Anda di halaman 1dari 2

LPG (Liquid Petrolium Gas) adalah salah satu komoditas sektor migas yang diproduksi oleh PT Pertamina (Persero).

Pada awalnya produk LPG ini hanya dikemas dalam bentuk tabung berukuran 12 kg - 50 kg, yang diperuntukkan bagi kalangan terbatas. Menurut jurnal penelitian yang dibuat oleh IISD (International Institute For Sustainable Development)(2011,p5) hingga 2010 pemerintah Indonesia mengeluarkan

dana lebih besar untuk subsidi energi daripada jumlah yang dikeluarkannya untuk belanja pertahanan, pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial. Oleh karena itu,

pemerintah menerapkan kebijakan energi nasional pada tahun 2007, yaitu melakukan konversi minyak tanah ke LPG. Hal ini untuk meminimalisir subsidi minyak tanah yang memiliki proporsi terbesar yaitu 50% dari subsidi energi pemerintah dan setiap tahun nilai dari subsidi tersebut semakin membesar. Konversi minyak tanah tersebut juga dilakukan untuk mengantisipasi harga minyak dunia yang semakin meningkat dan stok minyak mentah yang semakin menipis. PT Pertamina (Persero) mengeluarkan produk dengan varian kemasan baru yaitu LPG 3 kg, produk LPG 3 kg ini disubsidi penuh oleh pemerintah agar para konsumen minyak tanah dapat beralih ke LPG.

Dengan

berlakunya

kebijakan

konversi

tersebut,

seluruh

agen

minyak

tanah

beralih menjadi agen LPG 3kg. Tetapi karena masi banyaknya pangsa pasar, banyak agen - agen baru yang memasuki dunia usaha ini. Dengan bertambah banyaknya pesaing, perusahaan-perusahaan agen gas LPG 3kg harus bersaing dengan ketat agar visi, misi dan tujuan perusahaan dapat tercapai, dan ada banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam menjalankan bisnis agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dengan

menggunakan strategi yang tepat dan sesuai kebutuhan, perusahaan akan mampu menghadapi persaingan yang ada. Namun, perusahaan harus dapat memilih strategi yang tepat dan efektif sesuai dengan situasi perusahaan dan industri yang dihadapi sekarang ini sehingga strategi bisnis ini dapat berhasil. Menurut Kharina Aviana dalam skripsinya (2011,pp.1-2) cara yang digunakan untuk melakukan perumusan strategi bisnis sehingga mendapatkan strategi bisnis yang tepat dan efektif adalah dengan melihat factor-faktor internal yang meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) perusahaan dan faktor-faktor eksternal yang meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dari industry yang dihadapi oleh perusahaan. Pada saat itu perusahaan ini adalah agen minyak tanah yang sekarang menjadi agen LPG setelah diberlakukannya konversi minyak tanah ke gas di kota metro yang sudah berlaku total pada tahun 2009. Keterlambatan konversi ini disebabkan oleh kurang cepatnya konversi yang dilakukan di kota-kota kecil karena pemerintah lebih memfokuskan konversi di ibukota-ibukota di setiap provinsi, karena pembukaan SPBE (Stasiun Pengisian dan pengangkutan Bulk Elpiji) tidak bisa dilakukan langsung di setiap kota dikarenakan dana yang tidak cukup, sehingga

pembukaan SPBE di kota - kota kecil dilakukan secara bertahap. Masalah - masalah pun kemudian muncul setelah konversi total ini, dengan masi banyaknya pangsa pasar, banyak perusahaan agen gas baru yang bermunculan yang mengakibatkan semakin

sempitnya jalur distribusi. Ditambah lagi, akan diberlakukannya pembatasan stok LPG dari PT. Pertamina (Persero) sesuai dengan omset yang dimiliki Agen pada saat itu. Oleh karena itu PT. Ghaniya Anugrah Pratama harus dapat menerapkan strategi yang tepat agar perusahaan dapat berkembang dengan baik dan dapat menghadapi persaingan dengan perusahaan lama

ataupun pendatang baru.

Anda mungkin juga menyukai