Anda di halaman 1dari 16

Kurikulum Vitae :

Nama Tempat/tgl.Lahir Riwayat Pendidikan : 1984 1990 : SD- SMA Di Tulung Agung : Lulus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya : Dr. Agus Yuwono, Sp.PD :Tulung Agung, 13 Mei 1964

1997 s/d 2001 : Spesialis Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Diponegoro (UNDIP) Semarang Pekerjaan Universitas : - Kepala Puskesmas Mukomuko di Bengkulu Utara - Kasie P2M Kanwil Depkes Bengkulu - PJS Kadinkes Dati II Bengkulu Utara - Kepala Unit Penyakit Dalam RS.Dr.H.Moch.Ansari Saleh - Staf SMF Penyakit Dalam RSUD ULIN - Staf. Pengajar FK.Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM)

Pengalaman Organisasii; Sekretaris Badan Perwakilan Mahasiswa FK Unibraw Sekretaris Umum SEMA FK Unibraw Ketua IDI Cab Kab Bengkulu Utara Wakil Ketua I IDI CABANG Banjarmasin

Prestasi Mahasiwa teladan FK Unibraw 1989 Dokter Teladan Nasional 1993

DEMAM TIFOID
Dr Agus Yuwono SpPD SubBag Tropik infeksi Bag Penyakit Dalam FK UNLAM BANJARMASIN

PENDAHULUAN
Merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. Insidens demam tifoid di Indonesia berkisar antara 760-810 pasien/100.000 penduduk per tahun. Di daerah-daerah endemis, insidens demam tifoid tertinggi pada anak dan dewasa muda 5-20 tahun. Penyakit ini disebabkan kuman S.typhi dan S.paratyphi; satu-satunya reservoar kuman S.typhi adalah manusia. Infeksi terjadi setelah minum/makan makanan yang mengandung kuman S.typhi. Kuman ini merupakan sumber infeksi yang utama, yang mempunyai kemampuan terbesar untuk bertahan dalam fagosit.

PATOGENESIS
Meminum air /makanan yang terkontaminasi kuman S.typhi merupakan penyebab utama infeksi demam tifoid. Masa transit yang singkat dalam lambung saat lambung kosong merupakan faktor yang lain. Segera setelah kuman S.typhi lolos masuk duodenum ia akan bermultiplikasi sebelum mencapai kelenjar limfe di ileum (plak Peyer). Di dalam plak Peyer multiplikasi dilanjutkan, kemudian masuk sirkulasi darah, sampai di hati dan kandung empedu (bakteriemia ke-1) Multiplikasi kuman dipacu oleh empedu yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan; selanjutnya bersama empedu kuman S.typhi turun ke dalam usus/ileum dan invasi lagi ke dalam plak Peyer.

Pada saat ini kuman mulai dikenali oleh neutrofil dan fagosit yang memfagositnya. Namun kuman S.typhi mempunyai kemampuan untuk bertahan, malah berkembang dalam fagosit dan sel RES. Bakteriemia ke-2 terjadi di mana pada saat itu terdapat kuman bebas dan intrasel. Diperkirakan 60% kuman berada di dalam intrasel makrofag dan 40% berada bebas di luar sel. Gejala klinis pun mulai nyata saat makrofag rusak (disrupsi), membebaskan sitokin, dan kuman S.typhi ke dalam sirkulasi. Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang menyerang multiorgan; gejala penyakit bervariasi dari ringan sampai dengan berat dengan komplikasi perdarahan, perforasi, dan syok septik.

S typhy mengandung 3 jenis antigen: antigen O dalam dinding sel kuman, anti gen H dalam flagel dan antigen Vi dalam lapisan luar, yang meliputi dinding sel kuman. Antigen O,H dan Vi menyebabkan sel RES memproduksi antibodi O,H dan Vi

GEJALA KLINIK

Masa tunas rata-rata 10 14 hari Gx klinik sangat bervariasi dan tidak spesifik. Gejala klinis yang utama adalah: demam, perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut, gangguan buang air besar (diare atau bahkan sembelit) serta gejala lainnya. Pada pemeriksaan biasanya ditemukan adanya demam, keadaan umum pasien yang menurun, lidah kotor, nyeri tekan perut disertai pembesaran hati dan limpa dan kadang kadang denyut jantung berkurang atau juga disebut bradikardi dan gangguank esadaran. Selain itu sering juga ditemukan perubahan klinis lainnya. Akhir minggu pertama timbul bercak roseola pada kulit dada atau perut jarang orang indo Dalam minggu kedua gx lebih jelas berupa demam,bradikardi relatif,lidah kotor,hepatosplenomegaliPada tk lebih berat kesadaran menurun/delirium atau psikosis

DIAGNOSIS

Jumlah lekosit normal/lekopeni/lekositosis Anemi ringan,LED meningkat,SGOT, SGPT dan alkali fosfatase meningkat Minggu pertama 75 85 % biakan darah positif. Biakan sumsum tulang seringkali(+) walau biakan darah(-). Biakan feces + dalam minggu kedua dan ketiga. Pada reaksi widal,titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu ke dua dan tetap (+) sampai bbrp bulan/th. Sepertiga pend tidak menunjukkan kenaikan titer. Kenaikan titer 4 X lipat pada pem.ulang memastikan Dx Widal O 1/320 atau H 1/640 menyokong Dx

DIAGNOSA BANDING

Karena manifestasi klinis yang tidak sering khas dan kesulitan memperoleh konfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium secara dini maka perlu dibuat diagnosa pembanding untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain sebelum kita mendapat kepastian diagnosis. Penyakit infeksi pembanding yang terjadi dapat dikelompokkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri lain, radang paru, Infeksi THT, tbc, ISK, GE dll., untuk penyakit parasit : Malaria, amebiasis dll., untuk penyakit virus: Demam (berdarah) dengue dlsb. Dan untuk kelompok penyakit non-infeksi : gangguan limfoproliferatif, penyakit jaringan kolagen dll.

PENGELOLAAN
Tirah baring Diit lunak atau diit padat rendah selulosa kecuali pada komplikasi intestinal. Obat : murah,peroral,bisa untuk semua kelompok,dapat mencegah kariet dari kandung empedu,tidak menimbulkan perubahan flora usus Kloramfenikol 4 X 500 mg s/d 14 hr, Kotrimoksasol 2X2 ,Amoksisillin /ampi cillin 75 150 mg/kgBB,. Selain obat standar yang ada telah tersedia obat-obat baru seperti golongan fluorokuinolon dan sefalosporin.

Berdasarkan kebutuhan akan obat yang efektif, dosis sederhana dan meningkatkan kepatuhan, telah dikembangkan penggunaan dosis tunggal jangka singkat fluorokuinolon dan sefalosporin Siprofloksasin 2X500 selama 7 hari. Pefloksasin dan fleroksasin dosis tunggal (400 mg/hari selama 5 hari) efektif untuk demam tifoid. Seftriakson 3-4 g/hari dosis tunggal 3-5 hari dapat menjadi alternatif pengo batan demam tifoid pada wanita hamil dan keadaan lain di mana ada hambatan untuk memakai obat lain.

KOMPLIKASI
Intestinal: perdarahan usus,perforasi dan ileus paralitik dan syok septik Ekstra intertinal: miokarditis,DIC,pnemonia empiema,hepatitis,cholesistitis,glomerulone fritis,pielonefritis,osteomielitis,meningitis,G BS, psikosis dan sind katatonia

PENCEGAHAN

Sanitasi lingkungan, hygiene perorangan Vaksinasi memberikan daya lindung sebesar 5195%, pemberian 3-4 dosis dengan selang waktu 17 hari antara masing masing dosis. Penelitian imunologi dari penggunaan vaksin ini juga memperlihatkan bahwa vaksin ini dapat memacu sistem imunologis lokal (sIgA) pada lapisan epitel usus halus dan juga sistemik, baik humoral maupun seluler.

Vaksin yg biasa dipakai

Vivotif (Ty21a, hidup) umur > 5 thn. 1 kapsul setiap dua hari, secara oral pada perut kosong, total 4 kapsul.Revaksinasi 5 thn Typhim Vi (ViCPS) umur > 2 thn.0.5mL, subkutan Revaksinasi 3 thn Sel utuh yang non-aktif. umur > 6 bln.0.5 mL (0.25mL untuk anak-anak < 10 thn.), subkutan, 2 kali, dengan jarak 4 minggu antara suntikan.Revaksinasi 3 thn

PROGNOSIS

Tergantung usia,keadaan umum,derajat kekebalan tubuh,jumlah dan virulensi salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan.Angka kematian pada anakanak 2,6 % dan orang dewasa 7,4 % ,ratarata 5,7 %

Anda mungkin juga menyukai