Anda di halaman 1dari 308

Asuhan keperawatan pada Ny.

A dengan GANGGUAN AKTIVITAS (kelompok 4)


Tugas keperawatan gerontik Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN AKTIVITAS

Disusun oleh: Dwi kirnawati Juliansyah Fauzi herawan Sari dwi ratman

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940 SAMPIT

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar penyakit a. Pengertian Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. b. Epidemologi/insiden kasus Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma. c. Etiologi/penyebab Kelainan postur Gangguan perkembangan otot Kerusakan system saraf pusat Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular

d. e. f.

Kekakuan otot Factor predisposisi Pengobatan Terapi pembatasan gerak Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik IMT diatas 75% sesuai dengan usia Kerusakan sensori persepsi Nyeri, tidak nyaman Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina Depresi mood dan cemas Keengganan untuk memulai gerak Gaya hidup menetap, tidak fit Malnutrisi umum dan spesifik Kehilangan integrasi struktur tulang Keterbatasan lingkungan fisik dan social Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur Patofisiologi terjadinya penyakit Kaki tidak mampu menopang berat badan Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri Gejala klinis tidak mampu bergerak secara mandiri

g. Pemeriksaan fisik a. Tingkat kesadaran b. Postur/bentuk tubuh o Skoliosis o Kiposis o Lordosis o Cara berjalan c. Ekstremitas o Kelemahan o Gangguan sensorik o Tonus otot o Atropi o Tremor o Gerakan tak terkendali o Kekuatan otot o Kemampuan jalan o Kemampuan duduk o Kemampuan berdiri

o Nyeri sendi o Kekakuan sendi h. Pemeriksaan diagnostic pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi) i. Prognosis Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda. j. Therapy (tindakan penanganan) - Fisiotheraphy - Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri a. 1. a. b. 2. a. b. 3. a. b. c. 4. a. b. b. 1. 2. Konsep dasar keperawatan Pengkajian Tingkat aktivitas sehari-hari Pola aktivitas sehari-hari Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik Tingkat kelelahan Aktivitas yang membuat lelah Riwayat sesak nafas Gangguan pergerakan Penyebab gangguan pergerakan Tanda dan gejala Efek dari gangguan pergerakan Pemeriksaan fisik Tingkat kesadaran Postur bentuk tubuh Diagnose keperawatan yang mungkin muncul Intoleransi aktivitas Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Kemungkinan berhubungan dengan : Kelemahan umum Bedres yang lama (imobilisasi) Motivasi yang kurang Pembatasan pergerakan Nyeri Keletihan Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara terusmenerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat. Kemungkinan berhubungan dengan: Menurunnya produksi metabolism Pembatasan diet

a. b. c. d. e. 2.

a. b.

c. Anemia d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit 3. Gangguan mobilitas fisik Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Gangguan persepsi kognitif b. Imobilisasi c. Gangguan neuro muskuler d. Kelemahan e. Pasien dengan traksi 4. Deficit perawatan diri Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh aktivitas seharihari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Gangguan neuromuskuler b. Menurunnya kekuatan otot c. Menurunnya control otot dan koordinasi d. Kerusakan persepsi kognitif e. Depresi f. Gangguan fisik c. 1. o o o o o o o o o o 2. o o o o o o Rencana keperawatan Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas Intervensi: Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri Catat tanda vital Kolaborasi dengan dokter Lakukan aktivitas yang adekuat Rasional: Merencanakan intervensi dengan tepat Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas Mempercepat proses penyembuhan Untuk mengoptimalkan pergerakan Untuk diagnose keperawatan keletihan Intervensi: Monitor keterbatasan aktivitas Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet Berikan pendidikan kesehatan

o o o o o o 3. o o o o o o o o o o 4. o o o o o o o o o o

Rasional: Merencanakan intervensi dengan tepat Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas Mempercepat proses penyembuhan Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan Menambah pengetahuan pasien Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik Intervensi: Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman Cegah pasien jatuh Lakukan latihan aktif maupun pasif Lakukan fisiotheraphy dada dan postural Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Rasional: Mencegah iritasi dan komplikasi Mempertahankan keamanan pasien Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur Meningkatkan fungsi paru Memaksimalkan mobilisasi Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri Intervensi: Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL Jaga privasi dan keamanan pasien Lakukan latihan aktif dan pasif Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL Rasional: Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari Memberikan keamanan Meningkatkan sirkulasi darah Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu: - Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas - Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang - Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit - Tidak ada kontraktur sendi

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama : Ny. A TTL : Sampit, 13 juli 1949 Jenis kelamin : perempuan Gol. Darah :B Agama : islam Pendidikan :Status perkawinan : janda TB/BB : 145 cm, 43 kg Penampilan : rapi : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak bungkuk : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04, RW 05, kabupaten kotawaringin timur Orang yang dekat : Ny. K Hubungan : anak klien Alamat/telpon : 0852459734xx B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan : Garis hubungan

: Garis keturunan : Tinggal serumah : Meninggal

2. Riwayat keluarga Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri lama. C. RIWAYAT PEKERJAAN Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi. D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup, tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin. Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien. E. RIWAYAT REKREASI Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong tiap lebaran.

F. SISTEM PENDUKUNG Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan mandi. G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya. H. STATUS KESEHATAN Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut. 1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung 2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu 3. Region : di punggung dan seluruh persendian 4. Severity scale :4 5. Timing : setiap sebelum tidur Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan lainnya. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor lingkungan. Penyakit yang diderita klien adalah reumatik. I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun semenjak kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan.

J. PSIKOLOGI Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri minimal. atus mental : Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia, orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak memiliki vertigo. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3 Mini mental state exam (MMSE) :3 Geriatric depression scale :4 APGAR :7 K. TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD: 140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4C, TB: 145cm, BB: 43kg. PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING) Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal. CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING) Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN) Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang. PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI) Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler. Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman. Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran. Indera perasa dan peraba klien normal. PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER) Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-6x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak. PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL) Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau, tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan, tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites. BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan lavemen. OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE) Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, dan tidak ada hematom. Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis. REPRODUKSI Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada keputihan, siklus haid 7hari.

ENDOKRIN Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien. PENGETAHUAN Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit, klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.

NO 1.

ANALISA DATA DATA ETIOLOGI DS: saya sering merasa Kelemahan nyeri punggung dan nyeri sendi DO: -k/u lemah -kesadaran compos mentis -P: nyeri sendi dan punggung -Q: nyut-nyut seperti membawa batu -R: di persendian dan punggung -S: 4 -T: setiap mau tidur -klien tidak bisa berdiri lama -berjalan ataupun mandi dibantu keluarga -TD: 140/100mmHg -RR: 20x/menit -N: 82x/menit -S: 35,4C

PROBLEM Gangguan mobilitas fisik

PRIORITAS MASALAH 1. Gangguan mobilitas fisik DIAGNOSA MASALAH 1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN No. Dx. Tujuan Intervensi Rasional

Kep. 1. 1 Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan, diharapkan gangguan mobilitas 2. fisik berkurang atau teratasi, dengan criteria hasil: 3. klien dapat melakukan aktivitas secara adekuat - k/u baik 4. - tidak terjadi cidera klien meningkatkan aktivitas sesuai 5. batas toleransi Pertahanan body 1. Mencegah iritasi dan aligment dan posisi komplikasi yang nyaman Cegah pasien jatuh 2. Mempertahankan keamanan pasien Lakukan latihan aktif maupun pasif 3. Meningkatkan sirkulasi dan Lakukan mencegah kontraktur fisiotheraphy dada dan postural 4. Meningkatkan fungsi Tingkatkan paru aktivitas sesuai batas toleransi 5. Memaksimalkan mobilisasi

IMPLEMENTASI No. 1. Dx. Kep. 1 Implementasi Evaluasi

S: saya masih merasa 1. mempertahanan body aligment dan lemah saat terlalu lama posisi yang nyaman berdiri Hasil: klien mempertahankan body O: aligment. -k/u lemah -aktivitas klien meningkat -tidak terjadi cidera 2. mencegah pasien jatuh A: masalah belum teratasi

Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi sehingga mencegah P: lanjutkan intervensi terjadinya jatuh

3. melakukan latihan aktif maupun pasif Hasil: klien melakukan latihan aktif

dengan berjalan ditempat selama 1 menit

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi masih dalam pengawasan

DAFTAR PUSTAKA Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment

My World and My Life


Tempat berbagi,mengadu,dan "pamer"

Beranda

1. Mar 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2 (kelompok 5)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2

KELOMPOK 5:

ADITYA TAGAF DESI NOVIANTY RYAN NOOR PRATAMA SUMIANTI WANTO ANDREANTO

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 BAB II iii PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN PENULISAN RUMUSAN MASALAH METODE PENULISAN SISTEMATIKA PENULISAN PEMBAHASAN 2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY R DENGAN GANGGUAN O2 DAN CO2 A. 1 1 2 2 2 i ii

Pengertian oksigenasi

B. C. D.

Tujuan pemberian oksigenasi Anatomi fisiologi sistem pernafasan Factor yang mempengaruhi sistem pernafasan

E. PENATALAKSANAAN F. MASALAH KEPERAWATAN G. DIAGNOSA KEPERAWATAN H. RENCANA KEPERAWATAN DAFTAR KEPUSTAKAAN 2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN o2 dan co2 PENGKAJIAN ANALISA DATA RENCANA KEPERAWATAN BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 3.2 SARAN DAFTAR PUSTAKA 22 22 15 18 19

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

O2 dan CO2 merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas oksigenasi ikut menentukan kualitas hidup. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi oksigenasi seperti dijelaskan dalam makalah ini. B. Tujuan

Tujuan Instruksional Umum Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

Tujuan Instruksional Khusus Setelah menyelesaikan bab ini, peserta didik akan mampu untuk : 1. Menjelaskan pengertian oksigenasi 2. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen 3. Menguraikan stuktur anatomi sistem pernapasan serta fungsinya 4. Menguraikan fisiologi sistem pernapasan ( ventilasi, difusi dan transportasi ) 5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan 6. Menjelaskan masalah-masalah yang timbul dalam pemenuhan kebutuhan oksigen 7. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan pertukaran O2 dan CO2 : a. Pengaturan posisi b. Latihan nafas dalam c. Batuk efektif d. Hidrasi e. Inhalasi f. Pemberian O2 g. Fisioterapi dada (vibrasi dan perkusi) h. Postural drainage i. Massage punggung j. Pengumpulan dahak 8. Menjelaskan pengkajian fungsi pernapasan 9. Menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul 10. Menjelaskan perencanaan, tujuan yang akan dicapai secara umum 11. Menjelaskan intervensi keperawatan serta evaluasi

C.

Manfaat

1. Bagi mahasiswa Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan oksigenasi pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan keperawatan pada saat praktik lapangan. 2. Bagi institusi dan civitas akademika Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan tambahan di perpustakaan D. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian oksigenasi? 2. Apa tujuan pemberian oksigenasi? 3. Apa saja anatomi sistem pernafasan? 4. Apa fisiologi sistem pernafasan ? 5. Apa saja factor factor yang mempengaruhi pernafasan?

E.

Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkahlangkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas

F.

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,

Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II PEMBAHASAN

I.

PENGERTIAN OKSIGENASI Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

II.

TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI 1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan 2. Untuk menurunkan kerja paru-paru 3. Untuk menurunkan kerja jantung

III.

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN A. Saluran Nafas Atas

1. Hidung Terdiri atas bagian eksternal dan internal Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut

septum Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paruparu Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia 2. Faring Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif 3. Laring Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas : - Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan - Glotis : ostium antara pita suara dalam laring - Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adams apple) - Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid) - Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid - Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi

Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu 4. Trakea Disebut juga batang tenggorok Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

B. Saluran Nafas Bawah 1. Bronkus Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

2. Bronkiolus Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

3. Bronkiolus Terminalis Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

4. Bronkiolus respiratori Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas

5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar Dan kemudian menjadi alveoli

6. Alveoli Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2 Terdiri atas 3 tipe : - Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli - Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps) - Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

PARU Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut Terletak dalam rongga dada atau toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya

PLEURA Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis Terbagi mejadi 2 : - Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada - Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi). Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,

diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi : a. Tekanan udara atmosfir b. Jalan nafas yang bersih c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi. Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi : a. Luas permukaan paru b. Tebal membran respirasi c. Jumlah darah d. Keadaan/jumlah kapiler darah e. Afinitas f. Waktu adanya udara di alveoli 3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi : a. Curah jantung (cardiac Output / CO) b. Jumlah sel darah merah c. Hematokrit darah d. Latihan (exercise)

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah : 1. Tahap Perkembangan Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang

pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. 2. Lingkungan Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. 3. Gaya Hidup Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru. 4. Status Kesehatan Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke selsel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel. 5. Narkotika Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan. 6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu : a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan. Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas

atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat. 7. Perubahan pola nafas Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma. 8. Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang : 1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan) Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya. 2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST) Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time) 3. Riwayat perkembangan a. Neonatus : 30 60 x/mnt

b. Bayi : 44 x/mnt c. Anak : 20 25 x/mnt d. Dewasa : 15 20 x/mnt e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun 4. Riwayat kesehatan keluarga Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama. 5. Riwayat sosial Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll. 6. Riwayat psikologis Disini perawat perlu mengetahui tentang : a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi 7. Riwayat spiritual 8. Pemeriksaan fisik a. Hidung dan sinus Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung. Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris b. Faring Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak c. Trakhea Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.

d. Thoraks Inspeksi : Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas. Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1:2 Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang

ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter anteroposterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1. Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi. Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan. Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut. Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea. Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri. Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi. Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang

dari 60 x/mnt. Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah. Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama. Palpasi : Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus. Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah : 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 2. Pola napas tidak efektif 3. Gangguan pertukaran gas 4. Penurunan kardiak output 5. Rasa berduka 6. Koping tidak efektif 7. Perubahan rasa nyaman 8. Potensial/resiko infeksi 9. Interaksi sosial terganggu 10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien 1. Bersihan jalan napas tidak efektif Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas. Tanda-tandanya : Bunyi napas yang abnormal Batuk produktif atau non produktif Cianosis Dispnea Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan Kemungkinan faktor penyebab : Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi Kecelakaan atau trauma (trakheostomi) Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan

Hilangnya kesadaran akibat anasthesi Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran Immobilisasi Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2. Pola napas tidak efektif Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat Tanda-tandanya : Dispnea Peningkatan kecepatan pernapasan Napas dangkal atau lambat Retraksi dada Pembesaran jari (clubbing finger) Pernapasan melalui mulut Penambahan diameter antero-posterior Cianosis, flail chest, ortopnea Vomitus Ekspansi paru tidak simetris Kemungkinan faktor penyebab : Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau oedema Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3. Gangguan pertukaran gas Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.

4. Penurunan kardiak output Tanda-tandanya : Kardiak aritmia Tekanan darah bervariasi Takikhardia atau bradikhardia Cianosis atau pucat

Kelemahan, vatigue Distensi vena jugularis Output urine berkurang Oedema Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk) Kemungkinan penyebab : Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan jantung Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

VIII. RENCANA KEPERAWATAN 1. Mempertahankan terbukanya jalan napas A. Pemasangan jalan napas buatan Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi Rute pemasangan : Orotrakheal : mulut dan trakhea Nasotrakheal : hidung dan trakhea Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3 Intubasi endotrakheal

B. Latihan napas dalam dan batuk efektif Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi Cara kerja : Pasien dalam posisi duduk atau baring Letakkan tangan di atas dada Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang Tahan napas untuk beberapa detik Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara Ulangi sesuai kemampuan pasien Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri

C. Posisi yang baik Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi, ambulasi dan latihan

D. Pengisapan lendir (suctioning) Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.

E. Pemberian obat bronkhodilator Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara. Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

2. Mobilisasi sekresi paru A. Hidrasi Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien 2 2,5 liter perhari, tetapi dalammengkonsumsi cairan yang banyak batas kemampuan/cadangan jantung. B. Humidifikasi Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.

C. Postural drainage Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya. Biasanya dilakukan 2 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat. Tekniknya : Sebelum postural drainage, lakukan : - Nebulisasi untuk mengalirkan sekret - Perkusi sekitar 1 2 menit - Vibrasi 4 5 kali dalam satu periode Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.

3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru A. Latihan napas Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan Jenis latihan napas : Pernapasan diafragma Pursed lips breathing Pernapasan sisi iga bawah Pernapasan iga dan lower back Pernapasan segmental

B. Pemasangan ventilasi mekanik Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama. Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

C. Pemasangan chest tube dan chest drainage Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage. Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest. Tujuannya : Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks dan rongga mediastinum Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura. Tipenya : a. The single bottle water seal system b. The two bottle water c. The three bottle water 4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia Dengan pemberian O2 dapat melalui : Nasal canule Bronkhopharingeal khateter Simple mask

Aerosol mask / trakheostomy collars ETT (endo trakheal tube)

5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu : A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya : a. Health promotion Ventilasi yang memadai Hindari rokok Pelindung / masker saat bekerja Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1) Pakaian yang nyaman b. Health restoration and maintenance Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret Teknik batuk dan postural drainage Suctioning Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant other Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang mudah dikunyah dan dicerna Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal asepsis Terapi O2 Terapi ventilasi Drainage dada

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny R TTL : 26 November 1939 : perempuan : SD : Islam :Janda Gol.Darah : O

Jenis Kelamin Pendidikan Agama Status Perkawinan

TB/BB Penampilan Alamat

: 160 cm, 44 kg : Rapi, berjilbab Ciri-ciri tubuh : Kurus, kulit sawo matang

: Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05 Kec.Kota Besi Kab.Kotamadya Telp/HP 08125086514

Orang Yang Dekat Hubungan Alamat/ Telpon

: Anak : Ibu dan anak : Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1.

Genogram

Keterangan :

: Laki laki

: Garis Keturunan

: Perempuan

.......

: Tinggal Serumah : Meninggal

: Garis Hubungan

2. Riwayat Keluarga Dalam keluarga klien tidak ada yang mnderita penyakit menurun seperti DM,hipertensi, asma, dll. Tidak ada pula yang mnderita penyakit menular seperti TBC.

C.RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Alat transportasi :saat ini klien bekerja sebagai petani :: 1km : jalan kaki : sebelumnya klien bekerja sebagai petani juga : 1km : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: pendapatan klien di dapat dari hasil panen, dan juga biasanya didapat dari anak-anaknya yang sudah bekerja.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Jenis lantai rumah Kondisi lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur : Kayu : Kering : Ada : cukup : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi) : aman (ada pegangan)

Alat dapur WC Kebersihan lingkungan

: tertata rapi : Ada : aman (posisi duduk ,ada pegangan)

: bersih (tidak ada barang membahayakan)

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang Tetangga Terdekat : Ada

E.RIWAYAT REKREASI
Hobby atau Minat : berkebun, bertani, menjahit, memasak Keanggotaan organisasi : ketua arisan kampong, anggota arisan keluarga Liburan atau Perjalanan : pernah memunaikan ibadah Haji

F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* Jarak dari rumah Rumah Sakit Klinik Pelayanan Kesehatan Di rumah Makanan yang dihantarkan : perawat : 500 meter : tidak ada : ada, jarak 1 km : tidak ada : tidak ada

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual leluhur Yang lainnya : klien biasa nya tiap malam jumat menyiapkan sesajian untuk :-

H.STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk Keluhan Utama: asma 1.Provocative / Paliative 2.Quality/ Quantity 3.Region 4.Severity Scale 5.Timing : sesak nafas : seperti tertusuk - tusuk : ulu hati : 5 (skala sedang) : hilang timbul

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : biasa nya bila timbul klien minum obat yang telah di anjurkan dan sering minum air hangat.

Obat-obatan : NO 1. 2. 3. NAMA OBAT Salbutamol 2mg dexametason Vit. C DOSIS 3x1 3x1 3X1 KETERANGAN

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) Obat-obatan Makanan : tidak ada : tidak ada

Faktor Lingkungan : cuaca dingin, debu, polusi

Penyakit yang diderita : asma, rematik, vertigo

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks KATZ : A

Oksigenasi Cairan dan Elektrolit dampingi teh dan kopi Nutrisi Eliminasi Aktivitas Istirahat dan Tidur Personal Hygiene Seksual

: : klien minum air putih 1500ml per hari,di : klien makan nasi, lauk, dan sayur 3kali sehari : BAK 3kali perhari , BAB 1 kali perhari : tiap hari klien pergi ke sawah untuk bertani : istirahat klien cukup, tidur sehari kira2 10 jam : klien mampu mandi, BAB,BAK sendiri tanpa bantuan

: kebutuhan seksual tidak terpenuhi karena suami klien sudah lama meninggal

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Konsep Diri lansia Emosi Adaptasi Status mental Tingkat Kesadaran Dimensia Orientasi Bicara Bahasa yang digunakan Kemampuan membaca Kemampuan interaksi Vertigo : stabil : klien mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar : baik : compos mentis : tidak : normal : normal : jawa, indonesia : bisa : sesuai : ya : klien mampu menerima bahwa dirinya seorang

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) =

Mini Mental State Exam (MMSE)= Geriatrik Depresion Scale APGAR = =

K.TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum Tingkat Kesadaran Tanda tanda Vital : Baik :Composmentis : TD 130 /90 mmHg RR 26 X/menit TB :160 cm Nadi: 88 x/menit

Suhu :36,2 0c BB: 44 Kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING) 1.Bentuk dada : Simetris 2.Sekresi dan Batuk Batuk Sputum : ya : tidak : ya ada

Nyeri waktu bernafas 3.Pola nafas

a.Frekwensi Nafas : 28 x/menit Irguler Hiper Ventilasi

4.Bunyi nafas a.Normal

vesikuler di......................................... Bronchial di.............................................. Broncho vesikuler di..................................... b.Abnormal Stridor lokasi............................ Streror lokasi............................... Wheezing lokasi.......................... Rales lokasi............... Ronchi lokasi.................... Krepitasi lokasi................................. Friction Rap lokasi....................... c. Resonen Lokal Pectoreloguy Bronchofoni Egofoni

5.Pergerakan dada Intercostal Lain lain Substernal 6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal Meningkat Menurun Lain-lain 7.Alat Bantu Pernafasan Nasal Bag and Mask Tracheostomi lokasi lokasi Supra Clavicula Suprasternal Tracheal Tag Flail Chest

Masker

Respirator

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING ) 1.Nadi Frekuensi 88 x/menit Reguler 2.Bunyi Jantung Normal 3.Letak Jantung Ictus cordis teraba pada................. 4.Pembesaran Jantung tidak 5.Nyeri Dada Ya 6.Edema : Tidak Ada 7.Clubbing Finger Tidak PERSYARAFAN (B3 : BRAIN ) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis 1.GCS : Eye :4 Verbal :5 Motorik :6 Total GCS :15 2.Refleks Normal 3.Koordinasi Gerak : Ya Kuat

4.Kejang

Tidak

5.Lain-lain..........................................

PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI ) 1. Mata ( Penglihatan ) a. Bentuk Normal b. Visus..................... Pupil : Isokor c. Gerak bola Mata : Normal d. Medan Penglihatan : Normal e. Buta Warna Tidak f. Tekanan intra okuler Meningkat

2. Hidung (Penciuman ) a. b. Bentuk : Normal Tidak

Gangguan Penciuman :

3. Telinga ( Pendengaran )

a.

Aurikel :

Normal

b. Membran tympani Terang c. Otorrhoea : Ya,jenis....................... d. e. 4. Perasa Normal 5. Peraba Normal Gangguan Pendengaran : Tinitus : Tidak Tidak Tidak

PERKEMIHAN ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER ) Masalah Kandung Kemih Tidak ada masalah Produksi Urine 250 ml/hari Frekuensi 5.x/hari

Warna kuning pekat, Bau amoniakLain-lain....................................

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL) 1. Mulut dan Tenggorokan a. Mulut

Selaput Lendir Mulut Lembab b. Lidah bersih c. Kebersihan Rongga Mulut Tidak Berbau d. Tenggorokan : tidak ada sakit menelan e. Abdomen Kenyal Nyeri tekan, tidak ada Benjolan, tidak ada f. g. h. i. Pembesaran hepar Pembesaran Lien Asites tidak tidak tidak Gigi Bersih

Lain lain.............................

2. Masalah usus besar dan rektum/anus BAB 1 X/hari Tidak ada masalah

OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE ) 1. Otot dan Tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM ) Terbatas

Kemampuan kekuatan otot Fraktur Tidak Dislokasi Tidak Haemotom Tidak 2. Integumen Warna Kulit :sawo matang Akral : hangat

Turgor :

Tidak Elastic

REPRODUKSI Perempuan : Payudara Bentuk Benjolan Kelamin Bentuk Keputihan tidak normal tidak Simetris

ENDOKRIN

1. Faktor Alergi Tidak Manifestasi : tidak ada Cara Mengatasi : tidak ada 2. Kelainan endokrin: tidak ada

PENGETAHUAN : Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien mengetahui jika dirinya mempunyai penyakit asma biasanya minum obat yang dianjurkan dan juga minum air hangat saat terasa nyeri

Sampit, 25 Maret 2012 Mahasiswa yang mengkaji,

......................................... NIM.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI 1. kerusakan DS-:Klien mengatakan saya sesak membrane alveoli nafas bila cuaca dingin dan ada debu

PROBLEM Gangguan pertukaran gas O2 dan CO2

DO:-Klien Nampak sesak nafas disertai batuk kering

-tidak ada sputum

-frekuensi nafas 28x/mnt

-type pernafasan kusmaul

- terdengar bunyi ronchi pada apex paru kiri/kanan

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. Dx. Kep. 1 Tujuan Intervensi Rasional 1. Sebagai indicator adanya gangguan nafas dan indicator dalam tindakan selanjutnya 2. Berkurangnya tekanan diafragma keatas

1. Kaji dan monitor Gangguan pertukaran frekuensi nafas O2 dan CO2 teratasi dengan criteria: - Kilen mengatakan sesak nafas berkurang

atau hilang Klien tidak batuk 2. lagi Frekuensi nafas dalam batas normal (16 18 x/mnt)

sehingga ekspresi paru maksimal sehingga Beri posisi yang klien dapat bernafas menyenangkan sesuai dengan leluasa dengan keinginan klien.(posisi semi fowler) 3. Batuk yang efektif merupakan salah satu cara yang baik dan efektif untuk mengeluarkan secret. 3. Ajarkan klien untuk batuk efektif 4. Menurunkan jumlah konsumsi atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan sehingga dapat menurunkan gejala gangguan pertukaran gas O2 dan 4. klkien untuk CO2. membatasi aktifitas 5. Untuk mempertahankan sirkulasi O2 dan CO2

5. Pertahankan sirkulasi O2 dalam ruangan

No. 1. 1.

Dx. Implementasi Evaluasi Kep. 1. Mengkaji dan monitor frekuensi nafas 1 S : Klien mengatakan saya masih sering sesak nafas 2. memberi posisi yang menyenangkan sesuai dengan keinginan klien.(posisi semi fowler) O : Klien Nampak sesak nafas 3. mengajarkan klien untuk batuk efektif disertai batuk kering 4.menganjurkan klien untuk membatasi aktifitas

-tidak ada sputum

5.mempertahankan sirkulasi O2 dalam ruangan

-frekuensi nafas 28x/mnt

-type pernafasan kusmaul - terdengar bunyi ronchi pada apex paru kiri/kanan

BAB III PENUTUP

3.1

KESIMPULAN Lansia mengalami persoalan khusus tentang gangguan O2 dan CO2 , itu tidak jauh dari penyebab penurunan fungsi tubuh dan factor usia. Kita tentunya mengetahui fungsi tubuh sangat memerlukan O2 dan CO2 yang disurvey melalui

system Kardiovaskuler, apabila dalam sytem kardiovaskuler tergganggu tentu akan mengganggu dalam pertukaran gas O2 dan CO2 keberbagai jaringan tubuh. Akhir akhir ini banyak masalah yang terjadi di kota kota besar dalam masalah kesehatan udara, terutama polusi yang semakin hari semakin mengkhawtirkan karena merusak kesehatan terutama terhadap manula.

3.2

SARAN Perlu diingat dalam masalah kesehatan pernapasan dalam hal O2 dan CO2 sangat penting dijaga karena 2 hal ini sangat penting dan diperlukan dalam system hidup. Maka dari itu Kita harus menjaga sejak dini. Banyak cara agar kita hidup selalu sehat baik itu dengan gaya hidup yang tidak sehat perlu ditinggalkan, konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan olahraga teratur. Semua yang kita akukan pada masa muda akan kita petik saat tua.

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
2. Mar 31

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL (kelompok6)


OLEH : HENDRYANTO IDA KUSUMADINATA SYARIFAH NUR HASANAH. A

KATA PENGANTAR

PujisyukurkehadiratTuhan Yang MAhaEsa, atasberkat, rahmaddanhidayah-Nya, sehingga kami dapatmenyelesaikanmakalahdenganjudul Psikologi Pada Lansia

Dalampenyusunanmakalahini kami banyakmengalamiberbagaimasalah, atasbantuandandukungandariberbagaipihak, makalahinidapatselesai.

Dalamkesempatanini kami banyakmengucapkanterimakasihkepadarekanrekanmahasiswasertadosenAkper yang banyakmembantudalampenyelesaianmakalahini.

Kami menyadaridalampenulisanmakalahinimasihjauhdarisempurna, olehkarenaitu saran dankritik yang sifatnyamembangunsangat kami harapkanuntukpenyempurnaanmakalahinidansemogabermanfaatbagikitasemua.

Sampit, maret 2012

Tim Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I 1.1 1.2 1.3 1.4 BAB II ii PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN PENULISAN METODE PENULISAN SISTEMATIKA PENULISAN PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI 2.2 ETIOLOGI 2.3 ASUHAN KEPERAWATAN 1 1 1 1 i

BAB III

PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi. Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang normal dan tidak normal serta mengetahui konsep gangguan psikologi pada lansia.

1.2. TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah bertujuan agar pembaca mengetahui dan memahami konsep psikologi pada lansia.Untuk para perawat agar dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.

1.3. METODE PENULISAN Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yaitu PEMBAHASAN, BAB III PENUTUP. : BAB I PENDAHULUAN, BAB II

BAB II PEMBAHASAN 2.1. PENGERTIAN Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)

Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Psikologi Lansia Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu : 1.Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia. 2.Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif 3.Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain. 4.Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis. ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS PADA PENUAAN Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :

A. Kepribadian, intelegensi dan sikap Tes intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia.Lansia seringkali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk diubah. B. Teori aktivitas dan pelepasan - Teori pelepasan : Lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitasnya dan bersama menarik diri dari masyarakat. - Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru. PERUBAHAN ASPEK PSIKOSOSIAL

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: 1.Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. 2.Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. 3.Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. 4.Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadangkadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. 5.Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. PERUBAHAN DALAM PERAN SOSIAL DI MASYARAKAT Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung

karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. KEPERAWATAN GERONTIK - GERIATRI NURSING - Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS merupakan bagian dari gerontic nursing. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA A. Pendekatan fisik Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu : - Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain. - Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit.

B. Pendekatan psikis Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. C. Pendekatan sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka. D. Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOIAL PADA LANSIA : Berduka disfungsional, Ketidakberdayaan, Gangguan pola tidur, Resiko terhadap cedera, Perubahan nutrisi, Defisit perawatan diri, Ansietas. TUJUAN & TINDAKAN Tujuan : mengajarkan klien untuk bersepons emosional yang adaptif. Tindakan : Lingkungan aman, Cegah terjadinya kecelakaan, Hubungan saling percaya perawat klien, Dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan untuk mengurangi intensitas masalah, Ubah pikiran negatif dan identifikasi aspek positif (kemampuan, keberhasilan), Bantu mengubah persepsi yang salah/negatif menjadi positif, Beri pujian, Libatkan dalam kegiatan dan interaksi sosial , Meningkatkan status kesehatan : perawatan diri, istirahat, makan, minum.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental yang kurang.Oleh karena itu Untuk para perawat agar dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6, EGC, Jakarta, 2000. Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000. Leeckenotte, Annete Glesler. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997. Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

CONTOH ASKEP PSIKOSOSIAL PADA LANSIA I. PENGKAJIAN A. DATA BIOGRAFI Nama Jenis Kelamin Golongan Darah Tempat Tanggal Lahir Pendidikan Terakhir Agama Status Perkawinan : Islam : Janda : Ny.R : Perempuan :: Pembuang, : SD

TB/BB Penampilan Alamat Orang yang mudah Dihub. Alamat & telepon

: 130 cm : Rapi, berjalan agak lambat sudah ada tanda kifosis : Baamang, RT 2, RW 1 : Juai : 085752752487

A. Riwayat Keluarga Genogram :

B. Riwayat Pekerjaan Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan : Tidak ada :-

Berapa Jarak Dari Rumah : Alat Transportasi Pekerjaan Sebelumnya Berapa jarak dari rumah Alat Transportasi :: Memantat : 100 meter : Tidak ada (jalan kaki)

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:cukup untuk kebutuhan sehari-hari. C. Riwayat Lingkungan Hidup Type tempat tinggal : Permanen Jenis Lantai : tanah, x tegel, porselin, lainya. Sebutkan !papan Kondisi lantai : licin, x lembab, kering, lainnya. Sebutkan !............................. Tangga Rumah : Tidak ada x tidak aman

Ada : aman (ada pegangan),

Penerangan : x cukup, kurang Tempat Tidur : x aman, (pagar pembatas, tidak terlalu tinggi), Alat dapur : x berserakan, tertata rapi, WC : Tidak ada

tidak aman

x Ada : x aman (posisi duduk, ada pegangan), tidak aman (lantai licin, tidak ada pegangan) Kebersihan lingkungan :x bersih (tidak ada yang membahayakan), tidak bersih dan tidak aman (pecahan kaca, gelas, paku,dll.) Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :5 orang Derajat Privasi :Baik Tetangga Terdekat :Suriansyah Alamat dan Telpon :D. Riwayat Rekreasi Hobbi/Minat Keanggotaan dalam organisasi Liburan/perjalanan

: Memasak :PKK :-

E. System Pendukung Perawat/Bidan/dokter/fisiotherapi :Perawat dan bidan Jarak dari rumah :2 KM Rumah Sakit : RSUD Dr. MURJANI Jaraknya 15 KM Klinik : Pelayanan kesehatan di rumah :Tidak ada Makanan yang dihantarkan :Nasi, Sayur, dan Lauk. Perawat sehari-hari yang dilakukan keluarga :Menyediakan Makanan. Lain-lain :F. Diskripsi Kekhususan Kebiasaan ritual Yang lainnya :Klien sudah tidak sholat lagi, karena sudah tua. : Sering memberi sesajen di air.

G. Status Kesehatan Riwayat Penyakit dahulu :Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus diopname dirumah sakit, namun klien sering merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya. :P : Destruksi sendi, Q : menusuk-nusuk, R ; Kaki, S : 3 (Sedang) T : kadang-kadang.

Keluhan Utama Obat-obatan : NO NAMA OBAT

DOSIS

KET

Alergi : - Obat-obatan :Tidak Ada - Makanan :Tidak Ada - Faktor Lingkungan :Tidak Ada Penyakit yang diderita : Reumatik H. Aktifitas Hidup Sehari-hari Indeks Katz :A Oksigenasi, Cairan dan elektrolit :RR = 18x/menit, dada simetris, tidak ada sianosis, minum air kopi dan air putih 600 cc/hari. Nutrisi:Klien makan 3x/hari, sekali makan 1 sendok nasi. Eliminasi:BAK 2x/hari, BAB 1x/hari Aktifitas:klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan, namun secara postur klien semestinya memakai tongkat karena sudah ada tanda kifosis. Istirahat dan Tidur: Klien tidur malam selama 7 jam, tidur siang selama 1 jam. Personal hygiene: Klien mandi 2x/hari. Seksual: merasa sudah tidak ada lagi kepikiran masalah seksual karena merasa dirinya sudah tua dan sudah tidak memilliki pasangan lagi. I. Psikologis, Kognitif dan perceptual Konsep Diri : Klien merasa kurang percaya diri apabila tidak ada keluarganya disampingnya. Emosi : Klien Tidak pernah menunjukan emosi yang berlebihan. Adaptasi : Klien sangat akrab dengan penghuni rumah dan tetangganya, namun agak malu-malu dengan penulis. Mekanisme pertahanan diri : Bila ada masalah klien selalu mengutarakan masalahnya kepada anak dan cucunya. Status Mental:

Tingkat Kesadaran:kompos mentis Afasia: Tidak ada, klien dapat dengan jelas berbicara Dimentia :xya, tidak Orientasi : x normal, bingung, tidak ada respon Bicara : x normal, gagap, afasia, Blocking Bahasa yang digunakan : Banjar Kemampuan membaca : x bisa, tidak Kemampuan interaksi : x sesuai, tidak. Sebutkan! Pendengaran : x normal, terganggu kanan/kiri, pendengaran

alat bantu

Penglihatan : xnormal, kacamata, lensa kontak, terganggu kanan/kiri, buta kanan/kiri, kabur kanan/kiri, lainnya. Sebutkan! Vertigo : ya, tidak Short Portable Mental Status Quenstionare : Mini-Mental State Exam (MMSE) :Gangguan Intelektual Ringgan Inventaris Depresi Beck :Kemungkinan Defresi J. Pengkajian Fisik 1. Data Klinik : Keadaan umum Tingkat Kesadaran GCS Tinggi Badan Kg. Temperatur Tekanan Darah

: Baik, :CM :M = 4, V = 5, P = 6, (15) :130cm :36 cNadi :120/90mmHg : 80x/menit.

Berat badan : 36

2. Pernapasan dan sirkulasi : Frekuensi napas :18x/menit Kualitas : : normal, dangkal, cepat Batuk : ya, tidak, Jelaskan, kadang-kadang Auskultasi : Lobus kanan atas : normal, pucat, menurun, tidak ada, suara tidak normal Lobus kiri atas : normal, pucat, menurun, tidak ada, suara tidak normal Lobus kanan bawah : normal, pucat, menurun, tidak ada, suara tidak normal Lobus kiri bawah : normal, pucat, menurun, tidak ada, suara tidak normal

3. Metabolik Integumen Kulit : Warna : normal, pucat, cianosis, kunin, bintik hitam Turgor : norma, menurun Lecet: tidak, ya !sebutkan................. Bengkak: tidak, ya !sebutkan............. Bercak: tidak, ya !sebutkan................ Mulut Gusi : normal, putih, lecet, lainnya................ Gigi : normal, lainya! Sebutkan beberapa ada. Skore Norton : jelas, 19 (kecil sekali/tidak terjadi) 4. Persarafan Sensori Pupil : sama, tidak sama, sebutkan, disebelah kanan ada selaput putih Reaksi terhadap cahaya Kiri : ya, tidak Kanan : ya tidak Mata : jelas, berair, kabur, lainnya. Sebutkan.....................

lainnya! Bintik-

5. Muskuloskeletal Range of motion : penuh, tidak.sebutkan.............. Keseimbangan : Stabil, tidak stabil.sebutkan.............. Menggenggam Kanan : Kuat, Lemah Kiri : Kuat, Lemah Kekuatan otot kaki : Kanan : Kuat, lemah Kiri : Kuat, lemah K. Pengetahuan Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: Klien mengatakan jarang sakit. Hanya sewaktu-waktu nyeri di kaki dan pusing

ANALISA DATA NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1.

DS : saya cemas dg anakanak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga

Social ekonomi

ansietas

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum bekerja dan berkeluarga Klien sering termenung Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5 jam Nafsu makan menurun Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dg cukup

Diagnosa keperawatan: Ansietas berhubungan dengan social ekonomi Ditandai dengan: DS : saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum bekerja dan berkeluarga - Klien sering termenung - Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5 jam - Nafsu makan menurun Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dg cukup RENCANA KEPERAWATAN No. 1. 1 Dx. Kep. Tujuan 1. Selama dilakukan tindakan 2. keperawatan diharapkan cemas3. klien teratasi dengan kriteria hasil: 4. Menunjukan ekspresi tenang Waktu tidur trpenuhi 5. Nafsu makan meningkat Intervensi Rasional

Kaji tingkat cemas 1.respon ndividu dapat klien bervariasi tergantung Catat pembatasan pada pola kultural yang focus pikiran dipelajari.Persepsi yang Observasi pola bicara klien apakah menyimpang dari situasi mungkin dapat cepat atau lambat memperbesar perasaan. Diskusikan dengan klien tentang apa yang dicemaskan 2.Penyempitan focus umumnya oleh klien merefleksikan rasa takut Tanyakan mekanisme koping 3.Menyediakan petunjuk yang digunakan lengenai factor-faktor oleh klien jika seperti tingkat sedang cemas 6. Pertahankan kontak ansietas,kemampuan sering dengan klien untuk memahami tingkat kerusakan otak untuk mendengarkan klien ataupun perbedaan bahasa bercerita 4.pasien mungkin perlu menolak realitas sampai siap untuk menghadapinya

5.Mungkin dapat menghadapi situasi dg baik pada waktu itu 6.Untuk memantapkan hubungan & meningkatkan ekspresi perasaan

IMPLEMENTASI No. 1. 1. Dx. Kep. 1 Implementasi 1. Mengaji tingkat cemas klien 2. Mencatat pembatasan focus pikiran 3. Mengobservasi pola bicara klien apakah cepat atau lambat 4. Mendiskusikan dengan klien tentangapa yang dicemaskan oleh klien 5. Menanyakan mekanisme koping yang digunakan oleh klien jika sedang cemas 6. Mempertahankan kontak sering dengan klien untuk mendengarkan klien bercerita O: - klien tampak senang bercerita masalahnya Klien tersenyum Klien mempunyai teman cerita yaitu Cucunya Evaluasi S : Makasih sudah mau mendengarkan cerita saya

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 1. Kaji tingkat cemas klien 2. Catat pembatasan focus pikiran 3. Observasi pola bicara klien apakah cepat atau lambat 4. Diskusikan dengan klien tentang apa yang

dicemaskan oleh klien 5. Tanyakan mekanisme koping yang digunakan oleh klien jika sedang cemas 6. Pertahankan kontak sering dengan klien untuk mendengarkan klien bercerita

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
3. Mar 31

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA (kelompok 10)


MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA

KELOMPOK 10:

Eny Novianti Harianto Melinda Lestari

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960 2012

BAB II PEMBAHASAN

KONSEP DASAR PERSONAL HYGIENE Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

Pengertian Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004). Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).

Klasifikasi Menurut Tarwoto (2004), macam-macam personal hygiene antara lain: 1. Perawatan kulit kepala dan rambut 2. Perawatan mata 3. Perawatan hidung 4. Perawatan telinga 5. Perawatan kuku kaki dan tangan 6. Perawatan genetalia 7. Perawatan kulit seruruh tubuh 8. Perawatan tubuh secara keseluruhan Menurut Effendy (1997), jenis kebersihan diri antara lain: 1. Kebersihan rambut 2. Kebersihan gigi dan mulut 3. Kebersihan mata 4. Kebersihan telinga 5. Kebersihan kuku 6. Kebersihan kulit

Tujuan 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. 4. 5. 6.

Memperbaiki personal hyiene yang kurang Mencagah penyakit Meningkatkan rasa percaya diri Menciptakan keindahan

Faktor factor yang dapat mempengaruhi 1. Citra tubuh Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene. 3. Status sosioekonomi Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6.

Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7.

Kondisi fisik Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampank yang sering timbul 1. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

2.

Dampak Psikososial Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

B. PERSONAL HYGIENE Pada lansia Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).

Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu: 1. Mereka yang masih aktif Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari hari dapat terenuhi. 2. Mereka yang pasif Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit atau lumpuh.

Bagi mereka yang masih aktif, hal hal yang perlu di perhatikan antara lain: 1. Mandi Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan kelenjar kulit yang mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya. 2. Kebersihan mulut Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia untuk menyikat gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 10 menit, setelah itu bilas sampai bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di bawah air mengalir untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah. 3. Perawatan rambut Lanjut usia terutama wanita kadang kadang mengalami kesulitan dalam mencuci rambut sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.

4. Perawatan kuku Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku jangan terlalu pendek dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh. 5. Pakaian Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus lunak, harus mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi. 6. Mata Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur pada jarak normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain: Penglihatan menjadi ganda Bintik hitam atau ada daerah yang gelap Sakit pada mata Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung ujung objek Mata yang kemerahan Tiba tiba kehilangan melihat dengan jelas

7. Lingkungan Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan ruang tidur atau ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba tiba harus dihindarkan.

Bagi mereka yang pasif Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu tetap diperhatikan, yaitu: 1. Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek 2. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap aktif dan menghindarkan pegal pegal serta atrofi otot 3. Letak tidur diatur antara lain: Letak guling dibawah lutut Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada tumit dan bokong Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri

Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur diberi sandaran atau papah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain: 1. Faktor Pengetahuan Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain). Yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperehension), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998). 2. Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000). Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia bisa disebabkan karena Demensia di mana lansia mengalami kemunduran daya ingat dan hal ini dapat mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri), dimulai dari bangun tidur, mandi berpakaian dan seterusnya. 3. Faktor Ekonomi Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga. 4. Faktor Budaya Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter dan Ferry, 2005). 5. Faktor Lingkungan Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan meningkatkan kesejahteraan (Potter dan Ferry, 2005). 6. Faktor Citra Tubuh Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1999 dalam Setiadi 2005). 7. Faktor Peran Keluarga Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap anggotanya begitu juga status kesehatan dari setiap individu mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya melalui fungsi yang adekuat, anggota keluarga tersebut cenderung untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan keluarga mereka (Potter dan Ferry, 2005).

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual dan motorik, keleamahan otot Intervensi : Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau tidak disukai klien. Ciptakan lingkungan nyaman untuk makan yang tidak memgganggu Pertahankan suhu makanan yang konstan ( makanan panas, dingin) Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan untuk makan sendiri Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan Dorong klien untuk menggunakan gigi palsu dan kacamata Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan ketidakmampuan fisiknya (terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja) Berikan kontak sosial selama makan Untuk kekurang-kurangan yang nampak - Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu memmbedakan artikel (misal baki merah, piring putih ) - Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel makan sesuai dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola makan yang menyerupai jam); catat pada rencana pengaturan perawatan yang digunakan (misal, daging jam 6, kentang jam 9, sayur - sayur jam 12) - Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan roti, daging, buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu adaptif yang diperlukan - Perlindungan piringu ntuk menghindari terdorongnya makanan keluar dari piring - Alat bantu hisap dibawah piring atau mangkok untuk menstabilkan - Ganggang bantalan pada alat makanan untuk meamanan memegang - Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat makan - Cangkir minuman khusus

- Pisau atau alat pemotong Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan bumbu, alat pemotong daging, roti, mentega Untuk klien dengan kekurangan kognitif - Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan dan tidak mudah mengalihkan perhatian dari tugas - Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari perlengkapan untuk makan - Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan, secara fisik klien dapat makan - Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada terhadap kelemahan, frustasi, atau agitasi

Untuk individu atau klien yang sangat ketakutan akan keracunan - Biarkan klien untuk membuka makanan kaleng - Makan satu potong roti dulu - Pastikan mendapatkan gaya makanan keluarga

Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan tujuan seluruh intervensi

2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan motorik, kelemahan otot Intervensi : Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau alat bantu pendengaran Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai klien Berikan privasi selama mandi rutin Berikan seluruh perlengkapan mandi dalam batas yang mudah dicapai Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan) Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau pancuran, tergantung pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di RS dalam persiapan pulang ke rumah)

Berikan peralatan adaptif jika dibutuhkan - Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak mandi atau pancuran - Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau ekstremitas bawah - Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk mobilisasi - Papan mandi untuk pindah kekursi - Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak mandi atau pancuran - Sarung tangan pencuci dengan kantong untuk sabun - Sikat gigi yang sudah teradaptasi - Alat pencukur - Pemegang semprotan pancuran

Untuk individu dengan kemunduran kognitif: - Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program struktur untuk membantu menurukan ansietas - Pertahankan intruksi sederhana dan hindari pengalihan, orientasi tujuan adanya perlengkapan mandi - Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan klien memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan benar, berikan umpan balik positif terhadap keberhasilan - Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman melaksanakan tugas yang tidak dibantu - Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat meningkatkan ansietas

Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan jika ada berbagai kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau pelayanaan sosial untuk membantu dalam mendapatkan pelengkapan yang dibutuhkan

3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan motorik, kelemahan otot Intervensi : Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau alat bantu pendengaran

Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters menerus dan tidak dibantu Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana pendek serta bukan bagian depan Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan pakaian, sejak tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami kerusakan Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian dari aktivitas sebelum berkembang lebih lanjut Susun pakaian dalam urutan dimana mereka menggunakannya Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya beberapa bantuan yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik ritsleting, kancing, sendok sepatu yang panjang, pengikat sepatu yang elastis Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa daripada pakaian malam Berikan privasi selama menggunakan pakaian rutin Untuk individual dengan kemunduran kognitif - Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian untuk memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas - Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan sering, hindari pengalihan - Perkenalkan satu aksesoris pakaian pada suatu waktu - Dorong perhatian terhadap tugas, waspada terhadp kelelahan dimana dapat meningkatkan ansietas

Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap instruksi dan rasional diatas

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Tanggal pengkajian : 28 Maret 2012 Jam 08.00 WIB A. DATA BIOGRAFI Nama : Ny. H TTL : Sampit, 10 November 1942 Jenis kelamin : Perempuan Golongan darah : O Pendidikan : Agama : Islam Status perkawinan : Kawin / Janda

TB / BB : 151 cm / 51 kg Penampilan : Tampak tidak rapi dan tidak terawat Ciri ciri tubuh : Rambut beruban, kulit keriput, badan agak bungkuk. Alamat : Kel. Baamang RT / RW : 07 / 03 Kec. Baamang Tengah Telp / Hp : Kabupaten / Kotamadya : Kotawaringin Timur Orang yang dekat : Ny. E Hubungan : Anak kandung Alamat / Telpon : Baamang Tengah B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Keterangan : Pasien Perempuan

Laki laki Tinggal serumah Garis hubungan

Garis keturunan

Meninggal

2. Riwayat Keluarga Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara Klien seorang janda dan mempunyai 6 orang anak Klien tinggal bersama 1 orang anaknya C. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini : Alamat pekerjaan : Jarak dari rumah : Alat transportasi : Pekerjaan sebelumnya : Jarak dari rumah : Alat transportasi : Sumber sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan bulanan dari anak - anaknya D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Tipe tempat tinggal : Permanen (rumah pribadi) Jenis lantai rumah : Papan Kondisi lantai : Kering Tangga rumah : Tidak ada Penerangan : Cukup Tempat tidur : Aman, tidak tinggi Alat dapur : Rapi WC : Aman, lantai tidak licin Kebersihan lingkungan : Cukup baik Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 2 orang

Klien mendapat uang

Derajat privasi : Cukup terjaga Tetangga terdekat : Ny. M Alamat / Telpon : Baamang Tengah E. RIWAYAT REKREASI Hobbi / Minat : Berkebun Keanggotaan organisasi Liburan / Perjalanan :

: Keluar kota (mengunjungi anak)

F. SISTEM PENDUKUNG Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : L (perawat) Jarak dari rumah : 1 km Rumah Sakit : RSUD DR. MURJANI / 3 km Klinik : PKM BMG I / 1,5 km Pelayanan kesehatan di rumah : Makanan yang dihantarkan : Perawatan sehari hari yang dilakukan keluarga : Lain lain : G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan ritual : Klien beragama Islam, melaksanakan solat 5 waktu. Yang lainnya : H. STATUS KESEHATAN Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan cepat lelah jika beraktifitas banyak. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak ada menderita penyakit berat. Paling hanya sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa. Keluhan Utama 1. Provocative / Paliative : 2. Quality / Quantity : 3. Region : 4. Severity Scale : 5. Timing : Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Jika sakit klien biasa membeli obat di warung Obat obatan Alergi (Catatan agent dan reaksi spesifik) Obat obatan : Makanan : Faktor lingkungan : Penyakit yang diderita I. AKTIVTAS HIDUP SEHARI HARI (ADL) Indeks KATZ : A Oksigenasi : Baik, tidak ada alat bantu Cairan & Elektrolit : Minum 6 gelas / hari, 250 ml / gelas Nutrisi : Nafsu makan baik, makan 3x/hari Eliminasi : Lancar, tidak ada gangguan Aktivitas : Mandiri namun terbatas karena klien merasa lemah dan cepat lelah Istirahat & Tidur : Tidur siang 1 jam, tidur malam 7 jam

Personal Hygiene : Kurang baik, tampak tidak rapi, dan tidak terawat Seksual : Tidak ada keinginan untuk berhubungan lagi karena merasa sudah tua Rekreasi : Mengunjungi anak di luar kota J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL Konsep diri : Baik Emosi : Stabil Adaptasi : Baik Mekanisme pertahanan diri : Baik Status mental : Baik Tingkat kesadaran : Composmentis Afasia : Tidak ada Dimensia : Tidak ada Orientasi : Normal Bicara : Normal Bahasa yang digunakan : Banjar Kemampuan membaca : Kurang / terbatas Kemampuan interaksi : Baik Vertigo : Tidak ada Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) Mini-Mental State Exam (MMSE) Geriatrik Depression Scale APGAR K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum : Baik Tingkat kesadaran : Tanda tanda vital N 72 x/m RR 20 x/m S 36,4 : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang)

: 6 (Gangguan Intelektual Sedang) : Skor 4 : 6 (Sedang)

Composmentis : TD 130 / 80 mmHg BB 51 kg TB 151 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING) 1. Bentuk Dada : 2. Sekresi dan Batuk : 3. Pola Nafas a. Frekuensi nafas : 4. Bunyi Nafas b. Normal : c. Abnormal : d. Resonen lokal : 5. Pergerakan dada : 6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal 7. Alat Bantu Pernafasan :

Simetris Tidak Ada 20x/m dan teratur Vesikuler di semua lapang paru Simetris : -

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING) 1. Nadi Frekuensi : 72x/m dan reguler 2. Bunyi jantung : Normal

3. 4. 5. 6. 7.

Letak jantung Pembesaran jantung Nyeri dada Edema Clubbing finger

: : : : :

Normal Tidak Tidak Tidak Tidak

PERSARAFAN (B3: BRAIN) Tingkat Kesadaran: Composmentis 1. GCS Eye: 4 Verbal: 5 Total GCS: 14 2. Refleks 3. Koordinasi gerak 4. Kejang 5. Lain-lain

Motorik: 6 : : : : Normal Ya Tidak -

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI) 1. Mata (Penglihatan) a. Bentuk : Normal b. Visus : c. Pupil : Isokor d. Gerak bola mata : Normal e. Medan penglihatan : Menyempit f. Buta warna : Tidak g. Tekanan Intra Okuler : Tidak 2. Hidung (Penciuman) a. Bentuk : Normal b. Gangguan Penciuman : Tidak 3. Telinga (Pendengaran) a. Aurikel : Normal b. Membran tympani : Keruh c. Otorrhae : Tidak d. Gangguan Pendengaran : Ya e. Tinitus : Ya 4. Perasa : Normal 5. Peraba : Normal PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER) Masalah kandung kemih : Sering Produksi urine : 1000 ml/hari Frekuensi : 4 5 x/hari Warna : Kuning Jernih Bau : Amoniak PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL) 1. Mulut dan Tenggorokan a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab b. Lidah : Hiperemik c. Kebersihan Rongga Mulut : Berbau d. Tenggorokan : Tidak ada sakit menelan e. Abdomen : Kenyal f. Pembesaran Hepar : Tidak g. Pembesaran Lien : Tidak h. Asites : Tidak 2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus

BAB Obat pencahar Lavemen

: : :

1 x/hari, Tidak ada masalah Tidak Tidak

OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE) 1. Otot dan Tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas Kemampuan kekuatan otot: - Tidak ada fraktur - Tidak ada dislokasi - Tidak ada haematom 2. Integumen Warna kulit : Hiperpigmentasi Akral : Hangat Turgor : Tidak Elastik Tulang belakang : Kiposis

REPRODUKSI Perempuan: Payudara Kelamin

: :

Bentuk simetris, tidak ada benjolan Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

ENDOKRIN Klien tidak memiliki kelainan endokrin

PENGETAHUAN Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia, merasa lemah dan sering cepat lelah sehingga terbatas dalam melakukan perawatan diri.

ANALISA DATA

No.

Data

Etiologi

Problem

1.

DS : Saya merasa lemah dan sering cepat lelah bila beraktivitas jadi untuk perawatan diri ya seadanya saja

KelemahAn otot

Kurang perawatan diri

DO : - K/U Baik - Tampak tidak rapi, kotor, dan tidak terawat - Rambut putih, kulit keriput

I.

PRIORITAS MASALAH 1. Kurang perawatan diri

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kurang perawatan diri b/d penurunan kelemahan otot

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. 1 Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


Menjaga kebersihan dan kelembaban kulit Menjaga kebersihan dan kesegaran mulut Menjaga kebersihan rambut dan kelembaban kulit kepala Menjaga kerapianrambut Menjaga kebersihan kuku, menghindari terjadi luka

Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien mandi 2x1. tindakan keperawatan sehari dan ajarkan klien selama 1 x 24 jam, memakai baby oil setiap 2. klien mampu habis mandi melakukan perawatan 2. Anjurkan klien menyikat 3. diri dengan kriteria gigi minimal setiap hasil : mandi 1. Klien tampak bersih, 3. Anjurkan klien mencuci 4. rapi, dan terawat rambut rutin 3x 5. 2. Klien tampak sehat seminggu, memakai

4.

5.

6.

7.

conditioner dan anjurkan untuk minta bantuan 6. orang terdekat / anak Anjurkan klien menyisir rambutnya tiap hari dan 7. ditata rapi Anjurkan klien minta bantuan pada orang terdekat / anak untuk memotong kuku bila panjang, bila bisa mandiri ingatkan untuk hati hati dan jangan terlalu pendek atau sampai menimbulkan luka Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tidak berbahan kasar, tidak tebal, mudah dan nyaman dipakai Berikan penkes tentang pentingnya melakukan perawatan diri / menjaga kebersihan diri bagi lansia

karena akan sulit sembuh Menjaga kenyamanan dan menjaga agar selalu rapi dan tidak terjadi iritasi Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran klien akan pentingnya tetap melakukan perawatan diri / menjaga kebersihan diri meskipun sudah lansia

IMPLEMENTASI No. 1. 1. Dx. Kep. 1 Implementasi Evaluasi

1. Menganjurkan klien mandi 2x sehari dan mengajarkan klien memakai baby oil setiap Tanggal 28 Maret 2012 habis mandi 2. Menganjurkan klien menyikat gigi minimal Jam 17.00 WIB setiap mandi 3. Mengnjurkan klien mencuci rambut rutin 3x seminggu, memakai conditioner dan menganjurkan untuk minta bantuan orang S : Saya sudah mulai mencoba terdekat / anak menjalankan anjuran anjuran 4. Mengnjurkan klien menyisir rambutnya tiap untuk perawatan diri saya dan hari dan ditata rapi saya meminta bimbingan dari 5. Menganjurkan klien minta bantuan pada anak saya karena saya sudah tua orang terdekat / anak untuk memotong kuku begini tidak bisa melakukannya bila panjang, bila bisa mandiri ingatkan sendiri untuk hati hati dan jangan terlalu pendek atau sampai menimbulkan luka 6. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tidak berbahan kasar, tidak tebal, O: mudah dan nyaman dipakai Klien tampak bersih, rapi, dan 7. Memberikan penkes tentang pentingnya terawat melakukan perawatan diri / menjaga - Klien tampak sehat kebersihan diri bagi lansia

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.

3.2

SARAN Perawat mempunyai peranan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan diri, yaitu sebagai family advocacy. Perawat berperan sebagai pendamping bagi keluarga baik bagi lansia maupun keluarganya ketika dihadapkan pada suatu masalah termasuk dalam hal kebersihan diri. Perawat sebagai conselor perawat di mana perawat dapat memberikan ide atau pendapat kepada lansia dan kepada keluarga sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Perawat memberikan asuhan dengan kebutuhan perawat sebagai pendidikan memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J, 2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Kedokteran Setiabudhi, T & Hardiwinoto, 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Tarwoto & Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proes Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
4. Mar 31

Asuhan Keperawatan GErontik dengan Masalah Cairan dan Elektrolit (kelompok9)


KELOMPOK 8 :

GILANG RAMADAN ISTIQOMAH NOVITA SARI RETNO WULANDARI RIPHA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air (H 0) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuhmanusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung kepadakandungan lemak & otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasiantara 50-70% dari total beratbadan orang dewasa.Oleh karenaitu maka tubuh yang terlatih &terbiasa

berolahraga sepertitubuh seorang atlet biasanyaakan mengandung lebih banyakair jika dibandingkan tubuh nonatlet. Di dalam tubuh, sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling tinggi antara lain adalahsel-sel otot dan organ-organ padarongga badan, seperti paruparuatau jantung, sedangkan sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling rendah adalah sel-seljaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagitubuh manusiaadalahmengkonsumsi1 ml air untuksetiap 1 kkalkonsumsi energy tubuhataudapat juga diketahui berdasarkan estimasi totaljumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rataratatubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 Lcairan per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluarmelalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400ml keluar dalam bentuk uap air melalui prosesrespirasi (pernafasan) dan 100 mlkeluar bersama dengan feces(tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas 240 ml) biasanyadijadikan sebagai pedomandalam pemenuhan kebutuhancairan per- harinya. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana anatomi cairan tubuh? 2. Apa pengertian dari cairan tubuh 3. Apapenyebab terjadinya ketidakseimbangan volume cairan? 4. Bagaimana patofisiologinya? 5. Apasaja tanda dan gejalanya? 6. Sebutkan klasifikasinya? 7. Apa saja pemeriksaan diagnostic? 8. Bagaimana penatalaksanaanna? 9. Apa saja diagnosa keperawatannya? 10. Bagaiamana asuhan keperawatannya? Tujuan Penulisan Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan penjelasan tentang cairan dan elektrolit. Selain itu, makalah ini juga untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka dari berbagai macam sumber data yang memiliki kaitan dengan asuhan keperawatan gerontik baik melalui buku kepustakaan ataupun melalui kepustakaan dari media elektronik/dunia maya (internet). Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan, Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Daftar Pustaka.

1.3

1.4

1.5

BAB II PEMBAHASAN

2.1

ANATOMI CAIRAN TUBUH Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 7075 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.Hal ini terlihatpada tabel berikut : Tabel.1 Perubahan cairan tubuh total sesuai usia Usia Kilogram Berat (%) 80 70 60 59 58 58-60 40-50 70-75

Bayi premature 3 bulan 6 bulan 1-2 tahun 11-16 tahun Dewasa Dewasa dengan obesitas Dewasa kurus

Dikutip dari : Garner MW: Physiology and pathophysiology of the body fluid, St.Louis,1981, Mosby.

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi padaperdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa

preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat.Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resikopenderita menjadi lebih besar.Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dankompartemen ekstraselular.Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial. a. Cairan intraselular Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orangdewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakancairan intraselular. b. Cairan ekstraselular Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairanekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengahdari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlahcairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Inisebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70kg. Cairan ekstraselular dibagi menjadi: Cairan Interstitial Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11-12 liter pada orang dewasa.Cairan limfe termasuk dalam volumeinterstitial.Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kalilipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa. Cairan Intravaskular Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnyavolume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6Ldimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah,sel darah putih dan platelet. Cairan Transeluler Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu sepertiserebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresisaluran pencernaan.Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluleradalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dankeluar dari ruang transeluler.

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen). o Kation

Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na +), sedangkankation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+).Suatusistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini. o Anion Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl -) danbikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat (PO43).Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinyasama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraselulertetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler. a) Natrium Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan didalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135145mEq/liter. Kadarnatrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme: - Left atrial stretch reseptor - Central baroreseptor - Renal afferent baroreseptor - Aldosterone (reabsorpsi di ginjal) - Atrial natriuretic factor - Sistem renin angiotensin -Sekresi ADH -Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water) Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapatberubah-ubah.Ekresi natrium dalam urine 100180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dankeringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl). Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupunke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare)sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangannatrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natriumdari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik daridalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilahkegagalan sirkulasi. b) Kalium Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperanpenting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalamtubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubahubah sedangkan yang tidak dapatberpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel.Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresikalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter. c) Kalsium

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkanlewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake,besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi olehkelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis. Sebagian besar (99%)ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalamsel. d) Magnesium Magnesium ditemukan di semua jenis makanan.Kebutuhan unruk pertumbuhan +10 mg/hari.Dikeluarkan lewat urine dan faeces. e) Karbonat Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasilakhir daripada metabolisme.Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekalibikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dansangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa. Non elektrolit Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

2.1

PENGERTIAN CAIRAN TUBUH Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

2.2

PENYEBAB TERJADINYA CAIRAN TUBUH Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yangpaling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah kehilangan cairandi gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula. Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak, infeksi,inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar. Keadaan akut, kehilangancairan yang cepat akan menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat danjantung. Pada kehilangan cairan yang lambat lebih sdapat ditoleransi sampai defisi volumecairan ekstraselular yang berat terjadi.

2.3

PATOFISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT Proses Pergerakan Cairan Tubuh Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.Difusi dan osmosis adalahmekanisme transpor pasif.Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara: a) Osmosis Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutanberkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama.Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidakdapat dilalui zat terlarut misalnya protein. Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan tekananosmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkanlebih tinggi disebut hipertonik. b) Difusi Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak darikonsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluhdarah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori

tersebut.Jadi difusitergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik. c) Pompa Natrium Kalium Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ionnatrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dariluar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaanhiperosmolar di dalam sel.

2.4

TANDA DAN GEJALA KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Perubahan cairan tubuh

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu : 1. Perubahan volume

Tabel.3 Tanda-tanda klinis dehidrasi

Symptom/Sign Mild Level of consciousness* Capillary refill*

Dehydration

Moderate

Dehydration Severe Dehydration Obtunded

Alert

Lethargic

2 Seconds

2-4 Seconds

Greater than 4 seconds, limbs Mucous cool

Membranes*

Normal

Dry

Parched, cracked

Tears* Heart rate Respiratory rate

Normal Slight increase Normal

Decreased Increased Increased

Absent Very increased Increased and hyperpnea

Blood pressure

Normal

Normal, but orthostasis

Decreased

Pulse Skin turgor Fontanel Eyes Urine output

Normal Normal Normal Normal Decreased

Thready Slow Depressed Sunken Oliguria

Faint impalpable Tenting Sunken Very sunken Oliguria/anuria

or

* Best indicators of hydration statuss Tabel. 4 Derajat dehidrasis Dehidrasi Ringan Sedang Berat Shock asi Dewasa Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Beberapa pendekatan terangkum dalam tabel 5. Dewasa 4% 6% 8% 15-20% Anak 4%-5% 5 % - 10 % 10 % - 15 % 15 % - 20%

Tabel.5 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit Tabel.6 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan, cairan rumatanyang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung disesuaikan.

Cararehidrasi: 1) Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang diberikan (D) =derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc 2) Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jamatau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak) 3) Pemberian cairan : o 6 jam I = D + M atau 8 jam I = D + M (menurut Guillot) o 18 jam II = D + M atau 16 jam II = D + M (menurut Guillot) Kelebihan volume Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaClataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan air) ataupundapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagaljantung kongestif.Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi kelebihancairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.

2. Perubahan konsentrasi - Hiponatremia Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi,iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L makaakan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleheuvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal,diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ 125 mg/L) atau NaCl3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.

Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara perlahanlahan,sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk menghitung Naserum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus: Na= Na1 Na0 x TBW keterangan : Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq) Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan Na0 = Na serum yang actual TBW = total body water = 0,6 x BB (kg) Hipernatremia Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahanmental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan olehkehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringatberlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan iniadalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) xBB x 0,6}: 140. Hipokalemia Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kaliumdari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar totalkalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung,perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural,kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapatberupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan), infuspotasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atauinfus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untukhipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yanghebat).Rumus untuk menghitung defisit kalium: K = K1 K0 x 0,25 x BB Keterangan : K = kalium yang dibutuhkan K1 = serum kalium yang diinginkan K0 = serum kalium yang terukur BB = berat badan (kg) Hiperkalemia Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal atauobat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin,diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahanEKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium klorida 10%dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik,hemodialisis.

1) Perubahan komposisi - Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg) Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk menurunkanventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan

akibat dariventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis,pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi abdomen danpenggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan koreksi yangadekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis bilaperlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat post operatif adalah sangat penting. Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg) Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi yangdibantu.Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosisterjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untukmengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai, analgesia,penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit potasium yangterjadi. Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L) Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilanganbikarbonat.Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula ususkecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.Kompensasi awal yang terjadiadalah peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2.Penyebab paling umum adalahsyok, diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunanmetanol.Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan hanyasetelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan. Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L) Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan bikarbonatdan diperburuk oleh hipokalemia.Masalah yang umum terjadi pada pasien bedahadalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular.Terapiyang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan penggantian kekuranganpotasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama perode 24 jam denganpengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang sering. 2.5 KLASIFIKASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dehidrasi Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum darinatrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atauhipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling seringterjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% darikasus. 1) Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir samadengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnyarelatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular. 2) Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengankandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karenakadar

natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah kekompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular. 3) Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengankandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karenakadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemenintravaskular, sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular. 2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan) 2. Pemeriksaan eletrolit terutama kadar Natrium, Kalium, dan Fofor dalam serum.

2.7

PENATALAKSANAAN Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah olehstres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera padaparu-paru, kulit atau traktus gastrointestinal. Pada keadaan normal, seseorang mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000-2500ml per hari, dalam bentuk cairan maupun makanan padat dengan kehilangan cairan rata-rata 250 ml dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yangtidak disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru. Kepustakaan lain menyebutkan asupan cairan didapat dari metabolisme oksidatifdari karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250300 ml per hari, cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari makanan padat sekitar800-1000 ml tiap hari, sedangkan kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata1500 ml tiap hari, 4080 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik),kulit (insensible loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang dewasa yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan demam yaitu 100-150 ml tiapkenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37 derajat celcius dansensible loss yang banyaknya

tergantung dari tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss), traktus gastrointestinal (100200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L tiap hari jika terdapat penyakitdi traktus gastrointestinal), third-space loses.

Tabel.2 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasaID GAINS FLUID LOSES FLUID GAINS Oxidative 300 ml Metabolism Oral fluids 1100-1400 ml Solid foods 800-1000 ml TOTAL 2200-2700 ml FLUID LOSES Kidneys 1200-1500 ml Skin 500-600 ml Lungs 400 ml GI tract 100-200 ml TOTAL 2200-2700 ml

2.8

DIAGNOSA KEPERAWATAN ANALISA DATA

No.

Keluhan / Data Data objektif :

Etiologi

Problem

Diare; kehilangan Ketidakseimbangan

1. Klien merasa lemah cairan lambung; volume cairan 2. Klien merasa haus secara diaphoresis; kurang dari berlebihan polyuria. kebutuhan tubuh

Data subjektif : 1. Kelemahan 2. Haus 3. Penurunan turgor kulit / penurunan intensitas tidur 4. Membrane mukosa / kulit kering 5. Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume / tekanan nadi 6. Pengisian vena menurun 7. Perubahan status mental 8. Konsentrasi urine meningkat 9. Temperature tubuh meningkat 10. Hemtokrit tinggi 11. Kehilangan berat badan seketika

2.1

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK A. DATA BIOGRAPI Nama : Ny. R TTL : 6 agustus -1942 Jenis Kelamin : perempuan GOL.darah: O Pendidikan : SD Agama : islam TB/BB : 153 Cm, 42 kg Penampilan : rapi,bersih ciri-ciri tubuh: beruban Alamat : kel: basirih hulu RT/RW: 5 / 3 kec: mentaya hilir selatan kabupaten: kotawaringin timur Orang Terdekat : anak Hubungan : keluarga Alamat/telp : JL. Mujahidin / 085752xxxx

rambut

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram xxxx

keterangan :

: laki-laki : perempuan : garis hubungan : klien

-----x

: garis keturunan : garis serumah : meninggal

2. Riwayat Keluarga Aklien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara.klien berasal dari keluarga yang tidak berada.orang tua klien sudah meninggal,dan suami klien sudah meninggal 5 tahun yang lalu.klien tinggal bersama ke-2 anaknya. orang tua laki-laki klien meninggal karena hipertensi dan ibu klien meniggal karena sakit. C. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Jarak dari rumah Alat transportasi Jarak dari rumah Alat transportasi : : : : -

: 4000 km : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh anak klien dan klien tinggal bersama anaknya. D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Type tempat tinggal : kayu Jenis lantai rumah : kayu

Kondisi lantai : kering Tangga rumah : tidak ada Penerangan : cukup Tempat tidur : tidak aman Alat dapur : tertata rapi WC : ada (tidak aman, lantai licin tidak ada pegangan) Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang yang membahayakan) Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 7 orang Derajat privasi : klien merasa cukup dihargai dirumah Tetangga terdekat : ny S hubungan : keluarga Alamat/tlfn : jl. Mujahidin / 085349xxxx E.RIWAYAT REKREASI Hobby/minat : klien suka memasak dan membuat kue Keanggotaan Organisasi : Tidak Ada Liburan/perjalanan : klien lebih sering berdiam diri dirumah dan jarang melakukan refresing F. SISTEM PENDUKUNG Perawat : disekitar rumah klien tnggal salah seorang tenaga kesehatan puskesmas Jarak dari rumah : 1000 km Klinik : 5000 km Pelayanan kesehatan dirumah : tidak ada Makanan yang dihantarkan : tidak ada Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : tidak ada Lainnya : klien masih mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan ritual : klien shalat 5 waktu dan menjalankan puasa ramadhan H. STATUS KESEHATAN Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan sering mengeluh pusing dan kurang nafsu makan Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan pernah mengalami diare. Keluhan utama : diare 1. Provocative : 2. Quality/quantity: 3. Region : 4. Severity scale : 5. Timing : Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : Obat obatan :

No. 1.

Nama obat NEO ENTROSTOP

Dosis 2X1

Keterangan Obat anti diare

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik) Obat-obatan : tidak ada Makanan : tidak ada Factor lingkungan : tidak ada Penyakit yang diderita Hipetensi, lainnya : batuk,pilek,demam ,panas sakit kepala I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks KATZ : A / B / C / D / E / F / G Oksigenasi : klien tidak menggunakan O2 Cairan & elektrolit : air putih 1800 ml Nutrisi : klien makan 3x sehari Eliminasi : klien BAB 5x/ hari, BAK 3X Aktivitas : klien dapat beraktivitas dengan baik Istirahat & tidur : klien tidur 6 7 jam Seksual : klien tidak berkeinginan lagi untuk melakukan hubungan suamiIstri Rekreasi : klien jarang rekreasi dan sering dirumah

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL Konsep diri : baik Emosi : stabil Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan keluarga dan tetangga Mekanisme pertahanan diri: klien dapat mempertahankan diri dengan baik Status mental Tingkat kesadaran : compos mentis Afasia : tidak Dimensia : tidak Orientasi : normal Bicara : normal Bahasa yang digunakan:bahasa banjar Kemampuan membaca : bisa Kemampuan interaksi : sesuai Vertigo : tidak Short portable mental status quetionaire (SPMSQ) : 0 2 fungsi menta utuh

Mini mental state exam (MMSQ) baik Geriatrik depresion scale =kemungkinan depresi Apgar K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda- tanda vital x/m
0

:0 2 kesalahan : :skor 5 9 : rendah

: baik : compos mentis : TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/m 153 cm

NADI

88

SUHU : 36,5 BB : 42 kg

C TB :

PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1 : BREATHING) 1. bentuk dada Simetris asimetris barrel chest 2. sekresi dan batuk batuk: sputum: ya warna : nyeri waktu bernafas : tidak 3. pola nafas a. frekwensi nafas : 20 x/ menit 4. bunyi nafas a. normal vasikuer disemua lapangan dada tidak ya tidak funne chestl pigeons chest

: regular

bronchial di manubrium sternum broncho vesikuler di intracosta 2 dipercabanga bronchus 5. pergerakan dada : intercostal 6. tractil fremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun 7. alat bantu pernafasan : tidak ada

CARDIOVASCULAR (B2 : BLEEDING) 1. Nadi frekuensi : 88 x/menit regular irregular 2. Bunyi jantung Normal Tambahan 3.Letak jantung Ada Tidak,jelaskan lemah kuat

ictus cordis teraba pada 4. Pembesaran jantung Ya Ya Tidak 6.Edema Palpebra Tidak 5.Nyeri Dada

anasarka

ekstremitasatas

asites Ya Tingkat Kesadaran: compos mentis apatis samnolen sopor Tidak PERSARAFAN (B3: Brain) tidak ada 7. Clubbing Finger ekstremitas bawah

koma 1. GCS: Eye: 4 Total GCS: 15 2. Refleks

Verbal: 5

Motorik: 6

Normal parese hemi parese Babinsky paraplegi tetraplegia 3.koodinasi gerak : ya tidak 4. kejang : ya tidak 5.lain-lain : PENGINDERAAN (persepsi sensori) 1. Mata (penglihatan) a. Bentuk Normal enoftalmus eksoptalmus lain b. visus c. pupil iskor unisokor miosis midriasis d. Gerak bola mata : normal menyempit e. Medan penglihatan: f. Buta warna :

positif

refleks cahaya negative

Ya,jenis meningkat tidak tidak g. Tekanan Intra Okuler :

2. Hidung (Penciuman) a. bentuk

: normal

denasi

b. gangguanpenciuman : 3. Telinga (Pendengaran) a. aurikel : normal anomaly keterangan ya tidak

b. membrane tympani terang keruh intake perforasi c. otorrhoea ya,jenis d. gang guan pendengaran : e. tinnitus : ya 4. perasa normal tremor tidak ya

kemerahan

tidak

parese

lain-lain,sebutkan

5. peraba normal kelainan,sebutkan

PERKEMIHAN ELIMINASI URI (B4 : BLADDER) masalah kandung kemih tidak ada masalah menetes oliguria nyeri polyuria panas dysuria sering pasang kateter sistostomi produksi urine: 1800 ml/hari incosntinensia retensi hematuria nokturia nokturia frekuensi : 5x/hari

warna : kuning bau : amoniak PENCERNAAN ELIMINASI ALVI( B5: BOWEL) 1. Mulut dan tengorokan a.mulut selaput lendir mulut lembab merah stomatitis b. lidah hiperemik kotor lain lain c. kebersihan rongga mulut tidak berbau berbau gigi bersih gigi kotor d. tenggorokan sakit menelan/ nyeri menelan sulit menelan lain-lain e. abdomen kenyal tegang kembung nyeri tekan, lokasi benjolan, lokasi f. pembasaran hepar g. pembesaran lien h. asites i. lain-lain 2.masalah usus besar dan rectum / anus BAB :5X/hari tidak ada masalah konstipasi inkontinensia obat pencahar lavamen : ya tidak : ya tidak diare menelan faeses berdarah feses berlendir colostomy wasir lain-lain : ya tidak : ya : ya tidak tidak

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE) 1. otot dan tulang kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) bebas tidak tidak haematom tidak ya 2. integument warna kulit : ikterik seasonik pucat kemerahan hangat panas dingin kering dingin basah lokasi ya lokasi ya dislokasi lokasi terbatas kemampuan kekuatan otot

akral:

hyperpigmentasi turgor : elastic tidak elastic tulang belakang lordosi: kiposis: scoliosis: REPRODUKSI laki-laki : kelamin bentuk : kebersihan alat kelamin perempuan payudara bentuk : simetris

lain-lain ,sebutkan

normal tidak normal,keterangan : bersih kotor keterangan

asimetris

benjolan : ya kelamin bentuk : normal keputihan : ada siklus haid 28 hari ENDOKRIN 1. factor alergi ya tidak manifestasi : cara mengatasi : 2.kelainan endokrin tidak ada kelainan pada endokrin

tidak tidak tidak

keterangan

PENGETAHUAN pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien saat merasa sakit langsung kepuskesmas diantar keluarganya

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ) PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA Nama klien : Ny.R Jenis Kelamin Agama Alamat Pewawancara SKOR + 1. 2. 3. 4. Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ini? Apa nama tempat ini? Dimana alamat anda? 29 maret 2012 Kamis Rumah Jl. sarigading : perempuan : islam : kel: basirih hulu : NO Pertanyaan Jawaban Tanggal Umur Suku : 29 maret - 2012 : 70 tahun : banjar

5. 6. 7. 8. 9. 10.

Berapa umur anda? Kapan anda lahir? Siapa nama sekarang? presiden

72 tahun ? Indonesia SBY Mega wati Siti halimah

Siapa presiden sebelumnya? Siapa nama kecil ibu anda?

Kurang 3 dari 20 dan tetap 15 5= 10 pengurangan 3 dari setiap angka 25 - 5 =10 baru,semua secara menurun! 21 - 5 = 16

Nama klien : Ny.R No.Reg Ruang : :

MINI MENTAL SKORE


NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. PERTANYAAN Tanggal berapa hari ini? (dd/mm/hh) Hari apa hari ini? Apakah nama tempat ini? BENAR SALAH

Berapa no.telp,bila tidak ada,no. rumah /jalan Berapakah usia anda? Kapan anda lahir? (tanggal/bulan/tahun) -

Siapa nama presiden Indonesia sekarang? Siapa nama presiden sebelumnya? Siapa nama ibumu sebelum menikah? 20 dikurang 3 dan seterunya?

JUMLAH KESALAHAN 0-2 Kesalahan 3-4 kesalahan 5-7 kesalahan 8-10 kesalahan : Baik :Gangguan Intelektual Ringan : Gangguan Intelektual Sedang : Gangguan Intelektual Berat

HASIL :0 2 kesalahan : baik

Nama klien :Ny.R No. Reg Ruang : :

INDEKS KATZ ( AKS)


Katz A Mandiri dalam : 1. Mandi 2. Berpakaian 3. Ke Toilet, 4. Berpindah 5. Kontinen BAK/BAB 6. Makan Katz B Katz C Katz D Katz E Katz F Katz G Mandiri, untuk 5 fungsi diatas Mandiri,kecuali mandi Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi diatas Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1 fungsi diatas Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet, Berpindah& 1 fungsi diatas Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas

Nama Klien : Ny.R No. Reg Ruang : :

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA DEPRESI)


NO 1. 2. PERTANYAAN APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS DENGAN KEHIDUPAN ANDA? APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN BANYAK KEGIATAN DAN MINAT / KESENANGAN ANDA? APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA KOSONG? APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN? APAKAH ANDA MEMPUNYAI SEMANGAT YANG BAIK SETIAP SAAT? APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU YANG BURUK AKAN TERJADI PADA ANDA? JAWABAN TIDAK

YA

3. 4. 5. 6.


TIDAK

YA YA

YA

7. 8. 9.

APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA? APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK BERDAYA? APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH DARI PADA PERGI KELUAR DAN MENGERJAKAN SESUATU HAL YANG BARU? APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI BANYAK MASALAH DENGAN DAYA INGAT ANDA DIBANDINGKAN KEBANYAKAN ORANG? APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP ANDA SEKARANG MENYENANGKAN? APAKAH ANDA ME RASA TIDAK BERHARGA SEPERTI PERASAAN ANDA SAAT INI? APAKAH ANDA MERASA PENUH SEMANGAT? APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN ANDA TIDAK ADA HARAPAN? APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN LEBIH BAIK KEADAANNYA DARI PADA ANDA?

TIDAK

YA YA

10.

YA

11. 12. 13. 14. 15.

TIDAK

TIDAK

YA

YA YA

*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR 1 ( SATU)KETERANGAN : SKOR 5-9 SKOR 10 ATAU LEBIH : KEMUNGKINANA DEPRESI : DEPRESI

HASIL : skor 5 9 = kemungkinan depresi Nama klien :Ny.R No.Reg Ruang : :

SKORE NORTON

NO 1.

KEADAAN PASIEN KONDISI FISIK UMUM Baik

SKOR

4 Lumayan 3 Buruk 2 Sangat Buruk 1

2.

KESADARAN Komposmentis 4 Apatis 3 Konfus/spoor 2 Stupor/koma 1

3.

AKTIVITAS Ambualan 4 Ambualan dengan bantuan 3 Hanya bisa duduk 2 Tiduran 1

4.

MOBILITAS Bergerak bebas 4 Sedikit terbatas 3 Sangat terbatas 2 Tiduran 1

5.

INKONTINENSIA Tida ada 4 Kadang-kadang 3 Sering inkontinensia urine 2 Inkontinensia alvi dan urine 1

KATEORI SKOR 16-20 : kecil sekali /tidak terjadi 12-15 :kemungkinan terjadi kecil < 12 :kemungkinan besar terjadi

HASIL : 19, kecil sekali / tidak terjadi

Nama klien :Ny.R No. Reg Ruang : :

APGAR
NO 1 URAIAN Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya Saya puas dengan cara keluarga saya (temanteman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya Saya puas bahwa keluarga (temen-temen) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru Saya puas dengan cara keluarga (temen-temen) saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai Saya puas dengan cara temen-temen saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama FUNGSI Adaptation SKORE 2

Partnership 1

3.

Growth

4.

Affection

5.

Resolve

Penilaian Peryataan-peryataan yang dijawab : selalu : skore 2 kadang-kadang :skore 1 hampir tidak pernah :skore 0 >3 = tinggi 4-6= menengah / sedang 7-10= rendah

Total

ANALISA DATA No. Keluhan / Data Etiologi Problem

1.

DO : Klien mengatakan, Saya berak cair terus menerus kurang lebih 5x hari ini.

Diare

Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8. 9.

DS : k/u lemah Klien nampak haus Membrane mukosa kering TTV : TD = 110/80 mmHg RR = 20 x/m S = 36,5 oC N = 88 x/m BB sebelum sakit = 45 kg BB sesudah sakit = 42 kg TB = 153 cm Minum = 1800 ml/hari BAB = 5x/hari

I.

PRIORITAS MASALAH 1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare.

II.

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. 1 Setelah dilakukan Mandiri : 1. Dengan tindakan 1. Pantau masukan pemantauan keperawatan dan haluaran tersebut dapat selama 1 x 24 jam dievaluasi keaktifan diharapkan cairan terapi. dalam tubuh klien Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional

terpenuhi dengan criteria hasil : 1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan, berat jenis 2. urine normal, hematokrit normal. 2. Tanda tanda vital dalam batas normal 3. Tidak ada tanda 2. Pantau tanda vital tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa 3. haus yang berlebihan.

Perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan perkiraan kasar darah atau menunjukkan perubahan pada klien.

Untuk mengetahui sedini mungkin seandainya terjadi dehidrasi. Menyeimbangkan output yang berlebihan.

4.

3.

Monitor adanya tanda tanda 5. Agar klien menjadi dehidrasi. lebih nyaman dengan adanya keluarga yang memperhatikan 4. Anjurkan untuk nutrisinya. minum 1500 2500 ml / hari. 6. Agar klien merasa tertarik dan memakannya 5. Dorong keluarga maupun untuk membantu meminumnya dengan harapan klien makan. dapat membantu kebutuhan nutrisinya.

6.

Tawarkan snack (jus / buah 7. buahan segar) atau makanan kesukaannya.

Mengetahui apakah cairan tersebut masuk ke dalam tubuh secara periodic agar tidak terjadi diare misalnya.

7.

Kolaborasi : Pertahankan cairan parenteral dan elektrolit.

IMPLEMENTASI No. 1. 1. Dx. Kep. 1 1. Implementasi Memantau masukan haluaran Hasil : Intake : Minum = 1800 ml/hari Output : BAB = 800 ml/hari IWL 630 ml/hari + = 1430 ml/hr BC : I O = 1800 1430 = + 270 ml/hari 2. Memantau tanda vital Hasil : TTV : TD = 110/80 mmHg RR = 20 x/m S = 36,5 oC N = 88 x/m Evaluasi dan S = Klien mengatakan, Saya berak cair terus menerus kurang lebih 5x hari ini.

O= 1. = k/u lemah 2. Klien nampak haus 3. Membrane mukosa kering 4. TTV : TD = 110/80 mmHg RR = 20 x/m S = 36,5 oC N = 88 x/m 5. BB sebelum sakit = 45 kg 6. BB sesudah sakit = 42 kg 7. TB = 153 cm 8. Minum = 1800 ml/hari 9. BAB = 5x/hari 10. IWL = 630 ml/hari

3. Monitor adanya tanda tanda A = Masalah keperawatan dehidrasi. Hasil : klien nampak haus, ketidakseimbangan volume cairan kurang dari membrane mukosa kering. kebutuhan tubuh belum 4. Menganjurkan untuk minum teratasi. 1500 2500 ml / hari. Hasil : minum = 1800 ml/hari 5. Mendorong keluarga untuk membantu klien makan. Hasil : keluarga klien tidak ada yang membantu klien makan. P = Lanjutkan intervensi :

6. Tawarkan snack (jus / buah Mandiri : buahan segar) atau makanan 1. Monitor masukan dan kesukaannya. haluaran Hasil : klien makan makanan 2. Monitor tanda vital yang telah disediakan anaknya. 3. Observasi adanya tanda tanda dehidrasi. 4. Evaluasi jumlah minum klien antara 1500 2500 ml / hari. 7. Mempertahankan cairan parenteral dan elektrolit. Kolaborasi : Hasil : klien sering minum air 5. Evaluasi cairan parenteral putih atau air teh. dan elektrolit.

BAB III PENUTUP 1.1 KESIMPULAN


Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan terhadap berat badan

berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh. 2003;47(5):380-387. 2. Kaswiyan U. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi. Fakultas KEdokteran Unpad/ RS. Hasan Sadikin. 2000. 3. Holte K, Kehlet H. Compensatory fluid administration for preoperative dehydrationdoes it improve outcome? Acta Anaesthesiol Scand. 2002; 46: 1089-93 4. Keane PW, Murray PF. Intravenous fluids in minor surgery. Their effect on recovery from anaesthesia. 1986; 41: 635-7. 5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5 th ed. Missouri: Elsevier-mosby; 2005.p3-227 6. Guyton AC, Hall JE.Textbook of medical physiology. 9 th ed. Pennsylvania: W.B. saunders company; 1997: 375-393 7. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada pembedahan. Ed. Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002 8. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2 nd ed. Pennsylvania: Springhouse; 2002:3-189. 9. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york: McGraw-Hill; 1999:53-70. 10. Silbernagl F, Lang F. Color atlas of pathophysiology. Stuttgart: Thieme; 2000: 122-3.

11. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University Center for Veterinary Health. 2006. (Diakses tanggal 29 September2007). Tersedia dari: http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm 12. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi intensif FK Undip: Semarang; 2004: 1-60. 13. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th ed. Philadelphia: Lippincot williams and wilkins; 2006: 74-97. 14. Sunatrio S. Resusitasi cairan. Jakarta: Media aesculapius;2000:1-58. 15. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar [dikutip 6 Okt 2007]. Tersedia http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm. dari: URL:

16. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung. 2003 17. Grsaber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia; 2003: 17-40.

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
5. Mar 31

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA (kelompok9)


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH : AHMAD RIZKI FAUJI RISTI WULANDARI SITI ROHANA YOGA ADI SAPUTRA MOHAMAD ARIFIN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR Tahun 2012 SAMPIT

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat dan Tidur . Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekanrekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,

Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ......... i DAFTAR ISI .............................................................................................. ....................... ii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... ...... 1 1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................... 1 1.4 Metode Penulisan.................................................................................. ... 2 1.5 Sistematika Penulisan............................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur ................................................................... 3

2.2 Mekanisme Tidur.......................................................................... ............ 3 2.3 Tahap Tahap Tidur.......................................................................... ....... 3 2.4 Kegunaan Tidur.......................................................................... .............. 4 2.5 Kebutuhan Tidur Rata Rata Perhari........................................................ 4

2.6 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tidur ............................................ 6 2.7 Masalah masalah Yang Terjadi Saat Tidur.............................................. 6

2.8 askep pengkajian.................................................................... ............. 8

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN ............................................................................. ......... 11 3.2 SARAN ............................................................................. ...................... 11 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien. Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga. Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur secara lebih lengkap lagi pada makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik serta memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur. 1.3 Rumusan Masalah 1. 2. Apa yang dimaksud istirahat? Apa yang dimaksud tidur ?

3. 4. 5. 6. 7. 8.

Bagaimana mekanisme tidur ? Apa saja tahap-tahap dalam tidur ? Apa kegunaan tidur ? Bagaimana kebutuhan rata-rata tidur perhari ? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ? Apa saja masalah yang terjadi pada saat tidur ?

1.4 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan mengutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II PEMBAHASAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR 2.1. Pengertian Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien. Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang dapat beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa diterima ; Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan ; Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna ; Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya. Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga. 2.2. Mekanisme Tidur Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur. Para Ahli neurifisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa ngantuk

Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk Instink/Naluri 2.3. Tahap Tahap Tidur Tanda-tanda menjelang tidur : Suhu badan (SB) menurun Pernapasan melambat Otot2 rileks Menguap.(tanda tubuh beradaptasi akibat pernapasan melambat)

Basic Rest Activity Cycle (BRAC): NREM (Non Rapid Eye Movement) Slow wave sleep, yang terdiri dari 4 tahap : Tahap I : o Mulai saat hilangnya Gel Alpha yang biasa terdapat pada seseorag yang sedang terjaga. o Muncul gel2 yang tidak sinkron, frekuensi bercampuran dan voltase rendah. o Merasa ingin tidur, bila banyak pikiran akan mudah dibangunkan. o Merupakan tidur paling dangkal, berlangsung selama beberapa detik beberapa menit. Tahap II : o Merupakan tidur yang tidak dalam. o Muncul gel yang berbentuk seperti spindel dengan voltase lebih tinggi, runcing2 (Gel K) o Berlangsung 5-10 menit. Tahap III : o Merupakan tidur yang dalam. o Muncul gel Deltha, yang lambat dengan amplitudo besar, tinggi dan dalam.

o Biasanya sulit dibangunkan. o Berlangsung 10 menit Tahap IV : o Tidur yang paling dalam. o Pada EEG dipenuhi Gel Deltha. o Sangat sulit dibangunkan. o Terjadi mimpi sehubungan dengan kejadian sehari sebelumnya. o Lamanya 5-15 menit o Terjadi perubahan fisik : o Nadi & pernapasan melambat o TD turun o Otot-otot sangat rileks o Basal metabolisme dan SB menurun REM (Rapid Eye Movement) Paradoksical sleep- sebagai puncak Tidur : Sangat sulit dibangunkan. Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka. Biasanya terjadi 80-100 menit setelah orang tertidur. Semakin lelah seseorang makin cepat mengalami tahap ini . Karakteristik Tahap REM : Terjadi pada tahap II NREM dan berlangsung selama 5-10 menit. Kembali ke tahap II NREM lagi. Saat perpindahan dari NREM ke REM biasanya terjadi hentakan otak yang tidak disadari. TD menngkat. Sekresi getah/asam lambung meningkat Basal metabolisme dan SB meningkat

Terjadi mimpi yang menyenangkan, bersemangat dan sibuk. Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas dengan tidurnya. Orang biasanya mengalami 4-5x masa REM

2.4. Kegunaan Tidur (Delment & Wolman ) Beradaptasi kecemasan. terhadap rangsangan yang dapat menimbulkan

Memperbaiki ingatan. Mempermudah mempelajari sesuatu serta dalam mengatasi masalahmasalah yang sulit. Relaksasi 2.5. Kebutuhan Tidur Rata Rata Perhari Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan tidur sepanjang malam Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur sepanjang malam + tidur siang Pra sekolah : 11 jam/hari dengan 20% REM Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM Adolescent : 8,5 jam/hari dengan 20% REM Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM Dewasa menengah : 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur Dewasa tua : 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur 2.6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tidur 1.Umur Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih

dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur. 2.Penyakit Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea. Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus tertentu dengan klien gangguan hipertiroid. 3.Motivasi Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu anda untuk tidur. 4.Emosi Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak bisa tidur atau mempertahankan tidur. 5.Lingkungan Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan. 6.Obat obatan penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid. 7.Makanan dan minuman Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll. 8.Aktivitas. Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur. 2.7. Masalah Masalah Yang Terjadi Pada Saat Tidur Insomnia, merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya. Narkolepsi, merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba. Somnabulisme atau disebut tidur berjalan.

Enuresa atau ngompol Nocturia, merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil/BAK. Apnea/tidak bernapas dan Mendengkur. Delirium/Mengigau. Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan dispneu. Nightmares dan Nightterros (mimpi buruk) Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse)

DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KOTIM Jalan Batu Berlian Nomor 11 Telp.(0531)22960/ Fax (0531)22940 Sampit Kode pos : 74322

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis Kelamin Pendidikan Agama : Tn. M : Bandung, 14 maret 1925 : Laki laki ,Gol.Darah :O : SD : Islam

Status Perkawinan : Kawin TB/BB : 165 cm,. 60 kg Penampilan : Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut pendek, berwarna putih, bentuk tubuh bungkuk,berjanggut Alamat : Kel.Kota Besi Hulu RT/RW 05 /02 Kec.Kota Besi ....Telp/HP 085753394881 Kabupaten Kotawaringin Timur Orang Yang Dekat Hubungan Alamat/ Telpon : istri : kota besi /082154560570 :Ny. T

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1.

Genogram

Keterangan : Keturunan

: Laki laki : Perempuan .......

: Garis : :

Tinggal Serumah : Garis Hubungan Meninggal

2.

Riwayat Keluarga ..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain lain.

C.RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Alat transportasi : tidak ada : : - ......................km/meter* : : PERUN TNI AD : 20 km/meter* : Tidak ada

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber sumber pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Type tembat tinggal Jenis lantai rumah Kondisi lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Ada Kebersihan lingkungan : aman (posisi duduk ,ada pegangan ) : bersih (tidak ada barang membahayakan) : Rumah : Keramik : Kering : Tidak ada : cukup : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi) : tertata rapi

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang Derajat privasi : klien, 1 istri, 1 anak, 1 menantu, 2 cucu. Tetangga Terdekat : ada Alamat dan Telepon :.kota besi (0851546505670)

E.RIWAYAT REKREASI Hobby atau Minat : memancing dan memelihara ayam dan bunga Keanggotaan organisasi : tidak ada Liburan atau Perjalanan :jalan jalan ke pantai dan ketempat anak F.SISTEM PENDUKUNG Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada Jarak dari rumah Rumah Sakit Klinik km Pelayanan Kesehatan Di rumah Makanan yang dihantarkan : 20 km/meter* : Ada ,Jarak 5 km : tidak ada : tidak ada : tidak ada jarak -

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada Lain-lain

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan Ritual Yang lainnya : sholat 5 waktu : Tidak ada

H.STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah menderita demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering kambuh yaitu maag. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia. Keluhan Utama: nyeri ulu hati 1.Provocative / Paliative 2.Quality/ Quantity 3.Region 4.Severity Scale 5.Timing : imflamasi mukosa lambung : tertusuk tusuk jarum : Epigastrium : skala nyeri 3(0-10) : kalau telat makan( kadang-kadang)

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh klien minum obat promaag.

Obat-obatan : NO 1. 2. NAMA OBAT Paracetamol Promaag DOSIS 500mg 250mg KETERANGAN Sesudah makan Sebelum makan

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) Obat-obatan Makanan : Tidak ada : tidak ada

Faktor Lingkungan : tidak ada

Penyakit yang diderita : Hipertensi Dimensia Lain-lainnya sebutkan: hernia Rheumatoid Asthma

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks KATZ Oksigenasi Cairan dan Elektrolit Nutrisi sayur, dan lauk pauknya. Eliminasi Aktivitas bunga : A : kebutuhan oksigenasi klien terpenuhi : klien minum air 1500ml/hari : klien makan 3x sehari lengkap dengan nasi, : klien BAB 1x sehari dan BAK >3x sehari : klien hanya dirumah memelihara ayam dan

Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 13.00 dan malam dari jam 20.00 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap jam klien terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi. Personal Hygiene Seksual Rekreasi : 2x sehari : 1bulan sekali : kepantai dan memancing

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Konsep Diri Emosi Adaptasi : Klien puas dengan keadaan dirinya : terkontrol : klien mampu beradaptasi dengan baik.

Mekanisme Pertahanan diri : Baik Status mental Tingkat Kesadaran Afasia Dimensia Orientasi Bicara Bahasa yang digunakan : : komposmentis :: tidak : normal : normal : bahasa indonesia, banjar dan sunda

Kemampuan membaca Kemampuan interaksi Vertigo

: bisa : sesuai : tidak

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) = Fungsi mental utuh Mini Mental State Exam (MMSE)= baik nilai kesalahan : 1 Geriatrik Depresion Scale nilai: 4 APGAR = = Tidak depresi

K.TINJAUAN SISTEM Keadaan Umum Tingkat Kesadaran Tanda tanda Vital x/menit : Baik :Composmentis : TD 140 RR / 90 mmHg 20 X/menit Nadi: 80 Suhu : 36 BB:
0

TB : 165 cm PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING) 1.Bentuk dada 2.Sekresi dan Batuk 3.Pola nafas Frekwensi Nafas : 4.Bunyi nafas : Normal 5.Pergerakan dada Tag Intercostal Lain lain Substernal Supra Clavicula Suprasternal 20 x/menit : simetris : Tidak ada

60 Kg

Tracheal Flail Chest

6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal Meningkat Menurun Lain-lain lokasi lokasi

7.Alat Bantu Pernafasan Nasal Masker Bag and Mask Respirator Tracheostomi

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING ) 1.Nadi Frekuensi.........80.........................x/menit Reguler Irreguler 2.Bunyi Jantung Normal Tambahan 3.Letak Jantung Ictus cordis teraba pada................. 4.Pembesaran Jantung 5.Nyeri Dada 6.Edema : Palpebra Asites Anasarka Tidak Ada Ekstrimitas atas Ekstrimitas bawah : Tidak : Tidak Ada Tidak,Jenis.............. Lemah Kuat

Lainnya......................... 7.Clubbing Finger : Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )

Tingkat Kesadaran : Kompos mentis 1.GCS : Eye :......4........ Verbal :.....6........ Motorik :.5................. Total GCS : 15 2.Refleks 3.Koordinasi Gerak 4.Kejang : normal : Tidak :Tidak

5.Lain-lain.......................................... PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI ) 1. Mata ( Penglihatan ) a. b. Bentuk : Normal

Visus..................... Pupil : isokor

c. d. e. f. 2.

Gerak bola Mata

: normal

Medan Penglihatan : normal Buta Warna Tekanan intra okuler : tidak : tidak

Hidung (Penciuman ) a. b. Bentuk Gangguan Penciuman : : Normal Ya

3.

Telinga ( Pendengaran ) a. b. c. d. e. Aurikel Membran tympani Otorrhoea Gangguan Pendengaran Tinitus : Normal : Terang : Tidak ada : Tidak : Tidak

4. 5.

Perasa Peraba

: normal : normal

PERKEMIHAN ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER ) Masalah Kandung Kemih Produksi Urine 700 ml/hari : tidak ada masalah Frekuensi > 3x /hari

Warna kuning kecoklatan ,Bau khas amoniak

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL) 1. Mulut dan Tenggorokan a. Mulut Selaput Lendir Mulut : lembab b. c. d. e. f. g. h. i. Lidah : bersih Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau Tenggorokan Abdomen Pembesaran hepar Pembesaran Lien Asites Lain lain : tidak ada : tidak ada masalah : Nyeri tekan,lokasi epigastrium tidak ada tidak ada tidak ada

2.

Masalah usus besar dan rektum/anus BAB 1 X/hari Tidak ada masalah OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE ) 1. Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM ) Kemampuan kekuatan otot Fraktur Dislokasi Haematom 2. Integumen Warna Kulit : cokelat Turgor :Elastik Tulang Belakang Akral : kiposis : hangat : Bebas : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

REPRODUKSI Laki laki : Kelamin bentuk pembesaran pada alat kelamin. Kebersihan Alat Kelamin : Bersih : tidak normal,keterangan terjadi

ENDOKRIN 1. Faktor Alergi : tidak ada Manifestasi : tidak ada Cara Mengatasi : tidak ada 2. Kelainan endokrin: tidak ada masalah.

PENGETAHUAN : Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: .klien menganggap bahwa kesehatan dirinya itu sangatlah penting.sehingga klien rutin melakukan control.

Sampit, Maret 2012 Mahasiswa yang mengkaji,

............................... .......... NIM.

ANALISA DATA NO 1. DATA S: saya sering terbangun apabila tidur malam ETIOLOGI Ketidak normalan status fisiologi PROBLEM Gangguan rasa nyaman(istirahat tidur)

O : - ku baik - konjungtiva anemis - klien setiap 1 jam bangun apabila tidur malam -klien tampak lelah -klien menguap

- TD 140/90 mmHg N 80 x/ menit RR 20x/ menit S 36 C Kuantitas tidur malam dari jam 20.00 04.00 Kuantitas tidur siang dari jam 12.00 13.00

RENCANA KEPERAWATAN No. 1 Dx. Kep. 1 Tujuan Setelah dilakukan 1. Intervensi Lakukan 1. Rasional Memberikan

Lakukan 2. persiapan untuk 1. Klien tampak tidur malam seperti rileks dan lebih pada jam 9 malam 3. segar sesuaidengan pola tidur klien. 4. 2. Ttv dalam batas normal 3. Lakukan mandi air hangat. 5. 3. Klien dapat tidur 6-8 jam 4. Anjurkan makan setiap malam. yang cukup satu 6. jam sebelum tidur. 5. Berikan susu hangat sebelum tidur. 7.

tindakan keperawatan diharapkan gangguan istirahat tidur tidak terjadi,dengan criteria hasil: 2.

pengkajian masalah gangguan tidur klien, karakteristik dan penyebab kurang tidur.

informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan. Mengatur pola tidur. Meningkatkan tidur. Meningkatkan tidur. Meningkatkan tidur. Meningkatkan tidur. Mengurangi gangguan tidur.

Mengurangi Keadaan tempat8. tidur yang nyaman, gangguan tidur. bersih dan bantal 9. Mengurangi yang nyaman. gangguan tidur. 7. Bunyi telepon Mengurangi dan alarm hp di 10. tidur. kecilkan. 6. 11. 8. Berikan pengobatan seperti analgetik dan sedative,setengah jam sebelum tidur. Meningkatkan pola tidur.

9.

Lakukan masase pada daerah belakang, tutup jendela/pintu jika perlu.

10. Tingkatkan aktivitas sehari

hari dan kurangi aktivitas sebellum tidur. 11. Pengetahuan kesehatan : jadwal tidur mengurangi stress , cemas , dan latihan relaksasi.

IMPLEMENTASI No. Dx. Kep. 1. Implementasi melakukan pengkajian masalah gangguan tidur klien, karakteristik dan penyebab kurang tidur. Hasil : klien sering terbangun pada malam hari 2. menganjurkan klien untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuaidengan pola tidur klien. Hasil : klien tidur jam 20.00 04.00 wib 3. anjurkan keluarga klien untuk memberikan Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. Hasil : keluarga klien menuruti anjuran ersebut.. 4. meningkatkan aktivitas sehari hari dan kurangi aktivitas sebellum tidur. Hasil : klien tidak melakukan kegiatan sebelum tidur . Evaluasi S : klien mengatakan saya masih sering terbangun pada malam hari O : - : - ku baik - konjungtiva anemis - klien setiap 1 jam bangun apabila tidur malam -klien tampak lelah -klien menguap - TD : 140/90 mmHg N : 80 x/ menit RR : 20x/ menit S : 36 C Kuantitas tidur malam dari jam 20.00 04.00 Kuantitas tidur siang dari jam 12.00 13.00

1. 1 1.

A ; masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan

B.

SARAN Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
6.

Mar 31

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL (kelompok7)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL

KELOMPOK 7:

ENDAH MURNI REZKY FAHRUDINUR RAMADHAN TRI NURWAHYUNI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960 2012 KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,

Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1 1.2 TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 1 1.3 RUMUSAN MASALAH................................................................................ 2 1.4 METODE PENULISAN............................................................................... 2 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN........................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN

i ii iii

2.1.. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN SEKSUAL A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia................. B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan.......................... C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia........ D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia............ F. ............................................................................................................

G. PENATALAKSANAAN...........................................................................

H. MASALAH KEPERAWATAN..................................................................

I.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................

J. RENCANA KEPERAWATAN..................................................................

DAFTAR KEPUSTAKAAN 2.2.. LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN SEKSUAL PENGKAJIAN............................................................................................ 15 ANALISA DATA......................................................................................... 18 RENCANA KEPERAWATAN....................................................................... 19 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 22 3.2 SARAN ..................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia. Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48

pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995). Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa: Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan. Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya. Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup.

Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas 45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia. Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis. Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.

B. 1.

Tujuan

Tujuan Umum Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

2.

Tujuan Khusus a. b. c. d. e. f. Mengetahui karakteristik masa usia lanjut Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut

C. 1.

Manfaat

Bagi mahasiswa Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan seksual pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada saat praktik lapangan.

2.

Bagi institusi dan civitas akademika Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan tambahan di perpustakaan

D. 1. 2.

Rumusan Masalah

Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia? Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual? Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia? Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social? Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?

3.

4. 5.

E.

Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkahlangkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas

F.

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II PEMBAHASAN

A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia

1.

Wanita Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi. Vagina Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna. Uterus Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan. Ovarium Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron. Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi keras dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

2.

Pria Prostat Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikroskopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik. Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut. Testis Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.

B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1.

Fase desire Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.

2.

Fase arousal Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan kandung kemih. Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.

3.

Lase orgasmik Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang. Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.

4.

Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti: Penyebab iatrogenik Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual. Penyebab biologik dan kasus medis Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.

C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :

1. 2.

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. 4. 5.

D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :

1.

Infark miokard Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2.

Pasca stroke Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh. Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik bercinta alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.

3.

Kanker Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf.

4.

Diabetes mellitus Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.

5.

Arthritis Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.

6.

Rokok dan alcohol

Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan. 7. Penyakit paru obstruktif kronik Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa. 8. Obat-obatan Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.

Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia adalah sebagai berikut :

1.

Anamnesa Riwayat Seks Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan yang dikonsumsi oieh pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan

khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996)

2.

Pengobatan yang diberikan mencakup Konseling Psikoseksual Therapi Hormon Penyembuhan dengan obat-obatan Peralatan Mekanis Bedah Pembuluh

3.

Bimbingan Psikososial Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.

4.

Penyembuhan Hormon Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi). Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada klimakterium.

5.

Penyembuhan dengan Obat Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif Oral phentholamin Tablet apomorphine sublingual Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif Penempatan intra-uretral prostaglandin

1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual 2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh. 3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. Dx. Kep. 1 Tujuan Pasien dapat 1. menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya Kriteria hasil: 2. Intervensi Rasional

Bantu pasien untuk 1. Agar pasien lebih bisa mengekspresikan menerima perubahan perubahan fungsi tersebut tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia. Berikan pendidikan kesehatan tentang 2. Menambah penurunan fungsi pemahaman klien seksual. tentang semua perubahan yang di alami nya agar penurunan fungsi seksuel tidak menjadi beban pikiran

Mengekspresikan kenyamanan Mengekspresikan kepercayaan diri

3. Makanan bergizi dianjurkan untuk 3. Motivasi klien untuk menjaga daya tahan mengkonsumsi makanan yang rendah tubuh karena biasanya lemak, rendah pada lansia daya tahan kolestrol, dan berupa tubuhnya menurun diet vegetarian 4. Untuk mengurangi 4. Anjurkan klien untuk kekeringan dan rasa menggunakan krim gatal pada vagina, serta untuk megurangi vagina dan gel rasa sakit pada saat berhubungan seksual 2. 2 Pasien dapat 1. menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara positif Kriteria hasil: Kaji perasaan/persepsi 1. Untuk mengetahui pasien tentang seberapa jauh klien perubahan gambaran bisa menerima diri berhubungan keadaan nya dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal

Pasien mau 2. Lakukan pendekatan berinteraksi dan beradaptasi dengan dan bina hubungan lingkungan tanpa rasa saling percaya dengan 2. pasien malu dan rendah diri

3. Tunjukkan rasa Pasien yakin akan kemampuan yang empati, perhatian dan 3. Rasa menerima pada penerimaan pada dimiliki pasien akan membuat pasien pasien lebih percaya 4. Bantu pasien untuk diri mengadakan hubungan orang lain 4. dengan Agar pasien tidak terlalu canggung atau

Agar klien mengungkapkan masalah nya

mau

malu dengnan orang lain karena perubahan nya 5. Beri kesempatan pada 5. Untuk mengetahui pasien untuk apakah klien depresi mengekspresikan terhadap perubahan perasaan kehilangan

3.

Pasien dapat 1. menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah kesehatannya. Kriteria Hasil : Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan masalah kesehatan Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap keterbatasannya

Kaji factor-faktor 1. Penting untuk penyebab dan membantu dalam penunjang, yang intervensi selanjutnya meliputi Kelelahan Nyeri Nafas pendek Keterbatasan suplai oksigen Imobilisasi Kerusakan saraf inervasi

Perubahan hormone Depresi Kurangnya informasi yang tepat Ajarkan pentingnya 2. Untuk menghilangkan mentaati aturan medis atau mengurangi yang dibuat untuk factor-faktor penyebab mengontrol gejala penyakit Berikan informasi yang 3. tepat pada pasien dan pasangannya tentang keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit Ajarkan modifikasi 4. yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk membantu penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran khusus) Agar klien lebih mengerti dan bisa menerima bahkan tidak memaksakan diri karena keterbatasan yang di sebabkan oleh penyakit Meminimalkan rasa sakit tau rasa tidak nyaman saat berhubungan karena penyakit

2.

3.

4.

IMPLEMENTASI No. 1. 1. 1 Dx. Kep. 1. Implementasi melakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan merasa percaya 2. Evaluasi S:klien mengatakan sedikit mengerti mengapa keinginan untuk melakukan hubungan suami istri berkurang

DO : - umur klien 69 tahun membantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi - TD : 130 / 90 mmHg tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia - Nadi : 88 x/menit hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka saat di bombing untuk mengekspresikan masalah nya - Suhu : 36C - RR : 18 x/menit

3.

memberikan pendidikan kesehatan - Klien sudah menoupose tentang penurunan fungsi seksual. Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan tentang perubahan yang terjadi pada nya

4.

memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan, sayur

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.

Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut. Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks, baik secara langsung maupun tidak. Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya terhadap emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui beberapa tahapan konseling secara terbuka dan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah seksual pada lansia, dengan pemakaian krem vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi makan seimbang, dan solusi-solusi lain secara bertahap masalah pada lansia akan terselesaikan.

B. SARAN Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hakhak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008 Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta : FKUI Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Fitramaya Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal pengkajian : 28 maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis kelamin Pendidikan Agama Status perkawinan TB / BB Penampilan kecil Alamat Orang yang dekat Hubungan Alamat / telepon :: Ny. S : 7 juli 1943 : perempuan : SD : islam : menikah : 150 cm/45 kg : bersih, rapi, ciri-ciri tubuh : kurus, Golongan darah : O

:jl desa camba : klien dekat dengan anak tertua klien : anak

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Laki-laki Perempuan Garis Hubungan

Garis keturunan Tinggal serumah Meninggal

2.

Riwayat keluarga Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit menular seperti TB paru

C. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri dirumah : tidak ada : tidak ada : jalan kaki : klien sebagai ibu rumah tangga : tidak ada : jalan kaki

Alamat pekerjaaan Jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Alat transportasi

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari menantu klien

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Type tempat tinggal Jenis lantai rumah Keadaan lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Kebersihan lingkungan : bersih : permanen (milik suami) : kayu : kering : tidak ada : cukup : aman ( tidak terlalu tinggi) : tertata rapi : jamban

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang Derajat privasi Tetangga terdekat : kurang di perhatikan oleh menantunya : klien bertetangga dengan cucu-cucu klien yang sudah berkeluarga : jl. Desa camba

Alamat dan telepon

E.

RIWAYAT REKREASI Hobby / minat Keanggotaan organsasi Liburan / perjalanan : klien senang memancing : klien tidak mengikuti organiasi apapun : klien hanya berdiam diri dirumah karena jarang berekreasi

F.

SISTEM PENDUKUNG Klien di dukung oleh seorang perawat Jarak dari rumah Rumah sakit Klinik : 1000 km : tidak ada rumah sakit : di kampung klien hanya terdapat puskesmas pembantu : tidak ada : tidak ada makanan yang di hantarkan

Pelayanan kesehatan dirumah Makanan yang di hantarkan

Perawatan sehari-hari yang di lakukan keluarga : keluarga klien tidak melakukan perawatan khusus kepada klien di rumah

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan ritual : semenjak klien tua, klien jarang melakukan sholat lima waktu

H. STATUS KESEHATAN Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita maag dan asam urat Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah menderita penyakit yang parah, hsnya penyakit biasa seperti pilek, demam

Keluhan utama 1. 2. 3. 4. 5. Provocative / palliative Quality / quantity Region Severity scale Timing : maag : seperti di tusuk-tusuk : di uluhati : 4 (0-10) : kadang-kadang

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus ke puskesmas untuk berobat. . Obat obatan : NO 1 2 3 4 5 6 7 NAMA OBAT ANTASIDA Cimetidine Paracetamol Vit B.komplek Allopurinol Piroxicam Vit B.1 DOSIS 2 X sehari 3 x sehari 1 x sehari 2 x sehari 3 x sehari 3 x sehari 2 x sehari KETERANGAN Sebelum makan Sesudah makan Bila nyeri Sesudah makan Sesudah makan Sesudah makan Sesudah makan

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik) Obat obatan Makanan Factor lingkungan : klien tidak ada alergi pada obat-obatan : klien tidak ada alergi pada makanan : klien tidak ada alergi pada lingkungan

Penyakit yang pernah di derita

: klien menderita maag dan asam urat

I.

AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) IndeksKATZ: A Oksigenasi : frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas melalui hidung : klien minum air putih 1000ml/hari, klien minum kopi setiap pagi : klien makan 3x sehari dengan nasi, ikan sayur dan kadang di tambah dengan buah : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek, BAK >5x/hari : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri di rumah : klien tidur cukup, tidur malam 7 jam dan tidur siang 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat bangun : untuk kebersihan klien mengerti dan membersihkan diri setiap mandi baik itu oral hygiene maupun vulva hygiene : saat ditanya klien mengatakan bahwa klien masih berhubungan seksual dengan suaminya tapi sekarang sudah mulai jarang karena keinginan untuk berhubungan itu mulai menurun sementara suami klien masih mempunyai keinginan yang kuat. : klien jarang berekreasi ketempat yang jauh mengingat kondisi klien, klien hanya main kerumah tetangga yang berada di dekat rumah

Cairan & elektrolit

Nutrisi

Eliminasi Aktivitas Istirahat & tidur

Personal hygiene

Seksual

Rekreasi

J.

PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Konsep diri : klien menyadari bahwa klien sudah lansia

Emos Adaptasi

: emosi klien labil : klien mulai sulit untuk beradabtasi terhadap lingkungan maupun orang baru : tidak terkaji

Mekanisme pertahanan diri Status mental Tingkat kesadaran Afasia Dimensia

: kompos mentis :: klien mengalami dimensia sejak beberapa tahun yang lalu : klien kadang bingung terhadap orang, waktu dan tempat terutama yang baru dilihat oleh klien : klien berbicara normal tapi sedikit lebih pelan : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam kehidupan sehari-hari : klien tidak bias membaca : klien mampu berinteraksi tapi secara perlahan : klien tidak mengalami vertigo

Orientasi

Bicara Bahasa yang digunakan

Kemampuan membaca Kemampuan interaksi Vertigo

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) = 2 (fungsi mental utuh) Mini Mental State Exam (MMSE) = 2 (baik) Geriatric Depresion Scale APGAR = 5 (kemungkinan depresi) = score 5 (menengah / sedang)

K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda-tanda vital : baik : compos mentis : TD : 130/90 mmHg RR : 18x/menit TB : 150 cm nadi : 88x/menit suhu : 36 C BB : 50 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1 : BREATHING) 1. Bentuk dada 2. Sekresi dan batuk Nyeriwaktubernafas 3. Polanafas a. Frekuensi nafas : 18x/menit : simetris : batuk dan sekresi tidak ada : tidak nyeri saat bernafas

4. Bunyinafas a. Normal Vasikuler di Bronchial di Bronchovesikuler di 5. Pergerakan dada 6. Tractilfremitis / fremitus vocal 7. Alat bantu pernafasan : semua lapang paru : atas manubrium sternum : ICS 2 percabangan bronkus : intercostal : tidak meningkat dan tidak menurun : tidak memakai alat bantu pernafasan

CARDIVASKULAR (B2 : BLEEDING) 1. Nadi Frekuensi 2. Bunyi jantung 3. Letak jantung 4. Pembesaran jantung 5. Nyeri dada 6. Edema 7. Clubbing finger : 88 x/menit ,kuat : normal : ictus cordis teraba pada ICS 5 : tidak ada pembesaran jantung : tidak ada nyeri dada : tidak ada edema : tidak ada

PERSARAFAN (B3 : BRAIN) Tingkat kesadaran : kompos mentis

1. GCS Total GCS 2. Reflex 3. Koordinasi gerak 4. Kejang

: E4 M6 V5 : 15 : normal : ya : tidak

PENGINDERAAN (persepsisensori) 1. Mata (penglihatan) a. Bentuk b. Visus c. Pupil d. Gerak bola mata e. Medan penglihatan f. Butawarna : normal :: isokor : normal, tidak menyempit : normal : klien tidak mengalami buta warna : tidak

g. Tekanan intra okuler 2. Hidung (penciuman) a. b. Bentuk Gangguan penciuman

: normal : tidak ada

3. Telinga (pendengaran) a. b. c. d. e. Aurikel Membrab tympani Otorrhoea Gangguan pendengaran Tinnitus : normal dan simetris : agak keruh : tidak ada : ya : tidak : menurun : menurun

4. Perasa 5. Peraba

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4 : BLADDER) Masalah kandung kemih Produksi urine : tidak ada masalah : 500 ml/hari

Frekuensi Warna Bau

: >3 x/hari : kuning : khas amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL) 1. Mulut dan tenggorokan a) Selaput lendir mulut b) Lidah c) Kebersihan rongga mulut d) Tenggorokan e) Abdomen f) Pembesaran hepar g) Pembesaran lien h) Asites : lembab, tidak ada stomatitis : agak kotor : tidak berbau dan gigi bersih : tidak sakit saat menelan : kenyal : tidak ada pembesaran hepar : tidak ada pembesaran lien : tidak ada asites

2. Masalah usus besar dan rectum / anus Bab Obat pencahar : 1 x/hari tidak ada masalah : tidak mengkonsumsi obat pencahar

OTOT, TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : BONE) 1. Otot dan tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas Kemampuan kekuatan otot Fraktur Dislokasi Hematom 2. Integument Warna kulit Akral Turgor Tulang belakang : kuning langsat : hangat : tidak elastis : kiposis : tidak ada fraktur : tidak ada dislokasi : tidak ada hematom

REPRODUKSI Perempuan : Payudara Bentuk Benjolan Kelamin Bentuk Keputihan Siklus haid ENDOKRIN 1. Factor alergi 2. Kelainan endokrin PENGETAHUAN Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien kurang peka terhadap masalah kesehatan : tidak ada alergi : tidak ada kelainan endokrin : normal : tidak ada keputihan : sudah menoupose : normal : tidakada

ANALISA DATA NO 1 DATA DS : klien mengatakan keinginan untuk melakukan hubungan suami istri sudah mulai berkurang sejak klien merasa memasuki usia senja dan klien mengatakan dalam 1 minggu klien dan suaminya sangat jarang melakukan hubungan suami istri. DO : - umur klien 69 tahun - TD : 130 / 90 mmHg - Nadi : 88 x/menit - Suhu : 36C - RR : 18 x/menit ETIOLOGI Perubahan struktur tubuh / fungsi PROBLEM Disfungsi seksual

- Klien sudah menoupose

RENCANA KEPERAWATAN No. 1 Dx. Kep. 1 Tujuan Intervensi Rasional

Pasien dapat 1. Lakukan pendekatan 1. Agar klien mau menerima perubahan dan bina hubungan mengungkapkan struktur tubuh saling percaya dengan masalah nya terutama pada fungsi pasien seksual yang dialaminya 2. Bantu pasien untuk mengekspresikan Kriteria hasil: perubahan fungsi tubuh termasuk organ 2. Agar pasien lebih bisa Mengekspresikan seksual seiring dengan menerima perubahan bertambahnya usia. kenyamanan tersebut 3. Berikan pendidikan Mengekspresikan kesehatan tentang kepercayaan diri penurunan fungsi seksual.

3.

4.

Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa 4. diet vegetarian

Menambah pemahaman klien tentang semua perubahan yang di alami nya agar penurunan fungsi seksual tidak menjadi beban pikiran Makanan bergizi dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh karena biasanya pada lansia daya tahan tubuhnya menurun

IMPLEMENTASI No. Dx. Implementasi Evaluasi

Kep. 1 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan merasa percaya S:klien mengatakan sedikit mengerti mengapa keinginan untuk melakukan hubungan suami istri berkurang

DO : - umur klien 69 tahun 2. membantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi - TD : 130 / 90 mmHg tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia - Nadi : 88 x/menit hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka saat di bombing untuk mengekspresikan masalah nya - Suhu : 36C - RR : 18 x/menit

3. memberikan pendidikan kesehatan - Klien sudah menoupose tentang penurunan fungsi seksual. Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan tentang perubahan yang terjadi pada nya 4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan, sayur

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ) PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny. S Jenis kelamin : perempuan Agama : islam Alamat : islam Pewwancara : mahasiswa akper pemkab kotim

tanggal : 28 maret 2012 umur : 69 tahun suku : dayak

SKOR

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah kesalahan total

PERYANYAAN Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ini ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat anda ? Kapan anda lahir ? Berapa umur anda ? Siapa presiden Indonesia sekarang ? Siapa presiden sebelumnya? Siapa nama kecil ibu anda ? 15 - 6 28

JAWABAN

Rabu Rumah saya camba Tahun 43 an lupa SBY Megawati Tidak tahu 9 2

Keterangan :

Kesalahan : 0-2 fungsi mental utuh Kesalahan : 3-4 kerusakan intelektual ringan Kesalahan : 5-7 kerusakan intelektual sedang Kesalahan : 8-10 kerusakan intelektual berat

MINI MENTAL SKORE

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PERTANYAAN Tanggal berapa hari ini ? (dd/mm/hh) Hari apakah hari ini ? Apakah nama tempat ini ? Berapa no. Telp, bila tidak ada, no rumah / jalan ? Berapakah usia anda ? Kapan anda lahir ? Siapa nama presiden sekarang ? Siapa nama presiden sebelumnya ? Siapa nama ibu mu sebelum menikah ? 15 6

BENAR

SALAH

JUMLAH KESALAHAN : 0-2 Kesalahan : Baik 3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan 5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang 8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat

HASIL : 2 kesalahan, baik

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
7. Mar 31

Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN AKTIVITAS (kelompok 4)


Tugas keperawatan gerontik Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN AKTIVITAS

Disusun oleh: Dwi kirnawati Juliansyah Fauzi herawan Sari dwi ratman

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940 SAMPIT

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH GANGGUAN AKTIVITAS. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekanrekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii BAB I PEMBAHASAN 1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS 1.2 KONSEP DASAR PENYAKIT...................................................... DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................... 2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS PENGKAJIAN ...................................................................................... ANALISA DATA ................................................................................... RENCANA KEPERAWATAN ...............................................................

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar penyakit a. Pengertian Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. b. Epidemologi/insiden kasus Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.

c.

Etiologi/penyebab - Kelainan postur - Gangguan perkembangan otot - Kerusakan system saraf pusat - Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular - Kekakuan otot

d. Factor predisposisi - Pengobatan - Terapi pembatasan gerak - Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik - IMT diatas 75% sesuai dengan usia - Kerusakan sensori persepsi - Nyeri, tidak nyaman - Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina - Depresi mood dan cemas - Keengganan untuk memulai gerak - Gaya hidup menetap, tidak fit - Malnutrisi umum dan spesifik - Kehilangan integrasi struktur tulang - Keterbatasan lingkungan fisik dan social - Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler - Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur e. Patofisiologi terjadinya penyakit - Kaki tidak mampu menopang berat badan - Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat - Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri - Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri Gejala klinis tidak mampu bergerak secara mandiri

f.

g. Pemeriksaan fisik a. Tingkat kesadaran b. Postur/bentuk tubuh o Skoliosis o Kiposis o Lordosis o Cara berjalan c. Ekstremitas o Kelemahan o Gangguan sensorik o Tonus otot o Atropi o Tremor o Gerakan tak terkendali o Kekuatan otot o Kemampuan jalan

o o o o

Kemampuan duduk Kemampuan berdiri Nyeri sendi Kekakuan sendi

h. Pemeriksaan diagnostic pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi) i. Prognosis Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda. Therapy (tindakan penanganan) - Fisiotheraphy - Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri

j.

2. Konsep dasar keperawatan a. Pengkajian 1. Tingkat aktivitas sehari-hari a. Pola aktivitas sehari-hari b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik 2. Tingkat kelelahan a. Aktivitas yang membuat lelah b. Riwayat sesak nafas 3. Gangguan pergerakan a. Penyebab gangguan pergerakan b. Tanda dan gejala c. Efek dari gangguan pergerakan 4. Pemeriksaan fisik a. Tingkat kesadaran b. Postur bentuk tubuh b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul 1. Intoleransi aktivitas Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Kelemahan umum

b. c. d. e.

Bedres yang lama (imobilisasi) Motivasi yang kurang Pembatasan pergerakan Nyeri

2. Keletihan Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Menurunnya produksi metabolism b. Pembatasan diet c. Anemia d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit 3. Gangguan mobilitas fisik Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Gangguan persepsi kognitif b. Imobilisasi c. Gangguan neuro muskuler d. Kelemahan e. Pasien dengan traksi

4. Deficit perawatan diri Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Gangguan neuromuskuler b. Menurunnya kekuatan otot c. Menurunnya control otot dan koordinasi d. Kerusakan persepsi kognitif e. Depresi f. Gangguan fisik c. Rencana keperawatan 1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas Intervensi: o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri o Catat tanda vital o Kolaborasi dengan dokter o Lakukan aktivitas yang adekuat Rasional:

o o o o o 2.

Merencanakan intervensi dengan tepat Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas Mempercepat proses penyembuhan Untuk mengoptimalkan pergerakan

Untuk diagnose keperawatan keletihan Intervensi: o Monitor keterbatasan aktivitas o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri o Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas o Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas o Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet o Berikan pendidikan kesehatan Rasional: o Merencanakan intervensi dengan tepat o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas o Mempercepat proses penyembuhan o Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan o Menambah pengetahuan pasien

3.

Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik Intervensi: o Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman o Cegah pasien jatuh o Lakukan latihan aktif maupun pasif o Lakukan fisiotheraphy dada dan postural o Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Rasional: o Mencegah iritasi dan komplikasi o Mempertahankan keamanan pasien o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur o Meningkatkan fungsi paru o Memaksimalkan mobilisasi

4.

Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri Intervensi: o Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL o Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL o Jaga privasi dan keamanan pasien o Lakukan latihan aktif dan pasif o Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL

Rasional:

o o o o o

Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari Memberikan keamanan Meningkatkan sirkulasi darah Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu: - Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas - Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang - Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit - Tidak ada kontraktur sendi

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis kelamin Gol. Darah Agama Pendidikan Status perkawinan TB/BB Penampilan Ciri-ciri

: Ny. A : Sampit, 13 juli 1949 : perempuan :B : islam :: janda : 145 cm, 43 kg : rapi : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak bungkuk Alamat : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04, RW 05, kabupaten kotawaringin timur Orang yang dekat : Ny. K Hubungan : anak klien Alamat/telpon : 0852459734xx

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Keterangan : Garis keturunan serumah

: Laki-laki : Perempuan : Garis hubungan : :

: Tinggal

Meninggal 2. Riwayat keluarga Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri lama. C. RIWAYAT PEKERJAAN Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki.

Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi. D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup, tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin. Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien. E. RIWAYAT REKREASI Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong tiap lebaran. F. SISTEM PENDUKUNG Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan mandi. G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya. H. STATUS KESEHATAN Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut. 1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung 2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu 3. Region : di punggung dan seluruh persendian 4. Severity scale :4 5. Timing : setiap sebelum tidur Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan lainnya. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor lingkungan. Penyakit yang diderita klien adalah reumatik. I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun

semenjak kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan. J. PSIKOLOGI Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri minimal. Status mental : Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia, orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak memiliki vertigo. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3 Mini mental state exam (MMSE) :3 Geriatric depression scale :4 APGAR :7 K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD: 140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4C, TB: 145cm, BB: 43kg. PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING) Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal. CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING) Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN) Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang. PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI) Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler. Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman. Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran. Indera perasa dan peraba klien normal. PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 56x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak. PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL) Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau, tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan, tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites. BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan lavemen. OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE) Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, dan tidak ada hematom. Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis. REPRODUKSI Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada keputihan, siklus haid 7hari. ENDOKRIN Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien. PENGETAHUAN Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit, klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.

NO 1.

ANALISA DATA DATA ETIOLOGI DS: saya sering merasa Kelemahan nyeri punggung dan nyeri sendi DO: -k/u lemah -kesadaran compos mentis -P: nyeri sendi dan punggung -Q: nyut-nyut seperti membawa batu -R: di persendian dan punggung -S: 4 -T: setiap mau tidur -klien tidak bisa berdiri lama

PROBLEM Gangguan mobilitas fisik

-berjalan ataupun mandi dibantu keluarga -TD: 140/100mmHg -RR: 20x/menit -N: 82x/menit -S: 35,4C

PRIORITAS MASALAH 1. Gangguan mobilitas fisik DIAGNOSA MASALAH 1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. 1 Dx. Kep. Tujuan Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan, diharapkan gangguan mobilitas 2. fisik berkurang atau teratasi, dengan criteria hasil: 3. klien dapat melakukan aktivitas secara adekuat - k/u baik 4. - tidak terjadi cidera klien meningkatkan aktivitas sesuai 5. batas toleransi Intervensi Rasional

Pertahanan body 1. Mencegah iritasi dan aligment dan posisi komplikasi yang nyaman Cegah pasien jatuh 2. Mempertahankan Lakukan latihan keamanan pasien aktif maupun pasif 3. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur Lakukan fisiotheraphy dada dan postural 4. Meningkatkan fungsi Tingkatkan paru aktivitas sesuai batas toleransi 5. Memaksimalkan mobilisasi

IMPLEMENTASI No. 1. Dx. Kep. 1 Implementasi Evaluasi

S: saya masih merasa 1. mempertahanan body aligment dan lemah saat terlalu lama posisi yang nyaman berdiri Hasil: klien mempertahankan body O:

aligment.

-k/u lemah -aktivitas klien meningkat -tidak terjadi cidera A: masalah belum teratasi

2. mencegah pasien jatuh

Hasil: klien dibantu saat berpindah P: lanjutkan intervensi dan mandi sehingga mencegah terjadinya jatuh

3. melakukan latihan aktif maupun pasif Hasil: klien melakukan latihan aktif dengan berjalan ditempat selama 1 menit

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi masih dalam pengawasan

DAFTAR PUSTAKA Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
8. Mar 31

AKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI (kelompok 3)


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI

DI SUSUN OLEH:

INKA FEBRYRIA PERTIWI KARTA ADI WIBOWO IRWANSYAH ALFIANEDI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR 2012 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Gerontik. Selain itu diharapkan makalah ini dapat membantu teman-teman yang lain dalam memahami konsep eliminasi pada lansia khususnya. Harapan kami mudah-mudahan makalah kami ini bermanfaat. Kami menyadari sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik pembaca sangat kami harapkan sebagai masukan perbaikan makalah kami berikutnya.

Sampit, Maret 2012

Penulis, BAB I PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem pencernaan. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.

II.

TUJUAN PENULISAN Setelah menyelesaikan tugas keperawatan gerontik diharapkan: 1. 2. 3. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan ganguan eliminasi. Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa penanganan pada lansia dengan gangguan eliminasi. tentang

III.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi.

IV.

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.

V.

SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka. Bab III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

KOSEP DASAR ELIMINASI Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh baik yang berupa urine maupun fekal (Tarwoto dan wartonah, 2010). Eliminasi Urine Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah diglomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk keginjal untuk difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagian besar hasil filtrasi akan diserap kembali ditubulus ginjal untuk dimanfaatkan tubuh.

Karakteristik urine normal: a. b. Volume berkemih. berkisar 250-400ml yang dikeluarkan setiap kali

Warna normal kekungin-kunginan jernih. Pada dehidrasi warna kuning gelap atau kuning coklat, sedangkan karena obat urine dapat berwarna merah atau orange gelap. Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic yang menyengat atau memusingkan timbul karena mengandung amonik.

c.

d.

pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin pada vegetarian menjadi sedikit basa. Berat jenis 1.003-1.030. Komposiss air 93-97%. Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335 mOsm/liter Bakteri tidak ada.

e. f. g. h.

Komposisi Urine a. b. c. Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam urat serta urobilin. Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak, dan asam amino. Ion-ion seperti natrium, klorida, kaliun dan magnesium

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi urine 1. Diet dan intake Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar. 2. Respon keinginan awal untuk berkemih Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung kemih yang lebih dari normal. 3. Gaya hidup Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku. 4. Stress psikologi Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi. 5. Tingkat aktivitas

Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan eksternal. 6. Tingkat perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya 7. Kondisi patologis Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.

Masalah-masalah eliminasi urine: 1. Retensio urine. Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih dan ketidakmampuan pada kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih adalah urine yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml normalnya 250-400 ml. Inkontinensia urine. Ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia urina, yaitu, Inkontinensia stres adalah strea yang terjadi pada saat tekanan intraabdomen meningkat. Inkontinensia urgensi adalah inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, terjadi akibat ISK bagian bawah atau spasme kandung kemih. Enuresis. Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna .

2.

3.

Perubahan pola berkemih: 1. 2. 3. 4. 5. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya terjadi pada sistitis, stres, wanita hamil Urgensi. Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi pada anak karena kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang. Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK. Poliuri (diuresis): produksi urine melebihi peningkatan intake cairan, misal pada pasien DM. normal tanpa

Urinari suppression: keadaan ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24jam) dan oliguria (urine berkisar 100-500ml/24jam).

Eliminasi fekal Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi. Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses dalam rectum. Proses Eliminasi 1. Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan sekresi cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu. Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi dapat juga terjadi karena tidak mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang melakukan latihan fisik. Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari penurunan respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan haus, perubahan pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga sulit untuk mengunyah. Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan untuk mengunyah/menelan. Kadang lupa dalam konsumsi makanan. Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan penyerapan vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A, D, E, K). Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak biasanya akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat : Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak. Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan akibat gigi sudah lepas.

2.

3.

4. 5. 6. 7. a) b) 8.

Masalah-masalah umum pada eliminasi Fekal 1. Konstipasi: gangguan eliminasi yang mengakibatkan adanya feses yang keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh po\la defekasi

yang tidak teratur, penggunaan laksatif dalam jangka waku yang lama, stress fsikologis, obat-obatan, kuang aktifitas dan usia. 2. Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar akibat cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu cukup untuk menyerap air. Diare disebabkan oleh stress fisik, obat-obatan,alergi dan lain-lain. Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaaran feses dan gas yang melalui spingter anus akibat kerusakan fungsi spingter / persarafan didaerah anus. Penyebabnya karena penyakit neoromuskular, atau tumor spingter anus eksternal. Kembung : platus yang berlebihan didaerah intestinal, sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat disebakan karena konstipasi, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi. Hemoroit : kelebran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan darah tersebut. Penyebabnya adalah, konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

3.

4.

5.

6.

II. 1.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK Gerontologi

Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987) Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).

2.

Geriatri dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :

Geriatri berasal kesehatan/medikal.

Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut usia Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari preventif maupun terapeutis bagi klien lanjut usia. aspek-aspek klinis,

Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari geriatri adalah manusia lanjut usia.

Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia. Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Matassari Jacob, 1997).

3. a. b.

Geriatric Nursing : Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/lansia secara komprehensif. Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari Gerontic nursing.

4.

Proses Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi). Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasdal 8 ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan lanjut usia. Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa/tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua, mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik, yaitu : teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting untuk

diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.

5. a.

Teori-Teori Proses Menua Secara individual 1. 2. 3. b. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda. Tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses menua.

Teori-teori biologi 1. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory) Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). 2. 3. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai). Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendiri. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan. Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan kekurangan gizi. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun. (Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).

4. 5. 6.

c.

Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory) Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

d.

Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. e. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat regenerasi. f. Teori rantai silang Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. g. Teori program Kemampuan organisme untuk menetapakan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

6.

Teori Kejiwaan Sosial a) Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh Cumming and Henry 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple loos), yakni:

b)

1. 2. 3.

Kerhilangan peran (Loss of Role) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships) Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores and Values).

7. a. b. c. d. e. f.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan Hereditas : Keturunan/genetik Nutrisi : Makanan Status kesehatan Pengalaman hidup Lingkungan Stress

8.

Batasan-Batasan Lanjut Usia Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur. Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi : a) b) c) d) Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI) Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a) b) c) d) Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun Fase senium, antara 65 hingga tutup usia. usia dewasa.

9.

Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia Perubahan-perubahan fisik Sel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lebih sedikit jumlahnya Lebih besar ukurannya. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati. Jumlah sel otak menurun. Terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.

Sistem persyarafan 1. 2. 3. 4. 5. Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya). Cepatnya menurun hubungan persarafan. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

6.

Sistem pendengaran 1. Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti katakata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun. Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

2. 3.

Sistem penglihatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar Kornea lebih berbentuk sferis (bola) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap. Hilangnya daya akomodasi. Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

Sistem kardiovaskuler 1. 2. 3. Elastisitas, dinding aorta menurun. Katup jantung menebal dan menjadi kaku. Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak). Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg. Diastolis normal 90 mmHg.

4.

5.

Sistem pengaturan temperatur tubuh Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain : 1. 2. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35C ini akibat metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Sistem respirasi

1. 2. 3.

Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. Menurunnya aktivitas dari silia. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg CO2 pada arteri tidak berganti Kemampuan untuk batuk berkurang. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

4. 5. 6. 7. 8.

Sistem gastrointestinal 1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. Esofagus melebar. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu) Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

2.

3. 4. 5. 6. 7.

Sistem reproduksi 1. 2. 3. 4. Menciutnya ovari dan uterus. Atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), yaitu :

1. 2. 3. 4.

Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual. Tidak perlucemas karena merupakan perubahan alami. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahanperubahan warna.

Sistem genitourinaria 1. Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1); BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2. Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. Atrofi vulva Vagina

3. 4. 5.

Orang-orang yang makin menua, sexual intercourse masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu untuk fungsi sexual seseorang berhenti. Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

Sistem endokrin 1. 2. 3. Produksi dari hampir semua hormon menurun Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan menurunnya daya pertukaran zat.

4.

5. 6.

Menurunnya produksi aldosteron. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan testeron.

Sistem kulit (integumentary system) 1. 2. 3. 4. a. b. c. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis). Menurunnya respon terhadap trauma. Mekanisme proteksi kulit menurun : Produksi serum menurun Penurunan produksi VTD. Gangguan pigmentasi kulit Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Berkurangnya vaskularisasi. elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

Pertumbuhan kuku lebih lambar Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Kifosis Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas. Discus intervertebralis berkurang). menipis dan menjadi pendek (tingginya

Persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7.

Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

8.

III.

ASUHAN KEPERAWATAN\

Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa data dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus pada keperawatan sangat penting untuk menetukan diagnosa keperawatan yang dapat menentukan intervensi dan implementasi keperawatan.

1. a.

Pengkajian Eliminasi urine 1. Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia. Pada overhidrasi hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi orange-kecoklatan. Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400 ml. Distensi kandung kemih inkontinensia (tidak dapat menahan BAK) Frekuensi BAK, tekanan dan desakan. Kondisi-kondisi tertentu misalnya : a) b) c) d) e) f) g) Disuria, keadaan nyeri waktu BAK. Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari. Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anakanak). Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun volume. Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya. Anuri, produksi urine <100 /hari. Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, misalnya : karena obstruksi saluran urethra.

2. 3. 4. 5.

b.

Eliminasi bowel 1. Status gizi

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pemasukan diit Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah. Mengunyah dan menelan. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut Auskultasi bising usus. Palpasi apakah perut kembung, fecal. Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB. Keadaan diare.

2. a.

Intervensi Eliminasi Urine 1. 2. Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari. Cegah terjadinya inkontinensia : a) b) c) d) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam. Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh. Observasi jumlah urin Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.

b.

Eliminasi Bowel 1. 2. 3. 4. Berikan sikap fowler waktu makan Pertahankan keasaman lambung. Berikan makanan yang tidak membentuk gas Cukup cairan

3. a. b. c. d. e.

Untuk mencegah sembelit/konstipasi. Awasi kecukupan cairan dalam diit. Dorong untuk melakukan aktivitas Fasilitasi gerak usus dalam mencerna. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal Berikan kecukupan konsumsi serat.

f. g. h. i. j.

Ajarkan latihan kegel. Ajarkan latihan perut. Atur waktu makan dan minum. Atur jumlah makan dan minum. Berikan laxatif jika perlu.

BAB III FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

I.

Data Biografi Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan Agama Status perkawinan TB/BB Penampilan : Ny. S : 74 tahun : Perempuan : SD : Islam : Janda : 149 cm / 37 kg : Rapi,bersih,wangi,berpakaian sesuai, rambut beruban, menggunakan jilbab, sedikit bungkuk. : Jl. SukaBumi Barat No. 007 : Ny. Ati : Anak klien : Sda

Alamat Orang yang dekat Hubungan Alamat II. 1. RIWAYAT KEPERAWATAN GENOGRAM

Keterangan: : perkawinan : laki-laki satu rumah : garis keturunan X : meninggal dunia -----: tinggal dalam perempuan : garis

2.

Riwayat Keluarga Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut anaknya. Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak pertamanya dan sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBparu.

III. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Jarak dari rumah Transportasi : tidak bekerja :::-

Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Transportasi

: Pedagang sayur yang digendong di bahu : 10 km : Jalan kaki terhadap kebutuhan :

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan kebutuhan klien dipenuhi oleh anak-anaknya.

IV. RIWAYAT LINGKUNGAN Jenis lantai rumah Kondisi lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Kebersihan lingkungan dapat mebahayakan klien : porselen : kering : tidak ada : cukup : tanpa ranjang : tertata rapi : ada dikamar, 3 meter dari tempat tidur : lingkungan bersih, tidak ada barang yang : 5 (lima) orang

Jumlah yang tinggal dalam satu rumah Derajat privasi Tetangga terdekat Alamat : baik

:Mbah Saras : Jl. Suka- Bumi Barat No. 008

V.

RIWAYAT REKREASI Hobi/minat Keanggotaan organisasi Liburan/perjalanan : Klien hobby menyulam, bernyanyi : anggota posyandu lansia Kamboja : Klien sering diajak anaknya jalan-jalan ke taman kota.

VI. SISTEM PENDUKUNG Perawat/Bidan/Dokter : Mantri Sri

Jarak dari rumah RS Klinik Makanan yang dihantarkan

: 1 km : RSU DR. Murjani Sampit, 4 km dari rumah klien : Puskesmas Baamang 1, 1 km dari rumah klien :-

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada karena klien masihdapat melakukan aktivitas madiri.

VII.

DESKRIPSI KEKHUSUSAN : Klien selalu melaksanakan sholat lima waktu berjamaah di mushola Al-Anshor dekat rumah klien, dan sering mendengarkan ceraham dari TV.

Kebiasaan ritual

VIII.

STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita sakit stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu Keluhan utama penuh P Q R S T Obat-obatan Alergi Obat-obatan Makanan Faktor lingkungan : 3 hari sekali baru BAB, perut terasa :::::: Ottopan (paracetamol) 500 mg 3x1 : klien tidak ada alergi :::-

Penyakit yang diderita

: Hipertensi dan rematik

IX. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks katz Oksigenasi 20x/m Cairan/elektrolit Nutrisi : Katz A : Klien bernapas dengan hidung, RR : : : Klien makan 2x sehari, klien makan nasi dan lauk, klien tidak suka makan sayur, klien minum air putih 3 gelas sehari ( 750 ml), : 3 hari sekali baru BAB, perut dintesi, bising usus 3x/m, BAK

Eliminasi

Aktivitas Istirahat&tidur

: semua aktivitas klien sehari-hari dapat dikerjakan secara mandiri : Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam hari klien mulai tidur pukul 22.00 sampai 04.00 pagi. Pada saat tidur klien sering terbangun. : Klien mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, berganti pakaian setiap hari

Personal hygiene

Seksual : Klien sudah menopause sejak berumum 51 tahun, dan sudah tidak memiliki pasangan, sejak menopause klien sudah tidak ada keinginan untuk berhubungan dengan dengan lawan jenis.

X.

PSIKOLOGI KOGNITIF PERSEPTUAL Konsep diri Emosi : baik : stabil

Adaptasi mekanisme pertahan diri : baik Status mental : Tingkat kesadaran Afasia Dimensia Orientasi : compos mentis : tidak ada : ada : baik

Bicara Bahasa yang digunakan Kemampuan membaca Kemampuan interaksi sesuai Vertigo SPSMQ MMSE GDS APGAR

: normal dan lancar : bahasa banjar dan bahasa indonesia : klien bisa membaca : klien mampu berinteraksi dengan baik dan : ada : skor 2 = fungsi mental utuh : skor 2 = baik : skor 4 = tidak ada depresi : skor 10 = rendah

XI. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda-tanda vital 20x/m, : baik : compos mentis : TD: 190/100 mmHg, Nadi: 74x/m, RR: Suhu : 36,5 C, TB : 149 cm, BB, 37 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM B1/pernapasan Bentuk dada Sekeresi dan batuk Pola napas Bunyi napas Pergerakan dada Tractil fremitis Alat bantu pernapasan pernapasan : simetris : tidak ada batuk : RR: 20x/m, reguler : vesikuler : normal : tidak ada : klien tidak menggunakan alat bantu

B2/Kardiovaskuler Nadi Bunyi janting Letak jantung lima kira-kira : 74x/m, reguler dan kuat : normal : ictus cordis teraba pada interkosta kesatu jari medial dari garis midclviucla Pembesaran jantung Nyeri dada Oedeme Clubbing finger : ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada

B3/ persarafan Tingkat kesadaran GCS Reflek Koordinasi gerak Kejang : compos mentis : 15, eye: 4, verbal:5, motorik: 6 : normal : Klien mampu mengkoordinasikan gerak : tidak ada

Penginderaan (persepsi sensori) 1. Mata Bentuk Visus Pupil Gerak bola mata Medan penglihatan Buta warna : normal :: isokor : menyempit : menyempit : tidak ada

Tekanan Intra Okuler : tidak

2.

Hidung Bentuk : normal

3. 4. 5.

Gagguan penciuman Telinga Aurikel Membaran timpani Ottorhochea

: tidak ada

: normal : keruh : tidak ada

Gangguan pendengaran: ada Tinitus Perasa Peraba : ada : normal : normal

B4/perkemihan Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi terjadi inkontinensia urine. Produksi urin Frekuensi BAK Warna Bau : volume BAK 400 ml / hari : 3 4 x/hari : kuning :amoniak

B5/eliminasi alvi 1. 2. Mulut dan tenggorokan Mulut Lidah : mukosa lembab : normal

Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong, Tengorokan Abdomen Pembesaran hepar Pembesaran lien Asites Masalah usus dan rektum : tidak ada keluhan : dintensi : tidak ada : tidak ada : tidak ada

BAB penuh Obat pencahar Lavamen

: 3 hari sekali baru BAB, perut terasa : :

B6/Otot/tulang/integumen 1. Otot-tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai : bebas Kemampuan kekuatan otot : 2. Fraktur Dislokasi Hematoma : tidak ada : tidak ada : tidak ada

Integumen Warna kulit Turgor Tulang belakang : sawo matang : tidak elastis : kiposis

REPRODUKSI Payudara Bentuk Benjolan : simetris : tidak ada

Kelamin Bentuk Keputihan Siklus haid : normal : tidak ada : klien sudah menopause

ENDOKRIN Faktor alergi : tidak ada

Manifestasi Cara mengatasi Kelainan endokrin

::: tidak ada

PENGETAHUAN KLIEN TENTANG KESEHATAN DIRINYA Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.

ANALISA DATA No Data Penyebab Masalah

1. 1. 2.

DS : Klien mengatakan 2 hari ini tidak bias BAB. Klien mengatakan tidak suka makan sayur dan hanya minum air putih sebanyak 3 gelas.

Pemenuhan kebutuhan gizi tidak seimbang.

Gangguan Bowel Eliminasi ( BAB )

DO : 1. 2. 3. Klien hanya makan sedikit sayur mayur. Bising usus 3 x /menit Perkusi abdomen hypertimpani. nasi dan

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. Dx. Kep. Gangguan Bowel Eliminasi ( BAB ) b.d Pemenuhan kebutuhan gizi tidak seimbang. Tujuan Intervensi Rasional Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang nutrisinya.

Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan1. Intervensi klien mengenai keperawatan pemahaman dalam waktu 2 X tentang nutrisi. 24 jam klien dapat BAB secara normal. Kriteria hasil :

2.

Anjurkan klien makan sayur dan buah. 2.

1. Klien mendapatkan nutrisi yang

Sayur dan buah merupakan makanan yang yang tinggi serat

cukup dengan gizi yang seimbang. 2. Klien dapat BAB dengan lancer maksimal dalam waktu 2 X 24 jam . 3. klien untuk meningkatkan intake cairan 1500 cc yang dipenuhi secara bertahap.

sehingga dapat membantu melancarnak n pencernaan.

3.

Untuk membantu melunakan feses.

4. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tidak bergas.

4.

Untuk mengurasi kembung/ distensi.

5. Lakukan auskultasi bising usus. 5. Untuk mengetahui keefektifan rencana sebelumnya.

IMPLEMENTASI No. 1. 1. Dx. Kep. 1 Implementasi 1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai pemahaman tentang nutrisi. Hasil: yang saya tahu saya harus makan makanan yang sedikit garam agar tensi saya tidak naik. 2. Menganjurkan klien makan sayur dan buah. Hasil: saya akan mencoba makan sayur Evaluasi S: Saya sudah dapat BAB dengan lancar, minum sebanyak 5 gelas / hari, mau mencoba mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan.

O: Bising usus 10x / menit. Makan dengan lauk pauk 3. Menganjurkan klien untuk dan sayuran. meningkatkan intake cairan 1500 Perkusi abdomen tympani. cc yang dipenuhi secara bertahap. Hasil: nanti saya akan mencoba

minum yang banyak. 4. Menganjurkan klien untuk makan makanan yang tidak bergas. Hasil: saya akan mengurangi makan singkong 5. Melakukan auskultasi bising usus. Hasil: bising usus 5x/m A:Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

BAB III PENUTUP

I.

KESIMPULAN Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami perubahan seperti kehilangan gigi, indra pengecap yang mengalami penurunan fungsi, rasa lapar yang menurun, peristaltic yang menurun dan lain-lain. Sehingga pada lansia pola eliminasi urine dan fekal mengalami perubahan dimana perawat harus mampu membantu lansia dalam menghadapi perubahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia). Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta: EGC Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
9.

Mar 31

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN (kelompok 2)
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Disusun Oleh : KELOMPOK 2 1. 2. 3. Dedi Darma Putra Edi Taufikurahman Kiki Apriliyanti

4.

Novia Yesiana

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR Jl. Batu Berlian No.11 Telp (0531) 22960 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,

Maret 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i DAFTAR ............................................................................................................................... BAB I............................................................................................................................ PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1 TUJUAN ............................................................................................ PENULISAN 2 ISI ii

B. C. D. E.

RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 2 METODE PENULISAN............................................................................................ 2 SISTEMATIKA PENULISAN.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN A. B. PERAN PERAWAT KEAMANAN.... 3 DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DAN 4

KESELAMATAN KEAMANAN...................................................................

BAB III............................................................................................................................. PENUTUP A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 39

B.

SARAN ...................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 1994). Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994). Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansialansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

B. TUJUAN PENULISAN Untuk mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.

C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

D. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II PEMBAHASAN

A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut: 1. Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan kebutuhan keamanan.

2. Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga. 3. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga. 4. Konsultan, perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. 5. Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal. 6. Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi. 7. Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keamanannya. 8. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.

B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

KONSEP DASAR 1. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan dan keamanan Usia

Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang. b. Tingkat kesadaran

Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur. c. Emosi

Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan. d. Status mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko injuri atau gangguan integritas kulit. e. Gangguan persepsi sensori

Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan. f. Informasi/komunikasi

Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan kecelakaan. g. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik h. Keadaan imunitas

Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga mudah terserang penyakit. i. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit. j. Status nutrisi

Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu. k. Tingkat pengetahuan

Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.

2.

Macam-macam bahaya atau kecelakaan a. Di rumah Tersedak.

Jatuh. Tertelan alat-alat rumah tangga. Tersiram air panas. Jatuh dari jendela atau tangga. Terpotong. Luka tusuk atau luka gores. Luka bakar. Tenggelam. Terkena pecahan kaca. Jatuh dari sepeda. Keracunan.

b.

Di rumah sakit Mikroorganisme. Cahaya. Kebisingan. Temperatur. Kelembapan. Cedera atau jatuh. Kesalahan prosedur. Peralatan medik. Radiasi. Keracunan inhalasi, injeksi. Syok elektrik. Asfiksia dan kebakaran.

3.

Pencegahan kecelakaan di rumah sakit

a. b. c. d. e.

Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda. Menghindari kecelakaan: Mengunci roda kereta dorong saat berhenti. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau. Meja yang mudah dijangkau. Kereta dorong ada penghalangnya.

f. g. h. i. j. k. l. m. n.

Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung oksigen dan termos. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu menggunakannya. Mencegah kesalahan prosedur; identitas klien harus jelas.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA LANSIA PENYEBAB KECELAKAAN PADA LANSIA: 1. Fleksibilitas ekstremitas yang berkurang

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun Pencahayaan yang kurang Lantai licin dan tidak rata Tangga tidak ada pengaman Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak Kehilangan kesadaran tiba-tiba (syncope) TINDAKAN PENGAMANAN PADA LANSIA:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Berikan alat bantu yang sesuai Latih lansia untuk mobilisasi Usahakan ada yang menemani jika bepergian Letakkan peralatan terjangkau lansia Gunakan tempat tidur tidak terlalu tinggi Penataan ruangan harus bebas lalu lalang Upayakan lantai bersih, tidak licin, rata, dan tidak basah Hindari lampu redup/menyilaukan

PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA

A. DEFINISI Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.

Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh. Mengurangi Risiko Jatuh Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua(AGS et al.2001) .

Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada lansia Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu: 1. Faktor Intrinsik Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan. Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan. 2. Faktor Ekstrinsik Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

B.

PENCEGAHAN

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :

1.

Latihan fisik

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan,memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan,latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)

2.

Managemen obat-obatan

Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara: Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers Hindari pemberian obat multiple (lebih dariempat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

3.

Modifikasi lingkungan

Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing akibat suhu diantara: Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu Gunakan karpet antislip di kamar mandi. Perhatikan kualitas penerangan di rumah. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga.

Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas. Gunakan lantai yang tidak licin. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.

4.

Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :

Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. Mengambil barang dengan cara yang benar dari Lantai. Hindari olahraga berlebihan.

5.

Alas kaki

Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki: Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan Pakai sepatu yang antislip

6.

Alat bantu jalan

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda. Karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.

Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien

dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah fourwheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.

7.

Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran

8.

Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9.

Memelihara kekuatan tulang

Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua Berhenti merokok Hindari konsumsi alkohol Latihan fisik Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi: a. Halusinasi; b.Gangguan proses pikir;

c. d.

Kelesuan; Ilusi;

e. Kebosanan dan tidak bergairah; f. Perasaan terasing; g.Kurangnya konsentrasi; h.Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

2.

Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain: a. Kesadaran menurun; b.Kelemahan fisik; c. d. Imobilisasi; Penggunaan alat bantu.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). a. Resiko Jatuh Usia klien lebih dari 65 tahun Riwayat jatuh di rumah atau RS Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives) b. Riwayat kecelakaan Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang kembali

c.

Keracunan Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.

d.

Kebakaran Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

e.

Pengkajian Bahaya Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.

f.

Keamanan (spesifik pada lansia di rumah) Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur. Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah)

1.

Risiko injuri Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam. Y Kemungkinan berhubungan dengan: a. b. c. Kurangnya informasi tentang keamanan; Kelemahan; Gangguan kesadaran;

d. e. f. g. h. Y

Kurangnya koordinasi otot; Epilepsi; Episode kejang; Vertigo; Gangguan persepsi.

Kemungkinan data yang ditemukan: a. Perlukaan dan injuri.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: a. b. c. d. e. AIDS; Demensia; Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin; Epilepsi; Penyakit perdarahan.

Tujuan yang diharapkan: a. Injuri tidak terjadi.

Intervensi: a. b. c. d. e. f. g. h. i. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat tidurnya Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya Kunci roda tempat tidur Posisi kepala lebih ditinggikan Berikan penerangan yang cukup pada malam hari Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi pasien Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet

j. k.

Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus untuk mencegah dekubitus Berikan pendidikan kesehatan tentang: Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol Pencegahan injuri di rumah

Y a.

Rasional: Pencegahan primer Monitor faktor risiko Mencegah terjadinya kecelakaan Dibutuhkan pada saat emergensi Mempertahankan keamanan Mencegah aspirasi Mencegah jatuh Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori Mencegah kecelakaan Mencegah komplikasi akibat injuri Mencegah injuri

b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.

2.

Perubahan proteksi Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh. Y Kemungkinan berhubungan dengan: a. b. c. d. e. Y Defisit imunologi; Malnutrisi; Kemoterapi atau efek pengobatan; Penglihatan yang kurang; Kurang informasi tentang keselamatan.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. b. Y

Riwayat kecelakaan; Lingkungan yang beresiko.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: a. b. c. d. e. f. g. Usia: kematangan, sangat tua; Nutrisi kurang; Gangguan darah; Pembedahan; Radiasi atau kemoterapi; Penyakit imunitas; AIDS.

Tujuan yang diharapkan: Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial

Intervensi: a. b. c. d. e. f. g. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan Jaga pasien dari injuri dan infeksi Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari bekas suntikan Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik Berikan diet adekuat Lakukan pendidikan kesehatan tentang: Pemberian pengobatan Mempertahankan keamanan Teknik isolasi Penggunaan alat-alat proteksi

Rasional: a. Mengurangi risiko penularan penyakit

b. c. d. e. f. g.

Mengatasi faktor penyebab Mengurangi risiko infeksi Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi Menghindari pendarahan Meningkatkan daya tahan tubuh Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri

3.

Risiko tinggi infeksi Definisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya virus penyakit. Y Kemungkinan berhubungan dengan: a. b. c. d. e. f. Y Tidak adekuatnya pertahanan primer; Kerusakan jaringan; Terpaparnya lingkungan yang terkontaminasi penyakit; Prosedur invasif; Malnutrisi; Penyakit kronis.

Kemungkinan data yang ditemukan: a. b. c. Kondisi kulit; Nilai laboratorium; Pemakaian alat-alat invasif.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: a. b. c. AIDS; Infeksi bakteri dan virus; Kondisi setelah operasi.

Tujuan yang diharapkan: a. Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi.

b. Y

Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Intervensi: a. b. c. d. e. f. g. h. Monitor tanda vital setiap 4 jam Gunakan metode pengontrol adanya infeksi Pertahankan diet adekuat, vitamin C, dan tablet Fe Catat hasil laboratorium Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya Informasikan tentang efek pengobatan Lakukan teknik steril Lakukan pendidikan kesehatan tentang: Pencegahan dan penularan penyakit Tanda dan gejala infeksi Hidup sehat

Rasional: a. b. c. d. e. f. g. h. Data dasar untuk mengetahui keadaan normal Melindungi pasien dari infeksi Meningkatkan daya tahan tubuh Mengidentifikasi adanya infeksi Mencegah komplikasi Mencegah infeksi silang Mencegah terjadinya infeksi Memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)

1.

Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah :

Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera. Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan. Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses bernafas. Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur). Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan. Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari.

2.

Perencanaan Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu: Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar lebih aman. 1. Contoh rencana asuhan keperawatan:

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat) Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu:

a. b. c.

Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

3.

Intervensi a. b. c. d. e. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1 Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman) Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.

f.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian: 22 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis Kelamin Pendidikan Agama Status Perkawinan TB/BB Penampilan Ciri-ciri Tubuh kifosis Alamat Orang Yang Dekat Hubungan Alamat/Telepon : : : : : : : : : : : : : Ny. M Kuala Kapuas, 15 September 1939 Perempuan SD Islam Janda 151 cm/45 kg Bersih, kurang rapi, gigi ompong Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri, Jl.Batu Manyar No.21 Ny. S Anak kandung Jl.Batu Manyar No.21

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1.

Genogram

Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan : Garis Hubungan

: Garis Keturunan : Tinggal Serumah : Meninggal

2.

Riwayat Keluarga

Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di rumah.

C. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini Alamat Pekerjaan Jarak Dari Rumah Alat Transportasi : : : : -

Pekerjaan Sebelumnya Jarak Dari Rumah Alat Transportasi

: : :

Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan : Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan anak-anak klien terutama anak bungsu klien.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Tipe tempat tinggal Jenis lantai rumah Kondisi lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Kebersihan lingkungan : : : : : : : : Kayu Ulin Kering Cukup Aman Berserakan Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licin Kurang bersih

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orang Derajat privasi Tetangga terdekat Alamat dan telepon : : : Ny.K Jl. Batu berlian No.11

E. RIWAYAT REKREASI Hobbi/Minat Keanggotaan Organisasi Liburan/Perjalanan : ; : Berkebun dan Menyulam Organisasi Wanita Wredatama Terakhir kali pada tahun 2011, klien pergi mengunjungi anak tertuanya di banjarmasin

F.

SISTEM PENDUKUNG Perawat Jarak dari rumah Rumah Sakit Klinik Pelayanan Kes. Dirumah Makanan yg dihantarkan : Ny.N : 2 Km : : : : RSUD Dr. Murjani Jarak Jarak 3,5 km

Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah: Lain-lain : -

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan Ritual Yang Lainnya : : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat mengaji setiap shalat magrib berakhir

H. STATUS KESEHATAN Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu : Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki klien. Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang lalu :

Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis. Keluhan Utama 1. Provocative/Paliative 2. Quality/Quantity 3. Region : : : lutut terasa ngilu

penumpukan Kristal asam urat ngilu-ngilu : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang

4. Severity Scale

6 (dari skala 0-10)

5. Timing

sangat terasa saat malam hari. Sifatnya hilangtimbul dan terkadang terasa sakit berkisar antara 10-15 menit :

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan

klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam (termasuk klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa sebenarnya asam urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.

Obat-obatan: Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel sudah tidak ada)

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) Obat-obatan Makanan Faktor Lingkungan : : : -

Penyakit Yang Diderita Arthritis Gout (Asam Urat)

I.

AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks KATZ Oksigenisasi Cairan & Elektrolit kopi Nutrisi Eliminasi : : : : : A Baik, tanpa alat bantu Klien minum 4-6 gelas/hari, klien suka minum Baik, klien terkadang makan nasi lunak. Sayursayuran terutama kangkung, dan ikan BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam sehari 3-5 kali

Aktivitas

Terbatas, klien sering merasa lelah terutama menahan rasa cenat-cenut di lututnya. Klien jarang melakukan aktivitas yang berlebihan dan berat. Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari pukul 21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00 WIB Dapat dilakukan secara mandiri : Sudah tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual lagi Klien tidak pernah rekreasi selain mengunjungi anak tertuanya di Banjarmasin tahun 2011 lalu

Istirahat & Tidur

Personal Hygiene Seksual Rekreasi J.

PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Konsep Diri lansia Emosi Adaptasi Mekanisme pertahanan diri Status mental Tingkat kesadaran Afasia Demensia Orientasi Bicara Bahasa yang digunakan Kemampuan membaca Kemampuan interaksi Vertigo : : : : : : : : : Composmentis Tidak Normal Normal Dayak Bisa Sesuai Tidak : : : : Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah Labil, klien mudah tersinggung Baik, klien mudah membaur dengan masyarakat sekitarnya Baik

Short Portable Mental Status Quistionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang)

Mini-Mental State Exam (MMSE) Geriatrik Depression Scale APGAR

: 6 (Gangguan Intelektual Sedang) : Skor 4 : 6 (Sedang)

K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda-tanda vital : : : Baik Composmentis TD: 130/70 mmHg RR: 20x/m TB: 152 cm N: 68x/m T: 36,3oC BB: 48 Kg

L. PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING) 1. 2. 3. a. 4. b. c. d. 5. 6. 7. Bentuk Dada Sekresi dan Batuk Pola Nafas Frekuensi nafas Bunyi Nafas Normal Abnormal Resonen lokal Pergerakan dada Tractil Fremitus/Fremitus Lokal Alat Bantu Pernafasan : : : : : : Vesikuler di semua lapang paru : 20x/m dan teratur : : Simetris Tidak Ada

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING) 1. Nadi Frekuensi 2. 3. Bunyi jantung Letak jantung : : 68x/m dan reguler Normal : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kirakira satu jari medial dari garis midclavicula : : : : Tidak Tidak Tidak Tidak

4. 5. 6. 7.

Pembesaran jantung Nyeri dada Edema Clubbing finger

PERSARAFAN (B3: BRAIN) Tingkat Kesadaran: Composmentis 1. GCS Total GCS: 14 2. 3. 4. 5. Refleks Koordinasi gerak Kejang Lain-lain : : : : Normal Ya Tidak -

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI) 1. a. b. c. d. Mata (Penglihatan) Bentuk Visus Pupil Gerak bola mata : : : : Normal Isokor Normal

e. f. g. 2. a. b. 3. a. b. c. d. e. 4. 5.

Medan penglihatan Buta warna Tekanan Intra Okuler Hidung (Penciuman) Bentuk Gangguan Penciuman Telinga (Pendengaran) Aurikel Membran tympani Otorrhae Gangguan Pendengaran Tinitus Perasa Peraba

: : :

Menyempit Tidak Tidak

: :

Normal Tidak

: : : : : : :

Normal Keruh Tidak Ya Ya Normal Normal

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER) Masalah kandung kemih Produksi urine Frekuensi Warna Bau : : : : : Sering 250ml/hari 2-6x/hari Kuning Jernih Amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL) 1. a. b. c. d. Mulut dan Tenggorokan Mulut Lidah Kebersihan Rongga Mulut Tenggorokan : : : : Selaput lendir mulut lembab Hiperemik Tidak berbau Sakit Menelan

e. f. g. h. 2.

Abdomen Pembesaran Hepar Pembesaran Lien Asites

: : : :

Kenyal Tidak Tidak Tidak

Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus BAB Obat pencahar Lavemen : : : 2X/hari, Tidak ada masalah Tidak Tidak

OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE) 1. Otot dan Tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas Kemampuan kekuatan otot: 2. Tidak ada fraktur Tidak ada dislokasi Tidak ada haematom Integumen Warna kulit Akral Turgor Tulang belakang : : : : Hiperpigmentasi Hangat Tidak Elastik Kiposis

M. REPRODUKSI Perempuan:

Payudara Kelamin

: :

Bentuk simetris, Tidak ada benjolan Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

N. ENDOKRIN Klien tidak memiliki kelainan endokrin

O. PENGETAHUAN Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit. Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik.

ANALISA DATA

NO

KELUHAN

ETIOLOGI

PROBLEM

DS: Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya cenat-cenut kalau jalan

DO: - klien tampak memijat kedua kakinya 1. klien tampak hati-hati saat merubah posisi dari duduk jadi berdiri Penumpukan Kristal asam urat Nyeri akut

- klien kifosis P : penumpukan Kristal asam urat Q : ngilu, cenat-cenut R ; di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang S : 6 (dari 0-10)

T : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang

DS: Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya cenat-cenut kalau jalan

DS: mata saya kadang terasa kabur kadang tidak

DO: 2 - Fokus penglihatan mulai berkurang Lapang pandang menyempit Aktivitas terbatas karena sakit pada ekstrimitas dan punggung, gerak agak pelan dan hati-hati Lingkungan kurang aman. WC agak licin. Di halaman belakang terdapat beberapa pecahan kaca, duri salak (di halaman belakang rumah klien tumbuh 2 pohon salak), dan tanah agak licin karena ditumbuhi lumut

Penurunan sensori, lingkungan kurang kondusif, fleksibelitas ekstremitas menurun

Resiko injuri

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. Dx. Kep. 1 Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Nyeri merupakan tindakan nyeri respon subjektif yang keperawatan selama dapat dikaji dengan 2x24 jam menggunakan skala diharapkan nyeri nyeri. hilang atau terkontrol dengan kriteria hasil: 2. Nyeri mungkin

1.

Klien tidak mengungkapkan 2. perasaan nyeri Gerak tidak terbatas Aktivitas bisa sedikit meningkat Skala nyeri 0 (dari 0-10) Menunjukkan ekspresi rileks

2. 3. 4. 5.

Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus 3.

dipengaruhi oleh kecemasan atau peradangan pada sendi

3.

Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat 4. Pengetahuan mengurangi tersebut membantu intensitas nyeri mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik 4. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan 5. Pemakaian alkohol, berapa lama nyeri kafein, dan obaakan berlangsung obatan diuretik akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.

Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri

5.

Anjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alkohol, kafein atau mengonsumsi obatobatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih

2.

Setelah dilakukan 1. tindakan perawatan selama 2x24 jam diharapkan cidera tidak terjadi dengan kriteria hasil: 2. 1. Mengidentifikasi bahaya apa saja yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera terutama bahaya lingkungan 2.

Kaji adanya faktor1. Mengidentifikasi faktor resiko injuri adanya faktor-faktor pada klien. resiko yang mungkin akan timbul Lakukan modifikasi 2. Mengurangi risiko lingkungan agar injuri akibat lebih aman sesuai lingkungan yang tidak hasil pengkajian aman terhadap resiko injuri

3. Monitor klien Mengidentifikasi berkala tindakan preventif secara terutama 2 hari atas bahaya tertentu 3. pertama kunjungan 3. Melaporkan rumah penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera. 4.

Mencegah kecelakaan akibat faktor-faktor resiko yang mungkin terjadi dan dialami oleh klien

Ajarkan klien dan 4. Mencegah keluarga tentang akibat upaya pencegahan komplikasi injuri dan cidera mempertahankan keamanan

No. 1. 1.

Dx. Kep. 1 1.

Implementasi Mengkaji (22/3/2012) karakteristik

Evaluasi nyeri S: kaki saya masih terasa ngilu

Hasil: nyeri dirasakan dominan dilutut, selain itu nyeri juga dirasakan pada punggung sampai O: kedaerah pinggang dengan skala - klien menunjukkan bagian nyeri 6 (dari 0-10) kakinya yang sakit, tepatnya 2. Membantu klien dalam dilutut.

mengidentifikasi (22/3/2012)

factor

pencetus - Klien kifosis

Hasil: nyeri karena terjadinya- Tampak hati-hati dan pelan penumpukan kristal asam urat pada saat berjalan sendi Ekspresi wajah sedikit meringis 3. Mengajarkan relaksasi: anjurkan klien untuk menggunakan air hangat - Saat merubah posisi dari untuk mandi (22/3/2012) duduk jadi berdiri, tampak Hasil: klien memahami anjuran yang hati-hati diberikan dan akan mulai melakukan apa yang dianjurkan 4. Meningkatkan pengetahuan A: Masalah belum teratasi tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung (22/3/2012) P: Lanjutkan Intervensi Hasil: klien masih belum - Kaji karakteristik nyeri sepenuhnya memahami HE yang diberikan. Klien hanya tahu kalau Bantu klien dalam dirinya mengalami asam urat begitu mengidentifikasi faktor saja. pencetus 5. Menganjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alkohol, kafein atau mengonsumsi obatobatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih (22/3/12) Hasil: Karena klien suka kopi, klien mengatakan kalau klien akan mencoba mengurangi minum kopi secara bertahap setelah mendengar anjuran yang diberikan dan akan minum air putih lebih sering dibandingkan dengan kopi. Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung Anjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alcohol, kafein atau obatobatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih

2. 2.

1. 2. a.

Mengkaji adanya faktor-faktor S: resiko injuri pada klien (22/3/2012) Hasil: faktor resiko yang ditemukan O: yaitu: Fokus penglihatan mulai adanya nyeri pada ekstremitas yangakan mengurangi fleksibelitas dalam berkurang bergerak, klien rentan terjatuh

b. c.

Penurunan sensori penglihatan

Lapang pandang menyempit

Lingkungan yang kurang kondusif/Aktivitas terbatas karena tidak adekuat sakit pada ekstrimitas dan punggung, gerak agak pelan 3. Melakukan modifikasi lingkungan dan hati-hati agar lebih aman sesuai hasil pengkajian (22/3/2012) Lingkungan sudah dibersihkan dari faktor4. Hasil: bersama keluarga klien faktor resiko membersihkan lingkungan rumah klien, termasuk halaman belakangWC masih berpotensi yang beresiko tinggi menyebabkan menimbulkan injuri bagi injuri atau trauma dengan klien karena lantainya yang membuang pecahan-pecahan kaca, agak licin duri ataupun lumut yang bisa menyebabkan klien jatuh A: Masalah teratasi sebagian 5. Memonitor klien secara berkala terutama 2 hari pertama kunjungan P: Lanjutkan Intervensi rumah (22/3/2012) Kaji adanya faktor-faktor Hasil: masih terdapat faktor resiko resiko injuri pada klien injuri di sekitar klien Lakukan modifikasi Mengajarkan klien dan keluarga lingkungan agar lebih aman tentang upaya pencegahan cidera sesuai hasil pengkajian (22/3/2012) terhadap resiko injuri Hasil: klien dan keluarga memahami Monitor klien secara apa yang diajarkan seperti mengatur pencahayaan di rumah (karena klien berkala terutama 2 hari mengalami penurunan sensori), pertama kunjungan rumah menjaga lingkungan agar tetap Ajarkan klien dan keluarga bersih dan tidak menimbulkan resiko tentang upaya pencegahan cidera dan komplikasi cidera bagi cidera klien

6. 7.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

B. SARAN Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahanjatuh-pada-lansia/ http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalampemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/

Posted 31st March by Inka Februaria 0

Add a comment
10. Mar 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI (kelompok 1)

KEPERAWATAN GERONTIK ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

DI SUSUN OLEH : BAMBANG SURYADINOR NITA RAHMADANI NOVA ZAHROTUL HAYYA SUMIRLAN TRISNO

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR Jl. Batu Berlian No.11 Sampit 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI. Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,

Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1.2 TUJUAN PENULISAN ........................................................................ 1.3 RUMUSAN MASALAH....................................................................... 1.4 METODE PENULISAN......................................................................... 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN................................................................ BAB II PEMBAHASAN 2.1. PENGERTIAN........................................................................................ 2.2 PROSES MENUA................................................................................... 2.3 KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA........................................... 2.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA 8 2.5. GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA............................................

ii iii

1 2 2 2 2

3 4 7

2.6. STATUS GIZI PADA LANSIA............................................................. 11 2.7. ASKEP.................................................................................................... 12 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ....................................................................................... 13 B. SARAN ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA LAPORAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya. Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot, sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA dalam mengkonsumsi makanannya. Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada umumnya lebih mudah dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang tidak dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk melancarkan peristalsis dan dengan demikian melancarkan pula defaecatie, dan menghindarkan obstipasi. Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA. Yang umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk mendapat penyakit kanker. Tujuan

1.2.

Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia 1.3. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian nutrisi 2. Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia 4. Apa saja gangguan nutrisi pada lansia 5. Factor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia Metode Penelitian Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan, Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi pada wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat

1.4.

1.5.

kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan adipose secara normal dapat menyertai penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total. 2.2 Proses Menua Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain : Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal bendabenda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi

pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi. Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan. Penyakit Sistem Pencernaan Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Perubahan pada system pencernaan : Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi indera pengecap (80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah teritama rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa. Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasansfringfar bagian bawah sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan mengakibatkan usofagus melebar (presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang berlanjut sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.

Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan lambung menipis diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam lambung menurun,waktu pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun. Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi. Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang efisien. Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi sukar. Keluahn-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang dicernaakibat berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung lemak. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 70 tahun.

2.3

Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia o Kalori Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus. o Protein Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia,

masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan. o Lemak Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh. o Karbohidrat dan serat makanan Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolanbenjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. o Vitamin dan mineral Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya

dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat. o Air Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari. 2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia a. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan makanan b. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan untuk berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri. c. .Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makananyang gizinya seimbang.. d. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya. e. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi. f. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus.Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran Rasa lapar menurun, asam lambung menurun,Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit., Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi,Penyerapan makanan di usus menurun g. penyalahgunaan alcohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain. h. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh. Gangguan Nutrisi Pada Lansia 1. Malnutrisi Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status kesehatan (Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia.Jakarta:EGC). 2. Obesitas

2.5

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus. Osteoporosis Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria. Anemia Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat. Kekurangan anti oksidan (Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput. Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang. Kelebihan gula dan garam o Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua o Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol dan gula darah o Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

2.6

Status Gizi Pada Usia Lanjut Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung kegemukan/obesitas

Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung kegemukan/obesitas Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi kurang gizi Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

2.7

ASKEP a.PENGKAJIAN o Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks massa tubuh) atau catatan yang tepat o Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat ini o Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka memerlukan gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak? o Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan nutrisi o Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan makanan dari piring ke mult dan menelannya dengan baik o Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk terhadap nutrisi.

BAB III PENUTUP

3.1

KESIMPULAN Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Salah satu indikator yang sangat penting pada status nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan nutrisi lansia terutama di Rumah Sakit. Setiap orang harus makan. Makanan merupakan bagian yang paling pentingdalam kehidupan sebagian lansia dan saat-saat bersantap menjadi bagian pentingyang dialami manula setiap harinya. Makanan juga harus menjadi sumber kesehatan serta kegembiraan bagi orang-orang yang berusia lanjut ini.

3.2

SARAN Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes

Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.

DAFTAR PUSTAKA Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakitpenyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis Kelamin Pendidikan Agama Status Perkawinan TB / BB Penampilan Alamat :Tn S :Sampit, 20 Oktober 1945 :laki-laki : SMA : Islam :Duda : 162 cm, 50 Kg :Rapih danbersih Ciri ciri tubuh :Kurus : Jl. Merdeka, Kel. Ketapang RT 3 RW V Kec.Mentawa Baru Hilir Telp/ Hp : Kabupaten. Kotawaringin Timur Orang Yang Dekat :Ny E Hubungan :Anak Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.45

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Keterangan : Laki-laki

: Perempuan : Meninggal dunia : Tinggal serumah : Garis pernikahan : Garis keturunan : Klien 2. RiwayatKeluarga Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama anak laki-lakinya. Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti diabetes, hipertensi, asma, TB, atau hepatitis. C. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini : Berkebun Alamat pekerjaan : Jl. MajuMundur Jarak dari rumah : 1km Alat transportasi : Jalan kaki Pekerjaan sebelumnya : Swasta Jarak darirumah : 3 Km Alat transportasi : Sepeda Motor Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan: Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak. D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Type tempa tinggal :Rumah Jenis lantai rumah :Kayu Kondisi lantai :Kering Tangga rumah :Tidakada Penerangan :Cukup Tempat tidur :Aman Alatd apur :Rapi WC :Aman Kebersihan lingkungan :bersih Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :Sendiri Derajat privasi :Terjaga Tetangga terdekat : Ada

Alamat dan telepon E. RIWAYAT REKREASI Hobbi / Minat KeanggotaanOrganisasi Liburan / Perjalanan

: Jl. Merdeka No. 46 : Memancing : Pengajian : Jalan jalan, berkunjung ketempat Anak

F. SISTEM PENDUKUNG Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat Jarak Dari Rumah : 1 Km RumahSakit : Ada Jarak 5 Km Klinik : Ada Jarak 4 Km Pelayanan Kes. Dirumah : Tidakada Makanan Yang dihantarkan : Tidakada Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga : Check Up kePuskesmas G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat tahajud. Yang Lainnya : Tidakada H. STATUS KESEHATAN Status Kesehatan Umum Selama SetahunYangLalu : klien pernah menderita Anemia Status KesehatanSelama 5 Tahun Yang Lalu : Tidak ada masalah KeluhanUtama : Klien mengatakan tidak nafsu makan Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan ke puskesmas Alergi : Obat-Obatan Makanan FaktorLingkungan I. :Tidakada :Tidakada : Tidakada : Klien sering berobat

AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) IndeksKATZ :B Oksigenisasi : Baik, RR 16 x/m Cairan&Elektrolit : Cukup, KlienMinum6gelas /hr Nutrisi : Nafsu makan kurang, PolaMakan : 2x/hr, hanya mampu menghabiskan porsi makanan,

konjugtiva anemis, BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg, klien kurang makan sayur dan jarang makan buah-buahan, klien hidup sendiri. Eliminasi Aktivitas ada kegiatan Istirahat & Tidur Personal Hygiene Seksual Rekreasi J. : Baik, BAK 2x/hr BAB 1x/hr : Saat pagi klien berkebun, di rumah klien tidak : Baik, klien tidur 8 jam/hr : Baik, Klien Mandi 2x/hr : Klien tidak ada niat lagi untuk berhubungan, klien tidak ada keinginan untuk menikah lagi :klien 6 bulan sekali melakukan perjalanan (berkunjung ke rumaha naknya).

PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Konsep diri : Klien merasa kehidupannya cukupt erpenuhi Emosi : Stabil Adaptasi : Baik Mekanisme Pertahanan Diri : Baik Status Mental : Stabil Tingkat Keasadaran : Compos Mentis Afasia : Tidak Dimensia : Tidak Orientasi : Normal Bicara : Normal Bahasa Yang Digunakan :BahasaBanjar Kemampuan Membaca :Bisa Kemampuan Interaksi :Sesuai Vertigo : Shirt Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 2 Fungsi Mental Utuh Mini Mental State Exam (MMSE) : 2 Baik Geriatrik Depresion Scale : 4 Baik APGAR : 6 Menengah

K. TINJAUAN SISTEM KeadaanUmum Tingkat Kesadaran Tanda-Tanda Vital :Baik : Compos mentis : TD 130/90 mmhg Nadi 80 x/m

RR TB

16 x/m 168 cm

Suhu 36,5oC BB 50kg

PENGKAJIAN PERSISTEM 1) PERNAFASAN (B1 : BREATHING) 1. Bentuk Dada 2. SekresidanBatuk Nyeriwaktubernapas 3. PolaNapas 4. BunyiNapas 5. Pergerakan Dada 6. TractilFremitis/Fremitus Vokal 7. Alat Bantu Pernapasan

: Simetris : Tidakada : Tidakada : RR 16 x/m, Reguler : Normal (tidakadaRonchi) : Intercostal :Tidakada : Tidakada

2) CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING) 1. Nadi : Frekuensi 80 x/m nt , Reguler 2. Bunyi Jantung : Normal 3. LetakJantung : Ictus Cordis teraba pada intercostal V, kira-kira 1 jari medial darigaris midklavikular 4. Pembesaran Jantung : Tidakada 5. NyeriDada : Tidakada 6. Edema : Tidakada 7. Clubbing Finger : Tidak 3) PERSARAFAN (B3: BRAIN) Tingkat kesadaran : Compos Mentis 1. GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total GCS : 15 2. Refleks : Normal 3. Koordinasi Gerak : Ya 4. Kejang : Tidak 4) PENGINDERAAN 1. Mata (Penglihatan) a. Bentuk b. Pupil c. Gerak Bola Mata d. Medan Penglihatan e. ButaWarna f. TekananInraOkuler 2. Hidung (Penciuman) Bentuk

: Normal : Ishokor : Normal : Normal : Tidak : Tidak : Normal

GangguanPenciuman : Tidak 3. Telinga (Pendengaran) a. Aurikel : Normal b. Membran Tympani : Terang c. Otorrchea : Tidak d. GangguanPendengaran : Tidak e. Tinitus : Tidak 4. Perasa : Normal 5. Peraba : Normal

5) PERKEMIHAN - ELIMINASI URI (B4: BLADDER) Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak sering berkemih, tidak ada urin yang tertahan saat berkemih MasalahKandungKemih : Tidakadamasalah Produksi Urine : 600 ml/hr Frekuensi : 2x/hr Warna:Kekuningan Bau : Amoniak 6) PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL) 1. MulutdanTenggorokan a. Mulut : Rongga mulut bersih, tidak ada bau mulut b. Gigi : Gigi tidak lengkap, tidak ada lubang gigi, Selaput Lendir Mulut : Lembab c. Lidah : Bersih, ada sariawan d. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak Berbau e. Tenggorokan : Tidak terlihat sulit menelan f. Abdomen : Kenyal g. Pembesaran Hepar : Tidak h. Pembesaran Lien : Tidak i. Asites : Tidak 2. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus BAB 1 x/hr Tidak ada masalah Obat Pencahar : Tidak Lavemen : Tidak 7) OTOT, YULANG DAN INTEGUMENT (B6: BONE) 1. OtotdanTulang Kemampuan Pergerakan Sendi lengan dan Tungkai (ROM) Bebas Kemampuan kekuatan otot :

4 4 4 Fraktur : Tidak Dislokasi :Tidak Haemotom : Tidak 2. Integumen Warna Kulit : Kuning langsat Akral : Hangat Turgor : Tidakelastis Tulang Belakang : Normal 8) REPRODUKSI Laki-laki : Kelamin Bentuk : Normal Kebersihan Alat Kelamin : Bersih 9) ENDOKRIN 1. Faktor Alergi Manifestasi Cara Mengatasi 2. Kelainan Endokrin : Tidak : Tidakada : Tidakada : Tidakada

10) PENGETAHUAN Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek up untuk kesehatannya

ANALISA DATA NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM

1.

DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan

DO : Gigi tidak lengkap Lidah ada sariawan PolaMakan : 2x/hr, hanyamampumenghabiskan porsimakanan Konjugtiva anemis BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg Klien kurang makan sayur dan jarang makan buah-buahan klienhidupsendiri

Intake yang tidakadekuat

Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. 1 Dx. Kep. Tujuan Intervensi Timbang berat badan setiap hari Rasional 1. R/mengetahui perubahan keadaan umum nutrisi pada klien

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ketidakseimbangan 2. nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan Kriteria hasil : 1. Nafsu makan meningkat 3. 2. Berat badan meningkat

Anjurkan makan 2. R/Dilatasi gaster sedikit tapi sering dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa Anjurkan makan- 3. R/membantu makanan yang meningkatkan intake lunak dan mudah

3. Adanya perubahan dicerna. pola makan 4. Konjungtiva normal 5. Klien tampak tidak 4. lemah 4. Anjurkan keluarga untuk menyediakan makanan kesukaan klien. 5. 5. Anjurkan makan makanan yang disajikan dalam kondisi hangat

makanan

Membantu meningkatkan nafsu makan

R/ Mencegah terjadinya mual dan membantu meningkatkan nafsu makan

No. 1. 1.

Dx. Kep. 1

Implementasi Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib)

Evaluasi 26 Maret 2012 (09.00 wib) DS : Saya sudah menghabiskan setengah porsi makanan DO : K/u baik Nafsumakanklienmeningkat Konjungtiva normal TD : 100 / 70 mmhg N : 80 x/m RR : 20 x/m S : 36,6 oC BB 50 kg

1. Menimbang berat badan setiap hari Hasil : BB = 50 kg 2. Menganjurkan makan sedikit tapi sering Hasil : Anjuran telah di berikan , klien akan melakukan anjuran. 3. Menganjurkan makan makanan yang lunak dan -

mudah dicerna Hasil : Klien setuju untuk makan makanan yang lunak dan mudah dicerna 4. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan makanan 1. kesukaan klien 2. Hasil : Anjuran telah diberikan, 3. keluarga mengungkapkan 4. akan melakukan apa yang di anjurkan. 5. Menganjurkan makan makanan yang disajikan dalamkondisi hangat Hasil : Klien setuju untuk makan makanan yang disajikan dalam kondisi hangat

A : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian Nafsu makan meningkat Adanya perubahan pola makan Konjungtiva normal Klien tampak tidak lemah

P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai