Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestik) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar (Antara News, 2006). Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3/hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5% dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang dibuang ke kolam atau pantai. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatif rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat. Berdasarkan perkiraan WHO/ UNICEF, sekitar 60% penduduk di kawasan pedesaan di Indonesia kekurangan akses terhadap sarana sanitasi yang pantas. Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di sungai serta buang air besar di tempat terbuka membuat orang mudah terpapar penyakit, juga dapat mengkontaminasi air tanah dan permukaan, serta menurunkan kualitas tanah dan tempat tinggal. Selain itu sampah juga sangat berpengaruh terhadap satu lingkungan. Menurut ilmu kesehatan lingkungan, sampah hanya sebagian dari benda atau hal-hal lain yang dipandang tidak dapat digunakan lagi, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup (Riyaldi, 1986). Menurut Widyatmoko (2002), sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari berbagai macam jenis sampah, sedangkan menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tetapi tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). Oleh karena dalam rumah tangga limbah tersebut biasa disebut dengan sampah maka biasanya setelah tidak dipakai akan dibuang. Ada berbagai macam cara membuang sampah di tempat pembuangan akhir namun kendalanya dibutuhkan

lahan yang luas, armada yang banyak, menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari berbagai cara yang telah biasa dilakukan rasanya selalu menimbulkan masalah. Sebab pada akhirnya membutuhkan dana yang tidak kecil.

1.2 Perumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas didalam pemicu ini adalah sebagai berikut : 1. Defenisi dan ilmu dasar industri kimia 2. Industri kimia 3. Reaksi pada industri kimia 4. Konsep unit proses dan unit operasi 5. Proses batch dan proses kontinu 6. Alternatif dalam pemilihan proses

1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat dari pemicu ini adalah untuk mengetahui defenisi dan ilmu dasar industri kimia, serta hubungannya dengan pengelolahan limbah rumah tangga dengan mudah dan efisien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Defenisi dan Ilmu Dasar Industri Kimia Industri kimia mempunyai obyektif membuat mulai dari bahan baku utama semua jenis bahan, yang dapat diolah lebih lanjut dalam industri mekanik, elektrik, elektronik, tekstil, makanan, dan seterusnya. Untuk membuat bahan tersebut, industri kimia harus melihat ilmu untuk industri kimia yang mencakup dua hal, yaitu: 1. Ilmu tentang bahan yang diproduksi atau disebut ilmu bahan fungsional. Ilmu tentang produk fungsional ini medefinisikan bahan-bahan menurut fungsinya pada arah mana mereka dimaksukkan: bahan bakar, bahan pewangi, bahan konstruksi, dan seterusnya. Ilmu ini didasari oleh pengetahuan tentang hubungan antara struktur molekul dengan sifat-sifat makroskopik bahan. 2. Ilmu pemrosesan atau ilmu metoda dan teknik pengubahan bahan, yang dapat kita sebut singkatnya teknik kimia. Ilmu ini menangani sifat-sifat produk dan proses pembuatannya (Manurung, 2006).

2.2 Industri Kimia Industri didefinisikan sebagai suatu kesatuan aktivitas manusia yang dimulai dari pengelolaan sumber alam, lalu mengubahnya ke dalam berbagai bahan, baik yang berupa bahan konsumsi maupun obyek untuk diolah kembali, dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia (Manurung, 2006). Industri Kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam produksi zat kimia. Industri ini mencakup petrokimia, agrokimia, farmasi, polimer, cat dan oleokimia. Industri ini menggunakan proses kimia, termasuk reaksi kimia untuk membentuk zat baru, pemisahan berdasarkan sifat seperti kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi oleh panas, serta metode-metode lain. Industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan mentah yang diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-sumber lain, menjadi material, zat kimia, serta

senyawa kimia yang dapat berupa produk akhir atau produk anatar yang akan digunakan diindustri lain. Industri proses kimia adalah industri yang mengolah bahan baku/bahan mentah menjadi suatu hasil/produk dengan memanfaatkan proses-proses kimia. Prosesproses kimia yang dilakukan dalam industri proses kimia adalah reaksi kimia dan peristiwa kimia fisik. Peristiwa kimia fisik antara lain: Pencampuran molekul bahan-bahan dengan rumus dan struktur molekul yang berlainan Pengubahan fasa, antara lain: penguapan, pengembunan, pengkristalan Pemisahan campuran menjadi zat-zat penyusunnya yang lebih murni Yang termasuk kedalam industri proses kimia adalah: Industri kimia dasar: yaitu industri proses kimia yang menghasilkan

produk zat kimia, seperti asam sulfat dan amonia Industri pengolahan minyak bumi atau petroleum refinery: Pada

industri ini biasanya dihasilkan komponen-komponen bahan bakar minyak (BBM), seperti: bensin, solar, kerosene, avtur, minyak diesel. Disamping itu juga, dihasilkan juga produk-produk selain komponen bahan bakar minyak (NON BBM), seperti: pelumas, wax, aspal, solvent maupun produk petrokimia. Industri petrokimia: industri yang mengelolah zat atau bahan yang

berasal dari fraksi minyak bumi, seperti: etilen dan propilen Industri pengolahan logam Industi oleokimia: yaitu industri yang mengolah zat atau bahan yang

berasal dari fraksi minyak atau lemak nabati atau hewani, seperti pabrik CPO Industri agrokimia: yaitu industi yang memproduksi aneka pupul dan

bahan-bahan kimia untuk budidaya pertanian, seperti: urea, pestisida, ammonium sulfat Industri makanan dan minuman, seperti: susu, gula, garam Industri bahan pewarna dan pencelup Industri bahan peledak Industri pulp dan kertas

Industri semen dan keramik Industri karet, kulit, plastik Dll

(Mubarok, 2008)

2.3 Reaksi Pada Industri Kimia Dalam mempelajari proses yang berlangsung dalam suatu sistem perlu dipelajari lebih dahulu reaksi yang terjadi dalam sistem tersebut, untuk menghindari adanya kesulitan dalam operasi yang bersumber pada reaktor dimana reaksi tersebut terjadi. Proses biasanya disertai dengan erasi lainnya yaitu pemurian dan pencampuran bahan baku dan diikuti dengan recovery produk yang mencangkup pemisahan dan pemurnian produk. Biasanya selalu timbul problema-problema yang berhubungan dengan proses, misalnya penambahan atau penghilangan energi, recycle dari pada bahan yang tidak bereaksi dan sebagainya. Seringkali investasi untuk peralatan recovery dari produk dan pemurniannya lebih besar dari pada investasi reakstrornya. Menjadi suatu tantangan dalam analisa proses unuk menyusun dan mengatur peralatan proses sehingga memunyai efisien yang tinggi dan mempunyai respon yang sensitif tanpa terlalu dipengaruhi variasi dari kondisi operasi yang tak dapat dihindarkan. Pada dasarnya tidak ada prinsip-prinsip kimia maupun fisika yang baru didalam industri kimia, tetapi kadang-kadang reaksinya kompleks sehingga tidak dapat

dijadikan contoh dalam teori yang sederhana. Pembuatan etilena dalam industri dri cracking napta: reaksinya kompleks, sehinga tidak mudah dilakukan dalam skala laboratorium. Reaksi dalam industri kimia hanya ditunjukkan pada reaksi yang mempunyai arti ekonomi, baik ditinjau dari reaksinya maupun dari segi operasinya (Manurung, dkk., 2006).

2.4 Konsep Unit Proses dan Unit Operasi Industri kimia mencakup studi mengenai produksi bahan dalam skala besar yang menyangkut reaksi kimia. Bidang ini luas sekali antara lain menyanngkut industri kimia dasar, lastik, kertas, logam, gelas dan sebagainya.

Dalam industri kimia, perhatian terutama ditunjukkan pada proses, dimana proses merupakan reaksi-reaksi terintregrasi yang dihubungkan dengan langkah operasi, misalnya pengadukan, pemisahan dengan destilasi dan sebagainya untuk mengubah bahan baku menjadi produk-produk yang dikehendaki. Pengolahan bahan baku menjadi produk yang dilakukan dapat bersifat fisika maupun kima. Dengan alur sebagai berikut : Bahan Mentah/ Bahan Dasar Industri Kimia/ Pabrik Kimia Hasil Produk Berdasarkan pengolahan yang dilakukan oleh suatu pabrik, proses produksi dalam pabrik dapat dikelompokkan dalam dua grup yaitu, pabrik dengan proses produksi terdiri atas satu unit produksi saja dan pabrik yang mempunyai lebih satu unit proses.

Unit proses produksi dibagi menjadi tiga: 1. Unit Persiapan Bahan Baku Unit yang bertugas mempersiapkan raw material agar kondisinya sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan unit sintesa. Persiapan dilakukan berupa : a. Penyesuaian fase, bentuk dan ukuran b. Penyesuaian komposisi dan kadar atau pemurnian c. Penyesuaian suhu d. Penyesuaian tekanan e. Penyesuaian perbandingan antara bahan baku f. Serta persyaratan khusus yang diperlukan diunit sintesa 2. Unit Sintesa Unit sintesa bertugas untuk melakukan pengolahan bahan, mengubahnya menjadi senyawa kimia hasil yang diinginkan. Pada unit sintesa ini senyawa kimia bahan baku atau material diubah menjadi senyawa kimia produk.agar dapat terjadi perubahan kimia, diperlukan kondisi operasi unit sintesa yang sesuai engan persyaratan terjadinya reaksi kimia, antara lain dalam hal: fase, bentuk, suhu, tekanan, konsentrasi, perbandingan bahan dan katalisator. 3. Unit Finishing Hasil yang keluar dari unit sintesa masih berupa campuran dari produk reaksi, sisa bahan baku, inert dalam bahan baku, hasil reaksi samping dan

mungkin juga katalisator yang terikut dalam aliran produk unit sintesa. Bila diinginkan produk akhir yang terpisah dari campuran bahan-bahan lainnya, maka diperlukan proses pemisahan unit sintesa. (Manurung, dkk., 2006).

Pada awalnya, industri kimia yang berbeda dianggap sebagai proses industri yang berbeda dengan prinsip-prinsip yang berbeda pula. Pada tahun 1923, William H. Walker, Warren K. Lewis dan William H. McAdams menulis buku The Principles of Chemical Engineering dan menjelaskan berbagai industri kimia yang mengikuti hukum-hukum fisika yang sama. Mereka menyimpulkan proses-proses yang serupa ini ke dalam unit operasi. Setiap unit operasi mengikuti hukum fisika yang sama dan dapat digunakan pada semua industri kimia. Unit operasi menjadi prinsip dasar dalam bidang teknik kimia. Unit-unit operasi juga dapat dikelompokkan menjadi: 1. Kombinasi (misalnya pencampuran) 2. Pemisahan (misalnya distilasi) 3. Reaksi (misalnya reaksi kimia) (Tekkim Blog, 2007) Dari diagram alir proses dapat diketahui peristiwa yang dialami atau dikenakan pada bahan-bahan dasar sampai akhirnya dapat menjadi produk akhir yang diinginkan (Manurung, dkk., 2006). Unit operasi dan unit proses teknik kimia membentuk dasar utama untuk segala jenis industri kimia dan merupakan dasar perancangan pabrik kimia serta alat-alat yang digunakannya (Tekkim Blog, 2007)

2.5 Proses Batch dan Proses Kontinu Produksi partaian, (bahasa Inggris: batch), adalah proses produksi yang tidak berlangsung secara kontinu. Proses produksi secara partaian pada umumnya dilakukan oleh industri proses kimia dengan skala produksi kecil atau menengah dan industri manufaktur. Contoh dari industri yang umumnya melakukan proses produksi secara partaian adalah industri manufaktur seperti industri sepatu dan industri proses kimia seperti industri farmasi, tinta, cat, dan perekat. Pada proses produksi partaian

tinta dan cat, dikenal teknik colour-run. Teknik ini berlangsung dengan memproduksi warna paling muda terlebih dahulu, seperti misalnya kuning muda, dilanjutkan dengan warna yang lebih tua, seperti misalnya jingga, kemudian merah dan seterusnya hingga mencapai warna hitam dan proses produksi diulang lagi. Dengan menggunakan teknik ini, pencucian dan rekonfigurasi mesin antar partai dapat diminimalkan. Namun demikian, warna putih (yaitu warna opaque, bukan transparan), adalah satu-satunya warna yang tidak dapat diproduksi dengan menggunakan teknik ini karena pigmen putih dapat memengaruhi warna lain. Bila dibandingkan dengan proses produksi secara kontinu, proses produksi secara partaian lebih tidak efisien. Pada setiap akhir proses produksi partaian, peralatan proses harus dihentikan, dikonfigurasi ulang, dan dilakukan pengecekan terhadap kualitas produk sebelum partai selanjutnya diproduksi. Hal ini menyebabkan adanya waktu jeda antar proses produksi. Namun demikian, proses produksi secara partaian memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan proses produksi secara kontinu. Proses produksi secara partaian cocok untuk industri yang memproduksi produk-produk musiman atau produk yang tuntutan pasarnya sulit diprediksi. Selain itu, industri yang proses produksinya berlangsung secara partaian lebih dinamis dibandingkan industri yang proses produksinya berlangsung secara kontinu. Karena bersifat partaian, satu jalur produksi dapat digunakan untuk memproduksi berbagai jenis produk. Industri juga dapat menggunakan proses produksi partaian untuk membuat produk contoh. Jika produk ternyata tidak sesuai dengan keinginan pasar, maka produksi dapat dihentikan tanpa kerugian yang besar (Rahayu, 2009).

2.6 Alternatif Dalam Pemilihan Proses Berbagai jenis limbah bahan berbahaya dan beracun yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk menghindari terjadinya dampak limbah bahan berbahaya dan beracun diperlukan suatu system pengelolaan terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun tersebut merupakan salah satu usaha dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun menurut PP No.18 Tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) criteria, yaitu : 1. Mudah meledak 2. Mudah terbakar 3. Bersifat reaktif 4. Beracun 5. Menyebabkan infeksi 6. Bersifat korosif Jenis-jenis pengelolaan limbah secara fisika dan kimia antara lain : 1. Proses pengelolaan secara fisika Pembersihan gas Pemisahan cairan dengan padatan Penyisihan komponen-komponen yang spesifik

2. Proses pengelolaan secara kimia Reduksi-Oksidasi Elektrolisasi Netralisasi Pengendapan Stabilisasi Adsorpsi Penukaran ion Pirolisa

(Arief, 2007).

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengelolaan Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ; 1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. 2. Tidak mengotori permukaan tanah. 3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. 4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. 5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu. 6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. 7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m. Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk

menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang

digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.

3.2 Pengolahannya Air kotoran manusia dibuang mengguna 2 tangki kotoran yaitu bak pengumpul dan bak resapan, tetapi pembuangan akhir ke saluran umum. Cara ini dilakukan terutama bila saluran cukup lebar dan airnya lancar. Bangunan tempat kakus dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir (A). Kemudian dibuat bak kotoran yang kedap air (B). Juga dipasang pralon ke atas berbentuk T agar supaya udara bisa keluar tinggi pipa T antara 2 meter ke atas. Bak penyaring yang kedap air (C) diisi kerikil sebagi penyaring. Antara bak A dan bak B ke bak C dihubungkan dengan saluran pralon. Kemudian dari bak C disalurkan ke saluran umum. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Kakus Penggunaan : Untuk membuang air kotoran manusia (tinja dan air seni). Pemelihaaan : Perlu dibersihkan dengan menggunakan karbol/densol dengan takaran sesuai aturan. Jangan masukkan benda-benda padat seperti : kerikil, batu, kertas, kain, plastik dsb. Karena akan menyumbat saluran air kotoran. Keuntungan : Mudah dibuat, sederhana, bahan-bahnya mudah didapatkan dan murah. Selain itu cara ini lebih baik, karena dapat mengurangi pencemaran sumber air bersih disekitarnya. Kerugian : Bila saluran umum kurang lancar akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.

BAB IV KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari pemicu ini adalah : 1. Industri kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam produksi zat kimia. 2. Unit operasi dan unit proses teknik kimia membentuk dasar utama untuk segala jenis industri kimia dan merupakan dasar perancangan pabrik kimia serta alatalat yang digunakannya. 3. Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. 4. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan. 5. Proses pada limbah rumah tangga termasuk proses produksi yang tidak berlangsung secara kontinu atau disebut juga proses batch.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Latar Muhammad. 2007. Pengolahan Limbah B3. Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Univ Esa Unggul. Manurung, Renita., Hasibuan, Rosdanelli., Sinaga, S Mersi. 2006. Proses Industri Kimia. Mubarok, Khamdi. 2008. Pengantar Industri Kimia.Universitas Trunojoyo Madura. Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Identifikasi Satuan Proses Dan Operasi Pada Kimia Industri. http://www.chem-is-try.org/. Diakses pada tanggal 16 September 2013. Tekkim Blog. 2007. Unit Operasi. http://tekkim.blogspot.com/2007/05/dalamteknik-kimia-dan-bidang-bidang.html. Diakses pada tanggal 16 September 2013.

Anda mungkin juga menyukai