Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN Pada hakekatnya pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003). Tujuan pembelajaran adalah untuk menghasilkan perubahan perilaku yang positif pada siswa dan menghasilkan keluaran dengan hasil belajar yang tinggi disuatu sekolah. Kegiatan ini akan tercapai apabila selama kegiatan belajar-mengajar, siswa terlibat secara aktif, baik secara fisik, mental dan sosial di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi dan semangat belajar yang besar. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMPN 1 Jatinom pada tanggal 31 Januari sampai 6 Februari 2013, didapatkan hasil bahwa guru biologi menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan model Direct Instruction yang bersifat teacher centered. Pembelajaran langsung yang digunakan guru saat proses pembelajaran berbentuk ceramah dan memberikan catatan-catatan materi kepada siswa, sehingga hal ini dimungkinkan membuat siswa kurang termotivasi untuk aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Siswa seolah-olah tidak diberikan kesempatan untuk mencari dan memahami sendiri materi yang akan dipelajari. Padahal, jika dilihat dari alat pendukung pembelajaran, setiap siswa difasilitasi dengan buku paket IPA karya Karim dkk (2008) dan LKS biologi karya Tim MGMP Klaten (2012). Di SMPN 1 Jatinom juga terdapat wifi yang dapat diakses dengan leluasa, laboratorium IPA dan taman sekolah dengan berbagai jenis tanaman. Pemanfaatan fasilitas ini belum dioptimalkan sepenuhnya oleh guru maupun siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran biologi, penggunaan model pembelajaran Direct Istruction dipilih dengan alasan banyaknya materi pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa, akan tetapi alokasi waktu mata pelajaran biologi singkat, hanya 120 menit setiap minggu. Guru biologi juga menerangkan bahwa guru memiliki

keterbatasan dalam membuat maupun menggunakan media yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa siswa di kelas VIII A memiliki kemampuan dan karakteristik yang beragam. Dilihat daftar nilai hasil UTS, terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jumlah siswa kelas VIII A sebanyak 30, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pada saat proses pembelajaran biologi berlangsung, 13 siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan 17 siswa lainnya melakukan kegiatan yang mengganggu proses pembelajaran, seperti mengobrol, tertidur, bermain pulpen, keluar masuk dan bernyanyi di dalam kelas. Guru biologi juga menuturkan, bahwa ketika proses pembelajaran berlangsung, hanya siswa yang memiliki kemampuan tinggi yang sering menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru, sedangkan lainnya pasif. Saat guru memberikan tugas, siswa tidak mandiri dalam mengerjakan, bahkan sering didapatkan siswa yang tidak mengerjakan dengan alasan lupa. Semua ini dimungkinkan karena motivasi belajar siswa rendah, sesuai dengan pendapat Djamarah (2011) yang mengungkapkan bahwa sikap acuh tak acuh, perhatian yang tidak tertuju pada pelajaran dan suka mengganggu kelas merupakan tanda motivasi belajar siswa rendah. Menurut Sardiman (1990) motivasi belajar yang rendah berdampak pada hasil belajar siswa. Terkait dengan sikap yang ditunjukkan siswa saat proses pembelajaran yang cenderung pasif, hal ini nampaknya terjadi pada kelas VIII A. Hasil belajar yang kurang maksimal salah satunya ditunjukkan dengan 50% dari jumlah siswa mendapatkan nilai dibawah KKM pada Ujian Tengah Semester Ganjil. KKM biologi kelas VIII sebesar 70. Permasalahan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang efektif. Oleh karena itu perlu adanya variasi suatu model pembelajaran IPA khususnya biologi, yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan ideidenya. Pada penelitian ini, akan diterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Model ini dirasa cocok untuk diterapkan di kelas VIII A dan dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan model kooperatif (Slavin, 2008). Slavin (2008) menyebutkan, gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling membantu satu sama lain dalam menguasai materi diajarkan oleh guru. Salah satu materi yang harus dikuasai siswa kelas VIII SMP/MTs adalah gerak pada tumbuhan. Gerak pada tumbuhan merupakan salah satu materi yang cukup kompleks dan tidak dapat dijelaskan hanya dengan ceramah dan mencatat saja. Materi ini membutuhkan pemahaman yang mendalam. Salah satu ciri khas dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah diskusi kelompok dengan anggota 4-6 siswa yang memiliki karakter, latar belakang dan kemampuan yang heterogen (Slavin, 2008). Adanya diskusi kelompok yang difasilitasi dengan media realia, buku paket, LKS dan juga materi yang disajikan dapat dilihat dilingkungan sekitar, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam mencari dan memahami sendiri konsep dari materi gerak pada tumbuhan yang nantinya akan diklarifikasi oleh guru. Dengan pemahaman konsep yang menyeluruh, siswa diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Selain itu, siswa juga dapat menerapkan konsepnya dalam kehidupan sehari-hari, karena fenomena gerak pada tumbuhan dapat dilihat di lingkungan sekitar. Beberapa hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran STAD positif dalam pembelajaran, diantaranya hasil penelitian Rahmanika dkk (2011) yang menerangkan bahwa penerapan model STAD dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada konsep ekosistem. Pembelajaran dengan STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa (Febriana dan Isroah, 2012). Selain itu, pembelajaran dengan STAD signifikan terhadap

motivasi dan prestasi belajar IPA jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (Imtihan dkk, 2013). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengingkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 1 Jatinom dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). B. Metode Penelitian Model penelitian tindakan kelas yang digunakan mengacu pada model Kemmis dan McTagart (1990), satu siklus tindakan dilaksanakan dalam 4 fase, yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting) (Kusumah, 2012). Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus pada tanggal 22 Mei - 7 Juni 2013. Prosedurnya sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning) Saat perencanaan peneliti menyiapkan instrument pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, power point materi, power point untuk kuis), media realia (tanaman kacang hijau, putri malu dan air kolam), instrument pengambilan data (pre-test/post-test, angket motivasi belajar). 2. Tindakan (acting) Tindakan merupakan realisasi dari perencanaan yang disusun sebelumnya. Yakni dengan melaksanakan skenario yang tertera dalam RPP sesuai sintaks model pembelajaran STAD. Antara lain: a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi kepada siswa b. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok secara heterogen c. Guru menyampaikan materi d. Diskusi kelompok dan pengamatan e. Guru memberikan kuis seputar materi dengan bantuan media power point yang berisi video gerak pada tumbuhan f. Guru memberikan penghargaan kepada setiap tim.

3. Pengamatan (Observing) Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengobservasi tindakan pembelajaran dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan dituliskan dalam lembar observasi. 4. Refleksi (Reflecting) Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan diskusi bersama observer mengenai berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian kemudian dicarikan solusi untuk memperbaikinya. Subyek penelitian ini 30 siswa kelas VIIIA SMPN 1 Jatinom Tahun Ajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes (pre-test/post-test) dan angket (motivasi belajar siswa). Hasil pengisian angket motivasi belajar siswa ditabulasikan dalam bentuk persentase dan dianalisis secara diskriptif dengan kriteria penilaian menurut Sugiyono (2011). Tabel kriteria penilaian motivasi belajar siswa:
Tabel 1. Kriteria penilaian motivasi belajar siswa Persentase No 0-19,9% 1. 20-39,9% 2. 40-59,9% 3. 60-79,9% 4. 80-100% 5. Sumber: Sugiyono, 2011 Kriteria Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi

Peningkatan hasil belajar kognitif diketahui dari selisih antara nilai rerata posttest siklus II dengan nilai rerata post-test siklus I, dan selisih nilai rerata posttest siklus III dengan nilai rerata post-test siklus II. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Effect size d Cohen. Kriteria yang digunakan mengacu pada penilaian Naga (2011), disajikan pada tabel 2:
Tabel 2. Kriteria Effect size d Cohen Effect size d Cohen No 0 < d < 0,2 1. 0,2 < d < 0,8 2. d < 0,8 3. Sumber: Naga, 2011 Kriteria Efek kecil Efek sedang Efek Besar

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divissions (STAD) dapat diterapkan di kelas VIII A SMPN 1 Jatinom pada proses pembelajaran biologi materi gerak pada tumbuhan. Selain itu, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, motivasi dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap siklus dapat dilihat pada gambar 1:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 92.5 85.83 80.17 92.67 92 91.83 85.67 82.44 82.22 77.67 75.33 74.44 92.33 82.67 75.33 Siklus I Siklus II Siklus III

Peresntase (%)

Rasa Senang Tanggung Perhatian Reaksi Siswa Keaktifan dan Puas Jawab Siswa Siswa Siswa Siswa

Gambar 1. Histogram Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Setiap Siklus

Hasil rekapitulasi pengisian angket motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa siswa kelas VIII A memiliki motivasi belajar yang kuat. Selalu terjadi peningkatan persentase pada setiap aspek motivasi belajar di setiap siklus. Rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 76,59% dan termasuk dalam kategori tinggi menurut Sugiyono (2011). Siklus II mengalami peningkatan 7,18%, rata-rata motivasi belajar siswa menjadi 83,77%, kategori sangat tinggi (Sugiyono, 2011). Rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus III meningkat 8,5% menjadi 92,27%, kategori sangat tinggi (Sugiyono, 2011). Adanya peningkatan motivasi belajar ini dimungkinkan karena siswa telah terbiasa melaksanakan langkah-langkah yang terdapat dalam model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan inovasi pembelajaran yang baru dalam penyajiannya, sehingga membuat siswa lebih semangat dan termotivasi untuk belajar lebih giat. Adanya variasi model

pembelajaran merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan guna meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa (Uno, 2007). Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran STAD, siswa dikelompokkan dengan beberapa siswa yang memiliki karakteristik, latar belakang dan kemampuan yang heterogen untuk mendiskusikan materi yang disajikan. Siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, posisi peneliti dalam pembelajaran ini sebagai motivator, fasilitator dan pemberi klarifikasi terhadap pemahaman yang disusun siswa (pembelajaran bersifat students center). Pemberian kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk bekerjasama dalam mempelajari materi sendiri ini akan menimbulkan motivasi guna mengembangkan potensipotensi yang ada dalam diri siswa. Adanya diskusi dan kuis dalam model pembelajaran kooperatif STAD membuat siswa termotivasi untuk menjadi tim terbaik. Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Imtihan dkk (2013), yang menunjukkan bahwa STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang tinggi berkorelasi positif terhadap hasil belajar siswa (Sardiman, 1990). Hal ini sesuai dengan hasil belajar siswa kelas VIII A dalam penelitian ini. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklus. Hasil rekapitulasi data hasil belajar siswa disajikan pada gambar 2:
120 100 80 60 40 20 0

Rata-Rata Nilai

88 71 54.33 61.33

88.33

95.67

pre-test post-test siklus I siklus II Siklus Penelitian siklus III

Gambar 2. Histogram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa terjadi pada setiap siklus. Peningkatan hasil belajar post-test dari siklus I ke siklus II adalah 17 dan peningkatan hasil belajar post-test dari siklus II ke siklus III sebesar 7,67. Peningkatan rerata post-test pada siklus II ke siklus III tidak sebanyak

peningkatan post-test siklus I ke siklus II. Hal ini dimungkinkan karena pada siklus III, siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model kooperatif tipe STAD. Selain itu, siswa dihadapkan pada materi yang sudah mereka pelajari sebelumnya, yakni gerak tropisme dan gerak nasti, atau dengan kata lain siklus III ini sifatnya pendalaman materi bagi siswa. Yang membedakan materi siklus I dan siklus II dengan siklus III adalah peneliti menambahkan materi gerak taksis dan perbedaan antara ketiga gerak pada tumbuhan (tropisme, nasti dan taksis). Meskipun nilai peningkatan rerata post-test pada siklus III jauh lebih kecil dari peningkatan rerata post-test siklus I ke siklus II, akan tetapi perolehan rata-rata pre-test dan rata-rata post-test siklus III lebih besar dari siklus-siklus sebelumnya. Rerata pre-test sebesar 88,33 dan rerata post-test sebesar 95,67. Pada siklus III ini jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 100%. Dari perhitungan selisih rerata post-test antar siklus, didapatkan nilai effect size. Effect size antara siklus I dengan siklus II yakni sebesar 1,63 dan termasuk dalam kategori efek besar menurut effect size d Cohen (Naga, 2011). Effect size antara siklus II dengan siklus III sebesar 0,7 dan termasuk dalam kategori efek sedang. Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gerak pada tumbuhan. Interaksi yang ditimbulkan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Isjoni (2010) bahwa STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Hal ini juga didukung hasil penelitian sebelumnya, yakni penelitian Rahmanika dkk (2011), hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklus pada materi pokok ekosistem dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III dipengaruhi oleh dua faktor, yakni berasal dari faktor dalam diri

siswa dan faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor yang datang dari dalam diri siswa yakni keadaan atau kondisi jasmani yang sehat dan kondisi psikologis siswa, seperti motivasi belajar siswa yang tinggi. Faktor yang datang dari luar adalah kondisi lingkungan alami maupun lingkungan sosial yang mendukung, adanya fasilitas yang mendukung, adanya reward, dan adanya variasi pembelajaran yang diberikan guru dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensinya (Djamarah, 2011). Dalam hal ini peneliti sebagai guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran biologi. KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIIA SMP N 1 Jatinom tahun ajaran 2012/2013 pada materi pokok gerak pada tumbuhan. Motivasi belajar siklus I sebesar 76,59%, motivasi siklus II meningkat menjadi 83,77%, dan pada siklus ke III motivasi belajar meningkat menjadi 92,27%. Peningkatan hasil belajar siklus I ke siklus II sebesar 17, peningkatan hasil belajar siklus II ke siklus III sebesar 7,67. Effect size siklus I ke siklus II sebesar 1,63 (efek besar), siklus II ke siklus III sebesar 0,7 (efek sedang). Saran bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi lain selain gerak pada tumbuhan. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta Djamarah, S.B.,2011, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif : Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Rineka Cipta, Jakarta. Febriana, N.A. dan Isroah. 2012, Peningkatan Aktivitas Belajar Akuntansi Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada Siswa Kelas X Kelas X

AK 3 Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X .2.114-132. Imtihan, Marhaeni A.A.I.N., dan Suastra I.W., 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3). 1-7. Isjoni, 2010, Pembelajaran Kooperatif meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Karim, dkk, 2008, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII SMP/MTs, Pusat Perbukuan, Jakarta. Kusumah, W. dan Dwitagama, D., 2012, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas edisi Kedua. PT Indeks, Jakarta. Naga, D. S. 2011, Ukuran Efek Dalam Laporan Hasil Penelitian, Diakses pada tanggal 12 Februari 2013 dari dali.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/399/4861-aARCHE.doc Rahmanika, T., Hayani, N.I., dan Kapsul, 2011, Peningkatan Pemahaman Konsep Ekosistem Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 19 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2008/2009. Jurnal Wahana-Bio Volume V. 69-89. Sardiman, A.M., 1990, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press, Jakarta. Slavin, Robert, 2008, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung. Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alvabeta, Bandung. Tim MGMP, Lembar Kerja Siswa (LKS) Biologi Kelas VIII SMP/MTs, Intan Pariwara, Klaten. Uno, H. B., 2007, Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai