Anda di halaman 1dari 34

Kecelakaan Kerja

A5

Skenario 3

ANGGOTA KELOMPOK: 1. Igri Septiani Ryska 2. Andreas Yoga 3. Paskalina 4. Steven Hartanto 5. Tiara Alexander 6.Moh. Amirul Azwan 7. Alvina 8. Ain Nabila

Skenario 3
Seorang laki-laki, Tn. B, 40 tahun, datang dengan tungkai kanan tidak dapat digerakkan

Rumusan masalah
Seorang laki-laki, Tn. B, 40 tahun, datang dengan tungkai kanan tidak dapat digerakkan

Analisis Masalah
Penatalaksanaan Penegakan Diagnosis PAK

Pencegahan

Diagnosis klinis

Tn.B laki- laki 40 tahun tungkai kanan tidak bisa digerakan

SMK3

Diagnosis okupasi dengan pendekatan klinis (individu) 7 langkah diagnosis okupasi


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Diagnosis klinis Pajanan yang dialami Hubungan pajanan dengan penyakit Pajanan yang dialami cukup besar Peranan faktor individu Faktor lain di luar pekerjaan Diagnosis okupasi

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

1 Diagnosis klinis
Anamnesis
Identitas

Nama lengkap : Tn. B Jenis kelamin : Laki-laki Alamat: Rawamangun, Pulo Gadung, Jaktim Usia : 40 tahun Status perkawinan : Menikah Suku bangsa : betawi Pekerjaan : Cleaning Service (CVA) Agama: Muslim Pendidikan : SLTA

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

1 Diagnosis klinis
Anamnesis
Keluhan & Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu

Keluhan utama Perjalanan penyakit (trauma?) Rasa nyeri? Panas? Bengkak?


Riwayat pekerjaan Sekarang & sebelumnya Alat/bahan/proses kerja Waktu kerja sehari Pajanan & APD Hubungan gejala-waktu kerja Pekerja lain penyakit sama

Penyakit yg sama Penyakit yang lain Riwayat pengobatan

Riwayat penyakit keluarga


Penyakit Riwayat pengobatan Penyakit keturunan

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

1 Diagnosis klinis
Pemeriksaan fisik
Ditemukan:
TTV Keadaan Umum Kesadaran Tanda-tanda Vital N Suhu RR : Tampak Sakit Sedang : Compos Mentis :TD 120/70 mmHg 72x/menit 37C 16x/menit

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

1 Diagnosis klinis
Pemeriksaan fisik
Identifikasi tipe fraktur (terbuka/tertutup) Pem.fisik yang perlu dilakukan: Inspeksi Deformitas, edema, hematom Kehilangan fungsi Palpasi Fragmen tulang, krepitasi Pulsasi Movement Range of movement

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

1 Diagnosis klinis
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Warna kulit sawo matang; Udem (-/-); Deformitas (-/-) varises (-/-) Palpasi : Nyeri tekan (-/+) Move : Gerak (-/-); Nyeri (-/+) Kekuatan otot : (+/-) Tanda fraktur : (-/+) Varises : (-/-) Kelainan kuku dan jari: (-/-)

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

1 Diagnosis klinis
Pemeriksaan Penunjang

Foto polos AP/lat view, sepanjang tulang dan tampak dua sendi Pemeriksaan Darah Rutin

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

1 Diagnosis klinis
Diagnosis klinis: Fraktur tertutup femur dextra Diagnosis PAK: Kecelakaan kerja

Selain dari anamnesa serta pemeriksaan, penegakan diagnosis penyakit akibat kerja dapat ditegakkan melalui Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja Oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.25/MEN/XII/2008

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

Pajanan yang dialami


Data diperoleh dari anamnesis teliti & pemeriksaan tempat kerja

Pajanan saat ini & pajanan sebelumnya Beberapa pajanan 1 penyakit @ sebaliknya Deskripsi pekerjaan secara kronologis Periode waktu kerja Bahan/cara kerja/hasil produksi Lebih bernilai jika ditunjang data objektif

7 langkah diagnosis okupasi

2
Kegiatan

Pajanan yang dialami


Pajanan

Fisik

Kimia

Biologi

Ergonomi

Psiko-sosial

Resiko Penyakit dan Kecelakaan Kerja Konjungtivitis, ISPA, heat fatigue, dermatitis, gangguan muskular, kecelakaan lalu lintas, parestesi Fraktur tulang, keracunan, ISPA, dermatitis, gangguan muskular, kecelakaan kerja

Perjalanan pergi dan pulang kerja

Sinar UV, suhu panas, bising, getaran

Polusi lingkungan (debu, CO, CO2)

Bakteri, jamur, virus

Posisi duduk di motor terlalu lama

Stres kemacetan, kelelahan

Bekerja sebagai Cleaning Service

Sinar UV

Bahan kimia pembersih ruangan, debu

Bakteri, jamur, virus

Posisi membersihkan kaca dari arah luar yang tidak aman

Stres pekerjaan, kelelahan

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

Hubungan pajanan & penyakit


Identifikasi pajanan yang ada

Kenalpasti pajanan yang mungkin sekali berdampak/berakibat pada pasien

Evidance based : pajanan-penyakit

Telusuri perjalanan kecelakaan serta peran pajanan

Pendapat pekerja
Terima pendapat pekerja dan telusurinya untuk memastikan tiada pajanan yang tertinggal

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

Pajanan yang dialami cukup besar?

Lihat dari segi patofisiologis dan epidemiologis Dapat berupa faktor manusia, alatan kerja serta lingkungan Faktor Manusia: Ketrampilan kurang, kelelahan(masa kerja), tidak disiplin Faktor alatan kerja: Tidak layak pakai, tidak sesuai dengan kegiatan Faktor lingkungan

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

Pajanan yang dialami cukup besar


Pemakaian APD

Guna untuk menjaga keselamatan dan mencegah kecelakaan Dapat berupa: Topi pelindung Eye googles Ear plugs Masker Alat pelindung tangan dan kaki ( sarung tangan dan safety shoes) Safety belt/harness

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

Peran faktor individu

Kecelakaan kerja sering karena human error, antaranya: Latar belakang pendidikan Psikologis Ketrampilan (termasuk pengetahuan akan pentingnya penggunaan APD) Faktor fisik/stamina

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

Faktor lain di luar pekerjaan

Bisa menyangkut:

Hobi pekerja Kebiasaan Pajanan di rumah

Pajanan yang dapat dilihat pada kasus:


Unsafe condition Unsafe action

7 langkah diagnosis okupasi


Fraktur

Diagnosis okupasi
Meneliti data/informasi pada langkah 1-6

(PAK) dan (PAHK) Penyakit diperberat pajanan di tempat kerja Belum dapat ditegakkan (suspek) dan diperlukan informasi tambahan Bukan penyakit akibat kerja (PAK)

Penegakan diagnosis
Penegakkan diagnosis dilakukan setelah diteliti langkah 1-6 Pada kasus ini Tn. B mengalami fraktur femur dextra dan merupakan penyakit akibat kerja

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3)

SMK3 merupakan sistem management pengendalian resiko yang berkaitan kegiatan kerja agar tercapai kerja yang aman, efisien dan produktif

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3)


TAHAP 1: PERSIAPAN (KOMITMEN DAN KEBIJAKAN
Diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan. Strategi yang perlu ada: 1. Advokasi sosialisasi program Perusahaan 2. Menetapkan tujuan jelas. 3. Organisasi dan penugasan yang jalas. 4. Meningkatkan SDM profesional pada setiap unit kerja di lingkungan Perusahaan 5. Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatif. 6. Membuat program kerja yang mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan. 7. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) TAHAP 2: PERENCANAAN


Identifikasi sumber bahaya
Berupa chemical, physical, biological, psychological dan ergonomical agent Dilihat dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang terjadi

Penilaian faktor resiko


Dilakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja

Pengendalian faktor resiko


Menghilangkan bahaya Menggantikan sumber resiko dengan sumber resiko yang lebih rendah tingkat resikonya Penggunaan APD

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) TAHAP 2: PERENCANAAN


Membuat peraturan
Membuat standard operating procedure sesuai peraturan, perundangan serta ketentuan K3

Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3.

Program kerja
Perusahaan harus menetapkan dan melaksanakan program K3. Untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) TAHAP 3: PENGORGANISASIAN


Pelaksanaan K3 tergantung dari rasa tanggungjawab manajemen serta petugas.

Tanggungjawab ini perlu ditanam melalui aturan yang jelas.


Melalui pengorganisasian, barulah masalah yang timbul dapat dipecahkan dengan baik melalui pembahagian tugas dengan sempurna.

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) TAHAP 4: PELAKSANAAN


Meliputi:
Penyuluhan K3 ke semua karyawan Pelatihan K3 sesuai dengan individu(supaya hasil akhirnya sesuai seperti yang telah ditentukan sebelumnya) Melaksanakan program K3 sesuai peraturan cth: MCU Penggunaan APD Pedoman pencegahan dan penanggulangan Penempatan pekerja sesuai kondisi kesehatan Pengobatan bagi karyawan yang sakit Lingkungan yang higienis Biological monitoring Melaksanakan surveilans kesehatan kerja

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) TAHAP 5: PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pencatatan dan pelaporan:
K3 Kegiatan K3 KAK PAK

Inspeksi dan pengujian:


Inspeksi untuk menilai kegiatan K3 secara berkala oleh petugas K3 sendiri. Dapat berupa inspeksi pada lingkungan atau pada karyawan sendiri (cth: biological monitoring)

Sistem Management Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) TAHAP 5: PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Melaksanakan audit K3
Meliputi tujuan, administrasi, pengelolaan karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur serta evaluasi program K3 sendiri Tujuan: Menilai potensi bahaya, ggn kesehatan dan keselamatan Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai peraturan Menentukan langkah mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan mutu Perbaikan dilakukan dari hasil audit K3

Penatalaksanaan

Secara umum Atasi shock bila ada Pasang bidai guna untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadi kerusakan lanjut Evaluasi komplikasi yang mungkin timbul

Pengobatan fraktur femur 1/3 distal (suprakondilar) Pengobatan konservatif Berupa Thomas splint dan Pearson attachment
Pengobatan operatif hanya pada fraktur terbuka atau jika terjadi pergeseran fraktur. Dilakukan dengan screw dan plate dan dapat disertai arthroplasti

Non medika mentosa

Bimbingan terapi okupasi khusus: Berfungsi mengembalikan kekuatan otot dan pergerakan sendi

Bimbingan terapi okupasi umum: Penyediaan alat bantu yang sesuai (kerusi roda, tongkat) Penilaian prevokasional: Dilakukan untuk menilai jika pasien bisa/sesuai untuk kembali bekerja

Pencegahan
Faktor manusia 1. 2. 3. 4. Pemilihan pekerja yang tepat Pembinaan ketrampilan Pembinaan motivasi Pengawasan serta disiplin

Faktor alatan kerja


1. 2. 3. Alatan yang sesuai dan aman Pengelolaan alatan sesuai standar keselamatan kerja Pekerja mengerti cara penggunaan yang benar

Pencegahan
Pendekatan management 1. Penyebaran, pelaksanaan, pengawasan safety policy. 2. Pembagian tanggungjawab 3. Pelaksanaan dan pengawasan prosedur kerja 4. Penggunaan standar yang dapat diandalkan (OSHA) Penggunaan APD Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan: (1) enak dipakai (2) tidak mengganggu kerja (3) memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya.

Hipotesis
Tn. B mengalami kecelakaan akibat kerja berdasarkan 7 langkah diagnosis PAK

Kesimpulan
Penatalaksanaan Program Kesihatan dan Keselamatan Kerja (K3) perlu dititik beratkan supaya bukan sahaja mengelakkan kecelekaan, namun memastikan kelancaran serta produktivitas dalam keadaan optimal.

Anda mungkin juga menyukai