Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REFERAT 1 BLOK TROPMED Hadis Pratiwi G1A007062

Herpes simpleks Patogenesis Herpes simplex viruses-1 dan -2 (HSV-1 dan HSV-2) bersifat patogen pada manusia. Infeksi Herpes simplex viruses (HSV) terjadi pada host yang rentan setelah virus menembus permukaan kulit yang terluka atau mukosa. Pajanan tersebut memungkinkan masuknya virus dan bermulanya replikasi dalam sel-sel epidermis dan dermis. HSV-1 dan HSV-2 mampu menginfeksi dan menyebar pada beberapa tipe sel manusia, dengan pembentukan latent dan infeksi berulang. Infeksi yang paling tersering adalah lesi berupa luka berulang pada mulut dan bibir (biasanya HSV-1) atau transmisi seksual berupa ulkus pada genital (biasanya HSV-2) (Corey, 1999; Hunt, 2010; Nizet & Esko, 2009).

Gambar 1. Ilustrasi struktur dasar virus herpes simpleks (Hunt, 2010) Infeksi HSV dimediasi oleh glikoprotein yang menyelubungi virus. Glikoprotein tersebut berasal dari sel host seperti partikel berduri yang menyelubungi virus. Glikoprotein tersebut mempunyai spesifitas yang beragam dan berfungsi mengatur pembentukan infeksi sel yang menyebar ke seluruh host.

Pada awalnya HSV menempel pada permukaan sel membran sebelum penetrasi nukleokapsid ke sitoplasma. Glikoprotein B (gB) dan C (gC) pada HSV menginteraksi residu bermuatan positif dengan heparin sulfate (HS) bermuatan negatif dari permukaan sel proteoglikan dengan afinitas yang rendah. Penempelan HS yang telah terfasilitasi tersebut kemudian diikuti dengan interaksi Glikoprotein D (gD) pada reseptornya sehingga terikat ke reseptor tumor necrosis factornerve growth factor sehingga terjadi fusi membran. Pada saat penempelan tersebut, virus menembus sel dengan fusi dari bungkus virus tersebut dengan plasma sel membrane (Nizet & Esko, 2009).

Gambar 2. Mekanisme Virus Herpes Simpleks masuk ke sel Host (Nizet & Esko, 2009) Untuk melawan HSV melibatkan sistem imun seluler maupun humoral. Interferon penting dalam mengurangi jumlah virus dan sel NK juga terlibat pada tahap ini. Sel T sitotoksik dan makrofag membentuk lengan seluler sebagai responnya dan membunuh sel yang terinfeksi. Respon humoral (khusunya antibodi yang melawan permukaan glikoprotein) menyebabkan netralisasi. Virus dapat lolos dari sistem imun host jika melapisi dirinya dengan IgG melalui reseptor Fc dan reseptor komplemen.

Virus juga dapat menyebar dari sel ke sel tanpa masuk ke ruangan ekstraseluler dan dengan antibody humoral. Hal ini menunjukkan bahwa respon imun yang dimediasi sel penting dalam mengontrol infeksi herpes. Respon inflamasi dan respon yang dimediasi sel menyebabkan seseorang terkena gejala penyakit tersebut (Hunt, 2010). Ketika sel epitel terinfeksi, maka replikasi virus disekeliling lesi akan masuk ke neuron yang diinervasi. Virus berjalan sepanjang neuron secara transport retrograde ke ganglion. Setelah virus bereplikasi pada tempat inokulasinya, virus berjalan secara intraaksonal ke badan sel saraf ganglion ganglion sensori, yaitu tempat dimana virus bereplikasi. Pada kasus infeksi herpes melalui mukosa oral, virus dapat masuk ke ganglion trigeminus, sedangkan melalui mukosa genital, virus akan masuk ke ganglia sakralis. Pada manusia, waktu inokulasi virus pada jaringan perifer untuk menyebar ke ganglion tidak diketahui (Hunt, 2010).

Gambar 3. Tahapan Infeksi Virus Herpes Simpleks (Knipe & Cliffe, 2008) Pada tahap permulaan infeksi, replikasi virus terjadi dalam ganglion dan jaringan neural yang berdekatan. Kemudian virus menyebar ke permukaan kulit mukosa lainnya melalui migrasi sentrifugal virion infeksius melalui saraf sensoris perifer. Penyebaran virus ke kulit ini dari saraf sensoris dapat menjelaskan daerah permukaan yang luas, tingginya frekuensi lesi-lesi baru yang jauh dari kumpulan vesikel permukaan yang karakteristik pada pasien dengan infeksi virus herpes simpleks genital atau oral-labial, dan ditemukannya kembali virus dari jaringan saraf yang jauh dari neuron yang menginervasi tempat inokulasi. Penyebaran yang menular dari virus yang

diinokulasikan juga dapat terjadi dan membiarkan perluasan mukosal penyakit lebih jauh. Lesi yang terlihat adalah hasil dari virus yang kembali ke tempat inokulasi via

peripheral sensory nerve, replicates, dan menyebabkan lisis sel. Latensi seumur hidup dan kekambuhan periodik adalah tanda dari infeksi HSV. Beberapa stimulus dapat mereaktivasinya seperti pajanan terhadap sinar ultraviolet, stress, perubahan hormon, immunosupresi, dan intercurrent infection. (Corey, 1999; Pinniti & Tolah, 2010).

DAFTAR PUSTAKA Corey, L. 1999. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Hunt, R. 2010. Virology Chapter eleven herpes viruses. Diakses 8 September 2010 <http://pathmicro.med.sc.edu/virol/herpes.htm>. Knipe, DM, & Cliffe, A. 2008. Chromatin control of herpes simplex virus lytic and latent infection. Nature Reviews Microbiology 6;211-221. Diakses 8 September 2010.<http://www.nature.com/nrmicro/journal/v6/n3/fig_tab/nrmicro1794_F1.ht ml>. Nizet V, & Esko, JD. 2009. Essentials of Glycobiology. New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press. Diakses 8 September 2010.

<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=glyco2&part=ch39> Pinniti, SG, & Tolah, RW. 2010. Herpes simplex virus infection. Diakses 8 September 2010. <http://emedicine.medscape.com/article/964866-overview>. Tiwari, V, Shukla, SY, Yue BYTJ, & Shukla, D. 2007. Herpes simplex virus type 2 entry into cultured human corneal fibroblasts is mediated by herpesvirus entry mediator. Journal of General Virology 88;2106-2110. Diakses 8 September 2010. <http://vir.sgmjournals.org/cgi/content/full/88/8/2106>

Anda mungkin juga menyukai