Sebagian ahli anastesi meresepkan obat yang sama untuk semua orang, sebagian menyesuaikan obat dengan situasi, dan sebagian lagi tidak meresepkan sama sekali. Oleh karena itu, bila ahli pramed tidak meresepkan pramed dan pendertita senang, berarti tidak ada masalah. Namun, bila penderita anda belum mendapatkan resep dan sedang menderita nyeri, mual, atau sangat cemas, jangan takut untuk menghubungi ahli anastesi yang berhubungan. Gejalagejaa tersebut mungkin timbul sejak kunjungan praoperasi dan anda berjasa karena mengingatkan ahli anastesi akan masalah tersebut. Masalah lain pramed adalah waktu pemberian. Terdapat berbagai sistem yang berbeda. Pramed kadang-kadang diresepkan untuk waktu tertentu sehingga mengharuskan kita memperkirakan berapa lama operasi yang sebelumnya berlangsung. Indikasi utama pramed adalah: 1. Ansiolisis. Merupakan indikasi tersering. Rasa cemas tidak menyenangkan dan sebagaian penderita tidak mau bekerjasama bila merasa cemas. Ansiolitik yang paling cocok adalah golongan benzodiazepine (mis, diazepam 5-10 mg j praop). Temazepam 10 mg sering diberikan sebagai sedatif ringan yang kerjanya lebih singkat, tetapi efek ansiolitiknya lebih kecil. 2. Analgesia. Nyeri ayng sudah ada seharusnya diterapi sebaik mungkin sebelum operasi . pemberian analgesik merupakan cara yang tepat. 3. Penengeringan sekresi. Obat antikolinergik, misalnya atropin, glikopirolat, atau hiosin dapat diberikan untuk mnegeringkan sekresi faring. 4. Perubahan isi lambung. Pramed sering diresepkan untuk penderita yang beresiko mengalami aspirasi pada masa perioperasi, seperti:
Wanita hamil (gestasi > 16 minggu) Penderita hernia hiatus atau gejala refluks Orang yang sangat gemuk Penderita darurat/ trauma
Obat ditunjukkan untuk mengurangi volume pada pH isi lambung, misalnya, ranitidin untuk mencegah pembentukkan asam (50 mg iv atau 150 mg per oral) atau natrium sitrat, suatu antasid untuk menetral asam yang sudah dikeluarkan (biasanya 30 ml). Perhatikan bahwa antasid tertentu misalnya, magesium trisilikat tidak mungkin karena dapat menyebabkan
pneumonitis. Lagipula mengaspirasi magnesium trisiklik sama buruknya dengan menghirup asam. 5. Obat spesifik lain.
Anastesi hipotensi. Suatu teknik anastesi hipotensi populer (mis, untuk bedah
telinga tengah) yang melibatkan pemberian -blocker, misalnya atenolol 50 mg per oral, sebagai pramed.
Asma. Biasanya satu dosis inhaler diberikan saat meningglkan bangsal. Angina. Sebagian ahli anastesi meresepkan satu dosis GTN (gliserol trinitrat) atau
memberikkan plester GTN praoperasi. Praktek lama Peritah lama untuk penderita praoperasi adalah jangan ada ayng masukmulut setelah tengah malam. Pendekatan ini memiliki sejumlah masalah:
Keseimbangan cairan- bagi sebagian besar penderit, peritah ini berarti cairan oral
yang terakhir masuk sekitar pukul 7 malam. Apabila penderita belum di operasi sampai pukul 12 siang besoknya, akan terjadi defisit cairan ayng cukup bermakna. Keadaan ini tidak menyenangkan dan dapat berbahaya.
Anak- membenci puasa dan retriksi minum. Mereka bahkan lebih rentatn
mengalami defisit cairan dan anak yang lebih kecil bisa menjadi hipoglikemia setelah puasa yang relatif singkat.
hindari makan padat selama 4 jam praop. Minum air putih sampai 2 jam praop.
Pengobatan oral yang diminum dengan seteguk air tidak meningkkatkan resiko. Sarapan ringan yang dini aman bagi penderita yang jadwal operasinya sore hari.
Penting bagi penderita untuk memahami bahwa gula-gula dan permen karet dianggap sebagai makanan padat, dan teh serta kopi bukan air putih. Kasus darurat dan trauma. Kasus bedah dapat berlangsung dioperasi tanpa puasa apabila resiko penundaan melebihi resiko aspirasi (mis, kasus yang menyebabkan pendarahan). Pada kasus-kasus yang lain, penderita harus dipuasakan seperti biasa. Tidak ada alternatif yang aman dan andal sebagai pengganti puasa. Metoklopramid, pengisapan melalui selang nasogastrik, dan obat emetik tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai. Anastesi lokal dan regional. Semua kasus yang direncanakan untuk anastesi lokal maupun regional juga harus dipuasakan seperti biasa karena semua teknik lokal dapat gagal dan anastesi umum harus dilakukan. Selain itu, sebagian besar teknik regional (termasuk blok Bier) berpotensi menimbulkan penyulit sehingga intubasi mungkin harus dilakukan. Pengobatan rutin Esensi perawatan perioperasi pada penderita dengan penyakit kronik adalah membuat mereka sesehat mungkin sebelum pembedahan dan mempertahankan kondisi tersebut. Sehingga pada pendertia hipertensi yang terkontrol baik, menghentikan pengobatan pada hari operasi sangat tidak masuk akal. Perhatikan bahwa:
Sangat sedikit obat yang menganggu anastesi. Minum pil sebelum pembedahan tidak meningkatkan resiko aspirasi. Penghentian obat, terutama pada penderita asma, hipertensi, angina, atau
disritmia, dapat membahayakan nyawa penderita. Namun, tentu saja ada pengecualian. Ada beberapa obat yang sebaiknya dihentikan dan lebih banyak lagi obat yang seharusnya menyebabkan ahli anastesi mengubah teknik anastesi mereka. Obat-obat berikut sering menimbulkan kebingungan:
Insulin dan hipoglikemi oral. Pengelolan terapi diabetes jelas berubah selama
pembedahan karena puasa perioperasi. Hipoglikemia dibawah pengaruh anastesi sangat berbahaya dan sulit terdeteksi sehingga semua obat yang bekerja lama biasanya dihentikan.