Anda di halaman 1dari 4

pantheon Bangsa Romawi dengan kekaisarannya yang sangat besar, merupakan babak akhir dari masa klasik peradaban

barat. Dengan berbagai pencapaian besar yang mereka raih, menjadikan bangsa Romawi menjadi legenda, seperti halnya Yunani. Kekaisaran Romawi yang berkuasa Memang bangsa Romawi tidak terlepas dari pengaruh Yunani. Kebanyakan ilmu yang berkembang pada zaman ini adalah warisan dari bangsa Yunani, dan juga mengadopsi pengetahuan timur seperti dari Mesir. Banyak sekali pencapaian yang diraih, tapi dalam bidang arsitektur, pencapaian terbesar mereka adalah sebuah bangunan yang bernama PANTHEON. Pantheon merupakan sebuah kuil penyembahan dewa-dewa yang dipercaya oleh Romawi. Tidak ada dewa yang secara spesifik dijelaskan disini, dianggap kuil ini dipersembahkan untuk semua dewa. Pantheon pada awalnya dibuat pada tahun 27 SM 25 SM oleh Marcus Vipsanius Agrippa, yang dengan jelas tertulis pada Portico (beranda bertiang), yaitu MAGRIPPALFCOSTERTIUMFECIT, "Marcus Agrippa, anak dari Lucius, Konsul untuk ketiga kalinya, membangun bangunan ini." Patheon pada awalnya dibuat dengan tempat pemandian dan taman-taman. Tapi bangunan awal ini telah hancur pada tahun 80 M, dan kemudian dibangun ulang. Pembangunan ulang Pantheon dilakukan pada tahun 118 M dan selesai pada tahun 128 M. Dibuat oleh Kaisar Hadrian dan arsitek nya yang tidak dikenal. Hadrian adalah kaisar yang senang berwisata ke timur, dan seorang pengagum kebudayaan Yunani. Seperti yang kita ketahui, bangsa Yunani dan Romawi telah mendirikan banyak bangunan bundar, dan yang paling mendekati bentuk Pantheon adalah Arsinoeion, sebuah tholos yang dibuat pada tahun 270 SM di pulau Samothrace di Aegean Utara. Tapi tholos ini tidak sebesar Pantheon yang bisa membuat orang menahan nafas ketika melihatnya. Secara struktur, bentang dome nya adalah 142 feet, atau sekitar 43,2 meter, yang tidak terkalahkan bahkan sampai 1400 tahun kemudian, Basilika St. Peter di Roma hanya bisa mencapai bentang 139 feet, atau sekitar 42,5 m saja. Keseimbangan proporsi yang sempurna dari ruang dalam adalah karena diameter dalam dome sama dengan tinggi dari lantai ke oculus (bagian terbuka dari dome Pantheon). Konstruksi dari bangunan ini benar-benar cemerlang, rumit dan asli, tapi tidak terekspose bagian dalamnya. Pada dasarnya struktur yang digunakan adalah struktur Bearing Wall (dinding pemikul). Keseluruhan bagian dome ditutupi dengan ornamen arsitektur yang merupakan variasi. Bahan yang digunakan sebagai strukturnya ada beton romawi dengan material pengisi yaitu : travertine, tufa, bata, dan light volcanic pumice. Cara menggunakan materialnya pun jenius. Seiring dengan tingginya bangunan, maka material campuran betonnya juga menggunakan bahan-bahan yang ringan. Pondasi nya menggunakan batu, dan bagian atasnya menggunakan light pumice, dan dibuat lubang oculus sebesar 28 feet atau sekitar 8,5 m. Entah bagaimana caranya dome yang dibuat dengan beton romawi yang pada jaman itu belum memiliki kekuatan seperti beton jaman sekarang, tapi masih bisa tegak berdiri hingga saat ini. Padahal bangunan yang dibangun pada masa itu rata-rata tinggal sejarahnya saja. Kalaupun ada maka tinggal puing-puingnya. Sedangkan Pantheon masih tegak berdiri dan masih Lubang oculus yang menarik hati ini merupakan suatu klimaks dari padangan mata pengunjung yang datang ke Pantheon. Lubang ini dibuat untuk menggambarkan kedekatan dengan cahaya surga. Lintasan matahari yang melintasi lubang oculus ini menjadikan pencahayaan di dalam Pantheon terasa karena adanya pantulan cahaya ke dinding dan lantai. Bentuk bundar yang nyaris sempurna pada bagian dalam dome sepertinya tidak pernah dilihat di permukaan bumi manapun sebelumnya. Bagaikan sebuah efek yang tak pernah berubah seperti hubungan dewadewa, alam, manusia, dan situasinya. Pantheon banyak mengilhami pembuatan bangunan-bangunan masa kini, sebagai penggambaran bangunan yang merupakan pencapaian tertinggi keagamaan dan

ambisi politik. Patheon ditiru pada bangunan Andrea Palladio, Villa Rotunda di Italia, dan Durban Hall di India. Bangunan ini juga pernah digunakan makam bagi banyak orang terkenal, seperti pelukis terkenal, Raphael dan Annibale Caracci, arsitek Baldassare Peruzzi dan dua raja dari Italia, yaitu: Vittorio Emanuele II dan Umberto I, dan ratu dari Umberto I, Margherita. Pada akhirnya, bangunan kuil ini pun berubah fungsi menjadi gereja, sejak diubah fungsinya oleh Paus Boniface IV pada tahun 609 M, dan dikenal tidak lagi sebagai Pantheon, tapi dengan nama baru, Roman Catholic Church Sta. Maria Rotonda, yang sampai sekarang masih digunakan. Dari : Judul: Selidik National Geographic Romawi Kuno Penulis: Zilah Deckker Penerjemah: Priyatno Ardi Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Terbit: Maret 2011 Tebal: 64 hlm

ANALISA DASAR DALAM PEMBANGUNAN PADA MASA ROMAWI KUNO. Menurut Vitrivius ada tiga unsur yang merupakan faktor dasar dalam arsitektur yaitu strength (kekuatan), beauty (keindahan) dan convenience (kenyamanan) yang akan mempengaruhi efek estetis dalam seni bangunan. Vitrivius juga merumuskan kembali prinsip-prinsip proporsi, komposisi dan presisi dari zaman yunani kuno yang disebut Entasis. Sumber inspirasi utama Vitrivius adalah ornamen-ornamen arsitektur pada bangunanbangunan zaman Yunani Purba yang banyak dibangun pada masa kepemimpinan Kaisar Pericles (495-429 SM) di Athena dari Dinasty Hellenislic.

Ciri-ciri yang menonjol secara fisik dari teori arsitektur klasikisme ini adalah berupa ornamen-ornamen yang terdapat pada kolom-kolom pada bangunan. Dimana bentuk kolom-kolom tersebut dalam arsitektur disebut sebagai Orde. Ada lima Orde dalam arsitektur yang dikenal sampai sekarang yaitu, Tuscan, Doric, Ionic, Corinthian dan Composit. Orde Tuscan, berasal dari kuil-kuil Etruscan yang merupakan bentuk paling primitif dari ornamen kolom. Orde Doric, berasal dari kelompok suku bangsa Doria (turunan Italia dan Sisilia), bentuk dari orde doria keliatan kokoh, kuat, sebagai lambang kekuasaan. Orde Ionoc, berasal dari suku bangsa Ionia (Turunan Asia Kecil). Orde Korinthian, merupakan hasil ambisi dari kaum aristokrat kota Korhintia yang kaya dan makmur pada abad 5 SM. Orde Komposit, merupakan perpaduan dari Orde Korhintian dan Ionic sehingga keliatan lebih mewah dan anggun. Pemakaian orde-orde inilah yang merupakan ciri utama bangunan bergaya GrekoRoman yang selalu muncul sepanjang zaman bahkan sampai kini, dan ini bisa dilihat dari perjalanan perkembangan arsitektur dari zaman ke zaman dari situs-situs arsitektur yang masih ada sampai sekarang. Walaupun diselingi oleh kemunculan Gaya Gothic, Romanesque, Victorian, Moderns sampai Gaya Deconstruction (1989), tapi daya tarik Greko-Roman ini selalu muncul kembali dan hampir melanda seluruh permukaan bumi. Sehingga pengaruh Greko-Roman ini dikatakan sebagai 'Teori Historism dalam Arsitektur'. Istilah Greko-Roman lahir pertama kali atas kesepakatan kongres para arkeolog di Caen, Perancis tahun 1825 dengan sebutan 'Grieken Romaneschestijl'. Pengaruh terakhir dari Greko-Roman ini terhadap perkembangan gaya-gaya arsitektur terjadi pada periode Gaya Postmodern dalam arsitektur, sehingga sering juga disebut sebagai 'Postmodern-Classicism Architecture'.

Beberapa bangunan terkenal sepanjang masa yang banyak memakai orde-orde ini antara lain; Colloseum dan Pantheon di Roma, Mesjid Sulaymanae di Istambul Turki, Le Lovre di Paris. St, Peter's di Roma, Bahkan Gedung Putih di Washington dan tak ketinggalan Istana Negara di Jakarta. Greko-Roman dengan tampilan orde-orde ini adalah ornamen arsitektur yang tidak mengenal batas-batas kultural dan menembus zaman. Mulai dari bangunan Keagamaan, Istana Pemerintahan, bahkan sampai kerumah-rumah penduduk di pelosok. Di Indonesia, pengaruh Greko-Roman terjadi pada pertengahan Abad XVII dimana mulai dibangunnya rumah-rumah mewah dan besar (Landhuizen) milik para pejabat tinggi VOC. Arsitektur rumah-rumah tersebut berbentuk bangunan Indhies dengan pemakaian kolom-kolom berorde pada fasade bangunan. Ada beberapa bangunan peninggalan colonial ini yang masih terlihat sampai sekarang yang umumnya memakai kolom-kolom berorde dorik antara lain; Istana Merdeka merupakan bekas Istana Gubernur Jenderal di Riswijk, Gedung Juang 45, Istana Bogor, Klenteng Sentiong, Gedung Pancasila, Museum Nasional (Museum Gajah), dan juga di beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Sedangkan yang berornamen kolom orde komposit yang merupakan gabungan dari orde korhintian dan ionic dapat dilihat pada kolom-kolom bangunan Keraton, seperti pada Gedung Agung Yogyakarta, Gedung Pagelaran Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Ornamen pada kolom-kolom jati ini terbuat dari besi cor dan dibawa lansung dari jerman yang merupakan produksi dari pabrik Kupp. Pengaruh Greko-Roman dalam arsitektur ini tidak mengenal batas-batas golongan masyarakat dan sangat bersifat egaliter dan menembus segala zaman. Mulai dari bangunan-bangunan Negara,istana, bangunan keagamaan bahkan pada rumah-rumah penduduk yang terdapat digang-gang sempit.

Anda mungkin juga menyukai