Anda di halaman 1dari 20

PROMOSI KESEHATAN Pendidikan/edukasi Kesehatan Klien dalam Praktik Keperawatan Dan Teori Belajar-Mengajar serta Domainnya

Oleh Home Group IV Anggota : Puput Puspitasari Thatiana Dwi A Ummi Hamidah Yosephine Melati Wilujeng NPM 1206238886 NPM 1206244346 NPM 1206219003 NPM 1206218972 NPM 1206248445

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STRATA 1 REGULER ILMU KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Promosi Kesehatan : Pendidikan/edukasi Kesehatan Klien dalam Praktik Keperawatan dan Teori Belajar-Mengajar serta Domainnya.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk Mata Kuliah Promosi Kesehatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada : 1. Bu Enie Novieastari, MSN selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Promosi Kesehatan Kelas D. 2. Rekan-rekan kelas D Promosi Kesehatan.

Tiada gading yang tak retak, begitu pula kami dalam penyusunan makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk kamiagar dapat lebih baik kedepannya nanti. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami selaku mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Univesitas Indonesia dan pembaca.

Depok, 14 September 2013

Home Group IV

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2 DAFTAR ISI.................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................. 5 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 5 1.3 Tujuan ............................................................................................... 6 1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pendidikan/edukasi kesehatan klien dalam praktek keperawatan .... 7 2.1.1 Definisi Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien.................................. 7 2.1.2 Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien sebagai Salah Satu Dimensi Caring Perawat ........................................................................... 8 2.1.3 Peran Pendidikan/Edukasi Pasien dalam Pelayanan Kesehatan . 8 2.1.4 Hubungan Edukasi Pasien dengan Rencana Pemulangan........... 9 2.1.5 Menguraikan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam praktek keperawatan ........................................................ 9 2.1.6 Model Proses dalam Pendidikan Kesehatan Pasien .................... 10 2.2 Belajar dan Mengajar........................................................................ 11 2.2.1 Pengertian Belajar ....................................................................... 11 2.2.2 Mengajar...................................................................................... 11 2.2.3 Teori-teori belajar........................................................................ 12 2.2.4 Domain Belajar ........................................................................... 13 2.2.5 Pengertian Konsep Mengajar ...................................................... 16 2.2.6 Teori mengajar ............................................................................ 17

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Negara maju dapat diukur dengan berbagai indikator. Salah satu indikator yang dapat digunakan adalah tingkat kesehatan. Tingkat kesehatan yang baik mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan aspek utama yang harus dikembangkan untuk mencapai segala indikator kemajuan suatu negara. Pendidikan meliputi aktivitas belajar dan mengajar. Segala macam ilmu ditransfer melalui proses pendidikan. Sistem pendidikan juga dikenal dalam dunia kesehatan. fungsi pendidikan dalam bidang kesehatan adalah untuk pencegahan,

mempertahankan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik jika direalisasikan. Salah satu tindakan konkretnya adalah melalui promosi kesehatan. segala bentuk promosi kesehatan dapat dilakukan oleh semua profesi bidang kesehatan, termasuk perawat untuk mengantarkan masyarakat pada standar kesehatan yang tinggi.

1.2 Rumusan masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan/edukasi pasien? 2. Bagaimanakah pendidikan pasien/ klien sebagai salah satu dimensi caring perawat? 3. Bagaimanakah peran pendidikan/ edukasi pasien dalam pelayanan kesehatan? 4. Bagaimanakah hubungan pendidikan/ edukasi klien dan discharge planning? 5. Bagaimanakah proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam praktik keperawatan? 6. Bagaimanakah model proses pendidikan kesehatan klien?

7. Apakah yang dimaksud dengan belajar dan mengajar? 8. Bagaimanakah teori dan konsep belajar dan mengajar? 9. Apa saja yang termasuk dalam domain belajar? 1.3 Tujuan 1. 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan/edukasi pasien Memahami bagaimana pendidikan pasien/ klien sebagai salah satu dimensi caring perawat 3. 4. Mengerti peran pendidikan/ edukasi pasien dalam pelayanan kesehatan Mengetahui hubungan pendidikan/ edukasi klien dan discharge planning 5. Memahami bagaimana proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam praktik keperawatan 6. 7. 8. 9. Mengetahui model proses pendidikan kesehatan klien Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar dan mengajar Memahami teori dan konsep belajar dan mengajar Mengetahui apa saja yang termasuk dalam domain belajar

1.4 Sistematika Penulisan HALAMAN COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Rumusan Masalah c. Tujuan d. Sistematika Penulisan BAB II BAB III ISI PENUTUP a. Simpulan b. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pendidikan/edukasi kesehatan klien dalam praktek keperawatan 2.1.1 Definisi Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien Craven and Himle (1996) dalam Suliha (2002) mendefinisikan bahwa pendidikan atau edukasi merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan untuk mengangkat fakta dan kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self-direction), aktif dalam memberikan informasi atau ide baru. Pendidikan dapat menyebabkan perubahan kemampuan intelektual dan

memperbaiki keterampilan seseorang dalam menggunakan dan mengevaluasi informasi. Sementara itu, Wingroot (2005) menyesuaikan edukasi dengan bidang kesehatan sehingga ia mengatakan bahwa edukasi kesehatan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka hingga mengubah perilaku klien dengan tujuan agar klien dapat mempertahankan atau memperbaiki kesehatannya. Dalam usaha pendidikan/edukasi pasien, perawat harus menyertakan nilai-nilai psikososial, spiritual, dan budaya yang dimiliki pasien serta keinginan untuk berpartisipasi aktif. Pendidikan atau edukasi untuk klien dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. pendidikan pasien klinis Pendidikan pasien klinis merupakan proses belajar-mengajar yang terencana, sistematis, dan logis yang dapat digunakan dalam segala situasi klinis. Pendidikan pasien klinis pada umumnya berlangsung secara berkesinambungan. b. pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar-mengajar yang lebih berkonsentrasi pada promosi kesehatan.

2.1.2 Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien sebagai Salah Satu Dimensi Caring Perawat Keperawatan adalah aplikasi kiat dan ilmu tentang manusia melalui transaksi caring transpersonal untuk membantu seseorang mencapai keselarasan pikiran-tubuh-jiwa yang menimbulkan pengetahuan diri, pengendalian diri, perawatan diri, dan penyembuhan diri (Watson, 1990). Dalam memberikan

pendidikan/edukasi kepada pasien/klien sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan, diperlukan suatu esensi teori sebagai landasan untuk melakukan tata laksana proses pendidikan/edukasi tersebut. Hal ini diterangkan Watson (1979) dalam Theory of Human Caring bahwa caring adalah sejenis hubungan dan transaksi yang diperlukan untuk meningkatkan rasa aman pada pasien/klien dan melindungi klien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan klien untuk dapat sembuh. Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga, caring environment menyediakan perkembangan potensi dan memberukan keleluasaan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan. Pada tahun 1997, Watson dan Lea menyusun instrumen yang dikembangkan untuk meneliti perilaku caring perawat yang disebut dengan Caring Dimensions Inventory (CDI). Terdapat 25 daftar dimensi caring tersebut, salah satunya yaitu memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu yang berhubungan dengan pendidikan klien. Proses keperawatan identik dengan caring. Dalam Caring Dimensions Inventory (CDI) terdapat pendidikan klien sebagai salah satu hal terpenting untuk mencapai sehat pada klien. Dalam proses pendidikan klien, perawat harus memastikan bahwa klien, keluarga, dan masyarakat menerima informasi yang dibutuhkan untuk memulihkan dan mempertahankan kesehatan yang optimal.

2.1.3 Peran Pendidikan/Edukasi Pasien dalam Pelayanan Kesehatan Kesehatan bernilai penting sehingga kesehatan menjadi indikator pengukur kesejahteraan seseorang. Tetapi, di Indonesia, pengetahuan masyarakat akan kesehatan masih sangat minim. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya angka harapan hidup Indonesia dari standar angka harapan hidup yaitu 85 tahun. Karena
8

itulah, pemerintah mengeluarkan UU RI No.23 Tahun 1992 tentang pembangunan sebagai salah satu pembangunan nasional dengan tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan berfokus pada peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Meningkatnya fokus pada pencegahan (preventif) menuntut sistem pelayanan kesehatan untuk memberikan pendidikan (edukasi) kepada klien secara lebih luas. Keberhasilan mencapai tujuan edukasi klien membutuhkan kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan serta keinginan klien untuk berpartisipasi aktif. 2.1.4 Hubungan Edukasi Pasien dengan Rencana Pemulangan Salah satu tujuan edukasi adalah untuk memberikan informasi pada klien yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinutas pelayanan dari rumah sakit ke rumah (Falvo, 2004). Perencanaan pulang adalah suatu proses yang sistematis untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada atau telah ditentukan serta bekerjasama dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah atau pulang, bertujuan untuk meminimalkan dampak dari suatu keadaan kesehatan misalnya penyakit dengan perawatan yang kontinu (terus menerus). Perencanaan pulang disusun agar pasien mampu menjaga kontinutas kesehatannya secara mandiri, namun tujuan itu tidak akan tercapai dengan baik jika edukasi klien tidak dilaksanakan. 2.1.5 Menguraikan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam praktek keperawatan. Dalam menjalankan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan, perawat mengidentifiksikan kesediaan dan rumit belajar klien (Redman, 2007). Klien yang sedang menjalani pemulihan dan beradaptasi terhadap perubahan akibat penyakit biasanya, klien mencari informasi tentang kondisinya, kemudian pula perawat tidak lupa untuk mengikutsertakan keluarga, karena disini keluarga merupakan bagian penting dalam pemulihan kesehatan dan membutukan informasi dengan jumlah

yang sama seperti klien. Jika perawat tidak menyertakan keluarga, maka dapat menimbulkan konflik pada keluarga. 2.1.6 Model Proses dalam Pendidikan Kesehatan Pasien Menurut Susan B. Bastable (1999), terdapat beberapa model proses dalam pendidikan kesehatan, antara lain: 1. Health Belief Model adalah model yang dimodifikasi oleh Becker (1974) untuk menangani permasalahan kepatuhan pada program pengobatan teraupetik. Terdapat dua alasan utama yang menjadi dasar dibentuknya model ini yaitu keberhasilan terhadap pencegahan penyakit dan program penyembuhan yang memerlukan kepatuhan klien untuk berpartisipasi dan keyakinan bahwa kesehatan memang sangat dihargai. 2. Health Promotion Model, adalah model yang dikembangkan oleh Pender (1987) dan digunakan dalam disiplin keperawatan. Model ini

menggambarkan komponen dan mekanisme yang menjadi faktor penentu pada gaya hidup yang mempromosikan kesehatan. 3. Self-Efficacy Theory adalah model yang dikembangkan dari perspektif sosial-kognitif dan didasarkan pada harapan seseorang yang berkaitan dengan rangkaian tindakan tertentu (Bandura, 1977a, 1977b, 1986). Teori ini merupakan teori prediktif perihal suatu keyakinan bahwa seseorang dapat mengerjakan perilaku tertentu dalam mencapai hasil yang diharapkan sesuatu dengan kompetensi dan kapabilitasnya. 4. Theory of Reasoned Action adalah model yang berkaitan dengan prediksi dan pemahaman semua bentuk perilaku manusia dalam konteks sosial. Teori ini didasarkan pada alasan bahwa manusia merupakan pembuat keputusan yang rasional yang memanfaatkan informasi apapun yang tersedia bagi mereka. 5. Model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Constructs in Educational Diagnosis and Evaluation)-PROCEED (Policy,

Regulatory, and Organizational Constructs in Educational and Envirinment Development) adalah model yang memiliki harapan untuk mengurangi tingkat kematian. Inti dari model ini adalah pendidikan

10

kesehatan, yang didefinisikan sebagai partisipasi sikap rela peserta didik dalam menentukan praktik kesehatan mereka sendiri. 6. Therapeutic Alliance Model merupakan model yang membahas tentang peralihan kekuasaan dari penyelenggara kepada kemitraan pembelajaran dimana kerjasama dan negosiasi dengan konsumen merupakan kuncinya. 2.2 Belajar dan Mengajar 2.2.1 Pengertian Belajar Menurut Kozier (200) belajar merupakan berubahnya kemampuan seseorang yang terus berlanjut dalam suatu waktu. Sementara itu, menurut Patricia Potter dan Anne Perry (2005), belajar adalah proses memperoleh ilmu, sikap, dan kemampuan baru melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan beberapa arti dari belajar di atas, belajar dapat disimpulkan sebagai kegiatan dalam memperoleh halhal baru terutama ilmu yang didapat melalui latihan atau menempa diri serta pengalaman. 2.2.2 Mengajar Mengajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti memberi pelajaran atau pelatihan. Sementara itu, menurut The Free Dictionary, mengajar merupakan suatu aktivitas untuk mendidik atau melatih dan di dalam aktivitas mengajar, pengajar berusaha memberi atau menanamkan pengetahuan atau keterampilan kepada para pelajar. Selain definisi definisi di atas, mengajar juga memiliki beberapa definisi yang berasal dari berbagai tokoh yaitu: a. Mengajar tak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga merangsang terjadinya proses berpikir, tumbuhnya sikap kritis, atau hingga mengubah pandangan para pelajar (Rooijakkers, 1991). b. Mengajar atau pembelajaran merupakan perolehan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan baru. (Bastable, 2003 dalam Potter dan Perry, 2010) Dari beberapa definisi di atas, mengajar dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menularkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada orang yang belajar sehingga dapat menumbuhkan sikap kritis dari para pelajar hingga mengubah sikap pelajar dan juga agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.
11

2.2.3 Teori-teori belajar: 1. Teori Behavior Teori belajar behavior berpandangan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku. J.B. Watson yang dikenal sebagai Bapak Teori Behavior mempelajari studi yang dilakukan oleh Ivan Pavlov tentang eksperimennya terhadap respon seekor anjing yang dikondisikan pada kondisi berulang. Watson menyimpulkan bahwa belajar adalah proses penerimaan respon dari stimulus yang dapat diukur dan dapat diobservasi. Belajar dapat dicapai melalui perilaku yang tepat dari sejumlah respon dan melalui pendekatan penguatan. 2. Teori Kognitif Teori kognitif melihat kegiatan belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Teori belajar kognitif juga sering disebut sebagai teori perseptual karena menurut teori ini, kegiatan belajar adalah perubahan persepsi yang terkadang tidak dapat diamati dan / atau diikuti. Menurut teori ini pula, proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Teori belajar kognitif dikemukakan oleh Ausubel, Bruner, Jean Piaget, dan Robert M. Gagne

3. Teori Humanistik Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Hal itu dikarenakan menurut teori ini, kepribadian individu tidak hanya berasal dari pembelajaran lingkungan tetapi juga hasil pembelajaran dan motivasi dari dalam diri individu tersebut. Contoh pembelajaran dari dalam diri individu tersebut adalah kebebasan utnuk memilih, dan motivasi untuk mencapai aktualisasi diri atau memenuhi keunikan mereka sebagai manusia. Menurut teori ini pula, terdapat dua tipe belajar yaitu tipe belajar kognitif atau tipe belajar berdasarkan makna dan tipe belajar eksperiensial atau tipe belajar berdasarkan pengalaman. Tetapi, secara umum teori ini bersifat elektif sehingga teknik belajar apapun dapat

12

dialakukan oleh seorang individu agar tujuan belajar dapat tercapai. Hingga saat ini, terdapat tiga tokoh pelopor teori humanistik yaitu Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. 4. Teori Sibernetik Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Nursalam dan Ferry Efendi, 2008). Teori ini lebih mementingkan sistem informasi daripada proses. Sistem informasi adalah suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi agar dapat beroperasi secara benar dan menguntungkan (Teguh Wahyono, 2010). Tokoh yang mengembangkan teori sibernetik adalah Landa yang berpendapat bahwa ada dua macam proses berpikir, algoritmik (proses berpikir linier, konvergen, dan lurus menuju ke satu target tertentu), dan heuristik (cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus), dan Pask dan Scott yang mengemukakan cara berpikir menyeluruh dan sebagian (Nursalam dan Ferry Efendi, 2008). 2.2.4 Domain Belajar 2.2.4.1 Domain Belajar Kognitif Pembelajaran kognitif meliputi semua perilaku intelektual (Potter dan Perry, 2005). Bloom (1956) menglasifikasikan perilaku kognitif dalam urutan hierarki. Urutan pertama dalam hierarki adalah pengetahuan. Dengan menggunakan pengetahuan seseorang akan mendapatkan fakta atau informasi baru dan dapat diingat kembali. Sebagai contoh, klien belajar tentang obatobatan yang diberikan dan dapat menjelaskan tujuan dan kemungkinan efek sampingnya (Potter dan Perry, 2005). Urutan kedua dalam hierarki adalah pemahaman. Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami materi yang dipelajari. Contoh, klien mampu menguraikan secara spesifik bagaimana obat-obat yang baru diberikan untuknya akan dapat meningkatkan kesehatan fisiknya (Potter dan Perry, 2005). Urutan ketiga dalam hierarki adalah aplikasi atau penerapan mencakup penggunaan ideide abstrak yang baru dipelajarinya untuk diterapkan dalam situasi yang nyata. Contoh, klien belajar cara pemberian obat sendiri sesuai dengan jadwal untuk meminimalkan efek samping (Potter dan Perry, 2005).

13

Urutan keempat dalam hierarki adalah analisis yang berarti mengaitkan ide yang satu dengan yang lain dengan cara yang benar. Contoh, klien mampu mengidentifikasi efek samping yang paling sering dialaminya karena obat tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami oleh orang lain (Potter dan Perry, 2005). Urutan kelima dalam hierarki adalah membuat sintesis yang merupakan kemampuan memahami dari semua informasi yang diterimanya. Contoh, klien mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam melakukan cara untuk mencegahnya (Potter dan Perry, 2005). Urutan terakhir dalam hierarki tersebut adalah evaluasi. Evaluasi adalah berupa penilaian oleh klien terhadap efek yang diterima saat dan setelah melakukan perawatan (Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004). Contoh, klien mampu memahami kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut tentang insulin sehubungan dengan rencananya mengikuti program latihan (Potter dan Perry, 2005). 2.2.4.2Domain afektif Menurut perry dan potter (2005) pembelajaran afektif berkaitan dengan ekspresi perasaan dan penerimaan berupa tingkah laku, pendapat dan nilai. Afektif meujuk pada emosi atau perasaan, pembelajaran ini mengubah kepercayaan, sikap atau nilai. Menurut Potter dan Perry (2005) Terdapat lima hierarki dalam domain afektif, yaitu sebagai berikut : 1. Urutan pertama adalah penerimaan yaitu bersedia menerima perkataan orang lain, menyadari adanya suatu fenomena di lingkungan. Contoh seorang wanita mendengarkan penjelasan mengenai prosedur operasi payudara dengan penuh perhatian dan kontak mata. 2. Urutan kedua adalah merespon yaitu memberikan tanggapan melalui kegiatan mendengarkan dengan bereaksi secara verbal dan non verbal. Contoh : pasien bertanya mengenai proses terapi yang harus dijalani untuk mempercepat kesembuhan/ pemulihan. 3. Urutan ketiga adalah penghargaan yaitu memberikan nilai pada suatu objek, fenomena atau tingkah laku. Contoh: seorang pasien yang sangat memperhatikan rupa/ tampilan luka operasi sebelum pengangkatan payudara

14

menolak untuk melihat luka irisan dan memakai pakaian dengan kerah tertutup. 4. Urutan keempat dalah pengorganisasian yaitu membangun sistem nilai dengan mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai dan mampu

menyelesaikan konflik. Contohnya : pasien amputasi berniat menerima perubahan yang ada pada dirinya dan berkeinginan untuk tetap berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. 5. Urutan kelima atau terakhir adalah karakterisasi yaitu memiliki nilai yang konsisten dan menjadi dasar dalam tingkah laku yang menjadi gaya hidup. Contoh : seorang pasien amputasi tetap menjalani kehidupan normalnya di masyarakat. 2.2.4.3 Domain psikomotor Pembelajaran psikomotorik melibatkan penguasaan ketrampilan yang memerlukan integrasi antara aktivitas mental dan muskular, seperti kemampuan berjalan atau menggunakan peralatan makan (Potter & Perry, 2005). Psikomotorik domain (Simpson, 1972) mencakup gerakan fisik, koordinasi, dan penggunaan keterampilan area motorik. Domain ini memiliki hierarki sebagai berikut : 1. Urutan pertama persepsi yaitu Kemampuan untuk menggunakan isyarat sensoris untuk memandu aktivitas motorik. Contoh : memperkirakan dimana bola akan mendarat setelah dilemparkan dan pindah ke lokasi menangkap bola. 2. Urutan kedua adalah pengaturan yaitu kesiapan untuk bertindak. Mencakup pengaturan mental, fisik, dan emosional. Contoh: tahu dan bertindak atas urutan langkah dalam proses manufaktur/produksi, menunjukkan keinginan untuk mempelajari proses baru (motivasi). 3. Urutan ketiga adalah respon terkendali tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks yang mencakup peniruan, trial dan error. Contoh : merespon sinyal-tangan dari instruktur saat belajar mengoperasikan forklift.

15

4. Urutan keempat mekanisme adalah respon belajar telah menjadi kebiasaan dan gerakan dapat dilakukan dengan sedikit keyakinan dan kemampuan. Contoh : mengendarai mobil pribadi. 5. Urutan kelima adalah respon jelas yang rumit adalah kinerja terampil dari tindakan motorik yang melibatkan pola gerakan yang kompleks tanpa ragu dan otomatis. Contoh : menampilkan kompetensi saat bermain piano. 6. Urutan keenam adalah adaptasi adalah keterampilan yang dikembangkan dengan baik dan individu dapat memodifikasi pola pergerakan sesuai persyaratan tertentu. Contoh : memodifikasi instruksi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. 7. Urutan ketujuh atau terakhir adalah originasi yaitu membuat pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi atau masalah tertentu. Contoh: mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensi 2.2.5 Pengertian Konsep Mengajar konsep mengajar ialah ide atau pengertian yang berhubungan dengan mengajar. Konsep tersebut dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu 1. Konsep mengajar sebagai mitos dibangun atas dasar keyakinan awal, namun dalam perkembangannya tidak senantiasa sejalan dan seirama dengan semangat yang dibangun oleh mitos mengajar yang bersangkutan. Cole dan Chan (1994) mengklasifikasikan sejumlah mitos mengajar, yaitu mengajar sangat tergantung pada derajat personalia orang yang mengajarnya, penerapan kontrol perilaku siswa, pada dasarnya merupakan ikhtiar kegiatan belajar mengenai sejumlah keterampilan. 2. Konsep mengajar sebagai subsistem/sistem artinya aktivitas mengajar merupakan subsistem dari sistem pendidikan dan mengajar tidak bisa dilepaskan dari sistem pengajaran (instructional system) ataupun sistem belajar (learning system). Sebagai subsistem pengajaran, mengajar sangat bergantung pada unsur lain dalam pendidikan, seperti manajemen pendidikan. Sebagai sistem, mengajar mempunyai komponen-komponen seperti pengajar, peserta ajar, fasilitas, dan lain-lain.

16

3. Konsep mengajar sebagai substansi keilmuan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan ilmu (informasi yang bermanfaat) kepada orang lain. 2.2.6 Teori mengajar Secara umum, ada empat aliran pendidikan (Sukmadinata, 1997). Keempat aliran itu antara lain; 1. Pada teori pendidikan klasik pendidik berperan sangat dominan menentukan isi, metode, dan evaluasi. Sedangkan klien berperan secara pasif. Contoh pada penyuluhan kesehatan dalam jumlah yang besar, promotor cenderung mendominasi. Teori mengajar pendidikan pribadi lebih menekankan bahwa pendidik harus memahami peserta didik. Contoh : bimbingan konseling. 2. Teori mengajar teknologi pendidikan berarti bahwa pengembangan pendidikan dengan memanfaatkan teknologi. Contoh : pemutaran video pada penyuluhan kesehatan. 3. Teori mengajar interaksional yaitu ada hubungan dua pihak atau lebih sehingga terjadi interaksi. Contoh : seminar kesehatan interaktif. Teori mengajar membedakan yaitu pendidik mengajarkan dua fakta atau konsep yang berbeda. Contoh : perbedaan mencuci tangan dengan sabun dan hand sanitizer. 4. Teori Mengajar Kognitif mengajarkan klien untuk dapat mengingat, menerima dan memahami informasi pembelajaran. Contoh : pada promosi kesehatan, pendidik akan mengajarkan peserta didik untuk mengingat, menerima dan memahami materi kesehatan yang akan diberikan.

17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pendidikan atau edukasi dapat disimpulkan sebagai penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui proses belajar atau instruksi dengan tujuan untuk mengangkat fakta dan kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self-direction), aktif dalam memberikan informasi atau ide baru. Edukas i kesehatan untuk klien merupakan edukasi kesehatayang diberikan oleh seorang petugas kesehatan kepada klien. Secara lebih lengkap, Wingroot (2005) mengatakan bahwa edukasi kesehatan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka dan mengubah perilaku klien.

Edukasi tak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Belajar, menurut Kozier (2010) merupakan berubahnya kemampuan seseorang yang terus berlanjut dalam suatu waktu sementara mengajar dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menularkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada orang yang belajar sehingga dapat menumbuhkan sikap kritis dari para pelajar hingga mengubah sikap pelajar dan juga agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.

18

DAFTAR PUSTAKA Nursalam, Fery, Efendi. (2007). PendidikanDalamKeperawatan. Jakarta: SalembaMedika Alberto, P. & Troutman, A.c. (2009). Applied behavioral analysis for teacher 6th ed. Upper Saddler River: Merill Prentice Hall Bandono, A. (2011). Perdebatan sekitar teori belajar dalam praktek pembelajaran. Jurnal. Bastable, Susan B.. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pemebelajaran. Jakarta: EGC. Budiningsih, A, C. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Rinika Cipta Chowdbury, M.S & college M. (2006). Human behavior in the context of training: an overview of the role of learningtheories as applied to training and development. Journal of knowledge management practice, volume 1. June. Craven & Hirnle. (2007). Fundamental of Nursing : Human Health and Function 5th Edition. Philadelphia : Mosby, Inc Fatta, Hanif Al. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: Andi. Harkreader, H., Hogan, M.A., Thobaben, M. (2007). Fundamental of Nursing : Caring and clinical judgment 3rd Edition. Philadelphia : Saunders Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H. (2008). Teori Belajar Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana. Joos, Irene, dkk. (2003). Belajar Cepat Komputer: Panduan Untuk Profesi Kesehatan. Ed 3. Jakarta: EGC. Kozier, B. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC Kozier, Barbara, Erb, Glenora, Berman, Audrey, dan Snyder, Shirlee J. (2004.) Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice Seventh Edition. USA: Pearson Education.
19

Maulana, H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Nursalam, F.E. (2007). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (terj. dr. Adrina Ferderika Nggie dan dr. Marina Albar). Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.

Rankin, H.S. (2001). Patient Education: Principles & Practices. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Redman, K.B. (2007). The Practice of Patient Education: A Case Study Approach. New York: Elsevier Rooijakkers, A. (1991). Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo. Simamora, Roymond. H. (2009). Buku Ajar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: EGC. Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Wahyono, Teguh. (2010). Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Wuryani, Sri Esti. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

http://www.thefreedictionary.com/teaching (diakses pada 6 September 2013 pukul 10.30) http://ugcnetonline.svtuition.org/2009/03/definition-of-teaching-andits.html (diakses pada 6 September 2013 pukul 10.50) http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/inti-teori-belajarbehavioristik.html (diakses pada 6 September 2013 pukull 11.00) http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/163/jiptiain--herionosus-81485-4.babii!.pdf (diakses pada 8 September 2013 pukul 15.11)

20

Anda mungkin juga menyukai