Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH Persiapan Survei Lahan Sampai Keluar Peta Satuan Tanah Pada Survey Semi Detil dan Rencana

Titik Pengamatan Rigid Grid Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Lahan

Disusun oleh : Kelompok 4 Agroteknologi C

Andi Fernando Siahaan Jonathan Adolf Richardo Tri Astuti Cahyaningrum Tarina Intan Citananda Afni Apriyanti Febrina Angelia Samosir

150510090223 150510110080 150510110066 150510110083 150510110087 150510110092

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR OKTOBER 2013
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di dalam survey tanah, hal yang harus kita lakukan adalah bagaimana menghasilkan peta tanah yang akurat dan dapat mencerminkan karakteristik atau sifat-sifat tanah di lapangan suatu daerah, sehingga dapat diprediksi potensinya baik uuntuk pengembangan pertanian maupun non pertanian. Sedangkan yang menjadi masalah mendasar adalah bahwa jumlah pengamatan yang dilakukan oleh penyurvei sangat terbatas juga pengambilan contoh tanah yang menggunakan bor atau sekop biasanya bersifat merusak (destructive), yaitu begitu contoh tanahnya diambil, sifat asal tanah menjadi rusak. Dalam praktiknya, penyurvei mengandalkan sifat-sifat eksternal yang dianggap berasosiasi dengan genesis tanah, yaitu mengapa tanah yang berada di tempat tersebut memiliki sifat-sifat seperti itu. Di antara sifat-sifat eksternal tersebut yang diambil karena dianggap yang terpenting adalah sifat geomorfologi (analisis landform) dan vegetasi atau penggunaan lahan. Dengan demikian, sekalipun penyurvei mengamati tanah tersebut dalam proporsi yang amat kecil dari volume totalnya tetapi dapat menghubungkan sifat tanah dengan kenampakan landskap yang dapat dilihat, akan dapat diprediksi sifat-sifat tanah di atas seluruh lanskap dengan kepercayaan yang tinggi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dipelajari mengenai bagaimana pendekatan yang dilakukan para penyurvei tanah dan bagaimana metode-metode survei tanah itu sendiri.

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pendekatan mendasar survei tanah 2. Untuk mengetahui metode-metode survei tanah 3. Untuk mengetahui apa itu Active Field Survey 4. Untuk mengetahui variasi penentuan titik observasi dalam survei tanah

BAB II PEMBAHASAN Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan (dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan (Rayes, 2007). Survei tanah bertujuan untuk: 1. Mempelajari sifat-sifat tanah dan kondisi suatu lahan 2. Mengklasifikasikan tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah dan genesis tanah yang kemudian menghasilkan penggolongan kualitas tanah atau lahan 3. Untuk memprediksikan dan menentukan penggunaan tanah atau lahan secara berkesinambungan Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya dalam metode grid bebas, pemeta bebas memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta. Menurut Rossiter (2000), ketika penyurvei mencoba membagi lanskap ke dalam satuansatuan peta, terdapat dua pendekatan mendasar, yaitu pendekatan sintetik (synthetic approach) dan pendekatan analitik (analytic approach). 2.1 Pendekatan Survei Tanah
1.

Pendekatan Sintetik Pendekatan berasal dari kata synthesis atau sintesa yang berarti penentuan satuan

spasial (peta) berdasarkan hasil pengamatan pada titik-titik pengamatan. Pendekatan ini dilakukan dengan pengamatan di lapangan terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan kisaran sifat-sifat tertentu sehingga dihasilkan satuan peta
3

sebanyak keragaman yang ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendekatan sintetik adalah pendekatan buttom-up (memberi nama terlebih dahulu, baru kemudian mengelompokkannya). Tahapannya adalah: 1. Melakukan pengamatan pada beberapa titik di lapangan. 2. Mengelompokkan titik-titik pengamatan tersebut ke dalam satuan peta sehingga keragaman antara unit terjadi maksimal dan keragaman di dalam unit adalah minimal.

2. Pendekatan Analitik Pendekatan analitik berasal dari kata analisis yang berarti membagi tubuh tanah alami yang didasarkan pada petunjuk-petunjuk (sifat-sifat) eksternal. Pendekatan ini dilakukan dengan membagi landskap ke dalam tubuh tanah alami berdasarkan karakteristik eksternal seperti landform, vegetasi dan tanah permukaan. Setelah itu baru dilakukan penentuan karakteristik tanah pada masing-masing satuan tersebut melalui pengamatan dan pengambilan contoh tanah. Dengan demikian, pendekatan analitik adalah pendekatan topdown (membagi terlebih dahulu, beru kemudian memberi warna). Tahapannya adalah: 1. Membagi lansekap ke dalam komponen-komponen sedemikian rupa yang diperkirakan akan memiliki tanah yang berbeda. 2. Melakukan karakterisasi satuan-satuan yang dihasilkan melalui pengamatan dan pengambilan contoh tanah di lapangan.

2.2 Metode Survei Tanah Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip pendekatan analitik), dan grip bebas (penerapan gabungan dari kedua pendekatan tersebut). Berikut ini akan diuraikan 3 macam metode survei utama yang umum dikenal dalam kegiatan survei tanah, baik di indonesia maupun luar negri.

1.

Survei Grid
4

Metode survei ini disebut juga metode grid kaku. Pengamatan tanah dilakukan dengan pola teratur (interval titik pengamatan berjarak sama pada arah vertikal dan horizontal). Jarak pengamatan tergantung dari skala peta. Titik-titik pengamatan tanah ditempatkan di lapangan dan diamati karakteristiknya. Dengan menggunakan metode statistik baku atau geostatistik, dilakukan estimasi variabilitas tanah. Pengambilan contoh tanah dalam survei ini dilakukan secara sistematik. Jarak pengamatan dibuat secara teratur pada jarak tertentu untuk menghasilkan jalur segi empat di seluruh daerah survei. Pengamatan tanah dilakukan dengan pola teratur (interval titik pengamatan berjarak sama pada arah vertikal dan horizontal). Jarak pengamatan tergantung dari skala peta. Metode survei grid sangat cocok untuk survei intensif dengan skala besar, dimana penggunaan interpretasi foto udara sangat terbatas dan intesitas pengamatan yang rapat memerlukan ketepatan penempatan titik pengamatan di lapangan dan pada peta (Rayes, 2007). Metode ini sangat sesuai untuk survei intensif dengan skala besar, dimana penggunaan interpretasi foto udara sangat terbatas dab intensitas pengamatan yang rapat memerlukan ketepatan penempatan titik pengamatan di lapangan dan pada peta. Dan sangat cocok diterapkan di daerah yang belum tersedia foto udara atau peta toporafi (peta rupa bumi) untuk navigasi, selain itu pada daerah-daerah berhutan lebat atau di daerah pasang-surut dimana penggunaan interpretasi foto udara seringkali sangat terbatas, sehingga cara termudah untuk mengetahui posisi atau lokasi pengamatan di lapangan adalah dengan pengaturan jarak (Sitorus, 1986). Survei grid juga cocok dilakukan pada daerah yang mempunyai pola tanah yang kompleks dimana pola detail hanya dapat dipetakan pada skala besar yang kurang praktis, diterapkan pada daerah yang posisi pemetanya sukar ditentukan dengan pasti. Selain itu, survei ini sangat dianjurkan pada survei intensif (detail sangat detail) dan penggunaan hasil interpretasi foto udara sangat terbatas atau di daerah yang belum ada foto udaranya juga daerah yang sudah terliput foto udara, akan tetapi hasilnya tidak maksimal karena sebabsebab sebagai berikut: 1. Skalanya terlalu kecil. 2. Mutunya sangat rendah. 3. Daerah survei tertutup awan.
5

4. Kenampakan permukaan tidak jelas/daerah sangat homogen dan datar. 5. Daerah tertutup vegetasi rapat dan lebat. 6. Daerah berrawa, padang rumput/savana, tanpa gejala permukaan. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kerugian metode survei grid: Keuntungan Kerugian

a. Tidak memerlukan penyurvei a. Memerlukan waktu yang lama, yang lokasi berpengalaman, titik-titik karena terutama pada medan yang berat.

pengamatan

sudah di plot pada Peta Rencana b. Pemanfaatan seluruh titik-titik Pengamatan. b. Sangat baik diterapkan pada pengamatan efektif. sehingga tidak

daerah yang luas memerlukan c. Sebagian lokasi pengamatan penyurvei dalam jumlah besar. c. Cukup teliti dalam menentukan batas satuan peta tanah pada daerah survei yang relatif datar. d. Dengan analisis menerapkan Komponen teknik Utama tidak mewakili satuan peta yang dikehendaki, misalnya tempat pemukiman, daerah

peralihan dua satuan lahan dan lain-lain.

(Principal Component Analysis) dapat memperkecil atau

mengurangi sejumlah sifat tanah pada suatu variate yang

menggambarkan proporsi yang besar dari data yang tersedia.

Gb1. Lokasi titik observasi pada Metode Grid Kaku

2.

Survei Fisiografi (IFU) Survei ini diawali dengan melakukan interpretasi foto udara (IFU) untuk mendelineasi

landform yang terdapat di daerah yang disurvei, diikuti dengan pengecekan lapangan terhadap komposisi satuan peta, biasanya hanya di daerah pewakil. Contoh: pendekatan Geopedologi yang dikembangkan oleh ITC Belanda. Survei ini umumnya diterapkan pada skala 1 : 50.000 1 : 200.000. pada skala kecil, hanya satuan lansekap dan landform yang luas saja yang dapat digambarkan. Metode survei ini hanya dapat diterapkan jika tersedia foto udara yang berkualitas tinggi (Rayes, 2007). Pengamatan lapangan dengan kerapatan rendah dilakukan untuk mengecek batas satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah di setiap satuan peta. Jumlah pengamatan setiap satuan peta ditentukan oleh: Ketelitian hasil interpretasi foto udara dan keahlian /kemampuan penyurvei dalam memahami hubungan fisiografi dan keadaan tanah. Kerumitan satuan peta => semakin rumit semakin banyak pengamatan. Luas satuan peta => semakin luas semakin banyak pengamatan.

Gb2. Lokasi titik observasi pada Metode Fisiografik

3.

Metode Grid Bebas Metode Grid merupakan perpaduan metode grid-kaku dan metode fisiografi. Metode ini

diterapkan pada survei detail hingga semi-detail, foto udara berkemampuan terbatas dan di tempat-tempat yang orientasi di lapangan cukup disulitkan. Menurut Rossiter (2000), metode survei ini merupakan kelanjutan dari survei fisiografi dan biasanya dilaksanakan skala 1 : 12.500 sampai dengan 1 : 25.000. pelaksanaan survei ini diawali dengan analisis fisiografi melalui interpretasi foto udara secara detail. Semua batas harus dilakukan pengecekan di lapangan teliti dan dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan hasil pengamatan lapangan. Dalam metode survei bebas, pemeta bebas memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasikan secara sistematis model mental hubungan tanah-lansekap, menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta. Untuk dapat melakukan survei bebas , pertimbangan dan pengalaman pemeta sangat penting. Di daerah dengan pola tanah yang dapat diprediksi dengan mudah, pengamatan dapat dilakukan lebih sedikit, sedangkan daerah lainnya terutama daerah yang bermasalah perlu dilakukan pengamatan lebih banyak atau lebih mendetail.

Pemeta mengunjungi sebagian besar landskap, biasanya berada pada suatu transek yang memotong satuan peta dengan berkonsentrasi pada daerah bermasalah (daerah yang hubungan antara landskap dan tanah sulit diprediksi).

Gb3. Lokasi titik observasi pada Metode Grid Bebas

BAB III KESIMPULAN

Menurut Rossiter (2000), ketika penyurvei mencoba membagi lanskap ke dalam satuansatuan peta, terdapat dua pendekatan mendasar, yaitu pendekatan sintetik (synthetic approach) dan pendekatan analitik (analytic approach). Metode-metode survey tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode grid,fisiogafi, dan grid bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Elbersen, G.W.W., 1984. Syllabus Soil Survey Methodology. ITC: Enschede. Rayes, M.L., 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Malang: Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Rayes, M.L., 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Andi: Yogyakarta. 298 p.
10

Rossiter, D.G., 2000. Methodology for Soil Resource Inventories. ITC Lecture Notes & Reference. Soil Science Division International Institute for Aerospace Survey & Earth Sciences (ITC). March 2000. Sitorus, S.R.P., 1986. Survei Tanah dan Penggunaan Lahan. Lab. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan, Jur. Tanah, IPB.

11

Anda mungkin juga menyukai