Anda di halaman 1dari 28

D. Kajian Pustaka 1. Kajian Teori a.

Hakikat Belajar 1) Pengertian Belajar Pembelajaran yang terjadi di sekolah tidak dapat dipisahkan dari proses belajar. Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan (Pribadi, 2011:12). Sedangkan menurut Gagne (dalam Siddiq, 2008) belajar adalah proses perubahan prilaku suatu organisme yang disebabkan karena pengalaman. Ada 3 pokok dalam proses belajar yaitu: (a) proses, (b) perubahan tingkah laku, (c) pengalaman. Belajar juga merupakan suatu konsep untuk mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya (Suprijono, 2009: 3). Belajar merupaka proses yang disebabkan oleh pengalaman, bukan karena pertumbuhan maupun perkembangan tubuh (Trianto,2012:21). Dari pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan diri organisme sebagai akibat dari aktivitas maupun pengalamannya dalam melakukan interaksi di kehidupan sehari-hari untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan.. 2) Prinsip Belajar Berikut ini prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2009:4) yaitu : a) belajar merupakan perubahan perilaku Perubahan prilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini: (1) Merupakan hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang terjadi disadari oleh pelaku (2) Kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya (3) Fungsionan atau bermanfaat sebagai bekal hidup (4) Positif atau berakumulasi (5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan (6) Permanen atau tetap (7) Bertujuan dan terarah (8) Mencakup keseluruh potensi kemanusiaan

b) belajar merupakan sebuah proses. Belajar didorong oleh tujuan dan kebutuhan yang ingi dicapai oleh pelaku. Belajar merupakan proses sistemik yang bersifat dinamis, konstruktif, dan organik. c) belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman adalah sesuatu yang dihasilkan dari proses interaksi pelaku dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Wingo (dalam Asra, 2009:41-43) didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: a) hasil belajar menjangkau banyak segi Dalam suatu proses pembelajaran, banyak segi yang harus dicapai sebagai hasil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman konsep, penerapan konsep, dan pengembangan konsep. b) hasil belajar diperoleh berkat pengalaman Pemahaman diperoleh oleh individu melalui pengalaman dalam melakukan kegiatan. c) belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan Setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu tentunya diikuti dengan tujuan yang ingin dicapai. Begitupula dengan belajar. Belajar memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang melakukannya. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip belajar terdiri dari perubahan perilaku, proses, merupakan suatu pengalaman, menjangkau banyak segi, dan diikuti dengan tujuan yang ingin dicapai. 3) Faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Anni (2009: 97), faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. a) Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial. Faktor internal tersebut dapat dapat terbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar sebelumnya, dan perkembangan. b) Kondisi eksternal mencakup faktor eksternal yang ada di lingkungan peserta didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasanan

lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. b. Pembelajaran 1) Pengertian Pembelajaran Gagne (dalam Anni, 2009: 192) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Sedangkan menurut Arifin (2009: 10), pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Pembelajaran menurut Suprijono (2009: 13) adalah dialog interaktif yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Ini juga sejalan dengan pendapat Trianto (2010:24) bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi dari dua arah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari pengertian pembelajaran yang dikemukakan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan dua arah yang dirancang secara sistematis dan sistemik untuk mendukung proses aktivitas belajar peserta didik dengan memanfaatkan sumber belajar dan lingkungan dalam menguasai kompetensi yang telah ditentukan. 2) Faktor yang harus diperhatikan dalam pembelajaran Reilley dan Lewis (dalam RifaI, 2009: 197) menjelaskan delapan prinsip pembelajaran yang digali dari teori kognitif Bruner dan Ausuble yaitu bahwa pembelajaran akan lebih bermakna (meaningfull learning) apabila: a) Menekankan akan makna dan pemahaman; b) Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tetapi perlu disertai proses transfer secara lebih luas; c) Menekankan adanya pola hubungan, seperti bahan dan arti, atau bahan yang telah diketahui dengan struktur kognitif; d) Menekankan pembelajaran prinsip dan konsep;

e) Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif; f) Obyek pembelajaran seperti apa adanya dan tidak disederhanakan dalam bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris; g) Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi; dan h) Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna Menurut teori humanistik, belajar bertujuan memanusiakan manusia. Anak yang berhasil dalam belajar apabila dapat mengaktualisasikan dirinya dengan lingkungan maka pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan prinsip penting dalam pembelajaran humanistik. Anni (2009) menyatakan bahwa prinsip yang nampak dalam pembelajaran konstruktivisme adalah: a) Pertanyaan dan jawaban peserta didik adalah penting, b) Berlandasan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta didik, c) Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi peserta didik dalam proses pembelajaran, d) Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik agar mereka benar-benar terlibat dan bertanggung jawab, e) Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, kooperatif dan kolaboratif. Dari beberapa pernyataan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip dalam pembelajaran diterapkan dalam usaha untuk mencapai tujuan sesuai dengan teori belajar yang digunakan. 3) Kualitas Pembelajaran Pengertian kualitas pembelajaran Depdiknas (2004: 7), kualitas pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis dosen (guru), mahasiswa (siswa), kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai tuntutan kurikuler. Sedangkan menurut Karsidi (2005:38), menyatakan bahwa untuk memperoleh pembelajaran yang berkualitas agar menghasilkan prestasi belajar yang berkualitas pula, maka perlu diperhatikan unsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan berlangsungnya proses pembelajaran tersebut, yang penting adalah

guru, siswa, kurikulum dan sarana, serta faktor lain yang sifatnya kontekstual. Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas

pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan faktor guru, siswa, kurikulum, sarana dan faktor lainnya. Kualitas pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yaitu :
1) Aktivitas Siswa

Menurut Natawijaya (dalam Depdiknas, 2005: 31), aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan segala kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses interaksi (guru dan siswa) pada pembelajaran untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran sangat penting, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Menurut Sriyono (dalam Anwar, 2008), aktivitas adalah segala

kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Dari pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa merupakan kegiatan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menjadikan aktivitas siswa sebagai salah satu variabel yang diteliti. Berikut ini adalah indikator aktivitas siswa pada peningkatan kualitas pembelajaran:
2) Keterampilan Guru

Menurut Turney (dalam Sriudin,

2009), mengemukakan ada 8

(delapan) keterampilan mengajar atau membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya: a) Menggunakan keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu untuk dikuasai oleh guru, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai oleh guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. b) Memberi penguatan Penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian dan secara non verbal yang dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan membina perilaku yang produktif. c) Mengadakan variasi Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun , dan penuh partisipasi. d) Menjelaskan Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. e) Membuka dan menutup pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapai

tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. f) Membimbing diskusi kelompok kecil. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif.. g) Mengelola kelas Pengelolaan menciptakan kelas merupakan pembelajaran keterampilan yang guru untuk dan

iklim

kondusif,

mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah; kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri. h) Mengajar kelompok kecil dan perorangan Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan

perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan guru sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran, keterampilan guru antara lain keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, embimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keterampilan guru juga merupakan salah satu variabel yang diteliti. Berikut ini adalah indikator keterampilan guru dalam pembelajaran dengan model Guru menutup pelajar
3) Iklim Pembelajaran

Menurut Dikti (dalam Depdiknas, 2004), iklim pembelajaran mencakup : a) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan b) Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreativitas guru. Iklim pembelajaran adalah segala situasi yang muncul antara guru dan siswa atau antar siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar agar lebih menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna demi terwujudnya semangat siswa dan kreativitas guru lebih baik.
4) Hasil Belajar

Menurut Anni (2007: 5), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5-6), menyatakan hasil belajar berupa a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. d) Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6-7), menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh dari kegiatan selama

pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Indikator hasil belajar dalam model pembelajaran C
5) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standart kompetensi yang telah ditetapkan (Junaidi, 2009) Menerut Depdiknas (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari : a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa b) Keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia c) Materi pembelajaran sistematis dan kontekstual d) Dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa dalam belajar

semaksimal mungkinPengertian diatas e) Menarik perhatian yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran adalah isi atau bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dari mata pelajaran berdasarkan kurikulum yang telah ada.

6) Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sesuatu yang digunakan untuk menjembatani proses penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber pesan dan penerimanya (Pribadi, 2011: 86). Pengertian di atas sejalan dengan pengertian media pembelajaran yang dikemukakan oleh Ruminiyati (2007: 211) yaitu sarana untuk menyalurkan pesan dari guru kepada peserta didik agar peserta didik menjadi tertarik dengan pembelajaran yang terjadi dan mengurangi adanya kesalahpahaman akan materi. Berdasarkan uraian di atas, maka media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yaitu materi kepada

peserta didik. Media pembelajaran dihadirkan agar peserta didik tertarik terhadap pembelajaran dan mengurangi adanya kesalahpahaman akan materi. c. Pembelajaran Tematik Anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap perkembangan operasional kongkret. Pada tahap ini siswa mulai dapat memandang dunia secara objektif dan berorientasi secara konseptual. Mereka memandang sesuatu secara menyeluruh atau holistik (Trianto: 2010). Pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut pembelajaran yang terjadi harus bermakna bagi peserta didik. Untuk mencapai pembelajaran yang bermakna tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didiknya (Wardhani, 2010: 7). Bertolak dari pernyataan di atas, lahirlah suatu pembelajaran yang sesuai dengan tahap berpikir anak usia sekolah dasar yaitu pembelajaran tematik. 1) Pengertian Pembelajaran Tematik Menurut Sukayati (2009:13) pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa Kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan yang dikemas dalam satu tema sehingga peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara menyeluruh dan utuh. Sedangkan menurut Trianto (2010: 84), pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standart kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Dari uraian di atas, pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran yang mengaitkan beberapa standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari satu atau lebih mata pelajaran yang saling berkaitan dengan tema yang bersifat umum. 2) Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Tim Puskur (2006), pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut : a) berpusat pada peserta didik Pembelajaran tematik memberikan keleluasaan bagi peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik diharapkan dapat aktif

mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu engetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. b) memberikan pengalaman langsung terhadap peserta didik Dalam pembelajaran tematik, peserta didik dilibatkan secara langsung. Guu lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan peserta didik merupakan subjek dan objek dalam pembelajaran. c) pemisahan antar mata peljaran tidak terlihat Pembelajaran tematik lebih memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajia suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang tekotak-kotak. Sehingga memunginkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala segi yang utuh. d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran sehingga bermakna Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarpengetahuan yang dimiliki peserta didik, sehingga materi yang dipelajari dapat bermakna bagi peserta didik. e) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik Pada pembelajaran tematik dikembangkan dengan pembelajara yang Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan yang melibatkan pesetra didik dapat melihat bakat, minat, dan kemampuan selama proses pembelajaran. Dengan mengetahui bakat, minat, dan kemampuan memungkinkan pesera didik termotivasi untuk belajar terus menerus. Jadi pembelajaran tematik memiliki karakteristik yaitu (1) berpusat pada peserta didik; (2) memberikan pengalaman langsung terhadap peserta didik; (3) pemisahan antar mata peljaran tidak terlihat; (4) menyajikan konsep dari

berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran sehingga bermakna; (5) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. 3) Manfaat Pembelajaran Tematik

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran tematik yaitu : a) banyak materi yang tertuang dalam beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan konsep sehingga pembelajaran menjadi ebih bermakna dan utuh. b) peserta didik mudah memusakan perhatian karena beberapa mata pelajaran dikemas dala satu tema yang sama. c) peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangakan berbagai kompetensi dalam tema yang sama. d) pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membua hubungan beberapa mata pelajaran sehingga mampu memproes informasi dega cara yang sesuai daya ikirannya, dan memungkingkan berkembanganya jaringan konsep. e) menghemat waktu karena beberapa mata pelaajaran dikemas dalam suatu tema dan disajikan secara terpadu dalam alokasi peremuan-pertemuan yng diencanakan. Waktu yang lainnya dapat dimanfaatkan untuk pemantapan, pembinaan keterampilan, dan remidial (Puskur:2006). 4) Implikasi Pembelajaran Tematik Beikut ini adalah implikasi pembelajara tematik menurut Tim Puskur (2006). a) Implikasi bagi guru dan peserta didik (1) Bagi guru Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam merancang, melaksanakan,dan mengorganisasikan pembelajaran. (2) Bagi peserta didik (a) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimunkinkan untu bekerja baik secara individu, kelompok, atau kalsikal. (b) Peserta didik harus siap mengikuti pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya: melakukan diskusi kelompok,penelitian sederhana, dan pemecahan masalah. b) Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber, dan media pembelajaran (1) Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan erbagai sarana prasarana belajar.

(2) Memanfaatkan sumber belajar baik yang didesain khusus maupun yang ada di lingkungan sekitar. (3) Perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajara yang bervariasi, sehingga dapat membantu peserta didik memahami konsep yang abstrak. (4) Bisa menggunakan buku ajar yang telah ada maupun yang dibuat secara khusus yang memuatbahan ajar yang terintegrasi. c) Implikasi terhadap pengaturan ruang (1) Ruang dapat ditata, disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari. (2) Susunan bangku eserta didik dapat diuba disesuaikan dengan kebuthan. (3) Peserta didik tidak sealu duduk dikursi, tetapi dapat duduk di tikar/ karpet. (4) Kegiatan belajar hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan di dalam maupun luar kelas. (5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar. (6) Alat, saraan, dan sumber belaar hendaknya dikelola sehingga mmudahkan peserta didik untuk menggunakan dan merapika kembali. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implikasi pembelajaran tematik meliputi guru dan peserta didik; sarana prasaran: sumber; dan media pembelajaran; dan pengaturan ruang. 5) Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Tematik Menurut Trianto (2010: 106-115) ada beberapa teori belajar yang melandasi pembelajaran tematik antara lain . a) Teori Perkembangan Jean Piaget Jean Piaget membagi manusia dalam 4 tahap perkembangan kognitif yaitu: (1) tahap sensorimotor ( lahir-2 tahun) Kemampuan utama pada tahap ini adalah terbentuknya konsep kepermanenan objek dan kemajuan granular dari prilaku refleksif ke prilaku yang mengrah ada tujuan. (2) tahap praoprasional ( 2-7 tahun) Individu telah mampu menggunakan simbl-simbol untuk

menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran mereka masih egosentris dan sentralis. (3) tahap operasi kongkret (7-11 tahun)

Individu berfikir secara logis, menyeluruh, dan kongkret. Pemikiran tidak lagi sentralisasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. (4) tahap operasi formal (11tahun-dewasa) Pada tahap ini individu sudah mampu berpikir abstrak dan murni simbolis. Masalah-masalah yang terjadi sudah dapat dipecahkan mengunakan eksperimentasi sistematis. b) Teori pembelajaran Konstruktivisme Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah

pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Nik Azis Nik Pa (dalam Lapono, 2008: 1-25) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah tidak lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina pengetahuan sendiri. Sedangkan menurut Lapono (2009: 1-25) pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. d. Pembelajaran Matematika 1) Pengertian Matematika

2) Karakteristik Matematika Secara umum karakteristik matematika menurut Wardhani (2010:3-4) adalah: a) memiliki obek kajian yang bersifa abstrak Objek matematika adalah objek mental atau pikran. Oleh karena itu bersifa abstrak. Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. b) mengacu pada kesepakatan Fakta matematika meliputi istilah atau nama dan simbol. Fakta merupakan suatu kemufakatan atau kesepakatan bersama. Dengan kesepakatan inilah matematika dapat dikomunikasikan, Contoh : lambang bilangan 1,2,3, ... adalah salah satu bentuk kesepakatan bersama. c) mempunyi pola pikir deduktif

Matematika memiliki pola pikir deduktif yaitu didasarkan pada urutan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma, efinisi, sifat, rumus, dan penerapannya dalam mateatika sendiri atau dalam bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Contoh : bila seseorang telah belajar konsep 'persegi' kemudian ia dibawa ke suatu tempat baru dan ia mengidentifikasi benda-benda disekitarnya yang berbentuk pesrsegi maka siswa itu telah menerapkan pola pikir deduktif. d) konsisten dalam sistemya Matematika memiliki berbagai macam sistem yang dibentuk dari prinsip-prinsip matematika. Tiap sisteam dapat saling berkaitan. Namun dapat pula saling lepas. Sitem yang dipandang lepas misalnya sistem yang terdapat dlam aljabar dan sistem pada geometri. Di dalam geometri sendiri terdapa sistem-sistem yang lebih kecil dan saling berkaitan. e) memiliki simbol yang kosong dalam arti Matematika memiliki banyak simbol. Rngkain simbl-simbol tersebut dapat membentuk aklimat matematika yang dinamai model matematika. Secara umum simbl dan model mateatika sebenarnya kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model mtematika tidak memiiki arti bila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu. f) memperhatikan semesta pembicaraan Karena simbol-simbol dan model-model dalam matematika kosong dari arti, dan akan bermakna jika dikitkan dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau semesta dari konteks yang dibicrakan. 3) Implikasi Karakteristik Matematika Terhadap Pengelolaan Pembelajaran Menurut Sumardiono (dalam Wardhani,2010:7) paling sedikit ada 4 implikasi dari karakteristik matematika terhadap pembelajaran matematika di sekolah, yaitu : a) urutan sajian belajar matematika Mengajarkan matematika harus disesuaiakan denga tingkat

perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik belajar dari hal-hal yang sederhana menuju ke hal-hal yang lebih kompleks. b) pemanfaatan media pembelajaran matematika Mengingat objek kajian matematika itu abstrak, maka pelu ditrunkan tingkat keabstrakannya, terutama bagi peserta didik yang berada pada usia

operasional kongkret. Ini dimaksudkan agar materi-materi dapat dipahami oleh peserta didik dengan baik. Penurunan tingkat keabstrakan objek matematika ini dapat dapat dilakukan dengan pemanfaatan media pembelajaran. c) pola pikir yang dikembangkan dalam belajar matematika Pola pikir yang dianut dalam matematika adalah deduktif. Namun

demikian untuk kepentingan pendidikan, belajar matmatika tidak haus dengan poa pikir deduktif. Pola pikir induktif dapat pula diterapkan. Pola pikir induktif adalah pola pikir yang didasakan pada hal-hal yang khusus kemudian dtetapkan padaga hal yang bersifat umum. d) tahap pengenalan semesta pembicaraan dalam belajar matematika Tingkat kekompleksan semesta pembicaraan pada matematika harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelktual peserta didik. Urutan kompleksitas semesta pembicaraan dikenalkan ecaa berahap dari kelas lebih rendah menuju ke kelas yang lebih tinggi. e) kemampuan-kemamuan yang dipelajari dalam matematika saling terkait Struktur materi matematika saling terkait satu dengan lain.Akibatnya, dalam belajar matematika peguasaan suatu kemampuan akan berpengaruh langsung pada penguasaan kemampuan yang dipelajrai selanjutnya. 4) Pembelajaran Matematika Sekolah dasar

e. Model Kooperatif tipe Think Pair Share 1) Pengerian Model Kooperatif Model Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berbasis sosial. Menurut Arends (2008:4) model pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang berupaya membantu peserta didik mempelajari isi akademis dan berbagai keterampilan unuk mencapai tujuan tanpa mengabaikan hubungan antar manusia. Pada pembelajaran model kooperatif ini, peserta didik bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri dan berusaha menyelesaiakan pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan kepada mereka dengan dukungan dan arahan dari guru (Suprijono,2010: 54). Model pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 32,) mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja saama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Peserta didik memiliki kebebasan untuk terlibat

secara aktif dalam kelompok-kelompok mereka dan saling membantu antarsatu sama lain. Arends (2008: 5) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh: a) siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar. b) tim-tim terdiri dari peserta didik yang memiliki kemampuan beagam. c) bilamana memungkinkan, tim-tim terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender. d) sistem reward-nya berorientasi pada kelompok dan individu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan

memperhatikan pentingnya kerjasama antar individu. 2) Tujuan Model Kooperatif Menurut Arends (2008:5), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting yaitu : a) prestasi akadamis. Model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kinerja pesera didik dalam tugas-tugas akademik yang penting. Model pembelajaran kooperatif dapat menguntungkan bagi peserta didik berprestasi rendah dan tinggi yang mengerjakan tugas-tugas akademik bersama-sama. Mereka yang berprtasi tinggi mengajari teman-teman yang berprestasi lebih rendah, sehingga memberika bantuan khusus dari sesama teman. b) toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman. Model pembelajaran kooperati menempatkan peeserta didik dalam timtim atau kelompok-kelompok. Dengan penempatan tersebut, akan muncul sifat toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda as, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja sama secara mindependen pada tugas yang sama dan melalui penggunaan struktur reward kooperatif, belajar untuk saling menghargai. c) mengembangkan keterampilan sosial.

Tujuan ketiga adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi dengan siswa. Dengan peserta didik dikondisikan bekerja dalam kelompok, akan memupuk dan menumbuhkan keterampilan kerjasama dan berkolaborasi dengan sesamanya. 3) Model Kooperatif tipe Think Pair Share Think Pair Share adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman (1985). Menurut Huda (2011: 136) Think Pair Share memungkinkan peserta didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan temannya. Disamping itu, pembelajaran dengan tipe Think Pair Share ini juga lebih mengoptimalkan partisipasi peserta didik selama pembelajaran. Menurut Arends (2008: 15) pembelajaran dengan tipe Think Pair Share ini akan memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik untuk berpikir, merespon, dan saling membantu. Pada pembelajaran tipe Think Pair Share ini, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara integratif. Pengetahuan diperoleh secara integratif melalui proses tanya jawab atau diskusi yang terjadi selam pembelajaran berlangsung (Suprijono,2011:91). Think Pair Share memiliki sintaks atau tahapan-tahapan tertentu dalam pembelajaranannya yaitu : a) langkah 1-thinking. Pada tahap ini, guru mengajukan sebuah pertayaan atau isu yang terkait dengan pelajaran. Siswa memikirkan jawaban secara ndividu. b) langkah 2-pair. Peseta didik saling berpasangan dan mendiskusikan jawaban yang telah mereka pikirkan secara individu. Interaksi pada tahap ini dapat berupa saling berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan telah teridentifikasi. c) langkah 3-share. Dalam tahap ini, pasangan-pasangan siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Presentasi dilakukan sampai sekitar seperempat atau separuh pasanga berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka (Arends, 2008:16). Sedangkan menurut Huda (2011: 136-137), pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memiliki prosedur sebagai berikut ini: a) peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang.

b) guru memberikan tugas pada setiap kelompok. c) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendirisendiri. d) Kelompok berdiskusi. e) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompoknya dan menshare hasil diskusinya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah yang diutarakan oleh Richard I. Arends. Hal ini dikarenakan objek penelitian adalah peserta didik kelas II sekolah dasar. Langkah-langkah model pembelajaran yang diutarakan oleh Richard I. Arends lebih sederhana sehingga peserta didik lebih mudah untuk dikondisikan. Pada langkah pembelajaan Richard I. Arends, peserta didik berkelompok dengan teman sebangkunya. Otomatis mobilitas yang dilakukan oleh peserta didik lebih sedikit jika dibandingkan dengan langkah pembelajaran yang dikemukakakan oleh Miftahul Huda. f. Media Pembelajaran Kata "media" berasal dari kata latin yang merupakan bentuk jamak dari kata "medium". Secara harfiah kata media berarti perantara atau pengantar. Ini sejalan dengan pengertian media yang dikemukakan oleh Miarso (dalam Riyana,2008:6) yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar. Pengertian mengenai media juga disampaikan oleh Syahriah (2008:42) yaitu sebagai suatu obyek yang digunakan untuk menyampaikan atau melontarkan pesan informasi terutama yang berkaitan dengan pembelajaran. Sedangkan media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud-maksud pengajaran (Hamdani,2010:243). Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan dalam proses pembelajaran. Yang dimaksud pesan dalam pembelajaran adalalah materi yang ingin diampaikan (Riyana,2008:6). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan media atau tempat yang membawa pesan-pesan yang berkaitan dengan pembelajaran. g. Media Manipulatif membentuk angota secara berpasangan. Setiaap pasanagan

Pembelajaran matematika bersifat abstrak. Begitupula untuk materi operasi bilangan. Untuk mempelajari atau mendalami pelajaran matematika yang bersifat abstrak tersebut dibutuhkan media yang digunakan selama pembelajaran. Salah satu jenis alat peraga yang dapat digunakan adalah media manipulatif. Generally speaking, manipulatives are any object that is used in teaching math to help the students see and understand the concept being taught. (Ogg, 2010: 7) Dari kutipan diatas diketahui bahwa media manupulatif adalah benda-benda yang dapat dimanipulasi oleh guru dalam menyampaikan materi dengan tujuan siswa dapat memahami konsep yang diajarkan. Dari pengertian di atas diketahui dalam pembelajaran yang menggunakan media manipulatif melibatkan benda-benda atau bahan manipulatif. Media manipulatif terdiri dari beranekaragam bentuk dan jenis. Mulai dari kacang, tutup botol sampai dengan balok berwarna warni. Media-media manipulatif mudah untuk didapatkan di pasaran. Selain itu juga bisa dengan membuat sendiri atau memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar kita (Whitire, 2009). Media manipulatif digunakan dalam proses pembelajaran matematika bukanlah tanpa dasar yang jelas. Media manipulatif dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi yang bersifat abstrak. Dengan media manipulatif peserta didik tidak hanya memahami konsep dari teori-teori matematika tetapi juga menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi-materi. Menurut Burns (2007: 34) ada 7 langkah dalam menyajikan media manipulatif yaitu : 1) menyampaikan manfaat media manipulatif 2) menentukan peraturan dalam menggunakan media manipulatif 3) mengali pengetahuan peserta didik mengenai media manipulatif. 4) menyediakan material yang dekat dengan peserta didik 5) Memasang tabel tentang media manipulatif yang akan digunakan. 6) Penugasan 7) menjalin koordinasi dengan orang tua agar media manipulatif juga digunakan ketika proses belajar di rumah. Sedangkan menurut Kelly (2006) ada 10 langkah mendasar yang bisa membantu guru dalam menyajikan media manipulatif untuk pembelajaran yaitu: 1) Menyampaikan manfaat dan aturan dari penggunaan media manipulatif

2) Menyampaikan tujuan pengunaan media manipulatif dalam pelajaran matematika 3) Membagi peserta didik ke daam kelompok-kelompok 4) Peserta didik bereksplorasi dan diskusi 5) Menyertakan benda nyata dalam pembelajaran 6) Menggunakan variasi-variasi dalam menggunakan media manipulatif 7) Mendukung dan peduli dengan media manipulatif yang digunakan siswa 8) Menjamin ketersediaan dan penggunaan media manipulatif 9) Mendukung pemikiran dan daya temu peserta didik 10) Mengadakan penilaian. Langkah penyajian media manipulati yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Langkah Penyajian Media Manipulatif Burns (2007) 1. Menyampaikan manfaat manipulatif 2. Menentukan peraturan menggunakan manipulatif 3. Mengali pengetahuan media Kelly (2006) 1. Menyampaikan manfaat dan aturan dari penggunaan Penelitian 1. Merancang manipulatif digunakan 2. Memasang tabel media yang

media manipulatif dalam 2. Menyampaikan media tujuan media dalam matematika 3. Membagi didik ke

manipulatif dikelas.

pengunaan 3. Menyampaikan manipulatif pelajaran manfaat, tujuan, dan aturan penggunaan

peserta didik mengenai media manipulatif. 4. Peserta bereksplorasi diskusi 5. Memasang tabel didik dan

media manipulatif peserta 4. Membagi peserta didik daam ke dalam kelompokkelompok didik dan

kelompok-kelompok 4. Peserta bereksplorasi diskusi 5. Media manipulatif

didik 5. Peserta dan bereksplorasi berdiskusi menggunakan manipulatif

manipulatif di kelas. 6. Penugasan 7. menjalin koordinasi

media

digunakan dengan jelas dan intens

dengan orang tua agar

6. Membimbing peserta didik selama diskusi

media manipulatif juga 6. Menyampaikan variasi

digunakan proses rumah. belajar

ketika di

kegunaan manipulatif 7. Mendukung menyambut penggunaan manipulatif 8. Membuat manipulatif

media 7. Penilaian

dan baik media

media tersedia

dan dapat dijangkau 9. Mendukung pemikiran dan daya temu peserta didik 10. Mengadakan penilaian.

Dalam penelitian ini, media manipulaif yang digunakan adalah ..... h. Teori Belajar yang Mendasari Model Kooperatif tipe Think Pair Share Proses belajar yang terjadi tidak terlepas dari teori-teori belajar yang mendasari. Teori belajar yang mendasari pembelajaran Think Pair Share berbantu media manipulatif adalah: 1) mm i. Implementasi Model Think Pair Share berbantu media manipulatif 2. Kajian Empiris Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan terhadap model pembelajaran Think Pair Share dalam meningkatkan pembelajaran. Adapun hasil penelitian tersebut adalah : Misbachar, Tegar Arenanda. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Cooperative Learning tipe Think Pair Share dengan CD Pembelajaran siswa kelas III SDN Pakintean 03 Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) meningkatnya rerata aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Pada siklus I pertemuan pertama memiliki rerata 10,25 sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh skor rerata 10,50. Pada siklus II pertemuan pertama skor rerata aktivitas siswa adalah 14,63 dan pertemuan kedua naik

menjadi 16,50. (2) Keterampilan guru pada siklus I mendapatkan skor 31 dengan kategori baik. Pada siklus ke II mengalami peningkatan menjadi 33 dengan kategori baik. (3) Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I pertemuan pertama adalah 46,15%, pertemuan kedua naik menjadi 61,54%. Sedangkan pada silus II pertemuan pertama ketuntasan belajar peserta didik adalah 73,08 % dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 84,62%. Sari, Kartika Dewi. 2012. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 03 Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Rerata aktivitas siswa pada siklus I adalah 15,1 dengan kategori cukup. Pada siklus II rerata aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 21,6 dengan kategori baik. Pada siklus III rerata aktivitas siswa mencapai 24,9 degan kategori baik. (2) Pada siklus I, keterampilan guru mendapakan sko 18 dengan kategori cukup. Kemudian mengalami kenaikan pada siklus II menjadi 22 dengan kategori baik dan 27 pada siklus III. (3) Ketuntasan belajar klasikal juga mengalami peningkatan. Pada siklus I adalah sebesar 62,5%. Sedangkan pada siklus II adalah 75 %. Dan 83,3% pada siklus III. Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian mengenai penggunaan media manipulatif yang termuat dalam jurnal The Montana Mathemtic Enthusiast vol.3, no,2. Kelly, Catherine A. 2006. Using Manipulatives in Mathematical Problem Solving: A Perforance Based Anaysis. Universitas of Colorado at Colorado Springs. Penelitian menunjukkan bahwa media manipulatif terbukti membawa banyak manfaat dalam pembelajaran matematika. Peserta didik lebih mudah memahami konsep yang diajarkan. Pada penelitian ini konsep yang dipelajari adala konsep aljabar. Peserta didik lebih mudah memahami konsep-konsep aljabar, menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan aljabar. Selain itu juga berimbas pada meningkatnya daya tarik peserta didik terhadap pembelajarana matematika yang ada di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantu media manipulatif dapat meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah dan hasil belajar siswa secara signifikan. 3. Kerangka Berpikir Semarang

Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah : Siswa : Tingkat partisipasi siswa rendah

Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah : Guru : .

Pelaksanaan Tindakan yaitu siklus I dan siklus II

Kondisi akhir:

Pada proses pembelajaran IPA di SDN 03 Piji Kudus cenderung monoton. Guru kurang variatif dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Guru memberikan materi dan siswa mencatat materi. Selain itu selam pembeljaran IPA berlangsung media yang digunakan sangatlah minim. Guru jarang sekali menggunakan media sebagai alat bantu dalam menjelaskan materi kepada siswa. Akibatnya siswa merasa bosan tehadap pembelajaran. Mereka

cenderung asyik mengobrol sendiri dengan teman lainnya saat pembelajaran berlangsung. Siswa terlihat kurang tertarik terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas. Konsentrasi mereka terhadap pembelajaran dan pelajaran IPA masih rendah. Penggunaan ceramah dalam pembelajaran juga mengakibatkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Mereka kurang memiliki ruang untuk berpartisipasi akatif atau turut aktif selam pemebelajaran. Karena hal-hal tersebut sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah KKM. Sebanyak 72% siswa di kelas tidak tuntas dalam pelajaran IPA. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran CLIS (Childrens Learning In Science ). Dengan model pembelajaran CLIS (Childrens Learning In Science ) siswa diposisikan dalam keadaan selalu berpikir. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa menemukan sendiri baik melalui kegiatan individu amaupun kelompok berkaitan dengan konsep, fakta, pengetian-pengetian yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan begitu konsep dan pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan sesuatu yang bermakna dan tahan lama. Dengan penerapan model pembelajaran CLIS (Childrens Learning In Science ) siswa lebih bisa aktif dalam mengikuti pembelajaran, proses pembelajaran terasa menyenangkan karena suasana belajar dan variasi model yang digunakan. Penerapan model pembelajaran CLIS (Childrens Learning In Science ) diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Jika ketiga komponen atau variabel tersebut mengalami peningkatan maka pembelajaran IPA yang tercipta juga akan berkualitas. 4. Hipotesis Tindakan Dengan menggunakan model Think Pair Share berbantu media manipulatif maka keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar operasi bilangan siswa kelas II SDN Tugurejo dapat meningkat. E. Metode Penelitian 1. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadika subjek penelitian adalah guru dan peserta didik kelas II SDN Tugurejo 03, semester II 2012/2013. Jumlah peserta didik adalah sebanyak 43 siswa. 2. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini : a) Keterampilan guru dalam pembelajaran

b) Aktivitas siswa dalam pembelajaran c) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran 3. Prosedur atau Langkah-langkah PTK 4. Siklus Penilaian 5. Data dan Cara Pengumpulan Data a. Sumber Data 1) Guru Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mendapatkan data dari guru kelas II SDN Tugurejo 03 melalui lembar pengamatan keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matmatika dengan materi operasi bilangan dengan model pembelajaran Think Pair Share pada siklus pertama dan siklus kedua. 2) Siswa Peneliti mendapatkan data dari siswa kelas II SDN Tugurejo 03 melalui observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua. 3) Data Dokumen Sumber data dokumen yang digunakan peneliti berupa nilai awal siswa kelas II SDN Tugurejo 03 sebelum dilakukan tindakan. 4) Catatan Lapangan Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti juga menggunakan sumber data berupa catatan lapangan dari guru II SDN Tugurejo 03 selama proses pembelajaran mengenai aktivitas siswa, keterampilan guru, dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi operasi bilangan. b. Jenis Data 1) Data Kuantitatif Menurut Yoni (2010: 60-61) data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas dianalisis dengan teknik analisis deskriptif yaitu statistika deskriptif. Data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas berupa hasil belajar siswa kelas IV SDN 03 Piji kudus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang iadapatkan dengan pemberian tes tertulis pada setiap akhir siklus. 2) Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung dan wawancara yang berhubungan dengan pandangan atau sikap siswa, antusiasme siswa dalam belajar, dan motivasi siswa

(Sukayati, 2008:28 ). Data kualitatif diwujudkan dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siwa dan aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran CLIS (Childrens Learning In Science). c. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1) Teknik Tes Menurut Arifin ( 2011: 108 ) tes adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik tes yang digunakan berbentuk pertanyaan atau soal tertulis yang diberikan pada akhir pertemuan dalam setiap siklus. Teknik tes ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. 2) Teknik Nontes Teknik non tes adalah evaluasi proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan tanpa adanya pengujian terhadap siswa, melainkan dengan melakukan observasi atau pengamatan, wawancara, menyebar angket, dan lain-lain ( Poerwati: 3-19). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. a) Observasi Menurut Arifin ( 2011: 152) observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam observasi alat yang digunakan berupa pedoman observasi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan materi operasi bilangan menggunakan Think Pair Share berbatu media manipulatif. b) Wawancara Menurut Wardono (2009: 48) wawancara adalah suatu metode yang langsung berhubungan dengan responden. Dalam penelitian ini wawancara

digunakan untuk mengetahui dan menilai keadaan seseorang, misalnya dalam mencari data latar belakang siswa, pendidikan orang tua, keadaan keluarga, dan lainnya. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengembil data awal untuk identifikasi masalah. c) Dokumentasi Menurut Kamus umum bahasa Indonesia, dokumentasi berarti sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagi bukti atau keterangan. Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data niali awal siswa, bukti aktivitas siswa dan guru dalam bentuk foto saat pembelajaran berlangsung. d) Catatan lapangan Menurut Bogdam dan Biklen (dalam Prastowo,2010) catatan lapangan adalah catatan mengenai apa saja yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kealitatif. Catatan lapangan digunakan untuk mengungkapkan secara deskriptif kondisi yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Keberadaan catatan lapangan akan memperkuat dat yang diperoleh sebelumnya dan merupakan masukan bagi guru dalam melakukan refleksi. Dalam penelitian ini catatan lapangan berisi segala sesuatu baik keterampilan guru maupun keaktifan siswa yang terjadi selama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan metode CLIS (Childres Learning In Science) berlangsung. 6. Teknis Analisis Data 7. Indikator Keberhasilan F. Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai