Anda di halaman 1dari 5

Bronkiektasis Adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi(ektasis) dan distorsi bromkus local yang bersifat

patologis dan berjalan kronik, persisten atau irreversible. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemenelemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus kecil sedangkan bronkus besar umumnya jarang. Etiologi Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. Kelainan kongenital Dalam hal ini bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetic atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peran penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital mempunyai ciri sebagai berikut. Pertama, bronkiektasis mengenai hamper seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. Kedua, bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lainnya, misalnya: Mucoviscidosis (Cystic pulmonary fibrosis), sindrom Kartagener (bronkiektasi kongenital, sinusitis, paranasal dan situs inversus) , hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kongenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliosis bawaan. Kelainan didapat Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan akibat proses berikut : Infeksi Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang anak menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertussis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru, dan sebagainya.

Obstruksi bronkus Obstruksi bronkus yang dimaksudkan disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus. Menurut peneitian para ahli diketahui bahwa adanya infeksi ataupun obstruksi bronkus tidak selalu nyata (automatis) menimbulkan bronkiektasis. Oleh karenanya diduga mungkin masih ada faktor intrinsic (yang sampai sekarang belum diketahui) ikut berperan terhadap timbulnya bronkiektasis.

Patogenesis Pathogenesis bronkiektasis tergantung faktor penyebabnya. Apabila bronkiektasis timbul kongenital, patogenesisnya tidak diketahui, diduga erat hubungannya dengan faktor genetic serta faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronkiektasis yang

didapat, patogenesisnya diduga melalui beberapa mekanisme. Ada beberapa faktor yang di duga ikut berperan antara lain : 1). Faktor obstruksi bronkus, 2). Faktor infeksi pada bronkus atau paru, 3). Faktor adanya beberapa penyakit tertentu seperti fibrosis paru, asthmatic pulmonary eosinophilia dan 4). Faktor intrinsic dalam bronkus atau paru Permulaannya didahului adanya faktor infeksi bacterial Mula-mula karena adanya infeksi pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronkiektasis. Mekanisme kejadiannya sangat rumit. Secara ringkas dapat dikatakan pada infeksi pada bronkus atau paru, akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronkiektasis. Permulaannya didahului adanya obstruksi bronkus Adanya obstruksi bronkus oleh beberapa penyebab( misalnya tuberculosis kelenjar limfe pada anak; karsinoma bronkus, korpus alienum dalam bronkus) akan diikuti terbentuknya bronkiektsis. Pada bagian distal obstruksi biasanya akan terjadi infeksi dan destruksi bronkus, kemudian terjadi bronkiektasis. Mekanisme kejadiannya sangat rumit. Pada bronkiektasis didapat, pada keadaaan yang amat jarang, dapat terjadi atau timbul sesudah masuknya bahan kimia kororsif ( biasanya bahan hidrokarbon) ke dalam saluran napas, dan karena terjadinya aspirasi berulang bahan/cairan lambung kedalam paru.

Seperti diketahui, bronkiektasis merupakan penyakit paru yang mengenai bronkus dan sifatnya kronik. Keluhan keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap. Keluhankeluhan yang timbul berhubungan erat dengan : 1). Luas atau banyaknya bronkus yang terkena, 2). Tingkat beratnya penyakit, 3). Adanya akibat lanjut bronkiektasis atau komplikasi dan sebagainya. Kerusakan dinding bronkus berupa dilatasi dan distorsi dinding bronkus, kerusakan elemen elastis, tulang rawan otot-otot polos, mukosa dan silia, kerusakan tersebut akan menimbulkan stasis sputum, gangguan epkspektorasi, gangguan reflek batuk dan sesak napas. Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogeneisis bronkiektasis, dapat dijelaskan sebagai berikut : Infeksi pertama (primer) Kecuali pada bentuk bronkiektasis kongenital, tiap bronkiektasis kejadiannya didahului oleh infeksi bronkus (bronchitis) maupun jaringan paru (pneumonia), masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronkiektasis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Menurut hasil penelitian para ahli terdahulu ditemukan bahwa infeksi yang mendahului bronkiektasis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorganisme penyebab pneumonia atau bronchitis yang mendahuluinya. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronkiektasis sedangkan infeksi virus tidak dapat. Boleh jadi bahwa pneumonia atau brobkitis yang mendahului bronkiektasis tadi didahului oleh infeksi virus (misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak dan sebagainya). Infeksi sekunder Tiap pasien bronkiektasis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi (daerah bronkiektasis). Secara bronkiektasis bersifat mukoid dan putih jernih, menandakan tidak atau belum ada infeksi sekunder. Sebaliknya apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder. Untuk menentukan jenis kumannya bias dilakukan pemeriksaan mikrobiologis. Sputu, berbau busuk menandakan adanya infeksi sekunder oleh kuman anaerob. Contoh kuman anaerob ini misalnya: Fusifornis fusiformis, Treponema vincenti, anaerobic streptococci dan sebagainya. Kuman-kuman aerob yang sering ditemukan dan menginfeksi

bronkiektasis misalnya : Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Klebsiella ozaena dan sebagainya. Gejala klinis Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronkiektasis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya da nada atau tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas penyakit ini adalah batuk kronik disertai produksi sputum, adanya hemoptysis dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis tersebut dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan. Bronkiektasis yang mengenai bronkus pada lobus atas sering dan menimbulkan gejala Keluhan-keluhan Batuk Batuk pada bronkiektasis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti bronchitis kronik, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak teruama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi sekunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulent, dan dapat memebrikan bau mulut yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau bususk. Pada kasus yang ringan, pasien dapat tanoa batuk atau hanya timbul batuk apabila ada infeksi sekunder. Pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronkhlectesis, sputum jumlahnya banyak sekali, purulent, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi tiga bagian : a). lapisan teratas agak keruh terdiri atas mucus; b). lapisan tengah jernih terdiri atas saliva dan c). lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak. Hemoptysis Hemoptisis terjadi kira-kira pada50% kasus bronkiektasis. Kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah dan timbul perdarahan. Perdarahan yang terjadi bervariasi, mulai yang paling ringan sampai perdarahan yang cukup banyak yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang

mengenai cabang arteri bronkialis. Pada dry bronchiectasis , hemoptysis justru merupakan gejala satu-satunya karena bronkiektasis jenis ini letaknya di lobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimblukan refleks batuk. Pasien tanpa batuk atau batuknya minimal. Dapat diambil pelajaran bahwa apabila ditemukan kasus hemoptysis hebat tanpa adanya gejala gejala-gejala batuk sebelumnya atau tanpa kelaian fisis yang jelas hendaknya diingat dry bronchiectasis ini. Hemoptysis pada bronkiektasis walaupun kadang-kadang hebat jarang fatal. Pada tuberculosis paru, bronkiektasis ini merupakan penyebab utama komplikasi hemoptysis. Sesak napas (dyspnea) Pada sebagian besar pasien ditemukan keluha sesak napas. Timbul dan beratnya sesak napas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi serta seberapa jauh timbulnya kolaps paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang (ISPA), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak napas tadi. Kadang-kadang ditemukan pula suara mengi (wheezing) akbit adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebut pada distribusi kelainnya. Demam berulang Bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru sehingga sering timbul demam (demam berulang).

Anda mungkin juga menyukai