Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Desa mandiri energi merupakan salah satu program agar desa bisa memenuhi kebutuhan energinya sendiri, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi penggangguran serta kemiskinan dengan mendorong kemampuan masyarakat dan pengguna sumber daya setempat. Dengan program tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pasokan energi kepada pihak / daerah lain dan masyarakat pedesaan tidak hanya bergantung pada bahan bakar minyak, khususnya minyak tanah dalam memenuhi kebutuhannya sehari hari. Desa-desa di seluruh Indonesia yang belum terjangkau jaringan listrik sampai tahun 2004 tercatat 47%. Sesuai target pemerintah 47% desa yang belum teraliri arus listrik tersebut akan mengenyam jaringan listrik tahun 2020. Pada saat itu, 90% desa telah teraliri listrik. Kemudian gejolak yang muncul akibat keputusan pemerintah menaikkan harga BBM memunculkan kesadaran bahwa selama ini bangsa Indonesia sangat tergantung pada sumber energi tak-terbarukan. Cepat atau lambat sumber energi tersebut akan habis. Dari kesulitan kesulitan tersebut di atas, sebenarnya setiap daerah mempunyai potensi sumber daya alam yang unik untuk pembangkit energi listrik atau sumber energi setempat. Seperti desa Rengel di wilayah kabupaten Tuban yang memiliki sungai bawah tanah dimana sumber air sungai tersebut berasal dari mata air pegunungan serta air hujan yang memiliki potensi untuk dijadikan pembangkit listrik berskala kecil yaitu pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). 1.2 Tinjauan Pustaka 1. Puguh Adi Satriyo, Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro untuk Daerah Terpencil, http://buletinlitbang.dephan.go.id , 14 Januari 2008. Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh layanan PLN. Padahal energi listrik memiliki peranan yang 1

sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi perdesaan. Untuk memenuhi kebutuhan akan penerangan listrik untuk daerah terpencil perlu diciptakan alat yang dapat menjangkau tempat terpencil yang murah dan ramah lingkungan. 2. Ir. H. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng, Pengembangan Desa Mandiri Energi, Handout Kuliah Manajemen Energi Listrik, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008. Indonesia memiliki lebih dari 70 ribu desa, 45% diantaranya dikategorikan sebagai Desa Tertinggal. Akses masyarakat terhadap energi listrik masih terbatas, ini ditunjukkan dengan rasio elektrifikasi yang masih rendah yaitu sekitar 56%. Menurut data, desa yang sudah berlistrik 58.962 (84,3%) dan jumlah desa yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik PLN diperkirakan sekitar 6.200 desa. Bibit Supardi, S.Pd., MT, Membangun Desa Mandiri Energi Berbasis PLTMH di Kabupaten Klaten, Alumni S2 Magister Sistem Teknik Konsentrasi Mikrohidro (Energi Terbarukan) UGM 2006. Pertimbangan konservasi energi dan lingkungan hidup memang menuntut kita untuk segera dapat memanfaatkan energi terbarukanyang tersedia dengan mudah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan energi fosil. Tetapi seperti kita ketahui, khususnya di Indonesia, pemanfaatan potensi energi terbarukan seperti air, angin, biomasa, panas bumi, surya dan samudera, sampai saat ini masih belum optimal. Misalnya, untuk kasus energi air, sampai dengan tahun 2004, kapasitas terpasang dari pemanfaatan tenaga air hanya mencapai 4.200 MW dari 75,67 GW potensi yang ada atau hanya 5,55%. 4. Anya P. Damastuti, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, Pusat Informasi Teknologi Terapan (PITT) ELSPPAT Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala kecil (kurang dari 200 kW), yang memanf aatkan tenaga (aliran) air sebagai sumber penghasil

3.

energi. PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut clean energy karena ramah lingkungan. Dari segi teknologi, PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang. Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatanny a relatif murah, sedangkan biaya investasinya cukup bersaing dengan pembangkit listrik lainnya. Secara sosial, PLTMH mudah diterima masy arakat luas (bandingkan misalnya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). PLTMH biasanya dibuat dalam skala desa di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan listrik dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran air pada sistem irigasi, sungai yang dibendung atau air terjun.

1.3 Permasalahan Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Seberapa besar potensi air Sungai bawah tanah di desa Rengel yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga PLTMH ? Bagaimana aspek teknis pembangunan PLTMH di sungai bawah tanah? Bagaimana analisa aspek ekonomi yang akan diterapkan untuk pembangunan PLTMH ? Bagaimana dampak pembangunan PLTMH di sungai bawah tanah terhadap lingkungan sekitar? Bagaimana penggunaan listrik PLTMH pada masyarakat sekitar? Bagaimana potensi setempat Desa Rengel untuk mendukung terbentuknya Desa Mandiri Energi?

1.4 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam pengerjaan tugas akhir ini yaitu: 1. Analisa ketersediaan debit sungai bawah tanah berdasarkan data dari penelitian oleh LIPI dan Nilai tinggi jatuh air (head) telah diketahui.

2.

3.

4. 5.

6.

7. 8. 9.

Analisa penyediaan beban listrik desa Rengel dan perencanaan komponen utama PLTMH serta analisa kebutuhan listrik tiap rumah tangga.. Analisa penyediaan listrik PLTMH yang digunakan untuk pompa air serta jumlah air yang dapat ditampung yang kemudian disalurkan pada warga sekitar yang kekurangan air beserta harga jual air bersih. Tidak menjelaskan spesifikasi pompa hanya secara garis besarnya. Pembahasan pada sisi teknis hanya menjelaskan prinsip kerja komponen komponen penyusun PLTMH dan faktor yang mempengaruhinya. Pembahasan dari aspek ekonomi hanya mempertimbangkan kelayakan investasi pembangunan pembangkit dan BPP dari PLTMH sungai bawah tanah, tidak membahas aspek ekonomis untuk sistem pendistribusian air bersih. Pembahasan dampak lingkungan akibat proses kerja PLTMH sungai bawah tanah. Pembahasan dampak pembangunan PLTMH hanya ditinjau dari tingkat indeks pembangunan manusia secara umum. Pewacanaan pemanfaatan potensi Desa Rengel menuju Desa Mandiri Energi.

1.5 Tujuan Penelitian pada tugas akhir ini bertujuan untuk: 1. Menentukan potensi daya terbangkit PLTMH yang memanfaatkan energi potensial air sungai bawah tanah untuk memenuhi kebutuhan listrik di Desa Rengel. 2. Menentukan desain komponen bangunan sipil dan komponen elektro-mekanik PLTMH yang sesuai dengan potensi debit air dan tinggi jatuh sungai bawah tanah. 3. Menentukan pendistribusian energi listrik yang sesuai dengan kebutuhan kelistrikan penduduk. 4. Menentukan kelayakan investasi pembangunan PLTMH sungai bawah tanah. 5. Mengetahui dampak pembangunan PLTMH sungai bawah tanah terhadap desa Rengel dan lingkungan sekitar.

6.

Mengetahui potensi energi terbarukan desa Rengel yang terwujudnya Desa Mandiri Energi.

1.6 Metode Penelitian Dalam penyusunan Tugas Akhir dilakukan metode-metode sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data meliputi studi literatur dan pengambilan data dari berbagai instansi terkait. 2. Analisis teknis untuk mencari daya, arus saluran, kabel yang digunakan, drop tegangan, rugi daya, dll 3. Analisis ekonomi PLTMH dengan metode NPV(Net Present Value), ROI ( Return of Investment) dan penentuan nilai BPP yang sesuai dengan daya beli masyarakat 4. Analisis penghitungan debit pompa dan volume air yang didistribusikan ke rumah rumah penduduk beserta nilai ekonomis harga jual air bersih. 5. Metode IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan Rasio Elektrifikasi serta kemampuan daya beli masyarakat digunakan dalam kajian aspek sosial pembangunan PLTMH sungai bawah tanah. 6. Metode Observasi untuk memperoleh informasi tentang keadaan desa Rengel. 1.7 Sistematika Pembahasan BAB 1 : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tinjauan pustaka, tujuan, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Konsep tentang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan PLTMH, komponen utama PLTA dan PLTMH, perencanaan pembangunan PLTA dan PLTMH, teori mengenai ekonomi teknik, konsep indeks pembangunan manusia, konsep desa mandiri energi, teori perhitungan debit air, dan konsep Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB). Kondisi umum Kabupaten Tuban, kondisi energi Indonesia, dan kondisi ketenagalistrikan secara umum.

BAB 2 :

BAB 3 :

BAB 4 :

BAB 5 :

Perencanaan pembangunan PLTMH sungai bawah tanah meliputi analisis aspek teknis, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek sosial. Analisis potensi Desa Rengel menuju Desa Mandiri Energi. Penutup berisi kesimpulan dan saran.

1.8 Relevansi Hasil yang diperoleh dari tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah Kabupaten Tuban dalam pengembangan PLTMH di Desa Rengel, kecamatan Rengel, Tuban. 2. Hasil dari pembangunan PLTMH dapat bermanfaat untuk pengairan rumah tangga / irigasi pertanian. Selain itu juga dapat digunakan untuk penerangan rumah rumah penduduk desa Rengel yang belum mendapat pasokan listrik dari PLN. 3. Dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya tentang pemanfaatan potensi air sungai bawah tanah sebagai sumber pembangkit tenaga listrik.

Anda mungkin juga menyukai