Anda di halaman 1dari 53

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Indonesia yang berpenduduk 220 juta menghadapi berbagai permasalah baik

domestik maupun publik seperti; Pertama, aspek perekonomian; kondisi perekonomian dimana hampir 60% penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan yang tersebar di daerah-daerah pelosok, angka urbanisasi yang tinggi, dan pemerataan perekonomian yang semrawut karena hampir 70% uang ada di ibukota saja, pemberlakuan P ! karena perusahaan yang pailit serta permasalahan pengangguran yang menempati posisi pertama, perlu digarisbawahi bahwasannya perekonomian saat ini yang melahirkan mun"ulnya kaum konsumerisme dimana objeknya adalah perempuan#$ Pekerja perempuan lebih banyak dibutuhkan karena pertimbangan pekerja perempuan dibayar lebih murah daripada pekerja laki-laki, dan perempuan lebih teliti dalam managemen kerja di dunia kerja yang telah tergantikan oleh tenaga mesin, namun juga telah mendiskriminasikan perempuan karena pekerja perempuan tidak mendapatkan hak-hak yang se"ara lahiriah harus dipenuhi seperti hak "uti hamil, haid dan gaji yang tidak sesuai dengan pekerjaan# 2 Dua, aspek keamanan; Indonesia yang belakangan ini seringkali dihantui oleh para terorisme, pemboman dimana-mana, kerusuhan hampir setiap bulan, dan militerisme yang seringkali ditolak keberadaannya serta meningkatnya keresahan masyarakat, terutama kaum perempuan yang tidak lagi nyaman berada di ruang publik, perdagangan
$

Iene %ulyati, Perempuan dan Budaya Konsumerisme, %akalah &alam Peringatan 'edunia, !( )*I P+ %I, ,akarta, - %aret 200.# Ibid,

ari Perempuan

manusia semakin marak dengan korban adalah perempuan dan anak-anak# Ketiga, aspek sosial-budaya; budaya patriarki masih sangat tertanam dalam kehidupan umat manusia tidak saja di negeri Indonesia tetapi di belahan dunia, dengan legitimasi Islam sebagai agama yang mendukung berakarnya budaya patriarki tersebut#/ Keempat, aspek politik; masih sedikitnya perempuan yang berkesempatan duduk di tataran kebijakan 0pengambil kebijakan1 yang sangat sarat dengan gender dan dunia politik sepertinya hanyalah dunia laki-laki saja# *erbukti dengan ketidak berhasilan dan a22irmati3e )"tion /0% keterwakilan perempuan di parlemen yang belum ter"apai, diketahui hanya kurang dan 4,4% perempuan mampu duduk di parlemen, dan $00 kepala desa hanya 2 orang perempuan, dan dan $00 akim hanya 24 hakim perempuan serta dan $00 jaksa hanya /5 jaksa perempuan#. !eilma, aspek pendidikan; perempuan masih banyak menderita buta huru2, dan $00 penduduk / di antaranya adalah perempuan# - *idak adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi karena orangtua biasanya lebih memilih anak laki-laki untuk melanjutkan jenjang pendidikannya setinggi mungkin ketimbang perempuan yang nantinya ke dapur juga#6 Keenam, aspek hukum; keadilan atas hukum yang berlaku menjadi pesimistik bagi masyarakat dalam menjalankan supremasinya, serta ketidakper"ayaan terhadap para penegak hukum maupun terhadap setiap aturan hukum atas undang-undang yang berlaku tidak sensiti2 gender dan lebih menyudutkan perempuan, hukum telah tidak berpihak terhadap perempuan# &ari keenam aspek tersebut dapat terlihat, bahwa selama ini telah terjadi kesenjangan dan hakekat kehidupan umat manusia antara perempuan dan laki laki, antara
/

%arwah &aud Ibrahim, Teknologi Emansifasi dan Transedensi, Wacana Peradaban Dengan visi Islam, +andung, %i6an, $55.# %elani, Kedudukan Perempuan dalam Persfektip Hukum di Indonesia, %akalah yang disampaikan di 7orkom 8ender jabar, 2002# Ibid !ementerian PP 9#I# !ender, +ookklet

orang tua dan anak, antara kerabat dengan kerabat lain dalam satu keluarga, antara seorang yang rentan dan yang mempunyai kekuasaan# Perempuan berasal dari bahasa sansekerta per-empu-an yang berarti mahluk yang mempunyai kemampuan atau mahluk berkemampuan, berbeda se"ara terminologi denagn arti wanita dalam bahasa sansakerta wani di toto yang artinya selalu manut dan turut# Perempuan selalu menjadi objek dan setiap permasalahan baik itu kejahatan, perkosaan, pen"urian dan sebagainya# %aka jelas perempuan telah mendapatkan diskriminasi# :&ikriminasi terhadap perempuan berarti setiap pembedaan, pengu"ilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan mengurangi atau menghapus pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dan status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan;# )pabila diperhatikan bunyi Pasal $ <ndang-undang 9I =o#7 tahun $54., tentang !on3ensi Penghapusan 'egala +entuk &iskriminasi terhadap Perempuan# T"e #onvention on T"e Elimination of $ll %orm of Diskrimination $gainst Women &#ED$W' pada kongres perempuan dunia# &unia telah mengakui bahwa ada permasalahan menimpa kaum perempuan yang selama ini diagungkan namun juga didiskriminasikan# &engan demikian kekerasan terhadap perempuan merupakan an"aman terus menerus bagi perempuan duniapun didunia anggapan bahwa kededukan perempuan lebih rendah dari laki-laki membuat masalah kekerasan merupakan hal yang menakutkan bagi

perempuan# !etentraman perempuan dan tidakan kekerasan merupakan sudah satu 2eor o2 >riminal 0ketakutan terhadap kejahatan1# )kibat dari tindakan kekerasan, trauma yang dialami oleh perempuan semakin lama, apakah kalauu trauma kekerasan itu bersal dari orang-orang yang mempunyai hubungan khusus dengan dirinya, misalnya keluarga, teman, atasan, atau pa"ar bahkan kekerasan itu akan semakin terjadi apabila berada pada daerah kon2lik# !ondisi kekerasan terhadap perempuan sudah merupakan 2enomena uni3ersal, dari seorang negara yang diteliti selalu ditemukan kekerasan dalam keluarga 02amily 3iolent1, dan dalam prilaku tersebut yang paling sering terjadi adalah tindakan kekerasan terhadap perempuan# 71 !ekerasan *erhadap Perempuan 0!*P1 adalah salah satu bentuk diskriminasi yang terjadi pada perempuan# !ekerasan tidak hanya terjadi pada perempuan, tetapi juga anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadi korban kekerasan# !ekerasan adalah :# # #t"e t"ret, attempt, or use of p"ysical force by one or more persons t"at result in p"ysical or non p"ysical "arm to one or more ot"er person( ) !ekerasan ini merupakan wujud perbuatan yang lebih bersi2at 2isik yang mengakibatkan luka, "a"at, sakit, atau penderitaan pada orang lain# !ekerasan &alam 9umah *angga 0!&9*1 adalah tindakan yang mengakibatkan pada kesengsaraan dan penderitaan-penderitaan perempuan se"ara psikologis, 2isik dan seksual, termasuk an"aman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan se"ara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum maupun dalam lingkungan
7

,ane 9obert >ha2man, ?iolen"e )gaint @aulen as a ?iolation o2 uman 9ight dalam 'o"ial ,usti"e, ?ol# $7, hal# $ 'ummer $550 4 )roma Almina %artha, Perempuan Kekerasan dan Hukum, Bogyakarta, <II Press, 200/, hal# 2$#

kehidupan pribadi#5 +entuk pemerkosaan atas nama ikatan perkawinan atau pada posisi seorang pelaku yang memaksa dengan kekerasan atau an"aman kekerasan terhadap korban untuk melakukan hubungan seksual dimana pada saat itu korban tidak menghendakinya adalah salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga#

BAB II

)driana ?enna, *ema"ami Kekerasan ter"adap Perempuan, ,akarta, B,P, 200/#

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga 'e"ara Atimologi :kekerasan diartikan dengan perihal yang bersi2at, ber"iri keras,

perbuatan seseorang yang menyebabkan "edera atau matinya orang atau menyebabkan kerusakan 2isik atau barang orang lain, atau ada paksaan#$0 %enurut %ansur 7aCih, kata :kekerasan; yang digunakan sebagai padanan dan kata +violence( dalam bahasa Inggris, diartikan sebagai suatu serangan atau in3asi &assault' terhadap 2isik maupun integritas mental psikologis seseorang, inilah yang membedakan dengan yang dipahami dalam bahasa Indonesia, dimana kekerasan hanya menyangkut serangan 2isik belaka# Pandangan %ansur 7aCih itu menunjukan pengertian kekerasan pada objek 2isik maupun Psikologis#$$ !ekerasan &alam 9umah *angga 0!&9*1 adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan se"ara 2isik, seksual atau psikologis, termasuk an"aman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan se"ara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi# 0)yat $ &eklarasi Penghapusan !ekerasan terhadap Perempuan1# %erujuk pada konsep-konsep kekerasan yang diterjemahkan oleh para ahli tersebut, kekerasan dalam sebuah konsep +violence againt ,omen( dalam >on3ention )gaint @omen dide2inisikan sebagai berikutD
$0
$$

Ibid Ibid

+any act gender-based violence t"at result, in or likely to result in, p"ysical, se.ual or psyc"ological "arm or suffering to ,omen, including t"rets of suc" act, coercion or arbitrary deprivation of liberty, ,"et"er occurring in public or private life +&Istila" kekerasan ter"adap perempuan berarti segala bentuk kekerasan yang berdasar gender yang akibatnya berupa dan dapat berupa kerusakan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis pada perempuan, termasuk ancaman dan perbuatan semacam itu, baik yang ter/adi di tempat umum atau di dalam ke"idupan pribadi seseorang' 01 %artin 9# askell dan Eewis Babslonswky sebagaimana dikutip oleh %ulyana @# !usumah membagi kekerasan dalam empat kategori yang men"akup hampir semua polapola kekerasan, yaituD a# !ekerasan legal# !ekerasan ini dapat berupa kekerasan yang didukung oleh hukum, misalnya kekerasan yang dibenarkan se"ara legal seperti tentara yang melakukan tugas dalam peperangan# b# !ekerasan yang se"ara sosial memperoleh sanksi# 'uatu 2aktor penting dalam menganalisa kekerasan adalah tingkat dukungan sanksi sosial terhadapnya, misal tindakan kekerasan oleh masyarakat atas pen6ina akan memperoleh dukungan sosial# "# !ekerasan rasional# +eberapa tindakan kekerasan yang tidak legal akan tetapi tak ada sanksi sosialnya adalah kejahatan yang dipandang rasional dalam konteks kejahatan, misalnya pembunuhan dalam kerangka suatu kejahatan terorganisasi#

$2

2oc #it hal# 5#

d# !ekerasan yang tidak berperasaan, +Irrational 3iolence(, yang terjadi tanpa adanya pro3okasi terlebih dahulu, tanpa memperlihatkan moti3asi tertentu dan pada umumnya korban tidak dikenal oleh pelakunya# &apat digolongkan ke dalamnya adalah apa yang dinamakan +4a, 3iolence( yang merupakan ekspresi langsung dari gangguan psikis seseorang dalam saat tertentu kehidupan$/# +erkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan, sebagaimana yang dipahami dan hasil kon2erensi perempuan sedunia I? di +eijing $55-, istilah kekerasan terhadap perempuan 0violence againt ,omen1 diartikan sebagai kekerasan yang dilakukan berdasarkan 8ender 0gender-Based- 3iolence1# %enurut arkristuti arkrisnowo

kekerasan terhadap perempuan adalah setia, kekerasan yang diarahkan kepada perempuan hanya karena mereka perempuan#$. Pengertian yang diberikan oleh arkristuti

arksrisnowo, melihat apa yang terjadi pada perempuan karena identitas kelaminnya# (leh karena itu, kekerasan terhadap perempuan dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk kekerasan yang meliputiD $1 !ekerasan 2isik 0p"ysical abuse1 seperti tamparan, menendang, pukulan, menjambak, meludah, menusuk, mendorong, memukul dengan senjata# 21 !ekerasan psikisFemosional 0emotional abuse1 seperti rasa "emburu atau rasa memiliki yang berlebihan, merusak barang-barang milik pribadi, mengan"am untuk bunuh diri, melakukan pengawasan dan manipulasi, mengisolasi dari kawan-kawan dan keluarganya, di"a"i maki, mengan"am kehidupan pasangannya atau melukai orang yang dianggap dekat atau menganiaya binatang peliharaannya, menanamkan
$/

%ulyana @# !usumah, $nalisis Kriminologi tentang Ke/a"atan-ke/a"atan Kekerasan, ,akarta, 8halia Indonesia, $542, hal 2--26# $. )roma Almina %artha, Perempuan,Kekerasan dan Hukum,Bogyakarta, <II Press, 200/# hal#

perasaan takut melalui intimidasi, ingkar janji, merusak hubungan orang tua-anak atau saudara dan sebagainya# /1 !ekerasan ekonomi &economic abuse' seperti membuat tergantung se"ara ekonomi, melakukan kontrol terhadap penghasilan, pembelanjaan# .1 !ekerasan 'eksual &se.ual abuse' seperti memaksa hubungan seks, mendesak hubungan seks setelah melakukan penganiayaan, menganiaya saat berhubungan seks, memaksa menjadi pela"ur, menggunakan binatang untuk hubungan seks dan sebagainya# B. Fakt r!"akt r Pen#e$a$ Kekerasan Dalam Rumah Tangga <ngkapan seorang &irektur Eudwigh +oltsman Institute o2 Politi"s di )ustria >heryl +ernard :kekerasan terhadap perempuan dalam keluarga terjadi karena para pelakunya merasa dan lingkungan mereka mendorong mereka untuk merasa demikian# +ahwa kekerasan merupakan praktek yang bisa diterima dan hak laki-laki, suatu "ara yang sah dan tepat untuk melepaskan ketegangan mereka dalam kondisi stress, untuk menangani perilaku perempuan atau sekedar menikmati perasaan keunggulan;#$'e"ara sosial budaya ada beberapa 2aktor yang menjadi penyebab timbulnya kekerasan seksual dalam rumah tangga, antara lainD $# +udaya patriarki yang mendukung laki-laki sebagai makhluk superior dan perempuan sebagai makhluk in2erior#

$-

'uryakusuma Bulia#, Kekerasan Ter"adap Perempuan dan Hak $sasi *anusia , %akalah disampaikan pada Eokakarya Penghapusan !ekerasan terhadap Perempaun <paya Penanggulangannya, &ilaksanakan oleh 7orum !omunikasi (rganisasi %asyarakat E'% untuk Perempuan, ,akarta, $55-#

2# Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menempatkan laki-laki boleh menguasai perempuan# /# Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayahnya yang suka melakukan kekerasan terhadap ibunya baik itu kekerasan 2isik, psikis maupun seksual menjadi 2aktor turunan dimana anak laki-laki sejak ke"il terbiasa melihat dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga# .# !ondisi kehidupan suami atau keluarga yang hidup dalam kemiskinan# -# 'uami pemabuk, 2rustasi atau mempunyai kelainan jiwa$6# )da tiga 2aktor utama yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual dalam rumah tangga khususnya dan kekerasan dalam rumah tangga umumnyaD $# +udaya patriarkis yang mendudukkan laki-laki sebagai makhluk yang dianggap superior dan perempuan sebagai makhluk in2erior# 2# Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga mengganggap bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan# /# Peniruan anak terutama anak laki-laki yang hidup bersama orang tuanya yang gemar menggunakan bahasa kekerasan$7# &ari hasil penelitian seorang sarjana hukum dalam sebuah tesisnya mengenai kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga# 7aktor terjadinya tindak kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga khususnya oleh suami terhadap isteri adalahD $1 )danya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan isteri
$6 $7

!ementerian PP 9I, Kekerasan Ter"adap Perempuan -KD4T, ,akarta, 2002# )driana ?enny, *ema"ami Kekerasan Ter"adap Perempuan, ,akarta, BiP, 200/, hal# 4#

21 !ebergantungan ekonomi keluarga kepada suami# /1 !ekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan kon2lik .1 )danya persaingan antara suami dan isteri -1 7rustasi 61 !esempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum#$4 7aktor lain yang melatarbelakangi kekerasan seksual dalam rumah tangga karena, Pertama, masyarakat kita masih belum menganggap bahwa persoalan kekerasan dalam rumah tangga sebagai persoalan sosial padahal G# +$marriage is really a public agreement T"is is ,"y people invite t"eir friend and relative to "elp celebrate t"e ,edding T"is is ,"y people ,"o are cannot get a divorce ,it"out getting t"e permission of t"e court 05 Kedua, pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama# Ketiga, anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang pemukul, biasanya dapat menjadi 2aktor pemi"u timbulnya kekerasan, karena ada ke"enderungan anak laki-laki meniru perilaku ayahnya# $# +arang siapa bersetubuh dengan perempuan yang dinikahinya, padahal diketahui atau patut disangkanya bahwa perempuan itu belum pantas dikawini, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun# &an alat bukti yang sah tersebut adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa sebagaimana terdapat dalam !< )P pasal $4.# %. UU Pengha&usan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

$4

$5

Ibid <=I>A7, :Hak Perempuan-Kekerasan Ter"adap Perempuan; <=I>A7, $554, hal# -#

<ndang-undang Penghapusan !ekerasan &alam 9umah *angga yang disahkan pada sidang &P9 tahun 200.-200- pada tanggal $. 'eptember 200. ini merupakan hasil pembahasan panjang antara +adan Eegislati2-&P9 dan %enteri Pemberdayaan Perempuan sebagai leading sektor yang ditunjuk dan pihak pemerintah# )wal perumusannya di 2asilitasi !omisi nasional )nti kekerasan terhadap perempuan dan 7orum parlemen Indonesia untuk kependudukan dan pembangunan P!*P 0,aringan ad3okasi kebijakan Penghapusan !ekerasan *erhadap Perempuan1 sejak tahun $557200/ yang lalu yang terbagi kedalam tiga tahap pembahasan dan tahun $557-$554, $5552000, dan 200$-200/# << Penghapusan !ekerasan &alam 9umah *angga terdiri dan $0 bab dan -6 pasal yang meliputi D $# +ab I 2# +ab II /# +ab III .# +ab I? -# +ab ? 6# +ab ?I 7# +ab ?II 4# +ab ?III 5# +ab II $0# +ab I D !etentuan <mum D )sas dan *ujuan D Earangan !&9* D ak-hak !orban D !ewajiban Pemerintah dan %asyarakat D Perlindungan D Pemulihan !orban D !etentuan Pidana D !etentuan Eain-lain D !etentuan Penutup H Pasal $-2 H Pasal /-. H Pasal --5 H Pasal $0 H Pasal $$-$H Pasal $6-/4 H Pasal /5-./ H Pasal ..--/ H Pasal -.--H Pasal -6

)dapun pasal-pasal yang berkaitan dengan kekerasan seksual dalam rumah tangga adalahD

Pasal $ << Penghapusan !&9* $# !ekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbul kesengsaraan atau penderitaan se"ara 2isik, seksual, psikologis, danFatau penelantaran rumah tangga termasuk an"aman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan se"ara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga# 2# !orban adalah orang yang mengalami kekerasan dan atau an"aman kekerasan dalam rumah tangga# Pasal 2 << Penghapusan !&9* 0l1# Eingkup rumah tangga dalam <ndang-undang ini meliputiD a# 'uami, isteri dan anak; b# orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksudkan pada huru2 a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga; danFatau "# (rang-orang yang bekerja membantu rumah tangga orang dan menetap dalam rumah tangga tersebut# 021# (rang yang bekerja sebagaimana dimaksud huru2 " dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan# Pasal - << Penghapusan !&9*

'etiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan "araD a# !ekerasan 2isik; b# !ekerasan psikis; "# !ekerasan seksual; atau d# penelantaran rumah tangga# Pasal 4 << Penghapusan !&9* !ekerasan seksual sebagaimana dimaksudkan dalam pasal - huru2 " meliputiD a# pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; b# pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil danFatau tujuan tertentu# )spek perlindungan terhadap !orban !&9* adalah seperti yang terdapat pada Pasal $6 sampai dengan Pasal /4# )da kewajiban yang di tujukan kepada setiap orang yang mendengar, melihat atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, dengan melakukan upaya-upaya yang sesuai dengan batas kemampuan sepertiD a# %en"egah berlangsungnya tindak pidana# b# %emberikan perlindungan terhadap korban "# %emberikan pertolongan darurat d# %embantu proses pengajuan permohonan perlindungan# !etentuan pidana yang dibuat dalam << ini adalah pada pasal-pasalD Pasal .6 << Penghapusan !&9*

'etiap orang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksudkan path pasal 4 huru2 a dipidana dengan pidana penjara paling lama $2 0dua betas1 tahun atau denda paling banyak 9p# /6#000#000,00 0tiga puluh enam juta rupiah1 Pasal .7 << Penghapusan !&9* 'etiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksudkan pada pasal 4 huru2 b dipidana dengan pidana penjara paling singkat . 0empat1 tahun dan pidana penjara paling lama $- 0lima belas1 tahun atau denda paling sedikit 9p# $2#000#000,00 0dua belas juta rupiah1 dan denda paling banyak 9p# /00#000#000,00 0tiga ratus juta rupiah1# Pasal .4 << Penghapusan !&9* &alam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada pasal .6 dan pasal .7, mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama . 0empat1 minggu terus menerus atau $ 0satu1 tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan atau mengakibatkan tidak ber2ungsinya alat reproduksi, dipidana penjara paling singkat - 0lima1 tahun dan pidana penjara paling lama 20 0duapuluh1 tahun dan denda paling sedikit 9p# 2-#000#000,00 0dua pulu limajuta rupiah1 dan denda denda banyak 9p# -00#000#000,00 0lima ratus juta rupiah1# Pasal -0 << Penghapusan !&9*

'elain pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupaD a# pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dan korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dai, pelaku; b# penetapan pelaku mengikuti program konseling dibawah pengawasan lembaga tertentu# Pasal -/ << Penghapusan !&9* *indak pidana kekerasan sekual sebagaimana dimaksud dalam pasal .6 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan# *erhadap << !&9* ini dapat disampaikan kriteria sebagai berikut D $# 7ormulasi perumusan perbuatan yang dilarang 0Pasal $ << !&9*1 tidak memiliki G suatu perundang-undangan pidana yang mengharapkan perumusan

se"ara jelas 0leJ esita1 bunyi kalimatG##penelantaran rumah tangga, mempunyai perumusan yang sangat luas dan multi ta2sir# 2# !ekerasan seksual, terhadap orang lain walaupun berada pada lingkup rumah tangga bersinggungan dengan rumusan yang terdapat dalam G#dengan Pasal 24- dan Pasal-pasal liannya tentang perbuatan "abul terhadap orang lain# /# Perumusan sanksi yang bersi2at kumulati2 akan menyebabkan undangundang ini tidak dapat ditegakan 0gooundless1 apabila pelanggar orang yang tidak mampu#

Perumusan bahwa dalam kekerasan yang terjadi dilingkungan sebuah rumah tangga merupakan delik aduan masih bisa terjadi kerawanan yaitu siapa saja yang berhak menjadi, apakah hanya korban seorang, atau bisa juga orang lain#

+)+ III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM HUKUM P'SITIF DI IND'NESIA

A.

Fungs( Hukum P()ana Dalam Mas#arakat !aedah hukum pidana adalah suatu bentuk perintah, yang bernilai tentang

kelakuan yang telah ditentukan dan yang diharapkan dilakukan oleh orang lain#20 !aedah hukum tidak hanya memainkan peran dalam hubungan antara pemberi perintah 0pembentuk <<1 dan penerima perintah &/ustisiable', melainkan mempunyai jangkauan yang lebih luas, dan asas hukum ber2ungsi di dalam maupun di belakang sistem hukum positi2# !aedah hukum yang ditujukan kepada para warga, sebagai pedoman untuk kelakuanya dikemudian hari#2$ 'i2at kaedah hukum terdiri adalah D22 $# !aedah-kaedah hukum yang bersi2at imperati2 !aedah hukum yang bersi2at imperati2 adalah kaedah hukum yang berisikan suruhan dan larangan dimana se"ara apriori harus ditaatiFmemaksa &d,ingedrec"t' atau sering pula disebut sebagai kaedah yang normati2#
20
2$

9#'oema &ipraja, $sas-asa Hukum Pidana, +andung, )lumni, $542# hal# 6#


Ibid, hal# 2-# Purnadi Purba"araka dan 'oejono 'oekanto, Peri"al Kaeda" Hukum, +andung, P*# >itra )ditya +akti, $55/# hal# /6-/4#

22

2# !eadah-kaedah hukum yang bersi2at 2akultati2 !aedah hukum ini adalah kaedah hukum yang berisikan kebolehan yang hanya memikat para pihakFindi3iduil karena dalam keadaan konkrit dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh para pihak# Istilah lain terhadap kaedah hukum 2akultati2 adalah hukum mengatur atau hukum menambah &regelend-rec"t' Peraturan hukum dapat e2ekti2 apabila memenuhi / unsur !aedah hukum, yaituD $# !aedah hukum berlaku se"ara yuridis artinya, menunjukan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnya# 2# !aedah hukum berlaku se"ara sosiologis artinya, dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh masyarakat 0teori kekuasaan1 atau kaedah tadi berlaku karena diterima dan diakui oleh masyarakat 0teori pedoman1# /# !aedah tersebut berlaku se"ara 2iloso2is artinya, sesuai dengan "ita-"ita hukum sebagai nilai positi2 yang tertinggi#2/ ukum pidana pada dasarnya berisi norma hukum tentang larangan dan keharusan, disertasi dengan an"aman pidana barang siapa melanggar larangan tersebut dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, delik dan peristiwa pidna dan terhadap pelanggaran bisa dibenarkan sanksi pidana berupa pidana yang disediakan oleh undangundang 2. 1 &engan adanya an"aman sanksi itu lah kemudian hukum pidana dikatakan sebagai hukum sanksi yang sekaligus membelakangan dengan hidup hukum lainnya

2/

Eili 9asjidi dan +# )rie2 'idharta, %ilsafat Hukum *a6"ab dan 4efleksinya, +andung, 9emadja !arya, $545, hal 72# 2. Eihat Pasal $0 !< P#

seperti hukum perdata, hukum tata negara, dan hukum administrasi# !eberadaan sanksi ini disamping untuk mendorong mentatinya, juga sebagai akibar hukum bagi orang yang telah melanggar hukum 2-1 B. Ke$(*akan Hukum P()ana Dalam Penanggulangan KDRT <paya penanggulangan tindak pidana kekerasan seksual dalam rumah tangga adalah upaya menanggulangi bentuk kejahatan domestik yang banyak membahas masalah reaksi masyarakat, mulai dan reaksi yang bersi2at punitip yang diakui oleh negara-negara modem sebagai bentuk hukuman &punis"ment' dan reaksi yang bersi2at perlakuan &treatment'# dua justi2ikasiD $# )kibat yang diberikan atas kewenangan kelompok terhadap tindakan anggota kelompok# 2# ukuman merupakan suatu bentuk penderitaan yang mendapat pengakuan sesuai nilai yang dimilik# !ekerasan seksual dalam rumah tangga saat ini membuahkan banyak dampak yang tidak hanya buruk bagi perkembangan institusi keluarga tetapi juga berdampak sangat buruk bagi nilai-nilai moralitas bangsa yang di"erminkan oleh indi3iduindi3idunya# !ata kejahatan terkesan dibesar-besarkan, ini hal wajar dimana masalah rumah tangga sebagai urusan pribadi harus keluar menjadi urusan publik adalah sesuatu yang tabu bagi sebagian masyarakat kita yang mulai membuka diri# Pembagian hukum publik dan hukum pri3at dalam aturan hukum kita menjadi bias ketika membi"arakan kekerasan dalam rumah tangga 0kekerasan 2isik, psikis, seksual dan ekonomi1# )dapun
2-

ukuman sebagai alat pengadilan publikFnegara yang mempunyai

Ay !onter dan 'iantori, $sas-$sas Hukum Pidana Indonesia dan Pembangunan, )lumni +andung, $542, hal /0

dampak buruk dan kekerasan dalam rumah tangga ini adalah dampak terhadap kesehatan khususnya pada korban seorang perempuan me"akupD $# 8angguan kesakitan 2isik, termasuk lukaF"edera, gangguan 2ungsional, keluhan 2isik, "a"at permanen; 2# 8angguan kesehatan mental 0jiwa1, termasuk ke"emasan, rasa rendah diri, 2obia dan depresi; /# 8angguan kesehatan reproduksi, termasuk kehamilan tak dikehendaki, in2eksi saluran reproduksi, penyakit menular seksual 0P%'1 termasuk in2eksi I?F)I&',

aborsi tak aman, keguguranFabortus tak disengaja atau serta badan lahir rendah, komplikasi kehamilan, gangguan organ reproduksi dan gangguan seksualitas#26 %elihat dari dampak yang begitu sensiti2 terhadap akibat kekerasan seksual dalam rumah tangga maka peranan metode hukuman sebagai bentuk reaksi masyarakat yang bersi2at punitip mendapat banyak dukungan# =amun dalam

perkembangannya banyak masyarakat menolak metode hukuman sebagai satusatunya metode reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan# &alam pen"egahannya, ada tiga kegiatan yang harus dilakukan yaituD $# !egiatan moralistik untuk menumbuhkan imunitas dibidang keteguhan iman dan mental indi3idu dalam masyarakat yang dilakukan oleh para ulama, pendidik dan juru penerang dengan melalui berbagai sarana komunikasi sosial, tentunya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan agamanya#

26

Ee2leat, 7.% dari !asus !ekerasan *erhadap Perempuan dilakukan oKeh 'uami atau %antan uami, %itra Perempuan#

2# !egiatan penelitian-penelitian ilmiah untuk menggali 2aktor-2aktor yang berhubungan dengan 2aktor-2aktor yang dapat menimbulkan kejahatan kejahatan dalam masyarakat 0etilogi "riminal dalam rangka abolisionistik1# /# *indakan unsur-unsur penegak hukum dalam rangka law An2or"ement, melalui pembinaan aparatur penegak hukum, pembinaan hukum dan koordinasi aparat serta partisipasi masyarakatnya#27 !ebijakan hukum pidana tentang !&9* merupakan masalah sentral dan bagaimana penanggulangannyaL 'ehubungan dengan itu +arda =awawie menjelaskan bahwa kebijakan hukum pidana adalah suatu ilmu sekaligus semi yang pada ahirnya mempunyai tujuan praktis untuk menerapkan peraturan hukum positi2 dirumuskan se"ara baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-undang tetapi juga kepada pengadilan yang merupakan undang-undang dan juga kepada para penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan# <paya penanggulangan kejahatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dengan upaya perlindungan masyarakat# (leh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan akhir dari politik kesejahteraan#24 +erbagai upaya dapat dilakukan dengan menggunakan strategi, apakah perubahan dalam substansi hukum 0Peraturan peundang-undangan1, atau perbaikan prilaku administrator hukum melalui kampanje dan pendidikan hukum tetapi yang lebih penting adalah pemahaman terhadap budaya dan kesetaraan gender, nilai-nilai keadilan dan hak asasi#
27

kriminal adalah perlindungan masyarakat untuk men"apai

24

'oejono &, 7osio Kriminologi, )lumni, +andung, $576, hal# $-4-$6$# Ibid,hal# $$/

'trategi lain yang dapat ditempuh adalah dengan meningkat kesalahan para penegak hukum agar bertindak "epat dalam mengatasinya dengan spirit global

perbaikan sistem pengadilan pidana dan pembaharuan hukum yang konduti2 terhadap terjadinya kekerasan dalam rumah tangga# &alam masalah kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga, hakin harus bertindak se"ara konprehensi2 mengingat dimensi ?iktimologi sangat besar orang karena itu kebijakan hukum pidana dalam << !&9* harus mendapat perubahan# %enurut %uladi, menanggulangi kejahatan dapat dilakukan melalui sarana non penal, yaitu usaha penanggulangan tidak menggunakan 0hukum1 pidana# 'arana non penal ini misalnya, penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggungjawab sosial warga masyarakat# Penggarapan kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama dan sebagainya#25 <saha non penal ini dilakukan se"ara luas pada setiap sektor kebijakan sosial# *ujuan utamanya se"ara tidak langsung selain memperbaiki kondisi tertentu juga mempunyai pengaruh pre3enti2 tertentu terhadap kejahatan# Penanggulangan ini merupakan reaksi sosial 2ormal terhadap kejahatan# )da pula reaksi sosial 2ormal yang penekanannya pada akti3itas penegak hukum 0polisi1 dan dinas sosial, %asalah pemidanaan dengan paradigma yang baru, dimana pendekatannya tidak lagi deterrentFpenjeraan tetapi juga pre3enti2 dan re3enti2, semangat ini sudah masuk ke dalam << Penghapusan !ekerasan &alam 9umah *angga# ukum yang diatur

merupakan alternati2 dan pendekatan-pendekatan yang tidak integritas sosial saja namun seharusnya tujuan hukum adalah merubah masyarakat, tidak hanya diarahkan kepada
25

Ibid,hal# $$/

pelaku 0pelaku bagian dari masyarakat1, tetapi hukum diterapkan untuk men"apai keadilan, dan mengembalikan pelaku pada kesadaran bahwa yang dilakukan adalah kejahatan# %odelnya dapat berupa rehabilitasi, kerja sosial, pelaku dilibatkan dalam kerja kerja E'%, sehingga mereka tahu apa yang diperjuangkan, lebih sensiti2 gender dan men"iptakan hukum yang tidak semata-mata hukuman badan tapi bagaimana mereka dikembalikan kepada masyarakat untuk menjadi agen sosial dalam rangka memperbaiki masyarakatnya# *ekanan pada ganti rugi terhadap kerugian yang didapat korban terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan menjadi tanggung jawab pelaku, saat pelaku tidak bisa memenuhi, maka negara yang bertanggungjawab untuk men"iptakan masyarakat tanpa kekerasan# <paya Penanggulangan tindak pidana !'&9* nyatanya masih mendapat kendala yang berantai, baik dan aspek penegakan hukum, aturan hukum serta pemahaman masyarakat atas bentuk kesadaran terhadap kekerasan seksual dalam rumah tangga# +entuk sosialisasi kepada masyarakat dari penegak hukum harus dilakukan se"ara e2ekti2 terhadap paradigma baru yang lahir dan << Penghapusan !&9* yang mempunyai tujuan men"egah, melindungi, menindak segala bentuk !&9* terhadap korban dan pelaku serta memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera#

%.

UU Pengha&usan Kekerasan Dalam Rumah Tangga <ndang-undang Penghapusan !ekerasan &alam 9umah *angga yang disahkan

pada sidang &P9 tahun 200.-200- pada tanggal $. 'eptember 200. ini merupakan hasil pembahasan panjang antara +adan Eegislati2-&P9 dan %enteri Pemberdayaan Perempuan sebagai leading sektor yang ditunjuk dan pihak pemerintah# )wal

perumusannya di 2asilitasi !omisi nasional )nti kekerasan terhadap perempuan dan 7orum parlemen Indonesia untuk kependudukan dan pembangunan P!*P 0,aringan ad3okasi kebijakan Penghapusan !ekerasan *erhadap Perempuan1 sejak tahun $557200/ yang lalu yang terbagi kedalam tiga tahap pembahasan dan tahun $557-$554, $5552000, dan 200$-200/# << Penghapusan !ekerasan &alam 9umah *angga terdiri dan $0 bab dan -6 pasal yang meliputi D $# +ab I 2# +ab II /# +ab III .# +ab I? -# +ab ? 6# +ab ?I 7# +ab ?II 4# +ab ?III 5# +ab II $0# +ab I D !etentuan <mum D )sas dan *ujuan D Earangan !&9* D ak-hak !orban D !ewajiban Pemerintah dan %asyarakat D Perlindungan D Pemulihan !orban D !etentuan Pidana D !etentuan Eain-lain D !etentuan Penutup H Pasal $-2 H Pasal /-. H Pasal --5 H Pasal $0 H Pasal $$-$H Pasal $6-/4 H Pasal /5-./ H Pasal ..--/ H Pasal -.--H Pasal -6

)dapun pasal-pasal yang berkaitan dengan kekerasan seksual dalam rumah tangga adalahD Pasal $ << Penghapusan !&9* /# !ekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbul kesengsaraan atau penderitaan se"ara 2isik, seksual, psikologis, danFatau penelantaran rumah tangga termasuk an"aman

untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan se"ara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga# .# !orban adalah orang yang mengalami kekerasan dan atau an"aman kekerasan dalam rumah tangga# Pasal 2 << Penghapusan !&9* 0l1# Eingkup rumah tangga dalam <ndang-undang ini meliputiD d# 'uami, isteri dan anak; e# orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksudkan pada huru2 a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga; danFatau 2# (rang-orang yang bekerja membantu rumah tangga orang dan menetap dalam rumah tangga tersebut# 021# (rang yang bekerja sebagaimana dimaksud huru2 " dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan# Pasal - << Penghapusan !&9* 'etiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan "araD a# !ekerasan 2isik; b# !ekerasan psikis; "# !ekerasan seksual; atau

d# penelantaran rumah tangga# Pasal 4 << Penghapusan !&9* !ekerasan seksual sebagaimana dimaksudkan dalam pasal - huru2 " meliputiD "# pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; d# pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil danFatau tujuan tertentu# )spek perlindungan terhadap !orban !&9* adalah seperti yang terdapat pada Pasal $6 sampai dengan Pasal /4# )da kewajiban yang di tujukan kepada setiap orang yang mendengar, melihat atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, dengan melakukan upaya-upaya yang sesuai dengan batas kemampuan sepertiD a# %en"egah berlangsungnya tindak pidana# b# %emberikan perlindungan terhadap korban "# %emberikan pertolongan darurat d# %embantu proses pengajuan permohonan perlindungan# !etentuan pidana yang dibuat dalam << ini adalah pada pasal-pasalD Pasal .6 << Penghapusan !&9* 'etiap orang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksudkan path pasal 4 huru2 a dipidana dengan pidana penjara paling lama $2 0dua betas1 tahun atau denda paling banyak 9p# /6#000#000,00 0tiga puluh enam juta rupiah1 Pasal .7 << Penghapusan !&9*

'etiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksudkan pada pasal 4 huru2 b dipidana dengan pidana penjara paling singkat . 0empat1 tahun dan pidana penjara paling lama $- 0lima belas1 tahun atau denda paling sedikit 9p# $2#000#000,00 0dua belas juta rupiah1 dan denda paling banyak 9p# /00#000#000,00 0tiga ratus juta rupiah1# Pasal .4 << Penghapusan !&9* &alam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada pasal .6 dan pasal .7, mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama . 0empat1 minggu terus menerus atau $ 0satu1 tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan atau mengakibatkan tidak ber2ungsinya alat reproduksi, dipidana penjara paling singkat - 0lima1 tahun dan pidana penjara paling lama 20 0duapuluh1 tahun dan denda paling sedikit 9p# 2-#000#000,00 0dua pulu limajuta rupiah1 dan denda denda banyak 9p# -00#000#000,00 0lima ratus juta rupiah1# Pasal -0 << Penghapusan !&9* 'elain pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupaD "# pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dan korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dai, pelaku;

d# penetapan pelaku mengikuti program konseling dibawah pengawasan lembaga tertentu# Pasal -/ << Penghapusan !&9* *indak pidana kekerasan sekual sebagaimana dimaksud dalam pasal .6 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan# *erhadap << !&9* ini dapat disampaikan kriteria sebagai berikut D .# 7ormulasi perumusan perbuatan yang dilarang 0Pasal $ << !&9*1 tidak memiliki G suatu perundang-undangan pidana yang mengharapkan perumusan

se"ara jelas 0leJ esita1 bunyi kalimatG##penelantaran rumah tangga, mempunyai perumusan yang sangat luas dan multi ta2sir# -# !ekerasan seksual, terhadap orang lain walaupun berada pada lingkup rumah tangga bersinggungan dengan rumusan yang terdapat dalam G#dengan Pasal 24- dan Pasal-pasal liannya tentang perbuatan "abul terhadap orang lain# 6# Perumusan sanksi yang bersi2at kumulati2 akan menyebabkan undangundang ini tidak dapat ditegakan 0gooundless1 apabila pelanggar orang yang tidak mampu# Perumusan bahwa dalam kekerasan yang terjadi dilingkungan sebuah rumah tangga merupakan delik aduan masih bisa terjadi kerawanan yaitu siapa saja yang berhak menjadi, apakah hanya korban seorang, atau bisa juga orang lain#

D.

KDRT Menurut Perse&ekt(" UU KDRT !ekerasan dalam rumah tangga dapat dilakukan dalam berbagai bentuk di

antaranya adalah pemaksaan untuk berhubungan seksual, perbuatan pen"abulan yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri atau oleh orang yang berada dan tinggal satu atap dalam sebuah rumah tangga, juga eksploitasi seks untuk tujuan komersial# %elihat de2inisi tindak pidana menurut %eoljatno, kekerasan seksual dalam rumah tangga dikatakan sebagai tindak pidana dimana Perbuatan yang dilarang dan dian"am pidana serta terpenuhinya unsur perbuatan pidana baik se"ara 2ormal maupun materil# !ekerasan seksual dalam rumah tangga 0!'&9*1 merupakan sebuah bentuk kejahatan :kekerasan; yang dalam kamus bahasa Indonesia, berarti perbuatan seseorang yang menyebabkan "edera atau matinya seseorangFmenyebabkan kerusakan 2isik atau barang orang lain atau ada paksaan# %enurut Pasal $ ayat $ &eklarasi Penghapusan !ekerasan *erhadap Perempuan, penggolongan kekerasan seksual dalam rumah tangga dapat berupa perkosaan, pemaksaan hubungan seks, pemukulan dan bentuk-bentuk lain yang mendahului, saat atau setelah hubungan seks, pemaksaan berbagai posisi dan kondisi hubungan seksual, pemaksaan akti3itas seksual tertentu, pornogra2i, penghinaan terhadap seksulitas perempuan melalui bahasa 3erbal, ataupun pemaksaan pada isteri untuk menerus hamil, dan kekerasan seksual lebih mungkin terjadi bila istri juga mengalami bentuk-bentuk kekerasan lain#/0 1 'ebuah tindak pidana dikatakan kejahatan apabila ketentuan-ketentuan
/0

!omnas Perempuan, Peta Kekerasan, Pengalaman Perempuan Indonesia, ,akarta, )meepro, 2002, hal#77#

perbuatan tersebut berada di dalam rumusan !< P# +agaimana !< P sebagai hukum positi2 mengatur tindak pidana kekerasan seksual dalam rumah tangga, telahkah terakomodir dalam !< P atau mungkin masyarakat lebih membutuhkan peraturan perundang-undangan yang se"ara eksplisit melindunginya# Pandangan yang menganggap semua masalah kejahatan harus diatur dalam suatu kodi2ikasi hukum seperti !< P atau !< )P adalah pandangan yang sempit dan ketinggalan 6aman serta tidak sesuai dengan tuntutan yang ada# !arena pada era modernisasi dimana pembagian kerja semakin kompleks, kebutuhan akan adanya peraturan-peraturan khusus yang bisa menjangkau permasalahan di lapangan semakin mendesak untuk segera diakomodir# %asalah kekerasan seksual dalam rumah tangga perlu diatur se"ara khusus dalam sebuah <<, mengingat konteks permasalahannya yang juga spesi2ik# Pentingnya keberadaan << Penghapusan !&9* dapat dijelaskan dalam prinsip hukum yang berpegang pada adagium +le. priori( hukum atau aturan yang baru mengalahkan hukum atau aturan yang lama# &an +le. spesialis derogat legi generalis( hukum atau aturan yang bersi2at khusus mengalahkan hukum atau aturan yang bersi2at umum# << Penghapusan !&9* adalah undang-undang yang mengatur permasalahan spesi2ik se"ara khusus, sehingga memuat unsur-unsur leJ spe"ialis# Baitu 0$1# <nsur korekti2 terhadap pelaku !&9* yang mengatur altemati2 sanksi daripada !< P yang hanya mengatur pidana penjara dan denda, yakni berupa kerja sosial dan program inter3ensi yang diberlakukan terhadap pelaku# 021# <nsur pre3enti2 terhadap masyarakat# !eberadaannya ditujukan untuk men"egah tindak kekerasan dalam rumah tangga yang selama ini tidak mudah untuk diinter3ensi# 0/1# <nsur protekti2 terhadap korban !&9*

memuat pasal-pasal yang memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan melalui 2asilitas yang diberikan pemerintah dalam hubungan kerjasama beberapa elemen seperti &epartemen !esehatan, 9umah 'akit dan pihak !epolisian untuk mendapatkan pelayanan psikologis, pendampingan serta hukum# &isahkannya << Penghapusan !&9I sesuai amanat presiden =oD

9$.FP<F?IF200. tanggal /0 ,uni 200. untuk dibahas dalam sidang tahun 200.- 200setelah sebelumnya sekitar -00 orang dengan memakai payung melakukan aksi demonstasi menuntut disahkannya 9<< )nti kekerasan dalam 9umah *angga << Penghapusan !&9* ini berlandasan Idiil pan"asila sebagai "ermin budaya bangsa, konstitusional pada pasal 24 <<&M.- )mandemen serta landasan operasionalnya# Pengamatan penulis hasil kon2ensi seharusnya juga dijadikan landasan hukum karena se"ara adati2 diakui oleh dunia internasional terhadap kekerasan seksual dalam rumah tangga serta landasan yang mendukung adanya penghapusan kekerasan dalam rumah tangga# Eandasan hukum tersebut antara lainD $# <<&M.- pasal 20,2$,24 dan 25 2# << =o#$ F $5.6 !< P dan perubahannya# /# <<=o#$F$54I !< )P .# << =o#$F$5.7 tentang Penghapusan 'egala +entuk &iskriminasi terhadap Perempuan -# << =o#7F$54. rati2ikasi >A&)@ 6# << =o#/5F$555 tentang ak )sasi %anusia !ejahatan dewasa ini adalah hubungan antara pelaku kejahatan dan korbannya, ruang lingkup rumah tangga dalam kekerasan seksual dalam rumah tangga menjadi

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Pro2# &r# ,#'#+adudu# dan Pro2# 'utan %uhammad Nain# 9umah tangga adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah, dan keluarga itu sendiri berarti anggota 2amili yang terdiri dan suami isteri atau mantan atau orang tua-anak atau termasuk supir, pembantu rumah tangga yang tinggal bersama# &e2inisi ini sebagaimana ter"antum pada pasal 2 << Penghapusan !&9*# 0$1# Eingkup rumah tangga dalam <ndang-undang ini meliputiD a# 'uami,isteri dan anak;

b# orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksudkan pada huru2 a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga, danFatau "# (rang-orang yang bekerja membantu rumah tangga orang dan menetap dalam rumah tangga tersebut# 021# (rang yang bekerja sebagaimana dimaksud huru2 " dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan# << Penghapusan !&9* menambahkan asas-asas hukum pidana baru yang selama ini tidak termuat dalam !< P# )sas-asas hukum pidana yang terdapat dalam << Penghapusan !&9* yaitu asas penghormatan )%, keadilan dan kesetaraan gender,

nondiskriminasi dan perlindungan korban sebagaimana terdapat dalam pasal / << Penghapusan !&9*# %enurut 'ri 9edjeki %enteri Pemberdayanan Perempuan 9#I, << Penghapusan !&9* memuat asas-asas baru yang mengatur pembuktian terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga, siapa yang berhak mengajukan permohonan perlindungan dan pengadilan dan ketentuan tentang saksi# !orban kekerasan seksual dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan karena identitas kelaminnya, masalah perempuan merupakan masalah global yang tetak mendapat perhatian dunia dengan adanya kon2ensi ke-- +eijing yang melahirkan $2 point tuntutan terhadap perempuan termasuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan yang dituangkan dalam &eklarasi Penghapusan !*P 0!ekerasan *erhadap Perempuan1 yang telah dirati2ikasi oleh bangsa Indonesia# maka dalam merumuskan pende2inisian !&9* pada pasal $ angka $ memuat substansi terhadap seseorang terutama perempuan# Pasal I << Penghapusan !&9* $# !ekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan se"ara 2isik, seksual, psikologis, danFatau penelantaran rumah tangga termasuk an"aman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan se"ara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga# )pabila di dalam konsep !< P ada istilah :tanpa persetujuan; maka dalam << Penghapusan !&9* kekerasan seksual diimplementasikan pada perbuatan :pemaksaan hubungan seksual; yang tidak hanya dilakukan terhadap pemaksaan huhungan seksual dalam bentuk 2isik 0dengan melakukan tindakanF3erbal1 saja namun juga bentuk pemaksaan psikis 0dibawah tekanan1#

Pasal - << Penghapusan !&9* :'etiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan "araD a#!ekerasan 2isik; b# !ekerasan psikis; "#!ekerasan seksual; atau d# penelantaran rumah tangga# !ekerasan seksual dalam konsep kriminologi memuat unsur +consent( atau persetujuan telah terakomodir pula di dalam << Penghapusan !&9* se"ara luas Pasal 4 << Penghapusan !&9* :kekerasan seksual sebagaimana dimaksudkan dalam pasal - huru2 " meliputiD a#pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; b# pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil danFatau tujuan tertentu# !orban adalah orang yang mengalami kekerasan dan atau an"aman kekerasan dalam rumah tangga# Peran perlindungan terhadap korban seperli korban yang dieksplorasi pada penayangan &ebat %inggu ini di '>*? pukul 2/#00 wib, yang menangkat topik !&9* dimana sang isieri 0dewi1 telah mengalami kekerasan seksual

dalam sebuah ikatan perkawinan selama $$ tahun terhadap alat kelaminnya yang di masukan mentimun, guyuran air panas hingga merusak alat genetal dan hubunganhubungan seksual yang tidak wajar dan tidak disukai# ,elas ini merupakan sebuah kejahatan, baik se"ara agama, nilai adat serta hukum# )gama mengenal apa yang dikatakan sebagai pelanggaran# 8inaayat, dilarang seseorang merusak baik itu 6akar, Payudara maupun bibir 3agina dengan sanksi denda -0 sampai $00 ekor unta karena telah merusak alat pengembangan manusia# Perdebatan mengenai kekerasan seksual dalam rumah tangga ini telah melahirkan culture conflik 0kon2lik budaya1 yang oleh sebagian masyarakat, dirasa membahayakan, karena tidak semua masyarakat sepakat akan adanya kekerasan seksual dalam rumah tangga, terutama mengenai marital rape# Pandangan patriarki mun"ul menggeser asas yang telah disepakati bersama keadilan dan kesetaraan gender dengan mendiskriditkan perempuan sebagai seorang isteri# Penulis berpendapat bahwasanya masyarakat patriarki harus membuka lebar pandangannya terhadap hak-hak seksualitas seseorang, tidak ada lagi unsur kewajiban yang melegitimasi sebuah hubungan dengan kekerasan baik dalam konteks agama maupun budaya yang dipahami se"ara tekstual saja# << Penghapusan !<9* telah merubah pandangan tersebut dengan memasukan konteks marital rape pada pasal -/ << Penghapusan !&9* :*indak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal .6 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan;# %aka seperti apa yang dikatakan +onger ada suatu paksaan dan yang menerima nilai tersebut terhadap yang tidak menerima nilai lersebut# )da kewajiban yang ditujukan kepada setiap orang yang mendengar, melihat, alau mengetahui terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga, dengan melakukan upaya-upaya yang sesuai dengan batas kemampuan sepertiD a# %en"egah berlangsungnya tindak pidana# b# %emberikan perlindungan terbadap korban "# %emberikan pertolongan darurat d# %embantu proses pengajuan permohonan perlindungan# %akna pasal $- << Penghapusan !&9*M ini adalah kewajiban untuk melindungi korban !&9* tidak hanya dilakukan oleh aparat penegak hukum saja letapi juga setiap orang yang mengetahui, melihat mendengar suatu peristiwa !&9* untuk menindaklanjutinya dalam batas-batas tertentu# )danya << Penghapusan !&9* menjadi penting, karena telah mere2ormulasi sebuah << dengan men"antumkan mekanisme yang didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan korban, adapun pokok pembaharuan hukum yang terdapat dalam << Penghapusan !&9* adalah sebagai berikutD $# !ewajiban masyarakat dan negara untuk melindungi korban 2# Perintah perlindungan terhadap korban serta perintah pembatasan gerak sementara terhadap pelaku /# +antuan hukum bagi korban .# Perlindungan saksi -# Prosedur alternati2 pengajuan tuntutan 6# Prosedur pembuktian yang tidak mempersulit korban# kesaksian korban dapat dipakai dan diperkuat oleh keterangan ahli maka perkara bisa terus diajukan hingga ke penuntutan atau menggunakan prinsip pembuktian alat bukti $ 0satu1

saksi korban dan $ 0satu1 alat bukti lainnya yang sesuai dengan hukum a"ara yang terdapat pada pasal $4. !< )P# 7# )lat pembuktian menerapkan pula 3isum psikiatrikum 4# Penanganan se"ara integrati3eFterpadu dari instansi hukum, instansi medis atau instansi pemerintah lainnya dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan 5# !etentuan pidana lebih berat dari bentukan pidana yang termuat didalam !< P# !etentuan pidana ini sebagaimana ter"antum di dalam pasal-pasal sebagai berikutD Pasal .6 << Penghapusan !&9* 'etipa orang maksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksudkan pada pasal 4 huru2 b dipidana dengan pidana penjara paling singkat . 0empat1 tahun dan pidana penjara paling lama $- 0lima belas1 tahun atau denda paling sedikit 9p# $2#000#000,00 0dua belas juta rupiah1 dan denda paling banyak 9p# /00#000#000,00 0tiga ratus juta rupiah1# Pasal .4 << Penghapusan !&9* &alam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada pasal .6 dan pasal .7, mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama . 0empat1 minggu terus menerus atau $ 0satu1 tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan akan mengakibatkan tidak ber2ungsinya alat reproduksi, dipidana penjara paling singkat - 0lima1 tahun dan pidana penjara paling lama 20 0dua puluh1 tahun dan denda paling sedikit 9p# 2-#000#000,00 0dua pulu lima juta rupiah1 dan denda -denda banyak 9p# -00#000#000,00 0lima ratus juta rupiah1#

$0#

!etentuan pidana alternati2 yang dapat diputuskan hakim terhadap pelaku kekerasan seperti halnya terdapat dalam konsep !< P pasal 75 dengan hukuman pidana kerja sosial Pasal -0 << Penghapusan !&9*

'elain pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupaD a# pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dan korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dan pelaku; b# penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu# &isahkannya << Penghapusan !&9* memuat banyak "atatan yang membutuhkan perhatian masyarakat yaituD $# 'osialisasi terhadap masyarakat terhadap << Penghapusan !&9* yang mengatur tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga 2# Peran serta aparat penegak hukum kepolisian jaksa dan pengadilan mempergunakan << Penghapusan !&9* sebagai sanksi yang mendidik, mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga# /# %enghormati permasalahan indi3idu sebagai hak asasi manusia, maka harus memperhatikan etika inter3ensi terhadap permasalahan keluarga# .# )danya 2ungsi kontrol dari masyarakat sendiri untuk menegakkan << tersebut dalam upaya menanggulangi kekerasan seksual dalam rumah tangga#

'e"ara umum seksualitas manusia dapat dikelompokan menjadi tiga yaituD$1# +iologis 0kenikmatan 2isik dan !eturunan1, 21# 'osial 0hubungan-hubungan seksual, berbagai aturan sosial serta berbagai bentuk sosial melalui mana seks biologis diwujudkan1# dan /1# 'ubjekti2 0kesadaran indi3idual dan bersama sebagai objek dari hasrat seksual1# !esadaran masyarakat akan hal ini masih kurang karena berbagai ma"am 2aktor pendukung seperti pendidikan dan kemuna2ikan terhadap pendidikan seks, maka penyimpangan terhadap seksual banyak terjadi# 'alah satu praktik seks yang dinilai menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual &se.ual violence' 9eaksi masyarakat terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dalam rumah tangga yang dibawah kepermukaan isu, sebenarnya telah bersi2at punitip 0diakui oleh =egara-negara modern1 terbukti dengan adanya >A&)@ 0#onvention on t"e Elimination of all %roms of Diskrimination $gaint Women1 dan dirati2ikasi oleh Indonesia dalam << =o# 7 *ahun $54. tentang penghapusan 'egala +entuk !ekerasan terhadap Perempuan dan <ndang-undang perlindungan )nak nomor 2/ tahun 2002# bentuk dan perlakuan 0treatmen1 harus di"arikan 2ormulasi baru karena hukum Indonesia masih berkiblat pada hukum yang lahir pada jaman "olonial# 7ormulasi ini dapat dilakukan melalui kegiatan moralistik yang menempatkan kekerasan seksual dalam rumah tangga dan 2aktor terdorong terjadinya kekerasan seksual dalam rumah tangga untuk kemudian di"arikan solusi meminimalisir berkembangnya kekerasan seksual dalam rumah tangga# 7aktor yang harus juga diperhatikan adalah peningkatan penegakkan hukum dalam rangka la, enforcemen ?iktimologi sebagai suatu studi yang mempelajari 3iktimisasi permasalahan manusia 0kejahatan sosial1 yang bertujuan untuk meringankan kepedihan, penderitaan manusia di dunia akibat perilaku tindak pidana dimana korban perlu mendapat perhatian

atas penderitanya, perlindungan harus segara diberikan kepada korban kekerasan seksual dalam rumah tangga adalah dengan memberikan rasa aman bahwa penderitanya, dapat diselesaikan# <paya ini biasanya dilakukan oleh E'%F=8( yang mempunyai orentasi terhadap ad3okasi kasus kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga# Eangkah awal yang diberikan kepada korban adalah melalui pelayanan konseling dan pengayaan rumah aman &s"eller' serta pendampingan hukum yang 2eminine# &ewasa ini pemerintah tidak mau ketinggalan peran dalam menangani penanggulangan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga, khususnya dalam

menangani korban perempuan dan anak yang membutuhkan penanganan khusus daripada kasus-kasus lainnya# 9ealitas menunjukkan bahwa perempuan dan anak adalah korban terbanyakFmayoritas kekerasan seksual yang terjadi dalam rumah tangga# 9P!disetiap kesatuan Polri di Indonesia, meski baru sampai pada tataran Polres diharapkan menjadi salah satu affirmati action dalam melakukan perlindungan terhadap korban oleh penegak hukum# *api juga perlu diingat bahwasanya masih banyak kendala yang dihadapi dalam menangani tindak pidana kekerasan seksual dalam rumah tangga karena korban !&9* menghadapi berlapis-lapis hambatan untuk mengakses hukum, antara lain D $# Perkara yang terjadi dalam rumah tangga sebagian besar merupakan delik aduan, dimana si pelaporFkorban harus tetap melakukan penuntutan terhadap si pelaku, selanjutnya baru penyidik dapat melakukan proses perkara tersebut sehingga dalam kasus ini ada peluang pada korban untuk men"abut kembali tuntutannya# %enjadi tidak mudah melaporkan kasusnya karena berarti membuka aib keluarga 0ragu melaporkannya karena takut dipersalahkan baik oleh keluarga maupun oleh

masyarakat1 dan bahkan justru biasanya semakin memperparah 2rekuensi kekerasan tersebut# 2# )turan <ndang-undang 0!< P1 yang digunakan dalam mengatur perkara !'&9* sampai saat ini sebagai satu-satunya produk hukum yang dipakai sebagai a"uan dalam proses penyidikan kasus-kasus !&9* sehingga sulit untuk memenuhi unsure pidana serta belum ada alternati3e perangkat hukum lainnya# /# +elum ada persepsi yang sama antara penyidik atau penuntut umum serta hakin yang menangani yang mempunyai perkara !'&9*, banyak perkara yang dikembalikan oleh jaksa penuntut umum kepada penyidik dan perkara tidak dapat dilanjutkan karena permintaan dari jaksa penuntut umum tidak dapat dipenuhi oleh penyidik# .# 'ystem hukum pembuktian perkara kekerasan seksual dalam rumah tangga menghapuskan bukti dan saksi-saksi yang memadai, minim bahkan tidak ada bukti mempersulit penyidik untuk menjauhkan perkara tersebut ke jaksa penuntut umum# Pada saat terbukti kuat, maka sanksi yang diberikan biasanya putusan per"obaan dengan dalih hakim akan peran-peran keluarga seperti suami memberi na2kah, istri mengurus anak dll# -# @aktu kejadian dengan pembuatan laporan polisi sangat lama, sehingga seringkali hasil 3isum tidak dapat langsung menjadi alat bukti#

E'%F=8( yang jauh lebih dulu menyadari bahwasana hukum Indonesia yang bermuara pada !< P dan !< )P tidak lagi mampu mengakomodir keadilan yang diharapkan dari korban kekerasan seksual dalam rumah tangga# %aka kebijakan yang

diambil untuk menanggulangi segala bentuk kekerasan seksual dalam rumah tangga, E'%F=8( menggunakan pendekatan Eitigasi maupun =on Eitigasi# $# =on Eitigasi Pelayanan yang diberikan melalui email, telepon, atau dating langsung ke ruang pelayanan untuk melakukan konseling# 2# Eitigasi# )pabila dari pengaduan korban sampai membutuhkan penanganan khusus didampingi pada tingkat kepolisian sampai pengadilan# )da bentuk penanggulangan kejahatan khususnya kekerasan seksual dalam rumah tangga melalui saranan non penal seperti outris yang dilakukan oleh E+ )PI!, dimana

kelompok masyarakat tertentu se"ara rutin dan random diberi pengetahuan dasar serta pendidik pendampingan untuk mewujudkan masyarakat yang mempunyai akuntabilitas serta mempunyai pengaruh pre3enti2 terhadap mun"ulnya kekerasan seksual dalam rumah tangga# %elakukan kajian-kajian terhadap kekerasan seksual dalam rumah tangga dari pandangan agama, budaya dan hukum serta sosialisasi penyadaran pemahaman masyarakat akan hak-hak seksualitasnya telah membuahkan hasil dengan di undangkannya << penghapusan !&9*# E'% dan =8( pulalah yang mengawali ad3okasi pembaharuan hukum terhadap !'&9* yang dituangkan di dalam << Penghapusan !&9* yang dibahas pada siding tahanan 200.-200- komisi ?II dari tangga 2/ )gustus sampai $. 'eptember 200.# ad3okasi pembaharuan hukum ini dapat dilakukan sebagai bentuk penanggulangan kejahatan se"ara penal dengan merumuskan 9<< !&9*# !eberhasilan E'%F=8( dalam mengawal << penghapusan !&9* merupakan bentuk upaya hukum terhadap tindak pidana kekerasan seksual dalam rumah tangga#

A.

B.

T(n)ak P()ana Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Pers&ekt(" Pem$aharuan Hukum P()ana

*indak pidana kekerasan seksual dalam rumah tangga dilihat dari unsure objekti2 0unsure yang terdapat di luar diri si pelaku1 adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku yang akibatnya menjadi syarat mutlak dan delik# 'eperti kekerasan seksual yang dapat mengakibatkan kematian, kerusakan alat reproduksi, dan atau sakit jiwa# &irinya hila2 0kasus seorang, ayah memperkosa anak kandungnya yang ditangani oleh Polda %etro ,aya1# !aedah hukum pidana dibentuk untuk dipatuhi, memasukan kekerasan seksual dalam rumah tangga sebagai bagian perbuatan yang melanggar hukum dan norma masyarakat berkewajiban untuk berperilaku sesuai dengan kaedah hukum yang berlaku kaedah hukum tidak hanya memainkan peran dalam hubungan pemberi perintah 0pembentuk <<1 dan penerima perintah melainkan juga ber2ungsi di dalam dan di belakang hukum positi2 Pembentukan 9<< !< P adalah salah satu bentuk kebijakan hukum Fcriminal policy tanpa menghilangkan system hukum dengan rumusan hukum yang tepat bagi kebutuhan masyarakat aparatur hukum yang mampu dan siap menjalankan dan tidak bertentangan dengan kebiasaan yang hidup di dalam masyarakat yang bersangkutan# &alam perjalanannya 9<< !< P menjadi hukum yang ditetapkan

oleh manusia dan dibuat oleh manusia, yang sasarannya untuk dipatuhi oleh masyarakat, dimana 9<< tersebut lahir dalam kondisi yang 2a"tual dan e2ekti2 tanpa menghilangkan konsep hukum yang melahirkannya# !ekerasan seksual se"ara praktis merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma agama, kebiasaan, kesusilaan dan norma yang berasal dari adat istiadat terhadap kesetaraan hukum# %eski adat istiadat dan agama kadang menjadi pembenaran kekerasan yang dilakukan, hal ini akibat adanya pengaruh kental dari pandangan masyarakat patriarki, bias gender dan paradigma pembuatan masyarakat se"ara teksinal# !ewajiban dalam rumah tangga baik istri, suami ataupun anak adalah untuk saling menghargai dan menghormati setiap integritas tubuh yang dimilikinya# 'alah kaprah apabila kewajiban tersebut dihubungkan dengan kewajiban untuk melayani seksual# adist yang

mengatakanDlaMnat bagi istri yang tidak melayani suaminya;, itu harus diinterpretasikan sebagai moti3asi kepada istri untuk berusaha melakukan penyesuaian dengan suami# %ayoritas ulama menyatakan bahwa hadist tersebut shaih# 9iwayat +ukhari tidak diungkapkan :sehingga suaminya marah sepanjang malam;, sementara riwayat lain kalimat tersebut disebutkan sebagai klausa yang terpenting# 7aCihuddin )bdul !odir %)# +ilmu "a/ar al-as9aliani dalam kitab fat" al-bari mendukung penuh penuh keshahihan hadist tersebut# %aka harus ada penempatan yang benar terhadap hadist tersebut sebagai syara bahwa seorang suami dapat menggauli istrinya bukan kepada orang lain# !ita memang harus memposisikan )l-Ouran se"ara proposional, sebagai aturan 0norma dan nilai1 yang uni3ersal# !asus yang tangani oleh E+ )PI! mengenai kasus

seorang suami memasukan balsam ke dalam 3agina, kemudian sakit 3agina pada saat

berhubungan,

memaksa berhubungan dalam kondisi istri sedang haid dan suami

memaksa berhubungan dalam kondisi sedang mabuk# )l-OurMan telah menjawab dan menerangkan bahwasanya hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan hubungan kelamin, yakni D $1 &ilarang menghina istri dalam persenggamaan 0pada saat berhubungan1 21 %emaksa berhubungan pada kondisi-kondisi tertentu )da beberapa kondisi dimana hubungan seks antara suami dan istri dilarang dengan alas an kesehatan dan religius# !ondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut D a1 'aat istri sedang haid 0mentruasi1

:%ereka bertanya kepadamu tentang haid# !atakanlah,

aid itu adalah kotoran#

:(leh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka su"i# )pabila mereka telah su"i, maka "ampurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan )llah kepadamu# 'esungguhnya )llah menyukai orang-orang yang bertobat dan dan menyukai orangorang yang mensu"ikan diri; b1 'aat istri sedang mengalami ni2as 0pendarahan pas"a persalinan1 "1 Pada saat berpuasa O'# )l-+aCarahD $47

&ihalalkan bagi kamu dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagi kamu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka, )llah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan na2sumu, karena itu )llah mengampuni kamu dan memberi maa2 kepadamu# %aka sekarang untukmu, dan makan minumlah hingga bagimu benang putih dari dari benang hitam, yaitu 2ajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai 0dating1 malam, tetapi janganlah kamu "ampuri mereka itu, sedang kamu beritika2 dalam masjid# Itulah larangan )llah, maka janganlah kamu mendekatinya# &emikianlah )llah menerangkan ayat-ayat-=ya kepada manusia, supaya mereka bertaCwa; d1 Pada periode ihram ketika melakukan ibadah haji yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji maka tidak boleh dalam masa mengerjakan haji# &an apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, nis"aya )llah mengetahuinya# +erbekallah, dan sesunggunya sebaik-baiknya bekal adalah taCwa dan bertaCwalah kepada-!u, hai orang-orang yang berakal; e1 &idalam masjid

+erdasarkan ayat )l-OurMan diatas jelas ada etika yang mengatur hubungan relasi seks manusia, seorang suami hendaknya tidak mengajakberhubungan dengan istrinya ketika istrinya dalam kondisi sedang haid, ni2as, berpuasa, dan seorang suami dilarang menghina istrinya pada saat berhubungan, penulis berpendapat apabila hal ini terjadi maka sudah merupakan kekerasan seksual dalam sebuah ikatan perkawinan# +erhubungan hendaknya memperhatikan etika islam, tidak diperbolehkannya terjadi relasi seksual antara orang tua-anak, paman-keponakan, kake-"u"u sampai derajat ketiga baik kesamping maupun kebawah, pastilah ada rasionalisasinya ketika berbuatan tersebut dilarang# !asus yang ditangani oleh 9P! Polda %etro ,aya ,akarta, mengenai ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri, dalam )-OurMan bersirat pelarangan dilakukannya perbuatan in""st#

O#'# )n-=isaa D 2/

:&iharamkan atas kamu 0mengawini1 ibu-ibunya; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anakmu yang perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu

yang perempuan; ibu-ibumu yang menysui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu dari istri yang telah kamu "ampuri, tetapi jika kamu belum "ampur dengan istrimu itu 0dan sudah kamu "eraikan1, maka tidak berdosa kamu mengawininya; 0dan diharamkan bagimu1 istri-istri anak kandungmu 0menantu1; dan menghimpunkan 0dalam perkawinan1 dua perempuan yang bersaudara, ke"uali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya )llah %aha Pengampun lagi %aha Penyayang;#

Permasalahan seksual inipun di dukung oleh keberadaan hadist yang menyiratkan relasi seksual yang menjadi pertimbangan manusia untuk menghormatinya# 'elain seks identik dengan hubungan suami dan istri namun masih hanya berlaku seks yang tidak seharusnya dilakukan# 'emakin meningkatnya kasus kekerasan seksual terhadap rasa tidak hormat yang diberikan oleh seorang dewasa terhadap anak di bawah umur yang semestinya dilindungi dan mendidiknya# &ari /.$ kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia pada tahun 200$, 60% 020- kasus1 adalah kasus inse"t# 2F/ 0$/6 kasus dilakukan oleh ayah kandung, sepertinya dilakukan oleh saudara kandung, paman dan orang-orang yang punya hubungan darah# /$1 &alam suatu hadist yang disampaikan sahabat +ara bin )6ibra, menyatakanD :suatu saat aku bertemu dengan pamanku, ia sedang berjalan membawa bendera# :mau kemanaL; ia mengajakan : :aku diutus 9asulullah untuk mengeksekusi orang yang menikahi istri ayahnya sendiri; /2 1 dalam riwayat ibnuM)bbas, 9asulullah bersabda D
/$ /2

Pusat perlindungan terhadap )nak 0>='P->1# 200$# 7aCihuddin )bdul !odir, Hadist-Hadist Incest dan Perkosaan: Pendampingan ;ang Belum Tuntas, ,akarta, 'wara 9ahima, 200/, hal,22#

:+arang siapa yang melakukan hubungan intim dengan kerabat sedarah 0mahram1, maka ia pantas di bunuh; Permasalahan relasi sekualitas yang semakin jauh dari rasa hormat dan nilai moralitas menuntut hukum yang berlaku di masyarakat untuk ikut membawahi permasalahan ini# Eandasan *eologis seharusnya sudah selesai untuk dibahas ketika realitas masyarakat membutuhkan keadilan untuk men"iptakan rasa aman dalam menjalankan kehidupannya# Proses perubahan sosial mengharuskan dibentuknya sistem perundang-undanganyang memperhatikan aspek manusia baik pelaku maupun korban, ada alas an polisi dengan dibuatnya << Penghapusan !&9* adalah untuk menjawab keadilan sebagai bentuk kebutuhan yang pokok bagi masyarakat yang se"ara sosiologis men"erminkan nilai-nlai kebudayaan dan agama yang tumbuh di masyarakat yang melarang perbuatan kekerasan seksual dalam rumah tangga karena bertentangan dengan semua agama yang berkembang di Indonesia#

BAB + PENUTUP

A.

Kes(m&ulan %anusia selain sebagai makhluk indi3udu juga makhluk so"ial yang memiliki interaksi dengan orang lain# &i dalam Interaksi sosial ini manusia di anugerahi sebuah perasaan untuk bersatu dengan sesame nya# Perasaan ini yang mendorong adanya Eembaga Perkawinan# Perkawinan di Indinesia memiliki beberapa aspek dan ruang lingkup yang mempengaruhi di antaranya aspek sagama, so"ial dan budaya# &alam membina hubungan dengan sesamanya dalam lembaga

perkawinan, manusia sering sekali terlibat perselisihan, silang pendapat dll# Perselisihan-perselisihan tersebut dapat berujung kepada ter"iptanya kekerasan yang terjadi di dalam lembaga perkawinan# !ekerasan yang terjadi dalam lembaga perkawinan ini la6im di kenal dengan !ekerasan &alam 9umah *angga 0!&9*1# Penanganan permasalahan !&9* di dalam hokum positi2 di Indonesia sebelum ada nya << =o# 2/ *h# 200. *entang Penghapusan !&9*# *erdapat di dalam !itab <ndang- <ndang ukum Pidana 0!< P1 yang termaktub di dalama

+)+ II Pasal /-$ mengenai kekerasan# )kan tetapi banyak kalangan masayarakat menilai ketentuan di dalam !< P tidak "ukup meng akomodir akan kebutuhan untuk penanganan permasalahan mengenai !&9*#

Permasalahan P permasalahan tersebut di antaranya# a# &alam <nsur2 yang terdapat di dalam Pasal /-$ !< P, di sebut kan bahwa (byek ukum dalam tindak pidana kekerasan adalah orang lain,

sedang kan dalam !&9* obyek tindak pidana kekerasan se"ara kultur so"ial yang berlaku di dalam masyarakat bukan lah orang lain, akan tetapi adalah anggota keluarga sendiri# b# &i samping itu bagi anggota keluarga yang mengalami tindakan !&9*, memiliki rasa keengganan untuk melapor kan tindak kekerasan yang doi alami dengan berbagai alasan, hal ini pun menjadi menyulitkan untuk di lakukan penyidikan atau proses hokum terhadap !&9* tersebut di karenakan <ntuk tindak pidana kekerasan delik nya adalah clac"t delict atau &elik aduan# &engan delik aduan maka penyidik tidak dapat memproses tindak pidana kekerasan karena tidak ada nya pengaduan# "# %asih berkembangnya pemahaman bahwa 'uami sebagai Eaki P laki kepala 9umah tangga berhak untuk menggunakan kekerasan sebagai media untuk mendidik anggota keluarganya baik Istri maupun anakanaknya# d# &an berbagai masalah P masalah lainnya#

(leh karenanya, berangkat dari permasalahan- pe#rmasalahan tersebut dan juga ketidak puasan akan perangkat hukum yang ada, maka beberapa elemen masayarakat enilai di perlukan ada nya suatu aturan yang baru untuk menangani dan dapat meng akomodir dari kebutuhan untuk penanganan permasalahan !&9* ini# &engan di sahkan dan berlakunya << =o# 2/ *h# 200. *entang !&9*, maka harapan dari berbagai elemen tersebut undang P undang ini dapat menjadi perangkat hukum yang dapat mengurangi Indonesia# bahkan menghapuskan !&9* di

e# 2#

Anda mungkin juga menyukai