oleh kondisi pasang surut dan banjir di sepanjang sungai, misalnya
yang sering terjadi di sungai Katingan (Manik, dkk., 2000).

4.5 ISU-ISU
Permasalahan geologi di daerah pesisir Kalimantan Tengah yang dapat
diinventarisasi dan selalu menarik untuk dijadikan bahan pembahasan adalah :
1. Sedimentasi.
2. Optimalisasi gambut.

4.5.1 Sedimentasi

Gambar 4.5 Kiri: Singkapan Kaolin di Sampit. Kanan: Singkapan Pasir Kwarsa di Kuala Laju sedimentasi yang cukup tinggi ditunjukkan dengan munculnya gosong-
Pembuang (Sumber: PPK-ITB, 2002)
gosong di muara sungai utama, misalnya di muara Sungai Jelai, Sungai Sampit,

4.4 BAHAYA LINGKUNGAN BERASPEK GEOLOGI Sungai Kumai, Sungai Pembuang dan Sungai Kahayan. Menurut keterangan

Bencana alam yang terdapat di propinsi Kalimantan Tengah pada umumnya yang diperoleh dari penduduk setempat dinyatakan bahwa gosong tersebut

adalah banjir periodik yang terjadi pada musim penghujan dikarenakan semakin berkembang luasnya dari waktu ke waktu. Kenyataan kecepatan laju

meningkatnya debit air sungai. Banjir yang melanda daerah terbuka yang sedimentasi tersebut didukung oleh keterangan dari para operator pelayaran

disusun oleh tanah laterit, yaitu pelapukan dari andesit, basal dan tras akan besar yang menyusuri sungai tersebut misalnya PT. PELNI dan PT. Dharma Raya

mudah tererosi yang pada gilirannya mengakibatkan pendangkalan di aliran Samudera yang menyatakan bahwa alur pelayaran semakin sempit sehingga

sungai, terutama di bagian hilir. Hal serupa terjadi juga di daerah yang disusun penetapan rambu pelayaran tidak selalu dapat diikuti. Sebagai contoh

oleh satuan batupasir, batupasir lempungan dan batulempung bersisipan adalah pelayaran dari Kuala Jelai hingga Sukamara di Sungai Jelai, dari

serpih, misalnya di daerah Kabupaten Kotawaringin Timur (Fadjar, dkk., 1983) Tanjung Puting hingga Kumai di Sungai Kumai dan pelayaran dari Kuala

yang pada akhirnya akan mempercepat pendangkalan di Teluk Sampit. Pembuang hingga Sampit di Sungai Sampit memerlukan waktu tempuh yang

Bencana alam berupa tanah longsor kecil kemungkinan terjadi, karena daerah sangat panjang karena harus memperhatikan pasang-surut dan mengikuti alur

ini pada umumnya mempunyai kemiringan lereng dan kemiringan perlapisan berdasarkan navigasi alam.

batuan yang kecil. Tanah longsor dalam skala kecil terjadi di tempat

4-8
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Berdasarkan pengamatan lapangan, maka material sedimen sebagai c. Pembukaan Hutan


penyebab laju sedimentasi yang tinggi diduga berasal dari : Pembukaan hutan yang dimaksud adalah perubahan fungsi hutan setelah
a. Penambangan Emas Tanpa Ijin habis Hak Pengusahaan Hutan untuk kepentingan pembuatan areal hutan
b. Penambangan Bahan Galian Golongan C tanaman industri. Perubahan fungsi hutan tersebut diawali dengan “land
c. Pembukaan Hutan clearing” yang akan menciptakan kondisi tanah menjadi terbuka. Kondisi akan
menjadi berubah karena adanya pemotongan bukit dan pengurugan lembah,
artinya dalam kondisi ini sangat dimungkinkan berlangsungnya erosi
a. Penambangan Emas Tanpa Ijin permukaan yang intensif. Sehingga merupakan sumber sedimen yang
Lokasi penambangan biasanya berada di daerah hulu sungai. Usaha ini potensial bagi percepatan laju sedimentasi di daerah pesisir Kalimantan
merupakan usaha penambangan yang menggunakan cara tradisional, yaitu Tengah.
dengan menyemprot atau menggali susunan batuan di dasar dan di tebing
sungai. Cara ini akan menghasilkan material lepas atau sedimen yang seketika 4.5.2 Optimalisasi Gambut
akan terbawa oleh aliran sungai, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
Gambut sebagai anggota seri batuan penyusun terbesar di daerah pesisir
sedimentasi di daerah hilir.
Kalimantan Tengah perlu dikembangkan pemanfaatnya. Hal ini mengingat
bahwa pemanfaatan gambut tidak hanya sebatas sebagai tanah pertanian
b. Penambangan Bahan Galian Golongan C
atau bahkan sebagai tempat tinggal seperti yang terjadi pada waktu kini,
Bahan galian golongan C yang dimaksud adalah laterit dan kaolin. Tanah
tetapi gambut dapat juga merupakan sumberdaya energi yang potensial
laterit digunakan sebagai bahan pengerasan jalan dan urugan bangunan,
pengganti minyak bumi. Hal ini berarti bahwa di daerah pesisir Kalimantan
yang sifat dasarnya akan cepat berubah menjadi lempung atau larut
Tengah yang umumnya disusun oleh seri batuan yang mengandung gambut
sewaktu terkena air. Pada lokasi penambangan akan terjadi erosi yang di
perlu dilakukan pemetaan gambut, yang menyangkut ketebalan,
dalam hal ini terlihat dengan dijumpainya alur atau galur erosi yang cukup
pembentukan, kandungan unsur hara dan tingkat kematangannya seperti
dalam, yaitu berkisar dari 5cm hingga 50 cm (Fadjar, dkk., 1983). Hal yang
diperlihatkan dalam Tabel 4.1, sehingga dapat pula ditentukan peruntukan
serupa terjadi pula di lokasi penambangan kaolin. Kedua penambangan
lahan yang mengandung gambut.
bahan galian tersebut menjadi sumber sedimen potensial bagi pendangkalan
di daerah pesisir Kalimantan Tengah oleh karena sistem penambangan
terbuka yang dilakukan tanpa mendapat pengarahan dari instansi yang
berwenang.

4-9
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 4.1. Klasifikasi Gambut ( Alfred, dkk., 2000)

Dasar Nama

Ketebalan 1. Gambut dangkal 50 – 100 cm


2. Gambut sedang 100 – 200 cm
3. Gambut dalam 200 – 300 cm
4. Gambut sangat dalam > 300 cm

Pengaruh air pada saat pembentukan 1. Gambut pedalaman, terbentuk


dibawah pengaruh air hujan atau
luapan air sungai (air tanah). Dikenal
lagi menjadi Topogenous dan
Ombrogenous. Topogenous, gambut
Gambar 4.6 Batu Kecubung (Kristal Kwarsa) Sebagai Salah Satu Bahan Galian yang beasiasi dengan lempung.
Unik di Kabupaten Kotawaringin Barat (Sumber: PPK-ITB, 2002) Ombrogenous, gambut berasiasi
dengan tanggul sungai dicirikan oleh
adanya lempung, lanau, dan pasir.
2. Gambut pantai, terbentuk dibawah
pengaruh luapan pasang surut air laut.

Kandungan unsur hara 1. Gambut Eutropik, kesuburan tinggi.


2. Gambut Mesotropik, kesuburan
sedang.
3. Gambut Oligotropik, Kesuburan
rendah.

Tingkat Kematangan 1. Gambut Fibrik, sangat sarang,


kandungan serat 2/3 volume, bobot isi
< 0,075 gr/cc
2. Gambut Hemik, tingkat dekomposisi
belum sempurna, kandungan serat 1/3
– 2/3 volume, bobot isi antara 0m075 –
0,195 gr/cc.
3. Gambut Saprik, terkomposisi sempurna
(matang), kandungan serat < 1/3
volume, bobot isi > 0,195 gr/cc

Gambar 4.7 Stratigrafi di Pantai Keraya Kec. Kumai Kab. Kotawaringin Barat (Sumber:
Dinas Pariwisata Kab. Kotawaringin Barat, 2002)

4-10
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

5.1 PARAMETER HIDRO-OSEANOGRAFI dangkal dengan kedalaman rata-rata kurang dari 30 m. Kedalaman yang
Parameter hidro-oseanografi penting untuk diketahui karena merupakan lebih dari 30 m hanya ditemui di bagian barat dari wilayah laut Kalimantan
dinamika penggerak transport massa di perairan, dimana massa tersebut bisa Tengah, yaitu pada jarak sekitar 75 km ke arah laut dari Kabupaten
merupakan organisme laut, bahan polutan, ataupun sedimentasi hasil Kotawaringin Barat atau pada lintang 3o45’ LS. Sedangkan ke arah timur
masukan dari sungai. wilayah perairan, kedalaman ini berkurang pada garis lintang yang sama.

Perairan Kalimantan Tengah terdiri dari perairan pantai dan laut. Secara umum Di pantai Kecamatan Jelai dan Kecamatan Arut Selatan Kabupaten
perairan pantainya dipengaruhi oleh sungai-sungai besar yang bermuara di Kotawaringin Barat, kedalaman perairan relatif bertambah secara linier ke
sepanjang pantai, sedangkan perairan lautnya merupakan bagian dari Laut arah laut dengan kemiringan pantai sekitar 0,05%. Sedangkan perubahan
Jawa. Laut Jawa berada di jalur sirkulasi arus yang diakibatkan monsun (musim kedalaman pantai yang besar terdapat di pantai Tanjung Puting, dimana
barat, musim peralihan barat menuju timur, musim timur, musim peralihan timur kedalaman berubah secara cepat ke arah selatan. Kemiringan pantai Tanjung
menuju barat) yang dimulai dari Laut Cina, Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Puting ini berkisar 0,14 %.
Banda. Sedangkan besarnya transpor massa air yang bergerak di Laut Jawa
pada musim barat berkisar 4 – 4,5 juta m3/detik menuju ke arah timur, pada Kondisi batimetri perairan laut di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur,
musim peralihan barat menuju timur sekitar 0,5 juta m3/detik menuju ke arah Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Seruyan relatif lebih dangkal dari kondisi
timur, pada musim timur sekitar 3 juta m3/detik menuju ke arah barat,
batimetri di wilayah perairan Kabupaten Kotawaringin Barat. Kondisi batimetri
sedangkan pada musim peralihan timur menuju barat sekitar 5 juta m3/detik yang paling dalam hanya terdapat di sekitar 70 km ke arah luar muara sungai
menuju ke arah barat (Wyrtki, 1961). Sampit dengan kedalaman sekitar 25 meter.

5.1.1 Batimetri
Kondisi batimetri di wilayah perairan pantai Kecamatan Kahayan Kuala
Kabupaten Pulang Pisau adalah sangat dangkal. Kondisi batimetrinya pada
Berdasarkan Peta Fisik Dasar Wilayah Laut dan Pesisir Kalimantan Tengah yang
jarak sekitar 50 km ke arah laut, kedalamannya hanya sekitar 10 m. Akan tetapi
dikeluarkan oleh Archiegama tahun 2001, diperoleh bahwa perairan laut
di daerah Pantai Tanjung Tawas atau di luar muara Sungai Kahayan dan
Propinsi Kalimantan Tengah secara umum memiliki kondisi batimetri yang relatif

5-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

muara Sungai Kapuas Murung, kedalaman laut sudah mencapai sekitar 22 Perairan Indonesia mempunyai pola arus permukaan yang sangat dipengaruhi
m pada jarak sekitar 30 km di luar daerah di atas. oleh monsun barat daya (Oktober – Maret) dan monsun tenggara (April –
September). Pengaruh kedua monsun ini jelas terlihat di Pantai Kalimantan
Tengah yang tepatnya berada di bagian selatan dari daratan Pulau
5.1.2 Pola Arus Laut Kalimantan.

Berdasarkan survei dan pengukuran arus di beberapa wilayah perairan sungai, Untuk mendapatkan gambaran umum pola arus di perairan laut Kalimantan
estuari, yang dilakukan pada 14 – 25 Oktober 2002, diperoleh bahwa arus yang Tengah, dilakukan simulasi model hidrodinamika tiga dimensi. Hasil simulasi
terjadi dominan disebabkan oleh pasang surut dan angin. Hasil pengukuran memperlihatkan pola pergerakan arus rata-rata bulanan yang dibangkitkan
dapat dilihat pada Tabel 5.1. oleh angin. Perubahan arah arus yang dibangkitkan pasang surut terjadi lebih
cepat karena periode pasang surut yang lebih pendek (harian) dibandingkan
Tabel 5.1 Kecepatan Arus Hasil Pengukuran di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan dengan periode angin (musiman). Dengan demikian untuk mengetahui pola
Tengah (PPK-ITB,2002)
arus rata-rata bulanan di perairan Kalimantan Tengah, gaya pembangkit arus
No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Kecepatan Arus Arah Arus
(m/detik) yang ditinjau (sebagai input model) hanya angin. Arus rata-rata bulanan yang
dihasilkan model memperlihatkan arah arus dominan yang terjadi pada bulan
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 0,783 Menuju ke
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) arah laut tersebut.

2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Kahayan) 0,203 Menuju ke Simulasi pola arus di perairan laut Kalimantan Tengah yang mewakili empat
(02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ BT) arah laut
musim yang berbeda, dapat diuraikan sebagai berikut :

3. Lupak dalam (Sungai Kapuas) 0,613 menuju ke 1. Musim Barat


(03o16’56,3‘’ LS & 114o08’33,2‘’ BT) arah laut
Musim ini terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Februari.
4. Kuala Pembuang (Muara Sungai Seruyan) 0,407 Menuju ke Pada saat ini angin bertiup dari Barat ke Timur. Pola arus musim ini diwakili
(03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ BT) arah laut
oleh simulasi arus bulan Februari. Pergerakan arus di daerah sekitar
5. Percabangan S. Kumai & S. Sekonyer 0,847 Masuk dari pantai jelas mengarah ke Timur akibat angin Barat, dan arus bergerak ke
arah laut
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT) arah barat menuju Laut Flores dan sebagian membelok ke arah Selat
Catatan: Makasar, lihat Peta Arus Permukaan dan Potensi Upwelling Bulan
ƒ Pengukuran yang dilakukan pada 4 stasiun adalah saat air mengalami surut, Februari. Kecepatan arus pada bulan ini berkisar antara 0,02 – 3,0
kecuali pengukuran yang dilakukan di Percabangan Sungai Kumai dan S. Sekonyer
adalah pada saat air pasang. m/detik.

5-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

2. Musim Peralihan I Kemungkinan pola arus akibat perubahan musiman ini secara umum dari
Musim ini terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Pada tahun ke tahun adalah tidak berubah, hanya variasi besar kecepatan arusnya
musim ini mulai terjadi peralihan arah angin yang bergerak dari Timur ke saja yang berbeda.
Barat. Pola arus di musim ini diwakili oleh simulasi arus di bulan Mei. Arah
arus menuju ke Barat walaupun nilainya masih kecil. Kondisi ini 5.1.3 Pasang Surut
diakibatkan oleh kekuatan angin yang relatif masih lemah, lihat Peta
Berdasarkan hasil peramalan pasang surut terhadap beberapa stasiun lokasi di
Arus Permukaan dan Potensi Upwelling Bulan Mei. Kecepatan arus pada
perairan pantai Kalimantan Tengah, dapat diinformasikan variasi tunggang
bulan ini berkisar antara 0,01 – 2,6 m/detik.
pasut. Hasil studi menunjukkan tunggang pasut berkisar antara 47,35 cm di
3. Musim Timur
Tanjung Keluang (Tanjung Penghujan), hingga 321,54 cm di Teluk Sampit.
Musim ini terjadi dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Kondisi
Secara umum tunggang pasut terendah di perairan pantai bagian barat dan
angin bertiup dari Timur ke Barat. Pada laporan ini pola arus hasil simulasi
semakin tinggi ke arah timur (lihat Tabel 5.2).
pada musim timur diwakili oleh pola arus pada bulan Agustus. Hasil
simulasi model memperlihatkan bahwa kecepatan arus permukaan di
sekitar pantai lebih kuat dibandingkan arus yang terjadi pada bulan Mei Perairan Kalimantan Tengah secara umum mempunyai tipe pasang surut

dengan arah dari Timur ke Barat, lihat Peta Arus Permukaan dan Potensi (pasut) campuran cenderung diurnal (mixed tide prevailing diurnal). Pola

Upwelling Bulan Agustus. Kecepatan arus pada bulan ini berkisar antara kemunculan pasang surut tipe ini adalah dalam 1 hari bisa terjadi 1 kali saat air

0,01 – 2,0 m/detik. pasang dan 1 kali saat air surut, tetapi bisa juga terjadi 2 kali saat air pasang
dan 2 kali saat air surut dengan ketinggian antar puncak yang jauh berbeda
4. Musim Peralihan II
(lihat Gambar 5.1 dan 5.2). Perbedaan elevasi muka laut akibat pasang surut
Musim ini terjadi pada bulan September sampai dengan bulan
mampu menggerakan arus, dimana arus pasut yang sangat umum terjadi di
November. Kondisi angin mulai membelok ke arah Timur atau mulai
perairan Asia Tenggara yang berkedalaman 25 - 100 meter rata-rata
terjadi peralihan dari musim timur ke musim barat. Dengan demikian arus
kecepatannya 18,7 cm/detik untuk tipe pasut semidiurnal, dan 11,6 cm/detik
permukaan di sekitar pantai yang pada awalnya bergerak ke Barat
untuk tipe pasut diurnal (Wyrtki, 1961).
mulai melemah dan kemudian akan membelok ke arah Timur. Proses
perubahan ini akan diikuti oleh pergerakan massa air, lihat Peta Arus
Permukaan dan Potensi Upwelling Bulan November. Kecepatan arus
permukaan pada bulan ini berkisar antara 0,01 – 1 m/detik.

Perubahan pola arus akibat perubahan musim di sepanjang Pantai Selatan


Kalimantan Tengah tersebut jelas terlihat pada daerah di sekitar pantai.

5-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 5.2 Hasil Peramalan Air Pasang Tertinggi, Air Surut Terendah dan Tunggang Peramalan Pasang Surut di Tanjung Keluang (13 - 30 Oktober 2002)
Maksimum Pasang Surut di Perairan Pantai Kalimantan Tengah (PPK-ITB,2002)
30
Air Pasang Air Surut Tunggang
No. Stasiun Tertinggi Terendah Maksimum
20
(cm) (cm) (cm)
1. Tanjung Keluang (03º29’30“ LS & 110º40’00“ +27,81 -19,54 47,35
10
BT)

elevasi (cm)
2. PPI Kuala Pembuang (03º24’27,9“ LS & +98,90 -67,76 166,66 0
112º33’33“ BT)
-10
3. Tanjung Buaya (03º29’05“ LS & 112º30’49“ +97,60 -66,49 164,09
BT)
-20

4. Teluk Kotawaringin (03º00’30“ LS & +60,26 -33,42 93,68


111º22’20“ BT) -30
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420

5. Pantai Sei Bakau (02º59’19,3“ LS & +69,78 -39,27 109,05 waktu (jam ke-)

111º35’31,4“ BT)

6. Pantai Kubu (02º59’00“ LS & 110º45’00“ BT) +76,53 -43,60 120,13 Gambar 5.1 Peramalan Pasang Surut di Tanjung Keluang 13 – 30 Oktober 2002
(PPK-ITB,2002)
7. Percabangan S. Kumai & S. Sekonyer +75,15 -42,64 117,79
(02º46’26,8“ LS & 111º42’50,9“ BT)

8. Pelabuhan Ujungpandaran (03º09’17,58“ LS +188,79 -132,53 321,32


& 113º00’33,6“ BT) Peramalan Pasang Surut di Teluk Sampit (13 - 30 Oktober 2002)

200
9. Teluk Sampit (03º00’10“ LS & 113º28’48“ BT) +188,92 -132,62 321,54
150
10. Teluk Sebangau (03º01’24“ LS & 113º30’30“ +188,91 -132,62 321,53
BT)
100

11. Pelabuhan Pulang Pisau (02º45’52“ LS & +113,66 -103,9 217,56

elevasi (cm)
50
114º15’1,8“ BT)

0
12. Gosong Rining (03º02’24“ LS & 114º01’17“ +117,44 -98,87 216,31
BT)
-50

13. Batanjung (03º21’19,1“ LS & 114º14’59,1“ BT) +113,67 -103,90 217,57


-100
Catatan: Air pasang terendah dan surut terendah dihitung dari Mean Sea Level (MSL).
-150
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
waktu (jam ke-)

Gambar 5.2 Peramalan Pasang Surut di Teluk Sampit 13 – 30 Oktober 2002


(PPK-ITB,2002)

5-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

5.1.4 Gelombang Hasil simulasi spektrum gelombang pada lokasi / koordinat (3°0’10” LS -
Pengaruh monsun (musim barat dan timur) terhadap kondisi gelombang 113°28’48” BT) yang mewakili perairan Kalimantan Tengah, mendukung pola
dengan jelas terlihat di perairan Kalimantan Tengah. Berdasarkan sumbernya, umum karakteristik tinggi gelombang dan arah penjalarannya seperti yang
gelombang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu gelombang swell telah dipaparkan sebelumnya. Spektrum dua dimensi (2D) Gelombang di
(gelombang rambat yang telah keluar dari daerah pembangkitnya, yaitu: perairan Kalimantan Tengah memberikan informasi tinggi gelombang signifikan
angin) dan sea (gelombang yang berada pada daerah pembangkitnya, musim timur sebesar 0,74 m, dengan arah rata-rata datang gelombang
yaitu: angin). Pola umum penjalaran gelombang pada kedua musim tersebut sebesar 311° (relatif terhadap utara). Bentuk Spektrum densitas energi
dapat dijabarkan sebagai berikut: gelombang di perairan Kalimantan Tengah diperlihatkan pada Gambar 5.4.

1. Musim Timur
Pola umum arah penjalaran gelombang laut di perairan Kalimantan Tengah
mengikuti kecenderungan angin musim yang berlaku, yaitu angin musim timur.
Hasil simulasi model menunjukkan bahwa gelombang bergerak bersesuaian
dengan pergerakan angin musim timur, yaitu dari timur menuju barat dengan
kecenderungan untuk bergerak dalam arah tegak lurus pantai ketika
gelombang mendekati pantai, dengan tinggi gelombang perairan dalam
terletak pada kisaran 0.75 – 1 m. Gambar sebaran tinggi gelombang signifikan
dan arah penjalarannya ditunjukkan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.4. Spektrum 2D Perairan Kalimantan Tengah (3°0’10” LS - 113°28’48” BT)


pada Musim Timur (Sumber: PPK-ITB, 2002)

Tinjauan lebih lanjut dari spektrum 2D, memberikan informasi perihal signifikansi
gelombang sea maupun gelombang swell terhadap pembentukan
gelombang total yang terjadi pada masing-masing perairan kajian. Di perairan
Kalimantan Tengah, kontribusi gelombang swell cukup signifikan sehingga
Gambar 5.3 Pola Sebaran Tinggi Gelombang dan Arah Datang Gelombang pada
Musim Timur di Perairan Kalimantan Tengah (Sumber: PPK-ITB, 2002) menyamai kontribusi gelombang sea. Informasi besar tinggi gelombang dan
5-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

arah datang, untuk gelombang sea dan swell diberikan pada Tabel 5.3 berikut
ini:

Tabel 5.3 Kisaran Tinggi Gelombang dan Arah Datang untuk Gelombang Sea dan
Swell di Kalimantan Tengah pada Musim Timur (Sumber: PPK-ITB, 2002)

Gelombang Swell Gelombang Sea

Hs(m) θ (°) Hs(m) θ (°)


(Tinggi (Arah (Tinggi (Arah
Gelombang) Gelombang) Gelombang) Gelombang)

0.51 326 0.55 300


Gambar 5.5 Pola Sebaran Tinggi Gelombang dan Arah Datang Gelombang pada
Musim Barat di Perairan Kalimantan Tengah (Sumber: PPK-ITB, 2002)

2. Musim Barat
Secara umum, karakteristik gelombang perairan dalam di perairan Kalimantan
Seperti halnya pada musim timur, hasil simulasi spektrum gelombang pada
Tengah menguat bersesuaian dengan angin musim barat yang cenderung
musim barat untuk lokasi / koordinat yang mewakili perairan Kalimantan
bertiup lebih kencang dibandingkan dengan musim timur. Tinggi gelombang
Tengah mendukung pola umum karakteristik tinggi gelombang dan arah
signifikan di perairan Kalimantan Tengah berkisar diantara 0,75 – 2 m, dengan
penjalarannya. Spektrum 2D Gelombang di perairan Kalimantan tengah
arah penjalaran dari barat ke timur. Gambar sebaran tinggi gelombang
memberikan informasi tinggi gelombang signifikan musim barat sebesar 1,11
signifikan dan arah penjalarannya di perairan Kalimantan Tengah ditunjukkan
meter, dengan arah rata-rata datang gelombang sebesar 81° (relatif terhadap
oleh Gambar 5.5.
utara). Bentuk Spektrum densitas energi gelombang di perairan Kalimantan
Tengah diperlihatkan pada Gambar 5.6.

5-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

5.1.5 Temperatur Laut

Berdasarkan hasil observasi (Oktober, 2002), dan penelitian yang pernah


dilakukan oleh Denie (2000), temperatur air di perairan Kalimantan Tengah
berkisar 25,1 – 33 ºC (lihat Tabel 5.5). Sedangkan menurut Wyrtki (1961)
temperatur perairan Kalimantan Tengah dan Laut Jawa hanya berkisar 25 – 31
ºC. Jika mengacu kepada SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 tentang
baku mutu air yang direkomendasikan untuk kegiatan budidaya dan
konservasi laut, maka perairan Kalimantan Tengah mempunyai kisaran
temperatur yang cukup baik. Kondisi kisaran temperatur tersebut akan
mendukung kehidupan organisme air, dimana temperatur optimum untuk
Gambar 5.6 Spektrum Perairan Kalimantan Tengah (3°0’10” LS - 113°28’48” BT) fotosistesis tumbuhan air adalah berkisar 25 – 35 ºC (Sheridan dan Ulik, 1976
pada Musim Barat (Sumber: PPK, 2000)
dalam Denie, 2000).

Pada musim barat peran gelombang swell dan sea cukup berimbang 5.1.6 Kecerahan Perairan
kontribusinya membentuk gelombang perairan dalam di perairan Kalimantan
Berdasarkan hasil observasi (Oktober, 2002), dan penelitian yang pernah
Tengah. Informasi besar tinggi gelombang dan arah datang, untuk gelombang
dilakukan oleh Denie (2000), kecerahan di perairan Kalimantan Tengah berkisar
sea dan swell pada musim barat diperlihatkan pada Tabel 5.4.
40 – 150 centimeter (lihat Tabel 5.6). Jika mengacu kepada SK Menteri KLH No.
Kep-02/MENKLH/1988 tentang baku mutu air yang direkomendasikan untuk
Tabel 5.4 Kisaran Tinggi Gelombang dan Arah Datang untuk Gelombang Sea dan
Swell di Perairan Kalimantan Tengah pada Musim Barat (Sumber: PPK-ITB, 2002) kegiatan budidaya dan konservasi laut, maka perairan Kalimantan Tengah
mempunyai kisaran kecerahan perairan yang cukup jauh dari yang telah
Gelombang Swell Gelombang Sea
direkomendasikan. Tetapi kondisi kisaran kecerahan perairan tersebut masih
Hs(m) θ (°) Hs(m) θ (°)
cukup mendukung kehidupan organisme ikan, dimana kecerahan perairan
(Tinggi (Arah (Tinggi (Arah
Gelombang) Gelombang) Gelombang) Gelombang) rata-rata yang optimum dibutuhkan ikan adalah 45 centimeter (Anonim, 1993

0.73 51 0.84 100 dalam Denie, 2000).

5-7
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 5.5 Temperatur air di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan Tengah Tabel 5.6 Kecerahan air di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan Tengah

Temperatur Kecerahan
No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Air Sumber Data No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Perairan Sumber Data
(centimeter)
(ºC)
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 50 Hasil Observasi
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 30,1 Hasil Observasi
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002)
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002)
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai 40 Hasil Observasi
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai 29,5 Hasil Observasi
Kahayan) (02o45’52,0‘’ LS & (Oktober 2002)
Kahayan) (02o45’52,0‘’ LS & (Oktober 2002)
114o15’1,8‘’ BT)
114o15’1,8‘’ BT)
3. Lupak dalam (Sungai Kapuas) 50 Hasil Observasi
3. Lupak dalam (Sungai Kapuas) 29,6 Hasil Observasi
(03o16’56,3‘’ LS & 114o08’33,2‘’ BT) (Oktober 2002)
(03o16’56,3‘’ LS & 114o08’33,2‘’ BT) (Oktober 2002)
4. Kuala Pembuang (Muara Sungai 50 Hasil Observasi
4. Kuala Pembuang (Muara Sungai 28,5 Hasil Observasi
Seruyan) (03o24’27,9‘’ LS & (Oktober 2002)
Seruyan) (03o24’27,9‘’ LS & (Oktober 2002)
112o33’33,0‘’ BT)
112o33’33,0‘’ BT)
5. Sungai Kumai 150 Hasil Observasi
5. Sungai Kumai (02o46’26,8‘’ LS & 25,1 Hasil Observasi
(Oktober 2002)
111o42’50,9‘’ BT) (Oktober 2002) (02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)

6. Pantai Kubu (2o51’28,2‘’ LS & 28 - 33 Denie (2000) 6. Pantai Kubu 47,5 – 65,5 Denie (2000)
111o42’04,4‘’ BT)
(2o51’28,2‘’ LS & 111o42’04,4‘’ BT)
7. Pantai Sei Bakau (02o59’19,3‘’ LS & 31,2 Hasil Observasi
7. Pantai Sei Bakau 100 Hasil Observasi
111o35’31,4‘’ BT) (Oktober 2002)
(Oktober 2002)
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT)
Catatan:
Catatan:
ƒ Baku mutu temperatur air untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota laut
berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 adalah alami. ƒ Baku mutu kecerahan perairan untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota laut
berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 adalah 300 - 1000
centimeter.

5-8
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

5.1.7 Padatan Total Tersuspensi (TSS) dan Kekeruhan Perairan Secara umum data-data diatas menunjukkan bahwa kondisi perairan
Kalimantan Tengah mempunyai kandungan material tersuspensi yang belum
Berdasarkan pengukuran TSS dan Kekeruhan di beberapa lokasi perairan
melebihi ambang batas yang telah direkomendasikan. Tetapi debit sungai-
Kalimantan Tengah, diketahui bahwa kandungannya di sungai dan pantai
sungai yang bermuara ke perairan Kalimantan Tengah adalah besar sehingga
berturut-turut berkisar 0,132 – 1,42 mg/l, dan 0 – 227 NTU atau Nephelometric
kondisi kekeruhan air tetap menjadi tinggi. Sehingga secara ideal perairan
Turbidity Units (lihat Tabel 5.7).
tersebut memang kurang baik untuk kegiatan mandi, berenang, budidaya,
dan konservasi biota. Tetapi secara fenomena lapangan, belum dijumpai hal-
Tabel 5.7. Kandungan Total Suspensi Terlarut (Total Suspended Solid) dan hal yang merugikan kesehatan masyarakat sebagai efek dari kondisi tersebut.
Kekeruhan di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan Tengah

TSS Kekeruhan
No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat 5.2 PARAMETER KIMIA PERAIRAN
(mg/l) (NTU)
Parameter kimia air penting untuk diketahui karena merupakan komponen
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 0,178 130
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) penting dalam habitat bagi organisme, media budidaya, dan berhubungan
dengan aktivitas manusia di sekitarnya.
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Kahayan) 1,42 227
(02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ BT)

3. Kuala Pembuang (Muara Sungai Seruyan) 0,266 110 5.2.1 Salinitas Perairan
(03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ BT)
Berdasarkan pengukuran salinitas di beberapa lokasi perairan pesisir
4. Sungai Kumai 0,174 0
Kalimantan Tengah, diketahui bahwa salintas sungai dan pantai berkisar 0 –
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
0,31 ‰ (lihat Tabel 5.8). Hal ini dimungkinkan oleh surutnya kondisi air pada saat
5. Pantai Sei Bakau 0,132 140
pengukuran dilakukan, dimana debit air sungai (tawar) lebih kuat menuju ke
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT)
arah laut.
Catatan:
ƒ Baku mutu kandungan TSS perairan berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-
02/MENKLH/1988 adalah < 30 mg/l untuk kegiatan mandi dan renang, < 80 mg/l
untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota
ƒ Baku mutu Kekeruhan perairan berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-
02/MENKLH/1988 adalah < 23 NTU untuk kegiatan mandi dan renang, < 30 NTU
untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota

5-9
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 5.8 Salinitas air di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan Tengah mengacu kepada SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 tentang baku mutu

No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Salinitas Air (‰) Sumber Data air yang direkomendasikan untuk kegiatan budidaya dan konservasi, dan baku
mutu yang direkomendasikan untuk budidaya pertambakan oleh BBAP
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 0,09 Hasil Observasi
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002) Jepara, perairan Kalimantan Tengah mempunyai kisaran derajat keasaman

2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Kahayan) 0,00 Hasil Observasi yang cukup baik, kecuali jika sudah memasuki wilayah perairan Pelabuhan
(02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ BT) (Oktober 2002)
Pulang Pisau (Sungai Kahayan ke arah hulu).
3. Kuala Pembuang (Muara Sungai Seruyan) 0,22 Hasil Observasi
(03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ BT) (Oktober 2002)
5.2.3 Nitrat
4. Sungai Kumai 0,19 Hasil Observasi
(Oktober 2002)
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Denie (2000) kandungan
5. Pantai Sei Bakau 0,31 Hasil Observasi nitrat di perairan pantai Kubu rata-rata berkisar 3,29 – 3,47 mg/l. Kisaran
(Oktober 2002)
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT) tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesuburan perairan Pantai Kubu adalah
Catatan:
sedang (Wardoyo, 1974).
ƒ Baku mutu salinitas air untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota laut
berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 adalah ± 10 % alami. Berdasarkan pengukuran kandungan nitrat dan penelitian sebelumnya di
beberapa lokasi perairan Kalimantan Tengah, diketahui bahwa kandungan
nitrat sungai dan pantai berkisar 0,03 – 3,47 mg/l (lihat Tabel 5.10). Hal ini
Kondisi perairan laut Kalimantan Tengah yang merupakan bagian dari Laut
menunjukkan bahwa tingkat kesuburan perairan tersebut adalah bervariasi
Jawa mempunyai salinitas rata-rata bulanan sebesar 32,5 ‰, dengan kisaran
dari kondisi yang kurang subur hingga menengah (Wardoyo, 1974).
tahunan 31,4 – 33,8 ‰. Salinitas pada musim barat (Desember - Februari)
berkisar 31,8 – 32,6 ‰, pada musim peralihan barat menuju timur (Maret - Mei)
berkisar 31,4 – 31,7 ‰, pada musim timur (Juni - Agustus) berkisar 31,9 – 33,3 ‰, Kandungan nitrat dan fosfat terlarut di perairan ini sangat dibutuhkan oleh
sedangkan pada musim peralihan timur menuju barat (September - fitoplankton untuk pertumbuhan. Dan menurut Soeseno (1974) kandungan
November) berkisar 33,3 – 33,8 ‰ (Wyrtki, 1961). nitrat minimum yang mampu mendukung pertumbuhan fitoplankton tersebut
adalah sebesar 4 mg/l. Kisaran kandungan nitrat di perairan Kalimantan
5.2.2 Derajat Keasaman (pH) Tengah juga bisa dipertimbangkan untuk kegiatan budidaya pertambakan.

Berdasarkan hasil observasi (Oktober, 2002), dan penelitian yang pernah


dilakukan oleh Denie (2000), derajat keasaman (pH) air di perairan Kalimantan
Tengah berkisar 6,71 – 8,0 (lihat Tabel 5.9), kecuali hasil pengukuran di
Pelabuhan Pulang Pisau yang menunjukan harga pH air sebesar 5,5. Jika

5-10
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 5.9 Derajat Keasaman (pH) air di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan Tengah Tabel 5.10 Kandungan Nitrat di Beberapa Lokasi Perairan Peisisir Kalimantan Tengah

Derajat Nitrat (NO3)


No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Sumber Data
No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Keasaman Sumber Data (mg/l)
(pH) Air
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 1,446 Hasil Observasi
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 8 Hasil Observasi (03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002)
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002)
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Kahayan) 0,03 Hasil Observasi
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai 5,5 Hasil Observasi (02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ BT) (Oktober 2002)
Kahayan) (02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ (Oktober 2002)
BT) 3. Kuala Pembuang (Muara Sungai Seruyan) 1,095 Hasil Observasi
(03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ BT) (Oktober 2002)
3. Lupak dalam (Sungai Kapuas) 7,5 Hasil Observasi
(03o16’56,3‘’ LS & 114o08’33,2‘’ BT) (Oktober 2002)
4. Sungai Kumai 0,979 Hasil Observasi
4. Kuala Pembuang (Muara Sungai 8 Hasil Observasi (Oktober 2002)
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
Seruyan) (03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ (Oktober 2002)
BT) 5. Pantai Kubu 3,29 – 3,47 Denie (2000)
5. Sungai Kumai 7,5 Hasil Observasi (2o51’28,2‘’ LS & 111o42’04,4‘’ BT)
(Oktober 2002)
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
6. Pantai Sei Bakau 1,247 Hasil Observasi
6. Pantai Kubu 6,71 – 6,99 Denie (2000) (Oktober 2002)
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT)
(2o51’28,2‘’ LS & 111o42’04,4‘’ BT)
Catatan:
7. Pantai Sei Bakau 8 Hasil Observasi
(Oktober 2002) ƒ Baku mutu kandungan nitrat terlarut untuk kegiatan budidaya tambak
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT) berdasarkan penelitian Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara adalah < 200
Catatan: mg/l.
ƒ Baku mutu derajat keasaman (pH) air untuk kegiatan budidaya dan konservasi
biota laut berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 adalah 6 – 9.
ƒ Baku mutu derajat keasaman (pH) air untuk kegiatan budidaya tambak
berdasarkan penelitian Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara adalah 7,5 – 8,9. 5.2.4 Fosfat

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Denie (2000) kandungan


fosfat di perairan pantai Kubu rata-rata berkisar 0,343 – 0,835 mg/l. Kisaran
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesuburan perairan Pantai Kubu adalah
tinggi, berdasarkan parameter kimia kandungan fosfat (Joshimura dalam
Supangat, dkk., 2001).

Berdasarkan pengukuran kandungan fosfat dan penelitian sebelumnya di


Gambar 5.7 Bahan-bahan Kimia Untuk
Keperluan Analisa Nitrat dan Fosfat beberapa lokasi perairan pesisir Kalimantan Tengah, diketahui bahwa
(Sumber: Supangat, dkk., 2001)
kandungan nitrat sungai dan pantai berkisar 0,031 – 0,835 mg/l (lihat Tabel

5-11
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

5.11). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesuburan perairan tersebut adalah 5.2.5 Oksigen Terlarut
bervariasi dari kondisi yang kurang subur hingga tinggi (Joshimura dalam
Berdasarkan hasil observasi (Oktober, 2002), dan penelitian yang pernah
Supangat, dkk., 2001).
dilakukan oleh Denie (2000), kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen
atau DO) di perairan Kalimantan Tengah berkisar 5,10 – 7,20 mg/l (lihat Tabel
Tabel 5.11 Kandungan Fosfat di Beberapa Lokasi Perairan Pesisir kalimantan Tengah
5.12). Jika mengacu kepada SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 tentang
Fosfat (PO4) baku mutu air yang direkomendasikan untuk kegiatan budidaya dan
No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Sumber Data
(mg/l) konservasi, dan baku mutu yang direkomendasikan untuk budidaya
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 0,031 Hasil Observasi pertambakan oleh BBAP Jepara, perairan Kalimantan Tengah mempunyai
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002)
kisaran kandungan oksigen yang cukup baik. Tetapi jika kisaran kandungan
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Kahayan) 0,278 Hasil Observasi oksigen terlarut tersebut dikaitkan dengan kondisi kesuburan perairan, maka
(02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ BT) (Oktober 2002)
perairan pantai Kalimantan tengah adalah kurang produktif (Banarjea, 1967
3. Kuala Pembuang (Muara Sungai Seruyan) 0,049 Hasil Observasi
(03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ BT) (Oktober 2002) dalam Basmi, 1988). Hal ini terjadi kemungkinan karena kandungan
karbondioksida (CO2) yang terlarut dalam air adalah cukup tinggi sehingga
4. Sungai Kumai 0,039 Hasil Observasi
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
(Oktober 2002) menyebabkan terjadinya proses dekomposisi intensif, dan kurangnya jumlah
populasi fitoplankton yang mengkonsumsi gas CO2 terlarut tersebut (Torang,
5. Pantai Kubu 0,343 – 0,835 Denie (2000)
1996 dalam Denie, 2000).
(2o51’28,2‘’ LS & 111o42’04,4‘’ BT)

6. Pantai Sei Bakau 0,047 Hasil Observasi Kurang produktifnya perairan pesisir (kandungan oksigen terlarut yang sedikit)
(Oktober 2002) selain disebabkan tingginya kadar CO2, secara lebih nyata diakibatkan oleh
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT)

Catatan:
tingginya kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical

ƒ Baku mutu kandungan fosfat terlarut untuk kegiatan budidaya tambak Oxygen Demand). Berdasarkan pengukuran kandungan oksigen yang
berdasarkan penelitian Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara adalah < 0,2
digunakan untuk proses biologis (BOD) dan kimiawi (COD) di beberapa lokasi
mg/l.
perairan Kalimantan Tengah, diketahui bahwa kandungan BOD dan COD
sungai dan pantai berturut-turut berkisar 2,50 – 13,90 mg/l (lihat Tabel 5.3 dan
Kandungan nitrat dan fosfat terlarut di perairan ini sangat dibutuhkan oleh
Tabel 5.4). Secara umum kandungan BOD dan COD tersebut masih jauh dari
fitoplankton untuk pertumbuhan. Dan menurut Soeseno (1974) kandungan
ambang batas yang ditetapkan untuk kegiatan mandi, berenang, budidaya
fosfat minimum yang mampu mendukung pertumbuhan fitoplankton tersebut
perairan, dan konservasi biota.
adalah sebesar 1 mg/l. Kisaran kandungan fosfat di perairan Kalimantan
Tingginya kandungan BOD di perairan tersebut bisa dimaklumi karena hampir
Tengah juga bisa dipertimbangkan untuk kegiatan budidaya pertambakan.
semua wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah daerah pemukiman

5-12
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

penduduk yang menghasilkan limbah rumah tangga, dan beberapa lokasi ke


arah hulu dijadikan area budidaya keramba apung yang juga menghasilkan
limbah organik. Sedangkan tingginya COD dimungkinkan karena wilayah
sungai dan rawa yang ada merupakan tanah gambut, dan di beberapa
tanah di sekitar hulu dan jeram sungai mengandung mineral. Dimana areal
bermineral tersebut digunakan untuk kegiatan tambang emas tradisional yang
mencemari air sungai.

Tabel 5.12 Kandungan Oksigen Terlarut di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan


Tengah

Kandungan
Oksigen Terlarut Gambar 5.8 Pengambilan Sampel Air Untuk Keperluan Analisa Plankton
No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Sumber Data
(mg/l)
(Sumber: PPK-ITB, 2002).
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) (03o21’19,1‘’ 5,64 Hasil Observasi
LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002)
Tabel 5.13 Kandungan Oksigen yang Digunakan untuk Proses Biologis (Biological
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Kahayan) 5,76 Hasil Observasi Oxygen Demand) di Beberapa Lokasi Perairan Pesisir Kalimantan Tengah
(02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ BT) (Oktober 2002)
BOD
3. Lupak dalam (Sungai Kapuas) (03o16’56,3‘’ LS & 5,14 Hasil Observasi No. Nama Lokasi Peairan & Koordinat Sumber Data
114o08’33,2‘’ BT) (Oktober 2002) (mg/l)
1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 13,90 Hasil Observasi
4. Kuala Pembuang (Muara Sungai Seruyan) 5,80 Hasil Observasi (03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (Oktober 2002)
(03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ BT) (Oktober 2002)
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai 10,81 Hasil Observasi
5. Sungai Kumai 6,94 Hasil Observasi Kahayan) (02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ (Oktober 2002)
(Oktober 2002) BT)
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
3. Kuala Pembuang (Muara Sungai 4,90 Hasil Observasi
6. Pantai Kubu 5,10 – 7,20 Denie (2000)
Seruyan) (03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ (Oktober 2002)
(2o51’28,2‘’ LS & 111o42’04,4‘’ BT) BT)

7. Pantai Sei Bakau 6,99 Hasil Observasi 4. Sungai Kumai 8,50 Hasil Observasi
(Oktober 2002) (Oktober 2002)
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT) (02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
5. Pantai Sei Bakau 2.50 Hasil Observasi
Catatan:
(Oktober 2002)
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT)
ƒ Baku mutu kandungan oksigen terlarut untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota
berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 adalah > 4 mg/l. Catatan:
ƒ Baku mutu kandungan oksigen terlarut untuk kegiatan budidaya tambak berdasarkan ƒ Baku mutu kandungan BOD perairan berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-
penelitian Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara adalah 4 – 8 mg/l. 02/MENKLH/1988 adalah < 40 mg/l untuk kegiatan mandi dan renang, < 45 mg/l
untuk kegiatan budidaya, < 80 untuk konservasi biota.

5-13
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 5.14 Kandungan Oksigen yang Digunakan untuk Proses Kimiawi (Chemical Tabel 5.15. Kandungan Logam Berat Terlarut di Beberapa Lokasi Perairan Pesisir
Oxygen Demand) di Beberapa Lokasi Perairan Pesisir Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah (Sumber: Hasil Observasi, 2002)

COD Nama Lokasi Perairan & Mn Fe Pb Cu


No Nama Lokasi Perairan & Koordinat Sumber Data No.
(mg/l) Koordinat (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)

1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 47,17 Hasil Observasi 1. Batanjung (Muara Sungai Kapuas) 0,000 0,460 0,173 0,025
(03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT) (03o21’19,1‘’ LS & 114o14’59,1‘’ BT)
(Oktober 2002)
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai 0,007 1,725 0,024 0,009
2. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Kahayan) 41,57 Hasil Observasi
Kahayan) (02o45’52,0‘’ LS &
(02o45’52,0‘’ LS & 114o15’1,8‘’ BT)
(Oktober 2002) 114o15’1,8‘’ BT)

3. Kuala Pembuang (Muara Sungai Seruyan) 49,36 Hasil Observasi 3. Kuala Pembuang (Muara Sungai 0,041 0,917 0,691 0,041
(03o24’27,9‘’ LS & 112o33’33,0‘’ BT) Seruyan) (03o24’27,9‘’ LS &
(Oktober 2002)
112o33’33,0‘’ BT)
4. Sungai Kumai 47,61 Hasil Observasi
4. Sungai Kumai 0,011 1,564 0,931 0,063
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT) (Oktober 2002)
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
5. Pantai Sei Bakau 47,61 Hasil Observasi
5. Pantai Sei Bakau 0,006 0,840 0,650 0,041
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT) (Oktober 2002)
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT)
Catatan: Catatan:
ƒ Baku mutu kandungan COD perairan berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep- Baku mutu kandungan logam berat di perairan berdasarkan SK Menteri KLH No.
02/MENKLH/1988 adalah< 40 mg/l untuk kegiatan mandi dan renang, < 80 mg/l Kep-02/MENKLH/1988 :
untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota
ƒ untuk kegiatan mandi dan renang: Pb < 0,050; Cu < 1,000.
ƒ untuk kegiatan budidaya: Pb < 0,060; Cu < 0,010.

5.2.6 Logam berat


ƒ untuk konservasi biota: Pb < 0,075; Cu < 0,060.

Baku mutu kandungan logam berat untuk sumber air berdasarkan SK Menteri KLH
Keberadaan logam berat di perairan sangat penting untuk diperhatikan, No. Kep-02/MENKLH/1988 :
sebab peningkatan konsentrasi logam berat dalam air laut akan diikuti oleh
ƒ untuk keperluan air minum langsung tanpa pengolahan: Fe < 1,000; Mn < 0,500;
peningkatan logam berat dalam tubuh ikan dan organisme lainnya, dan Pb < 0,100; Cu < 1,000.

apabila organisme tersebut dikonsumsi oleh manusia maka akan ƒ untuk bahan baku untuk diolah sebagai air minum: Fe < 5,000; Mn < 0,500; Pb <
0,100; Cu < 1,000.
membahayakan kesehatan. Secara lebih detail hal ini dilihat dari nilai kisaran
ƒ untuk keperluan pertanian, industri dan listrik tenaga air: Fe < 2,000; Pb < 0,200;
kandungan beberapa logam berat di perairan. Cu < 1,000.

5-14
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Secara umum sebenarnya perairan Kalimantan Tengah jika dilihat kandungan Kisaran indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi fitoplankton di
timbal (Pb) dan tembaga (Cu) – nya adalah kurang baik kondisinya untuk perairan Kalimantan Tengah berturut-turut adalah 0,878 – 3,205, 0,264 – 0,894,
kegiatan mandi, berenang, dan budidaya perikanan. Tetapi untuk kegiatan 0,130 – 0,734 (lihat Tabel 5.17). Indeks-indeks tersebut mengindikasikan bahwa
konservasi biota perairan masih bisa dipertimbangkan. Sejauh ini masih belum perairan pantai Kalimantan Tengah secara umum mempunyai
terdeteksi adanya penyakit-penyakit tertentu efek dari akumulasi kandungan keanekaragaman spesies fitoplankton bervariasi dari rendah ke arah cukup
logam berat (biomagnifikasi) pada biota, dan penduduk setempat. tinggi (indeks keanekaragaman hingga mendekati 3,32), hal ini dibuktikan
dengan tidak adanya dominansi suatu spesies tertentu (0 < indeks dominansi <
Sedangkan air di beberapa lokasi sungai (S. Kapuas, S. Kumai, S. Kahayan, dan
1). Adapun macam genera atau spesies fitoplankton yang ditemukan di
S. Seruyan) secara umum untuk keperluan sumber air minum dan rumah
perairan Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Tabel 5.18.
tangga perlu dipertimbangkan untuk diolah terlebih dahulu karena kadar
logam Besi (Fe) terlarut yang cukup tinggi, ditambah lagi kadar logam-logam
lain (Mangan (Mn), Timbal (Pb), Tembaga (Cu) yang menambah kekomplekan Tabel 5.16 Kelimpahan Fitoplankton di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan Tengah
unsur kimia air. No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Kelimpahan Fitoplankton Sumber Data
(individu/liter)
1. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai Hasil Observasi
5.3 PARAMETER BIOLOGI PERAIRAN Kahayan) (02o45’52,0‘’ LS & (Oktober
11940 - 13980
Parameter biologi perairan penting untuk diketahui karena berhubungan 114o15’1,8‘’ BT) 2002)

dengan produktivitas primer yang mendukung aktivitas bagi organisme laut di 2. Kuala Pembuang (Muara Sungai Hasil Observasi
Seruyan) (03o24’27,9‘’ LS & (Oktober
472 - 507
alam, dan kegiatan budidaya di daerah pesisir. 112o33’33,0‘’ BT) 2002)
3. Sungai Kumai Hasil Observasi
(Oktober
5.3.1 KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON (02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT) 54 - 144
2002)
4. Pantai Kubu Noor (2000)
Berdasarkan hasil observasi (Oktober, 2002), dan penelitian yang pernah
(2o51’28,2‘’ LS & 111o42’04,4‘’ BT) 442 - 905
dilakukan oleh Noor (2000), kelimpahan fitoplankton di perairan Kalimantan
5. Pantai Sei Bakau Hasil Observasi
Tengah berkisar 54 hingga 13980 individu/liter (lihat Tabel 5.16). Jika mengacu (02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT) (Oktober
752 - 217
2002)
kepada SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 tentang baku mutu air yang
Catatan:
direkomendasikan untuk kegiatan budidaya dan konservasi laut, maka ƒ Baku mutu kelimpahan fitoplankton untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota
perairan Kalimantan Tengah mempunyai kisaran kelimpahan fitoplankton yang laut berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 adalah tidak blooming.

sangat jauh dari kategori blooming. Kisaran tersebut lebih cenderung


ƒ Kelimpahan algae dikategorikan Blooming jika melebihi 15.000.000 individu/liter
(Wetlands, 2000).
mengindikasikan perairan yang tingkat kesuburannya rendah atau miskin
(Anonim dalam Wahyono, 2000).

5-15
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 5.17 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Fitoplankton di Tabel 5.18 Nama Kelas dan Genera Fitoplankton yang ditemukan di Perairan Pantai
Perairan Kalimantan Tengah (Sumber: Noor, 2000; dan Hasil Observasi, 2002) Kalimantan Tengah (Sumber: Noor, 2000; dan Hasil Observasi, 2002)
INDEKS NO. KELAS GENERA / SPESIES
NO STASIUN KEANEKARAGAMAN KESERAGAMAN DOMINANSI 1. Chlorophyceae Acanthosphaera
1 Pelabuhan Pulang 0,689 – 1,300 - 0,543 - 0,804 Ceratium
Pisau (Sungai
Closteriopsis
Kahayan)
(02o45’52,0‘’ LS & Coscinodiscus
114o15’1,8‘’ BT)
Cosmarium sp.
2 Kuala Pembuang 0,878 - 1,227 0,264 – 0,322 0,697– 0,734
(Muara Sungai Crucigenia tetrapodia
Seruyan) Dactyloccocus
(03o24’27,9‘’ LS &
112o33’33,0‘’ BT) Docidium undulatun
3 Sungai Kumai 2,464 – 3,205 0,821 – 0,894 0,130– 0,224 Hydrodiction sp
(02o46’26,8‘’ LS &
111o42’50,9‘’ BT) Gloeocystis gigas

4 Pantai Kubu 1,038 - 0,479 Microspora sp.


(2o51’28,2‘’ LS & Mougetia
111o42’04,4‘’ BT)
Nephrocytium lunatum
5 Pantai Sei Bakau 1,422 – 1,927 0,374 – 0,608 0,250– 0,601
(02o59’19,3‘’ LS & Oocystis sp.
111o35’31,4‘’ BT) Pachyladon sp.
Planktosphaerium gelatinosa
Planktosphaerium sp.
Rhizocolonium
Scenedesmus quadricauda
Schroderia
Sorastrum sp.
Sphaeroplea
Spyrogyra
Ulothrix
Ulvella involvens
Gambar 5.9 Alat Spektrofotometer Untuk
Menganalisa Nitrat dan Fosfat (Sumber: Uronema elongatum
Supangat, dkk., 2001) Volvox

5-16
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

4. Protozoa Chenosphaera compacta


2. Bacillariophyceae Amphipleura dellucida
Phacus sp.
Asterionella formosa
5. Diatomae Amphiprora
Biddulphia sp.
Bacteriastrum sp.
Biddulphia laevis
Liemphora sp.
Brebissonia boeckii
Nitzachia sp.
Ceratoneis sp.
Surirella sp.
Chaetoceros sp.
Thallassiothtix sp.
Coscinodiscus ocolus iridis
Coscinodiscus lacustris
Menurut Noor (2000) populasi fitoplankton di perairan Pantai Kubu pola
Coscinosira sp.
penyebarannya bersifat mengelompok, hal ini ditandai dengan perbedaan
Cyclotella sp.
jumlah kelimpahan masing-masing genera pada lapisan perairan bagian
Cymbella sp.
Frustulia sp.
permukaan, tengah, dan mendekati dasar laut. Penyebaran tersebut

Gyrosigma sp. dipengaruhi oleh pola arus dan gelombang yang terjadi di perairan pantai
Hydrosera triquetra Kubu yang masih merupakan wilayah estuari Sungai Kumai, dimana dinamika
Navicula petersenii antar lapisan air di estuari tersebut sangat nyata.
Neidium
Opephora sp.
Planktoniella sol
Scoliopleura sp.
Stephanodiscus sp.
Tabelaria
Thalassiottrix nitzshioides
3. Cyanophyta Holopedium sp.
Microsystis
Holopedium irregulare
Microsystis flosaqua
Oscilatoria sp.
Oscilatoria limosa
Oscilatoria princips Gambar 5.10 Contoh Organisme Fitoplankton yang Ditemukan di perairan Kalimantan
Spirulina sp. Tengah. Searah Jarum Jam dimulai Dari Kiri Atas: Microspora quadratamoena,
Sphaeroplea sp., Volvox, Tabellaria fenestrata (Sumber: Dari Berbagai Sumber, 2002)

5-17
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

5.3.2 Kelimpahan dan Keanekaragaman Zooplankton atau mengelompok (Soegianto, 1994 dalam Wahyono, 2000). Walaupun
zooplankton mempunyai kemampuan berenang, penyebaran zooplankton
Berdasarkan hasil observasi (Oktober, 2002), dan penelitian yang pernah
seperti hal-nya dengan penyebaran fitoplankton adalah dipengaruhi oleh pola
dilakukan oleh Wahyono (2000), kelimpahan zooplankton di perairan
arus dan gelombang yang terjadi di perairan Pantai Kubu yang masih
Kalimantan Tengah berkisar 2 hingga 166 individu/liter (lihat Tabel 5.19). Jika
merupakan wilayah estuari Sungai Kumai, dimana dinamika antar lapisan air di
mengacu kepada SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 tentang baku mutu
estuari tersebut sangat nyata.
air yang direkomendasikan untuk kegiatan budidaya dan konservasi laut,
maka perairan Kalimantan Tengah mempunyai kisaran kelimpahan
zooplankton yang sangat jauh dari kondisi blooming.
Tabel 5.19 Kelimpahan Zooplankton di Beberapa Lokasi Perairan Kalimantan Tengah
Kelimpahan
Kisaran indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi zooplankton No. Nama Lokasi Perairan & Koordinat Zooplankton Sumber Data
(individu/liter)
di perairan Kalimantan Tengah berturut-turut adalah 0,041 – 2,287, 0,857 –
1. Pelabuhan Pulang Pisau (Sungai 2-4 Hasil Observasi
0,919, dan 0,232 – 0,9999 (lihat Tabel 5.20). Indeks-indeks tersebut Kahayan) (02o45’52,0‘’ LS & (Oktober 2002)
114o15’1,8‘’ BT)
mengindikasikan bahwa perairan pantai Kalimantan Tengah secara umum
2. Kuala Pembuang (Muara Sungai 18 - 42 HasilObservasi
mempunyai keanekaragaman spesies zooplankton yang rendah (indeks Seruyan) (03o24’27,9‘’ LS & (Oktober 2002)
112o33’33,0‘’ BT)
keanekaragaman < 3,32), hal ini dibuktikan dengan adanya dominansi suatu
3. Sungai Kumai 14 Hasil Observasi
spesies tertentu (indeks dominansi mendekati 1). Adapun macam filum dan (Oktober 2002)
(02o46’26,8‘’ LS & 111o42’50,9‘’ BT)
genera zooplankton yang ditemukan di perairan Kalimanatan Tengah dapat
4. Pantai Kubu 92 - 166 Noor (2000)
dilihat pada Tabel 5.21.
(2o51’28,2‘’ LS & 111o42’04,4‘’ BT)
5. Pantai Sei Bakau 16 - 22 Hasil Observasi
(02o59’19,3‘’ LS & 111o35’31,4‘’ BT) (Oktober 2002)
Menurut Wahyono (2000) populasi zooplankton di perairan Pantai Kubu pola
Catatan:
penyebarannya bersifat mengelompok, hal ini ditandai dengan nilai indeks
ƒ Baku mutu kelimpahan zooplankton untuk kegiatan budidaya dan konservasi biota
Morisita hasil perhitungan terhadap sampel penelitian yang dilakukan adalah laut berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-02/MENKLH/1988 adalah tidak blooming.

berkisar 1,190 – 2,081 atau lebih besar dari satu. Secara fenomena alam
pengelompokan tersebut ditandai oleh perbedaan jumlah kelimpahan
masing-masing genera pada lapisan perairan bagian permukaan, tengah,
dan mendekati dasar laut. Di perairan secara alami jarang terjadi pola
penyebaran yang seragam, yang umum adalah pola penyebaran yang acak

5-18
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 5.20 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Zooplankton di Tabel 5.21 Nama Filum dan Genera Zooplankton yang ditemukan di Perairan Kalimantan
Perairan Kalimantan Tengah (Sumber: Wahyono, 2000; dan Hasil Observasi, 2002) Tengah (Sumber: Wahyono, 2000; dan Hasil Observasi, 2002)
NO. FILUM FILUM / GENERA
INDEKS
NO. STASIUN 1. Arthropoda Camtocercus
KEANEKARAGAMAN KESERAGAM- DOMINANSI
AN Cheoborus
Chironomus
1 Pelabuhan Pulang 0.041 - 0,9999
Pisau(Sungai Diaptomus
Kahayan) Elliptera
(02o45’52,0‘’ LS &
Eurycercus
114o15’1,8‘’ BT)
2. Copepoda Cyclops
2. Kuala Pembuang 1,359 – 2,287 0,857 – 0,885 0,232– 0,421
(Muara Sungai Laophontidae
Seruyan)
Mesocyclops
(03o24’27,9‘’ LS &
112o33’33,0‘’ BT) Microseteilla gracilis
3. Sungai Kumai 1,457 0,919 0,389 Nauplii
(02o46’26,8‘’ LS &
Trapocyclops
111o42’50,9‘’ BT)
3. Nematoda Tylenchus
4. Pantai Kubu 1,205 – 1,925 - 0,9994–0,9999
(2o51’28,2‘’ LS & 4. Rotatoria Brachionus
111o42’04,4‘’ BT)
Keratella
5. Pantai Sei Bakau 0,918 - 2,036 0,877 – 0,918 0,279– 0,555
Ploesoma
(02o59’19,3‘’ LS &
111o35’31,4‘’ BT) Rotaria
5. Rotifera Hexarthra graziliensis
Polyanthra vulgaris
6. Protozoa Colpoda
Cyttarocylis conica
Euchalanis
Euplotes
Tokophrya
Urostyla
Gambar 5.11 Mikroskop Untuk Melihat Plankton
7. Ciliata Nauplius sp.
Saat Proses Identifikasi dan Penghitungan
Kelimpahan (Sumber: Supangat, dkk., 2001)

5-19
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

vertikal (upward velocity). Hasil simulasi model dari pola pergerakan daerah
upwelling di perairan Kalimantan Tengah dapat diuraikan, sebagai berikut:
Bulan Februari (Musim Barat), Bulan Mei (Musim Peralihan I), Bulan Agustus
(Musim Timur), Bulan November (Musim Peralihan II).

1. Februari
Hasil model memperlihatkan bahwa di daerah penelitian (perairan
Pantai Selatan Kalimantan Tengah), terlihat adanya beberapa
daerah upwelling. Daerah upwelling dengan intensitas yang cukup
signifikan terlihat berada di Tanjung Siamok dan Tanjung Buaya, yang
memanjang ke arah selatan (ke Laut Jawa), lihat Peta Arus
Permukaan dan Potensi Upwelling Bulan Februari.

2. Mei
Pada bulan Mei, daerah upwelling berpindah ke barat, di selatan
Gambar 5.12 Contoh Organisme Zooplankton yang Ditemukan di Perairan Kalimantan Teluk Kotawaringin dan Teluk Kumai dengan intensitas yang lemah.
Tengah. Berturut-turut dari Baris 1 (dari Kiri ke Kanan) Dilanjutkan Baris Berikutnya:
Brachionus sp., Cheuborus sp., Colpoda sp., Diaptomus sp., Euplotes sp., Eurycercus Tetapi di antara Teluk Sampit dan Teluk Sebangan terlihat intensitas
sp., Keratella sp., Ploesoma sp., Rotaria sp., Tokophrya mollis, Urostyla sp.
upwelling yang kuat, lihat Peta Arus Permukaan dan Potensi Upwelling
(Sumber: Dari Berbagai Sumber, 2002)
Bulan Mei.

5.4 UPWELLING SEBAGAI INDIKATOR PERIKANAN TANGKAP 3. Agustus

Upwelling adalah gerakan massa air secara vertikal dari lapisan dalam (50 – Dari hasil model terlihat bahwa intensitas daerah upwelling di perairan

200 meter) ke permukaan akibat adanya divergensi (kekosongan massa) di sekitar selatan Teluk Kotawaringin dan Teluk Kumai semakin menguat.

permukaan. Daerah upwelling merupakan daerah yang subur karena gerakan Di beberapa daerah lain juga terjadi upwelling, yaitu antara Teluk

massa air dari lapisan dalam banyak membawa zat-zat hara yang diperlukan Sampit dan Teluk Sebangau, juga di bagian barat dan timur Tanjung

untuk pertumbuhan fitoplankton yang pada gilirannya merupakan makanan Putting, akan tetapi intensitasnya tidak begitu kuat, lihat Peta Arus

zooplankton. Oleh karena itu daerah upwelling merupakan daerah yang kaya Permukaan dan Potensi Upwelling Bulan Agustus.

potensi perikanan tangkap. Penentuan daerah upwelling di perairan pantai 4. November


Kalimantan Tengah dilakukan melalui simulasi model matematis hidrodinamika Bulan ini adalah bulan peralihan musim dari monsun tenggara ke
tiga dimensi. Pola upwelling dalam hal ini ditunjukkan oleh kecepatan arus monsun barat laut. Pada bulan ini angin Timur melemah dan diganti

5-20
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

dengan mulai menguatnya angin Barat, yang mengakibatkan Pola curah hujan di Indonesia ditentukan oleh dua angin musim. Angin musim
transpor massa air kembali bergerak menuju pantai. Proses ini akan tenggara atau musim kering (Mei – Oktober) dan angin musim barat laut atau
mengurangi intensitas upwelling, sebagaimana terlihat dalam model, musim basah (November – April). Dari Mei sampai Oktober matahari melintasi
yaitu intensitas upwelling yang lemah hampir di seluruh perairan Indocina dan Cina bagian selatan, dan suatu sabuk dengan tekanan rendah
Kalimantan Tengah, lihat Peta Arus Permukaan dan Potensi Upwelling berkembang di atas daratan Asia yang panas. Angin yang membawa hujan
Bulan November. bertiup ke arah utara dari daerah yang bertekanan tinggi di atas Australia dan
Samudera India. Angin ini menyerap kelembaban sambil melintasi lautan yang
Dari hasil model tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa upwelling dengan luas. Ketika mencapai pulau-pulau di Kawasan Sunda Besar dan daratan Asia,
intensitas kuat di perairan pantai Kalimantan Tengah terjadi pada musim timur, angin naik ke atas karena harus melintasi jajaran bukit dan gunung. Sambil
yang dimulai pada bulan Mei dan kembali melemah pada bulan November. naik udara menjadi lebih dingin dan kelembabannya turun menjadi titik-titik
Pola ini secara umum tidak berubah dari tahun ke tahun, perubahan terjadi hujan. Hujan musim yang sangat lebat jatuh di atas India dan Cina bagian
pada besarnya kekuatan (magnitudo) upwelling. selatan dan curah hujan rendah jatuh di di pulau-pulau Dangkalan Sunda,
termasuk Kalimantan (MacKinnon, dkk., 2000).

5.5 IKLIM DAN CUACA


Dari Oktober sampai Maret matahari melintas bagian selatan garis khatulistiwa.
Kondisi iklim di wilayah pesisir Kalimantan Tengah tidaklah lepas dari pengaruh
Asia tengah sangat dingin dan daerah yang panas bertekanan rendah
iklim Laut Jawa yang mempunyai laju presipitasi (curah hujan) sebesar 159
sekarang berada di bagian selatan Benua Australia. Angin musim bertiup dari
cm/tahun dan laju evaporasi (penguapan) sebesar 111 cm/tahun. Kemudian
daerah yang bertekanan tinggi di atas Samudera India. Udara dingin ini
total kapasitas radiasi sinar matahari yang efektif menyinari Laut Jawa adalah
bertemu di tempat udara panas, dan pada musim ini hujan yang lebat terjadi
258 cal/cm2/hari, dan energi yang digunakan untuk evaporasi sebesar 181
di atas seluruh Dangkalan Sunda, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Pulai Irian
cal/cm2/hari (Wyrtki, 1961).
(MacKinnon, dkk., 2000).
Kalimantan terletak di khatulistiwa dan memiliki iklim tropis dengan suhu relatif Kalimantan hanya memiliki sedikit bulan basah dengan curah hujan kurang
konstan sepanjang tahun, yaitu antara 25˚ - 35˚ C di dataran rendah. Tipe dari 200 mm. Angin musim barat laut (November – April) pada umumnya lebih
vegetasinya tidak hanya ditentukan oleh jumlah curah hujan tahunan tetapi basah daripada angin musim tenggara, tetapi beberapa daerah pesisir
juga oleh distribusi curah hujan sepanjang tahun. Dataran rendah di sepanjang menunjukkan pola curah hujan bimodal. Kalimantan dapat dibagi menjadi
garis khatulistiwa yang mendapatkan curah hujan minimum 60 mm setiap lima zona agroklimat. Sebagian besar daerah perbukitan yang tinggi
bulan dapat mendukung hutan yang selalu hijau (Holdridge, 1967 dalam menerima curah hujan 2000-4000 mm setiap tahun. Sebagian besar daerah
MacKinnon, dkk., 2000). Semua bagian Kalimantan terletak pada daerah yang wilayah Kalimantan masuk ke dalam kawasan paling basah (Oldeman, dkk.,
basah sepanjang tahun. 1980 dalam MacKinnon, dkk., 2000). Tidak seperti Sumatera, di Kalimantan tidak

5-21
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

ada gunung-gunung di daerah pesisir yang mempengaruhi curah hujan, Walaupun pola iklim Kalimantan secara umum bercirikan curah hujan yang
walaupun beberapa gunung yang pendek mempengaruhi curah hujan lokal, tinggi, periode kemarau yang pendek sepanjang tahun berperanan penting
terutama di Kalimantan bagian timur. Kalimantan Tengah dan Barat adalah dalam kehidupan tumbuhan dan mempengaruhi pola pembungaan dan
kawasan paling basah, sementara bagian-bagian di pesisir timur jauh lebih pembuahan pada tumbuhan. Hanya kadang-kadang saja musim kemarau
kering. berlangsung agak lama. Pada tahun 1982-1983 di Kalimantan terjadi musim
kemarau yang berkepanjangan, yang terjadi lagi pada tahun 1987 dan 1990.
Angin musim barat laut mencapai Kalimantan Barat pada bulan Agustus- Musim kemarau yang panjang ini terjadi secara berkala dalam sejarah
September dan kemudian musim hujan berlangsung sampai bulan Mei; curah Kalimantan, dan mungkin berkaitan dengan osilasi El-Niño di bumi bagian
hujan sangat tinggi terutama pada bulan November dan yang kedua pada selatan (Leighton dan Wirawan, 1986 dalam MacKinnon, dkk., 2000). Keadaan
bulan April. Dari bulan Juni sampai Agustus, iklim relatif lebih kering tetapi tidak pada musim kemarau dapat berdampak berat pada vegetasi alami. Musim
ada bulan yang curah hujannya kurang dari 100 mm. Di Kalimantan Tengah kemarau panjang yang terjadi tahun 1982-1983 menyebabkan kematian
dan Selatan, curah hujan umumnya tinggi di daerah utara daripada di daerah semua tumbuhan berkayu di beberapa tempat, khususnya hutan-hutan
pesisir. Hal ini terjadi karena pengaruh angin musim tenggara jauh lebih besar pegunungan atas yang tanahnya dangkal, dan lima tahun kemudian masih
daripada yang terjadi di Kalimantan Barat. Bulan kering terjadi dari bulan Juli banyak yang belum pulih kembali. Pada waktu kebakaran yang terjadi pada
sampai September terutama di daerah-daerah bayang-bayang hujan di tahun 1982-1983, api dan kemarau panjang menghanguskan 3,6 juta hektar
bagian barat pegunungan Meratus, misalnya di Martapura. Namun musim hutan di Kalimantan Timur dan hampir 1 juta hektar hutan di Sabah. Namun
kemarau di sini masih tidak sekering di Jawa dan Nusa Tenggara (MacKinnon, musim kemarau yang berkepanjangan juga berperan penting dalam
dkk., 2000). membentuk ekosistem hutan di Kalimantan, karena kondisi kering merangsang
terjadinya pembungaan massal dan pembuahan pada jenis-jenis
Kalimantan Tengah adalah termasuk daerah yang tidak jauh lebih kering Dipterocarpaceae (MacKinnon, dkk., 2000).
dibandingkan daerah-daerah pesisir di Kalimantan Timur dan bagian timur
Sabah. Hal ini terjadi karena pengaruh angin musim barat laut jauh lebih
lemah karena hampir semua hujan jatuh di pegunungan bagian tengah dari
Kalimantan. Bahkan selama musim penghujan, curah hujan relatif lebih rendah
dan sering kurang dari 200 mm/bulan. Tidak ada musim kemarau yang khusus
karena angin musim tenggara yang melintasi laut terbuka, juga membawa
hujan ke daerah ini (MacKinnon, dkk., 2000).

5-22
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

6.1 EKOSISTEM PERAIRAN akan udang-udangan yang besar dan moluska, juga merupakan tempat yang
Ekosisitem pesisir Kalimantan Tengah secara umum terdapat di daerah penting untuk memijah dan pembibitan bagi udang dan banyak jenis ikan
estuaria, perairan pantai dan laut dangkal, serta hutan rawa. Dimana pelagis bernilai komersial penting.
ekosistem perairannya terdiri atas ekosistem mangrove, dan padang lamun. Dilihat dari sebarannya, hutan mangrove wilayah pesisir dan laut Kalimantan
Kondisi perairannya yang mempunyai tingkat kekeruhan cukup tinggi Tengah terdapat di Kabupaten Kapuas, di Kabupaten Kotawaringin Timur, dan
mengakibatkan ekosistem terumbu karang tidak dapat hidup di wilayah ini. Kabupaten Kotawaringin Barat. Luas hutan mangrove yang ada di Propinsi
Akan tetapi untuk ekosistem mangrove (bakau dan nipah) dan hutan rawa Kalimantan Tengah diperkirakan seluas kurang lebih 346.540 ha tersebar di
sangat subur dan berfungsi sebagai habitat yang baik bagi beberapa fauna sepanjang pantainya (Sumber: diolah dari berbagai sumber). Sedangkan data
khas di wilayah ini. pada tahun 2000, memperlihatkan adanya tekanan terhadap hutan
mangrove (lihat Tabel 6.1). Kawasan tersebut tersebut ada yang dikelola oleh
6.2 MANGROVE pemilik HPH (Hak pengguna Hutan), dan oleh masyarakat pesisir guna
Hutan mangrove adalah nama kolektif untuk vegetasi pohon yang menempati pembukaan tambak. Tetapi pada umumnya pembukaan tambak dilakukan
pantai berlumpur di dalam wilayah pasang surut, dari tingkat air pasang pada hutan mangrove di bagian darat yang telah hilang fungsinya sebagai
tertinggi sampai tingkat air surut terendah. Ekosistem mangrove dapat pelindung pantai dari aberasi (baca lebih lanjut di Sub-bab 6.7 Fungsi dan
dibedakan dalam tiga tipe utama, bentuk pantai/delta, bentuk muara Manfaat Habitat Utama, bagian Flora, alinea ke-7).
sungai/laguna, dan bentuk pulau. Ketiga tipe tersebut terwakili di Kalimantan
secara umum, terutama di Kalimantan Tengah.
Tabel 6.1 Hutan Bakau di Kalimantan Tengah (Sumber: MacKinnon, dkk., 2000)

Ada tiga tipe akar yang biasa dijumpai pada hutan Mangrove yaitu akar lutut, Hutan Bakau dan Nipah Hutan Bakau saja

akar nafas, dan akar tunjang. Jenis hutan mangrove (bakau) yang ditemukan Luas Asal Sisa (ha) Dilindungi (ha) Diusulkan (ha) Sisa (ha) HPH (ha)

di kesisir Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Tabel 6.2. Secara tidak (ha)
950.000 750.000 1.000 170.000 266.800 143.000
langsung atau tidak langsung, hutan mangrove melindungi dan menyediakan
makanan bagi berbagai komunitas binatang, termasuk burung-burung pantai
dan banyak organisme laut. Hutan mangrove mempunyai fauna yang kaya
6-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 6.2 Jenis Hutan Bakau di Kalimantan Tengah (Sumber: MacKinnon, dkk., 2000)
Suku Jenis
Jenis Khusus di Hutan Mangrove
Avicenniaceae Avicennia alba
A.marina
A.officinalis.
Cmbretaceae Lumnitzera littorea
L.racemosa
Euphorbiaceae Excoecaria agallocha
Flacourtiaceae Scolopia macrophylla
Meliaceae Xylocarpus grantum
X.moluccensis
Myrsinaceae Aegiceras corniculatum
Mystaceae Osbornia octodonta
Palmae Nypa fruticans
Rhizophoraceae Bruguiera cylindrica
B.gymnorrhiza
B.sexangula
Ceriops decandra
C.tagal
Gambar 6.1 Populasi Nipah di Sepanjang Sungai Kapuas (Sumber: PPK-ITB, 2002)
Rhizopora apiculata
R.mucronata
R.stylosa
Rubiaceae Scyphiphora hydrophyllacea
Rutaceae Paramignya angulata
Sonnerataceae Sonneratia alba
S.caseolaris
S.ovata
Sterculiaceae Heritiera littoralis
Jenis Bukan Khusus Hutan Mangrove
Apocynaceae Cerbera manghas
Lecythidaceae Barringtonia acutangula
B.racemosa
Malvaceae Thespesia populnea
Hibiscus tiliaceus
Palmae Oncosperma tigillarium
Tiliaceae Brownlowia argentata
Gambar 6.2 Pohon Mangrove di Sungai Teras (Sumber: PPK-ITB, 2002)

6-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

6.3 PADANG LAMUN ikan yang populer di Indonesia karena biasanya terdapat di pantai yang
Istilah rumput laut dalam bahasa Indonesia mengacu secara kolektif baik dangkal, dan kadang-kadang mudah dicapai (MacKinnon, dkk., 2000).
kepada tumbuhan laut yang berbunga (lamun) yang hidup di bawah
permukaan air, maupun kepada ganggang bentos makroskopik (rumput laut). Padang lamun juga memiliki berberapa fungsi lainnya, termasuk pemantapan
Tetapi secara ekologis, padang lamun disebut sebagai ilalang laut (sea grass), cadangan pasir lepas pantai dan pengangkutan pasir karbonat secara teratur
sedangkan rumput laut disebut sebagai ganggang atau alga laut (Sea ke dalam sistem pantai yang dinamis di dekat pantai. Padang ini juga
weeds). Padang lamun didominasi oleh lamun, walaupun di antara tumbuhan merupakan sumber ganggang laut yang mempunyai nilai komersial dan
ini dapat pula ditemukan ganggang laut, termasuk ganggang hijau (green menguntungkan, terutama untuk budidaya ganggang laut. Sebagai ekosistem
algae). Lamun tumbuh pada substrat berpasir di perairan dangkal yang di perairan dangkal yang mendapat penyinaran cukup baik, ekosistem ini
mendapat penyinaran cukup baik. sangat rawan terhadap kerusakan akibat peningkatan sedimentasi,
pengerukan, dan pencemaran panas dan bahan kimia, serta eksploitasi yang
Produktivitas padang lamun cukup tinggi, sebagai contoh produktivitas bersih berlebihan. Padang lamun potensial tersebar di sepanjang perairan pantai
lamun Thalassodendron ciliatum di lepas pantai Sulawesi adalah 16,4 ton/ha Kalimantan Tengah.
(Whitten, dkk., 1987), angka ini lebih tinggi daripada produktivitas kebanyakan
hutan dataran rendah lainnya. Rumput laut dan ganggang yang hidup Tabel 6.3 Jenis Lamun Yang Ditemukan di Kalimantan Tengah
(Sumber: MacKinnon, dkk., 2000)
sebagai epifit pada lamun merupakan persediaan senggutan bagi duyung, Suku Jenis
penyu, jenis-jenis ikan tertentu, dan beberapa jenis landak laut yang Potamogetonaceae Halodule uninervis
mempunyai bakter-bakteri pencerna selulosa. Hanya 5% lamun dikonsumsi H.pinifolia
secara langsung, sisanya memasuki rantai makanan di lepas pantai sebagai Cymodocea rotundata
bahan yang mengalami penguraian, yang menjadi makanan binatang- Hydrocharitaceae Enhalus acoroides

binatang pemakan detritus (MacKinnon, dkk., 2000). Thalassia hemprichii


Helophila ovalis

Banyak ikan dan invertebrata pada stadium dewasa dan muda menghabiskan H.decipiens
H.spnulosa
sebagian waktu dari daur hidupnya di padang lamun, untuk mencari makan
H.beccarii
atau berlindung. Jenis-jenis komersial dan jenis-jenis yang dimakan penduduk
mencakup ikan baronang, ikan biji nangka emas, dan belanak, invertebrata
yang dapat dimakan misalnya kepiting, udang, kerang, dan teripang.
Beberapa di antara ganggang laut yang umum terdapat di padang lamun
juga dapat dimakan. Padang lamun juga merupakan tempat penangkapan

6-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

6.4 ESTUARIA jenis Ular, Burung Beo, Cocak Rowo, Bekantan, Buaya, dan sebagainya
Estuaria adalah daerah litoral yang agak tertutup (teluk) di pantai, tempat (sumber: diolah dari berbagai sumber).
sungai bermuara dan air tawar dari sungai bercampur dengan air asin dari
laut, biasanya berkaitan dengan pertemuan perairan sungai dengan air laut. FLORA
Produktivitas alami estuaria dan lautan dangkal sekitar pantai di Kalimantan Beberapa tipe vegetasi dapat dikenal, tapi pada umumnya membaur dengan
menunjang perikanan pantai yang sangat kaya. Sungai-sungai besar di tipe lainnya, sehingga sulit untuk dengan cepat menentukan tipe-tipe vegetasi.
Kalimantan secara terus menerus membawa endapan, mineral, dan zat-zat • Hutan Dipterocarpus Tanah Kering
hara ke dalam estuaria, memperbaharui bahan-bahan yang hilang untuk Tipe hutan ini merupakan tipe yang paling umum di Taman Nasional
memelihara produktivitas yang tinggi. Produktivitas estuaria lebih dari dua kali Tanjung Puting dan mencakup 40% - 50% dari keseluruhan kawasan.
yang didapatkan kebanyakan ekosistem darat dan dua puluh kali lebih besar Tajuk pohon dapat mencapai ketinggian 30 – 40 meter. Pohon-pohon
daripada di samudera terbuka (Knox dan Miyabara, 1984). Produktivitas tinggi berukuran besar jarang dijumpai namun regenerasi terdapat di hampir
ini menjadikan zona pesisir sebagai sumber zat hara untuk perikanan komersial seluruh area. Jenis pohon yang terdapat antara lain : Shorea spp,
yang kaya di Kalimantan, baik di dekat pantai maupun jauh ke laut. Muara Myristica, Castanapsis, Lithonopsis, Xylopta, Campnosperma, dan
sungai merupakan sebagian dari daerah-daerah penangkapan ikan yang Koompassia. Ulin (Eusideroxylon zwargen) terdapat di pinggir tipe hutan
paling berharga di Indonesia selain sebagai tempat pembibitan yang penting ini, dan di beberapa tempat terutama di bagian timur taman nasional.
untuk larva dan anak-anak ikan bersirip serta kerang-kerangan.

6.5 FLORA DAN FAUNA


Dengan posisi geografis dan tipe topografi, daerah estuaria dan hutan rawa di
pesisir Kalimantan Tengah memiliki berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang
hidup subur. Berbagai jenis vegetasi komersial dan buah-buahan, merupakan
kekayaan alam yang memiliki daya tarik sendiri khususnya bagi wisatawan.
Jenis vegetasi tersebut antara lain: kayu lanan, ulin, meranti, ramin, gaharu
buaya, blangiran durian, rambutan, cempedak, dan sebagainya (sumber:
diolah dari berbagai sumber).
Sedangkan berbagai jenis margasatwa (fauna) yang hidup di kawasan
tersebut (terutama di Kabupaten Kotawaringin Barat) diantaranya adalah
Gambar 6.3 Hutan Rawa di Sepanjang Sungai Sekonyer, Kab. Kotawaringin Barat
Orangutan, Owa-Owa Klasi, Banteng, Rusa, Kijang, Beruang Madu, berbagai (Sumber: PPK-ITB, 2002)

6-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

• Hutan Rawa Campuran Perifer hutan ini menutup 5-10% kawasannya. Jenis-jenis pohon yang terdapat
Kurang lebih 20% dari kawasan Taman Nasional Tanjung Puting pada tipe ini antara lain : Dacrydium, Eugenia, Lithocarpus conocarpus,
diklasifikasikan sebagai hutan rawa campuran perifer. Pada tipe hutan ini Castanopsis, Hopea, Schima¸dan Melaleuca. Pada umumnya keliling
terdapat banyak sekali jenis pohon dan merupakan hutan rawa yang batang pohon ini tidak lebih dari 2 meter dan tajuk tidak lebih dari 20
paling kaya di daerah tropika, Terdapat 2 sub-tipe yang dominan dari meter.
hutan rawa ini. Yang dibedakan dengan terdapat/tidak terdapatnya
ramin (Gonystylus bancanus). FAUNA
Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan satwa yang unik dan khas yang
• Rawa Gambut hidup hanya di pulau Kalimantan dan pulau Sumatera. Perbedaan antara
Tanah gambut dataran rendah menunjang kehadiran formasi hutan Orangutan Kalimantan dan Sumatera dapat dilihat dari warna dan ukuran
yang khas dengan flora yang agak terbatas. bulunya. Orangutan Kalimantan berwarna merah kehitaman dan bulunya
Rawa gambut ramin hampir terdapat di seluruh pinggiran kawasan kurang lebat, sedangkan Orangutan Sumatera mempunyai bulu agak merah
Taman Nasional Tanjung Puting, dan sebagian besar sudah rusak karena dan bulunya agak lebat dan panjang. Keberadaan Orangutan Kalimantan di
ditebang pohon raminnya. Di samping pohon ramin, rawa gambut ini Taman Nasional Tanjung Puting sangat menonjol dan mendapat perlakuan
dicirikan dengan kehadiran Dyera, Tetramerista, Palaquium, khusus. Populasinya sekarang diperkirakan sekitar 2000 ekor, hidup di dalam
Campnosperma, Gauna, Mesua, Dactylocladus, dan Alstonia. Hutan kawasan hutan. Meskipun Orangutan sering berkeliaran di hutan sekunder atau
rawa gambut merupakan habitat yang penting bagi bekantan. lapangan terbuka, kesinambungan hidupnya sangat erat terkait dengan
Bekantan dapat ditemukan dengan mudah di Taman Nasional Tanjung keberadaan hutan hujan tropis primer. Di Taman Nasional Tanjung Puting,
Puting, bahkan di kawasan hutan rawa yang sudah di balak. orangutan memanfaatkan lebih dari 400 jenis makanan, kurang lebih 200 jenis
adalah buah-buahan. Meskipun populasi Orangutan yang berkembang biak
• Hutan Rawa Transisional menempati areal yang kecil, secara individu orangutan menempati home
Salah satu tipe hutan rawa yang penting yang dicirikan oleh tumbuhnya range yang luas. Betina-betina dewasa mendiami hutan hujan tropis seluas 5-6
Castanopsis, Casuarina sumatrana, Schima, Tetramerista, Durio km secara tumpang tindih atau mungkin lebih lus lagi. Oleh karena itu,
acutifolius, Eugenia, dan jenis merant yang disebut Damar Batu. gugusan-gugusan hutan hujan tropis yang utuh (tidak terganggu) sangat
Disamping itu juga terdapat banyak rotan, pandan, dan liana. penting bagi kelangsungan hidup Orangutan. Disamping itu, Orangutan
adalah satwa yang cukup besar dan lamban, sehingga rapuh terhadap
• Hutan Kerangas predasi manusia. Oleh karena itu perlindungan yang ketat merupakan hal
Suatu tipe hutan dengan pohon-pohon yang berukuran pole (pancang) yang sangat vital bagi mereka.
yang tumbuh diatas pasir putih. Di Taman Nasional Tanjung Puting, tipe

6-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Beruk (Macca nemestriana) primata pemakan dedaunan dan buah-buahan, memakan daun-daun muda
Monyet yang berukuran cukup besar ini jarang dijumpai di Taman Nasional dan biji buah-buahan yang belum masak dalam porsi yang sangat banyak.
Tanjung Puting. Mereka hidup dalam kelompok atau gerombolan dengan Meskipun saat ini bekantan masih banyak tersebar dan mudah dijumpai di
jumlah individu berkisar 10-30 ekor per kelompok, serta mendiami home range Kalimantan, jenis ini sangat tergantung pada lahan basah yang berhutan,
yang sangat luas yang mungkin lebih dari 50 km luasnya. Di areal atau yang terancam keberadaannya, terutama yang berada di luar kawasan
kawasan yang berbatasan dengan tanah pertanian, beruk dapat menjadi Taman Nasional Tanjung Puting.
hama yang sangat ganas dan merugikan. Meskipun monyet ini kadang-
kadang berkeliaran meninggalkan hutan hujan primer, areal hutan yang luas
sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka untuk jangka panjang.

Penyu Hijau (Chelonia mydas)


Penyu hijau diketahui bersarang di propinsi Kalimantan Tengah. Meskipun
penyu adalah hewan yang dilindungi pemerintah Indonesia, tetap terdapat
perdagangan penyu dan telur penyu yang memiliki penyu, baik untuk
konsumsi dalam negeri dan luar negeri. Penyu hijau diketahui bersarang di
sekitar wilayah Kumai.

Bekantan (Nasalis larvatus)


Bekantan yang juga disebut kera Belanda merupakan primata endemik
Kalimantan, hidup atau dapat dijumpai hanya di pulau Kalimantan serta Pulau
Laut yang letaknya sangat dekat dengan Pulau Kalimantan. Di Taman Nasional Gambar 6.4 Bekantan di Taman Nasional Tanjung Puting (Sumber: Yayorin, 2002).
Tanjung Puting, bekantan hidup terbatas pada habitat rawa gambut dan
hutan tanah kering di tepian. Pada siang hari, bekantan mencari makan
sampai sejauh 1,5 km dari sungai, namun sore hari mereka berada pada Kelasi atau Lutung Merah (Presbytis rubicunda)
beragam pepohonan di tepi sungai dan bermalam disitu sampai pagi hari. Seperti halnya bekantan, Kelasi juga endemik di pulau Kalimantan. Bersama-
Bekantan biasanya hidup berkelompok-kelompok terdiri atas 2-23 ekor per sama dengan bekantan pula, Kelasi adalah salah satu lutung yang
kelompok yang setiap kelompok memiliki seekor jantan yang nampak dari ciri penyebarannya mencakup seluruh pulau. Meskipun demikian, tidak seperti
khasnya yaitu berbadan serta berhidung besar. Diperkirakan kawasan Taman bekantan, Kelasi mendiami daerah pedalaman dan kelompok-kelompoknya
Nasional Tanjung Puting didiami 1000 – 2000 ekor bekantan. Bekantan adalah agak mendominasi hutan Dipterocarpus tanah kering dan habitat rawa

6-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

gambut. Jumlah anggota kelompok Kelasi bervariasi dari 3 sampai 10 ekor dan teritori 45 hektar dan variasi jumlah anggota kelompok berkisar antara 2-4
dengan luas home range dari 35 sampai 99 hektar. Makanan mereka sangat individu per-kelompok. Di samping sifat-sifatnya yang khas yaitu pemakan
bervariasi terdiri atas buah-buahan serta daun-daunan. buah-buahan, arboreal, memiliki daerah teritori serta hidup terbatas pada
hutan primer, Owa-owa juga sangat rapuh terhadap rusaknya habitat
Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) terutama karena tidak mungkin meninggalkan areal tempat
Habitat dari kera ekor panjang (monyet) di Taman Nasional Tanjung Puting tinggal/habitatnya sampai areal tersebut benar-benar rusak.
terbatas pada hutan rawa gambut dan hutan hujan kering yang berada
ditepian atau sepanjang sungai-sungai besar serta hutan nipah-bakau
sepanjang pantai. Di habitat hutan rawa gambut dan hutan tanah kering
mereka makan buah-buahan, sedangkan di daerah pantai mereka memakan
juga kepiting atau ketam dan binatang pantai yang kecil lainnya. Satwa yang
mudah beradaptasi ini hidup secara bergerombol dengan pasukan monyet
jantan dan betina berjumlah sekitar 12-30 ekor per kelompok.

Lutung (Presbytis cristata)


Lutung kadang-kadang terlihat di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, di
sekitar Tanjung Harapan dan Pondok Tanggui. Jenis primata ini merupakan
jenis yang hidup di dekat/sepanjang sungai dan hutan sekunder. Meskipun
lutung ada di Tanjung Puting, namun mereka jarang dapat dijumpai.

Owa-Owa (Hylobates muellery) Gambar 6.5 Owa-owa di Taman Nasional Tanjung Puting (Sumber: Yayorin, 2002)
Sub jenis Owa-owa Kalimantan hidup di Taman Nasional Tanjung Puting.
Secara keseluruhan, sifat adaptasi dari kerabat Owa-owa adalah sangat khas
dan hampir sama sekali tidak menyerupai sifat adaptasi monyet atau kera Burung Sindanglawe (Ciconia stormil)
lainnya. Dimanapun Owa-owa dijumpai, mereka secara eksklusif arboreal, Burung Sindanglawe termasuk jenis burung yang paling penting di Taman
mempunyai teritori di tempat yang tinggi, serta hidup dalam kelompok- Nasioanal Tanjung Puting, termasuk salah satu dari 20 jenis burung bangau
kelompok keluarga yang kecil terdiri atas jantan dewasa, betina dewasa, dan yang paling langka di dunia serta dimasukkan dalam kategori terancam
anak-anak yang masih bergantung pada induknya. Kepadatan populasi Owa- punah oleh IUCN. Dikenal sebagai burung soliter di hutan primer dan rawa-
owa di dalam hutan hujan tropis adalah rendah dengan rata-rata luas daerah rawa. Sindanglawe sering terlihat sendirian maupun berkelompok, di tepian

6-7
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

sungai-sungai yang banyak terdapat di dalam kawasan. Dibanding dengan Buaya Sapit (Tomistoma schlegelli)
kawasan konservasi lainnya di Indonesia yang terdapat jenis burung ini, Taman Dari berbagai jenis reptil yang hidup disungai-sungai di dalam kawasan Taman
Nasional Tanjung Puting termasuk yang memiliki densitas paling besar. Sifat Nasional Tanjung Puting beberapa diantaranya adalah jenis Buaya Sapit dan
ekologis jenis burung ini sangat mirip dengan bangau hitam yang sering Buaya Muara. Buaya Sapit ini sering terlihat di danau dekat camp Leakey
memadati hutan-hutan primer di Eurasia dan daerah jelajah jenis ini sympatric sepanjang sungai Sekonyer Simpang Kanan untuk menghangatkan diri
dengan wooly-necked stork yang tampaknya lebih berafiliasi dengan daerah- ataupun menunggu mangsanya. Di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting
daerah terbuka. Tidak banyak diketahui mengenai makanan Sindanglawe ini, warna dari kulit Buaya Sapit ini hitam seperti warna sungainya dan mempunyai
namun dikatakan bahwa katak dan cacing termasuk dalam daftar menunya. moncong kepala agak panjang.
Di luar Kalimantan dan Sumatera, jenis burung ini diketahui ada di Malaysia
dan Thailand. Estimasi terakhir dari jumlah populasi jenis burung ini di Indonesia
menunjukkan angka 300.

Burung Rangkong (Buceros sp)


Jenis burung Rangkong termasuk dalam satwa yang dilindungi, yang
bentuknya sangat khas, dengan bentuk kepala yang kelihatan membawa
mahkota. Di pulau Kalimantan Burung Rangkong ini disebut juga dengan
Enggang yang keberadaannya sedikit diistimewakan oleh penduduk
pedalaman Kalimantan (Suku Dayak) yaitu melalui acara-acara adat yang
tidak sedikit menggunakan burung Rangkong tersebut. Burung Rangkong
sering terlihat hinggap di pohon-pohon yang tinggi di kawasan Taman Nasional
Tanjung Puting dan kebanyakan jenis burung ini berpasang-pasangan.

Burung Raja Udang Paruh Bangau (Pelargopsis capensis)


Jenis burung Raja Udang Paruh Bangau juga merupakan jenis burung yang
dilindungi yang keberadaannya sudah jarang dijumpai di luar pulau
Kalimantan. Di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting burung Raja Udang ini
seringkali terlihat pada siang hari dan sore hari melintasi Sungai Sekonyer dan
terkadang terlihat seakan berlomba dengan klotok yang melewati Sungai Gambar 6.6 Buaya Sapit (Sumber: http:// www.sommerlad.de/kroko-pic/ ralfi05.jpg)
Sekonyer, dan biasanya hanya terbang sendirian untuk mencari makan.

6-8
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Buaya Muara (Crocodylus porosus)


Seperti halnya Buaya Sapit, di Taman Nasional Tanjung Puting juga ada jenis
Buaya Muara. Jenis buaya muara ini mempunyai kulit hitam dan di atas kepala
sampai ekornya berwarna kekuning-kuningan serta kepala lebih pendek dari
Buaya Sapit.

Gambar 6.8 Duyung (http://www.zogold.net/herveybay/ art/dugong.jpg)

Gambar 6.7 Buaya Muara (Sumber: http://www.flmnh.ufl.edu/natsci/herpetology/ act-


plan/cporo.htm)

Duyung (Dugong dugong)


Duyung adalah mamalia laut pemakan tumbuhan. Duyung diketahui
berhabitat di seluruh pesisir Kalimatan Tengah (Atlas Sumberdaya Kelautan - Gambar 6.9 Penyu Hijau (http://www.strt.hacettepe.edu.tr/images/
Bakosurtanal, 1998; MacKinnon, dkk., 2000). biyolojisi/celonia.jpg)

6-9
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Ikan dan Udang


Species Ikan, Udang, Kepiting, dan Cumi yang biasa ditemukan di perairan
Kalimantan Tengah disajikan pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4 Fauna Laut Yang Terdapat di Perairan Kalimantan Tengah


(Sumber: diolah dari berbagai sumber)
NO. FAUNA NAMA LOKAL NAMA LATIN
1. Ikan (pisces) Tongkol
Katsuwonus pelamis
Puput Putih Tunus abause
Bandeng
Albula vulves
Bawal Hitam Formito pipay
Pari Tlygam pepae
Kakap Evinephalus paurina
Layaran Isthopanus sp
Belanak Pugi chepalus
Gambar 6.11 Ubur-Ubur (http://www.artzine-journal.com/3rd_Issue/ Images/)
2. Udang (Crustacea) Udang Putih Penaeus indicus
Udang Windu Penaeus monodon
3. Kepiting Rajungan Portunus velagius
4. Cumi (Chepalopoda) Cumi Loligo vulgaris
5. Penyu Penyu Hijau Chelonia mydas
6. Ubur-ubur Ubur-ubur Jelly fish

Gambar 6.10 Kepiting Bakau (http://www.brisbane-stories.powerup.com.au/


.../mudcr_4.htm) Gambar 6.12 Udang Penaeus (http://www.inh.co.jp/~penaeusj/ monodon.html)

6-10
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

6.6 PENGGUNAAN DAN ANCAMAN HABITAT UTAMA ideal untuk tiang dan tiang pancang yang digunakan sebagai bahan
Pemanfaatan sumber daya kelautan masih sangat kecil dibanding dengan bangunan di pemukiman-pemukiman di daerah pesisir.
potensi yang tersedia. Pemanfaatan potensi yang sudah berjalan adalah Sejak tahun 1960-an hutan bakau di Indonesia semakin banyak dimanfaatkan
penangkapan ikan dari alam. Usaha budidaya seperti tambak masih dalam sebagai sumber kayu cacah dan pulp. Sebagian besar hutan bakau di
tahap permulaan dalam skala kecil. Sedangkan budidaya lainnya seperti Kalimantan sekarang ini mengalami penebangan komersial untuk kayu cacah,
budidaya rumput laut belum dikenal masyarakat. tetapi di beberapa daerah pohon-pohon juga ditebang untuk pembuatan
Dilihat dari potensi, hasil penelitian UNLAM tahun 1985, menyimpulkan potensi- pulp.
potensi pengembangan budidaya air payau (tambak) di Kabupaten Banyak masyarakat pesisir di Kalimantan mengambil hasil-hasil hutan bakau
Kotawaringin Timur seluas 16.056 ha. Di Kabupaten Kapuas dan Kotawaringin untuk keperluan rumah tangga dan dijual ke pasar setempat. Hasil-hasil
Barat potensi tanah untuk pengembangan budidaya perikanan di pesisir ke komersial dan tradisional dari hutan bakau berkisar dari bahan bangunan,
arah laut juga sangat potensial. kayu bakar, bahan untuk penangkapan ikan, atap dari nipah, arang, obat-
obatan, sampai ikan, kembang gula, dan madu.

6.7 FUNGSI DAN MANFAAT HABITAT UTAMA Bila nilai hasil hutan bakau yang dapat dipasarkan dapat dinyatakan dalam
Flora rupiah, nilai jasa cuma-cuma yang diberikan hutan bakau lebih sulit diukur

Hutan bakau sering dianggap sebagai lahan liar yang kecil nilainya atau sama jumlahnya dan sering terabaikan. Detritus yang berasal dari ekosistem hutan

sekali tidak bernilai, sampai hutan itu dikembangkan, yaitu dikonversikan untuk bakau merupakan pangkal rantai makanan, dan banyak perikanan pantai

kegunaan lain. Pendekatan ini tidak melihat nilai-nilai alam yang dimiliki oleh dan dekat pantai yang tergantung pada detritus.

ekosistem hutan bakau. Memang hutan bakau dan muara sungai barangkali
merupakan dua ekosistem pesisir yang paling berharga di Kalimantan, dilihat Sumber daya hutan bakau hanya dapat diperbarui bila proses-proses ekologi

dari segi keuntungan yang diberikan kepada masyarakat. Kepentingan hutan yang menentukan ekosistem dapat dipertahankan. Kesehatan dan regenerasi

bakau sebagai sumber daya terletak pada hasil-hasil yang dapat diperoleh alami hutan bakau bergantung pada tiga faktor utama: ketersediaan air tawar

(baik secara tradisional dan komersial), dan dari jasa yang diberikan cuma- dan air asin dalam jumlah dan keseimbangan yang cukup; pasokan hara yang

cuma oleh hutan bakau seperti perlindungan pantai dan pengendalian erosi. cukup; dan substrat yang mantap. Modifikasi salah satu atau lebih faktor kritis
ini dapat merusak atau meniadakan kemampuan sumber daya ini untuk

Hutan bakau menyediakan bermacam-macam kayu bangunan dengan dapat diperbarui.

berbagai mutu. Sebagai kayu bangunan, kayu yang berasal dari hutan bakau
sering bermutu rendah, tetapi bayur laut, terungtung, dan miri menghasilkan Hutan bakau dapat dikelola untuk mempertahankan produktivitas alaminya

kayu bermutu tinggi. Tengar dan bogen menghasilkan kayu yang sangat awet, atau dapat pula dikonversi ke dalam bentuk-bentuk tata guna lahan lainnya

6-11
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

seperti budidaya perairan, pertanian, produksi garam, rencana-rencana (seperti di Desa Ujung Pandaran, Kab. Kotawaringin Timur) untuk pengobatan
pembangunan. Dari sudut pandang ekologi, untuk menentukan berbagai asma secara tradisional (lihat Gambar 6.13). Populasi buaya juga bisa
pilihan cara pengelolaan, semua rencana untuk mengubah sumber daya mendapatkan tekanan oleh manusia, yaitu diburu untuk diambil kulitnya
hutan bakau harus memperhatikan nilai jangka panjang.Daerah hutan bakau sebagai bahan kerajinan komersial tinggi, dan tangkurnya sebagai aprodhisiak
pada umumnya tidak sesuai untuk pertanian. Namun beberapa hutan bakau (obat kuat). Sedangkan fauna khas penghuni hutan rawa pesisir seperti orang
telah dibuka untuk budidaya tanaman pertanian di sekitar daerah utan, bekantan, burung rangkong, dan sebagainya merupakan daya tarik
pemukiman, di tepi pantai atau oleh transmigran yang bermukim di lahan untuk wisatawan.
rawa daerah pasang surut untuk memperluas lahan garapannya.

Budidaya perikanan mungkin dapat memberikan keuntungan yang lebih besar


daripada pertanian. Budidaya perikanan dapat menyediakan sumber protein
murah untuk konsumsi dalam negeri, kesempatan kerja untuk penduduk yang
sedang berkembang dan merupakan penghasil devisa yang penting yang
diperoleh dari penjualan komoditas ekspor.

Fauna
Di sebagian besar pesisir Kalimantan, sungai-sungai besar mengalir ke laut
yang dangkal di Dangkalan Sunda, yang perairannya terlalu berlumpur atau
terlalu tawar untuk pertumbuhan binatang karang, sehingga tidak terdapat
karang, atau karang yang ada tidak berkembang dengan baik. Padahal
terumbu karang sebenarnya mampu menambah kontribusi untuk daerah
penangkapan ikan dan hasil laut lainnya, serta berpotensi untuk pariwisata.

Pemanfaatan fauna pesisir yang penting bagi masyarakat pesisir Kalimantan


Tengah adalah potensi perikanan (biota), yaitu perikanan tangkap laut dan
estuaria, baik yang bernilai ekonomis lokal dan regional maupun yang hanya
dimanfaatkan secara terbatas. Pemanfaatan terbatas biota air contohnya
Gambar 6.13 Ikan Lumpur yang Biasa Digunakan Penduduk Setempat Untuk Obat
adalah ikan lumpur atau Boleopthalmus boddarti (ukuran panjang sekitar 13
Asma (Sumber: PPK-ITB, 2002)
cm, diameter sekitar 2,5 cm) yang bisa digunakan oleh masyarakat setempat

6-12
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

6.8 ISU-ISU
Terjadinya deforestasi di daerah hulu dan sekitar daerah aliran sungai (DAS)
bisa mengakibatkan banjir sungai yang membawa debit air dan lumpur yang
besar menyebabkan punahnya beberapa jenis flora dan fauna, kerusakan
hutan mangrove dan kerusakan ekosistem estuaria dan delta. Tetapi bisa juga
hasil sedimentasi yang terjadi daerah teluk atau perairan dangkal yang
terlindung gelombang akan menambah luas substrat tumbuhnya hutan
mangrove (bakau). Terjadinya abrasi dan sedimentasi di beberapa lokasi
pantai Kalimantan Tengah juga mempengaruhi ekosistem pesisir. Secara
khusus abrasi pantai terjadi di Sungai Bakau dan Pantai Kubu di Kabupaten
Kotawaringin Barat, kemudian di Pantai Ujung Pandaran di Kabupaten
Kotawaringin Timur, dan di Kuala Jelai di Kabupaten Seruyan.

Sedimentasi secara khusus terjadi di Dermaga Rakyat Ujung Pandaran hingga


Lampuyang (Teluk Sampit), kemudian sedimentasi juga terjadi di Teluk
Sebangau, Tanjung Malatayur, Daerah Kiapak (Kabupaten Pulang Pisau),
Daerah Cemara Labat, dan Daerah Pelampai (Kabupaten Kapuas). Dimana
berdasarkan hasil observasi (PPK-ITB,2002) di sekitar Dermaga Rakyat Ujung
Pandaran hingga Lampuyang (Teluk Sampit), sedimentasi tersebut
mengakibatkan pendangkalan dan menambah luasan hutan mangrove yang
Gambar 6.14. Pemanfaatan Daun Nipah Sebagai Atap Rumah
ada. (Sumber: PPK-ITB, 2002)

6-13
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

A ir beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang


mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa, baik secara langsung
7.1.1 Daerah Aliran Sungai

Propinsi Kalimantan Tengah memiliki banyak aliran sungai. Sungai-sungai


maupun tidak langsung sehingga di samping dikuasai oleh negara dan
utama di samping sungai-sungai kecil adalah Sungai Jelai, Sungai Arut, Sungai
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara adil dan
Lamandau, Sungai Kumai, Sungai Seruyan, Sungai Mentaya, Sungai Katingan,
merata, maka pemanfaatannya harus ditujukan kepada kepentingan dan
Sungai Sebangau, Sungai Kahayan, Sungai Kapuas dan Sungai Barito. Semua
kesejahteraan rakyat agar kebutuhan masyarakat akan air dimaksud
aliran sungai tersebut membentang dari utara ke selatan dan bermuara di Laut
tercukupi. Oleh karena itu haruslah dilindungi dan dijaga kelestariannya.
Jawa. Dalam pengelolaannya, sungai-sungai ini kemudian dijadikan sebagai
DAS-DAS utama di Kalimantan Tengah.
Kondisi sumberdaya air di pesisir Kalimantan Tengah sangat dipengaruhi oleh 3
(tiga) aspek utama dalam suatu siklus hidrologi yaitu faktor air hujan
Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu hamparan
(hidrometeorologi), air permukaan dan air tanah (hidrogeologi). Ketiga aspek
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit)
ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet).
Oleh karena itu, pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan
7.1 KONDISI AIR PERMUKAAN
wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada
Air permukaan adalah semua air yang ditemukan di permukaan tanah, seperti
dasarnya merupakan usaha-usaha penggunaan sumberdaya alam di suatu
air sungai, air rawa, tambak, danau dan lain-lain. Di Propinsi Kalimantan
DAS secara rasional untuk mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum
Tengah, sumberdaya air permukaan terutama adalah sungai dan rawa.
dalam waktu yang tidak terbatas (lestari), disertai dengan upaya untuk
Secara umum kondisi fisik air sungai berwarna coklat. Terdapat juga sungai-
menekan kerusakan seminimum mungkin sehingga distribusi aliran merata
sungai yang airnya berwarna coklat bercampur hitam, kaya akan zat hara dan
sepanjang tahun (Marwah,2001).
endapan akibat campuran anak sungainya dengan gambut. Debit air pada
musim penghujan sangat besar hingga sering menimbulkan banjir, sedangkan
DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik
pada musim kemarau berkurang terutama pada sungai-sungai kecil.
serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat

7-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Ekosistem DAS, Tabel 7.1 Panjang, Lebar, dan Kedalaman Sungai di Kalimantan Tengah
(Sumber: Kalimantan Tengah Dalam Angka 2000)
terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena
Panjang Lebar Rata- Kedalaman
Luas DAS
mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. No Nama Sungai Sungai rata Rata-rata
(ha)
(km) (m) (m)
Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, oleh karenanya 1 Sungai Jelai 200 100 5 321.300
perencanaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam 2 Sungai Arut 250 100 4

suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur 3 Sungai Lamandau 300 200 6 1.139.800
4 Sungai Kumai 175 300 6 403.200
hidrologi. Aktivitas perubahan tataguna lahan dan atau pembuatan
5 Sungai Seruyan 350 300 5 2.793.500
bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan
6 Sungai Mentaya 400 400 6 1.669.500
dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air dan 7 Sungai Katingan 650 300 6 1.704.300
transport sedimen serta material terlarut lainnya atau non-point pollution. 8 Sungai Sebangau 200 100 5 596.700

Adanya bentuk keterkaitan daerah hulu – hilir seperti tersebut di atas maka 9 Sungai Kahayan 600 500 7 1.787.400
10 Sungai Kapuas 600 500 6 1.681.920
kondisi suatu DAS dapat digunakan sebagai satuan unit perencanaan
11 Sungai Barito 900 650 8 4.282.280
sumberdaya alam termasuk pembangunan pertanian berkelanjutan.

Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan 7.1.1.1 Kondisi Fisik
konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya
Sungai Kotawaringin merupakan pertemuan dua sungai yang cukup besar
hutan, tanah, dan air. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan sumberdaya
yaitu sungai Arut dan sungai Lamandau, yang membuat anak-anak sungai
tersebut meningkat sangat tajam yang pada kondisi tertentu menimbulkan
lebih dari 130 buah. Daerah alirannya di Kabupaten Kotawaringin Barat. Debit
dampak negatif bagi pembangunan pertanian berkelanjutan. Meningkatnya
air sewaktu-waktu dapat melebihi daya tampung dan sering menimbulkan
kebutuhan terutama dalam konteks kepentingan pemenuhan kebutuhan
banjir.
penduduk yang sangat besar, sangat berdampak kepada pola tekanan
terhadap sumberdaya hutan, tanah, dan air yang berbeda dari satu tempat
Daerah Aliran Sungai (DAS) Jelai sebagian berada di Kalimantan Barat. Anak
ke tempat yang lain (Marwah, 2001). Karakeristik sungai-sungai di Kalimantan
Sungai Jelai yang terdapat di daerah ini lebih dari 40 buah sungai, dan Sungai
Tengah disajikan pada Tabel 7.1.
Kumai mempunyai anak sungai sekitar 30 buah. Panjang perairan pantai di
tiga wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat, Sukamara dan Lamandau sebesar
231 km, cukup luas untuk pengembangan Perikanan Laut.

7-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Sungai Seruyan terletak di Kabupaten Seruyan dengan luas Daerah Aliran Tabel 7.2 Peruntukkan Sungai Untuk Transportasi
(Sumber: Kalimantan Tengah Dalam Angka 2000)
Sungai sekitar 11.625,00 km2. Debit air normal sekitar 436,80 m3/detik. Perkiraan No Nama Sungai Dapat Dilayari (km) Lokasi
persediaan air 13.774,930 x 106 m3/tahun. 1 Sungai Jelai 150 Kobar
2 Sungai Arut 190 Kobar/Kotim
3 Sungai Lamandau 250 Kobar
Sungai Mentaya merupakan salah satu urat nadi vital Kotawaringin Timur,
4 Sungai Kumai 100 Kobar
terutama Sampit. Sebab, semua kebutuhan bahan pokok pedalaman 5 Sungai Seruyan 300 Kotim
Kalimantan Tengah harus dipasok dari Sampit melalui sungai itu. Setelah itu, 6 Sungai Mentaya 270 Kotim

baru kemudian didistribusikan ke kota Palangkaraya dengan jalan darat atau 7 Sungai Katingan 520 Kotim
8 Sungai Sebangau 150 Kotim
lewat sungai ke daerah pedalaman. Luas DAS Mentaya sekitar 13.283,00 km2
9 Sungai Kahayan 500 Kps.P.Raya
dengan debit normal rata-rata sekitar 521,40 m3/detik. Perkiraan persediaan air
10 Sungai Kapuas 420 Kapuas
16.430,260 x 106 m3/tahun. 11 Sungai Barito 700 Barut/Sel

Sungai Katingan memiliki luas DAS sekitar 21.576,00 km2 dengan panjang sekitar
650 km. Lebar rata-rata 50 m. Debit normal sekitar 984,93 m3/detik dan
perkiraan persediaan air 31.070,750 x 106 ton (Profil Sub Dinas Pengairan Dinas
PU Kab. Kotim, 2002).

7.1.1.2 Peruntukkan Sungai

Sungai merupakan sumberdaya alam yang dipergunakan untuk berbagai


keperluan antara lain sebagai bahan baku air minum, pertanian, perikanan
dan usaha perkotaan. Di Propinsi Kalimantan Tengah, sungai memiliki peran
yang sangat penting dalam roda pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Sebagian besar kegiatan ekonomi masyarakat terletak di sepanjang aliran
sungai tersebut misalnya usaha pertanian, perikanan, pemukiman dan pusat-
pusat perkotaan. Hingga saat ini sungai masih merupakan jalur transportasi
utama yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lain (lihat Tabel Gambar 7.1 Aktivitas di Sungai Kahayan (Sumber: PPK ITB, 2002)
7.2).

7-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

7.1.1.3 Degradasi dan Pencemaran meningkat. Menurut catatan dari BPLHD Propinsi Kalimantan Tengah bahwa
kondisi pencemaran di Sungai Kahayan sudah mencapai batas ambang
Pencemaran air adalah suatu masalah kronis yang makin lama semakin parah.
aman yang akan mengancam kehidupan masyarakat (Kompas, 6 maret
Lemahnya kepedulian masyarakat akan lingkungannya merupakan faktor
2001).
utama terjadinya kerusakan lingkungan yang semakin tak terkendali. Secara
umum masalah yang dialami oleh sungai-sungai di Propinsi Kalimantan Tengah
adalah terjadinya pendangkalan sungai akibat sedimentasi dan erosi. Di
7.2 KONDISI AIR BAWAH PERMUKAAN (AIR TANAH)
samping itu pencemaran sungai oleh limbah mercuri juga merupakan masalah
yang sangat memprihatinkan dewasa ini. Air tanah (groundwater) adalah bagian dari air yang ada di bawah
permukaan tanah (sub-surface water), yakni hanya berada di zona jenuh
Adanya kegiatan pembabatan hutan serta perubahan pemanfaatan hutan (zone of saturation). Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi
di hulu dan di hilir mengakibatkan merosotnya kualitas air di sungai. menjadi zona tak-jenuh (zone of aeration) dan jenuh. Zona tak-jenuh terdiri
Menyusutnya pasokan air pada beberapa sungai besar di Kalimantan Tengah dari ruang antara yang sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara,
menjadi fenomena yang mengerikan. Beberapa sungai di Kalimantan Tengah sementara ruang antara pada zona jenuh seluruhnya terisi oleh air (Sooetrisno,
mengalami pendangkalan akibat semakin minimnya debit air pada saat 1999)
kemarau serta ditambah lagi dengan erosi dan sedimentasi.
Sumberdaya air tanah dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Penghancuran hutan alam serta perubahan tata guna lahan hutan seperti
• Air tanah bebas
pengalihan fungsi hutan menjadi daerah perkebunan atau daerah aktifitas
• Air tanah tertekan
ilegal logging atau penebangan liar adalah faktor dominan yang
menyebabkan terjadinya krisis air hingga bencana banjir serta tanah longsor.
Air tanah bebas, adalah air yang tersimpan dalam suatu lapisan pembawa air
Erosi dan sedimentasi terjadi akibat berkurangnya hutan di daerah hulu badan
tanpa lapisan kedap air di lapisan atasnya. Lapisan pembawa air ialah pasir,
sungai karena pembukaan hutan.
pasir kerikilan, pasir lanauan dan pasir lempungan. Air dari jenis akuifer ini
dapat ditemukan pada sumur gali/penduduk dengan kedalaman rata-rata
Masalah krisis air juga diakibatkan oleh maraknya aktifitas pertambangan, baik
kurang dari 15 meter. Kapasitas air tanah bebas tergantung pada air hujan
skala kecil maupun skala besar, yang telah mengakibatkan pembukaan hutan,
sehingga keberadaannya sangat berkurang pada musim kemarau. Kualitas air
perubahan morfologi sungai, dan penurunan kualitas lingkungan hidup dan
tanah bebas secara umum cukup baik murah persyaratan sebagai air minum
sungai akibat pencemaran oleh bahan-bahan kimia. Maraknya
(Erwinta, dkk., 1994). Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh tim
pertambangan skala kecil seperti penambangan emas tanpa izin oleh
penyelidikan dan pemetaan hidrogeologi di Kabupaten Kotawaringin Barat
masyarakat merupakan salah satu penyebab utama pencemaran sungai
pada tahun 1994, terhadap tatanan air tanah bebas memiliki kondisi yang
7-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

cukup baik. Secara umum kualitas air tanah bebas di beberapa tempat di Kualitas air tanah bebas di daerah dataran terutama daerah dataran pantai
pesisir Kalimantan Tengah disajikan pada Tabel 7.3. sangat bervariasi tergantung dari jaraknya dari garis pantai. Di daerah di
sekitar garis pantai air umumnya terasa payau hingga asin sehingga
Tabel 7.3 Kualitas Air Sumur Pada Beberapa Tempat di Kalimantan Tengah penggunaannya terbatas. Air tanah bebas di daerah perbukitan mutu
(Sumber: Erwinta, dkk., 1994; Taruna, dkk., 1995, Erwinta, dkk., 1996)
airtanah cukup baik dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari hanya
Turbidity Temperatur D.O Konduktifitas
No Tempat pH kendalanya muka airtanah setempat cukup dalam.
(mg/l) (oC) (mg/l) (ms/cm)
1 PangkalanBun Kab. 0,0 – 0,3 27 - 31 0,1– 7,8 0,00 – 0,4 5,2 – 6,8

KotaWaringin Barat Berdasarkan peta geologi lembar Pangkalan Bun skala 1:250.000 terbitan P3G
2 Sampit, 1,04 – 3,22 27,7 – 30,7 1,4– 5,6 0,0 – 1,1 4,6 – 6,9 Bandung 1991. Pada bagian bawah disusun oleh formasi Kuayan yang terdiri
Kotawaringin Timur dari breksi Gunung Api, lava dasistik, riolit, andesit dan tufa. Formasi ini berumur
3 Kuala Kapuas, Kab. 1,08 27 23 - 29 0,07 – 1,60 7
pra tersier. Di bagian atasnya ditutupi oleh formasi Dahor yang terdiri dari
Kapuas
konglomerat dan perselingan batu pasir, batu lempung dengan sisipan lignit.
Selanjutnya di atas formasi Dahor diendapkan endapan rawa yang terdiri dari
gambut, lempung dan lanau bersisipan pasir. Dilihat dari sifat batuan
penyusunnya maka di daerah ini batuannya cukup baik sebagai aquifer. Dari
peta hidrologi Kalimantan Tengah skala 1:2.500.000 Geologi Tata lingkungan
1983 terlihat bahwa litologi yang ada di daerah Pangkalan Bun dan sekitarnya
terdiri dari pasir lepas atau setengah padu (kerikil, pasir, lanau, lempung) di
mana potensinya sedang sampai tinggi. Dari kedua peta tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara umum keadaan air tanah di Pangkalan Bun dan
sekitarnya cukup baik dan potensial (Erwinta, dkk., 1994).

7.2.1 Degradasi dan Pencemaran

Air tanah sejak terbentuk di daerah imbuh dan mengalir ke daerah luahnya,

Gambar 7.2 Kondisi Sumur Rakyat di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin


melalui ruang antara dari batuan penyusun akuifer. Dalam perjalanan tersebut
Barat (Sumber: PPK ITB, 2002) airtanah melarutkan mineral batuan serta dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya. Oleh sebab itu, mutu airtanah dari satu tempat ke tempat lain

7-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

sangat beragam tergantung pada jenis batuan, di mana air tanah tersebut
meresap, mengalir, dan berakumulasi, serta kondisi lingkungan.

Mutu air tanah dinyatakan menurut sifat fisik, kandungan unsur kimia, ataupun
bakteriologi. Persyaratan mutu air tanah telah dibakukan berdasarkan
penggunaannya, seperti mutu air untuk air minum, air irigasi, maupun industri.
Beberapa unsur utama (major constituents) kandungan air tanah - 1,0 hingga
1000 mg/l - adalah sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, dan
khlorida. Kandungan khlorida yang tinggi merupakan indikasi adanya
pencemaran bersumber dari air limbah atau intrusi air laut. Sementara
kandungan nitrat sebagai unsur sekunder (secondary constituents) - 0,01
hingga 10 mg/l - bersumber dari limbah manusia (anthropogenous), tanaman,
maupun pupuk buatan (Soetrisno, 1999).

Sejauh ini kondisi pencemaran kondisi air bawah tanah secara umum di
Propinsi Kalimantan Tengah belum ditemukan. Meskipun kondisi airnya terasa
payau, namun kualitas air tanah tersebut masih lebih baik dibandingkan
dengan air sungai. Diketahui bahwa DAS Kahayan mengandung merkuri 0,007
– 0,014 mg/l, DAS Barito mengandung mercuri sekitar 0,006 mg/l . Kisaran angka
tersebut telah melebihi angka toleransi kandungan merkuri yang diizinkan oleh Gambar 7.3 Aliran Sungai Tanjung Puting yang Berwarna Coklat Kemerahan Karena
Struktur Tanah di Dasar dan Sekelilingnya Adalah Gambut (Sumber: PPK-ITB, 2002)
MenKLH RI yaitu sebesar 0,001 mg/l (Kompas, 6 Maret 2002).

7-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

7.3 Isu-isu
1. Cepatnya proses pendangkalan sungai-sungai di Kalimantan Tengah
merupakan masalah yang rumit untuk ditangani. Eksploitasi hutan secara
besar-besaran di hulu dapat mengakibatkan erosi dan banjir. Hal ini
cukup memberi konstribusi terhadap pendangkalan sungai.
2. Pencemaran limbah merkuri semakin tidak terkendali. Terdapatnya
kegiatan penambangan di daerah hulu merupakan penyebab utama
tercemarnya sungai di daerah Kalimantan Tengah.
3. Pencemaran badan sungai oleh limbah rumah tangga juga menambah
turunnya kualitas air sungai di daerah Kalimantan Tengah.

Gambar 7. 5 Mahasiswa dari Safier.Studentweb.org Sedang Eksperimen Mem-filter Air


Gambar 7.4 Pencemaran Limbah Rumah Tangga di Sungai Kapuas Tanah Agar pH-nya Menjadi Netral di Desa Sei Sekonyer, Kab. Kotawaringin Barat
(Sumber: PPK-ITB, 2002) (Sumber: PPK-ITB, 2002)

7-7
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Propinsi Kalimantan Tengah memliki 2 (dua) taman nasional yaitu Taman 8.1 KAWASAN KONSERVASI PESISIR
Nasional Tanjung Puting, dan Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya. Selain itu 8.1.1 Taman Nasional Tanjung Puting
terdapat kawasan cagar alam dengan total luasannya mencapai 514.261 ha, Taman Nasional Tanjung Puting berada di dalam dua wilayah administrasi
yang terbagi menjadi 6 kawasan cagar alam, yaitu : pemerintahan, yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan,
1. Cagar alam Prarawen I dan II di Kabupaten Barito Utara seluas 6000 ha. dengan total luas kawasannya 415.040 ha. Secara administratif pemerintahan,
2. Cagar alam Bukit Tangkiling di kotamadya Palangka Raya seluas 2061 kawasan Taman Nasional Tanjung Puting terletak di dalam wilayah daerah
ha. tingkat II Kabupaten Kotawaringin Barat dan daerah tingkat II Kabupaten
3. Cagar alam Bukit Sapat Hawung di Kabupaten Barito Utara seluas Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
239.000 ha.
4. Cagar alam Marang Tangkiling seluas 5000 ha.
5. Cagar alam Bukit Bakitap seluas 261.000 ha di Kabupaten Barito Utara.
6. Cagar alam air terjun Malau Besar di Kabupaten Barito Utara seluas 1200
ha.

Suaka margasatwa di Kalimantan Tengah total luasannya lebih dari 10000 ha,
yang terbagi menjadi Suaka margasatwa Sungai Lamandau, dan Arboretum
Nyaru Menteng. Tiga Taman wisata alam terdapat di propinsi Kalimantan
Tengah yaitu Taman Wisata Bukit Tangkiling 533 ha, Taman Wisata Air Terjun
Poran seluas 6400 ha, Taman Wisata Tanjung Keluang seluas 2000 ha.

Gambar 8.1 Pintu Masuk Ke Taman Nasional Tanjung Puting (Sumber: PPK-ITB, 2002)

Menurut letak geografis kawasan Taman Nasional Tanjung Puting terletak


antara 111˚50’ - 112˚15’ BT, dan 2˚35’ - 2˚20’ LS, dengan luas 415.040 ha.

8-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Kawasannya mencakup sebagian besar semenanjung aluvial yang berawa- anak sungai telah terbentuk karena terjadinya luapan air sungai pada waktu
rawa diantara Teluk Kumai sampai Sungai Seruyan dan dibatasi oleh Sungai musim hujan.
Sekonyer, batas buatan yang berjarak antara 5 – 10 km dari Sungai Seruyan di
bagian timur serta dengan batas sebagai berikut : Tanjung Puting, seperti halnya kebanyakan daerah rawa-rawa dataran pantai
Kalimantan, secara relatif berumur geologis muda dan daerah berawa-rawa
datar yang meluas ke pedalaman sekitar 5 – 20 km dari pantai, mungkin hanya
• Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan PT Wana Sawit Subur berumur beberapa ratus sampai beberapa ribu tahun saja. Sebagian besar
Lestari. sedimen tanah/lumpur adalah aluvial muda.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa.
• Sebelah Timur berbatasan dengan PT Bina Smaktha. Pada umumnya tanah di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting adalah
• Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Kumai. kurang subur, tercuci berat, serta kurang berkembang. Semua tanah bersifat
sangat asam dengan kisaran pH antara 3,8 – 5,0. Tanah-tanah sekitar anak-
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt and Ferguson Taman Nasional Tanjung anak sungai dicirikan oleh suatu lapisan “top-soil” yang berwarna abu-abu
Puting termasuk iklim tipe A (dari bulan ke bulan beriklim basah atau Humid) kecoklatan serta suatu lapisan “sub-soil” yang lengket yang juga berwarna
dengan Q=0-14% (intensitas bulan kering yang sedikit), dimana kelembaban abu-abu kecoklatan. Daerah pedalaman (daerah hulu), tanahnya memiliki
udara di musim hujan bervariasi antara 55%-98%, sedangkan curah hujan rata- kandungan unsur organik yang lebih tinggi dan formasi gambut tersebar luas di
rata 2400 mm dengan hujan rata-rata 100 hari. Maka kawasan Taman Nasional banyak tempat dengan ketebalan sampai 2 meter.
Tanjung Puting juga dikatakan memiliki iklim ekuatorial (tropis) karena suhu Kawasan taman nasional ini memiliki tujuh daerah aliran sungai (DAS) yaitu
udara dan curah hujan-nya yang tinggi. Pengaruh angin barat daya sangat Sekonyer, Buluh Kecil, Buluh Besar, Pembuang, Perlu, dan DAS Segintung. Selain
kecil pada sebagian besar waktu, namun kadang-kadang juga sangat itu di dalam kawasan terdapat banyak anak sungai-anak sungai yang airnya
dirasakan. Suhu udara maksimum bervariasi dari 31˚C - 33˚C dan suhu minimum berwarna hitam. Aliran sungai-sungai ini pelan dan di beberapa tempat
bervariasi dari 18˚C - 21˚C, dimana suhu yang lebih dingin terjadi bersamaan terpengaruh oleh adanya pasang surut. Banjir sering terjadi dan beberapa
dengan musim kemarau. Meskipun demikian, iklim di Taman Nasional Tanjung danau sering terbentuk di daerah hulu sungai pada musim hujan, dan 60%
Puting tidak dapat dikatakan Monsun (Monsoon). kawasan taman nasional tergenang air paling tidak selama 4 bulan setiap
Secara umum, topografi Taman Nasional Tanjung Puting adalah datar sampai tahunnya.
bergelombang dengan ketinggian 0 sampai 11 meter dari permukaan laut. Di
bagian utara terdapat beberapa punggung pegunungan yang rendah dan Pengelolaan Taman Nasional Tanjung Puting pada saat ini dilakukan oleh Balai
bergelombang serta umumnya mengarah ke selatan, akan tetapi disebelah Taman Nasional Tanjung Puting, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis
selatan dari Sungai Sekonyer tidak terdapat pegunungan atau bukit. Anak- Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Balai Taman

8-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Nasional Tanjung Puting mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan


kawasan Taman Nasional dalam konservasi sumber daya hayati dan
ekosistemnya, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan pengelolaan yang dilakukan secara umum bertujuan untuk :
• Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
• Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.
• Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Gambar 8.3 Kantor Balai Taman Nasional Tanjung Puting di Pangkalan Bun,
Kab. Kotawaringin Barat (Sumber: PPK-ITB, 2002)

8.1.2 Taman Wisata Alam Tanjung Penghujan

Kawasan yang dulunya dikenal sebagai Taman Wisata Tanjung Keluang ini
berada di 111˚45’’-111˚42’ BT dan 3˚42’-3˚55’ LS, sedangkan untuk administrasi
pemerintahan berada di Desa Kubu, Kecamatan Kumai, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah.

Gambar 8.2 Yayasan Orang Utan Indonesia yang Bergerak dalam Kegiatan
Penelitian dan Konservasi Mengenai Orang Utan, dan Hutan Tropik (Sumber: Kawasan Taman Wisata Alam Tanjung Penghujan yang terbentuk oleh
PPK-ITB, 2002) hamparan pasir putih bersih dengan laut yang tenang, serta adanya
tumbuhan cemara khas pantai merupakan panorama yang indah. Keindahan
panorama alam pasir yang ditunjang oleh keberadaan jenis flora dan fauna
yang khas.

Vegetasi yang menonjol di kawasan Taman Nasional Alam Tanjung Penghujan


adalah Cemara Laut (Casuarina sp) dan Bakau (Rhizophora sp). Sedangkan

8-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

satwa liar yang dapat dijumpai didalam kawasan ini antara lain : Musang Air Untuk menuju suaka margasatwa ini harus menempuh perjalanan selama 12
(Cycnogale sp), Burung Elang (Henicopersis novaeguineae), dan Burung Raja jam dengan bus dari Palangka Raya ke Pangkalan Bun, dari Pangkalan Bun ke
Udang (Anhinga sp). lokasi sekitar 60 menit dengan speed boat.

Taman Wisata Alam Tanjung Penghujan dapat ditempuh dari Palangka Raya Obyek yang paling menarik di dalam kawasan ini adalah menyusuri sungai
ke Pankalan Bun sekitar 12 jam, sedangkan dari Pangkalan Bun ke lokasi sekitar dengan kendaraan air sambil menikmati pemandangan alam dan berbagai
30 menit. satwa primata di kanan kiri sungai, disamping itu dapat dilihat berbagai
macam burung migran di Danau Burung pada bulan Juli-September.
8.1.3 Suaka Margasatwa Sungai Lamandau
8.2 KAWASAN KONSERVASI NON PESISIR
Kawasan ini terletak diantara 111˚11’8,48’’ - 111˚30’13,04’’ BT dan 2˚33’24,2’’-
8.2.1 Cagar Alam Parawen I Dan II
2˚53’42,53’’ LS. Sedangkan secara administrasi pemerintahan Suaka
Margasatwa Sungai Lamandau ini berada di Wilayah Kelurahan Mendawai, Kawasan cagar alam Parawen I dan II terletak antara 114˚44’ - 114˚50’ BT
Desa Babual Baboti, Desa Tanjung Putri, Desai Natai Sedawak, Desa Karta sampai dengan 0˚37’ - 1˚02’ LS sedangkan untuk administrasi pemerintahan
Mulya, Desa Tempayung, Desa Saka Bulin, Desa Kinjil, Kecamatan Arut Selatan, termasuk kedalam wilayah Desa Lemo I dan II dan Desa Pendreh, Kecamatan
Kecamatan Kotawaringin Lama, dan Kabupaten Sukamara, Propinsi Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah.
Kalimantan Tengah.
Cagar Alam Pararawen I dan II merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan
Kawasan hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau ini merupakan tipe dari
hujan tropika pegunungan yang didominasi oleh tegakan bersuku
ekosistem hutan rawa air tawar dan tipe hutan dataran rendah. Vegetasi yang
Dipterocapaceae, tetapi terdapat juga jenis lain seperti Geronggang
mendominasi terdiri dari Ramin (Gonystilus bancanus), Meranti (Shorea sp),
(Cratoxylon arborescens), Tembesu (Fagreac sororea), Biawan (Edersia
Jejambu (Eugenia sp), Cemara (Cassuarina sp), Ulin (Eusideroxylon zwageri),
spectabilis), Pelawan (Tristina Obovata), Laban (Vitex pubescens), Ulin
Kempas (Koopasia malaccensis), dan berbagai jenis tumbuhan yang
(Eusideroxylon zwegeri), Madang Batu (Letsi sp). Sedangkan jenis-jenis satwa
merupakan makanan Orangutan seperti Ketiau, Bakunyit, Bentan Merang, dan
yang terpenting adalah Owa-owa (Hylobates muelleri), Beruang Madu
Banitan.
(Helarctos malayanus), Rusa (Cervus sp), Kancil (Tragulus javanicus), Kijang

Sedangkan satwa yang berada didalam kawasan Suaka Margasatwa Sungai (Muntiacus muntjak), Bangkui (Presbytis rubicunda).

Lamandau adalah : Orangutan (Pongo pygmaeus), Bekantan (Nsalis larvatus),


Owa-owa (Hylobates muellri), Rusa (Cervus sp), Kancil (Tragulus javanicus), Kawasan Cagar Alam Pararawen I dan II dapat ditempuh melalui jalur udara

Beruang Madu (Helarctos malayanus), Burung Raja Udang (Anhinga sp), Palangka Rayua – Muara Teweh kurang lebih 45 menit dilanjutkan dengan

Burung Rangkong (Buceros sp), Burung Cucak rowo (Pygnonotus zeylanicus). kendaraan air kurang lebih 30 menit, dan melalui darat kurang lebih 20 menit.

8-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Fasilitas yang terdapat di Cagar Alam Pararawen I dan II adalah pondok kerja dan kawasan ini dihuni oleh beberapa jenis anggrek hutan famili Orchidceac.
di Desa Pararawen dan pos jaga di Desa Pendreh, sedangkan jalan setapak Sedangkan jenis satwa yang terpenting di kawasan ini adalah Owa-owa
dalam kawasan sepanjang kurang lebih 10 km dan menara pengawas. Diluar (Hylobates Muelleri), Beruang Madu (Helarctos Malayanus), Macan Dahan
kawasan terdapat kantor Sub Seksi Wilayah Barito Utara berjarak kurang lebih (Neofelis neulosa), Rusa (Cervus sp), Kancil (Tragulus javanicus), Kijang
20 km dan untuk penginapan terdekat berjarak kurang lebih 20 km dari Muara (Muntiacus muntjak), Biawak Kalimantan (Varanus bornensis), Burung
Teweh. Rangkong (Buceros sp).

8.2.2 Cagar Alam Bukit Sapat Hawung Untuk mencapai kawasan Cagar Alam ini dari Palangka Raya dapat ditempuh
dengan menggunakan udara dan darat menuju Muara Teweh, dari Muara
Kawasan Cagar Alam Bukit Sapat Hawung terletak antara 114˚0’ - 115˚02’ BT
Teweh selanjutnya menuju ke Puruk Cahu dengan waktu 4 jam. Dari Puruk
sampai dengan 0˚25’-0˚50’ LS, sedangkan secara administrasi pemerintahan
Cahu ke lokasi menggunakan kendaraan air seperti klotok atau speed boat
Cagar Alam Bukti Sapat Hawung berada di wilayah Desa Karamu, Desa
dengan jarak tempuh 85 km. Fasilitas yang terdapat di sekitar Cagar alam ini
Tumbang Jojang, Desa Tumbang Pupus, Desa Tumbang Tujang, Desa Takajung,
adalah penginapan yang tersedia di Teluk Jolo yang dapat ditempuh dengan
dan Desa Tumbang Mulut, Kabupaten Barito Utara, Kecamatan Sumber Barito,
speed boat kurang lebih 200 km melalui sungai.
Propinsi Kalimantan Tengah.

8.2.3 Cagar Alam Bukit Tangkiling


Kawasan hutan Cagar Alam Sapat Hawung termasuk tipe ekosistem hutan
hujan tropika pegunungan laut. Kawasan ini terletak diantara 113˚0’ - 113˚02’ BT sampai 1˚45’ - 2˚00’ LS,
Topografi kawasan Cagar Alam Sapat Hawung bervariasi dari agak curam, sedangkan secara administrasi pemerintahan berada di wilayah Desa
curam, dan sangat curam yang terdiri atas pegunungan yang berbatu-batu Tangkiling dan Desa Banturung, Kecamatan Bukit Batu, Kotamadya Palangka
dengan ketinggian antara 500 meter – 1500 meter dari permukaan laut. Raya, Propinsi Kalimantan Tengah.
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson Cagar Alam Bukit Sapat Hawung
termasuk dalam iklim tipe A, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 26,4˚ Sebagian besar Cagar Alam Bukit Tangkiling termasuk tipe ekosistem hutan
C - 27˚ C, sedangkan kelembaban antara 84,6% - 85,5%. hujan tropika dataran rendah/hutan rawa. Di dalamnya terdapat berbagai
jenis tumbuhan hutan hujan tropika dataran rendah, seperti Pelawan (Tristania
Kawasan Cagar Alam Sapat Hawung ditumbuhi oleh jenis tumbuhan Meranti obovata), Meranti (Shorea sp), Tengkawang (Shorea sp), Geronggang
(Shorea sp), Bangkirai (Shorea spp), Agathis (Agathis borneensis), Tengkawang (Cratoxylon arborescens), dan lain-lain.
(Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus sp), Nyatoh (Callophyllum pulcherriumj
wall), Kempas (Koompassia malacensis maing), Ulin (Eusideroxylon zwageri),

8-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Sedangkan satwa yang berada di kawasan Cagar Alam Bukit Tangkiling sebelah timur jalan raya Tjilik Riwut km 28 dari kota Palangka Raya menuju
adalah Rusa (Cervus sp), Buaya Sapit (Tomistoma schlenegelli), Burung Tekukur Sampit.
(Streptillia chinensis), Cucak rowo (Pycnonotus zeylanicus), dan lain-lain. Jarak
Secara administratif pemerintahan, kawasan ini berada pada Kelurahan
tempuh ke Cagar Alam Bukit Tangkiling tidak jauh dari Ibukota Propinsi
Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Arboretum Nyaru
Kalimantan Tengah, Palangka Raya yaitu dapat ditempuh dalam waktu 30
Menteng termasuk dalam tipe hutan tropika dataran rendah, dengan kondisi
menit.
tanah berawa dan bergambut. Jenis tanah terdiri dari alluvial, organosol, pasir
kuarsa, dengan drainase tergenang.
8.2.4 Taman Wisata Bukit Tangkiling
Jenis tumbuh-tumbuhan yang teridentifikasi adalah : Ramin (Gonistylus
Kawasan Taman Wisata Bukit Tangkiling tidak berbeda jauh dengan Cagar bancanus), Meranti Rawa (Shorea sp), Mahang (Macaranga maingayi),
Alam Bukit Tangkiling dikarenakan kedua kawasan itu saling berbatasan. Geronggang (Cratoxylon arborescens), Kempas (Koompas malacensis),
Taman Wisata Bukit Tangkiling berada diantara 113˚0’-113˚02 BT sampai 1˚45’- Rengas (Gluta rengas), Balangeran (Shorea balangeran). Pohon yang
2˚00’ KS, sedangkan secara administrasi pemerintahan Taman Wisata Bukit tergolong langka di Arboretum Nyaru Menteng adalah Terentang
Tangkiling berada di wilayah Desa Tangkiling dan Desa Banturung, Kecamatan (Camnospermum sp), Mentibu (Dactylocladus stenostachys), Bintangur
Bukit Batu, Kotamadya Palangka Raya, Propinsi Kalimantan Tengah. Sebagian (Callophyllum sp), Jelutung (Dyera costaluta), Agathis (Agathis borneensis),
besar taman wisata ini termasuk dalam ekosistem hutan hujan tropika dataran Bangkirai (Hopea sp), Gelam Tikus (Melaleuca lecadndron), Jambu-jambuan
rendah/hutan rawa. Didalamnya terdapat berbagai jenis tumbuhan hutan (Eugenia sp), dan Tumih (Combretocarpus rotundotus).
hujan tropika dataran rendah seperti Pelawan (Tristania obovata), Meranti
Disamping jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami, di kawasan ini
(Shorea sp), Tengkawang (Shorea sp), Geronggang (Cratoxylon arborescens),
telah ditanam pula jenis-jenis yang berasal dari luar kawasan yaitu Alau
dan lain-lain. Sedangkan untuk satwa di kawasan ini terdapat : Buaya Sapit
(Dacridium sp), Galam (Eucalyptus sp), Nangka (Arthocarpus heterophylus),
(Tomistoma schlenegelli), Burung Tekukur (Streptillia chinensis), Burung Cucak
Jambu Mente (Anacardium occidentate), Rambutan (Nephelium lappaceum),
Rowo (Pycnonotus zeylanicus), dan lain-lain.
Saga (Adenathera microsperma), Akasia (Acacia auliculiformis), Sungkai
(Peronema canescens), Cempedak (Arthocarpus cempedak), Durian (Durio
8.2.5 Suaka Margasatwa Arboretum Nyaru Menteng zibethinus), dan Cemara (Casuarina sp).

Arboretum Nyaru Menteng adalah kawasan pelestarian plasma nutfah Sedangkan jenis satwa yang dapat dijumpai antara lain Kera Ekor Panjang
ekosistem hutan rawa di Propinsi Kalimantan Tengah. Nama Nyaru Menteng (Macaca sp), Biawak (Varanus sp), Burung Cucak Rowo (Pycnonotus
berasal dari bahasa Dayak yang berarti gagah berani. Kawasan ini terletak di zeylanicus), dan sesekali dijumpai Orangutan liar (Pongo Pygmaeus), dan Owa-
owa (Hylobates muellerii).

8-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

8.3 ISU-ISU
Taman Nasional Tanjung Puting merupakan taman nasional dengan ekosistem
yang khas, merupakan warisan dunia yang perlu dilestarikan, dan saat ini
terjadi penebangan ilegal yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem
taman nasional ini.

Pembinaan tentang pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat yang


bermukim didalam kawasan konservasi kurang mendapat perhatian dari
pemerintah setempat, karena dikhawatirkan akan menimbulkan konflik. Konflik
tersebut berupa perambahan areal konservasi oleh masyarakat setempat.

Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah dalam rencana tata ruang wilayahnya


tahun 2000, telah menyiapkan zonasi untuk : cagar alam, hutan lindung, taman
nasional, taman wisata, konservasi ekosistem air hitam, konservasi flora fauna,
konservasi hidrologi, konservasi gambut tebal, konservasi mangrove, suaka
margasatwa, dan perlindungan pelestarian hutan. Dimana yang menjadi titik
fokus zona konservasi mangrove adalah di pesisir Kab. Pulang Pisau, dan Kab.
Kapuas.

Gambar 8.4 Pintu Masuk ke Taman Wisata Alam Tanjung Penghujan


(Sumber: PPK-ITB, 2002)

8-7
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

9.1 PENGGUNAAN LAHAN


Perkebunan, pengembangan perkembunan terutama kelapa cukup potensial 9.2 ARAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN
untuk dikembangkan, kondisi ini dapat dilihat dimana tanaman kelapa ini Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah di dalam rencana tata ruang
sudah dikembangkan oleh masyarakat di pesisir pantai hampir di semua wilayahnya (tahun 2000) telah menyusun zonasi sebagai arahan dalam
Kabupaten, Sukamara, Kotawaringin Barat, Seruyan, Kotawaringin Timur, pengembangan lahan. Arahan tersebut terbagi menjadi zonasi kawasan
Katingan, Pulang Pisau, dan Kapuas. lindung dan kawasan budidaya. Zonasi kawasan lindung terdiri dari: cagar
Daerah pesisir pantai yang cocok dan potensial untuk dikembangkan alam, hutan lindung, taman nasional, taman wisata, konservasi (ekosistem air
tanaman kelapa adalah daerah yang tanahnya alluvial berlumpur (sedikit hitam, flora fauna, hidrologi, gambut tebal, mangrove), suaka margasatwa,
berpasir). Potensi kebun kelapa di wilayah pesisir pantai kurang lebih 33.214 ha perlindungan pelestarian hutan. Sedangkan zonasi kawasan budidaya
dengan produksi kurang lebih 31.585 ton/tahun, dimana dalam hal ini areal meliputi: Hutan (produksi, pendidikan dan penelitian, produksi terbatas,
perkebunan kelapa termasuk ke dalam hutan produksi. tanaman industri), dan kawasan (handil rakyat, pengembangan produkasi,
permukiman dan penggunaan lainnya, transmigrasi), lihat Peta Kesesuaian &
Pertanian Tanaman Pangan, pada wilayah pesisir juga cocok untuk Arahan Pengembangan Lahan Propinsi Kalimantan Tengah.
pengembangan padi dan palawija, ini dapat dilihat di wilayah pesisir
Kabupaten Seruyan, Kotawaringin Timur, Katingan, Pulang Pisau, dan Kapuas. Berdasarkan arahan tersebut kemudian dilihat kesesuain dengan
Potensi yang ada adalah seluas 25.990 ha dengan produksi 54.682 ton/tahun. pengembangan yang dilakukan oleh kabupaten-kabupaten yang ada.
Adapun disini diambil contoh tinjauan terhadap 3 kabupaten di wilayah pesisir
Kehutanan, di wilayah pesisir pantai Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kalimantan Tengah.
Seruyan terdapat Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Selain hutan TNTP
terdapat pula hutan mangrove/hutan payau. Hutan mangrove ini mempunyai Kabupaten Katingan
peranan penting baik sebagai suatu sumber daya maupun sebagai sumber Sekitar 21% lahan di wilayah pengembangannya sesuai untuk dikembangkan
ekosistem yang khas di wilayah pesisir, dan merupakan ekosistem spesifik yang sebagai lahan perkebunan (Kecamatan Katingan Hilir hingga Kecamatan
sangat besar peran dan fungsinya dalam melindungi dan menunjang Katingan Hulu), dan sekitar 7% lahan dapat juga digunakan sebagai lahan
kelestarian sumber daya lainnya di wilayah pesisir pantai dan perairan laut.
9-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

basah dan lahan kering (Kecamatan Katingan Hilir, Tewang Sanggalang yaitu seluas 5% dari luas lahan yang berpotensi dikembangkan. Sementara
Garing, dan Pulau Manan). wilayah pengembangan lainnya dapat dikembangkan menjadi pemukiman,
industri, perdagangan, dan lain-lain.
Kabupaten Kotawaringin Timur
Lebih sesuai untuk dikembangkan bagi kegiatan non pertanian (pemukiman,
industri maupun perdagangan). Hanya sekitar 2% lahan yang sesuai untuk
pengembangan perkebunan (Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir
Utara, dan Baamang) maupun pertanian lahan basah dan lahan kering
(Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Baamang).

Gambar 9.2 Perkebunan Kelapa Intensif di Desa Sebamban, Kec. Mentaya Hilir
Selatan, Kab. Kotawaringin Timur (Sumber: PPK-ITB, 2002)

9.3 ISU-ISU
Terjadinya deforestasi mengakibatkan menurunnya kualitas lahan untuk
ditanami. Lahan yang sangat datar menyebabkan adanya daerah-daerah
yang tergenang secara periodik maupun selalu tergenang. Sebagian areal
Gambar 9.1. Lahan Sawah Tadah Hujan Sehabis Masa Panen di Kabupaten Pulang
pesisir pantai sangat cocok dikembangkan sebagai areal perkebunan,
Pisau (Sumber: PPK-ITB, 2002).
khususnya kelapa. Perkebunan kelapa yang ada hanya dikembangkan oleh
Kabupaten Seruyan rakyat, umur kelapa umumnya sudah tua (diatas 30 tahun), jarak tanam
Sebesar 30% dari luas lahan yang berpotensi untuk dikembangkan cocok untuk beragam dan pemeliharaan tidak teratur. Ada kecenderungan untuk
kegiatan perkebunan. Diantara lahan yang sesuai untuk perkebunan tersebut membuka hutan bakau/mangrove untuk areal pertambakan, hutan bakau ini
terdapat juga lahan yang sesuai dengan pertanian basah dan lahan kering, sangat peka terhadap pencemaran.

9-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

10.1 WILAYAH DAN ADMINISTRASI KABUPATEN jaringan aktivitas pemasaran hasil produksi dan pemasaran produk
Propinsi Kalimantan Tengah mencakup wilayah seluas 153.828 km2 dengan luas sumberdaya lokal dan atau pemasaran produk luar ke wilayah pesisir.
wilayah pesisir sebesar 100.403 km2 atau sebesar 65,27 % dari total wilayah Berdasarkan pola jaringan pemasaran tersebut, wilayah Propinsi Kalteng ini,
propinsi. Wilayah pesisir ini terdiri dari atas 4.863 km2 wilayah darat dan 95.540 pada dasarnya terbelah ke dalam tiga kutub pusat pasar dengan jaringannya
km2 lautan. Panjang pantai wilayah pesisir ini mencapai 737 km (MacKinnon, dari pusat tersebut ke wilayah sekitar dan pedalaman, yaitu pusat pemasaran
dkk., 2000). Kuala Kapuas, Sampit dan Pangkalan Bun/Kumai. Ketiga pusat tersebut
merupakan batas-batas sosial yang menyatukan seluruh wilayah pesisir ke
Sebelum diterbitkannya UU No. 5 Tahun 2002 Tentang Pembentukan dalam tiga kutub pengelompokan yang membelah administrasi secara
Kabupaten Baru di Propinsi Kalteng, wilayah pesisir ini terbagi tiga menjadi horisontal. Artinya aktivitas sosial ekonomi penduduk wilayah pesisir ini, tidak
wilayah administrasi kabupaten, yaitu: Kabupaten Kapuas, Kabupaten terbatasi oleh batas-batas administrasi desanya, kecamatannya dan bahkan
Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kotawaringin Barat. Namun, sejak kabupatennya. Tetapi membentuk jaringan dari dan ke pusat dan sub pusat ke
diterbitkannya UU tersebut, wilayah pesisir sepanjang 737 km tersebut, dipilah- tiga kutub tersebut secara berjenjang.
pilah menjadi tujuh wilayah administrasi kabupaten, yaitu: Kabupaten Kapuas,
yang merupakan kabupaten induk; Kabupaten Pulang Pisau yang merupakan Secara administratif seluruh wilayah pesisir mencakup 30 desa yang terbagi ke
pemekaran dari kabupaten Kapuas. Kabupaten Kotawaringin Timur yang
dalam 9 kecamatan, seperti disajikan dalam Tabel 10.1.
merupakan kabupaten induk, dipecah ke dalam tiga kabupaten, yaitu:
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Katingan.
Terakhir, Kabupaten Kotawaringin Barat yang dipecah menjadi dua, yaitu 10.1.1 Kabupaten Kapuas
Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara.
Kabupaten Kapuas terletak di daerah khatulistiwa, yaitu antara 0˚8’48’’ sampai
Batas wilayah administrasi masing-masing kabupaten di daratan ditandai oleh dengan 3˚23’00’’ Lintang Selatan (LS) dan 113˚2’36’’ Bujur Timur (BT). Luas
Daerah Aliran Sungai (DAS) atau aliran sugai tertentu. Sedang di daerah pesisir, Kabupaten Kapuas adalah 34.800 km2 atau 22,63% dari luas Propinsi
batas wilayah administrasi ini, meskipun mudah ditandai batas ini tidak Kalimantan Tengah yang terbagi atas dua kawasan besar yaitu kawasan
mempengaruhi pembagian wilayah secara sosial, khususnya ditentukan oleh pasang surut (bagian selatan) yang merupakan potensi pertanian tanaman

10-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

pangan dan kawasan non pasang surut (umumnya dibagian utara) yang Tabel 10.1 Wilayah Administrasi Pesisir di Propinsi Kalimantan Tengah
(Sumber: diolah dari Kabupaten dan Kecamatan Dalam Angka, 2001)
merupakan potensi lahan pertanian perkebunan. Bila dirinci luas wilayah
No Kabupaten Kecamatan Desa
tersebut terdiri atas: 1 Kapuas - Kapuas Kuala 1. Cemara Labat
2. Pelampay
• Kawasan hutan belantara : 2.780.183 ha.
3. Betanjung
• Kawasan pemukiman : 3.553 ha. 2 Pulang Pisau - Kahayan Kuala 1. Kiapak
2. Cemantan
• Sungai, Danau, dan Rawa : 584.280 ha. 3. Sei Rungan
• Daerah pertanian : 132.264 ha. 4. Paduran Sebangau
a. Mentaya Hilir Selatan 1. Lempuyang
Kotawaringin
3 2. Ujung Pandaran
Timur
b. Pulau Hanaut 1. Bapinang Hilir Laut
Kecamatan yang langsung berada di wilayah pesisir adalah Kecamatan
4 Seruyan - Seruyan Hilir 1. Kuala Pembuang II
Kapuas Kuala. Kecamatan Kapuas Kuala mempunyai luas 427 km2 terdiri atas 2. Sei Bakau

10 desa/kelurahan, yaitu : 5 Katingan - Katingan Kuala 1. Pegatan Hilir


1. Batanjung. 6. Tamban Baru Selatan. 6 Sukamara - Jelai 1. Kuala Jelai
2. Pulau Nibung
2. Cemara Labat. 7. Tamban Baru. 3. Sei Cabang Barat
4. Sungai Damar
3. Palampai. 8. Tamban Baru Tenggara. 5. Sei Pasir
4. Sei Teras. 9. Bandar Raya. 6. Sungai Raja
7. Sei Baru
5. Lupak Dalam. 10. Warna Sari. 8. Sungai Tabuk
9. Sungai Bundung
7 Kotawaringin - Kumai 1. Sei Cabang Timur
Barat 2. Teluk Pulai
3. Kubu
4. Sungai Bakau
5. Teluk Bogam
6. Keraya
7. Sungai Bedaun
- Arut Selatan 1. Tanjung Putri

Gambar 10.1 Kantor Kepala Desa Batanjung, Kabupaten Kapuas


(Sumber: PPK-ITB, 2002)
10-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

10.1.3 KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


Kecamatan yang terletak di wilayah pesisir adalah Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan dan Kecamatan Pulau Hanaut. Kecamatan Mentaya Hilir Selatan
mempunyai luas wilayah sebesar 928 km2 , terdiri atas kelurahan/desa :
1. Ujung Pandaran. 7. Samuda Kecil
2. Lampuyang. 8. Samuda Kota
3. Basawang. 9. Basirin Hilir
4. Parebok. 10. Jaya Kelapa
5. Sebamban. 11. Basirin Hulu
6. Samuda Besar. 12. Jaya Karet

Kecamatan Pulau Hanaut mempunyai luas wilayah sebesar 619 km2, terdiri atas
kelurahan/desa :
1. Satiruk. 4. Bapinang Hulu.
2. Bapinang Hilir Laut. 5. Makarti Jaya.
Gambar 10.2 Kantor Kecamatan Kapuas Kuala yang berlokasi di Desa Lupak Dalam 3. Bapinang Hilir. 6. Rawa Sari.
(Sumber: PPK-ITB, 2002).

10.1.2 Kabupaten Pulang Pisau 10.1.4 KABUPATEN SERUYAN


Kecamatan yang berada diwilayah pesisir adalah kecamatan Seruyan Hilir.
Kecamatan yang berada di wilayah pesisir adalah kecamatan Kahayan
Kecamatan Seruyan Hilir mempunyai luas wilayah sebesar 6087 km2 dengan
Kuala. Kecamatan Kahayan Kuala mempunyai luas wilayah sebesar 4956
ibu kota Kuala Pembuang. Kecamatan Seruyan Hilir terdiri atas kelurahan/
km2. Kecamatan Kahayan Kuala terdiri atas Desa/Kelurahan :
desa :
1. Cemantan. 7. Bahaur Hilir.
1. Sungai Perlu. 9. Jahitan.
2. Papuyu II Sei Pudak. 8. Bahaur Tengah.
2. Kuala Pembuang II. 10. Baung.
3. Kiapak. 9. Bahaur Hulu.
3. Sungai Bakau. 11. Kartika Bhakti.
4. Papuyu II Sei Barunai 10. Sebangau.
4. Pematang Panjang. 12. Halimung Jaya.
5. Papuyu I Sei Pasanan 11. Sebangau Permai.
5. Kuala Pembuang I. 13. Bangun Harja.
6. Sei Rungun
6. Pematang Limau. 14. Mekar Indah.

10-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

7. Tanjung Rangas. 15. Tanggul Harapan. 10.1.7 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT


8. Muara Dua. Kecamatan yang berada di wilayah pesisir adalah kecamatan Arut Selatan
dan Kumai. Kecamatan Arut Selatan mempunyai luas wilayah 2400 km2,
10.1.5 KABUPATEN KATINGAN terdiri atas kelurahan/desa :
Kecamatan yang terletak diwilayah pesisir adalah kecamatan Katingan Kuala 1. Tanjung Putri. 10. Baru
dan Mendawai. Kecamatan Katingan Kuala mempunyai luas wilayah 1440 2. Kumpai Batu Bawah. 11. Raja Seberang
km2, terdiri atas kelurahan/desa : 3. Kumpai Batu Atas. 12. Rangda
1. Pegatan Hilir. 6. Setia Mulia 4. Pasir Panjang. 13. Sulung Kenambui
2. Pegatan Hulu. 7. Bangun Jaya 5. Mendawai. 14. Runtu
3. Kampung Keramat. 8. Jaya Makmur 6. Mendawai Seberang. 15. Umpang
4. Kampung Tengah. 9. Subur Indah 7. Raja. 16. Natai Raya
5. Kampung Baru. 10. Singgam Raya 8. Sidorejo. 17. Medang Sari
9. Madurejo.
Kecamatan Mendawai mempunyai luas wilayah 1826 km2, terdiri atas
kelurahan/desa : Kecamatan Kumai mempunyai luas wilayah sebesar 4456 km2, terdiri atas
1. Teluk Sebulu. 5. Tewang Kampung. kelurahan/desa :
2. Mendawai. 6. Perigi. 1. Sungai Cabang. 17. Amin Jaya.
3. Mekar Tani. 7. Tumbang Bulan. 2. Teluk Pulai. 18. Karang Mulya.
4. Kampung Melayu. 3. Sungai Sekonyer. 19. Arga Mulya.
4. Kubu. 20. Marga Mulya.
10.1.6 KABUPATEN SUKAMARA 5. Sungai Bakau. 21. Kebon Agung.
Kecamatan yang terletak di wilayah pesisir adalah kecamatan Jelai. 6. Teluk Bogam. 22. Sidomulyo.
Kecamatan Jelai mempunyai luas wilayah sebesar 1566 km2, terdiri atas 7. Keraya. 23. Pangkalan Tiga.
kelurahan/desa : 8. Sebuai. 24. Pandu Sanjaya.
1. Kuala Jelai. 6. Sungai Damar. 9. Sengai Kapitan. 25. Makarti Jaya.
2. Pulau Nibung. 7. Sungai Labuk. 10. Kumai Hilir. 26. Lada Mandala Jaya.
3. Sungai Baru. 8. Sungai Cabang Barat. 11. Batu Belaman. 27. Pangkalan Banteng.
4. Sungai Bundung. 9. Sungai Pasir. 12. Sungai Tendang. 28. Sumber Agung.
5. Sungai Raja. 13. Candi. 29. Purbasari.

10-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

14. Kumai Hulu. 30. Sungai Rangit Jaya. merusak tersebut, adalah pertama karena masih relatif rendahnya permintaan
15. Sungai Bedaun. 31. Bumi Harjo. pasar terhadap berbagai jenis ikan. Kedua, kesadaran penduduk untuk tidak
16. Mulya Jadi. menggunakan cara penangkapan tersebut, karena merusak ‘rumah’ (habitat)
ikannya, sehingga akhirnya akan merugikan mereka sendiri. Ketiga, adanya
10.2 POTENSI DAN PENGUASAAN SECARA ADAT SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR pembatasan wilayah adat, telah membantu penduduk setempat untuk
Potensi sumberdaya wilayah pesisir secara garis besar dapat dibagi ke dalam mengelola wilayah sumberdaya penghidupan mereka.
dua kelompok, yaitu sumberdaya pesisir ‘daratan’ dan sumberdaya lautan,
namun pada umumnya penduduk setempat atau desa/kampung, membatasi Di wilayah ‘daratan’, jenis sumberdaya wilayah pesisir terdiri atas berbagai
wilayah laut desa/kampungnya secara adat, yaitu: dengan memperhitungkan macam, yaitu lahan daratan, persawahan rawa pasang surut, rawa, tambak,
jangkauan kemampuan perahu motor tempel 12 pk (satuan tenaga danau di tengah rawa, sungai, dan hutan bakau. Luas dari masing-masing
kuda/horse power), kurang lebih 12 mil dari pantai. Pembatasan/pembentukan potensi sumberdaya disajikan pada Tabel 10.2. Lahan daratan yang berupa
wilayah adat ini, menentukan hak penduduk lokal untuk melakukan eksploitasi lahan kering di wilayah pesisir pada umumnya dijadikan kebun pohon kelapa.
sumberdaya ikan di dalamnya; dan sekaligus ‘membatasi’ orang luar (bukan Hampir di setiap desa-desa pesisir terlihat kebun-kebun kelapa yang cukup
penduduk desanya) untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan di wilayah itu. luas.
Namun demikian, di kalangan penduduk yang letak pemukimannya berhimpit
dengan wilayah kampung/desa tetangga, pembatasan tersebut tidak terlalu Tabel 10.2 menunjukkan bahwa sumberdaya utama di wilayah pesisir adalah
dipersoalkan oleh warga masyarakat keduabelah kampung/desa yang laut, sungai, hutan bakau, dan rawa. Artinya di seluruh wilayah pesisir di
bersebelahan. Pembatasan wilayah tangkapan secara adat tersebut, propinsi Kalimantan Tengah, akan selalu dijumpai ketiga jenis sumberdaya
sekaligus membatasi teknologi di dalam mengeksploitasi sumberdaya di tersebut. Sumberdaya lain yang juga ditemukan di seluruh wilayah pesisir
dalamnya. adalah tanah darat, baik berupa kebun atau pekarangan rumah, sawah
pasang surut, dan hutan. Tiga jenis sumberdaya pesisir, yaitu sungai, laut dan
Sumberdaya utama di lautan adalah ikan laut yang hidup bebas di lautan dan hutan bakau, pada umumnya merupakan sumberdaya milik bersama
ikan yang hidup di karang. Di wilayah pesisir Propinsi Kalimantan Tengah (common property). Artinya, semua orang dapat mengeksploitasi sumberdaya
sepanjang 737 km, terdapat komunitas-komunitas udang dan ikan di berbagai di mana saja dan kapan saja. Akan tetapi, terhadap sumberdaya bersama
lokasi, seperti disajikan pada Peta Potensi Perikanan. Meskipun pengambilan tersebut, penduduk menerapkan tata aturan adat tentang siapa yang boleh
berbagai jenis ikan dilakukan dengan teknik tradisional, yaitu menangkap mengusahakan dan siapa yang tidak dibenarkan untuk mengeksploitasinya.
dengan alat khusus, sejenis sungkur dan atau jaring kantong. Hingga kini Tata aturan adat yang berlaku umum di seluruh wilayah pesisir adalah hak
penduduk tidak menggunakan alat peledak untuk menangkap berbagai jenis untuk mengeksploitasi, tetapi tidak menguasai apalagi memiliki. Secara adat
ikan. Faktor yang mempengaruhi tidak dipergunakannya teknologi yang hak untuk mengeksploitasi diutamakan bagi warga desa/kampung. Warga

10-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

desa/kampung lain, meskipun tidak dilarang secara tegas; namun, secara desa/kampung sekitar yang memperoleh hak untuk menguasai dan atau
adat mereka dianggap kurang pantas untuk mengeksploitasi sumberdaya memiliki sumberdaya yang terdapat di sekitar desa/kampungnya. Warga
bersama tersebut di luar area/wilayah kampung/desanya. desa/kampung lain tidak dibenarkan untuk memiliki, kecuali yang
bersangkutan mempunyai hubungan kerabat dengan salah seorang warga
Untuk mengendalikan eksploitasi sumberdaya laut secara berlebihan, baik oleh desa/kampung setempat, atau karena yang bersangkutan mendapatkannya
warga desa/kampung sendiri atau pun orang luar, selain pembatasan adat melalui warisan atau membeli dari warga desa/kampung tersebut. Seorang
tersebut di atas; umumnya penduduk menerapkan pembatasan jenis anggota kerabat yang dihubungkan karena ikatan perkawinan, hanya
peralatan untuk penangkapan ikan di wilayah perairan adat atau perairan memiliki hak untuk menguasai, tetapi tidak memiliki. Namun demikian,
laut sejauh 12 mil dari pantai. Pada masa lampau, pelanggaran atas penguasaan sumberdaya tersebut dapat diwariskan pada anak-anaknya.
ketentuan adat, biasanya diselesaikan dengan pengusiran. Namun, pada saat Karena hak seorang anak dari keluarga perkawinan perempuan lokal dengan
ini, sejak reformasi, pelanggaran terhadap ketentuan adat, dapat laki-laki luar desa/kampung, secara adat juga diperhitungkan melalui garis
menimbulkan ketegangan yang memuncak pada perselisihan fisik. Akhir-akhir keluarga ibunya.
ini, penerapan ketentuan adat tersebut, diberlakukan secara ketat terhadap
orang luar desa. Terkecuali mereka yang memililiki ikatan hubungan Di seluruh wilayah pesisir, penduduk kurang memperhatikan berapa luas
kekerabatan dengan salah seorang warga desa/kampung tetangganya. penguasaan atau pemilikan sumberdayanya. Umumnya mereka menguasai
Meskipun demikian, yang bersangkutan biasanya memohon ijin kepada luas sumberdaya tertentu, sesuai dengan kebutuhan subsistennya atau
pamong desa atau tokoh masyarakat melalui anggota kerabatnya itu. kemampuan tenaga kerja yang dimilikinya. Peluang untuk melakukan
perluasan penguasaan sumberdaya, sejalan dengan kebutuhan subsisten,
Berbeda dengan sumberdaya bersama, hak penguasaan dan pemilikan relatif masih terbuka. Hal ini karena kepadatan penduduk relatif masih rendah,
sumberdaya lahan, hutan dan rawa yang terdapat di sekitar desa/kampung, serta kurang berkembangnya ekonomi pasar di wilayah ini. Sehingga upaya-
di wilayah pesisir relatif lebih jelas. Artinya individu secara tegas dibenarkan upaya oleh individu untuk memperluas pemilikannya, relatif tidak menimbulkan
untuk menguasai atau memiliki sumberdaya tertentu, baik yang didapatkan ketidakpuasaan dari anggota masyarakat yang lain.
dari peninggalan nenek moyang/leluhurnya atau mengusahakan/membuka
sendiri di wilayah-wilayah hutan dan rawa yang belum dikuasai oleh orang lain
secara adat.

Secara umum terdapat dua jenis penguasaan dan pemilikan secara adat,
yaitu pertama hak adat bagi warga desa/kampung, seperti halnya berlaku
pada sumberdaya bersama disebutkan di atas. Maksudnya, hanya warga

10-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.2 Jenis Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir Kalimantan Tengah


(Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber)

Kecamatan / Luas Lahan (ha)


Penggunaan
No
Lahan
Kapuas Kuala Kahayan Kuala Mentaya Hilir Selatan Pulau Hanaut Seruyan Hilir Katingan Kuala Jelai Kumai Arut Selatan

1 Sawah 15.729,0 106.643,0 3.829,4 3.940,0 1.067,0 2.943,0 606,0 84,8 18,4

2 Lahan Kering 12.459,0 111.170,0 11.065,0 938,0 7.092,5 2.924,0 483,0 15.155,5

3 Pekarangan 303,0 2.903,0 931,5 1.475,0 399,0 3.553,0

4 Lainnya 14.209,0 274.884,0 12.164,0 10.000,0 425,0 140.875,0

5 Hutan 76.974,1 43.383,0 73.414,8 21.827,0 68.460,5

Jumlah 42.700,0 495.600,0 92.800,0 61.900,0 608.700,0 144.000,0 160.000,0 445.600,0 240.000,0

10-7
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

10.3 KEADAAN KEPENDUDUKAN Pada umumnya kelompok-kelompok etnis Banjar, Bugis, Jawa, Madura, Sunda
Jumlah penduduk di sepanjang wilayah pesisir adalah 48.066 jiwa tersebar yang menetap di wilayah ini telah bermukim kurang lebih sejak tiga generasi
tidak merata di 30 desa, seperti disajikan pada Tabel 10.3. Pada tabel tersebut yang lalu, Ini artinya sebagian besar penduduk kampung merupakan
terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Pegatan Hilir, kelompok penduduk yang lahir dan dibesarkan di kampung tersebut. Sebagai
kemudian menyusul Desa Batanjung. Besar atau kecilnya jumlah penduduk di individu yang lahir dan dibesarkan di kampung tersebut, pada umumnya
masing-masing desa wilayah pesisir, tampaknya dipengaruhi oleh aksesibilitas mereka merasa atau menganggap dirinya sebagai penduduk ‘asli’ setempat.
desa tersebut dengan sub-pusat atau pusat perdagangan. Melalui pusat-pusat Bahasa sehari-hari yang dipergunakan dalam pergaulan antar etnis
ini lah penduduk lokal berhubungan dengan dunia luar. Namun demikian, mempergunakan bahasa Banjar. Pada umumnya kelompok etnis minoritas
keterbukaannnya dengan dunia luar, tidak menjamin atau menyebabkan mampu menguasai bahasa dari kelompok etnis dominan. Sebaliknya,
meningkatnya kondisi kehidupan mereka. Karena aktivitas perdagangan kelompok etnis dominan kurang menguasai bahasa dari kelompok etnis lain,
dengan pengusaha luar cenderung berlangsung secara tidak seimbang, kecuali bahasa Banjar.
seperti akan diuraikan di bagian lain.

Kepadatan penduduk di desa-desa di wilayah pesisir relatif masih rendah Peristiwa kerusuhan antar etnis yang pernah terjadi di Kalimantan Tengah

(Tabel 10.3.). Rendahnya tingkat kepadatan penduduk, terbatasnya teknologi membuat penduduk etnis Madura keluar (migrasi) dari daerah pesisir. Hal ini

dan modal, dan keterisolasian mereka dengan ekonomi atau livelihood terjadi terutama di kecamatan Kapuas Kuala dan Kahayan Kuala. Sedangkan

menyebabkan mereka masih dalam keadaan bergelut dengan pemenuhan di daerah pesisir lainnya tidak terjadi migrasi etnis tersebut, karena penduduk

kebutuhan sendiri (subsisten). lokal di daerah itu relatif membaur dengan baik.
Di Kabupaten Kotawaringin Timur, suku Dayak Ngaju tersebar didaerah yang

Dilihat dari kelompok etnisnya, penduduk di sepanjang daerah pesisir terdiri cukup luas, sehingga sebagian besar mudah mengadakan kontak dengan

atas berbagai macam kelompok etnis yang mendiami perkampungan secara dunia luar. Mereka yang berdiam di tepi pantai atau muara sungai akan lebih

mengelompok, tetapi tidak seluruhnya dari satu kelompok etnis tertentu saja. banyak menerima pengaruh budaya luar dibanding yang tinggal di hulu

Pada umumnya di suatu kampung terdapat kelompok etnis dominan dengan sungai. Kelompok kebudayaan di sebelah hilir yang banyak menerima

kelompok etnis lain yang hidup berbaur dalam satu wilayah pemukiman. pengaruh dari luar. Di daerah ini juga didiami oleh suku daerah lain dengan

Gambaran umum kelompok etnis dominan di desa-desa sepanjang wilayah perbandingan yang tidak jauh berbeda dengan banyaknya suka Dayak Ngaju

pesisir, seperti disajikan pada Tabel 10.4. sendiri, misalnya suku Banjar, Jawa, Madura, Sunda, Batak, dan lain-lain.

10-8
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.3 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan PendudukDesa-Desa Pesisir Kalimantan Tengah
(Sumber: Diolah Dari Kabupaten dan Kecamatan Dalam Angka Tahun 2001)
Rata-Rata Luas Kepadatan
Jml. Penduduk Jumlah
Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah wilayah Penduduk
(Jiwa) KK
Anggota RT (km2) (Jiwa/km2)

1.Batanjung 3.643 962 4 87,5 42


Kapuas Kuala 2.Cemara Labat 1.849 489 4 50,0 37
1. Kapuas
3.Palampai 560 162 3 27,5 20
Sub.Total : 6.052 1.613 4 165,0 37
1.Cemantan 869 216 4 352,0 2
2.Kiapak 617 162 4 84,0 7
Kahayan Kuala
2.Pulang Pisau 3.Sei Rungun 1.180 273 4 127,0 9
4.P.Sebangau 5.980 1.503 4 3.124,5 2
Sub.Total : 8.646 2.154 4 3.687,5 2
Mentaya 1.Ujung Pandaran 802 184 4 282,0 3
3.Kotawaringin Hilir Selatan 2.Lampuyang 2.216 447 5 79,0 28
Timur Pulau Hanaut 3.Bapinang Hilir Laut 4.824 1.198 4 307,0 16
Sub.Total : 7.842 1.829 5 668,0 12
1.Kuala Pembuang II 7.540 2.052 4 88.0 86
Seruyan Hilir
4. Seruyan
2.Sei Bakau 525 92 6 133,0 4
Sub.Total : 8.065 2.144 5 221,0 36
Katingan Kuala 1.Pegatan Hilir 4.795 1.540 3 337,0 14
5. Katingan
Sub.Total : 4.795 1.540 3 337,0 14
1.Kuala Jelai 2.612 645 5 34,0 77
2.Pulau Nibung 842 199 4 230,0 4
3.Sungai Baru 175 31 6 237,0 1
4.Sungai Bundung 137 31 4 269,0 1
Jelai 5.Sungai Raja 197 45 3 26,0 8
6. Sukamara
6.Sungai Damar 737 142 5 96,0 8
7.Sungai Tabuk 617 130 5 323,0 2
8.Sungai Cabang Barat 1.741 354 5 98,0 18
9.Sungai Pasir 1.410 285 5 287,0 5
Sub.Total : 4.702 956 5 1.600,0 3
1.Sei Cabang Timur 756 155 5 333,0 2
2.Teluk Pulai 598 96 6 478,0 1
3.Kubu 1.912 381 5 122,0 16
Kumai 4.Sungai Bakau 1.013 251 4 111,0 9
7. Kotawaringin Barat
5.Teluk Bogam 738 187 4 82,0 9
6.Keraya 663 112 6 78,0 9
7.Sungai Bedaun 732 303 3 403,0 2
Arut Selatan 1. Tanjung Putri 1.552 530 3 19,0 82
Sub.Total : 7.964 1.860 4 1.293,0 6
TOTAL : 48.066 12.096 4 7.972 6

10-9
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.4. Kelompok Etnis Dominan dan Lainnya Di Desa-Desa Wilayah Pesisir Kalimantan Tengah
(Sumber: Diolah Dari Kabupaten dan Kecamatan Dalam Angka Tahun 2001, Observasi Dan Wawancara)
Etnis
Kabupaten Kecamatan Desa
Dominan Lainnya
-Batanjung - Banjar - Jawa, Dayak, Bugis
1. Kapuas Kapuas Kuala -Cemara Labat - Banjar - Jawa, Sunda
-Palampai - Banjar - Jawa, Sunda
-Cemantan - Banjar -Bugis, Jawa, Dayak
2.Pulang Pisau
Kahayan Kuala -Kiapak - Banjar -Bugis, Jawa, Dayak
-Sei Rungun - Banjar -Bugis, Jawa, Dayak
Mentaya Hilir Selatan -Ujung - Banjar - Bugis, Madura, Jawa
Pandaran
-Lampuyang - Banjar - Bugis, Madura, Jawa
3.Kotawaringin Timur

Pulau Hanaut - Bapinang Hilir Laut - Banjar - Jawa dan Bugis


-Kuala Pembuang II - Banjar - Madura, Mendawai, Jawa, Bugis
4. Seruyan Seruyan Hilir
-Sei Bakau
- Banjar - Bugis, Jawa, Madura
5. Katingan Katingan kuala -Pegatan Hilir -Banjar - Bugis, Jawa.
-Kuala Jelai - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
-Pulau Nibung - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
-Sungai Baru - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
-Sungai Bundung - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
6. Sukamara Jelai -Sungai Raja - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
-Sungai Damar - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
-Sungai Tabuk - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
-Sungai Cabang Barat - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
-Sungai Pasir - Mendawai -Bugis, Banjar, Jawa, Madura
Kumai -Sei Cabang Timur - Mendawai - Bugis, Madura, Jawa
-Teluk Pulai - Bugis - Mendawai, Banjar, Jawa
-Kubu - Mendawai -Banjar, Bugis, Madura, Jawa
-Sungai Bakau - Mendawai - Bugis, Banjar, Sunda
-Teluk Bogam - Bugis - Mendawai, Banjar, Jawa
7. Kotawaringin Barat -Keraya - Bugis - Mendawai, Banjar, Madura

Arut Selatan -Tanjung Putri - Mendawai -Bugis, Banjar, Madura, Jawa

10-10
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

10.4 AKSESIBILITAS Propinsi Kalimantan Tengah memiliki 10 (sepuluh) pelabuhan utama yang
semuanya dikategorikan sebagai pelabuhan sungai yaitu Pelabuhan Kereng
Daerah pesisir pada umumnya dapat dijangkau dengan transportasi laut,
Bengkirai, Sampit, Pulang Pisau, Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Kumai,
sungai, dan darat. Sarana perhubungan yang menghubungkan antar desa di
Sukamara, Samuda, Kuala Pembuang, dan Pagatan Mendawai. Sebagian
wilayah pesisir paling banyak menggunakan transportasi sungai dan laut.
besar, barang yang dibongkar untuk pelayaran luar negeri berlangsung di
Selanjutnya sarana perhubungan yang menghubungkan daerah pesisir ke
Pelabuhan Pulang Pisau. Demikian juga untuk bongkar barang pelayaran
kota-kota kecamatan dan kabupaten dapat menggunakan transportasi
dalam negeri sekitar 28% (193.777 ton) berlangsung di Pelabuhan Pulang Pisau.
sungai/laut dan transportasi darat (khususnya penduduk di pesisir Kecamatan
Kemudian diikuti oleh pelabuhan Sampit (175.803 ton atau 26%), Pelabuhan
Kumai, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Kecamatan Seruyan Hilir).
Kumai dan Pangkalan Bun masing-masing sekitar 18%. Untuk pelayaran rakyat,

Perhubungan Laut urutan volume barang yang dibongkar berada di Pelabuhan Kumai (40%),

Di seluruh wilayah pesisir di Propinsi Kalimantan Tengah perhubungan laut diikuti dengan pelabuhan Samuda (18%) dan Pelabuhan Sukamara (16%).

merupakan jalur transportasi utama yang menghubungkan desa-desa pesisir di Pemuatan barang pelayaran luar negeri sebagian besar berlangsung di

daerah ini. Pada umumnya jalur perhubungan laut menghubungkan desa- Pelabuhan Pangkalan Bun (sekitar 71% atau 273.317 ton), kemudian diikuti oleh

desa pesisir antar kecamatan, antar kabupaten dan antar daerah pesisir Pelabuhan Sampit (sekitar 19% atau 72.661 ton). Untuk pelayaran dalam negeri

dengan kota-kota di luar Propinsi Kalteng, seperti ke Pontianak, Banjarmasin sekitar 39% berlangsung di Pelabuhan Sampit, kemudian diikuti Pelabuhan

dan Pulau Jawa (Semarang dan Surabaya). Jalur perhubungan laut Pegatan Mendawai (13%) dan Pelabuhan Kuala Pembuang (13%). Untuk

dipusatkan di pelabuhan-pelabuhan sungai. Pelabuhan-pelabuhan tersebut pelayaran rakyat, sekitar 48% barang dimuat melalui Pelabuhan Kumai,

juga merupakan pusat perekonomian bagi daerah-daerah di sekitarnya. kemudian diikuti oleh Pelabuhan Palangka Raya (23%) dan Pelabuhan

Sehingga jika penduduk pesisir akan bepergian ke luar daerah harus menuju Pegatan Mendawai (15%). Dengan demikian terlihat peranan pelabuhan yang

pelabuhan tersebut dahulu. ada di Propinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut :
1. Pelabuhan Pangkalan Bun mempunyai peranan penting sebagai

Alat transportasi yang digunakan pada perhubungan laut ini pada umumnya pelabuhan ekspor untuk produk-produk hasil kehutanan di Propinsi

adalah perahu kelotok milik pribadi, sedangkan angkutan umum yang ada Kalimantan Tengah.

adalah speedboat, longboat dan kapal-kapal penumpang yang beroperasi 2. Pelabuhan Kumai merupakan pelabuhan yang penting untuk kegiatan

secara reguler. Umumnya pelabuhan-pelabuhan lokal berada jauh ke dalam bongkar muat barang bagi pelayaran rakyat.

sungai yang ada di daerah ini. Jarak antara daerah pesisir dengan pelabuhan- 3. Pelabuhan Sampit mempunyai peranan penting untuk bongkar muat

pelabuhan rata-rata 50 – 150 km. barang untuk pelayaran dalam negeri. Sedangkan untuk pelayaran luar
negeri, peranannya masih dibawah Pelabuhan Pulang Pisau dan
Pelabuhan Pangkalan Bun.

10-11
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

4. Pelabuhan Samuda mempunyai peranan yang cukup penting untuk Perhubungan laut dan sungai merupakan jalur transportasi utama yang
jenis pelayaran rakyat, namun baru terbatas pada pemasukan barang. menghubungkan kota-kota besar sampai desa-desa di seluruh wilayah pesisir
Propinsi Kalimantan Tengah. Pada umumnya pelabuhan-pelabuhan di propinsi
Konstruksi dermaga Pangkalan Bun terbuat dari kayu dengan kondisi baik. ini berada di sungai-sungai besar. Pelabuhan-pelabuhan tersebut juga
Sedangkan dermaga Kumai terbuat dari Beton dengan kondisi baik. Untuk merupakan pusat perekonomian bagi daerah-daerah di sekitarnya.
dermaga Pangkalan Bun perlu diupayakan peningkatan jenis konstruksi
pelabuhan untuk melayani kegiatan bongkar-muat barang bagi pelayaran Perhubungan Sungai
ekspor. Konstruksi dermaga Samuda terbuat dari kayu dengan kondisi kurang Pelabuhan air Kabupaten Kapuas berada di Kota Kuala Kapuas. Untuk menuju
baik. Sedangkan dermaga Sampit terbuat dari beton dengan kondisi baik. daerah pesisir digunakan angkutan sungai yang disebut taksi air dengan
Untuk dermaga Samuda perlu dilakukan upaya perbaikan/rehabilitasi kapasitas penumpang antara 20 – 50 orang. Selain itu, juga terdapat
secepatnya mungkin untuk melayani kegiatan bongkar barang bagi speedboat dan kelotok yang mampu mengangkut penumpang sebanyak 15
pelayaran rakyat. orang.

Jalur perhubungan sungai merupakan lalu lintas utama bagi penduduk di


wilayah pesisir untuk berhubungan dengan desa-desa tetangga, baik untuk
perhubungan lokal dan regional seperti antar desa dan kecamatan. Bagi
penduduk di daerah pesisir yang akan melakukan perjalanan antar
kabupaten, atau ke kota-kota besar lainnya di luar propinsi Kalimantan
Tengah, terlebih dahulu penduduk harus menuju ke pelabuhan-pelabuhan
yang terdapat di kota Kabupaten. Oleh karena pelabuhan kapal-kapal
penumpang hanya ada di dalam sungai.

Arti penting pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah merupakan pusat


perekonomian regional bagi daerah-daerah sekitarnya. Pasar di kota-kota
kabupaten ini menyediakan berbagai macam keperluan rumah tangga. Jenis-
jenis barang yang dijual daerah ini mulai kebutuhan sembako, alat-alat rumah
tangga, alat-alat elektronik, meubel, toko emas, rumah makan, dan
penginapan. Di pelabuhan terdapat pula biro-biro perjalanan laut dan darat.
Fasilitas penginapan di daerah ini berupa losmen dan hotel.
Gambar 10.3 Angkutan Barang Melalui Sungai Kapuas (Sumber: PPK-ITB, 2002)

10-12
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

penduduk di daerah ini dengan ‘taksi’. Angkutan umum tersebut biasanya


beroperasi antara jam 07.00 sampai dengan jam 15.00 WIB.
Selanjutnya penduduk wilayah pesisir yang ingin bepergian ke daerah
perkotaan, harus menggunakan transportasi laut dan sungai. Kemudian untuk
menuju kota-kota seperti Palangka Raya, Sampit, Kuala Kapuas, dan
Pangkalan Bun mempergunakan angkutan umum Bus.

Jalan darat di Kabupaten Kotawaringin Timur sudah dapat mencapai desa-


desa pesisir walaupun kondisi jalan masih berupa aspal kasar dan tanah keras.
Di daerah ini dilakukan pembangunan jalan, karena daerah ini diproyeksikan
sebagai kawasan pariwisata pantai. Untuk mencapai daerah ini terdapat
angkutan umum taksi dari kota Sampit.

Sampai bulan September 1999, panjang jalan di Propinsi Kalimantan Tengah,


menurut statusnya, mencapai 554.323,68 km yang terdiri atas :
Gambar 10.4 Transportasi Speed Boat oleh Penduduk Setempat
(Sumber: PPK-ITB, 2002) Jalan nasional : 1.737,570 km (0,30%).
Jalan propinsi : 523,510 km (0,09%).
Jalan Kabupaten : 551,971 km (99,61%).

Perhubungan Darat
Jalan nasional mencakup jalan lintas Kalimantan poros selatan yang
Akses perhubungan darat di wilayah pesisir yang menghubungkan desa-desa
menghubungkan batas Kalimantan Barat-Kudangan-Simpang Runtu-Sampit-
pesisir, hanya terdapat di Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat
Palngka Raya-Kuala Kapuas-batas Kalimantan Selatan dan Palangka Raya-
dan Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten
Tumbang Talaken-Tewah-Muara Teweh-Ampah-batas Kalimantan Selatan, dan
Kotawaringin Timur. Di wilayah ini jalan darat relatif sudah cukup baik. Jalan
Muara Teweh-Benangin-batas Kalimantan Timur.
darat di daerah tersebut merupakan jalan penghubung antar desa-desa
pesisir. Sedangkan di wilayah pesisir lainnya jalan darat belum dibangun. Di
beberapa tempat seperti Kecamatan Kapuas Kuala dan Kecamatan Jelai
sudah ada jalan darat berupa jalan tanah dan bergelombang, tetapi hanya
bisa dilalui oleh kendaraan bermotor roda dua. Angkutan umum menuju
daerah pesisir di kedua kecamatan adalah angkutan yang biasa disebut

10-13
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Pada masa mendatang, jalan propinsi yang akan ditingkatkan statusnya


menjadi jalan nasional adalah :
• Ruas Jalan Palangka Raya-Buntok-Ampah sepanjang 251,25 Km.
• Ruas Sampit-Samuda-Ujung Pandaran sepanjang 87,80 Km.
• Ruas Pangkalan Lima-Kumai sepanjang 12,0 Km.
Pada tahun 1998, JICA bekerjaama dengan Bappenas menyusun studi
perencanaan regional menyeluruh untuk Kalimantan Tengah-Barat. Studi ini
mengusulkan dan sekaligus merencanakan rute jalan di kawasan tengah dan
hulu untuk mengembangkan koridor pembangunan dataran tinggi dengan
tujuan : untuk menghubungkan daerah aliran sungai (DAS) yang berdekatan di
bagian tengah untuk meningkatakan integrasi ekonomi di dataran tinggi.
Jalan-jalan tersebut akan menjadi jalan utama untuk mengangkut hasil-hasil
Gambar 10.5 Kondisi Jalan di Asam Baru yang menghubungkan Sampit dan pertanian, terutama TBS kelapa sawit dari perkebunan ke pabrik CPO. Untuk
Pangkalan Bun (Sumber: PPK-ITB, 2002)
mengangkut CPO dari pabrik-pabrik CPO ke industri hilir produksi yang
berlokasi di Kumai.
Pembangunan jalan-jalan tersebut diperlukan karena masih kurang
berkembangnya daerah ini oleh kekuatan luar. Rute jalan yang diusulkan
adalah dari Nanga Bulik-Pungkut-Tumbang Sangai-Tumbang Samba-
Rabambang, dan selanjutnya menuju ke Teweh – batas Kalimantan Timur.

Usulan JICA dan Bappenas yang telah diadopsi oleh Pemerintahan Daerah
Kalimantan Tengah untuk rencana pengembangan wilayah pada masa
mendatang jelas mengubah rencana struktur jaringan jalan yang tertuang
dalam RTRWP. Sebagai antisipasi terhadap kecenderungan perubahan ini
maka direncanakan pembangunan jalan kabupaten yang menghubungkan
Tumbang Senamang dan Tumbang Manjul dengan Tumbang Sangai. Jalan
poros pada koridor pembangunan dataran tinggi membutuhkan standar jalan
Gambar 10.6 Kondisi Perbaikan Jalan yang Menghubungkan Desa Ujungpandaran yang tinggi karena akan digunakan oleh truk berat yang membawa hasil
dan Desa Sei Bakau (Sumber: PPK-ITB,2002)
pertanian, termasuk CPO ke industri di Kumai.

10-14
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Gambar 10.7 Pelabuhan Perahu Penyeberangan yang menghubungkan Desa Kuala


Pembuang Satu dengan Kota Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan Gambar 10.8 Kondisi Jalan Di Kalimantan Tengah
(Sumber: PPK-ITB, 2002) (Sumber: Dinas PU Propinsi Kalimantan tengah, 2002)

Jaringan Listrik dan Sarana Komunikasi


Akses perhubungan darat yang sudah ada untuk menghubungkan Kota Fasilitas jaringan listrik di daerah pesisir umumnya hanya dimiliki sebagian kecil
Palangka Raya dengan wilayah pesisir terutama adalah jalan-jalan yang penduduk. Sumber listrik yang dipergunakan umumnya berupa generator milik
menuju daerah desa-desa pesisir di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan pribadi yang disambungkan ke beberapa tetangganya. Fasilitas listrik ini sudah
Kotawaringin Timur dan desa-desa pesisir di Kecamatan Kumai Kabupaten dinikmati penduduk sejak pertengahan tahun 1980-an. Penduduk yang
Kotawaringin Barat. Sedangkan untuk menuju wilayah pesisir di lima kabupaten memiliki generator listrik, umumnya berasal dari kalangan ekonomi tergolong
lainnya hanya dapat dicapai dengan melalui transportasi sungai dan laut. cukup mampu.
Pada umumnya jalan darat menuju daerah pesisir hanya sampai di kota
Fasilitas listrik PLN di wilayah pesisir, hanya terdapat di Kecamatan Kumai
kabupaten atau kota kecamatan yang terdekat dengan daerah tersebut
Kabupaten Kotawaringin Barat. Fasilitas listrik mulai dinikmati penduduk daerah
(lihat Gambar 10.8 dan Peta Sarana Transportasi Propinsi Kalimantan Tengah).
ini sekitar awal tahun 1990-an. Hampir sebagian besar desa-desa pesisir di
kecamatan ini sudah menikmat fasilitas listrik.

10-15
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.5 Fasilitas Listrik, Telepon, Radio, dan Televisi di Kalimantan Tengah
(Sumber: Diolah dari Kabupaten Dalam Angka dan Kecamatan Dalam Angka, 2001)
Radio TV
Kabupaten Kecamatan Desa Telepon Listrik
(buah) (buah)
1. Kapuas Kapuas Kuala -Batanjung 273 36 - 30%
-Cemara Labat 236 24 - 40%
-Palampai 164 34 - 20%
2.Pulang Pisau Kahayan Kuala -Cemantan
-Kiapak
-Sei Rungun
3.Kotawaringin Mentaya Hilir Selatan -Ujung Pandaran 21 6 - 30%
Timur -Lampuyang 39 15 - 20%
4. Seruyan Seruyan Hilir -Kuala Pembuang II 210 45 - 40%
65 20 - 30%
-Sei Bakau
5. Katingan Katingan Kuala -Pegatan Hilir 320 25 -
6. Sukamara Jelai -Kuala Jelai - 50%
-Pulau Nibung - 30%
-Sungai Baru - 30%
-Sungai Bundung - 30%
-Sungai Raja 2723 320 - 30%
-Sungai Damar - 30%
-Sungai Tabuk - 30%
-Sungai Cabang Barat - 30%
-Sungai Pasir - 30%

7. Kotawaringin Barat Kumai -Sei Cabang Timur - 30%


-Teluk Pulai - 30%
-Kubu - 60%
-Sungai Bakau - 60%
-Teluk Bogam 4200 520 - 60%
-Keraya - 40%
-Sungai Bedaun - 30%

10-16
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

kota kecamatan atau kota-kota kabupaten. Secara umum tingkat pendidikan


penduduk di daerah pesisir relatif masih rendah, yaitu Sekolah Dasar dan
sebagian lainnya malah tidak menamatkan Sekolah Dasar.

Gambar 10.9 Pelabuhan Taxi Sungai (Speed Boat) di Kab. Kapuas


(Sumber: PPK-ITB, 2002)

Adanya fasilitas listrik tersebut, membuka peluang penduduk mampu untuk


memilik pesawat televisi. Pada Tabel 10.5 terlihat jumlah televisi yang dimiliki
Gambar 10.10 Bangunan Sekolah Dasar di Desa Sei Sekonyer, Tanjung Harapan,
penduduk di wilayah pesisir. Sebagian besar penduduk adalah memiliki radio. Kotawaringin Barat (Sumber: http://safier.studentenweb.org).
Sarana komunikasi lain dengan penduduk wilayah pesisir adalah pos surat dan
telepon. Fasilitas tersebut, terdapat di kota-kota kecamatan di wilayah mereka.

Tabel 10.6 menunjukkan fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah pesisir.


Pendidikan dan Kesehatan Pada umumnya terdapat Puskesmas Pembantu di hampir setiap desa.
Fasilitas pendidikan di daerah-daerah pesisir di Kalimantan Tengah pada Sedangkan Puskesmas, hanya terdapat di Desa Kuala Jelai Kecamatan Jelai
umumnya hanya Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, seperti terlihat Kabupaten Sukamara. Sebagian besar penduduk biasanya berobat ke dukun
dalam Tabel 10.6. Penduduk daerah pesisir yang akan melanjutkan pendidikan yang melakukan praktek pengobatan secara tradisional atau membeli obat-
ke tingkat Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas, harus ke kota- obatan di warung.
10-17
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Rumah sakit hanya terdapat di ibukota kabupaten, seperti di Kota Kuala


Kapuas, Sampit dan Pangkalan Bun. Akan tetapi, beberapa Puskesmas di
daerah pesisir menyediakan fasilitas rawat inap dengan kapasitas tempat tidur
dan prasarana terbatas. Khusus penduduk di daerah Kecamatan Kapuas
Kuala, jika memerlukan perawatan rumah sakit mereka cenderung pergi ke
kota Banjarmasin karena fasilitasnya relatif lebih lengkap dibandingkan kota
Kuala Kapuas.

Salah satu kebutuhan lain yang sangat diperlukan penduduk adalah


kebutuhan sarana air bersih. Pada umumnya kebutuhan air bersih penduduk
relatif sulit. Sebagian besar sumur di daerah pesisir airnya payau. Untuk
mendapatkan air bersih penduduk harus mengambilnya ke sebelah hulu
sungai-sungai yang ada di daerahnya. Kesulitan mendapatkan air bersih Gambar 10.12 Instalasi Sumur Pompa, Menara Penyaring Logam Berat, dan Tandon Air
Bersih untuk Keperluan Pabrik Es dan Masyarakat Sekitar PPI Kumai, dalam Kondisi
terutama dirasakan pada musim kemarau. Penduduk harus ke hulu, rata-rata Belum Difungsikan Sepenuhnya (Sumber: PPK-ITB, 2002)
jarak tempuhnya mencapai 4 – 5 jam.

Gambar 10.11 Salah Satu Tandon Air Bersih Penduduk Desa Lupak Dalam, Gambar 10.13 Proses Pembuatan Es di Pabrik Es Kompleks PPI Kumai
Kab. Kapuas (Sumber: PPK-ITB, 2002). (Sumber: PPK-ITB,2002)

10-18
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.6 Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan di Kalimantan Tengah


(Sumber: Diolah dari Kabupaten Dalam Angka dan Kecamatan Dalam Angka, 2001)

Kabupaten Kecamatan Pendidikan Kesehatan


Desa
SD SLTP Mibt Mts Puskesmas Pustu
1. Kapuas Kapuas Kuala -Batanjung Ada - Ada - - Ada
-Cemara Labat Ada - - - - Ada
-Palampai Ada - Ada - - Ada
2.Pulang Pisau Kahayan Kuala -Cemantan Ada - - - - -
-Kiapak Ada - - - - Ada
-Sei Rungun Ada - Ada - - -
3.Kotawaringin Timur Mentaya Hilir Selatan -Ujung Pandaran Ada - - - - Ada
-Lampuyang Ada - - - - Ada
4. Seruyan Seruyan Hilir -Kuala Pembuang II Ada Ada Ada - - Ada

-Sei Bakau Ada - Ada - - Ada

5. Katingan Katingan Kuala -Pegatan Hilir Ada - Ada - - Ada


6. Sukamara Jelai -Kuala Jelai Ada Ada Ada Ada Ada -
-Pulau Nibung Ada - - - - Ada
-Sungai Baru Ada - - - - -
-Sungai Bundung Ada - - - - Ada
-Sungai Raja Ada - - - - -
-Sungai Damar Ada - - - - Ada
-Sungai Tabuk Ada - - - - -
-Sungai Cabang Barat Ada - - - - Ada
-Sungai Pasir Ada - - - - Ada
7. Kotawaringin Barat Kumai -Sei Cabang Timur Ada - - - - Ada
-Teluk Pulai Ada - - - - Ada
-Kubu Ada - Ada - - Ada
-Sungai Bakau Ada - Ada - - Ada
-Teluk Bogam Ada - - - - Ada
-Keraya Ada - Ada Ada - Ada
-Sungai Bedaun Ada - - - - Ada

10-19
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

10.5 SUMBER PENGHIDUPAN PENDUDUK DI WILAYAH PESISIR KALIMANTAN TENGAH kentong), rempa kembong, sungkur, dll. Aktivitas nelayan melaut biasanya

Mata pencaharian utama penduduk di wilayah pesisir pada umumnya adalah pada bulan November hingga bulan Juni. Selanjutnya aktivitas di darat

nelayan laut. Kecuali di Desa Sungai Bakau Kecamatan Seruyan Hilir mata dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus.

pencaharian utamanya adalah sebagai pencari kayu (membatang).


Sedangkan mata pencaharian tambahannya adalah sebagai petani sawah,
Sumberdaya hayati dominan ditangkap nelayan adalah udang. Musim udang
berkebun, kerajinan ikan asin, kerajinan terasi, kerajinan udang ebi, nelayan
terutama pada bulan September hingga bulan Oktober. Musim paceklik bagi
darat, mengumpulkan kulit kayu gembor (menggembor), menebang kayu
para nelayan adalah bulan Januari hingga Februari. Bulan Oktober –
(membatang), mengumpulkan getah jelutung, dan mendulang emas (lihat
Desember merupakan musim ikan kembung. Tetapi tidak setiap tahun jenis
Tabel 10.9). Nelayan laut di kawasan pesisir Kalimantan Tengah dapat
ikan tersebut terdapat melimpah di perairan.
dikategorikan kedalam dua kategori yaitu: nelayan pesisir dan nelayan laut
lepas. Pada umumnya (lihat Tabel 10.9) nelayan laut lepas dan pesisir yang
ada di kawasan pesisir Kalimantan Tengah menggunakan alat-alat tangkap Para nelayan yang menggunakan alat tangkap Lempara Dasar, relatif tidak

yang masih sederhana, jukung, dan perahu motor dengan kapasitas mesin mengenal musim dalam melaut. Para nelayan, kapan saja dapat melaut.

tempel 12-20 pk. Ukuran perahu umumnya dibawah 5 GT (Gross Ton/bobot Meskipun saat musim angin kencang, alat ini dapat digunakan. Sebaliknya alat

kapal) dan hanya sebagian kecil yang memiliki perahu ukuran 5 - 10 GT. tangkap sungkur, pada musim angin kencang tidak dapat digunakan.

Nelayan laut lepas mempunyai kemampuan melaut sejauh diatas 4 mil dari Berdasarkan keterangan penduduk dan laporan hasil penelitian Lembaga

pantai. Sedangkan nelayan pesisir menangkap ikan di perairan pantai kurang Penelitian Universitas Palangkaraya, rata-rata penghasilan nelayan yang

dari 4 mil. Nelayan pesisir yang tidak memiliki perahu, mencari ikan dengan mempergunakan alat tangkap lampara adalah sebesar Rp 100.000,- sampai

menggunakan jaring tarik. Kedua tipe nelayan laut tersebut memiliki dengan Rp 150.000,- per hari, sedangkan dengan alat sungkur hanya

perbedaan waktu beraktivitas. Nelayan pesisir umumnya bekerja dari jam 05.00 mencapai penghasilan setengahnya per hari.

sampai dengan jam 17.00 WIB. Sedangkan nelayan laut lepas, bekerja 3-6 hari
di laut lepas. Biasanya dalam satu bulan rata-rata nelayan bekerja di laut
ada awal pengoperasian alat Lempara dasar tahun 1996, dikalangan
selama 20 hari.
tetua/tokoh nelayan pengguna alat Lempara dasar dan tetua nelayan
pemakai rempa kantong merumuskan tentang kesepakatan wilayah
Ada berbagai jenis alat tangkap yang dipergunakan nelayan untuk
pengoperasian alat Lempara dasar. Pada waktu itu disepakati bahwa
menangkap ikan. Sebagian diantaranya tergolong sederhana dengan nama
pengoperasian alat Lempara dasar, yaitu daerah Sungai Patin ke arah Barat.
lokal yang tidak dipergunakan dalam statistik perikanan yang dibuat oleh
Dibawah wilayah itu merupakan wilayah nelayan pemakai rempa kantong
Dinas Perikanan setempat. Pada umumnya para nelayan menggunakan alat
(trommel net). Sejak tahun 2000 kesepakatan tersebut dilanggar. Pelanggaran
tangkap dan perahu sederhana seperti: rawai, rengge, jaring kantong (rempa
10-20
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

terjadi karena di wilayah yang telah disepakati tangkapan udang mulai


berkurang, sehingga mereka mulai memasuki wilayah nelayan rempa kantong.
Reaksi timbul dari nelayan rempa kantong, karena kelompok operasinya
dimasuki nelayan lain. Para nelayan khawatir, pada saat musim nelayan
rempa kantong beroperasi, tangkapan udang mereka akan berkurang.
Penggunaan teknologi dengan Lempara, jenis udang-udang kecil pun akan
tereksploitasi. Dinas Perikanan dan Polisi Airud pernah memusyawarahkan
mengenai persoalan ini. Tetapi, karena sulitnya pengawasan di laut
pelanggaran tetap terjadi. Sehingga potensi konflik semakin berkembang.
Faktor lain yang mempengaruhi berkembangnya masalah ini, adalah
kedudukan tokoh nelayan yang terlibat dalam kesepakatan, tidak melaut lagi
atau sudah tua. Para nelayan muda umumnya tidak memperhitungkan lagi
kedudukan mantan tokoh nelayan tersebut. Gambar 10.15 Udang Kupas Kering Sebagai Komoditi Unggulan Masyarakat di Desa
Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan (Sumber: PPK-ITB, 2002)

Gambar 10.14 Bahan Baku Minyak Kopra Hasil Kebun-Kebun Kelapa Masyarakat di Gambar 10.16 Bahan Baku Terasi Yang Sebagai Pemanfaatan Lain Dari Udang-udang
Wilayah Pesisir (Sumber: PPK-ITB, 2002) Kecil Yang Semula Kurang Ekonomis (Sumber: PPK-ITB, 2002)

10-21
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.7 Jenis dan Jumlah Perahu Nelayan di Wilayah Pesisir di Kalimantan Tengah
(Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2001)
Motor Kapal
Kabupaten Kecamatan Desa Jukung Kelotok Tempel Motor Jumlah

1.Batanjung 419 239 - - 658


1. Kapuas -Kapuas Kuala 2.Cemara Labat 321 198 - - 519
3.Palampai 127 96 - - 223
Sub.Total : 867 533 - - 1,400
1.Cemantan 159 168 - 10 337
2.Kiapak 50 82 - 4 136
2.Pulang Pisau Kahayan Kuala
3. Sei Pudak 132 168 1 12 313
4.P.Sebangau 370 576 25 42 1,013
Sub.Total : 711 994 26 68 1,799
1.Ujung Pandaran 21 31 - 189 241
Mentaya Hilir Selatan
3.Kotawaringin Timur
2.Lampuyang 25 38
Pulau Hanaut 1.Bapinang Hilir Laut 16 98 76 174
Sub.Total : 62 167 - 265 494
1.Kuala Pembuang II 12 335 332 679
4. Seruyan Seruyan Hilir
2.Sei Bakau
Sub.Total : 12 335 - 332 679
5. Katingan Katingan Kuala 1.Pegatan Hilir 84 5 16
Sub.Total : 84 5 - 16 -
6. Sukamara *) Jelai 1.Kuala Jelai
2.Pulau Nibung
3.Sungai Baru
4.Sungai Bundung
5.Sungai Raja
6.Sungai Damar
7.Sungai Tabuk
8.Sungai Cabang Barat
9.Sungai Pasir
Sub.Total :
Kumai 1.Sei Cabang Timur
2.Teluk Pulai
3.Kubu
7. Kotawaringin Barat *)
4.Sungai Bakau
5.Teluk Bogam
6.Keraya
7.Sungai Bedaun
Arut Selatan 1.Tanjung Putri
Sub.Total :
TOTAL :
Ket : *) Tidak Ada Data

10-22
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Kebutuhan alat menangkap ikan dan peralatan mesin, diperoleh nelayan menjadi komoditas unggulan nelayan di daerah ini adalah udang. Jenis udang
pesisir di kota kecamatan atau kota kabupaten. Khusus penduduk Kecamatan yang ditangkap adalah udang indomanis, udang putih, dan udang brown.
Kapuas Kuala, membeli peralatan tersebut ke Banjarmasin atau Kuala Kapuas. Sedangkan jenis tangkapan ikannya seperti: kembung, otek, pari, patin laut,
Penjual lokal yang menyediakan peralatan nelayan sesuai dengan pesanan hiu, senangin, layur, kakap, kidar, kurau, puput, pirang-pirang, belanak,
terdapat di beberapa desa pesisir. bandeng, selungsungan, telang, dll. Pusat pemasaran udang di wilayah pesisir

Alat tangkap jenis bahan Lempara jaringnya dibeli di Banjarmasin, sedangkan Kalimantan Tengah terdapat di Kecamatan Kumai. Di daerah ini terdapat

pembuatan jaring Lempara dikerjakan penduduk daerah Alu-Alu di Kalsel. perusahaan besar yang menampung udang dari para nelayan untuk diekspor

Jarak dari Kapuas Kuala ke Alu-alu sekitar dua jam menggunakan kelotok. ke luar negeri.

Harga alat Lempara termasuk mesin penarik sekitar Rp. 7.000.000,00 sedangkan Penduduk Desa Kubu Kecamatan Kumai dan desa Sungai Bakau Kecamatan
jaring Lempara-nya saja sekitar Rp 1.250.000,00. Seruyan Hilir, saat maraknya penebangan kayu ramin pada tahun 1990-an di

Kebutuhan operasi nelayan seperti garam, BBM, jaring, dan sebagainya dalam kawasan taman nasional hampir seluruh penduduknya terlibat sebagai

tersedia di toko-toko di desa-desa pesisir. Barang-barang tersebut diperoleh penebang maupun penampung. Para nelayan berhenti menangkap ikan, dan

pemilik toko dari pedagang-pedagang besar asal Pulau Jawa. Biasanya mengoperasikan perahunya untuk menarik rakit kayu. Kegiatan tersebut

pedagang asal Jawa yang datang ke Kuala Pembuang membawa barang- memberikan penghasilan lebih tinggi dibandingkan dengan menangkap ikan.

barang tersebut, selanjutnya ketika pulang mereka membawa hasil ikan dan
udang segar atau sudah diolah menjadi ikan asin atau udang kering. Potensi perikanan tangkap di daerah pesisir Kalteng adalah dari sungai dan
rawa-rawa dengan membuat kolam tradisional (Beje). Jenis ikan nelayan darat
Para nelayan pesisir Kalimantan Tengah berasal dari Banjarmasin, Jawa, dan
ini adalah: udang galah, gabus, kesung, patin, papuyu hitam, papuyu kuning,
Indramayu. Mereka pada umumnya nelayan yang datang ke wilayah ini
biawan, pentet, kepiting. Peralatan tangkap yang digunakan adalah raway,
hanya untuk mencari ikan dan tidak tinggal tetap di daerah ini. Para nelayan
bubu, dan jaring insang.
luar tersebut merupakan nelayan laut lepas. Hasil tangkapan umumnya
dipasarkan di daerah asalnya, karena harganya relatif lebih tinggi Pembuatan kolam Beje terutama dikembangkan penduduk di Kecamatan

dibandingkan pemasaran di wilayah Kalimantan Tengah. Kapuas Kuala dan Kecamatan Kahayan Kuala. Penangkapan ikan di sungai
merupakan mata pencaharian sampingan bagi nelayan laut yang
Sistem pemasaran hasil yang dilakukan para nelayan adalah :1) Menjual ke
mempergunakan alat tradisional seperti sungkur. Penggunaan alat sungkur
bandar lokal; 2) Menjual ke bandar di laut pesisir; 3) Menjual ke bandar luar di
hanya dilakukan pada musim angin teduh. Mata pencaharian sampingan ini
pantai. Penjualan di tengah laut biasanya dilakukan oleh para nelayan yang
perlu dilakukan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga para nelayan.
tidak memiliki persediaan es balok, sehingga mereka harus cepat-cepat
menjualnya agar ikan masih dalam keadaan segar. Jenis tangkapan laut yang
10-23
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Sedangkan, sistem penangkapan ikan dengan mempergunakan kolam Beje Pembuatan tambak-tambak oleh pengusaha dari luar menimbulkan
dilakukan pada musim penghujan dan dipanen pada musim kemarau. kecemburuan di antara penduduk desa. Ulah pengusaha mendatangkan

Kolam Beje di rawa-rawa ditandai batas-batas kepemilikan yang jelas. pekerja dari Jawa dianggap tidak berbagi kepentingan ekonomi bersama dan

Kepemilikan diturunkan ke anak cucunya. Sistem penangkapan Beje sudah membiarkan penduduk pesisir hanya menjadi penonton. Pejabat-pejabat desa

dikenal sejak dulu. Jenis ikan yang ditangkap seperti: betutu, pepuyuh, betok, wilayah pesisir mengaku wilayahnya punya potensi yang baik untuk usaha

gabus, aruan, sepat. Luas kolam Beje umumnya, lebar 10 depa, sedangkan tambak, tapi mengaku tidak punya keahlian dan dana untuk memulainya.

panjangnya mencapai 200 meter (per orang). Sistem penangkapan kolam Di desa Kecamatan Kuala Pembuang terdapat lahan tambak yang sudah
Beje berkurang akibat Proyek Lahan Gambut (PLG), pada tahun 1996. Proyek digarap selama 3 tahun. Sumber air laut untuk lokasi tambak diambil dengan
tersebut menyebabkan rawa-rawa menjadi kering dan lahan milik penduduk mengandalkan pasang surut air laut. Pada saat air laut pasang pintu penutup
berkurang. saluran dibuka, sehingga air laut dapat masuk ke dalam tambak. Setelah air
laut dianggap cukup menggenangi tambak, pintu saluran irigasi tambak

Tabel 10.8. Produksi Perikanan di Kawasan Pesisir Kalteng Tahun 2001 ditutup kembali. Petambak di daerah ini merupakan penduduk pendatang
(Satuan dalam Ton) (Sumber: Kabupaten Dalam Angka, 2001) dari Jawa yang sudah lama menetap di Kuala Pembuang. Pengusaha tambak
Darat
Kabupaten Kecamatan Laut Jumlah
Sungai Rawa Danau di daerah ini mempunyai pengalaman menambak di Kuala Jelai Kecamatan
1. Kapuas - Kapuas Kuala 621,07 504,31 602,09 4.677,88 6.405,35
Jelai.
2.Pulang Pisau - Kahayan Kuala 892,07 725,14 865,71 7.344,33 9.827,25
3.Kotawaringin - Pulau Hanaut 9,8 - - 10.474,20 10.484,00
Timur
Pada awalnya usaha pembukaan tambak oleh para pendatang tersebut
- Mentaya Hilir Selatan 36,2 - - 8.942,60 8.978,80
4. Seruyan - Seruyan Hilir 301,9 176,60 1.116,70 9.248,90 10.844,10 dianggap sebelah mata oleh para penduduk lokal. Namun, setelah melihat
5. Katingan - Katingan Kuala 918 5.662,10 - 985,70 7.565,80
6. Sukamara - Jelai 44,2 234,90 - 6.258,50 6.537,60 sistem tambak mampu mendatangkan hasil, penduduk lokal tertarik untuk
7. Kotawaringin - Kumai 0 98,00 - 8.963,40 9.061,40
membuat tambak di daerahnya. Pemasaran hasil tambak udang, dilakukan ke
Barat - Arut Selatan 382 34,70 310,20 726,90
Surabaya atau Semarang.
Jumlah : 3.205,24 7.435,75 2.584,50 57.205,71 70.431,20

Jenis mata pencaharian sampingan lain yang banyak digeluti penduduk pesisir
adalah sektor pertanian. Baik pertanian lahan basah (sawah) maupun lahan
Tambak udang/bandeng merupakan salah satu jenis teknologi yang relatif
darat, seperti penanaman sayuran dan palawija, seperti: labu, singkong, dll.
baru dikenal penduduk di wilayah pesisir Kalimantan Tengah. Sistem tambak ini
Khususnya di Kecamatan Kahayan Kuala dan Kapuas Kuala sebagian
baru dikenal kurang lebih 3-6 tahun. Kecamatan Jelai merupakan daerah
penduduk sudah menanam jenis buah-buahan seperti: semangka. Sedangkan
yang pertama kali mengembangkan sistem pertambakan. Pengusaha dan
pada umumnya pertanian lahan darat di wilayah pesisir Kalimantan Tengah
buruh tambak udang, umumnya dari Jawa.
ditanami pohon kelapa.

10-24
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Lahan sawah di daerah ini pada umumnya hanya dapat ditanami padi satu Menurut keterangan pemilik toko di daerah pesisir (Kecamatan Seruyan Hilir,
tahun sekali. Waktu masa tanam pada bulan november-desember, dengan Mentaya Hilir Selatan, dan Kapuas Kuala), banyaknya orang Madura yang
masa panen 5 – 6 bulan. Varietas tanaman padi yang ditanami petani adalah pergi cukup berpengaruh terhadap penurunan aktivitas perdagangan yang
jenis varietas lokal. Hasil panen padi pada umumnya digunakan untuk ada di daerah tersebut. Hal ini disebabkan selama ini orang-orang Madura
keperluan subsisten, hanya sebagian kecil saja yang dijual. Aktivitas pertanian inilah yang banyak menjadi pedagang perantara untuk menyalurkan produksi
biasanya dilakukan pada saat musim angin kencang, yaitu waktu para dari dan ke pulau Jawa. Aktivitas perdagangan antar pulau pasca kerusuhan
nelayan tradisional pada musim ini tidak melaut. mulai diminati oleh penduduk lokal (orang Banjar) dan orang Jawa yang telah

Tipe lahan sawah yang ada di daerah pesisir yaitu sawah rawa dan sawah lama bermukim di Kalimantan Tengah. Di kecamatan-kecamatan pesisir

pasang surut. Pada lahan sawah pasang surut, pengairan sangat tergantung lainnya, migrasi besar-besaran orang Madura ke luar Kalimantan Tengah relatif

pada air sungai yang relatif besar yaitu pada musim penghujan. Di setiap tidak terjadi. Karena penduduk lokal di daerah ini relatif tidak

desa-desa pesisir terdapat lahan sawah, dengan luasan yang berbeda-beda mempermasalahkan keberadaan orang Madura di daerahnya.

di setiap desanya.

Sumber matapencaharian lainnya yang juga digeluti penduduk pesisir adalah

Jenis mata pencaharian lain yang digeluti penduduk pesisir adalah pengambilan hasil hutan dan kerajinan. Pengumpulan hasil hutan musiman

perdagangan. Jenis perdagangan di daerah pesisir adalah warung, toko BBM yang dilakukan penduduk berupa penebangan kayu dan pengumpulan kulit

(Bahan Bakar Minyak), bandar ikan dan bandar hasil pertanian. Meskipun kayu ‘gembor’ (untuk bahan baku pabrik obat nyamuk bakar). Pengumpulan

jumlah berbagai perdagangan tersebut di masing-masing desa relatif masih kulit kayu gembor yang dilakukan penduduk secara musiman terdapat di

sedikit, namun peran pedagang cukup penting sebagai penyalur produksi Kecamatan Kumai dan Kecamatan Jelai.

desa dan penyedia kebutuhan warga desa. Warung-warung setempat


biasanya menjual berbagai barang seperti sabun cuci, sabun mandi, obat- Adanya potensi tumbuhan Nipah yang ada di rawa-rawa merupakan sumber
obatan, makanan kering (snack) untuk anak kecil dan sejenisnya. Sedangkan bahan baku bagi pembuatan kerajinan atap rumah (mengatap). Kerajinan
toko BBM, selain menyediakan bahan bakar bagi kebutuhan rumah tangga pembuatan atap rumah ini biasanya dilakukan oleh kaum wanita yang ada di
dan kebutuhan nelayan, juga menyediakan garam untuk pengawet ikan dan daerah pesisir. Selain mengatap, kerajinan yang biasanya dilakukan oleh para
alat-alat yang dibutuhkan nelayan. wanita adalah pembuatan ikan asin, pembuatan udang kering (ebi), dan
pembuatan terasi. Khususnya di daerah Kuala Pembuang terdapat pengrajin
krupuk udang/ikan disebut juga krupuk pupuh. Jenis makanan ini sudah
Pada umumnya pedagang adalah pengusaha etnis Madura dan Banjar.
menjadi ciri khas makanan di Kalimantan Tengah.
Terjadinya kerusuhan antar etnis di daerah Sampit dan sekitarnya,
menyebabkan orang Madura harus meninggalkan tempat tinggalnya.
10-25
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.9 Mata Pencaharian Utama dan Tambahan Di Desa-Desa Wilayah Pesisir Kalimantan Tengah
(Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2001 dan Hasil Observasi Lapangan 2002)

Mata Pencaharian
Kabupaten Kecamatan Desa
Utama Tambahan
1. Batanjung 1.Nelayan pesisir 1. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
2. Cemara Labat 2.Nelayan pesisir Ebi, Kolam Ikan/Tatah.
3. Palampai 3.Nelayan pesisir 2. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
1. Kapuas Kapuas Kuala
Ebi, Kolam Ikan, tambak kepiting.
3. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
Ebi, Kolam Ikan.
1.Cemantan 1. Nelayan pesisir 1. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
Ebi, Kolam Ikan,buruh pabrik kayu, Tambak kepiting.
2.Pulang Pisau 2. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
Kahayan Kuala 2.Kiapak 2. Nelayan pesisir Ebi, Kolam Ikan, tambak kepiting.
3. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
Ebi, Kolam Ikan.
3.Sei Rungun 3. Nelayan pesisir
1. Ujung Pandaran 1.Nelayan pesisir 1. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kolam Ikan,
dan laut lepas menebang kayu.
Mentaya Hilir Selatan 2. Lampuyang 2.Nelayan pesisir 2. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
dan laut lepas Ebi, Kolam Ikan, Petani tambak.
3.Kotawaringin Timur

Pulau Hanaut 1. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kolam


Bapinang Hilir Laut Nelayan Pesisir ikan, menebang kayu

1.Kuala Pembuang II 1.Nelayan pesisir 1. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
Ebi, Kolam Ikan, Tambak udang, ubur-ubur
4. Seruyan Seruyan Hilir 2. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan
2.Sei Bakau 2.Nelayan pesisir Ebi, Kolam Ikan, tambak udang, menebang kayu.
dan penebang kayu
-Pegatan Hilir - Nelayan pesisir - Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kerajinan Ebi,
5. Katingan Katingan Kuala
Kolam Ikan,
1.Kuala Jelai 1.Nelayan laut 1 s/d 9. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin,
2.Pulau Nibung 2. Nelayan laut Kerajinan Ebi, Kolam Ikan, tambak udang, menebang
3.Sungai Baru 3. Nelayan laut kayu, pengumpul gembor, pengumpul jelutung.
4.Sungai Bundung 4. Nelayan laut
6. Sukamara Jelai 5.Sungai Raja 5. Nelayan laut
6.Sungai Damar 6. Nelayan laut
7.Sungai Tabuk 7. Nelayan laut
8.Sungai Cabang Barat 8.Nelayan laut
9.Sungai Pasir 9. Nelayan laut
Kumai 1.Sei Cabang Timur 1.Nelayan pesisir dan laut lepas 1 s/d 6. Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin,
2.Teluk Pulai 2. Nelayan pesisir dan laut lepas Kerajinan Ebi, Kolam Ikan, tambak udang, menebang
3.Kubu 3. Nelayan pesisir dan laut lepas kayu, pengumpul gembor, pengumpul jelutung.
4.Sungai Bakau 4. Nelayan pesisir dan laut lepas
7. Kotawaringin Barat
5.Teluk Bogam 5. Nelayan laut
6.Keraya 6. Nelayan laut
Petani, Nelayan Darat, Kerajinan Ikan asin, Kolam ikan,
Arut Selatan Tanjung Putri Nelayan Pesisir menebang kayu, pengumpul gembor

10-26
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Tabel 10.10 Kelompok Etnis dan Jenis Pekerjaannya Di Desa-Desa Wilayah Pesisir Kalimantan Tengah
(Sumber: Diolah Dari Kabupaten dan Kecamatan Dalam Angka Tahun 2001 dan Observasi lapangan)

Kabupaten Kecamatan Desa Etnis Jenis Pekerjaan

-Batanjung 1. Banjar 1. Nelayan Laut, Pedagang, Petani


-Cemara Labat 2. Dayak 2. Nelayan Darat, Petani
1. Kapuas Kapuas Kuala -Palampai 3. Bugis 3. Nelayan Laut
4. Jawa 4. Petani
5. Sunda 5. Nelayan Laut
2.Pulang Pisau -Cemantan 1. Banjar 1. Nelayan Laut, Pedagang, Petani
-Kiapak 2. Dayak 2. Nelayan Darat, Petani
Kahayan Kuala
-Sei Rungun 3. Bugis 3. Nelayan Laut
4. Jawa 4. Petani
Mentaya Hilir Selatan -Ujung Pandaran 1. Banjar 1. Nelayan Laut, Pedagang, Petani
-Lampuyang 2. Bugis 2. Nelayan Laut
3. Jawa 3. Nelayan Laut
4. Madura 4. Pedagang, Petani
3.Kotawaringin Timur
Pulau Hanaut Bapinang Hilir Laut 1. Banjar 1. Nelayan Laut, Pedagang, Petani
2. Bugis 2. Nelayan Laut
3. Jawa 3. Nelayan Laut
4. Madura 4. Pedagang, Petani
-Kuala Pembuang II 1. Banjar 1. Nelayan Laut, Pedagang, Petani
2. Mendawai 2. Nelayan Laut, Petani
4. Seruyan Seruyan Hilir -Sei Bakau 3. Bugis 3. Nelayan Laut
4. Jawa 4. Petani
5. Madura 5. Pedagang, Petani
-Pegatan Hilir 1. Banjar 1. Nelayan Laut, Pedagang, Petani
5. Katingan Katingan kuala 2. Bugis 2. Nelayan Laut
3. Jawa 3. Nelayan Laut, Petani
-Kuala Jelai 1. Mendawai 1. Nelayan laut, Nelayan Darat,
-Pulau Nibung 2. Bugis Petani.
-Sungai Baru 3. Banjar 2. Nelayan laut
-Sungai Bundung 4. Jawa 3. Nelayan laut, Pedagang, Bandar Ikan
-Sungai Raja 5.Madura 4. Petani Tambak
6. Sukamara Jelai
-Sungai Damar 5. Pedagang, Petani, Bandar Ikan
-Sungai Tabuk
-Sungai Cabang Barat
-Sungai Pasir

-Sei Cabang 1. Mendawai 1. Nelayan laut, Nelayan Darat, Petani.


Timur 2. Bugis 2. Nelayan laut
-Teluk Pulai 3. Banjar 3. Nelayan laut, Pedagang, Bandar Ikan
-Kubu 4. Jawa 4. Petani Tambak, Nelayan Laut
-Sungai Bakau 5. Madura 5. Pedagang, Petani, Bandar Ikan
Kumai
-Teluk Bogam 6. Sunda 6. Nelayan Laut, Guru
-Keraya
7. Kotawaringin Barat
1. Nelayan laut, Nelayan Darat,
Arut Selatan
Tanjung Putri 1. Mendawai Petani.
2. Bugis 2. Nelayan laut
3. Banjar 3. Nelayan laut, Pedagang, Bandar
4. Jawa Ikan
5. Madura 4. Petani Tambak, Nelayan Laut
5. Pedagang, Petani, Bandar Ikan

10-27
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

10.6 STRUKTUR DAN ORGANISASI SOSIAL MASYARAKAT PESISIR dan cukup dekat dengan warga desa lainnya, maka kemungkinan besar yang

Karakteristik masyarakat di wilayah Kalimantan Tengah didominasi penduduk bersangkutan mendapat dukungan yang besar dari warga.

asli suku Melayu dan Dayak Mendawai. Sejak memeluk Islam orang Mendawai Sistem pemerintahan desa yang diberlakukan oleh pemerintah telah

tidak lagi mengaku sebagai Dayak tapi mereka mengidentifikasikan diri mendesak sistem pemerintahan tradisional atau adat. Sehingga, di desa-desa

sebagai Melayu. Bagi mereka, sebutan Dayak identik dengan orang hulu yang dijadikan lokasi penelitian sistem pemerintahan berdasarkan adat sudah

yang beragama Kristen atau penganut sistem kepercayaan tradisional tidak ada lagi. Namun demikian dalam kehidupan masyarakat desa selalu

Kaharingan. Selain suku asli, penduduk juga berasal dari berbagai daerah lain muncul tokoh-tokoh informal yang cukup dihormati dan sering dimintai

seperti Jawa, Madura dan Bugis dalam jumlah kecil dan sudah dianggap pendapat jika dalam masyarakat muncul permasalahan. Pemimpin informal ini

sebagai penduduk asli, karena sudah beberapa generasi tinggal di wilayah biasanya orang yang mempunyai wawasan cukup luas seperti guru dan para

tersebut. orang tua yang mempunyai banyak pengalaman, orang yang mempunyai
pengetahuan dalam bidang agama dan dukun yang dianggap mempunyai
Dominasi kehidupan sosial yang dicirikan dengan kebudayaan Mendawai
kemampuan dalam pengobatan. Selain itu orang kaya juga sering muncul
terdapat di daerah Kecamatan Kumai dan Kecamatan Jelai. Sedangkan
sebagai tokoh informal dalam masyarakat, karena dengan kekayaannya
pada umumnya pengaruh kehidupan melayu Banjar sangat terlihat di wilayah
tersebut bisa memberikan lapangan kerja pada penduduk desa lainnya.
pesisir Kalimantan Tengah.
Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang tersebut diatas mempunyai posisi
khusus dalam masyarakat.
Sejak diberlakukannya sistem pemerintahan desa oleh pemerintah, maka
jabatan kepala desa dipilih melalui pemungutan suara. Mulai tahun 1995
Pengelompokkan masyarakat berdasarkan teknologi penangkapan ikan
pemilihan kepala desa dilakukan setiap lima tahun sekali dan dapat dipilih
terdapat pada masyarakat pesisir di daerah ini. Seperti terbentuk kelompok-
kembali bila sudah selesai masa jabatannya. Kepala desa (Pembekal) inilah
kelompok nelayan pemakai alat Sungkur, kelompok pemakai alat Lempara
yang menjalankan roda pemerintahan di tingkat pemerintahan paling bawah.
Dasar, dan kelompok petani tambak. Masing-masing kelompok biasanya
Penduduk satu desa umumnya mempunyai hubungan kerabat satu dengan mempunyai tokoh yang dituakan oleh anggotanya. Tokoh-tokoh inilah yang
yang lain. Diantara mereka sering terjadi perkawinan antar saudara, meskipun biasanya berhubungan jika terjadi permasalahan antar kelompok. Namun,
demikian tidak tertutup kemungkinan melakukan perkawinan dengan orang demikian terjadinya pengelompokan tersebut tidak berpengaruh terhadap
luar atau pendatang. Kedekatan hubungan keluarga ini juga sering menjadi struktur sosial yang ada.
latar belakang atau alasan untuk mendukung salah satu calon kepala desa.
Bila seorang calon kepala desa mempunyai hubungan keluarga yang kuat

10-28
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

11.1 BUDIDAYA PERIKANAN Pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kalimantan Tengah diperlihatkan
Kawasan budidaya di wilayah pesisir dan laut merupakan lokasi yang pada Tabel 11.1.
dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan produksi. Pada dasarnya kawasan
budidaya ini terwujud dalam bentuk pengembangan usaha pertambakan air
payau (udang dan bandeng), budidaya sungai (keramba) dan budidaya Tabel 11.1 Pemanfaatan Lahan Tambak (Sumber: diolah dari berbagai sumber)

rawa (kolam). Pemanfaatan potensi wilayah pesisir dan laut untuk budidaya di No Kecamatan/Kabupaten Pemanfaatan Keterangan Potensi Lahan
Tambak Sebelum
Kalimantan Tengah bisa dikatakan relatif masih rendah, dan sedang dalam (Status Setelah (hektar)
Pemekaran
Pemekaran)
rencana perluasan.
1 Kec. Jelai (Kab. 336,5 54.000 ha
Sukamara) (Kab. Kotawaringin Barat)
2 Kec. Arut Selatan (Kab. 70
Khususnya di wilayah Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau terdapat budidaya Kotawaringin Barat)
rawa (kolam) tradisional Beje, yaitu sistem budidaya kolam yang awalnya 3 Kec. Kumai (Kab. 293,5
Kotawaringin Barat)
mengandalkan saluran penjebak ikan pada saat air pasang, kemudian ikan 4 Kec. Seruyan Hilir (Kab. 36 21.790 ha
Seruyan) (Kab. Kotawaringin Barat)
yang terjebak tersebut bisa dipanen secara langsung, dan ada yang
5 Kec. Mentaya Hilir Selatan 30
dipelihara dahulu hingga 3 – 4 bulan. (Kab. Kotawaringin Timur)
6 Kec. Pulau Hanaut (Kab. 70
Kotawaringin Timur)
Jenis-jenis ikan diperairan umum antara lain Jelawat (Leptobarbus sp), Tapah 7 Kec. Kahayan Kuala (Kab. - 12.430 ha
Kapuas) (Kab. Kapuas)
(Wallago sp), Kelabau (Osteochilus sp), Lais (Cryptopterus sp), Gabus (Chana 8. Kec. Kapuas Kuala (Kab. -
Pulang Pisau)
sp), Seluang (Rasbora sp), Baung (Macrones sp), Tabakan (Helostoma sp), dan
masih banyak lagi yang merupakan ikan alami perairan air tawar di
Kalimantan Tengah. Sedangkan beberapa jenis merupakan ikan introduksi
Dari Tabel 11.1 dapat disimpulkan bahwa potensi tambak paling luas terdapat
seperti ikan mas (Crypinus Carpio), Nila (Tilapia sp), Nila Merah (Oreochronis
pada Kabupaten Kotawaringin Barat sebelum pemekaran. Dan secara umum
nilotilus), dan Patin (Pangasius sp). Terdapat pula jenis ikan di perairan tawar
tingkat pemanfaatan potensi tersebut masih sangat rendah, bahkan di
seperti arwana dan botia serta jenis non-ikan yaitu labi-labi.

11-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Kabupaten Kapuas dan Kab. Pulang Pisau (status setelah pemekaran) belum
dimanfaatkan sama sekali.

Di Kabupaten Kotawaringin Barat, terdapat pembenihan ikan di Balai Benih


Ikan/Udang/Bandeng (BBUB) untuk penyediaan benur/nener bagi petani ikan
yang berkualitas baik dan terus-menerus, sehingga tidak perlu lagi
mendatangkan dari luar daerah. Pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) akan
diarahkan pada rekayasa teknologi tepat guna untuk menunjang
ketersediaan benih ikan.

Potensi tambak di Kalimantan Tengah mencapai kurang lebih 84.000 ha. Dari
potensi tersebut baru dibuka tambak 800 ha. Areal tambak tersebut sangat
potensial untuk memelihara bandeng dan udang. Dari hasil penelitian
kerjasama antara Bappeda Propinsi Kalimantan Tengah dan PPLH Universitas
Palangkaraya, dilaporkan bahwa produksi ikan di wilayah pesisir pantai 88-90%
berasal dari ikan laut. Potensi perikanan pada tahun 2000 di wilayah pesisir
berasal dari perairan umum dan budidaya sebesar 3834,1 ton dan dari laut Gambar 11.2 Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) Permanen Milik PT Betang
sebesar 46.046,1 ton. Tiara Seluas 40 Hektar (Sumber: PPK-ITB, 2002)

11.2 BUDIDAYA UDANG


Budidaya udang akhir-akhir ini menjadi primadona di wilayah pesisir
Kalimantan Tengah. Pembukaan lahan untuk areal pertambakan udang
dapat dijumpai di Kecamatan Jelai (Kabupaten Sukamara), Desa Sungai
Bakau (Kab. Kotawaringin Barat), Desa Sungai Undang dan Kuala Pembuang
(Kab. Seruyan). Sedangkan rencana pembukaan lahan untuk areal
pertambakan udang lebih lanjut akan dilakukan di sekitar Desa Lempuyang
(Kab. Kotawaringin Timur). Kegiatan budidaya udang yang tercatat cukup
berhasil di Desa Sungai Bakau Kab. Kotawaringin Timur adalah yang dikelola
Gambar 11.1 Tambak Tradisional Milik Masyarakat Desa Sungai Pasir (Tanjung Lumpur)
Kec. Jelai Kab. Sukamara (Sumber: PPK ITB, 2002) oleh PT. Betang Tiara.
11-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

nelayan, menyebabkan penangkapan ikan yang dilakukan masih di sekitar


pantai.

Masalah yang dihadapi pada bidang usaha budidaya adalah terbatasnya


penyediaan benih ikan, mahalnya harga pakan, kurangnya pengetahuan
yang dimiliki petani/nelayan dan terbatasnya jaringan irigasi secara teknis.
Sedangkan dibidang budidaya tambak rakyat yang mempunyai nilai ekspor
masih mengalami hambatan yaitu benur masih didatangkan dari luar daerah,
hal ini akibat belum adanya pembenihan. Besarnya potensi lahan budidaya
tambak terhambat akibat kurangnya promosi dan informasi yang ditawarkan,
sehingga minat investor untuk menanamkan modalnya masih kurang.
Hambatan pada bidang prasarana perikanan antara lain masih terbatasnya
jumlah saluran tambak yang berfungsi sebagai penunjang pengembangan
produksi. Dengan demikian balai benih ikan yang ada perlu ditingkatkan

Gambar 11.3 Kanal Pengairan ke Lahan Pertambakan Baru Untuk Udang di Desa Sei fasilitasnya sehingga diharapkan dapat berfungsi sebagai penyedia
Bakau, Kec. Kumai, Kab. Kotawaringin Barat (Sumber: PPK-ITB, 2002)
pembenihan.

Perikanan budidaya belum berkembang (masih rendah), ini terbukti bahwa


11.3 ISU-ISU USAHA PERIKANAN BUDAYA
produksi ikan sebagian besar 88-93% berasal dari tangkapan di laut. Hal-hal
Di Kabupaten Kotawaringin Barat, sebagian besar produksi perikanan yang
yang menyebabkan beum berkembangnya perikanan budidaya antara lain
dihasilkan berasal dari perikanan laut yaitu sebesar 92,7%, sedangkan produksi
adalah :
perikanan perairan umumnya cenderung menurun sebesar 0,5% pertahun, hal
• Modal yang digunakan oleh petani/nelayan di kawasan pesisir sangat
ini disebabkan oleh menurunnya kualitas sumberdaya perikanan perairan
terbatas.
umum akibat meluasnya pemukiman penduduk, pencemaran lingkungan baik
• Keterbatasan benih yang seringkali dialami petani/nelayan dalam
rumah tangga maupun industri dan adanya penangkapan ikan dengan cara
mengusahakan kegiatan budidaya.
yang dapat merusak lingkungan. Selain itu masih terbatasnya sarana dan
• Relatif rendahnya kemampuan permodalan yang dimiliki nelayan dalam
prasarana pendukung dibidang usaha perikanan, antara lain masih kurangnya
mengelola usaha budidaya.
sarana dan prasarana BBI (Balai Benih Ikan), kurang berfungsinya sarana dan
• Relatif sedikitnya jaringan irigasi teknis sebagai penunjang usaha
prasarana Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan lemahnya permodalan
budidaya.

11-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

• Harga pakan yang cukup tinggi, sehingga biaya produksi akan terserap
untuk pakan.
• Pembukaan lahan tambak secara besar-besaran mengakibatkan
rusaknya ekosistem mangrove yang berfungsi sebagai penjaga garis
pantai dan daerah asuhan larva, tempat memijah dan bertelur ikan dan
udang.
• Terjadi pendangkalan lumpur pada saluran primer dan sekunder secara
cepat karena dijadikan jalur transportasi desa.

11.4 PENTINGNYA PERIKANAN TANGKAP


Gambar 11.4 Ikan Laut (Pari, Sirip Hiu) Yang Biasa Ditangkap Nelayan
Perikanan tangkap adalah sumber penghidupan utama bagi masyarakat (Sumber: PPK-ITB, 2002)
wilayah pesisir Kalimantan Tengah. Sehingga perairan pantai dan laut-nya
merupakan basis penting perikanan untuk konsumsi lokal, regional dan antar
pulau. Dimana produksi perikanan laut sebagai tangkapan utama di
Kalimantan Tengah pada tahun 2001 adalah sebesar 55.911,31 ton
(Kalimantan Tengah dalam Angka 2001). Sedangkan perikanan tangkap darat
di wilayah pesisir yang berfungsi sebagai tangkapan sekunder terbagi menjadi
perikanan tangkap sungai, danau dan rawa.

11.5 SUMBERDAYA IKAN DAN LOKASINYA


Sifat sumberdaya ikan yang senantiasa bergerak tidak mengenal batas
perairan atau batas daerah, sehingga pengelolaannya perlu dikoordinasikan
agar tidak menimbulkan konflik. Untuk itu sejak tahun 1944 telah dibentuk suatu
Forum Koordinasi Pengelolaan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan (FKPPS) di laut
melalui Keputusan Menteri Pertanian (saat itu Dirjen Perikanan dibawah
Departemen Pertanian) dan ditetapkan 9 (sembilan) wilayah pengelolaan.
Kalimantan Tengah termasuk FKPPS Wilayah III (wilayah pengelolaan di Laut
Gambar 11.5 Kepiting Rajungan Hasil Tangkapan Nelayan Dengan Menggunakan
Jawa dan Selat Sunda). Jaring Sungkur (Sumber: PPK-ITB, 2002)

11-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Penentuan potensi sumberdaya ikan ditetapkan berdasarkan wilayah Pendugaan terhadap potensi sumberdaya ikan di perairan Kalimantan Tengah
pengelolaan dan telah dikaji oleh Komisi Pengkajian Potensi Sumber Daya Ikan dilakukan dengan menghitung rata-rata sebaran ikan per hektar dikali dengan
Nasional. Adapun potensi kelompok sumberdaya ikan dan luas wilayah luas laut Kalimantan Tengah kurang lebih 95.450 km2.
penyebarannya terdapat pada Tabel 11.2 berikut. Jenis ikan laut yang bisa tertangkap oleh nelayan di perairan laut Kalimantan
Tengah dan laut jawa antara lain: ikan kembung, ikan kakap, ikan bandeng,
udang, kerapu, dan kepiting. Umumnya alat tangkap yang digunakan nelayan
Tabel 11.2 Potensi Kelompok Sumberdaya Ikan Pada Wilayah Pengelolaan Perikanan
dan Penyebaran Jenis-Jenis Ikan (Sumber: diolah dari berbagai sumber) masih relatif sederhana seperti jaring insang hanyut, jaring insang tetap,
No Kelompok SDI Potensi Wilayah Wilayah Luas Wilayah trommel net, rawai, sungkur, dan purse seine. Produksi dan tingkat
III (10 ton/thn) Penyebaran (Km2)
1 Pelagis Besar 55 Laut Jawa 400.000 pemanfaatan per kelompok sumberdaya ikan di wilayah III (perairan
2 Pelagis Kecill 340 Laut Jawa 400.000
Kalimantan Tengah dan laut Jawa) disajikan pada Tabel 11.3.
3 Demersal 431,2 Laut Jawa 392.000
4 Udang dan
Crustaceae 10,8 Laut Jawa 114.000
• Penaeid 0,5 Laut Jawa 870.000
• Lobster 11.6 SENTRA PERIKANAN DAN SASARANNYA
5 Kerang – Kerangan 5,04 Laut Jawa 5.042.000
6 Ikan Karang 9,5 Laut Jawa 129.000 Di Kabupaten Kotawaringin Barat dan kabupaten lain pada umunya,
7 Ikan Hias - Laut Jawa 129.000
penyediaan prasarana perikanan seperti Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
dengan memberikan sarana pendukung seperti kapal ikan, listrik, pabrik es,
Tabel 11.3 Produksi dan Tingkat Pemanfaatan Perkelompok Sumberdaya Ikan pada
Wilayah III Pengelolaan Perikanan, Pemanfaatan dalam % (Sumber: diolah dari telekomunikasi, dan air bersih sangat mutlak diperlukan. Hal ini dibutuhkan
berbagai sumber)
untuk mendorong agrobisnis perikanan secara keseluruhan.
No Kelompok SDI Produksi dalam 103 Pemanfaatan (%)
Ton/Thn
1 Ikan pelagis besar 45,36 82,47
2 Ikan pelagis kecil 442,9 130,26 11.7 TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN

3 Domersal 242 56,12 Alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan di Kalimantan Tengah, masih

4 Udang Penaeid 11,1 102,78 sederhana seperti jaring insang hanyut, jaring insang tetap, tramel net, rawai,
5 Lobster 0,13 26 sungkur. Ukuran kapal yang digunakan untuk penangkapan ikan juga relatif
6 Cumi-cumi 5,1 101,19 sangat kecil hanya mencapai 5 GT dan kebanyakan nelayan ekonomi lemah
menggunakan perahu tanpa motor.

11-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

11.8 ISU-ISU PERIKANAN TANGKAP


Kawasan perikanan tangkap merupakan satuan fishing ground di perairan Laut
Jawa. Usaha penangkapan ikan di perairan Laut Jawa dilakukan bukan hanya
oleh nelayan dari Propinsi Kalimantan Tengah, namun juga oleh nelayan dari
propinsi lain dan nelayan Asing. Hal ini berarti bahwa sebagian potensi
perikanan tangkap di wilayah laut Propinsi Kalimantan Tengah tidak tercatat di
daerah ini karena kecenderungan nelayan untuk menjual perolehannya dari
tempat asalnya.

Di Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar pembangunan perikanan


masih bersifat usaha skala kecil, tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang
relatif rendah, dan penguasaan teknologi dan modal yang terbatas. Tingkat
Gambar 11.6 Dermaga Nelayan di Kuala Pembuang (Sumber: PPK-ITB, 2002)
produktivitas perairan umum terus mengalami kecenderungan menurun akibat
pencemaran dan penangkapan menggunakan bahan terlarang. Selain itu
pengawasan yang ada masih terbatas akibat kurangnya aparat dan sarana
pengawasan. Dilihat dari segi pemanfaatan sumberdaya potensi yang cukup
besar khususnya berasal perairan laut, tetapi potensi ini belum sepenuhnya
dimanfaatkan akibat kecilnya armada dan peralatan yang digunakan,
terbatasnya modal usaha sehingga kapal yang digunakan berukuran kecil dan
daerah operasi penangkapan hanya di sekitar pantai.

Kapal maupun alat tangkap nelayan-nelayan Kalimantan relatif masih sangat


sederhana (kapal kapasitas 5-10 GT, dengan jaring insang hanyut, jaring insang
tetap, trommel net, rawai, sungkur, dan purse seine).
Kurang berfungsi kelembagaan di tingkat pedesaan untuk menampung hasil
dari para petani/nelayan, menyebabkan :
• Adanya transaksi ditengah laut oleh nelayan pengumpul dari luar
daerah dan membawa hasilnya ke daerah lain.
Gambar 11.7 Suasana di Pelabuhan Nelayan (Sumber: PPK-ITB, 2002)

11-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

• Relatif rendahnya kemampuan permodalan yang dimiliki nelayan dalam


mengelola usaha perikanan.
• Relatif rendahnya kapasitas tonase armada penangkapan ikan (kapal)
yaitu rata-rata dibawah 10 GT dan produktivitas alat tangkapnya.
• Kurangnya promosi ke pengusaha untuk menanamkan investasinya di
Kalimantan Tengah.

Gambar 11.9 Nelayan Sedang Memperbaiki Jaring Sungkur atau Serop (bahasa lokal
setempat) yang Biasa Digunakan Untuk Menangkap Kepiting Rajungan
(Sumber: PPK-ITB, 2002)

Gambar 11.8 Jaring Apung Berbahan Monofilamen yang Digunakan Untuk Operasi Gambar 11.10 Lempara Dasar Sebagai Alat Tangkap Tradisional Masyarakat
Penangkapan Ikan pada Siang Hari (Sumber: PPK-ITB, 2002) Setempat (Sumber: PPK-ITB, 2002)

11-7
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

12.1 PARIWISATA 12.2 PARIWISATA BAHARI


Kondisi pariwisata bahari dan pesisir yang sudah terkelola dengan baik di Kawasan wisata bahari dimaksudkan sebagai suatu kawasan di daerah
wilayah Propinsi Kalimantan Tengah, terpusat di Kabupaten Kotawaringin pantai/laut yang diperuntukan guna melakukan aktivitas wisata mulai dari
Barat. Karakteristik obyek wisata di Kabupaten Kotawaringin Barat, yang adanya fenomena alam, budaya, dan kehidupan sosial masyarakat, biota
menjadi daya tarik adalah wisata alam, wisata pantai, wisata budaya dayak, laut, serta kualitas perairan. Sampai saat ini potensi wisata bahari di Propinsi
dan Taman Nasional Tanjung Puting. Karakteristik obyek wisata bahari di Kalimantan Tengah belum tergali dan belum termanfaatkan.
Kabupaten Kotawaringin Barat, yang menjadi daya tarik adalah wisata pantai
kompleks Bugam Raya (Pantai Kubu, Teluk Bogam, dan Keraya), wisata alam Obyek wisata yang cukup potensial di kawasan pesisir dan pantai antara lain
Taman Nasional Tanjung Putting, dan Taman wisata alam Tanjung Keluang. Tanjung Keluang (Tanjung Penghujan) dan Pantai Kubu di Kabupaten
Karakteristik obyek wisata pantai di Kab. Kotawaringin Timur adalah pantai Kotawaringin Barat, Ujung Pandaran di Kabupaten Kotawaringin Timur dan
Ujungpandaran, dan pantai Sungai Bakau. Sedangkan Kabupaten Kapuas pantai Cemara Labat di Kabupaten Kapuas. Pantai Kubu, Tanjung Keluang,
memiliki pantai wisata Cemara Labat. dan Ujung Pandaran merupakan panorama alam pantai dengan hamparan
pasir putih yang relatif panjang. Sedangkan Pantai Cemara Labat merupakan
Obyek wisata alam juga terdapat di Kabupaten Lamandau (yang dulunya pantai pasir putih bercampur lumpur, namun panorama alamnya tetap cukup
termasuk kedalam wilayah administrasi pemerintahan Kab. Kotawaringin memikat.
Barat), yaitu obyek wisata pedalaman yang terdapat di Kecamatan Delang
dan Kecamatan Lamandau. Dimana daerah obyek wisata pedalaman yang Obyek wisata bahari yang cukup potensial bagi pendapatan daerah Kab.
sering dikunjungi antara lain: Bakonsu, Tapin Bini, Kudangan, dan sekitarnya. Kotawaringin Barat yaitu Taman Wisata Alam Tanjung Keluang atau Tanjung
Karakteristik obyek wisata pesisir di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah Penghujan, Taman Nasional Tanjung Puting, Pantai Kubu, sedangkan di
obyek wisata budaya, yaitu obyek wisata budaya dayak yang terdapat di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah Pantai Ujungpandaran. Sementara itu
Kecamatan Kumai dan Kecamatan Arut Selatan. Pantai Cemara Labat di Kabupaten Kapuas saat ini sedang dalam program
perencanaan pengembangan yang lebih serius.

12-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Di Kabupaten Kotawaringin Barat, terdapat obyek wisata Taman Nasional


Tanjung Puting. Keanekaragaman dan kekhasan flora dan fauna yang dimiliki
Taman Nasional Tanjung Puting merupakan daya tarik wisata yang kuat bagi
wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Taman Nasional Tanjung Puting ini
terkenal karena terdapat primata yang lebih dikenal dengan sebutan Orang
Utan yang saat ini merupakan satwa langka di dunia yang perlu dilindungi.
Menurut data statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, kunjungan wisatawan
dalam negeri masih lebih besar daripada wisatawan manca negara. Dalam
hal ini potensi wisatawan domestik maupun asing masih perlu untuk lebih
ditingkatkan lagi.

Gambar 12.1 Jalan menuju Kompleks Wisata Bugam Raya (P. Kubu, Teluk Bogam,
Keraya) Kab. Kotawaringin Barat (Sumber: PPK-ITB, 2002).

Pantai Kubu, Tanjung Keluang (Tanjung Penghujan), dan Ujung Pandaran


merupakan panorama alam pantai dengan hamparan pasir putih yang relatif
panjang. Sedangkan pantai Cemara Labat yang panjangnya kurang lebih 5
km merupakan pantai pasir putih bercampur lumpur, namun panorama
alamnya tetap cukup memikat karena pantainya didominasi oleh pohon Gambar 12.2 Lokasi Wisata Pantai Kubu di Kecamatan Kumai, Kabupaten
Kotawaringin Barat (PPK-ITB, 2002)
kelapa dan bakau.

12-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

12.3 PARIWISATA PESISIR


Karakteristik pariwisata pesisir Kalimantan Tengah yang berupa obyek wisata
budaya banyak terpusat di Kabupaten Kotawaringin Barat. Obyek wisata
budaya tersebut antara lain: Istana Kerjaan Al-Nursari dan peninggalannya,
Masjid dan peninggalannya, kedua situs tersebut terletak di Kecamatan
Kotawaringin Lama. Sedangkan Makam PRA Kusumayudha dan
peninggalannya terletak di Kecamatan Arut Selatan. Ibukota Kab.
Kotawaringin Lama yaitu Kota Pangkalan Bun juga memiliki obyek wisata
budaya yaitu perayaan hari ulang tahun (HUT) Kotawaringin Barat yang
dirayakan setiap tahun, dengan cara menyelenggarakan pawai adat jalan
kaki, dan lomba dayung. Di Desa Pasir Panjang Kec. Kumai juga terdapat
obyek Wisata Budaya Dayak.

Gambar 12.4 Lokasi Wisata Pantai Teluk Bogam di Kecamatan Kumai, Kabupaten
Gambar 12.3 Peninggalan Kerajaan PRA. KUSUMAYUDHA (Gubah Besar) yang Terletak
Kotawaringin Barat (Sumber: Dinas Pariwisata Kotawaringin Barat, 2002)
di Kecamatan Arut Selatan, Kota Pangkalan Bun (Sumber: Dinas Pariwisata Kab.
Kotawaringin Barat, 2002 ).

12-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

12.4 ISU-ISU
Kendala
A. Taman Nasional Tanjung Puting
Sampai sekarang obyek wisata primadona ini masih dicemari oleh ulah
para perusak lingkungan sehingga menggangu kehidupan satwa
primata yang menjadi maskot pariwisata Kotawaringin Barat. Alur Sungai
Sekonyer yang merupakan satu-satunya prasarana transportasi ke
wilayah tersebut, dicemari oleh limbah kayu dan limbah pertambangan
emas rakyat.
B. Obyek Wisata Pantai
Prasarana jalan darat yang menghubungkan ibu kota kabupaten
keseluruh obyek wisata tersebut belum keseluruhannya dilapis aspal
dengan baik, khususnya yang berlokasi di obyek wisata Tanjung
Penghujan (Teluk Bogam) sampai Keraya, di Kab. Kotawaringin Barat.
Secara umum, instalasi listrik PLN dan sambungan air bersih PAM belum
dapat melayani seluruh masyarakat sekitar obyek wisata. Kemudian,
pencemaran kawasan wisata oleh sampah yang ditinggalkan
Gambar 12.5. Makam Kyai Gedhe sebagai Tokoh Penyebar Agama Islam yang
wisatawan dan aberasi pantai juga perlu menjadi perhatian pihak Terletak di Kec. Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat
pengelola. (Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Kotawaringin Barat, 2002)

C. Obyek Wisata Budaya Dayak


Terdapat di desa Pasir Panjang yang terletak dipinggir kota Pangkalan
D. Pengembangan Obyek Wisata
Bun yang berjarak hanya 7,5 km dan dapat ditempuh dengan
Pengembangan obyek wisata Pantai Cemara Lebat di Kab. Kapuas
kendaraan bermotor selama 10 sampai 15 menit. Obyek wisata ini telah
mempunyai kendala yang cukup serius, yaitu: kondisi jalan yang menuju
terkontaminasi budaya masyarakat perkotaan.
ke sana sangat sempit dan kendaraan roda empat hanya bisa
menjangkau hingga Desa Sei Teras, dan sedimentasi yang cukup tinggi
mencemari pantai yang berpasir putih.

12-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Rencana pengembangan wisata alam Danau Gatal di Kec.


Kotawaringin Lama oleh Pemerintah Kab. Kotawaringin Barat
mempunyai kendala di bidang pelebaran dan perbaikan jalan menuju
ke obyek wista tersebut karena kondisi jalan yang sekarang masih
berupa jalan setapak.

Gambar 12.6 Fasilitas di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Keluang Gambar 12.7 Kawasan Wisata Pantai Ujungpandaran yang Kondisinya
(Tanjung Penghujan) yang Kondisinya Tidak Terawat (Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Memprihatinkan (Sumber: PPK-ITB, 2002).
Kotawaringin Barat, 2002).

12-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Gambar 12.9 Danau Gatal yang Terletak di Kec. Kotawaringin Lama Sedang
dalam Tahap Wacana Pengembagan oleh Pemda Kotawaringin Barat
(Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Kotawaringi Barat, 2002 )

Gambar 12.8 Kondisi Jalan di Desa Sei Teras Menuju Desa Cemara Labat yang Gambar 12.10 Pantai Wisata Alam Tanjung Keluang (Tanjung Penghujan)
Terancam Aberasi oleh Kanal-kanal di Kedua Sisi Jalan (Sumber: PPK-ITB, 2002) (Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Kotawaringin Barat, 2002)

12-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

13.1 KEBERSIHAN ‰ Tidak berfungsinya TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di wilayah pesisir
Secara umum masyarakat wilayah pesisir yang hidup di atas tanah rawa Kalteng memerlukan penanganan yang serius, untuk mendukung
membuang sampah padat buangan rumah tangga ke bawah rumah-rumah pemasaran perikanan laut dan menambah PAD daerah. Karena selama
panggung mereka. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menimbun ini banyak produksi perikanan yang lari ke luar Kalimantan, tanpa melalui
tanah rawa yang sering tergenang air. Permasalahan akan muncul pada saat TPI, sehingga tidak membawa nilai tambah bagi peningkatan PAD
musim penghujan dimana kondisi sampah yang tercampur air dan tanah rawa daerah.
tersebut akan berproses secara kimiawi menimbulkan bau yang tidak sedap ‰ Pengawasan dan tindakan tegas terhadap nelayan-nelayan asing yang
dan menciptakan sarang nyamuk. beroperasi di laut Kalimantan Tengah harus dilakukan oleh pemda dan
aparat hukum. Hal ini untuk mencegah keresahan pada nelayan lokal
Ditemukan juga fenomena pembuangan limbah pasar dan limbah rumah dan mencegah tindakan main hakim sendiri yang akan dilakukan oleh
tangga secara langsung ke sungai. Hal ini akan menambah kontribusi polutan nelayan-nelayan lokal.
ke badan sungai berupa kekeruhan, limbah organik, limbah anorganik, dan ‰ Walaupun sekarang ini pembukaan daerah tambak masih sedikit,
menyebabkan kondisi kandungan oksigen terlarut menurun namun perlu pengawasan dan pengendalian oleh pihak pemerintah
khususnya dinas perikanan dan kelautan. Hal ini dilakukan agar
pembukaan lahan tambak tersebut secara ekologis tetap dapat
13.2 KELEMBAGAAN ADMINISTRASI DAN TATA RUANG menjaga keseimbangan lingkungan, dan secara ekonomis
‰ Pemekaran beberapa kabupaten yang terjadi di wilayah pesisir menguntungkan petani/pengusaha dan menambah PAD daerah. Selain
memerlukan masa transisi yang cukup panjang. Hal ini dapat terjadi jika itu, keterlibatan penduduk lokal dalam usaha tersebut perlu diperhatikan
terdapat beberapa perubahan kebijakan penting yang dilakukan oleh oleh pemerintah. Karena selama ini pelopor pembukaan tambak yang
pejabat dalam pengelolaan pesisir. Beberapa program yang sudah sudah ada dilakukan oleh pendatang dari Jawa.
dilakukan perlu diperhatikan agar tidak terjadi kemandegan
pelaksanaan program yang diakibatkan oleh perubahan struktur
pemerintahan daerah.

13-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

13.3 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR beberapa daerah pesisir masih dihadapkan pada sulitnya mencari
‰ Pemanfaatan sumber daya pesisir yang utama adalah perikanan laut. pemasaran.
Pada umumnya teknologi yang digunakan nelayan-nelayan lokal relatif ‰ Peran pedagang Madura dalam perdagangan antar pulau cukup besar
masih sederhana. Hal ini menyebabkan daya jelajah yang bisa dilakukan sehingga, peristiwa kerusuhan antar etnis yang pernah terjadi di
oleh para nelayan hanya sampai dibawah 4 mil. Akibatnya nelayan- Kalimantan Tengah cukup berpengaruh terhadap penurunan aktivitas
nelayan pesisir terpusat di wilayah perairan pantai. Peningkatan perdagangan di daerah pesisir seperti Kabupaten Kapuas, Kabupaten
teknologi yang lebih modern memerlukan dana yang tidak kecil, Pulang Pisau dan Kotawaringin Timur.
sedangkan tingkat perekonomian para nelayan relatif masih rendah.
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya oleh pemda untuk
meningkatkan kemampuan teknologi para nelayan. 13.4 PENDIDIKAN, SARANA PRASARANA, DAN PARIWISATA
‰ Potensi pembukaan lahan tambak masih cukup besar di wilayah pesisir ‰ Secara umum tingkat pendidikan masyarakat pesisir masih sangat
Kalimantan Tengah. Lahan tambak yang sudah ada persentasenya rendah, yakni Sekolah Dasar (SD). Dimana pendidikan SLTP dan SLTA
masih kecil dibandingkan potensi lahan yang ada. Pengembangan harus ke kota-kota kecamatan atau kota-kota kabupaten. Jauhnya
lahan tambak memerlukan sarana pendukung lainnya seperti: balai lokasi dan masih terbatasnya sarana transportasi untuk mencapai sarana
benih ikan, saluran air, transportasi, dan pemasaran. Program pendidikan tingkat lanjutan menyebabkan masih rendahnya jumlah
pengembangan daerah tambak yang sudah dilakukan dihadapkan penduduk pesisir yang dapat mengenyam pendidikan sampai tingkat
pada kendala keterbatasan benih yang harus disediakan dari Jawa, tersebut.
jauhnya pengangkutan benih tersebut menyebabkan harga benih yang ‰ Jalan darat menuju daerah pesisir belum seluruhnya dalam kondisi yang
tinggi dan resiko kematian benih di perjalanan. Selain itu rendahnya baik.
pengetahuan dan pengalaman penduduk lokal dalam pengelolaan ‰ Fasilitas listrik dari PLN di wilayah pesisir hanya terdapat di Kecamatan
tambak memerlukan pembinaan yang intensif dari pihak pemda. Kumai Kab. Kotawaringin Barat. Di daerah pesisir lainnya, fasilitas listrik
‰ Penyusutan luas lahan kolam tradisional ‘beje’ di Kabupaten Kapuas dan yang dimiliki sebagian kecil penduduk sumbernya adalah generator milik
Kabupaten Pulang Pisau yang diakibatkan oleh Proyek Lahan Gambut pribadi.
(PLG) cukup berpengaruh terhadap tingkat perekonomian masyarakat. ‰ Masih terdapat konstruksi dermaga yang terbuat dari kayu. Konstruksi
‰ Potensi kebun-kebun kelapa yang banyak terdapat di daerah pesisir kayu ini perlu ditingkatkan menjadi konstruksi beton.
belum termanfaatkan secara optimal. Pembuatan minyak kelapa yang ‰ Tahun 2003 direncanakan oleh Dinas Perhubungan Propinsi Kalimantan
dilakukan penduduk pada umumnya hanya untuk keperluan lokal. Tengah, kapal penumpang perintis akan mulai beroperasi melalui
Kerajinan pembuatan sabut kelapa yang sudah berkembang di Pelabuhan (III) Pulang Pisau.

13-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

‰ Pariwisata yang terdapat di daerah pesisir Kalimantan Tengah pada Fenomena abrasi terjadi di pantai sisi luar (yang berhadapan dengan Laut
umumnya belum dikelola dengan baik, kecuali di daerah Taman Jawa) Ujungpandaran di Kab. Kotawaringin Timur, Pantai Kubu dan Desa Sei
Nasional Tanjung Puting dan Pantai Kubu. Pengembangan sarana dan Bakau di Kab. Kotawaringin Barat.
prasarana pariwisata di pesisir Kalimantan Tengah perlu melibatkan
penduduk setempat.

13.7 PENCEMARAN
Akibat maraknya kegiatan penambangan emas secara tradisional
13.5 SANITASI DAN KESEHATAN disepanjang aliran Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah, sungai tersebut
‰ Permasalahan sanitasi lingkungan yang menonjol di daerah pesisir
tercemar bahan kimia air raksa atau merkuri (Hg) yang digunakan untuk
Kalimantan Tengah adalah masih sulitnya mendapatkan air bersih untuk
pemurnian emas. Akumulasi logam Hg juga ditemukan pada ikan Baung
keperluan konsumsi rumah tangga.
(Macrones nemurus) yang banyak ditemukan di sungai itu dengan kadar
‰ Fasilitas kesehatan di daerah pesisir umumnya hanya sampai pada berkisar dari 0,340 - 1,096 ppm. Tingginya kadar Hg ikan Baung dalam
tingkat Puskesmas Pembantu. Sedangkan Puskesmas hanya terdapat di penelitian ini diduga merupakan akumulasi dari aktivitas penambangan emas
Desa Kuala Jelai, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara. Sehingga yang sudah bertahun-tahun.
sebagian besar penduduk juga masih mendapatkan pengobatan
secara tradisional. Menurut seorang peneliti Djoko Rahardjo dan Irwanto dari Fakultas Biologi,
Universitas Kristen Duta Yogjakarta, Ikan Baung yang tercemar dalam kadar
cukup tinggi itu, apabila dimakan manusia secara terus-menerus akan
13.6 KERUSAKAN PANTAI (ABRASI DAN SEDIMENTASI) mengakibatkan gangguan kesehatan manusia, serangan terhadap susunan
Fenomena sedimentasi terjadi di Pantai Cemara Labat dan Pantai Pelampai di saraf pusat, penderita akan terkena penyakit kehilangan kepribadian, tremor,
Kab. Kapuas, Pantai Kiapak di Kab. Pulang Pisau, Pantai Teluk Sebangau di pikun, insomnia, dan kehilangan nafsu makan (Kompas, Jumat 6 September
Kab. Katingan, dan pantai sisi dalam Ujungpandaran di Kab. Kotawaringin
2002).
Timur. Dimana berdasarkan hasil observasi (PPK-ITB,2002) di sekitar Dermaga
Rakyat Ujung Pandaran hingga Lampuyang (Teluk Sampit), sedimentasi Pernyataan tersebut memperkuat penelitian yang dilakukan Badan
tersebut mengakibatkan pendangkalan dan menambah luasan hutan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Kalimantan Tengah tahun
mangrove yang ada.
2001 yang menemukan hal yang sama di Sungai Kahayanyang memiliki
panjang lebih kurang 600 kilometer, dengan lebar rata-rata 500 meter serta
kedalaman rata-rata 7 meter dan tetap dapat dilayari baik pada musim hujan
maupun kemarau. Bapedalda menemukan, ada enam jenis kegiatan yang
13-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

dominan disepanjang badan sungai tersebut yaitu perkebunan, permukiman,


penambangan emas, perladangan, penangkapan ikan, dan penebangan
hutan. Dari berbagai kegiatan itu, penambangan emas secara tradisional
merupakan kegiatan yang berpotensi menyebabkan pencemaran sungai
khususnya oleh merkuri.
Selain di Sungai Kahayan, kegiatan penambangan tradisional banyak
ditemukan di sepanjang DAS (daerah aliran sungai), yaitu yang melewati
Kabupaten Barito, Kapuas, Katingan, Mentaya, Seruyan, Lamandau, dan Jelai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irawanto dan Djoko (Desember
2001 sampai dengan Februari 2002), ditemukan bahwa bahan pencemar
logam Hg yang terkandung dalam sedimen di sungai itu berkisar antara 0,310 -
0,782 ppm, dan ada kecenderungan makin meningkat dari daerah hulu ke hilir.
Hal ini menandakan bahwa akumulasi logam Hg akan semakin meningkat
pada daerah hilir karena sifat fisik sungai yang selalu mengalir ke bagian hilir
sekaligus membawa berbagai macam kontaminan dan akan terdeposit di
sepanjang badan sungai yang dilaluinya (Kompas, Jumat 6 September 2002).

13.8 BENCANA ALAM


Wilayah pesisir Kalimantan Tengah seperti hal-nya wilayah hutan rawa daratan
Kalimantan, secara umum rawan terhadap bencana banjir pada musim
penghujan (http://www.kimpraswil.go.id). Gambar 13.1 Pelabuhan (III) Pulang Pisau (Sumber: PPK-ITB, 2002)

13-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Achmad, C., 2001. Atlas Indonesia dan Dunia. Penerbit PT Karya Pembina Swajaya. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas, 2001. Kabupaten Kapuas Dalam Angka 2001.
Surabaya. Kantor BPS Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah.
Alfred, E., Heriyanto, A., Wuryanto, Purba, M., Simanjutak, H., 2000. Laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas, 2000. Kecamatan Kapuas Kuala Dalam
Penyelidikan Bahan Galian Gambut di Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Angka 2000. Kantor BPS Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah.
Tengah. Proyek Pengembangan Pertambangan & Energi Kalimantan Tengah Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas, 2000. Kecamatan Kahayan Kuala Dalam
T.a 1999/2000. Kanwil Deptamben Propinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya. Angka 2000. Kantor BPS Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah.
13 halaman. Balai Taman Nasional Tanjung Puting, 2001. Buku Informasi Kawasan Taman Nasional
Archiegama, C.V., 2001. Pemetaan Wilayah Laut Propinsi Kalimantan Tengah. Skala Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Kantor BTNTP Pangkalan Bun.
1:250.000. Bappeda Propinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kotawaringin Timur, 2002. Executive
Bakosurtanal, 1997/1998. INDONESIA Atlas Sumber Daya Nasional. Badan Koordinasi Summary Revisi RTRW Wilayah Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Kantor
Survey dan Pemetaan Nasional. Bappeda Kab. Kotawaringin Timur.
Basmi, J., 1988. Perkembangan Komunitas Phytoplankton Sebagai Indikasi Perubahan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah, 2001.
Tingkat Kesuburan Kualitas Perairan. Tesis. Program Studi Ilmu-ilmu Perairan. Laporan Akhir Penetapan Batas Kawasan MCRM Propinsi Kalimantan Tengah.
Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 62 halaman. Kantor Bappeda Prop. Kalteng.
Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, 2000. Kalimantan Tengah Dalam Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah, 2000.
Angka 2000. Kantor BPS Kalimantan Tengah. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah. Kantor Bappeda
Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, 2001. Kalimantan Tengah Dalam Prop. Kalteng.
Angka 2001. Kantor BPS Kalimantan Tengah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur, 2002.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Timur, 2000. Kotawaringin Timur Dalam Konsultansi Publik Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Angka 2000. Kantor BPS Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Kotawaringin Timur, Seruyan dan Katingan. Buku Panduan Seminar Sehari.
Tengah. Proyek Penataan dan Pengembangan Tata Ruang Bappeda Kab. Kotawaringin
Bappeda & BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2001. Penduduk Kotawaringin Timur Timur Tahun Anggaran 2002.
Akhir Tahun 2001. Kantor Bappeda & BPS Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kapuas, 2000. Rancangan
Kalimantan Tengah. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Kabupaten Kapuas
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Timur, 2001. Kecamatan Mentaya Hilir Propinsi Kalimantan Tengah. LMASLH-KT dan Bappeda Kabupaten Kapuas.
Dalam Angka 2001. Kantor BPS Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi Proyek Penyususnan Program Pengelolaan Wilayah Pesisir Kab. Kapuas Tahun
Kalimantan Tengah. Anggaran 2000.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2001. Kabupaten Kotawaringin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, 2000.
Barat Dalam Angka 2001. Kantor BPS Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi
Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah. Kantor Bappeda Kab. Kotawaringin Barat.
Bappeda & BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, 2001. Penduduk Kotawaringin Barat Boston, N., 1996. The Physical Oceanography and Meteorology of Indonesian Seas.
Akhir Tahun 2001. Kantor Bappeda & BPS Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi MREP Part A1, BCEOM.
Kalimantan Tengah. Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2000. Kecamatan Jelai Dalam Lautan Secara Terpadu. Cetakan Pertama. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Angka 2000. Kantor BPS Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Halaman 5 – 14.
Tengah. Denie, 2000. Studi Sifat Fisika dan Kimia Air di Pantai Kubu Kecamatan Kumai. Skripsi.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2000. Kecamatan Kumai Dalam Program Studi Manajeman Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Angka 2000. Kantor BPS Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Pertanian, Universitas Palangka Raya. 50 halaman.
Tengah.

DP-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Dinas PMD, Informasi, Komunikasi, dan Pariwisata Pemda Kabupaten Kapuas, 2002. Tengah. Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi Kalimantan
Laporan Hasil Survey Rencana Tapak Kawasan Wisata Alam Desa Sigi dan Tengah. Kanwil Deptamben Propinsi Kalimantan Tengah. 34 halaman.
Pantai Cemara Labat Kabupten Kapuas, Kalimantan Tengah. Erwinta, M.J., Matondang, Sumartiani, Simanjuntak, H., 1996. Laporan pemetaan
Dinas Pariwasata, Seni, dan Budaya Kabupaten Kotawaringin Barat, 2000. Pra Hidrogeologi 1:50.000 di Kab. Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah. Proyek
Rencana Umum Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata Kotawaringin Pengembangan Pertambangan dan Energi Kalimantan Tengah. Kanwil
Barat, Kalimantan Tengah. Deptamben Propinsi Kalimantan Tengah. 42 halaman.
Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah, 2001. Profil Kesehatan Propinsi Fajar, I., Ruchyadi, A., Pambrastorestu., 1983. Laporan Penyelidikan Geologi
Kalimantan Tengah. Kantor Dinas Kesehatan Prop. Kalteng. Lingkungan Daerah Transmigrasi Hanjalipan, kabupaten Kotawaringin Timur
Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, 2001. Profil Kesehatan Kabupaten Kalimantan Tengah. Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Dirjen
Kotawaringin Timur. Kantor Dinas Kesehatan Kab. Kotawaringin Timur Prop. Pertambanagn Umum, Deptamben. Bandung. 33 halaman.
Kalteng. Hermanto, B., Bachri, S., Atmawinata, S., 1994. Peta Geologi Lembar Pangkalan Bun,
Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat, 2001. Profil Kesehatan Kabupaten Kalimantan. Peta Geologi Bersistem Skala 1: 250.000. Pusat Penelitian dan
Kotawaringin Barat. Kantor Dinas Kesehatan Kab. Kotawaringin Barat Prop. Pengembangan Geologi. Bandung.
Kalteng. Illa Djamal, 1998. Coral Reefs Face Major Threat from Man. Nature, Jakarta Post, April,
Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat, 2001. Profil Kesehatan Kabupaten 26.
Kapuas. Kantor Dinas Kesehatan Kab. Kapuas Prop. Kalteng. Jamaluddin, Matondang, W., Wuryanto, Simanjuntak, H., Irawan, H., 1996. Pembuatan
Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Tengah, 2002. Daftar Induk Jaringan Jalan Sumur Bor Eksplorasi Air Bawah Tanah di Desa Henda Kecamatan Kahayan
Propinsi Kalimantan Tengah. Kantor Dinas PU Prop. Kalteng. Hilir Kab. Kapuas Prop. Kalteng. Proyek Pengembangan Pertambangan dan
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas, 2001. Daftar Induk Jaringan Jalan Energi Kalimantan Tengah. Kanwil Deptanben Propinsi Kalimantan Tengah.
Kabupaten Kapuas. Kantor Dinas PU Kab. Kapuas Prop. Kalteng.
Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. Kep-
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Timur, 2001. Daftar Induk Jaringan
02/MENKLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Buku
Jalan Kabupaten Kotawaringin Timur. Kantor Dinas PU Kab. Kotawaringin Timur
Kumpulan Peraturan Sanksi dan Hukum Lingkungan Hidup di Indonesia. 1994.
Prop. Kalteng.
Penerbit Eko jaya, Jakarta. Hal: 301-357.
Dinas Perikanan dan Kelautan Pemda Kabupaten Kotawaringin Barat, 2001. Laporan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman
Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat Tahun Anggaran
Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu. 40 halaman.
2001, Kalimantan Tengah.
Knox, G.A., dan Miyabara, T., 1984. Coastal Zone Resource Development and
Dinas Perikanan dan Kelautan Pemda Kabupaten Kotawaringin Barat, 2001. Rencana
Conservation in Southeast Asia. UNESCO / East-West Center.
Program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kotawaringin Barat,
Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat Tahun Anggaran
Kalimantan Tengah.
2001, Pemerntah Kab. KOBAR, Dinas Perikanan dan Kelautan Pangkalan Bun
Dinas Perikanan dan Kelautan Pemda Kabupaten Kapuas, 2001. Laporan Tahunan
Latief, H., dan Hadi, S., 2001. Status Oseanografi Pantai dan Estuari Dalam Penataan
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Kapuas Tahun Anggaran 2001, Kalimantan
Ruang Wilayah Pesisir dan Laut di Kabupaten-Kabupaten. Pusat Penelitian
Tengah.
Kelautan – ITB. Bandung.
Dinas Perikanan dan Kelautan Pemda Kabupaten Kotawaringin Timur, 2000. Potensi
Manik, M., Dasril, Sudigdo., 2000. Laporan Penyelidikan geologi Teknik di Kasongan,
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur,
Kabupaten Kotawaringin Timur dan Tangkiling, Kodya Palangka Raya Propinsi
Kalimantan Tengah.
Kalimantan Tengah. Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi.
Dinas Perikanan dan Kelautan Pemda Kabupaten Kotawaringin Timur, 2001.
Kanwil Deptanben Propinsi Kalimantan Tengah.
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kabupaten Kotawaringin Timur,
MacKinnon, K., Hatta, G., Halim, Mangalik, A., 2000. Ekologi Kalimantan. Seri Ekologi
Kalimantan Tengah. Laporan Interim.
Indonesia: Buku III. Penerbit Prenhallindo, Jakarta.
Encarta, 1998. Indonesia, Republic of . Microsoft Encarta 98 Encyclopedia. (c) 1993 –
Marwah, S., 2001. Daerah Aliran Sungai(DAS) sebagai Satuan Unit Perencanaan
1997. Microsoft Corporation. All rights reserved.
Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains
Erwinta, M.J., Sihotang, DSN., Kornelis, Diagus, 1994. Laporan Pemetaan Hidrologi Skala
(PPs 702) Program Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor. Dosen
1 : 50000 di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Proyek
Penanggungjawab: Prof.Dr.Ir.Rudy C.Tarumingkeng. 16 November 2001).
Pengembangan Pertambangan dan Energi Kalimantan Tengah. Kanwil
Munandar A., Erwinta, MJ., Rahman, Y., Jamil, 1996. Pembuatan Sumur Bor Eksplorasi
Deptamben Propinsi Kalimantan Tengah. 56 halaman.
Air Bawah Tanah di Desa Sebukat Kecamatan Kumai Kab. Kotawaringin Barat
Erwinta, MJ, Matondang, W., Sumartiani, Simanjuntak, H., 1995. Laporan Penyelidikan
Prop. Kalteng. Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi Kalimantan
dan pemetaan Hidrogeologi di Kab. Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan
Tengah. Kanwil Deptamben Prop.Kalteng.

DP-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Nila, E.S., Rustandi, E., Heryanto, R., 1995. Peta Geologi Lembar Palangka Raya, Wahyono, A., 2000. Kelimpahan, Keanekaragaman, Dominansi Jenis dan Penyebaran
Kalimantan. Peta Geologi Bersistem Skala 1: 250.000. Pusat Penelitian dan Zooplankton di Pantai Kubu, Kalimantan Tengah. Skripsi. Program Studi
Pengembangan Geologi. Bandung. Manajeman Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Noor, S. 2000. Kelimpahan, Komposisi Jenis dan Penyebaran Fitoplankton di Pantai Universitas Palangka Raya. 58 halaman.
Kubu, Kecamatan Kumai. Skripsi. Program Studi Manajeman Sumberdaya Wardoyo, 1974. Manajemen Kualitas Air di dalam Lingkungan Perairan dan
Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. 51 Manajemen Ekosistem Perairan Penataan Dalam Ilmu-ilmu Pertanian. Institut
halaman. Pertanian Bogor. 38 halaman.
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kotawaringin Timur, 1992, Executive Summary Wetlands, 2000. Algae and Algal Blooms Found in NSW Wetlands.
Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Timur, http://www.dlwc.gov.au/carh/wetlands/facts/paa/algae/index.html
Kalimantan Tengah. Whitten, J.E.J., dan Whitten, A.J., 1987. Analysis of Bark eating in Tropical squirrel.
Profil Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Kotawaringin Timur. Biotropica 19(2): 107-115.
Tahun 2002. Propinsi Kalimantan Tengah. Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters. Naga Report
Sadacharan, 1994, Coastal Zone Management in Sri Lanka, Lecture Notes on the Volume 2: Scientific Results of marine Investigations of the South China Sea and
Workshop IHE-Delft, Netherland. the Gulf of Thailand 1959 – 1961. The University of California, Scripps Institution of
Sloan, N., 1993. Marine and Coastal Ecosystems Management. Final report. EMDI Oceanography. La Jolla, California. 195 pages
Project, Ministry of State for Environment and Dalhousie University. Yanagi, T., 1999, Coastal Oceanography, Ocean Sciences Research, Terra Sc Pbl,
Soetrisno, Jamal, B., Rusmana, E., Koesoemadinata, S., 1995. Peta Geologi Lembar Kluwer Ac. Publ.
KualaPembuang, Kalimantan. Peta Geologi Bersistem Skala 1: 250.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Soetrisno, 1999. Pengertian-pengertian dasar tentang Air Tanah. Internet
http://www.geocities.com/Eureka/Gold/1577/hg_dasar.html
Soeseno, S., 1974. Limnologi. Departemen Pertanian. Direktorat Perikanan, Jakarta. 145
halaman.
Soegiarto, A., 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga
Oseanologi Nasional. Jakarta.
Sukarna, D. Data Potensi Bahan Galian Industri Propinsi Kalimantan Tengah. Direktorat
Jendral Pertambangan Umum Pusat Pengembangan Teknologi Mineral, 1982.
Supangat, A., Hadi, S., Nganro, N.R., Ningsih, S.N., Sugianto, D.N., Nova,S., Handiani,
D.N., Pranowo, W.S., 2001. Assesment of aquatic Environment Quality for Shrimps
and Fishes in Indonesia Mostly Exported to Japan. Research Final Report The
Assahi Glass Foundation Overseas Research Grant 2000. Research Institute.
Bandung Institute of Technology. November 2001.
Taruna, Y.,Matondang, W., Bachtiar, Kornelis., 1995. Pemetaan Hidrogeologi Daerah
Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah Skala 1: 50.000. Proyek
Pengembangan Pertambangan dan Energi Kalimantan Tengah. Kanwil
Deptamben Prop.Kalteng.
Tomascik, T., 1997. Environmental Management Guidelines for Coral Reef Ecosystems.
KLH/EMDI. Ministry of Population and Environment, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999. Tentang Pemerintahan
Daerah. Kantor Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 05 Tahun 2002. Tentang Pembentukan
Kabupaten Katingan, Kab. Seruyan, Kab. Sukamara, Kab. Lamandau, Kab.
Gunung Mas, Kab. Pulang Pisau, Kab. Murung Raya, dan Kab. Barito Timur di
Provinsi Kalimantan Tengah. Kantor Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Verhagen, 1994, Coastal Zone Management, Lecture Notes on the Workshop, IHE-
Delft, Netherland.

DP-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. DAS : Daerah Aliran Sungai.

Bapedalda : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Dirjen : Direktorat Jenderal.

Bakosurtanal : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. DPP : Daerah Perairan Pantai.

Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. DO : Dissolved Oksigen (Oksigen Terlarut di dalam Air).

BBAP : Balai Budidaya Air Payau. ENSO : El Nino - Southern Oscillation.

BBM : Bahan Bakar Minyak. Fe : Ferum (Besi).

BBI : Balai Benih Ikan. FKPPS : Forum Koordinasi Pengelolaan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan.

BKSDA : Balai konservasi Sumber Daya Alam. GIS : Geographic Information System.

BPLHD : Badan pengendalian Lingkungan Hidup Daerah. GT : Gross Ton (Bobot bersih kapal atau perahu).

BPS : Badan Pusat Statistika. HUT : Hari Ulang Tahun.

BOD : Biological Oxygen Demand (Kebutuhan Oksigen untuk proses ITB : Institut Teknologi Bandung.
Biologis).
IUCN : International Union for Conservation of Nature.
BT : Bujur Timur.
JICA : Japan International Corporation Agency.
Bugam Raya : Pantai Kubu, Teluk Bogam, dan Pantai Keraya (Kawasan wisata
pantai di Kabupaten Kotawaringin Barat). Kalteng : Kalimantan Tengah.

CD-ROM : Compact Disk – Read Only Memory. Kab : Kabupaten.

COD : Chemical Oxygen Demand (Kebutuhan Oksigen untuk proses Kec : Kecamatan.
Kimiawi).
LPPM : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat.
CO2 : Carbon Dioxide.
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
CPO : Crude Palm Oil.
LS : Lintang Selatan.
Cu : Cuprum (Tembaga).
MCMA : Marine and Coastal Management Area.

DS-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

MENKLH : Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup. RS : Rumah sakit.

Mn : Mangan. RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah.

MSL : Mean Sea Level (Rata-rata Permukaan Air Laut). SD : Sekolah Dasar.

NO3 : Nitrate. SIG : Sistem Informasi Geografis.

PAD : Pendapatan Asli Daerah. SiO2 : Silikat Oksida.

Pasut : Pasang Surut. SK : Surat Keputusan.

PAM : Perusahaan Air Minum. SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Pb : Plumbum (Timbal). SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

PC : Personal Computer. Sosekbud : Sosial Ekonomi dan Budaya.

PELNI : Pelayaran Nasional Indonesia. TPI : Tempat Pelelangan Ikan.

Pemda : Pemerintah Daerah. TN : Taman Nasional.

PLN : Perusahaan Listrik Negara. TSS : Total Suspended Solid.

PLG : Proyek Lahan Gambut. UU : Undang Undang.

PPLH : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. UNLAM : Universitas Lambung Mangkurat. (Banjarmasin – Kalimantan
Selatan).
PPI : Pelabuhan Penangkapan Ikan.
UNPAR : Universitas Palangka Raya. (Kalimantan Tengah).
PPK : Pusat Penelitian Kelautan.
WIB : Waktu Indonesia bagian Barat.
Pol- Airud : Polisi Air dan Udara.
WP : Wilayah Pantai.
PO4 : Phosphate.
Yayorin : Yayasan Orang Utan Indonesia.
Prop : Propinsi.
ZEE : Zona Ekonomi Eksklusif.
PT : Perusahaan Terbatas.

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat.

PU : Pekerjaan Umum.

P3G : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

RI : Republik Indonesia.

DS-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Akrasi : proses penumpukan pasir di daerah pantai yang diakibat oleh Citra : penginderaan jauh dikumpulkan oleh satelit yang mengelilingi
gerakan arus dan gelombang yang membawa pasir ke daerah bumi termasuk Landsat, dan SPOT yang mempunyai panjang
tersebut. gelombang tertentu (tampak mata biasa, inframerah, dsb),
yang dapat digabungkan untuk maksud interpretasi. Tampak
Akuifer : suatu lapisan geologis yang mengandung air, dimana air seperti photo tetapi tidak dapat di buat dengan metode
tersebut dapat diambil secara ekonomis dan digunakan sebagai photografi, karenanya digunakan istilah image atau imagery.
sumber pasokan terhadap kebutuhan sehari-hari akan air bersih. Data dari citra satelit dapat diinterpretasikan secara visual atau
di analisis dengan komputer dalam bentuk digital (angka).
Backshore : daerah akrasi atau erosi, terletak ke arah darat dari garis air Dapat pula langsung dimasukkan dalam sistem informasi
pasang normal, yang biasanya menjadi basah hanya pada geografis.
waktu air pasang tinggi, suatu berm pelindung ombak (timbunan
kerikil dan/atau pasir yang terbentuk karena gelombang) yang Coast : bagian dari wilayah pesisir yang meluas dari garis pantai ke arah
sempit atau suatu timbunan pasir, semak atau bukit pasir yang darat.
kompleks ke arah darat dari air pasang normal.
Coastal area : wilayah pesisir.
Beach atau : bagian fisik dari wilayah pesisir yang umumnya berpasir.
Shore Coastal : suatu garis diciptakan secara geografis untuk menentukan jarak
baseline ke batas laut wilayah suatu negara.
Beje : saluran / kanal buatan manusia untuk menjebak ikan pada saat
air pasang naik ke darat. Beje ini juga bisa dimodifikasi menjadi Dataran Pasang : daerah pantai yang tidak ditutupi vegetasi (biasa berlumpur
kolam, ketika bagian mulut kanal ditutup, sehingga ikan yang Surut (tidal flat) atau berpasir); daerah darat yang tergenang air surut dan aliran
terjebak bisa dipelihara untuk dipanen setelah 3-4 bulan pasang surut; daerah yang terletak diantara air pasang tertinggi
kemudian. dan air surut terendah (lihat : “intertidal zone”).

Berm : bagian pantai yang hampir datar yang terbentuk oleh endapan Deforestasi : penggundulan atau penebangan hutan.
material akibat aksi gelombang.
Dendritic : rangkaian pengaliran sungai utama beserta anak sungai yang
Berm edge : bagian tepi dari berm. secara keseluruhan membentuk pola seperti tulang daun.

Blooming : pertumbuhan plankton alga secara besar-besaran yang Daya dukung : batas banyaknya kehidupan, atau kegiatan ekonomis yang
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada air. dapat didukung oleh suatu lingkungan; sering berarti jumlah
Umumnya, alga biru-hijau (Cyanobacteria) yang berkembang di tertentu individu dari sejumlah spesies yang dapat di dukung
daerah eutrof. oleh suatu habitat atau dalam pengelolaan sumberdaya, berarti
batas-batas yang wajar dari lampu pemukiman manusia
Breaker : gelombang pecah. dan/atau penggunaan sumberdaya.

Breaker zone : daerah gelombang pecah. Downwelling : gerakan vertikal massa air dari lapisan permukaan ke lapisan
dalam akibat adanya penumpukan massa (konvergensi) di
permukaan.

DI-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Gelombang : gelombang yang terjadi di daerah pembangkitan angin.


Dunes : akumulasi pasir di pinggiran pantai ke arah daratan yang sea
terbentuk melalui proses alami dan biasanya sejajar dengan
garis pantai. Gelombang : gelombang yang telah keluar dari daerah pembangkitan angin.
swell
Ekosistem : suatu komunitas tumbuh-tumbuhan, bahan dan organisms
lainnya serta proses yang menghubungkan mereka; suatu sistem Gembor : nama lokal dari suatu pohon yang kulitnya diambil oleh
fungsi dan interaksi yang terdiri dari organisme hidup dan masyarakat sebagai bahan baku pembuatan obat nyamuk
lingkungannya. Konsep ini dapat diterapkan pada skala bakar. Kegiatan pengambilan kulit tersebut dikenal sebagai
apapun, dari planet sebagai suatu ekosistem sampai ke koloni Menggembor.
mikroba yang mikroskopis dengan sekitarnya, sistem ekologi
lengkap yang berlangsung di suatu unit geografi tertentu, Habitat : struktur lingkungan tempat hidup tumbuh-tumbuhan atau
termasuk komunitas biologis dan lingkungan fisik, berfungsi hewan, biasanya menurut tipe bentuk kehidupan utama
sebagai unit ekologis di alam. (misalnya bakau, lamun, dsb).

El Nino : penampakan air permukaan laut yang panas, yang tidak normal Hidrologi : ilmu pengetahuan mengenai sifat-sifat penyebaran dan sirkulasi
di wilayah Pasifik ekuator bagian timur dan tengah. Ada juga air di atas bumi.
yang mengartikan El Nino sebagai penampakan air
(permukaan) laut yang panas dari waktu ke waktu di wilayah High water : level muka air tinggi (pasang).
Pasifik ekuator bagian timur sepanjang Pantai Peru dan Ekuador. level
Fenomena El Nino kemudian berhubungan dengan fenomena
Osilasi Selatan yang dikenal dengan istilah ENSO. Intrusi : arti harfiahnya adalah masuk secara paksa, istilah ini sering
digunakan tentang proses masuknya air laut kedaratan sehingga
Erosi tanah : pemindahan tanah oleh angin, air atau tanah longsor dengan air tanah yang berada jauh dari laut terasa payau atau asin.
kecepatan yang lebih tinggi dari proses pembentukan tanah
untuk menggantinya. Erosi tanah dapat terjadi akibat kegiatan Inshore zone : daerah dengan lebar yang bervariasi yang meluas dari garis air
manusia seperti pembersihan vegetasi dan penanaman pada rendah hingga breaker zone.
lahan yang miring tanpa langkah konservasi tanah.
Intertidal Zone : zona transisi antara laut dan darat, sering didefinisikan sebagai
Estuaria : daerah muara sungai dimana terjadi percampuran air asin dari zona yang terletak antara batas air pasang tinggi rata-rata dan
laut dengan air tawar dari sungai. batas air surut rata-rata.

Foreshore : bagian pantai yang terkena pasang surut atau bagian depan Jaring Insang : dikenal sebagai Drift Gill Net. Jaring ini digunakan untuk
pantai yang terletak antara bagian pantai atas (atau batas Hanyut mengangkap ikan di lapisan permukaan air, ditebarkan dari atas
teratas yang terkena air pasang tinggi) dan batas air surut biasa perahu menyudut terhadap arus, kemudian dibiarkan hanyut
yang biasanya terkena gelombang naik dan gelombang turun untuk beberapa saat sebelum ditarik kembali.
ketika air pasang dan air surut.
Jaring Insang : dikenal sebagai Set Gill Net. Jaring ini dipasang dengan
Foreshore slope : lereng dari foreshore. Tetap menggunakan tonggak (tiang penetap) dan diberi pemberat.
Jaring ini bisa digunakan untuk menangkap ikan pada lapisan
Gambut : Suatu jenis tanah yang mempunyai pH asam hasil dekomposisi permukaan, tengah, maupun dasar perairan.
tumbuhan selama ratusan tahun, jika dekomposisi terus
berlangsung akan membentuk struktur batu bara. Karang Buatan : setiap habitat laut yang di bangun untuk maksud memikat jenis-
jenis organisme laut atau meningkatkan sumberdaya laut untuk
Garis pantai : Garis yang dibentuk oleh perpotongan garis air rendah dengan memperbaiki perikanan, biasanya terbuat dari timbunan bahan-
daratan pantai yang dipakai untuk menetapkan titik terluar di bahan seperti bekas ban mobil, pecahan-pecahan semen,
pantai wilayah laut. bangkai kerangka kapal, badan mobil, dsb.

DI-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Kawasan : suatu daerah yang memliki karakteristik fisik, biologi, social, Lahan : daerah yang sering terkena banjir atau tertutup air misalnya
ekonomi dan budaya yang dibentuk oleh criteria tertentu untuk basah semak air payau, rawa bakau atau lahan dengan semak-semak
mengidentifikasinya. (Wetland) tawar.

Kawasan : sawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk Lamun : sejenis ilalang laut yang hidup di dasar laut yang berpasir yang
Budidaya dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya tidak begitu dalam dimana sinar matahari masih dapat
alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. menembus ke dasar hingga memungkinkan ilalang tersebut
berfotosintesa.
Kawasan Pesisir : wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah berdasarkan criteria tertentu, seperti karakteristik fisik, Landsat : sebuah satelit NASA (Nasional Aeronautical and Space
biologi, social, dan ekonomi, untuk dipertahankan Administration) yang mengelilingi bumi tanpa awak, yang
keberadaannya. mengirimkan citra multispektrum (kisaran 0,4 – 1,1 um) dari
spektrum elektromagnet ke stasiun penerima di bumi, data
Kelotok : perahu kayu yang kurang lebih panjangnya 2 – 4 meter, dan digital dan/atau citra yang dihasilkan digunakan untuk
dilengkapi dengan mesin berkekuatan kecil, yaitu 4 – 7 pk identifikasi ciri-ciri bumi dan sumberdaya. Data dikumpulkan
(tenaga kuda). terpisah untuk panjang gelombang yang tampak dan yang
tidak tampak, yang dapat digabungkan untuk interpretasi.Pada
Keramba : suatu Struktur atau sarana terdiri dari kerangka (dari bamboo, kondisi menguntungkan, resolusi tanah dapat mencapai 30 m.
kayu, pipa peralon, atau pipa besi) berbentuk persegi,
pelampung, dan jaring penahan, yang dipasang terendam di Lempara dasar : alat tangkap ikan tradisional berupa Jaring yang berbentuk
perairan. Dimana jaring penahan, adalah terbuka pada bagian mengantong, bagian mulut lebar dengan sisi bawahnya
atasnya, dan tertutup pada bagian bawahnya sehingga mirip dilengkapi papan pemberat sekaligus berfungsi untuk
dengan kolam, digunakan untuk memelihara ikan. menggaruk hingga ke dasar perairan. Alat tangkap ini dulunya
ditarik dengan tenaga manusia, sedangkan di beberapa desa
Klorofil : zat hijau daun yang sangat berperan dalam proses fotosintesis. sudah dimodifikasi ditarik dengan mesin sederhana.

Komunitas : sekelompok makhluk hidup yang tinggal di lingkungan tertentu Litoral drift : perpindahan pasir dan bahan lain oleh arus litoral (sepanjang
(misal: komunitas padang rumput). pantai) dengan arah sejajar pantai di sepanjang pantai;
biasanya oleh angin.
Konservasi : kegiatan yang ditujukan untuk memperkecil berkurangnya tanah
tanah karena erosi. Konservasi tanah (soil conservation) dapat dicapai Litoral : perairan pantai yang dangkal.
dengan struktur tanah, seperti tepi sungai dan pematang, atau
dengan cara biologis, terutama mempertahankan suatu Low tide : dasar pantai yang datar yang merupakan batas air rendah
penutupan tanah oleh tumbuh-tumbuhan hidup atau sisa-sisa terrace (surut).
tumbuh- tumbuhan. Soil conservation juga digunakan dalam
pengertian yang luas untuk menunjukkan semua kegiatan yang Low Water : level muka air rendah (surut).
ditujukan untuk konservasi kesuburan tanah. Level

Kontur : suatu garis yang menghubungkan titik-titik yang bernilai sama. Madrasah : sekolah untuk pendidikan dasar 6 tahun yang berbasis agama
Biasanya berdasarkan suatu datum horizontal, misalnya Ibtidaiyah Islam.
kedalaman laut rata-rata.
Mangrove : komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa
Laguna : suatu daerah litoral agak tertutup dengan masukan air tawar jenis pohon (bakau dan nipah) yang mampu tumbuh dan
yang terbatas, salinitas tinggi dan sirkulasi terbatas; laguna berkembang pada daerah pasang surut dan pantai berlumpur
terdapat di belakang bukit pasir, pulau penghalang dan bentuk- atau/dan berpasir. Misalnya: Bakau Api-api (Avicenia spp),
bentuk penghalang lainnya. Bakau Bakau (Rhizopora spp).

DI-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Mean Sea Level : permukaan laut rata-rata yang diperoleh dengan merata- Pengguna : semua orang mendapatkan pekerjaan secara langsung baik
(MSL) ratakan data pasang surut selama 19 tahun. lahan seluruhnya atau sebagian dari lahan misalnya petani,
pengusaha hutan, pengembala, staf dari taman nasional.
Meandering : alur pengaliran sungai yang berkelok-kelok sedemikian rupa
sehingga menyerupai huruf “S”. Peran : atau kerlibatan warga berarti partisipasi dalam perencanaan
serta oleh orang yang bukan perencana profesional atau pegawai
Model : suatu pembuatan abstrak dari kenyataan. Model dapat meliputi masyarakat negeri. Ini merupakan suatu proses dimana masyarakat sehari-
kombinasi dari pernyataan logis, persamaan matematis, dan hari ikut ambil bagian dalam mengembangkan, mengurus dan
kriteria yang dapat diterapkan untuk simulasi suatu proses, mengubah rencana komprehensif lokal dan peraturan–
prediksi suatu hasil atau membuat ciri suatu karakteristik suatu peraturan yang ada hubungannya.Dalam hal ini warga
fenomena, istilah model dan analisis sering digunakan berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
bergantian walaupun yang pertama mempunyai lingkup lebih yang mempengaruhi masyarakatnya.
sempit. Penyajian data realitas (misalnya model data ruang
meliputi arc-node, geo-relational model, raster atau grids dan Pesisir : daerah perbatasan antara laut dan darat, dimana batas untuk
TINS). darat ialah daerah dimana masih terdapat pengaruh dari laut
(seperti angin, arus dsb) dan untuk laut ialah daerah batas yang
Modeling : konstruksi simulasi fisik, konseptual atau matematis dari dunia masih ada pengaruh darat (seperti dari sungai).
nyata. Model membantu menunjukkan hubungan antara proses
(fisik, ekonomis, sosial) dan dapat digunakan untuk membuat Peta dasar : sebuah peta yang menunjukan informasi planimetri, topologi,
prediksi pengaruh perubahan-perubahan dalam penggunaan geologic politik dan/atau kadaster. Informasi peta dasar
sumberdaya. tersebut digambar dengan tipe informasi peta dasar dapat
sederhana seperti batas-batas administrasi utama, data
Model : Suatu pembuatan miniatur dari kenyataan dinamika yang terjadi hidrografi utama, atau jalan utama.
Hidrodinamika di laut, meliputi pergerakan arus, gelombang, dan pasang surut
melalui persamaan matematis dan kriteria fenomena Peta digitasi : informasi yang dipetakan dan disimpan dalam bentuk angka
oseanografis. Model hidrodinamika bisa dibangun secara 1 dalam suatu rangkaian koordinat (utara, timur) beserta nilai atau
dimensi, 2 dimensi, dan 3 dimensi. sifat-sifatnya (misalnya ketinggian, penggunaan sumber daya,
dsb).
Monsun : pola angin yang berhembus di atas wilayah perairan Samudera
(Moonson) Hindia-Pasifik dan laut di sekitarnya, yang mengakibatkan iklim Plunge point : titik gelombang pecah paling akhir.
dan pola arus permukaan laut tertentu di kawasan tersebut.
Polisi Airud : salah satu dari Kesatuan Polisi, dimana bertugas khusus untuk
Musim Angin : merupakan salah satu fenomena dari Monsun, dimana pada patroli kawasan air dan udara.
Teduh musim ini angin berhembus di atas wilayah Indonesia dari arah
timur. Prasarana : sistem pendukung yang biasanya dibangun untuk umum bagi
suatu komunitas termasuk: jalan, listrik, air, pembuangan limbah,
Nearshore zone : daerah yang meluas dari garis pantai ke arah laut melampaui dsb.
breaker zone.
Purse seine : alat tangkap berupa jaring kantong yang digunakan untuk
Offshore : lepas pantai. menangkap ikan-ikan pelagis di lapisn permukaan perairan laut.
Dimana pengoperasiannya dengan tenaga kapal mesin.
Paceklik : suatu masa dimana lahan yang diolah tidak dapat
menghasilkan. Pulp : bubur kayu untuk bahan pembuatan kertas.

Pemilikan lahan : sistem pemilikan atau penyewaan lahan atau hak Rawai : alat tangkap ikan berupa pancing dengan panjang tali bisa
penggunanya. sekitar 25 – 100 meter yang terjulur dari permukaan hngga ke
dasar perairan. Dimana pada bagina permukaan diikatkan

DI-4
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

pada pelampung dari drum plastik, sedangkan bagian bawah yang mencakup suatu daerah kecil di atas suatu lembar peta
diberikan pemberat. Sepanjang tali tersebut dipasang beberapa misalnya 1:10.000.
mata kail, dengan jarak antar mata kail bisa sekitar 1 meter.
Mata kail bisa diberi umpan berupa pelet khusus, atau dipasangi Storm surge : meningkatnya ketinggian laut karena naiknya air laut di pantai
umpan ikan-ikan kecil yang hidup. akibat dorongan angin pantai yang kuat seperti angin pantai
yang disertai dengan topan atau badai kuat lainnya. Tekanan
Rempa : berasal dari bahasa lokal masyarakat pesisir Kalimantan Tengah atmosfer yang menurun dapat menyebabkan kenaikan
Kantong yang berarti “Jaring Kantong”. Alat ini digunakan nelayan untuk permukaan laut tersebut.
menangkap ikan dan udang ditarik dengan kapal atau perahu.
Sumberdaya : sumberdaya lahan dan laut yang relevan dengan potensi
Rempa : berasal dari bahasa lokal masyarakat pesisir Kalimantan Tengah alam penggunaannya, misalnya iklim, air, tanah, lepas pantai, dekat
Kembong yang berarti “Jaring untuk menangkap ikan Kembung”. pantai dan hutan.

Rengge : jaring insang atau Gill Net. Jaring ini terdiri mempunyai 2 tipe Sumberdaya : sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan jasa-jasa
yaitu Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net), dan Jaring Insang Tetap pesisir lingkungan yang terdapat di wilayah pesisir. Sumberdaya alam
(Set Gill Net). terdiri atas sumberdaya hayati dan non hayati. Sumberdaya
hayati, antara lain ikan, lamun, mangrove. Sedangkan unsure
Ruang : wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang non hayati terdiri dari lahan pesisir, permukaan air, sumberdaya
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan di airnya, dan di dasar laut seperti pasir, dan mineral lain.
makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidupnya. Sungkur : alat tangkap tradisional berupa jaring yang biasa digunakan
untuk menangkap kepiting rajungan.
Salinitas : kadar garam yang umumnya dinyatakan dalam per mil atau
perseribu ppt (part per thousand). Surf zone : daerah diantara gelombang pecah paling luar dan batas
naiknya gelombang di pantai.
Sea cliff : pantai karang yang terjal.
Tata Guna : pengelolaan lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia
Sedimentasi : proses pengangkutan sedimen yang berasal dari arah hulu Lahan meliputi penggunaan lahan di pedesaan, perkotaan, dan
sungai, kemudian terjadi penumpukan di daerah muara. penggunaan oleh industri.

Sei : berasal dari bahasa local Kalimantan yang berarti “Sungai”. Tematik : bersifat tema atau judul, dalam pedoman ini sering dipakai
dalam peta misalnya peta tematik yang artinya peta dengan
Shoreline : garis pantai yang merupakan batas darat dan laut. tema atau judul tertentu misalnya peta wisata bahari, sebaliknya
peta dasar umumnya menggambarkan garis pantai, batas
Sistem Informasi : suatu kumpulan perangkat keras komputer, perangkat lunak, administrasi, sungai, dan jalan tidak bersifat tema.
Geografik (SIG) data geografi dan tenaga kerja yang teratur yang dirancang
secara efesien untuk menangkap, menyimpan, memutakhirkan, Terumbu : karang adalah jenis hewan laut berukuran kecil yang disebut
memanipulasi, menganalisis dan menampilkan seluruh bentuk karang polip, hidupnya menempel
informasi yang mengacu pada geografi. Operasi spasi tertentu pada substrat seperti batu atau dasar yang keras dan
yang kompleks dimungkinkan dalam SIG, yang akan sangat sulit, berkelompok membentuk suatu koloni. Hewan ini menghasilkan
memakan waktu dan tidak praktis tanpa SIG. Data biasanya deposit yang berupa kalsium karbonat (CaCO3) yang
berasal dari peta dan nilai yang diperoleh dapat dicetak terakumulasi menjadi terumbu dan bila hewan yang berada di
sebagai peta. terumbu itu mati, maka terumbu karang tersebut tidak
berkembang sehingga menjadi batukarang atau karang mati.
Skala : perbandingan antara jarak di atas tanah dan jarak diatas peta Hewan karang hidup dari hewan renik lainnya dan tanaman
yang mencakup suatu daerah yang luas seperti negara di atas renik (plankton nabati dan hewan) yang terdapat di sekitarnya.
suatu lembar peta, misalnya skala 1:1.000.000. Skala besar berarti

DI-5
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Trommel Net : jaring ini bentuknya mirip dengan Gill Net, tetapi dimensinya Zona pesisir : perairan pantai (termasuk lahan di dalam dan di bawahnya)
lebih besar daripada Jaring Kantong. Jaring ini digunakan untuk (definisi resmi dan lahan pantai di dekatnya (termasuk perairan di dalam dan
menangkap ikan pada kedalaman sekitar 30 – 40 meter, dimana Amerika) di bawahnya), yang saling mempengaruhi dan letaknya
biasanya terbagi dalam 3 lapis jaring untuk kedalaman tersebut. berdekatan dengan garis pantai beberapa propinsi (negara
bagian) pantai termasuk pulau-pulau, daerah transisi dan
Turbiditas : berkurangnya kejernihan air karena adanya partikel-partikel pasang surut, semak-semak payau, lahan basah dan pantai.
yang melayang; juga merupakan suatu ukuran mengenai
banyaknya bahan tersuspensi di dalam air. Zonasi : sebagai salah satu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang,
untuk menetapkan batas-batas fungsional suatu peruntukan
Upwelling : gerakan vertikal massa air dari lapisan dalam (50-200 m) ke (misal: kawasan hutan lindung dan hutan produksi) sesuai
permukaan akibat adanya kekosongan massa air (divergensi) di dengan potensi sumberdaya, daya dukung dan proses-proses
permukaan ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam sistem
tersebut. Dikenal juga sebagai Pemintakatan.
Watershed : suatu wilayah yang telah ditetapkan secara geografis sebagai
tempat dimana seluruh air mengalir melalui sistem tertentu yaitu
sungai, aliran air, atau badan air lainnya; watershed dibatasi
oleh "pembagi watershed" (titik atau tanggul yang tinggi di atas
tanah) dan termasuk bukit, lereng, dataran rendah, daerah
banjir dan menerima badan air.

Wilayah : ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap


unsur terkait padanya yang terbatas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional.

Zona : zona maritim yang berdekatan dengan atau yang membentang


Ekonomi 200 mil laut dari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur
Eksklusif wilayah laut. Kewenangan diberikan secara internasional oleh
Konferensi PBB III tentang Hukum Laut, negara pantai
mempunyai hak berdaulat untuk eksplorasi, eksploitasi,
konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam di zona tersebut.

DI-6
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih lanjut batas wilayah pesisir ke arah darat dan ke arah laut yang telah
1. PENDAHULUAN dipraktekkan di beberapa negara dan negara bagian di dunia, adalah

P ertanyaan pertama yang seringkali muncul dalam pengelolaan kawasan


pesisir adalah bagaimana menentukan batas-batas wilayah pesisir
(Dahuri, dkk., 1996):
1. Batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara
(coastal zone) suatu daerah, karena sampai sekarang belum ada definisi arbitrer dari rata-rata pasang tinggi (mean high tide), dan batas ke arah
wilayah pesisir yang baku. laut umumnya secara jurisdiksi propinsi.
Sementara ini kesepakatan para ahli pesisir seluruh dunia mendefinisikan 2. Bahwa untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat dari suatu
bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan wilayah pesisir dapat ditetapkan sebanyak 2 macam, yaitu: batas untuk
lautan. Dimana suatu wilayah pesisir mempunyai 2 macam batas, yaitu: batas wilayah perencanaan (planning zone), dan batas untuk wilayah
yang sejajar garis pantai (longshore), dan batas yang tegak lurus terhadap pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day
garis pantai (cross-shore). management). Dimana batas-batas tersebut harus mempertimbangkan
interaksi antara lingkungan, sumberdaya, dan kegiatan manusia yang
Penetapan batas wilayah pesisir yang sejajar garis pantai relatif lebih mudah ada.
dilakukan daripada penetapan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai. 3. Batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah tergantung
Hal ini karena setiap negara, negara bagian, atau propinsi memiliki karakteristik pada isu pengelolaan. Contohnya yang dipraktekkan oleh negara
lingkungan, sumberdaya alam, dan sistem pemerintahan tersendiri. Contoh bagian California, pada tahun 1972 menetapkan batas ke arah darat
penetapan batas pesisir yang sejajar garis pantai untuk Propinsi Kalimantan pesisirnya sejauh 1000 meter dari garis rata-rata pasang tinggi, kemudian
Tengah adalah Propinsi Kalimantan Barat untuk batas barat, Propinsi pada tahun 1977 batas tersebut menjadi batas arbitrer yang bergantung
Kalimantan Selatan untuk batas timur, atau secara jurisdiksi propinsi. pada isu pengelolaan.

L-1
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Definisi atau pengertian wilayah pesisir secara umum yang digunakan di batas wilayah pesisir yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
Indonesia adalah yang dikemukaan oleh Soegiarto (1976) dalam buku adalah:
Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir terbitan Lembaga Oseanologi
Nasional LIPI Jakarta, yaitu: daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah
1.1 BATAS PESISIR SECARA FISIK
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam
air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan Batas wilayah pesisir secara fisik ke arah darat untuk Propinsi Kalimantan

perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup Tengah bisa ditentukan berdasarkan pada definisi wilayah pesisir yang

bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di dikemukakan oleh Soegiarto (1976) dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan

darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh Wilayah Pesisir terbitan Lembaga Oseanologi Nasional LIPI Jakarta. Dalam hal

kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. ini parameter oseanografi utama yang perlu dilihat adalah pasang surut
(pasut), dan salinitas sebagai indikator perembesan air laut ke arah hulu
sungai-sungai yang ada. Hal ini menjadi pertimbangan utama karena ada
Dari berbagai gambaran tentang penetapan batas wilayah pesisir yang ada, sekitar 11 sungai besar yang bermuara di perairan laut Kalimanatan Tengah,
kami mencoba memaparkan beberapa konsep batas wilayah pesisir yang dan hampir semuanya mempunyai hulu yang jauh masuk ke arah daratan.
cocok diterapkan untuk wilayah Propinsi Kalimantan Tengah. Dalam hal ini Pengukuran detail tentang kedua parameter tersebut minimal bisa dilakukan di
permasalahan utama adalah menentukan batas di bagian darat. Sebenarnya 5 titik stasiun pengamatan yaitu, muara, hulu, dan 3 titik diantara hulu-muara
definisi wilayah pesisir yang diterapkan di Negara Republik Indonesia sudah
pada masing-masing sungai. Dimana minimal pengamatan selama 2 minggu,
ada yaitu, konsep wilayah pesisir (coastal zone) yang tertulis pada Lampiran sedangkan khusus untuk salinitas sampel air yang diamati harus diambil dari
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.10/MEN/2002 tentang bagian permukaan, tengah kolom, dan dasar sungai. Berdasarkan fenomena
Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu yang mengacu yang teramati tersebut kemudian secara 2 dimensi akan bisa ditarik garis
kepada UU RI No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan delineasi batas kearah darat pesisir Kalimantan Tengah.
bahwa batas ke arah laut pesisirnya adalah 12 mil dari garis pantai untuk
propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk kabupaten/kota, sedangkan
batas administrasi kabupaten/kota digunakan pada bagian darat. 1.2 BATAS PESISIR SECARA EKOSISTEM

Batas wilayah pesisir secara ekosistem ke arah darat untuk Propinsi Kalimantan
Tengah bisa didasarkan kepada definisi wilayah pesisir yang tertulis sebagai
Mengingat keadaan daerah di suatu propinsi bervariiasi maka perlu kiranya
kalimat pertama pada paragraf pertama bagian Sub-bab Latar Belakang Bab
suatu kriteria atau kebijakan khusus untuk menentukan batas wilayah pesisir di
Pendahuluan dalam Lampiran SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.
suatu daerah, dalam hal ini Propinsi Kalimantan Tengah. Beberapa konsep
KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir

L-2
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Terpadu, yang menyebutkan bahwa pesisir merupakan wilayah peralihan dan bentukan sedimentasi yang bertahun-tahun dari seluruh DAS (Daerah Aliran
interaksi antara ekosistem darat dan laut. Untuk melihat hal ini diperlukan juga Sungai) yang ada.
studi lebih detail mengenai zona peralihan ekosistem darat dan laut, dimana
yang perlu dilihat adalah jenis vegetasi, ikan, biota air yang lain, dan fauna 1.4 BATAS PESISIR SECARA ADMINISTRASI DAN EKONOMI
besar-nya. Contoh ekosistem peralihan yang bisa dilihat adalah yang terdapat Seperti yang telah dikemukanan sebelumnya, batas wilayah pesisir ke arah
di Taman Nasional Tanjung Puting dimana ketika jauh memasuki kawasannya darat yang tercantum pada Lampiran Keputusan Menteri Kelautan dan
ke arah darat, masih ditemukan hutan rawa transisional dan adanya buaya Perikanan No. KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan
muara (Crocodylus porosis). Berdasarkan penelitian tersebutlah maka dapat Pengelolaan Pesisir Terpadu yang mengacu pada UU RI No. 22/1999 tentang
dipetakan zonasi peralihan ekosistem darat dan laut yang bisa dijadikan Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa batas ke arah darat adalah
pertimbangan batas ke arah darat pesisir Kalimantan Tengah. batas administrasi kabupaten/kota. Jika hal ini diterapkan di Kalimantan
Tengah maka sebagian besar wilayahnya adalah kawasan pesisir. Tetapi
mengingat bahwa kegiatan perekonomian masyarakat pesisir lebih banyak
1.3 BATAS PESISIR SECARA GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI
terlihat di sekitar kecamatan dibandingkan di kabupaten, maka lebih tepat
Jika berbicara masalah kawasan pesisir Kalimantan Tengah secara ‘geologi
menggunakan batas pesisirnya adalah secara administrasi kecamatan.
sekarang’ (recent geology), maka dapat ditinjau dari sudut geomorfologi dan
struktur geologinya yang akan memberikan gambaran mengenai bentuk
pantai. Berdasarkan tinjauan diketahui bahwa satuan dataran mencakup 80% 1.5 BATAS PESISIR SECARA KEPENTINGAN PENGELOLAAN
luas daerah pesisir yaitu melampar meliputi wilayah pantai, sepanjang sungai Batas wilayah pesisir ke arah darat dapat ditetapkan berdasarkan konsep
utama dan rawa Kalimantan Tengah (Sumber: diolah dari berbagai sumber). batas pesisir untuk kepentingan pengelolaan seperti yang pernah dipraktekkan
Berdasarkan kemiringan, pelamparan dan batuan penyusunnya, maka satuan di beberapa negara/negara bagian contohnya negara bagian California,
dataran dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan dataran, yaitu: satuan yaitu tergantung pada isu pengelolaan yang ada. Jadi, konsep batas pesisir
dataran pantai, satuan dataran rawa, satuan dataran sungai. Pertumbuhan tersebut ditetapkan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
satuan dataran ini dikontrol oleh pasang surut, endapan delta dan gosong pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan
sungai atau sedimentasi sungai oleh karena adanya sungai-sungai besar yang beserta segenap sumberdaya yang ada didalamnya, serta tujuan dari
mengalir di daerah Kalimantan Tengah (Selengkapnya ada di BAB 4 pengelolaan itu sendiri (Dahuri, dkk., 1996). Sebagai contoh untuk wilayah
Geomorfologi dan Geologi Pesisir). Dengan demikian maka batas ke arah Propinsi Kalimantan Tengah, penetapan batas-batas wilayah pesisir dengan
darat pesisir Kalimantan Tengah dapat ditetapkan berdasarkan penarikan tujuan untuk mengendalikan sedimentasi di daerah muara hendaknya
garis terluar (delineasi) dari daerah berstruktur tanah aluvial sebagai hasil mencakup kawasan Daerah Aliran sungai (DAS) hingga ke arah hulu, karena
penanganan yang kurang tepat pada penebangan hutan dan pembukaan

L-3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI UNTUK MCMA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

lahan untuk pemukiman yang kurang memperhatikan faktor lingkungan terjadi Kompromi untuk
di kawasan-kawasan hutan sekitar daerah hulu dan DAS. Pemisalan tersebut pengambilan kebijakan
bisa dilakukan karena didalam Lampiran Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu, bagian Sub-bab Isi Rencana Strategis BAB IV
Rencana Strategis (Strategic Plan) menyatakan bahwa batas ke arah darat
suatu pesisir bisa menggunakan batas ekologi DAS hulu jika berada dalam satu
FISIK:
kabupaten/kota atau batas wilayah desa pantai/kecamatan tergantung
• Pasang Surut
pada kesepakatan daerah dan isu pengelolaan pesisir yang ditangani.
• Perembesan Air
BATAS PESISIR definisi Asin ke Arah Hulu
2. KOMPROMI PENGAMBILAN KEBIJAKAN PENETAPAN BATAS PESISIR

Berdasarkan konsep-konsep penetapan batas ke arah darat pesisir yang ada


dan pemisalan-pemisalan yang bisa dilakukan untuk wilayah pesisir Kalimantan Kepentingan Pengelolaan
Tengah, maka kami dari pihak PPK-ITB mengusulkan batas penetapan wilayah
pesisir secara fisik untuk dijadikan pilihan utama dalam penentuan batas pesisir
di bagian darat. Batas fisik tersebut berupa batas pengaruh pasang surut dan
Gambar A.1 Bagan Kompromi Penetapan Batas Pesisir (PPK-ITB, 2002)
perembesan air asin ke arah hulu. Dalam pandangan kami kondisi fisik tersebut
merupakan faktor dominan (utama) karena mempengaruhi kondisi ekosistem,
geomorfologi, dan ekonomi masyarakat sekitar. Selain itu pengaruh fisik
berperan pula pada budaya masyarakat di suatu wilayah. Batas fisik ini
digunakan sebagai acuan dan dapat dimodifikasi mengikuti kepentingan
pengelolaan (lihat Gambar A.1). Agar perencanaan dan pelaksanaannya
mampu terintegrasi secara sektoral, tidak tumpang tindih dan timbul konflik,
serta mampu memberikan standarisasi pengelolaan sangat perlu mengacu
kepada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.10/MEN/2002
tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu.

L-4

Anda mungkin juga menyukai