Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN ENDOKARDITIS

NAMA ; EE JUBAEDAH
NIM
; 04081934
KELAS ; B/KP/VI

A. PENGERTIAN

Endokarditis adalah suatu penyakit yang melibatkan endokardium yang utuh atau rusak.

Endokarditis dibagi menjadi beberapa bagian :


o

Endokarditis infektif akut atau endokarditis bacterial adalah penyakit infeksi oleh
mikroorganisme pada endokard atau katup jantung.

Endokarditis infektif subakut adalah penyakit yang disebabkan oleh factor


trombosit yang disertai dengan vegetasi.

Endokarditis rematik adalah penyakit yang disebabkan langsung oleh demam


rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptococcus grup
A.

B. ETIOLOGI
1. Mikroorganisme
a. Streptococcus viridans
b. Staphylococcus faecalis
2. Faktor predisposisi
a. Kelainan katup jantung, dapat berupa penyakit jantung rematik, katup jantung prostetik, penyakit
jantung sklerotik.
b. Kelainan jantung bawaan.
c. Luka bakar.
d. Pecandu narkotika.
3. Penyebab lain

a. Bakteri gram negative aerob/anaerob


b. Jamur
c. Virus
d. Kandida
4. Faktor pencetus endokarditis infeksi
a. Ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan mulut
b. Kateterisasi saluran kemih
c. Tindakan obstetric ginekologi
d. Radang saluran pernapasan
5. Faktor predisposisi endokarditis infeksi
a. Penyalahgunaan narkotik intravena
b. Penyakit paru obstruktif menahun
c. Penyakit ginjal
d. Penyakit gout
e. Serosis hepatis

C. PATOFISIOLOGI
Kuman paling sering masuk melalui saluran nafas bagian atas, selain itu juga melalui alat
genetalia dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan
permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulkan vegetasi yang terdiri atas
trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan
mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan
endokard, kuman yang sangat pathogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi
kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard
atau anuerisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi rupture yang
mengakibatkan terjadinya kebocoran katub.
Endokarditis rematik :
Disebabkan oleh infeksi streptococcus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua
persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan
bagian yang kerusakannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi,

artinya jaringan tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organisme
tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi yang terjadi sebagai respons
terhadap streptococcus hemolitikus. Lekosit darah akan tertimbun pada jaringan yang terkena
dan membentuk nodul, yang kemudian akan diganti dengan jaringan parut. Miokardium tentu
saja terlibat dalam proses inflamasi ini, artinya berkembanglah miokarditis rematik, yang
sementara melemahkan tenaga kontraksi jantung. Endokarditis rematik mengakibatkan efek
samping kecacatan permanent.

D. MANIFESTASI KLINIS

Endokarditis infektif akut


Lebih sering terjadi pada jantung normal. Penyakit timbul mendadak. Tanda-tanda infeksi

lebih menonjol, seperti panas yang tinggi dan menggigil, jarang ditemukan jari tabuh dan
Janeways lesions (bercak kemerahan pada telapak tangan dan kaki). Terdapat tanda-tanda pada
mata berupa petekie konjungtiva, perdarahan retina, kebutaan, tanda-tanda endoftalmitis, dan
panoftalmitis. Emboli biasanya lebih sering terjadi dan umumnya menyangkut pada arteri yang
lebih besar sehingga menimbulkan infark atau abses paru dan sebagainya. Bising jantung baru
atau perubahan bising jantung dapat terjadi.

Endokarditis infektif subakut


Hampir selalu mengenai jantung abnormal. Gejala timbul lebih kurang 2 minggu sesudah

masa inkubasi. Keluhan umum yang sering dirasa adalah demam tidak terlalu tinggi, letih, lesu,
banyak keringat malam, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit kepala, dan sakit
sendi. Bila terjadi emboli akan timbul keluhan seperti paralysis, sakit dada, sakit perut, buta
mendadak, hematuria, sakit pada jaringan tangan, dan sakit pada kulit.

Endokarditis rematik
Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena. Katup mitral

adalah yang paling sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri ; sesak nafas dengan
krekel dan wheezing pada paru. Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Gejala
sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan

murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus dicurigai adanya infeksi
endokarditis.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis (neutrofilia), anemia normositik

normokrom, peningkatan laju endap darah (LED), immunoglobulin serum meningkat, uji fraksi
gamagloblin posotif, total hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun,
serta kadar bilirubin darah yang sedikit meningkat. Pada pemeriksaan urin didapatkan proteinuria
dan mikrohematuria.
Pembiakan darah dilakukan selama 1-3 minggu untuk mencari mikroorganisme yang
mungkin berkembang biak agak lama. Darah diambil tiap hari berturut-turut selama 2-5 hari
sebanyak 10 ml, sebelum diberikan antibiotic. Bila antibiotic telah diberikan, hentikan selama 37 hari. Paling kurang dua kali pembiakan harus memberikan hasil yang sama. Pada hasil positif
dilakukan uji resistensi terhadap antibiotic.

EKG
EKG diperlukan untuk mencari infark tersembunyi yang disebabkan emboli atau vegetasi

pada arteri koronaria dan gangguan hantaran yang disebabkan endokarditis.

Foto Toraks
Foto toraks dilakukan untuk mencari tanda-tanda gagal jantung kongestif sebagai

komplikasi yang sering, adanya bercak infiltrate kecil multiple pada penyalahgunaan narkotika
intravena, dan kalsifikasi katup.

Ekokardiografi
Ekokardiografi perlu untuk melihat vegetasi pada katup aorta, terutama vegetasi yang

besar (> 5 mm), melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif, mencari
penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis, dan melihat penutupan katup mitral yang lebih
dini.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan efek-efek sistemik dari infeksi.
Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol.
Criteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, ekspresi wajah klien rileks.
Intervensi dan rasional :
1. Intervensi : Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan, misal perubahan
posisi, gosokan punggung, kompres panas/dingin.
Rasional : Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik.
2. Intervensi : Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
3. Intervensi : Kolaborasi dengan doker dalam pemberian obat, misal Aspirin.
Rasional : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tersebut diharapkan dapat
menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard.
Tujuan : Mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan perawatan
mandiri.
Criteria hasil : Pasien menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
Intevensi dan rasional :
1. Intervensi : Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya dan perubahan
dalam keluhan kelemahan, keletihan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
Rasional : Miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel
miokardial. Penurunan pengisian dan curah jantung dapat menyebabkan pengumpulan cairan
dalam kantung pericardial bila ada perikarditis.
2. Intervensi : Pantua frekuensi/irama jantng, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum/setelah
aktivitas dan selama diperlukan.

Rasional : Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikasi dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
3. Inervensi : Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari endokarditis.
4. Intervensi : Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin
untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons, VS, dan toleransi pasien pada
peningkatan aktivitas.
Rasional : Saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas
yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanent/terjadi komplikasi.
5. Intervensi : Evaluasi respons emosional terhadap situasi/berikan dukungan.
Rasional : Ansietas akan ada karena inflamasi/infeksi dan respons jantung (fisiologis), serta
derajat takut pasien serta kebutuhan keterampilan koping emosional diakibatkan oleh potensial
penyakit yang mengancam hidup (psikologis).
6. Intervensi : Berikan oksigen suplemen.
Rasional : Peningkatan ketersediaan oksigen untuk ambilan miokard untuk mengimbangi
peningkatan konsumsi oksigen yang terjadi dengan aktivitas.
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot
jantung (miokarditis).
Tujuan : Stabilitas hemodinamik dipertahankan, bebas gejala gagal jantung.
Criteria hasil :

Menunjukkan penurunan dispnea, angina, dan disritmia.

Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.

Intervensi dan rasional :


1. Intervensi : Pantau frekuensi/irama jantung.

Rasional : Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk meningkatkan
curahnya berespons pada demam, hipoksia, dan asidosis karena iskemia.
2. Intervensi : Dorong tirah baring dalam posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
3. Intervensi : Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung dan
perubahan posisi, dan aktivitas hiburan dalam toleransi jantung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
4. Intervensi : Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinu.
Perhatikan adanya bunyi nafas adventisis, demam.
Rasional : Manifestasi klinis dari GJK yang dapat menyertai endokarditis atau miokarditis.
5. Intervensi : Berikan oksigen suplemen.
Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk fungsi miokard dan menurunkan efek
metabolisme anaerob yang terjadi akibat dari hipoksia dan asidosis.
6. Intervensi : Berikan obat-obatan sesuai indikasi, misal digitalis, diuretik.
Rasional : Dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menrunkan beban
kerja jantng pada adanya GJK (miokarditis).
2. Kurang pengetahan tentang kondisi/pengobatan berhubungan dengan kurang informasi
tentang proses penyakit, cara untuk mencegah pengulangan atau komplikasi.
Tujuan : pasien paham tentang kebutuhan pengobatan dan kemungkinan komplikasi.
Criteria hasil :
o

Pasien melakukan perubahan perilaku untuk mencegah terulangnya/terjadinya


komplikasi.

Pasien menyatakan paham tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan


kemungkinan komplikasi.

Intervensi dan rasional :


1. Intervensi : kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapi antimicrobial.

Rasional : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai


kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
2. Intervensi : berikan imunisasi, contoh vaksin influenza sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan resiko mengalami infeksiberat yang dapat menimbulkan infeksi jantung.
3. Intervensi : identifikasi tindakan pencegahan endokarditis seperti : pembersihan mulut
dan perawatan gigi yang baik.
Rasional : bakteri umumnya ditemukan di mulut dapat masuk dengan mudah ke sirkulasi
sistemik melalui gusi.
4. Intervensi : anjurkan pasien/orang terdekat tahu tentang dosis, tujuan, dan efek samping
obat; kebutuhan diet/pertimbangan khusus; aktivitas yang diizinkan/dibatasi.
Rasional : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada
program terapeutik, mencegah komplikasi.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan emboli
thrombus/vegetasi katup sekunder terhadap endokarditis.
Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
Criteria hasil : mental normal tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer ada/kuat,
masukan/haluaran seimbamg.
Intervensi dan rasional :
1. Intervensi : evaluasi status mental. Perhatikan terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang,
muntah, peningkatan TD.
Rasional : indicator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak.
2. Intervensi : observasi hematuria, disertai dengan nyeri punggung/pinggang, oliguria.
Rasional : menandakan emboli ginjal.
3. Intervensi : tingkatkan tirah baring dengan tepat.

Rasional : dapat mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada pasien dengan endokarditis.
Tirah baring lama (sering diperlukan untuk pasien dengan endokarditisdan miokarditis), namun
membawa resikonya sendiri tentang terjadinya fenomena tromboembolik.
4. Intervensi : dorong latihan aktif/Bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran balik vena, karenanya resiko pembentukan
thrombus.
5. Intervensi : berikan/lepaskan stoking antiembolisme sesuai indikasi.
Rasional : penggunaannya controversial, tetapi dapat meningkatkan sirkulasi vena dan
menurunkan resiko pembentukan thrombus.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Bedah. EGC, Jakarta.
K. Chung, Edward. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler Edisi 3. EGC, Jakarta.
Isindiati, Lily, dkk. 1998. Buku Ajar Kardiologi. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta
http://bkp2011.blogspot.com/2011/04/gastroentritis.html

Anda mungkin juga menyukai