Anda di halaman 1dari 15

Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional Health care system adalah kombinasi antara institusi kesehatan, sumber daya manusia

pendukung, mekanisme finansial, sistem informasi, mekanisme jaringan organisasi, dan manajemen struktur termasuk administrasi, dalam upayanya mendukung penyediaan jasa pelayanan kesehatan bagi pasien. (Lassey, 1997) Sistem Kesehatan Nasional (2004) adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan: a. Penduduk Penduduk di masa yang akan datang diperkirakan terjadi:

Angka kelahiran menurun; Usia manusia bertambah panjang; Orang lanjut usia bertambah banyak; Mobilisasi penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) terutama golongan usia muda makin tinggi.

Pengaruh terhadap sistem pelayanan kesehatan, yaitu :

Berkurangnya hasrat untuk lebih meluaskan fasilitas kesehatan, terutama yang menyangkut fasilitas pertolongan persalinan serta rumah sakit anak;

Perkembangan fasilitas kesehatan lebih mengarah di daerah perkotaan dengan memusatkan program pada masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh anak-anak muda, misalnya narkotika dan kenakalan remaja;

Pelayanan kesehatan lebih dipusatkan di kota.

b. Pendidikan Di masa yang akan datang, pendidikan akan mengalami perubahan darstis di mana titik berat pendidikan dilaksanakan secara masal, serta pendidikan di universitas yang mempunyai kampus makin banyak. Ini menyebabkan pemertaan pendidikan, sehingga

masyarakat makin mempunyai pendidikan yang baik, maka makin tinggi kehendak serta tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Protes masyarakat terhadap gangguan kesehatan lingkungan atau buruknya pelayanan kesehatan di rumah sakit akan makin sering ditemui, serta diajukannya para dokter kemeja pengadilan, bukan merupakan peristiwa yang terlalu mengagetkan. c. Politik Pada masa yang akan datang, akan ditemui makin besarnya campur tangan pemerintah pada setiap program yang menyangkut masyarakat banyak, sejalan dengan tanggapan terhadap tuntutan masyarakat. Pemerintah membuat peraturan-peraturan tentang kesehatan lingkungan, kesehatan para pekerja, pelayanan medis, pendidikan para tenaga medis akan dikontrol oleh pemerintah demikian pula penempatan tenaga kesehatan setelah selesai pendidikan. d. Ilmu pengetahuan dan teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan terus, tetapi dalam penterapan semua perkembangan tersebut, kurang memperhatikan akibat sampingan atau dampak yang ditimbulkan. Pengaruh positif dalam perkembangan ilmu penegtahuan akan teknologi, yaitu:

Makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan atau medis teknis dan medis administratif;

Pengguna administrasi moderna atau administrasi teknologi. Pengaruh negatif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu:

Sukar dikontrolnya harga-harga atau biaya pengobatan; Menyebabkan polusi lingkungan, karena kurang kontrol; Pelanggaran kode etik kedokteran serta pelayanan kesehatan yang bersifat dasar.

e. Sosial ekonomi Kehidupan ekonomi pada masa yang akan datang makin berkembang dan melahirkan perusahaan-perusahaan raksasa, di mana sektor industri akan memperlihatkan dominasinya, ternyata tidak mampu untuk membendung kenaikan harga dan akhirnya dapat menyebabkan berkurangnya komitmen para pekerja terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing.

f. Sosial budaya Kehidupan sosial budaya masyarakat pada masa yang akan datang, akan menjurus kepola modern nilai-nilai tradisional akan dilupakan dan kaum wanita, makin memperlihatkan peranannya dalam masyarakat. Pengaruh sosial budaya dalam bidang kesehatan, makin bertambahnya penderita kecanduan obat narkotika, minuman keras, perokok berat, bunuh diri dan gangguan jiwa akan bertambah jumlahnya. Peranan unsur pembentuk sistem kesehatan; terbentuknya sistem kesehatan pada dasarnya ditentukan oleh tiga unsur utama, yakni: a. b. c. Pemerintah; bertanggung jawab merumuskan berbagai kebijakan; Masyarakat; mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan; Penyedia pelayanan kesehatan; bertanggung jawab langsung dalam menyelenggarakan upaya kesehatan. Macam-macam sistem kesehatan jika ditinjau dari unsur pembentuknya adalah sebagai berikut. a. b. Monopoli pemerintah; tidak ada pelayanan kesehatan swasta (di negara sosialis); Dominasi pemerintah; peranan pelayanan kesehatan swasta tidak besar ( di negara berkembang); c. Dominasi swasta; pemerintah melakukan upaya kesehatan masyarakat yang banyak dan swasta juga melakukan upaya kesehatan yang lainnya (di negara maju). Macam-macam sistem kesehatan ditinjau dari pemanfaatan sumber, tata cara, dan kesanggupan dapat dibedakan atas tiga bentuk, yakni: a. b. Sistem kesehatan yang telah memanfaatkan kemajuan IPTEK (di negara maju); Sistem kesehatan yang baru saja disentuh oleh kemajuan IPTEK (di negara berkembang); c. Sistem kesehatan yang belum disentuh oleh kemajuan IPTEK (di negara terbelakang). Unsur pokok sistem kesehatan terdiri atas: a. Organisasi pelayanan; harus memiliki keljelasan dalam upaya pengorganisasian upaya kesehatan (jenis, bentuk, jumlah, penyebaran jenjang, hubungan antara satu upaya kesehatan dengan upaya yang lain); b. Organisasi pembiayaan; kejelasan pengorganisasian pembiayaan (jumlah, penyebaran, pemanfaatan, mekanisme pembiayaan);

c.

Mutu pelayanan dan pembiayaan; sesuatu dengan tuntutan dan kebutuhan kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi masyarakat. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan, menurut Hodgetts dan Cascio (1983):

a. Pelayanan Kedokteran (medical services)

Ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution);

Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan; Sasarannya untuk perseorangan dan keluarga.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (public health services)

Ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi;

Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit;

Sasarannya untuk kelompok dan masyarakat. PELAYANAN KEDOKTERAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

1. Tenaga adalah dokter

pelaksananya

terutama 1. Tenaga pelaksananya terutama adalah ahli kesehatan masyarakat pada 2. Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit

2. Perhatian utamanya penyembuhan penyakit

3. Sasaran utamanya adalah perseorangan 3. Sasaran utamanya adalah masyarakat / keluarga secara keseluruhan 4. Kurang memperhatikan efisiensi 4. Selalu berupaya mencari cara yang efisien

5. Tidak boleh menarik perhatian karena 5. Dapat menarik perhatian masyarakat bertentangan dengan etika kedokteran misalnya dengan penyuluhan kesehatan 6. Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat 6. Menjalankan fungsi dengan dengan undang-undang mengorganisir masyarakat dan mendapat dukungan undang-undang 7. Penghasilan diperoleh dari imbalan jasa 8. Bertanggung jawab hanya kepada penderita 7. Penghasilan berupa gaji dari pemerintah 8. Bertanggung jawab kepada seluruh

masyarakat 9. Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan 10. Masalah administrasi sederhana 9. Dapat memonopoli upaya kesehatan

10. Mengahdapai kepemimpinan

berbagai

persoalan

Syarat pokok pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut. a. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continous); semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. b. Dapat diterima (acceptable) dengan wajar (appropriate); pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. c. d. e. Mudah dicapai (accesible); yang dimaksudkan adalah dari sudut lokasi Mudah dijangkau (affordable); yang dimaksudkan adalah dari sudut biaya. Bermutu (quality); menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan. Sistem pelayanan kesehatan masyarakat dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu: 1. Ciri sistem pelayanan kesehatan ditinjau dari sudut peranan yang dimainkan oleh pemerintah, masyarakat dan kalangan kesehatan. Untuk ini ada tiga macam sistem pelayanan kesehatan yang dikenal, yakni: 1. Sistem pelayanan kesehatan di mana pemerintah memegang monopoli untuk setiap aktivitas yang dilaksanakan sedangkan kalangan swata sama sekali tidak dibenarkan melaksanakan aktivitasnya sendiri. 2. Sistem pelayanan kesehatan di mana pemerintah hanya melaksanakan aktivitas pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, misalnya mengatasi wabah, sumber air minum, kontrol terhadap bahaya lingkungan, sedangkan pelayanan kesehatan lainnya dilaksanakan oleh kalangan swasta dan kalangan ini menunjukkan dominasi.

3. Sistem pelayanan kesehatan di mana pemerintah merupakan penanggung jawab utama untuk setiap aktivitas kesehatan dan kalangan swasta diikutsertakan, yang harus berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah. Sistem pelayanan kesehatan ini terdapat di Indonesia. 2. Ciri sistem pelayanan kesehatan ditinjau dari sudut penggunaan kemampuan, sumber dan tata cara. Untuk ini dibedakan atas tiga macam, yaitu: 1. Kemampuan, sumber dan tata cara yang telah dipergunakan secara maksimal dalam penerapannya sehari-hari ditandai dengan pemakaian ilmu pengetahuan dan teknologi modern secara berlebihan. 2. Kemampuan, sumber dan tata cara baru mulai disentuh oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi sebagian besar dari padanya masih digarap secara tradisional. Keadaan ini terutama ditemui di Negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. 3. Kemampuan, sumber dan tata cara sama sekali belum dimanfaatkan dengan baik, artinya ilmu pengetahuan dan teknologinya belum sempat menyentuh. 3. Ciri sistem pelayanan kesehatan ditinjau dari komponen sistem pelayanan kesehatan. 1. Dalam pengorganisasian pelayanan Di Indonesia, pengorganisasian pelayanan kesehatan didominasi oleh pemerintah, yaitu, jenis, bentuk dan peranan dari pelbagai fasilitas kesehatan amat terbatas, maka dicoba diwujudkan jalinan kerjasama antara satu fasilitas dengan fasilitas lainnya. 2. Dalam pengorganisasian pembiayaan Di Indonesia, sebagian besar pembiayaan berasal dari pemerintah dan pengelolaanya atas dasar ada uang ada layanan (fee-for services system). 3. Dalam kualitas dari kedua macam pengorganisasian Di Indonesia, banyak ditemukan berbagai masalah, seperti kualitas pelayanan kesehatan belum memuaskan karena berhadapan dengan masyarakat yang masih banyak sosial ekonominya belum baik dan belum merata, tenaga pelaksana dan fasilitas, tidak seimbang serta distribusi tidak merata, kekurangan tenaga pelaksana dan fasilitas, mekanisme kontrol terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan pembiayaan tidak terbuka, jadi menyebabkan mutu pelayanan dan mutu yang diberikan tidak bisa dikontrol.

Sistem Kesehatan Nasional terdiri atas enam subsistem, yakni: 1. Subsistem Upaya Kesehatan (kuratif, rehabilitatif, promotif, dan preventif) Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Subsistem promotif dan preventif (di Indonesia): Upaya promotif dan preventif yang dilakukan pemerintah antara lain sebagai berikut. 1. Program Kesehatan Masyarakat Desa, seperti latihan kader kesehatan, pembentukan dana sehat, penyuluhan kesehatan, penyediaan air bersih, peningkatan kesehatan lingkungan, taman gizi, pemanfaatan pekarangan, pemugaran rumah. 2. Upaya perbaikan gizi keluarga. 3. Posyandu yang memberikan pelayanan; keluarga berencana, gizi, kesehatan ibu dan anak, immunisasi. 4. Usaha promotif dan preventif yang diselenggarakan dalam pusat kesehatan masyarakat meliputi: pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, pencegahan dan penanggulangan bencana penyakit menular, penyuluhan kesehatan, kebersihan dan kesehatan lingkungan, usaha kesehatan sekolah, perawatan kesehatan jiwa. 5. Usaha promotif dan preventif yang dilakukan rumah sakit melalui program kesehatan masyarakat. Pelayanan promotif dan preventif juga dilakukan oleh badan-badan swasta/organisasi masyarakat.

2.

Subsistem Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan.

3.

Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. 4. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan Meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. 5. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. 6. Subsistem Manajemen Kesehatan Subsistem manajemen kesehatan meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan.

2.3 Pembagian, Tipe, dan Fungsi Rumah Sakit dan Puskesmas 2.3.1 Pembagian, Tipe, dan Fungsi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. (American Hospital Association, 1974) Jenis rumah sakit dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Menurut pemilik, dibedakan menjadi dua, yaitu rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta.

2. Menurut filosofi yang dianut, dibedakan menjadi dua, yaitu profit dan non-profit hospital. 3. Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan, dibedakan menjadi dua, yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit spesialis. 4. Menurut lokasi, dibedakan menjadi dua, yaitu rumah sakit provinsi dan rumah sakit kabupaten. Fungsi dan tugas rumah sakit antara lain adalah sebagai berikut.

Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis; Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan; Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman; Melaksanakan pelayanan medis khusus; Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan; Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi; Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial; Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan; Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi); Melaksanakan pelayanan rawat inap; Melaksanakan pelayanan administratif; Melaksanakan pendidikan para medis; Membantu pendidikan tenaga medis umum; Membantu pendidikan tenaga medis spesialis; Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan; Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi. Klasifikasi Rumah Sakit diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. A. Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi: a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum kelas A merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang bersifat spesialistik dan subspesialistik luas. Mempunyai kapasitas tempat tidur lebih dari 1000 buah dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi. Rumah sakit ini harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis. Jumlah tempat tidur minimal 400 buah. b. Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 pelayanan medik subspesialis dasar. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah. c. Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar dan 4 pelayanan spesialis penunjang medik. Jumlah tempat tidur minimal 100 buah. d. Rumah Sakit Umum Kelas D Merupakan Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar. Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah. Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan: a. Pelayanan; b. Sumber Daya Manusia; c. Peralatan; d. Sarana dan Prasarana; dan e. Administrasi dan Manajemen. B. Rumah Sakit Khusus Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit. Jenis rumah sakit khusus antara lain rumah sakit khusus ibu dan anak, jantung, kanker, orthopedi, paru, jiwa, kusta, mata, ketergantungan obat,

stroke, penyakit infeksi, bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi medik, telinga hidung tenggorokan, bedah, ginjal, kulit dan kelamin. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus

diklasifikasikan menjadi: a. Rumah Sakit Khusus Kelas A; b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; c. Rumah Sakit Khusus Kelas C. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan: a. Pelayanan; b. Sumber Daya Manusia; c. Peralatan; d. Sarana dan Prasarana; dan e. Administrasi dan Manajemen. 2.3.2 Pembagian, Tipe, dan Fungsi Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah. Tujuan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan (rawat inap dan rawat jalan) dan pelayanan kesehatan masyarakat (promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, KB, kesehatan jiwa, dan lain-lain). Azas penyelenggaraan dan upaya kesehatan adalah sebagai berikut. 1. Azas pertanggungjawaban wilayah; Puskesmas secara aktif terjun ke masyarakat melalui berbagai program pemeliharaan kesehtan dan pencegahan penyakit yang merupakan

bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat dan melaporkan kegiatan secara rutin kepada Dinas Kesehatan tingkat kabupaten dan provinsi. 2. Azas pemberdayaan masyarakat; Puskesmas berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja: Upaya kesehatan ibu dan anak: Posyandu, Polindes, BKB; Upaya pengobatan: Posyandu, POD; Upaya perbaikan gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Kadarzi; Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, SBH, Poskestren; Upaya kesehatan lingkungan: Pokmair, DPKL; Upaya kesehatan usia lanjut: Posyandu usila, Panti Werda; Upaya kesehatan kerja: pos UKK; Upaya kesehatan jiwa: Posyandu, TPKJM; Upaya pembinaan pengobatan tradisional: TOGA, BATTRA; Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: dana sehat, Tabulin, dana keagamaan. 3. Azas keterpaduan; meliputi lintas program dan lintas sektor. Keterpaduan lintas program: Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS); keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi, promosi Kesehatan, Pengobatan; Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); keterpaduan Kesehatan Lingkungan dengan Promosi Kesehatan, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kesehatan Reproduksi Remaja, Kesehatan Jiwa; Puskesmas Keliling; keterpaduan Pengobatan dengan KIA, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan Gigi; Posyandu; keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, Kesehatan Jiwa, Promosi Kesehatan. Keterpaduan lintas sektor: Upaya Kesehatan Sekolah; keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat, Lurah, Kepala Desa, Pendidikan, Agama; Upaya Promosi Kesehatan; keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat, Lurah, Kepala Desa, Pendidikan, Agama, Pertanian; Upaya Kesehatan Ibu dan Anak; keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat, Lurah, Kepala Desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB;

Upaya Perbaikan Gizi; keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat, Lurah, Kepala Desa, pertanian, koperasi, PKK, PLKB; Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat, Lurah, Kepala Desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan. 4. Azas rujukan; meliputi rujukan medis dan rujukan kesehatan masyarakat. Rujukan medis bersifat individual, berupa kasus penyakit yang tidak bisa ditangani, upaya kuratif dan rehabilitatif, berlaku pelayanan kedokteran, rujukan berupa penderita (kepentingan diagnostik, tindakan medis, pengobatan), ilmu pengetahuan, dan kepentingan pemeriksaan laboratorium. Rujukan kesehatan masyarakat berhubungan masalah kesehatan masyarakat, karena tim kesehatan tidak mampu menanggulangi masalah sehingga diperlukan bantuan, upaya preventif dan promotif, berlaku pelayanan kesehatan masyarakat, rujukan berupa sarana dan logistik, teknologi, dan operasional. Jenjang dan sistem rujukan di Indonesia adalah sebagai berikut. Departemen Kesehatan RS kelas A

Dinas Kesehatan Provinsi

RS kelas B

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

RS kelas C

RS kelas D

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Masyarakat Upaya kesehatan yang dilakukan Puskesmas ada dua, yaitu upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, dan upaya pelayanan penunjang. Upaya kesehatan wajib meliputi Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, KIA dan KB, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, dan Pengobatan. Upaya kesehatan pengembangan meliputi UKS, Usaha Kesehatan Olah Raga, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata,

Kesehatan Usia Lanjut, Pembinaan Pengobatan Tradisional. Upaya pelayanan penunjang meliputi Laboratorium Medis, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Pencatatan dan Pelaporan. Usaha kesehatan pokok masyarakat oleh Puskesmas ada 18, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak; Upaya Kesehatan Keluarga Berencana; Upaya Kesehatan Gizi; Upaya Pemulihan Kesehatan dan Pengobatan serta Pelayanan Darurat Kecelakaan; Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular; Upaya Kesehatan Lingkungan Pemukiman; Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat; Upaya Kesehatan Sekolah; Upaya Kesehatan Usia Lanjut;

10. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja; 11. Upaya Pemulihan Kesehatan Gigi dan Mulut; 12. Upaya Kesehatan Jiwa; 13. Upaya Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan; 14. Upaya Penyuluhan atau Pendidikan Kesehatan Masyarakat; 15. Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat; 16. Upaya Kesehatan Olah Raga; 17. Upaya Laboratorium Sedehana atau Dasar; 18. Upaya Kesehatan lain dan Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional. Wilayah kerja Puskesmas ditentukan berdasarkan jumlah penduduk, kepadatan, dan mobilitas. Satu Puskesmas menangani 30000 jiwa. Puskesmas tingkat kecamatan disebut Puskesmas Pembina, sedangkan di kelurahan atau desa disebut Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas Pembantu. Secara administratif Puskesmas berada di bawah pemerintah daerah tingkat II, namun secara medis teknis berada di bawah Departemen Kesehatan. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas ditunjang oleh unit kegiatan yang lebih sederhana, yaitu: 1. Puskesmas Pembantu, yaitu unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan dalam wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga

dan sarana yang tersedia. Wilayah kerjanya meliputi 2-3 desa dengan jumlah penduduk 2500-10000 jiwa. 2. Puskesmas Keliling, yaitu Puskesmas yang dilengkapi kendaraan bermotor atau beroda empat atau perahu, peralatan kesehatan, dan peralatan komunikasi. Berfungsi untuk menunjang dan membantu kegiatan pelaksanaan program wilayah kerja yang belum terjangkau atau lokasi yang sulit dicapai oleh sarana kesehatan. Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh Puskesmas atau Puskesmas pembantu, melakukan penyelidikan terhadap kasus luar biasa, melakukan rujukan bagi kasus gawat darurat, dan penyuluhan dengan menggunakan alat audio visual. 3. Bidan yang bertugas di desa adalah bidan yang ditempatkan di desa dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas. Wilayah kerjanya meliputi 1-2 desa dengan penduduk 3000 jiwa per desa. Tugasnya membina peran serta masyarakat dalam Posyandu, membina kader Dasa Wisma, membantu persalinan di rumah-rumah, mengadakan rujukan, dan bertanggung jawab atas program KIA dan KB. Dalam keadaan tertentu, misalnya letak Puskesmas jauh dari rumah sakit, sulitnya medan menuju rumah sakit, sulitnya sarana transportasi menuju rumah sakit, daerah rawan kecelakaan/rawan bencana dan lain-lain, maka Puskesmas dapat diberi ruang tambahan untuk rawat inap sementara dan fasilitas tindakan operasi terbatas sehingga disebut Puskesmas rawat inap.

Anda mungkin juga menyukai