Anda di halaman 1dari 32

PENATAAN RUANG DAN PEMBENTUKAN WILAYAH PENGELOLAAN HUTAN

Pengertian
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Azas penataan ruang


keterpaduan; keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas.

Struktur & Pola Ruang dalam RTRW


UU No. 26/2007
Struktur Ruang : Sistem perkotaan nasional; Sistem jaringan transportasi nasional; Sistem jaringan energi nasional; Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan Sistem jaringan sumber daya air.
Pola Ruang : Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi

utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Kawasan Budidaya (psl 63 pp 26/2008)


Kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan peruntukan hutan rakyat Kawasan peruntukan pertanian Kawasan peruntukan perikanan Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan peruntukan pemukiman dan atau Kawasan peruntukan lainnya

Tata Guna Kawasan Hutan dalam Pola Ruang


TATA GUNA KAWASAN HUTAN POLA RUANG

Hutan Konservasi

KAWASAN LINDUNG

Hutan Lindung

KPS, gambut tebal, resapan air, rawan bencana, rawan geologi dll.

Hutan Produksi (HPT/ HP/HPK) Kawasan Produksi

KAWASAN BUDIDAYA (Kehutanan/ Pertambangan)

Hirarkhi Rencana Tata Ruang


Rencana Umum Tata Ruang :
Rencana Tata Ruang Nasional (RTRN) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK)

Rencana Rinci Tata Ruang :


RTRN :
RTR Pulau/Kepulauan, Rencana Kawasan Strategis Nasional

RTRWP : RTR Kawasan Strategis Provinsi


RTRWK :
RTR Kawasan Strategis Kabupaten RDTR Wilayah Kabupaten

Pola ruang kawasan hutan


Penatagunaan kawasan hutan (penetapan fungsi kawasan hutan) adalah bagian dari pola ruang. Kawasan Lindung : HL , HK, KPS Kawasan Budidaya : Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK), Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) KBK : HPT, HP, HPK

Review RTRW
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah (RTRN, RTRWP, RTRWK) adalah 20 (dua puluh) tahun. Rencana tata ruang wilayah tersebut dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Review RTRW yang berimplikasi pada perubahan peruntukan atau fungsi kawasan hutan memerlukan persetujuan Menteri Kehutanan.

PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

10

Dasar Hukum Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan


Pasal 19 UU No. 41/1999 Ayat 1 : Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh Pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu. Ayat 2 : Perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, ditetapkan oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

PP No. 10/2010
Pasal 2 : Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat dengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi, manfaat kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan, serta keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional. Pasal 3 : Lingkup pengaturan dalam peraturan pemerintah ini meliputi (a) perubahan peruntukan kawasan hutan; dan (b) perubahan fungsi kawasan hutan.

PP No. 10/2010
Pasal 6 : Perubahan peruntukan kawasan hutan dapat dilakukan (a) secara parsial; atau (b) untuk wilayah provinsi. Pasal 29 : Perubahan peruntukan kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat dilakukan pada: (a) hutan konservasi; (b) hutan lindung; atau (c) hutan produksi. Pasal 45 : Perubahan fungsi kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat dilakukan pada kawasan hutan dengan fungsi pokok : (a) hutan konservasi; (b) hutan lindung; dan (c) hutan produksi. Pasal 31 ayat (5) : Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), usulan perubahan peruntukan kawasan hutan berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan, wajib melaksanakan kajian lingkungan hidup strategis.

PP No. 10/2010
Terkait dengan Pasal 19 ayat 1 UU 41/1999 :
Pasal 48 ayat (1) : Perubahan peruntukan kawasan hutan yang berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis merupakan perubahan peruntukan kawasan hutan yang menimbulkan pengaruh terhadap (a) kondisi biofisik atau (b) kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Pasal 48 ayat (2) : Perubahan yang menimbulkan pengaruh terhadap kondisi biofisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan perubahan yang mengakibatkan penurunan atau peningkatan kualitas iklim atau ekosistem dan/atau tata air.

UU 32/2009
UU 32/2009 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 10/2009 mengadopsi ketentuan dalam UU No. 32/2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KLHS : kajian pengaruh dari Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP) terhadap lingkungan hidup Dapat dilakukan sebelum, bersamaan, atau setelah KRP disusun.

Prosedur Perubahan Kawasan Hutan Dalam Rangka Revisi RTRWP


Gubernur membuat usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan Menteri Kehutanan membentuk Tim Penelitian Terpadu yang terdiri dari otoritas ilmiah dan perwakilan instansi yang berkompeten. Hasil Penelitian Terpadu dilaporkan kepada Menteri Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Jika perubahan peruntukan dipandang berdampak penting, memiliki cakupan luas, serta bernilai strategis, maka perlu persetujuan DPR-RI (Komisi IV). Setelah mendapatkan persetujuan DPR-RI, Menteri Kehutanan dapat menetapkan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan. Perubahan kawasan hutan dituangkan dalam Perda RTRWP.

ALUR PROSES PERUBAHAN KAWASAN HUTAN


UU 26/2007
Tidak ada Perubahan Kawasan

Gubernur

Ranperda RTRW
Persetujuan Substansi Kehutanan

Ada Perubahan Kawasan

Tim Terpadu Menteri Kehutanan

UU 41/1999

Menteri Kehutanan
Persetujuan

DPR RI

Hasil Penelitian Terpadu

PERUBAHAN PERUNTUKAN YANG MEMERLUKAN PERSETUJUAN DPR

Perubahan Fungsi Analisis Tim Terpadu Perubahan Peruntukan Keputusan Menteri Kehutanan

Berdampak penting, bernilai strategis, dan cakupan luas YES

NO

Persetujuan DPR RI

PEMBENTUKAN WILAYAH PENGELOLAAN AN HUTAN

19

LANDASAN HUKUM
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan

PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
PP No. 3 Tahun 2008 tentang perubahan atas PP No. 6 Tahun 2007
20

Pengurusan & Pengelolaan Hutan


PENGURUSAN HUTAN 1. Perencanaan kehutanan PENGELOLAAN HUTAN 1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan 2. 3. 4. Pemanfaatan hutan Penggunaan kawasan hutan Rehabilitasi dan reklamasi hutan

2.
3.

Pengelolaan hutan
Litbang, Diklat, Penyuluhan

4.

Pengawasan

5.

Perlindungan hutan dan konservasi alam 21

PEMBENTUKAN WILAYAH PENGELOLAAN HUTAN


Wilayah Pengelolaan Hutan : Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota

Tingkat Unit Pengelolaan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)


dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH

KPH : wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok Idealnya, seluruh kawasan hutan terbagi habis dalam

22

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PP No. 6/2007


KPH : wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH menurut fungsi utamanya :

a. KPH Konservasi (KPHK)


b. KPH Lindung (KPHL) c. KPH Produksi (KPHP) Dalam satu KPH dapat terdiri dari lebih satu fungsi hutan, penamaannya tergantung fungsi yg dominan.
23

KPH ?

(Penjelasan Pasal 17 UU No 41 Th 1999)

Kesatuan Pengelolaan Hutan terkecil yang dapat dikelola secara efisien dan lestari
Kesatuan Pengelolaan Terkecil Unit / Sistem 5 Kegiatan Luas sesuai tujuan organisasi Input/Output (Rasio Finansial : IRR dsb.), cost effectiveness Standing Stock Tegakan baik
24

Efisien
Lestari

Gambaran Spasial Wilayah Kelola KPH

Konservasi

Kemitraan IUPHHK HA CA IUPK HTR Wil Ttt

Pemanfaatan - IUPK - IUPJL - IUPHHK - IUPHHBK - IPHHK - IPHHBK

Tambang

HL
HKm

Penggunaan

IUPHHK HTI

HL

HTR HTR Gerhan Kemitraan

HKm HKm
Pemberdayaan: - Hutan Desa - HKm - Kemitraan

HTR

Rehabilitasi
25

Kewenangan Pengelolaan KPH


Penjelasan Ps 21 UU 41 Th 1999 dan PP 6/2007 Pengelolaan hutan pada dasarnya menjadi kewenangan Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah, yang dalam kondisi tertentu dapat dilimpahkan kepada BUMN

26

Prakondisi Pembangunan KPH (PP 44 Th 2004) 1. Pembentukan unit wilayah pengelolaan hutan (KPH) (Pasal 29, 30,dan 31) Rancang Bangun KPH
2. Pembentukan institusi/kelembagaan pengelola KPH (Pasal 32) Organisasi dan Regulasi KPH 3. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan pada KPH (Pasal 37) Penataan Areal Kerja dan Perencanaan Pengelolaan Hutan KPH
27

Hirarki Wilayah Pengelolaan


Wilayah Pengelolaan Provinsi 1. Perencanaan Kehutanan 2. Pengelolaan 3. Litbang, Diklat Luh 4. Pengawasan

Pengurusan
Wilayah Pengelolaan Kabupaten

Unit Pengelolaan

Pengelolaan

1. 2. 3. 4. 5.

Tata hutan & RP Pemanfaatan Penggunaan Rehabilitasi Perlindungan & Konservasi

POAC
Institusi pengelola IUPHHK & Ijin Lain
28

Pengertian dan Posisi KPH, serta Pelimpahan Wewenang Pengelolaan :


Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disingkat KPH, adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Kepala KPH adalah pimpinan, pemegang kewenangan dan penanggung jawab pengelolaan hutan di dalam wilayah yang dikelolanya. Seluruh kawasan hutan terbagi dalam KPH, yang menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah dapat melimpahkan penyelenggaraan pengelolaan hutan kepada BUMN bidang kehutanan.

Direksi BUMN yang mendapat pelimpahan membentuk organisasi KPH dan menunjuk kepala KPH.
Penyelenggaran pengelolaan hutan oleh BUMN, tidak termasuk kewenangan Publik.
29

Tupoksi Organisasi KPH Pasal 9 PP No. 6/2007


Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi : tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan perlindungan hutan dan konservasi alam; Menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan;

Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian;
Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya; Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan.
30

Kewenangan Publik KPH


Penjelasan Pasal 4 ayat 3 PP 6/2007
Penunjukan dan penetapan kawasan hutan; Pengukuhan kawasan hutan; Pinjam pakai kawasan hutan; Tukar menukar kawasan hutan; Perubahan status dan fungsi kawasan hutan; Proses dan pembuatan berita acara tukar menukar, pinjam pakai kawasan hutan; Pemberian izin pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga atas pengelolaan hutan yang ada di wilayah kerjanya; Kegiatan yang berkaitan dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kehutanan.

31

Kasus di Perum Perhutani


KPH di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (unit penguasaan kawasan, bukan unit pengelolaan hutan spt yang dimaksud pada PP 6/2007). Kesatuan Pengelolaan Hutan menurut pengertian PP 6/2007 ada pada posisi Unit. Jabatan ADM/KKPH : ADM pelaksana kegiatan pemanfaatan hutan. KKPH pelaksana kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan hutan, serta konservasi alam.
32

Anda mungkin juga menyukai