INTERNASIONAL
H
ANYA beberapa hari sebelum diterbangkan
ke Paris, Mohammed Yasser Abdel Rahman
Abdel Raouf Arafat alias Yasser Arafat masih
sangat bersemangat. Padahal kala itu, akhir
Oktober 2004, kondisi tubuhnya sebenarnya sudah
jauh melorot.
Memorinya hilang-timbul. Bukan cuma umurnya
sudah sepuh, 75 tahun, penyakit juga semakin sering
menghampiri. Bahkan, dua bulan sebelum kolaps, dia
sudah harus dibantu untuk mengikat tali sepatu dan
dipapah saat berjalan, ujar seorang pengawalnya.
Seperti linglung, dia menyantap obat dan vitamin
apa saja yang diberikan oleh tamu-tamunya. Serah-
kan semuanya kepada Allah,
Arafat menjawab santai saat
ditanya pengawalnya meng-
apa dia menyikat habis semua
obat yang tak diresepkan dok-
ter tersebut.
Semua bermula pada 12
Oktober 2004 malam. Hanya
empat jam setelah bersantap
malam di kantor Organisasi
Pembebasan Palestina (PLO) di Ramallah, Yasser
Arafat alias Abu Ammar mengeluh sakit perut dan
muntah-muntah. Berulang kali dia harus ke toilet
karena mengalami diare berat. Selama lebih dari dua
pekan, gejala penyakit itu tak kunjung sembuh.
Berat badan Arafat melorot hampir 4 kilogram. Se-
mula, tim dokter dari Mesir hanya menyangka Arafat
terkena flu. Namun kondisinya semakin parah. Peme-
riksaan oleh tim dokter Tunisia menemukan trombosit
dalam darah Arafat terus turun. Tapi dokter tak kun-
jung bisa menemukan apa penyebabnya. Karena tak
juga membaik, dengan pesawat pemerintah Prancis,
Arafat diterbangkan ke Paris pada akhir Oktober.
Sebagian besar dokter
akan mengatakan kepada
kalian bahwa itulah
tanda-tanda keracunan.
REUTERS/FADI AL-ASSAAD
Suha Arafat
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL
Aku hanya akan berada di sana dua hari... jangan
khawatir, aku akan kembali, kata Arafat kepada Saeb
Erekat, juru runding Palestina. Kondisi Arafat sempat
membaik, bahkan dia sudah bisa berjalan-jalan. Tapi,
pada 3 November, Arafat malah kolaps dan koma. Dia
mengalami perdarahan di beberapa organ dalam tu-
buhnya. Setelah lebih dari sepekan berjuang, pada 11
November pagi sembilan tahun lalu, pejuang Pales-
tina itu berpulang.
Menurut hasil penelusuran New York Times setahun
kemudian, walaupun sudah melakukan pelbagai tes,
termasuk uji keracunan standar, dokter Percy Military
Training Hospital, Prancis, tetap tak bisa menyimpul-
kan apa penyakit yang menyebabkan perdarahan Ara-
fat. Kasus ini benar-benar sebuah teka-teki besar,
ujar seorang dokter ahli infeksi.
INTERNASIONAL
Konferensi pers di Lausanne
University Hospital, Swiss,
pada 7 November lalu.
REUTERS/DENIS BALIBOUSE
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL
lll
Sejak semula, orang-orang terdekat Arafat sudah
curiga bahwa Abu Ammar meninggal bukan karena
sakit biasa. Dia bukan lagi seperti Arafat yang aku ke-
nal, Ashraf al-Kurdi, dokter pribadinya, menuturkan.
Dia mengeluh sakit perut dan daerah sekitar ginjal-
nya, juga tak punya selera makan. Kulitnya kekuningan
dan ada lingkaran kemerahan di wajahnya. Sebagian
besar dokter akan mengatakan kepada kalian bahwa
itulah tanda-tanda keracunan.
Tapi dugaan itu hanya menjadi bahan pergunjingan.
Seperti mengupas bawang, selembar demi selembar,
selapis demi selapis teka-teki kematian Yasser Arafat
mulai terungkap. Setahun lalu, atas
restu dari Suha Arafat, istri Abu
Ammar, stasiun televisi Al-Jazeera
meminta tim peneliti dari Universi-
tas Lausanne bersama University
Center of Legal Medicine, Swiss,
menguji catatan medis dan bebera-
pa barang peninggalan Arafat.
Francois Bochud dan timnya me-
nemukan fakta mengejutkan. Peng-
ujian terhadap beberapa barang
pribadi Arafat, seperti kafiyeh, sikat
gigi, dan bajunya, menunjukkan ada
jejak polonium-210. Aku bisa mengkonfirmasi pene-
muan polonium-210 di atas normal pada beberapa
barang pribadi Arafat, kata Francois Bochud, Direktur
Laboratorium Fisika Radiasi di Universitas Lausanne,
tahun lalu.
Pada sikat gigi Arafat, mereka menemukan jejak po-
lonium sebesar 54 millibecquerel. Bahkan, pada noda
air kencing di celana dalam Arafat, kadar poloniumnya
mencapai 180 millibecquerel. Padahal, di celana dalam
Arafat lainnya, hanya ditemukan polonium sebesar 6,7
Apa pun hasilnya sangat
penting untuk mengetahui
kebenaran.
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL INTERNASIONAL
Pemimpin Palestina, Yasser
Arafat, sedang membaca
dokumen di kantornya.
HUSSEIN HUSSEIN/GETTY IMAGES
millibecquerel. Unsur polonium memang bisa ditemu-
kan bebas di alam. Tapi, Bochud menyimpulkan, polo-
nium pada pakaian Arafat bukan berasal dari sumber
alamiah.
Melihat hasil uji laboratorium itu, Suha meminta pe-
merintah Palestina menggali kuburan suaminya dan
memeriksa ulang penyebab kematiannya. Sampel dari
makam Arafat dikirim ke Prancis, Swiss, dan Rusia.
Apa pun hasilnya sangat penting untuk mengetahui
kebenaran, kata Suha setahun lalu.
lll
Setahun setelah makam Arafat digali, sebagian uji
laboratorium itu kelar. Tawfik Tirawi, kepala tim inves-
tigasi kematian Arafat yang ditunjuk oleh pemerintah
Palestina, mengatakan mereka telah menerima hasil
penelitian dari tim peneliti Swiss dan Rusia. Namun,
sampai detik ini, hasil tes forensik oleh tim dari Pran-
cis belum sampai ke tangannya.
Pekan lalu, Al-Jazeera menulis laporan lengkap
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL
soal hasil uji forensik tim peneliti Swiss atas sampel
dari makam Arafat. Uji forensik lanjutan ini semakin
memperkuat hipotesis sebelumnya bahwa Arafat mati
karena keracunan polonium-210. Dalam laporan 108
halaman itu, Patrice Mangin, Francois Bochud, dan
timnya memaparkan penemuan jejak polonium pada
tulang iga dan panggul Arafat, serta tanah makam Abu
Ammar. Tingkat polonium pada tulang rusuk Yasser
Arafat sekitar 900 millibecquerel atau sekitar 18 atau
36 kali rata-rata radioaktif normal dalam tubuh.
Mangin dan timnya 83 persen yakin Arafat mening-
gal karena keracunan polonium-210. Dengan semua
hasil yang didapatkan tim peneliti Swiss tersebut, Dave
Barclay, mantan ahli forensik dan detektif Inggris, juga
percaya Arafat memang meninggal
karena diracun menggunakan polo-
nium.
Hasil penelitian ini menghapus
semua keraguan. Sudah terbukti
secara ilmiah bahwa Arafat tak me-
ninggal secara alamiah. Bukti ilmi-
ah ini membuktikan bahwa dia mati
dibunuh, kata Suha Arafat pekan
lalu. Jari Suha tak menunjuk siapa
tersangka utama yang meracuni
suaminya. Tapi, seperti biasa, Israel
menjadi tertuduh pertama. Selain merupakan seteru
terbesar Palestina, agen-agen rahasia Israel punya
pengalaman dalam urusan meracuni musuh. Khaled
Meshal, salah satu pemimpin Hamas, pernah menjadi
korban racun intel Israel.
Pemerintah Israel membantah berada di balik kema-
tian Arafat, musuh lamanya. Juru bicara Kementerian
Luar Negeri Israel, Yigal Palmor, malah mengkritik
uji forensik sampel dari makam Arafat. Lebih mirip
opera sabun ketimbang sains, ujarnya. Menurut Pal-
INTERNASIONAL
Ada banyak bolong dalam
teori itu, lebih banyak
ketimbang lubang di keju
Swiss.
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL
mor, hanya peneliti Prancis yang netral dalam kasus
ini. Sebab, peneliti Swiss dipilih oleh Suha, sementara
peneliti Rusia direkomendasikan oleh pemerintah Pa-
lestina. Sudah lama diketahui, Suha tak terlalu akur
dengan teman-teman seperjuangan Arafat. Ada ba-
nyak bolong dalam teori itu, lebih banyak ketimbang
lubang di keju Swiss.
Menurut Paddy Regan, profesor fisika di Universitas
Surrey, Inggris, polonium-210 hanya punya waktu pa-
ruh 128 hari. Padahal sampel itu diambil setelah delap-
an tahun Arafat dikubur, sehingga sangat sulit untuk
menghitung berapa banyak kandungan polonium saat
Abu Ammar berpulang. Itu seperti orang buta yang
memegang ekor gajah dan diminta menaksir berapa
berat total gajah itu, Paddy memberikan analogi.n
SAPTO PRADITYO, MONIQUE SHINTAMI | AL-JAZEERA | GUARDIAN | CNN | NYTIMES
Biasanya polonium-210 dihasilkan dalam reaksi di reaktor
nuklir. Unsur ini sangat radioaktif dan mematikan. Ia 250
ribu kali lebih beracun ketimbang hidrogen sianida.
Sedikit saja terpapar polonium-210, bisa berujung
maut. Jejaknya akan tertinggal di ginjal, hati, dan
sumsum tulang. Polonium memiliki waktu paruh
138 hari, artinya setiap 138 hari, tingkat radio-
aktifnya akan berkurang separuhnya.
Keunggulan polonium adalah tak berasa dan
beraroma, sehingga bisa dicampurkan dengan
makanan atau minuman. Pemindai di bandara
pun tak bisa mengendus polonium. Mantan agen dinas
rahasia Rusia, KGB, Alexander Litvinenko, mati setelah dira-
cun polonium-210 pada November 2006 di London.
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
APA ITU POLONIUM-210?
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL INTERNASIONAL
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
JENDERAL BOKONG
MINTA AMPUN
JOSHUA MILTON BLAHYI BERTOBAT DAN MENJADI SEORANG PASTOR.
ADA YANG TAK RELA DIA TIDAK PERNAH MENJALANI HUKUMAN.
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL
AAFKAN aku, bisik Joshua Milton Blahyi sambil ber-
lutut dan menempelkan kepalanya yang besar di lutut
kurus Gwae. Keduanya terdiam selama beberapa
saat. Gwae, yang tak setitik pun menyangka pertemu-
an beberapa pekan lalu itu, kehilangan suara, hingga
beberapa saat kemudian dia hanya sanggup berkata
lirih. Tak apa-apa.
Tapi bukan kata-kata itu yang dinanti Blahyi. Dia
berharap sebuah pengampunan. Gwae mengatakan
itu hanya untuk membuatnya berhenti. Aku tak ingin
mendengar apa pun. Aku tak ingin mengatakan apa
pun. Pergilah. Jangan lagi menanyakan apa pun, kata
Gwae, kini 38 tahun. Tapi Blahyi menolak patuh, tak
hendak surut.
Dia menawarkan uang ke-
pada Gwae. Ditolak. Blahyi
bertanya ke mana semua
saudara dan keluarga Gwae.
Perempuan itu hanya meng-
geleng. Aku tahu tak bisa me-
lakukan apa pun untukmu....
Tapi, paling tidak, izinkan aku
ber peran menjadi saudara
laki-laki, ayah, atau keluarga jika mungkin, Blahyi
memohon. Dia tak ingat bahwa dialah yang memban-
tai habis seluruh keluarga Gwae, 22 tahun silam.
Suatu hari yang sungguh jahanam pada Juli 1991,
Gwae dan keluarganya, yang tinggal di Zwedru, kota
kecil di bagian timur Liberia, tengah menyimak siaran
berita soal perang saudara di negerinya dari stasiun
radio BBC. Sejak 1989, Liberia didera perang saudara
pengikut Samuel Doe dari suku Krahn melawan pen-
dukung Charles Taylor dari suku Gio dan Mano.
Mereka sekeluarga tengah menimbang-nimbang
apakah perlu mengungsi ke Rwanda. Kala itu musim
hujan dan Sungai Cavalla di perbatasan Liberia-Rwan-
Paling tidak, izinkan aku
berperan menjadi saudara
laki-laki, ayah, atau
keluarga jika mungkin.
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL
da meluap sehingga mustahil diseberangi. Perang ini
tak akan bertahan lama, ibunya meyakinkan. Mereka
pun memutuskan tetap tinggal di Zwedru. Petaka itu
datang tak disangka. Gerombolan milisi suku Krahn
menyapu kampungnya mencari orang-orang dari
suku Gio.
Di barisan paling depan, seorang laki-laki ber-
umur 19 tahun tampak ganjil dan sangar. Tak me-
ngenakan apa pun, hanya sebilah golok mengkilat
di tangannya. Dialah Joshua Milton Blahyi. Di be-
lakangnya, puluhan laki-laki menyandang senap-
an. Daniel, saudara laki-laki Gwae, mencoba me-
lindungi seorang pembantu perempuan dari suku
Gio. Dia seorang manusia, sama seperti kalian dan
aku, kata Daniel kepada Blahyi.
INTERNASIONAL
GETTYIMAGES
MAJALAH DETIK 11 - 17 NOVEMBER 2013
INTERNASIONAL
Blahyi tak menanggapi. Dia malah meminta seorang
anak buahnya maju. Dengan dingin dan keji, anggota
milisi itu mengayunkan goloknya, memotong kaki Da-
niel. Belum tuntas, goloknya berkelebat ke arah paha
dan pinggul Daniel. Tubuh anak itu membeku.
Blahyi memerintahkan semua orang tiarap. Milisi
Krahn memperkosa ibu dan saudara-saudara pe-
rempuan Gwae, kemudian membantainya. Mereka
tak memperkosaku, tapi melakukan sesuatu yang
tak ingin aku ceritakan, Gwae menuturkan kejadian
laknat itu. Dia tak pernah paham mengapa dibiarkan
tetap hidup. Dan kini, setelah 22 tahun, Blahyi datang
lagi di hadapannya.
Pada masa perang saudara di
Liberiatahun 1989-1996 dan 1999-
2003para pemimpin milisi biasa
menyandang rupa-rupa nama,
misalnya Jenderal Rambo atau
Jenderal Setan. Di antara para ko-
mandan milisi, Blahyi-lah yang pa-
ling brutal. Blahyi punya kebiasaan
mengerikan. Dia suka memangsa
korbannya, terutama bayi dan anak-
anak. Dia meyakini korban-korban
itu bakal memberinya perlindungan
dalam pertempuran.
Julukannya agak aneh, yakni Jenderal Bokong Te-
lanjang, karena dia tak pernah mengenakan pakaian.
Blahyi percaya, berperang sembari bugil bakal mem-
buatnya kebal. Nyatanya, sampai perang berakhir, tak
sekali pun dia terkena tembakan. Blahyi menaksir,
jumlah korban pasukannya tak kurang dari 20 ribu
orang.