Anda di halaman 1dari 9

33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemakaian biodiesel sebagai bahan bakar alternatif dapat digunakan 100% biodiesel (murni) atau biodiesel sebagai pencampur pada bahan bakar solar. Campuran (blend) XX %-vol biodiesel dengan (100 XX)%-vol minyak solar lazim disebut biodiesel B-XX. Sebagai contoh, B-10 adalah campuran 10 %-vol biodiesel dan 90 %-vol minyak solar. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah campuran biodiesel dan solar dengan konsentrasi B-10, B-20, dan B-30. Lalu dilakukan analisis sesuai dengan spesifikasi solar (SK Dirjen Migas No. 3675 K/24/DJM/2006). Hasil analisis ditunjukkan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Analisis B-10, B-20, dan B-30
HASIL PARAMETER
0

SPESIFIKASI SOLAR

UNIT B-10 B-20 858,0 L 1,5 49,84 3,730 B-30 859,8 L 1,5 50,27 3,825 SOLAR 854,4 L 1,5 49,19 3,514 MIN 815 45 2,0 MAX 870 3,0 5,0

Density @ 15 C Color ASTM Calculated Cetane Index Kinematic Viscosity @ 400C Pour Point Sulfur Content Copperstrip Corrosion Micro Carbon Residue Water Content Sediment Content Ash Content Total Acid Number Flash Point PMCC Distillation Temperature @ 90 % vol

kg/m3 No. ASTM cSt (mm2/s)


0

856,1 L 1,5 49,21 3,675

-6 0,266 1A 0,03 167,7 < 0,01 0,002 0,07 71 362

-3 0,228 1A 0,02 232,2 < 0,01 0,002 0,10 74 357

0 0,196 1A 0,02 273,1 <0,01 0,002 0,13 76 352

-6 0,298 1A 0,04 90 < 0,01 0,004 0,05 69 368

55 -

+18 0,35 Class 1 0,1 500 0,01 0,01 0,6 370

% wt Menit % wt mg/kg % wt % wt Mg KOH/g


0

Sumber : SK Dirjen Migas No. 3675 K/24/DJM/2006

34

4.1 Density pada Suhu 150C Density minyak adalah massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu. Untuk minyak bumi, suhu yang digunakan sebagai standar uji adalah 150C. Analisis tidak harus dilakukan pada suhu 150C tetapi pengukuran akan lebih teliti apabila suhu sampel adalah 150C. Hasil analisis menunjukkan bahwa density pada konsentrasi B10 yaitu 856,1 kg/m3, B-20 yaitu 858,0 kg/m3, dan B-30 yaitu 859,8 kg/m3. Dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin besar nilai densitynya, walapun perubahan nilainya tidak terlalu terlihat secara signifikan. Semakin besar nilai density tersebut disebabkan oleh minyak solar yang mempunyai densitas yang rendah dicampur dengan metil ester (biodiesel) yang mempunyai densitas tinggi. Biodiesel yang digunakan pada penelitian ini memiliki density sebesar 873,9 kg/m3. Selain itu, nilai density yang semakin besar disebabkan oleh pengaruh berat molekunya. Secara teori, berat molekul biodiesel lebih besar dibandingkan dengan solar. Berat molekul biodiesel yaitu 280-300 dan berat molekul solar yaitu 230. (Tilani Hamid,dkk : 2003), sehingga, produk hasil pencampuran solar dengan biodiesel berat molekulnya semakin besar seiring dengan besarnya penambahan konsentrasi biodieselnya dan hal tersebut berpengaruh pada nilai densitynya yang semakin besar pula. Hasil density pada masing-masing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.2 Color ASTM Analisis color ASTM adalah analisis menggunakan pembanding warna standar dimana bahan bakar di bandingkan dengan standar warna yang ada. Warna keruh solar standar maksimal adalah 3 diatas itu warna diesel bisa berubah. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai color ASTM pada konsentrasi B-10, B-20, dan B30 adalah sama yaitu L 1,5. Demikian pula nilai color pada solar adalah L 1,5. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan biodiesel pada solar tidak terlalu mempengaruhi pada sifat warnanya. Hal ini dikarenakan warna fisik solar dan biodiesel hampir serupa. Solar berwarna bening sedikit kuning dan begitu pula dengan biodiesel

35

berwarna bening sedikit kuning. Nilai color pada masing-masing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.3 Calculated Cetane Index Angka setana adalah suatu angka yang menyatakan kualitas pembakaran dari bahan bakar mesin diesel, yang diperlukan untuk mencegah terjadinya suara pukulan di dalam ruang bakar mesin diesel. Untuk analisa indeks setana ini harus melakukan distilasi pada sampel untuk mendapatkan nilai initial boiling point yaitu temperatur pada saat 10%, 50%, dan 90% volume distilat sampel tertampung pada saat distilasi. Selain itu angka setana juga sangat bergantung pada nilai densitas sampel. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai cetane index pada konsentrasi B-10 yaitu 49,21, B-20 yaitu 49,84 , dan B-30 yaitu 50,27. Nilai cetane index pada masingmasing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. Dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin besar nilai cetane indexnya. Hal ini disebabkan densitas pada biodiesel mempunyai densitas yang besar dan biodiesel mempunyai temperatur 10%, 50%, dan 90% recovery yang lebih besar, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kenaikan nilai cetane indexnya. Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah sehingga dapat mencegah terjadinya knocking. Adapun nilai cetane index pada biodiesel yaitu 65,65. Hal ini berarti penggunaan biodiesel sebagai campuran dapat meningkatkan cetane index pada bahan bakar solar. 4.4 Kinematic Viscosity pada Suhu 400C Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai kinematic viscosity yang dilakukan pada suhu 400C pada konsentrasi B-10 yaitu 3,675 Cst, B-20 yaitu 3,730 Cst , dan B30 yaitu 3,825 Cst. Dapat diketahui bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin besar nilai kinematic viscositynya. Hal ini dikarenakan seiring dengan besarnya penambahan konsentrasi biodiesel maka berat molekulnya akan semakin besar. Dalam hal ini, biodiesel memiliki berat molekul

36

yang besar yaitu 280-300, (Tilani Hamid, dkk : 2003), sehingga mempengaruhi kenaikan nilai kinematic viscosity pada produk pencampuran B-10, B-20, dan B-30. Hal ini pun terlihat pada biodiesel yang digunakan memiliki nilai kinematic viscosity yang besar yaitu 4,778 Cst. Walaupun nilai kinematic viscositynya semakin besar, namun nilai kinematic viscosity pada konsentrasi B-10, B-20, dan B-30 masih memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.5 Pour Point Pour point adalah titik suhu terendah dimana bahan bakar masih dapat mengalir. Hasil analisis menunjukkan bahwa pour point pada konsentrasi B-10 yaitu60C, B-20 yaitu -30C, dan B-30 yaitu 00C. Sedangkan nilai pour point pada biodiesel yang digunakan pada penelitian ini adalah +180 C. Diketahui bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin tinggi nilai pour pointnya. Hal ini dikarenakan seiring dengan besarnya penambahan konsentrasi biodiesel maka berat molekulnya akan semakin besar sehingga suhu yang dibutuhkan untuk mencapai titik tuang lebih besar. Nilai pour point pada masing-masing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.6 Sulfur Content Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sulfur content pada konsentrasi B-10 yaitu 0,266 % wt, B-20 yaitu 0,228 % wt, dan B-30 yaitu 0,196 % wt. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin rendah kandungan sulfurnya. Hal tersebut dikarenakan biodiesel dihasilkan dari suatu tanaman, sehingga menyebabkan biodiesel tidak mengandung sulfur, berbeda dengan solar yang mengandung unsur hidrokarbon, dan non hidrokarbon yaitu salah satunya adalah sulfur yang bersifat korosif . Jadi, ketika biodiesel dicampurkan dengan solar, hasilnya kandungan sulfur dari sampel B-10, B20, dan B-30 semakin berkurang. Adapun kandungan sulfur pada biodiesel yang digunakan adalah < 0,0017 % wt.

37

4.7 Copperstrip Corrosion Analisis ini dibuat untuk memperkirakan derajat relative corrotion dari suatu produk minyak bumi. Terjadinya korosi ini adalah karena adanya kandungan sulfur di dalam suatu minyak bumi. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai copperstrip corrosion pada konsentrasi B-10, B-20, dan B-30 adalah sama yaitu 1A. Demikian pula nilai copperstrip pada solar dan biodiesel adalah 1A. Nilai 1A ini menunjukkan bahwa derajat relative corrotion pada sampel B-10, B-20, dan B-30 sangat rendah. Nilai 1A merupakan tingkat terendah pada standar korosi plat tembaga (ASTM CopperStrip Corrosion Standard). Nilai copperstrip yang rendah dipengaruhi pula oleh kandungan sulfur yang tidak terlalu tinggi pada sampel B-10, B-20, dan B-30. Nilai copperstrip corrosion pada masing-masing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.8 Carbon Residue Hasil analisis pada carbon residue menunjukkan bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin rendah nilai carbonnya. Nilai carbon residue pada konsentrasi B-10 yaitu 0,03 % wt , B-20 yaitu 0,02 % wt , dan B-30 yaitu 0,02 % wt. Hal ini disebabkan oleh semakin panjangnya rantai karbon pada sampel B-10, B-20, dan B-30. Semakin panjang rantai karbon maka semakin rendah emisi gas buang CO2. ( Jamil Musanif : 2011). Semakin panjangnya rantai karbon pada sampel B-10, B-20, dan B-30 adalah karena pengaruh rantai karbon yang panjang pada biodiesel sehingga ketika biodiesel dicampurkan dengan solar dalam konsentrasi yang semakin besar maka semakin panjang pula rantai karbonnya. Nilai carbon residue pada biodiesel yang digunakan yaitu 0,02% wt. 4.9 Water Content Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai water content pada konsentrasi B-10 yaitu 167,7 ppm, B-20 yaitu 232,2 ppm, dan B-30 yaitu 273,1 ppm . Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin nilai kandungan airnya. Hal ini disebabkan biodiesel yang

38

digunakan memiliki kandungan air yang besar yaitu 892 ppm. Sehingga ketika biodiesel dicampurkan dengan solar dalam konsentrasi yang semakin besar maka nilai asam pada sampel B-10, B-20, dan B-30 menjadi semakin besar. Walaupun nilai kandungan airnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi solar, namun lebih baik jika kandungan airnya seminim mungkin karena semakin sedikit nilai asamnya maka peluang terjadinya pengkaratan di dalam mesin semakin kecil. Penyebab biodiesel tersebut memiliki nilai kandungan air yang cukup tinggi adalah biodiesel yang tersedia di laboratorium yang digunakan untuk penelitian proses pemurniannya belum sempurna. Pada saat proses pengeringan, pemanasan yang dilakukan masih kurang lama, sehingga air yang terkandung dalam metil ester masih belum menguap seluruhnya. Karena pada pembuatan biodiesel setelah proses transesterifikasi setelah proses pencucian harus dilakukan proses pengeringan untuk menghilangkan sisa air pencuci. Akibat dari proses pengeringan yang belum sempurna maka biodiesel memiliki kandungan air yang besar. Walaupun, walaupun nilai kandungan airnya semakin besar, namun nilai kandungan air pada konsentrasi B-10, B-20, dan B-30 masih memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.10 Sediment Content Hasil analisis pada sediment content menunjukkan bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin rendah nilai carbonnya. Nilai sediment content pada konsentrasi B-10 yaitu 0,03 % wt , B-20 yaitu 0,02 % wt, dan B-30 yaitu 0,02 % wt. Hal ini disebabkan oleh nilai sediment content pada biodiesel yang rendah yaitu < 0,01 % wt, sehingga ketika biodiesel dicampurkan dengan solar dalam konsentrasi yang semakin besar maka nilai sediment content pada sampel B-10, B-20, dan B-30 menjadi semakin kecil. Nilai sediment content pada biodiesel sangat kecil karena biodiesel berasal dari tanaman, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih. Nilai sediment content pada masingmasing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar.

39

4.11

Ash Content Hasil analisis pada ash content menunjukkan bahwa setelah penambahan

biodiesel, nilai ash contentnya mengalami penurunan. Nilai ash content pada B-10, B-20, dan B-30 yaitu 0,002 % wt. Hal ini disebabkan oleh nilai ash content pada biodiesel yang rendah yaitu 0,002 % wt, sehingga ketika biodiesel dicampurkan dengan solar dalam konsentrasi yang semakin besar maka nilai ash contentnya mengalami penurunan. Nilai ash content pada biodiesel sangat kecil karena biodiesel berasal dari tanaman, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih. Nilai ash content pada masing-masing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.12 Total Acid Number Hasil analisis menunjukkan bahwa angka asam pada konsentrasi B-10 yaitu 0,07 mg KOH/gr , B-20 yaitu 0,10 mg KOH/gr, dan B-30 yaitu 0,13 mg KOH/gr. Dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin besar angka asamnya. Hal ini disebabkan oleh biodiesel yang digunakan memiliki nilai asam yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,33 mg KOH/gr. Sehingga ketika biodiesel dicampurkan dengan solar dalam konsentrasi yang semakin besar maka nilai asam pada sampel B-10, B-20, dan B-30 menjadi semakin besar. Walaupun nilai angka asamnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi solar, namun lebih baik jika kandungan asamnya seminim mungkin karena semakin sedikit nilai asamnya maka peluang terjadinya pengkaratan di dalam mesin semakin kecil. Penyebab biodiesel tersebut memiliki nilai asam yang cukup tinggi adalah karena biodiesel yang digunakan merupakan biodiesel yang sudah tersedia di laboratorium dan telah disimpan di dalam ruang penyimpanan selama kurang lebih 5 bulan. Biodiesel bisa mengalami degradasi bila disimpan dalam waktu yang lama disertai dengan kondisi tertentu. Degradasi biodiesel pada umumnya disebabkan oleh proses oksidasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi degradasi biodiesel antara lain keberadaan asam lemak tak jenuh, kondisi penyimpanan (tertutup/terbuka,

40

temperatur, dsb.), unsur logam, dan peroksida). Selain itu, temperatur tinggi (40oC) yang disertai dengan keberadaan udara terbuka menyebabkan degradasi yang sangat signifikan pada penyimpanan biodiesel pada waktu yang lama. (Leung dkk : 2006). Konsentrasi asam meningkat pada biodiesel yang telah terdegradasi; hal ini disebabkan oleh putusnya rantai asam lemak metil ester menjadi asam-asam lemak. Selain itu, kandungan air yang cukup tinggi di dalam biodiesel ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan biodiesel tersebut memiliki nilai asam yang cukup tinggi, Karena kadar airnya tinggi maka akan terjadi reaksi hidrolisis lalu hal tersebut menyebabkan terjadinya reaksi enzimatis sehingga nilai asamnya menjadi tinggi. Walaupun nilai angka asamnya semakin besar, namun nilai angka asam pada konsentrasi B-10, B-20, dan B-30 masih memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar. 4.13 Flash Point (Closed Cup) Hasil analisis pada flash point menunjukkan bahwa semakin besar penambahan konsentrasi biodiesel pada solar maka semakin tinggi nilai flash pointnya. Nilai flash point pada konsentrasi B-10 yaitu 710C , B-20 yaitu 740C, dan B-30 yaitu 760C. Terjadinya kenaikan nilai flash point tersebut dikarenakan rantai karbon yang semakin panjang sehingga semakin sukar untuk menguap dan menyebabkan titik didihnya semakin tinggi. Titik didih yang menjadi semakin tinggi salah satunya juga adalah karena pengaruh rantai karbon dari biodiesel itu sendiri. Biodiesel memiliki ikatan karbon yang panjang dan di dalam struktur biodiesel terdapat ikatan rangkap sehingga diperlukan energi yang besar untuk memutuskan ikatan rangkap tersebut. Oleh karena itu, biodiesel memiliki titik didih yang tinggi. Adapun nilai flash point dari biodiesel yang digunakan tinggi yaitu 165,50C. Sampel B-10, B-20 dan B-30 mempunyai flash point diatas flash point minyak solar, hal ini tentunya sangat baik karena menunjukkan bahwa sampel B-10, B-20 dan B-30 mempunyai kondisi yang lebih aman dalam hal penyimpanan karena lebih tidak

41

mudah terbakar. Nilai flash point pada masing-masing konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan spesifikasi standar minyak solar.

Anda mungkin juga menyukai

  • Biodiesel
    Biodiesel
    Dokumen7 halaman
    Biodiesel
    Johan Senjaya
    Belum ada peringkat
  • Ikan Mas Lengkap
    Ikan Mas Lengkap
    Dokumen6 halaman
    Ikan Mas Lengkap
    Faridha Sukmawati
    Belum ada peringkat
  • Biodiesel
    Biodiesel
    Dokumen7 halaman
    Biodiesel
    Johan Senjaya
    Belum ada peringkat
  • Biodiesel
    Biodiesel
    Dokumen7 halaman
    Biodiesel
    Johan Senjaya
    Belum ada peringkat
  • Biodiesel
    Biodiesel
    Dokumen7 halaman
    Biodiesel
    Johan Senjaya
    Belum ada peringkat
  • Catatan Dahlan Iskan
    Catatan Dahlan Iskan
    Dokumen1 halaman
    Catatan Dahlan Iskan
    Faridha Sukmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen8 halaman
    Bab Iv
    Faridha Sukmawati
    Belum ada peringkat
  • Catatan Dahlan Iskan
    Catatan Dahlan Iskan
    Dokumen1 halaman
    Catatan Dahlan Iskan
    Faridha Sukmawati
    Belum ada peringkat
  • Chitosan Udang
    Chitosan Udang
    Dokumen6 halaman
    Chitosan Udang
    Faridha Sukmawati
    Belum ada peringkat