Anda di halaman 1dari 8

3. Mengunakan hubungan antara frekuensi, panjang gelombang dan kecepatan cahaya.

Bagaimana anda menentukan frekuensi sinar yang emisi oleh atom Hg dan menentukan besarnya perbedaan energy antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasti Hg? Jawab : Sebagai partikel, radiasi elektromagnetik dipandang sebagai pancaran foton, membawa kuantum energi tertentu. Besarnya kuantum energy foton bebanding lurus dengan frekuensi menurut persamaam kuantum Planck. Radiasi elektromaknetik yang terlibat dalam transisi elektronik (absorsi) adalah spesifik untuk setiap jenis transisi dan karenanya unik untuk setiap atom. Pada absorpsi atom, energy yang diterima oleh atom akan mekonversi dengan mengeksitasi electron dalam keadaan dasar (E0) ke keadaan eksitasi yaitu pada orbital terluar (E1). Untuk menentukan besarnya perbedaan energy antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasti pada atom Hg, maka dideteksi terelebih dahulu frekuensi atau panjang gelombang yang terabsopsi. Kemudian , menggunakan rumus sebagai berikut :

E = E -E

= hv = hc/
h = tetapan plank (6,63x 1027 erg sec) v = frekuensi c = kecepatan cahaya (3,0 x 1010 cm/sec)

Keterangan :

= Penjang gelombang.
4. Bila pihak lain meragukan kecanggihan AAS yang anda gunakan, bagaimana meyakinkan pihak tersebut? Jelaskan lebih rinci karena orang yang anda hadapi tidak tahu sama sekali mengenai metode AAS ini ! Jawab : Keunggulan Untuk menganalisis suatu atom, AAS lebih spesifik dalam analisanya karena menggunakan atom-atom netral yang menyerap radiasi pada panjang gelombang terterntu. Setiap atom hanya menyerap panjang gelomabang radiasi tertentu saja

karena setiap atom memiliki nomor atom yang terisi dalam orbital yang berbedabeda sehingga proses transisi electron pada setiap atom juga berbeda.

Unsur Hg memiliki tekanan uap yang tinggi sehingga pada suhu kamar , Hg akan berada pada kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair. Tentu hal ini menyulitkan dalam analisis jika dengan mengunakan spektroskopi molekul atau spektroskopi emisi atom. Pada kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair tersebut membuat Hg menjadi tidak Dapat menganalisis unsur Hg dimana Hg mempunyai tekanan uap yang tinggi,. Dalam atomisasi pada SAA, terdapat sistem pengatoman dengan uap dingin. Sistem berguna untuk menganalisisi unsur Hg. Unsur Hg mempunyai tekanan uap yang tinggi, sehingga pada suhu kamar Hg akan berada pada kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair. Cara menganalisis Hg dengan mereduksi merkuri (Hg2+) menjadi merkuro (Hg22+), kemudian uapnya dialirkan secara kontinu kedalam sel serapan yang ditempatkan diatas burner (tidak dipanaskan) dan penyerapan terjadi karena Hg berbentuk uap. Dalam atomisasi unsur Hg dapat juga digunakan sistem pengatoman sampel padat. Sistem ini dilakukan pada sampel dengan potensial eksitasi yang rendah atau dengan

energi yang rendah sudah bisa tereksitasi dan unsur tersebut berada pada sampel yang sederhana yang ikatannya mudah lepas. Pengatoman biasanya dilakukan dengan menaruh sampel kedalam suatu wadah sampel, kemudian dipanaskan dengan nyala api dan uapuap yang terbentuk dialirkan kedalam sel serapan seperti dilakukan pada Hg.

5. Bagaimana anda menjelaskan tentang hal-hal yang membatasi pengunaan AAS dalam analisis unsur kimia? Hal yang perlu di perhatikan Sumber radiasi yang terbaik adalah sinambung dengan monokrom resolusi yang baik, serta intensitas radiasi cukup kuat. Panjang gelombang yang dihasilkab sebaiknya diatas 220 nm untuk mencegah non atomic dan mencegah radiasi sesatan. Pada atomisasi menggunakan nyala api, perlu diperhatikan profil nyala gas pembakar, sebab proses absorpsi radiasi oleh atom terjadi saat nyala api pada atomizer. Profil nyala tiap unsur berbeda tapi pada umumnya tinggi nyala api dibuat sekitar 5 cm sehingga perlu diperhatikan alat pembakar untuk mendapatkan nyala api yang stabil dengan panjang atau lebar nyala api yang sesuai. Karena dalam AAS ini panjang/ lebar nyala api ini seperti kuvet pada spektroskopi molekul. Larutan sampel diusahakan seencer mungkin ( kadar unsur yang dianalisis tidak lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai) Haindari pemakaian pelarut aromatic atau halogenida. Hendaklah memakai pelarut organic yang umum untuk analisi seperti keton, ester, dan etil asetat. Dilakukan perhitungan atau kalibrasi dengan zat standar sama pelakasanaannya dengan spektrotometri UV-Vis. Radiasi nyala dan radiasi yang diteruskan akan bergabung menuju detector sehingga akan menyimpang dari hokum lambert beer. Pt = Po Pa . . . . . . . (1) Pt = Po Pa + Pe . . . . (2) Keterangan : Po = Intensitas radiasi sumber radiasi Pt = Intensitas yang diteruskan oleh monokromator

Pa = Intensitas yang diserap oleh sampel Pe = Intensitas emisi nyala. Hukum lambert-beer berlaku untuk persamaan (1) karena intensitas yang diteruskan atau ditransmisikan adalah hasil pengurangan intensitas sumber radiasi Po dikurang intensitas yang diserap Pa. Sedangakan persamaan (2) , hokum lambert- beer tidak belakau karena ada gangguan emisi Pe sehingga mempengaruhi nilai intensitas yang terdeteksi oleh detector. Untuk menghindari adanya gangguan Pe , maka dilakukan cara modulasi pada sumber radiasi dengan tujuan agar radiasi sinar yang berasal dari sumber radiasi mempunyai intensitas yang stabil. Emisi nyala (Pe) dapat terjadi akibat intensitas sumber radiasi tidak stabil.

Metode Analisis Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah : a. Metoda Standar Tunggal Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd) dan satu larutan sampel yang akan ditentukan konsentrasinya (Csmp). Langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai absorbansi dari larutan standar (Asta) dan nilai absorbansi dari larutan sampel (Asmp) yang diukur dengan Spektrofotometri. Dari hokum lambert- Beer sehingga diperoleh diperoleh :

sehingga,

Dengan mengukur Absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.

b. Metode Kurva Kalibrasi Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) larutan standar dengan Absorbansi (A) dengan slope = .b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi. Dalam metode kurva kalibrasi ini dilakukan pengukuran nilai .b dengan slope = .b pada berbagai data pengukuran konsentrasi (C) dan nilai absorbansi (A) pada larutan standar. Hal ini bertujuan untuk memberikan nilai .b yang konstan pada berbagai data larutan standar. Dibandingkan dengan metode standar tunggal , nilai .b hanya diukur dengan menggunakan hanya satu data larutan standar. Hal ini itu tentu tidak baik dalam pengukuran karena nilai .b tidak konstan pada setiap larutan standar. Dalam Spektroskopi molekul nilai b konstan karena menggunakan kuvet, sedangkan pada AAS nilai b tidak konstan karena menggunakan nyala api sebagai kuvet. Tentu perlu menjadi perhatian karena panjang dan lebar nyala api harus dijaga konstan agar nilai b menjadi konstan atau tidak jauh menyimpang. Dalam metode kalibrasi, ternyata Hukum Beer, A = .b C, tidak selalu terpenuhi dalam membuat kurva kalibrasi. Hal ini disebabkan karena nilai b (nyala api) atau nilai tidak konstan. Seperti yang disebabkan sebelumnya nilai b tidak konstan karena nyala api yang digunakan sebagai kuvet tidak tetap dalam penyalaannya dan nilai tidak konstan karena ada perbedaan kondisi lingkungan matriks yang terjadi dalam larutan , berikut beberapa penyebabnya, yaitu : Anion yaitu tinggi puncak serapan dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi anion. Anion ini dapat berasosiasi dan disosiasi sehingga mengurangi konsentrasi dari anion dan dapat mengurangi jumlah atom yang terbentuk pada proses atomisasi. Kation yaitu keberadaan kation-kation lain dapat membentuk senyawa yang sedang dianalisis dapat membentuk kestabilan dengan kation tersebut. Misalnya Al + Mg

memberikan hasil yang lebih rendah untuk analisis Mg karena terbentuknya oksida Al/Mg. Oleh karena itu, Metoda adisi standar ini dipakai karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.

Prosedur pelaksanaan dan pengolahan data


a. preparasi larutan Sebelum pengukuran dimulai, terlebih dahulu dilakukan preparasi larutan standar dan sampel (cuplikan). Preparasi larutan standar (misalkan larutan standar Hg) ini dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi beberapa larutan standar yang diinginkan (2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm) dan kemudian akan diukur absorbansinya untuk memperoleh kurva kalibrasi.

b. Preparasi sampel Selanjutnya dilakukan preparasi sampel. Preparasi sampel ini dilakukan dengan

melakukan destruksi sampel. Tujuan dilakukannya destruksi adalah mempersiapkan larutan sampel yang memiliki kandungan Hg (zat yang sama seperti pada larutan standar) dalam bentuk larutan yang dapat dilakukan pengukuran untuk menukur kandungan Hg pada sampel. Proses destruksi dilakukan dengan menambahkan (misalnya) H2SO4 pekat dan HNO3 pekat sambil dipanaskan pada suhu tinggi. Destruksi dengan penambahan H2SO4ini juga bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa organik yang terlarut dalam cuplikan tersebut. Setelah cuplikan di destruksi, kemudian diencerkan hingga 50 ml dan siap dilakukan pengukuran oleh alat SSA bersama-sama dengan larutan standar yang telah dibuat tadi. c. Pengukuran SSA Pada pengukuran dengan SSA, Yaitu sebagai berikut : Pengukuran absorbansi blanko sebagai latar belakang dan untuk menentukan limit deteksi dari alat SSA yang digunakan. Pengukuran blanko ini dilakukan sebnyak 3 kali untuk keakuratan data.

Pengukuran absorbansi larutan standar pada 5 vaiasi konsentrasi untuk membuat kurva kalibrasi. Pengukuran absorbansi larutan sampel untuk ditentukan konsentrasi larutan standar Hg yang terkandung di dalamnya sampel.

Pengolahan data (contoh percobaan)

Penentuan Konsentrasi Fe dalam sampel Absorbansi rata-rata dalam sampel = 0,019 Masukkan ke persamaan : y = 0,0098x + 0,0003 Maka : 0,019 = 0,0098 x + 0,0003 Dengan demikian, konsentrasi Hg dalam sampel sebesar 1,908 ppm

Anda mungkin juga menyukai