Anda di halaman 1dari 28

TINJAUAN UMUM Kelapa sawit merupakan sumber lemak nabati yang populer karena produksi atau pengolahan minyak

sawit yang tinggi di Negara-negara Asia Tenggara, bahkan minyak kelapa sawit menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, disamping minyak Kelapa. Hal itu disebabkan karena beberapa faktor, antara lain 1) menjadi sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, 2)sumber devisa Negara, 3) mulai dari perkebunan, industri pengolahan, sampai dengan pemasaran produknya menjadi primadona penyedia lapangan kerja, 4) perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit tersebut mampu memacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, 5) pendorong tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan hilir berbasis pengolahan CPO di Indonesia misal : mentega, kue/biscuit, gliserin, sabun, dan detergen.

BUAH SAWIT Buah sawit (Elais Gueenensis Jacq.) banyak dibudi dayakan di perkebunanperkebunan, diantaranya adalah jenis Dura, Psifera, dan Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan dari tipe Dura dan Psifera, memiliki kandungan minyak tinggi (22-23%) dan pokoknya tidak terlalu tinggi tetapi berbuah lebih awal. Bagian buahnya terdiri dari eksokarp (kulit paling luar), mesokarp (serabut, mirip serabut kelapa), endocarp (tempurung) dan kernel (inti sawit). Pengolahan bagian serabutnya (endocarp) dengan cara ekstraksi dapat menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), sedangkan pengolahan bagian kernel (inti) dapat menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO). CPO dengan teknologi pengolahan lebih lanjut yaitu fraksinasi dapat terpisah paling tidak menjadi dua fraksi utama yaitu stearin (pada suhu kamar berbentuk padat) dan olein (pada suhu kamar berbentuk cair). Pengolahan stearin lebih lanjut oleh insdustri pengolahan hilir dapat menghasilkan produk-produk sperti margarin, sabun, lilin, cocoa butter substituen (CBS) semacam pengganti lemak kakao, vegetables ghee (vanaspati), shoertening dsb. Sedangkan pengolahan olein umumnya menghasilkan bahan baku untuk keperluan minyak goreng, meskipun terdapat juga produk-produk lain seperti margarine, shoertening, vegetables ghee (vanaspati), asam lemak, dan gliserol atau gliserin.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

PANENAN BUAH KELAPA SAWIT

Tandan kelapa sawit bila sudah mulai matang akan ditandai dengan perikarp buah berwarna kuning jingga serta sebagian buah terlepas dari tangkainya. Buah yang baik adalah buah yang cukup umur untuk dipanen karena akan menghasilkan rendemen yang baik. Hasil panenan sebaiknya segera dibawa untuk pengolahan lebih lanjut, setelah mengalami sortasi dan penimbangan untuk kemudian diolah menjadi minyak mentah. Penimbangan bertujuan untuk menghitung rendemen, efesiensi ekstraksi dan untuk keperluan lainnya.

INTI SAWIT

Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak,protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 53%. (Mangoensoekardjo.S., 2003)
Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

Komponen Minyak Air Protein Selulosa Abu

Jumlah 47 52 68 7,5 9,0 5 2

Minyak Inti Sawit (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM) Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal/PKM). Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak mentahnya mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan minyak yang telah dimurnikan. Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 25oC 30oC. (Sitinjak K, 1983). Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak yang terikat dalam trigliserida trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat) sampai C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan asam linoleat). (Winarno,FG., 1991) Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik Ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan Deli. Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya di ekspor. Pada tahun 1973 jumlah minyak inti kelapa sawit yang di ekspor adalah 8.009.188 kg dengan nilai ekspor US $ 3.434.986,05 sedangkan bungkil yang diekspor 6.200.068 kg dengan nilai US $ 540.005,05. Pada tahun 1974 bungkil inti kelapa sawit yang diekspor adalah 17.657.583 kg dengan nilai ekspor US $1.115.884. Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standar dan pengawasan mutu minyak inti dan bungkil inti kelapa sawit untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining lose, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini perlu di analisis untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit. Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta muda dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.

Pengamanan Bahan Produksi Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis tertentu. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan Fauzi,2004).

Bahan Baku Seinduk Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri yang hasil pengolahan biji menjadi inti langsung diangkut ke Pengolahan Inti Kelapa Sawit (PPIS), hasil minyak yang didapat pun sangat maksimal karena kita tahu berapa lama waktu sementara sebelum inti diolah. Hanya saja jumlah inti yang di hasilkan pada pengolahan biji di PKS sangat minim.

Bahan Baku Luar Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) lain, Inti yang dihasilkan pun mengalami proses pengiriman yang cukup lama yang dapat menimbulkan masalah-masalah pada inti tersebut, dan waktu penimbunan yang dilakukan pun kita tidak tahu karena PKS di tempat lain menunggu jumlah inti yang dihasilkan dalam jumlah banyak sebelum dikirim ke pengolahan inti di PPIS. (Tim Penulis PS. 1998)

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

Pengolahan Inti Sawit Menjadi minyak Inti Sawit (PKO) Adapun tahap-tahap proses pengolahan minyak inti sawit yaitu : 1. Jembatan Timbang A. Fungsi : Sebagai tempat penimbangan PK yang dibawa kepabrik dan hasil produksi PKO, PKM. Serta sebagai proses kontrol untuk mendapatkan rendemen dan kapasitas pabrik yang diinginkan. Penimbangan dilakukan pada truk pengangkut PK, truk pengangkut PKO dan truk pengangkut PKM atau sisa-sisa dari proses Screw Press yang masuk sebelum diolah dan sesudah diolah. perlakuannya sama seperti halnya dengan proses penimbangan pada pengolahan minyak sawit. B. Mesin dan Peralatan : - Jembatan timbang - Satu unit computer - Timbangan manual/digital 2. Loading Bay A. Fungsi : Sebagai tempat pembongkaran inti sawit yang masuk dan juga sebagai tempat penyimpanan inti sawit sementara yang sebelum dikirim ke silo penyimpanan. B. Mesin dan Peralatan : - Loding Bay - Blower Hisapan - Timba-timba Inti Sawit (elevator) - Conveyor Inti Sawit. 3. Silo Inti A. Fungsi : Sebagai tempat penyimpanan inti sawit sementara sebelum dikirim ke bunker inti untuk diolah. B. Mesin dan Peralatan : - Silo inti - Conveyor

4. Bunker Inti A. Fungsi : Sebagai tempat pengumpanan inti sawit ke kempa. B. Mesin dan Peralatan : - Bunker inti sawit - Conveyor pembagi inti sawit - Elevator (PK) menuju bunker Di Bunker inti sawit diambil contoh inti sawit yang mau diolah dari seluruh kempa kemudian dikumpulkan menjadi satu lalu diaduk rata dilakukan 4 jam sekali untuk dianalisa

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

5. Screw Press I A. Fungsi : Memisahkan minyak inti sawit dan cake dengan cara pengempaan. B. Mesin dan Peralatan : - Screw press - Conveyor Cake - Conveyor minyak kasar 6. Bunker Cake A. Fungsi : Sebagai tempat pengumpanan cake ke kempa. B. Mesin dan Peralatan : - Elevator cake - Conveyor pembagi cake - Bunker cake Pengambilan contoh cake dari ular-ularan di bawah kempa, inti (tahap I) dilakukan setiap 4 jam sekali untuk dianalisa (kadar air, kadar minyak) 7. Screw Press II A . Fungsi : Memisahkan minyak dan meal dengan cara penekanan (pressing). B. Mesin dan Peralatan : Screw press Conveyor meal Conveyor minyak kasar

Tempat pengambilan contoh titik sampel PKM diambil dari ular-ularan dibawah kempa cake (tahap 2) dilakukan setiap 4 jam sekali untuk dianalisa (kadar air, kadar minyak) 8. Bak Screening A. Fungsi : - Penampungan sementara minyak kasar - Mengendapkan ampas minyak kasar - Untuk mengikis (menyekrap) ampas yang mengendap dalam bak screning. B. Mesin dan Pelaratan : - Bak screning - Scraper - Pompa minyak kasar

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

9. Niaga Filter A. Fungsi : Memisahkan minyak kasar dengan ampas sehingga diperoleh minyak bersih siap ke tangki timbun. B. Mesin dan Peralatan : - Saringan niagar - Buffer tank - Pompa minyak bersih - Compressor Tempat pengambilan contoh buangan ampas eks filter Niagara. Titik sampel, contoh diambil dari corong pembuangan akhir. Dilakukan setiap 4 jam sekali untuk dianalisa (kadar air, kadar minyak) Tempat pengambilan contoh dari kran pipa Oil Filter Niagara ke tangki timbun. Titik sampel, contoh diambil dari corong pembuangan akhir.Dilakukan setiap 4 jam sekali untuk dianalisa (ALB, kadar air, kadar kotoran).

10. Tangki Timbun A. Fungsi : Untuk penimbunan sementara PKO sebelum dikirim ke pabrik pengolahan selanjutnya atau di eksport ke luar negeri. B. Mesin dan Peralatan - Tangki timbun - Pompa Pengambilan contoh PKO dilakukan setiap hari apabila pabrik mengolah yang dianalisa: - Asam |Lemak Bebas (ALB) - Kadar air - Kadar kotoran

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

PROSES RANGKAIAN PENGOLAHAN INTI SAWIT

Campuran ampas (fiber) dan biji nut yang keluar dari screw press diproses kembali di stasiun Kernel (inti sawit) untuk menghasilkan : 1. 2. Cangkang (shell) dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler Kernel (inti sawit) sebagai hail produksi yang siap dipasarkan

Gambar 7.1 Proses Pengolahan Kernel

Gambar. Proses Pengolahan Kernel Pada proses pengolahan di stasiun kernel, biji dan serabut (fiber) masih menyatu di cake breaker conveyor, kemudian dengan uap panas pada conveyor serabut dan biji terpisah. Biji yang berat tidak mampu dihisap di depericarper sehingga jatuh ke nut polishing drum sedangkan serabutnya akan terhisap dan masuk ke fiber cyclone dan diteruskan ke boiler sebagai bahan bakar boiler. Biji yang jatuh di nut polishing drum akan diayak untuk dipisahkan dari batu-batu kecil yangdapat merusak ripple mill. Setelah terpisah, biji selanjutnya masuk ke dalam nut hopper dan kemudian masuk ke ripple mill untuk dipecah. Kemudian cangkang dan kernel akan dipisah di- LTDS, kemudian kernel yang sudah bersih dan siap dikirim akan disimpan di Bulk Silo.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

Cake breaker conveyor (CBC) Fiber dan cangkang yang berisi inti sawit yang keluar dari press langsung masuk ke cake breaker conveyor yang terdiri dari satu talang yang mempunyai dinding rangkap, di tengah talang terdapat As screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah (Screw Blade). Di dalam conveyor, press cake diaduk-aduk sehingga ampas yang lebih ringan akan mudah dipisahkan dari biji. Untuk lebih jelas cake breaker conveyor dapat di lihat pada gambar berikut.

Gambar. Cake Breaker Conveyor Cara Kerja Cake Breaker Conveyor:

Ampas dan biji diaduk-aduk hingga gumpalan ampas/serabut dan biji akan terpisah, sambil dipanaskan dengan steam pada suhu 90C - 95C. Steam yang dipakai sistem Steam Jacket. Tujuan dari pemanasan tersebut adalah untuk mengurangi kadar air dalam biji dan serabut agar pada pemisahan proses Depricarper lebih mudah. Pemeriksaan dan pembersihan dilakukan setiap pagi sebelum olah. Cake breaker conveyor berfungsi untuk : 1. Mengantarkan ampas dan biji dari press ke depericarper 2. Memecahkan gumpalan cake dari stasiun press

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari cake breaker conveyor (CBC) adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. kualitas dan kuantitas umpan clearance pedal sebaiknya 6 mm sudut pedal sebaiknya 15-20 0C putaran cake breaker conveyor sebaiknya sekitar 75 rpm diameter cake breaker conveyor jumlah pedal

Depericarper Depericarper adalah alat yang disertai kipas penghisap (blower) yang digunakan untuk menghisap fiber sehingga terpisah dari nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar.Depericarper Dari cake breaker conveyor, ampas dan nut masuk ke depericarper, kemudian ampas (fiber) terhisap ke fiber cylone, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nut polishing drum. Dengan demikian, depericarper berfungsi memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber menjadi bahan bakar boiler. Efektifitas kerja dari depericarper adalah banyaknya fiber yang terikut pada nut.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

10

Proses pemisahan nut dengan fiber bila tidak bersih dapat disebabkan oleh faktor factor yaitu: 1. Tidak sempurnanya proses sebelumnya seperti sterilizer dan digester. 2. Ampas press yang tidak cukup kering (lembab) 3. Pengisian umpan yang melebihi kapasitas. 4. Kecepatan hisapan udara yang berkurang antara lain adanya kebocoran ducting.

Nut polishing drum Nut polishing drum adalah suatu drum yang berputar yang mempunyai plat-plat pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam. Di ujung nut polishing drum terdapat lubang-lubang penyaring sebagai tempat keluarnya nut yang kemudian ditransfer melalui nut elevator masuk ke bulk silo. Biji yang telah dipisah dari ampasnya masuk ke dalam nut polishing drum dan putaran drum tersebut biji-biji akan dipolis untuk melepaskan serat-serat yang masih tinggal pada biji oleh plat-plat yang ada pada dinding dan porosnya. Kecepatan putaran drum adalah 26-28 rpm. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar. Nut Polishing Drum Fungsi dari nut polishing drum adalah : 1. Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih melekat 2. Membawa nut dari depericarper ke nut silo 3. Memisahkan ke nut dari sampah.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

11

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas nut polishing drum : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kondisi plat pengarah atau pengangkat Kecepatan putaran drum Diameter dan panjang drum Diameter lubang penyaringan Jumlah lubang penyaring Kualitas dan kuantitas feeding

Nut elevator Nut elevator berfungsi untuk mengantarkan nut dari nut polishing drum ke nut silo. Nut elevator dilengkapi dengan timbangan untuk mengangkut nut. Untuk lebih jelas dapat dilhat pada gambar berikut.

Gambar. Nut Elevator

Nut Grading Drum Berfungsi untuk memisahkan nut yang berukuran kecil dan besar agar diperoleh efisiensi pemecahan nut pada ripple mill, nut yang kecil akan masuk kedalam nut hopper no 1 nut yang medium akan masuk kedalam nut hopper no 2 dan nut yang besar akan masuk ke nut hopper no 3. Besarnya lubang- lubang oval pada nut grading drum biasanya untuk ukuran besar (>15mm) medium (13-15 mm) dan ukuran kecil (8-10 mm).

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

12

Gambar. Nut Grading Drum

Nut Silo Nut silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada ripple mill. Kebersihan dari pada nut silo harus sangat diperhatikan kerana dapat mempengaruhi terhadap output nut silo agar nut yang diolah sesuai dengan aturan FIFO (first in first out), nut silo yang digunakan pada PKS rambutan berjumlah 2 buah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Nut Silo

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

13

Ripple mill Ripple mill berfungsi untuk memecahkan cangkang dan inti. PKS Rambutan menggunakan 2 buah ripple mill yang terbagi menjadi 2 line. Ripple mill memecahkan nut dengan cara menjepit nut diantara ripple dan rotor bar. Untuk lebih jelas kita lihat pada gambar berikut.

Gambar. Ripple mill Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah : 1. 2. 3. 4. Kualitas dan kuantitas umpan Kondisi ripple plate dan rotor bar Jarak antara plate dan rotor Kecepatan putaran ripple mill

Kualitas umpan dipengaruhi oleh : 1. Kekoplakan nut, kalau nut tidak koplak maka banyak yang lengket pada cangkang 2. Jenis buah, dura atau tenera 3. Ukuran nut 4. Kadar air yang terkandung dalam inti 5. Umpan yang terlalu banyak (berlebihan) 6. Umpan terlalu kering 7. Persentase nut pecah pada umpan besar. Outlet dari ripple mill selanjutnya dibawa oleh cracked mixture conveyor ke LTDS (Light Tenera Dust Separation).

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

14

LTDS (Light Tenera Dust Separation) LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serat dan membawa cangkang untuk bahan bakar boiler. Sistem pemisahan yang dilakukan di sini adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust separator dengan adjustment dumper untuk menentukan kualitas output yang dikehendaki, sehingga cangkang pecah yang mempunyai luas penampang lebih besar akan terhisap ke atas dan dialirkan ke boiler, sedangkan inti yang terkutip dipompakan ke kernel silo. Campuran dialirkan ke hydrocylone untuk melakukan proses pemisahannya. PKS rambutan memiliki 2 LTDS yaitu LTDS I dan LTDS II yang tersusun secra seri.

Gambar. LTDS Faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja LTDS adalah : 1. 2. 3. Hisapan (damper, air lock dan blower) Kualitas dan kuantitas umpan Adjustment damper column

Hydrocylone Hydro cylone adalah alat yang digunakan memisahkan inti dengan cangkang yang masih terdapat cracked mixture. Jumlah ada 1 unit, kapsitas tiap unit 60 m3/jam. Alat ini terdiri dari :bak air penampung cracked mixture yang terdiri dari beberapa serat

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

15

tabung pemisah yang dilengkapi dengan pompa pengutip dank onus dibawahnya pompa-pompa dewatering drum utuk inti dan cangkang

Gambar. Hydrocylone Cracked mixture yang keluar dari kolom pemisah masuk ke dalam bak air sekat pertama dan dihisap dengan pompa dan tekanan ke dalam tabung pemisah 1 dengan gaya sentrifugal. Benda-benda yang ringan naik ke bagian atas melalui vortex finder dan masuk ke dalam dewatering drum inti dimana air tabung melaui konus masuk ke dalam sekat II, dari sekat II cangkang yang masih becampur dengan inti yang dipompa dihisap dan ditekan ke tabung pemisah ke II. Inti yang naik ke atas melalui vortex vinder dan dikembalikan ke dalam bak air pekat I, sedangkan cangkang melalui konus masuk dewatering drum cangkang untuk dibuang airnya.dengan bantuan pompa dari sekat III cangkang yang masih mengadung sebagian kecil inti hisap.

Dry Kernel (sistem kering) Fungsi dari dry kernel adalah fungsi sistem kering. Faktor faktor yang mempengaruhi kinerja dari dry kernel adalah : 1. 2. 3. Kualitas dan kuantitas umpan Strainer Kondisi blower/fan

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

16

Kernel silo Kernel silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembus udara panas ke steam heater oleh blower ke dalam nut silo dengan temperatur kernel silo terbagi 3 tingkatan yaitu 70 0C, 60 0C dan 50 0C. Gambar kernel silo dapat dilhat pada gambar berikut.

Gambar. Kernel Silo Pemasakan dilakukan di dalam kernel silo selama 3 jam. Kadar air inti yang terlalu rendah dapat menyebabkan kadar inti berubah warna. Sebaliknya, jika inti kurang kering maka : inti akan menjamur Kadar ALB dalam minyak inti tinggi Kadar minyak yang diperoleh lebih rendah

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel silo, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Temperatur Waktu pemasakan Kulitas dan kuantitas Kondisi dan kebersihan heater Suplai steam Kondisi blower atau fan Kebersihan kisi-kisi dalam kernel silo.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

17

Bulk Silo Bulk Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk diproduksi dan agar uap air yang terkandung di dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam storage tidak lembab yang menyebabkan timbulnya jamur pada inti. Inti dari kernel silo diangkut ke bulk silo dengan menggunakan screw conveyor dan pneumatic conveyor. Gambar dari bulk silo westel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. bulk silo

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

18

BAGAN ALIR PENGOLAHAN CPKO

PALM KERNEL Dari Kebun seinduk

TIMBANGAN system digital

LOADING INTI

SILO INTI

BUNKER INTI

NIAGA FILTER

SCREW PRESS -I

BUNKER CAKE

TANGKI TIMBUN

SCREENING bak pengendapan

SCREW PRESS -II

KE BELAWAN

PKM DIGUDANGKAN

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

19

PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya. Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan serabut kemudian diangkut menggunakan Cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan menuju depericarper. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 80C selama 18- 24 jam agar kadar air turun sekitar 21% menjadi4%. Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang dengan menggunakan prinsip perbedaan massa. Cara lain untuk memisahkan inti dengan cangkang adalah dengan menggunakan Hydro clay bath yaitu pemisahan dengan memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang terpisah kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler. Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50C, 60C dan 70C dalam waktu 1416jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya. Palm kernel oil (PKO) adalah dari dua lauric oil lebih kecil diantara 17 minyak dan lemak mayor dalam produksi dunia, Coconut oil (CNO) menjadi lebih besar sekitar 20% (Minyak dunia 2001). Dua minyak ini sangat mirip dalam hal komposisi asam lemak dan keduanya diperoleh dari kelapa sawit, tetapi dalam spesies yang berbeda. Pohon coconut oil adalahCocus nucifera sementara kelapa sawit, yang menghasilkan palm oil (PO) dan PKO adalah Elaeis guineensis (Harley, 1988). Pohon ini secara umum dipercaya asli tumbuhan hutan di Afrika Timur dan ada banyak bukti bahwa kelapa sawit didapatkan dari daging buah yang mungkin telah dikonsumsi oleh penduduk mesir saat jaman Pharaohs, sekitar 5000 tahun yang lalu (Raymond, 1961). Varietas yang dibudidaya di hampir seluruh perkebunan dunia adalah hibrida Tenera, yang merupakan persilangan antara varietas Dura dan isifera dan memberikan minyak terbanyak tiap hektar sata panen. Efisiensi ekonomi kelapa sawit sangat mudah terlihat dari perhitungan sederhana. Budidaya kedelai di US contohnya, menghasilkan sekitar 2,5 T kedelai tiap hektar (1 hektar 2,47 acres), yang kemudian menghasilkan 0,5 T minyak dan 2 T daging. Kurangi nilai daging dengan nilai minyak yang setengah, sehingga total pendapatan petani sama dengan 1,5 T minyak. Di Asia Tenggara, kelapa sawit menghasilkan sekitar 4T PO, ditambah
Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

20

0,5 PKO, ditambah 0,5T daging palmkernel (PKM), dengan pendapatan sama dengan 4,5T minyak. Buah palm Buah palm berbentuk oval, sekitar 3cm panjangnya dan terlihat seperti red plum kecil. Daging terluar mesocarp menghasilkan PO selain kernel, yang didalamnya kulit yang keras, menghasilkan PKO. Dua minyak dari buah yang sama memiliki komposisi asam lemak yang berbeda. Umunya, minyak ini sering membingungkan dan akhirnya mengakibatkan timbulnya pendapat yang keliru. Buah palm tersusun dalam tandan besar yang beratnya 15-25kg tiap tandan, biasanya disebut tandan buah segar (Fresh Fruit Bunches/FFB), yang tumbuh dan matang secara progresiv di pohon, sehingga panen selesai dalam setahun, setiap 10-14 hari. Rata-rata hasil dari sebuah FFB, sekitar 19% PO dan 5,5% kernel (PK) (Rata-rata produksi Malaysia, 2000) dan biasanya disebut rasio minyak ekstraksi (OER) dan rasio ekstraksi kernel (KER). Hal tersebut adalah parameter penting dalam ekonomi perkebunan. Dalam dunia perdagangan, rasio PO/PKO yang didapat dari buah sekiar 8:1 fakta yang berguna bagi pedagang untuk diingat ketika mereka mencoba untuk mengestimasi produksi dari data yang tidak lengkap. Palmkernel Setelah panen, FFB secara cepat dibawa ke penggilingan PO dimana FFB disterilisasi dengan steam dan buah terkupas. Kemudian buah dipres untuk mendapatkan PO dari daging mesocarp. Kulitnya keras dan tahan terhadap tekanan. Kemudian dipisahkan dari serat, dipecah untuk menghilangkan kulit, dan dikeringkan hingga kadar airnya dibawah 8% untuk mencegah kapang tumbuh. PK yang mengandung sekitar 50% minyak (db) kemudian dipecah meggunakan screw press (Ekspleler) untuk menghasilkan PKO dan PKM. PKM dari hasil pres dapat diektraksi pelarut untuk mendapatkan minyak yang lebih tapi press ini tidak lagi dapat berjalan secara ekonomi dan menjadi kuno. Rata-rata hasil perdagangan dari pemecahan PK adalah 45% PKO dan 53% PKM, seimbang dengan process loss (Malaysia, 2000) Pada 2000, produksi PK dunia mencapai 6,5MT, sekitar 84% diproduksi oleh Asia Tenggara, 11% Afrika, dan 5% Ameika latin. Produksi terbesar adalah dari Malaysia dan Indonesia, yang keduanya menyumbang hampir mendekati 80% dari total dunia. Palmkernel Oil Pada 2000/2001, produksi PKO dunia mencapai 2,9MT atau 2,5% dari total minyak dan lemak. Negara produsen terbesar ddan eksportnya dapat dilihat pada gambar 6.3. Terlihat bahwa , dalam kasus palm kernel, negara besar yang terlibat adalah Malaysia dan Indonesia yang bersama-sama memproduksi 78% dan 90& ekspor. Produksi minyak palm kernel dunia telah tumbuh pesat daripada total minyak dan lemak, tingkat pertumbuhan tahunan melebihi 10 tahun terkahrir yaitu menjadi 6,2% dan 3,6%, sementara produksi CNO tidak menunjukkan adanya perkembnagan. Untuk kombinasi dua lauric oil, rating pertumbuhan tahunan yaitu 3,5%, hampir sama seperti total minyak dan lemak.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

21

Komposisi Secara Umum Komposisi dan sifat asam lemak dari PKO sangat mirip dengan CNO. Perbedaan utamanya adalah jika PKO memiliki sedikit kekurangan yaitu rantai asam lemak yang lebih pendek, C8 dan lebih rendah, dan asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi, dengan tipe IV 18,5 melawan 8,5 untuk CNO. Dahulu, sebelum dikenalkannya GLC, uju Reichert and Polenske untuk membedakan PKO dari CNO . Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat rantai pendek asam emak. Pengenalan GLC sekarang telah membuat mereka kuno tetapi mereka masih digunakan oleh Codex. Asam lemak mayor pada PKO adalah C12 (asam laurat) sekitar 48%, C14 (asam miritat) sekitar 16% dan 18:1 (asam oleat) sekitar 15% (Codex 2001). Tidak ada asam lemak lainnya yang lebih dari 10%. Asam lemak jenuh tunggal yang ada dalam jumlah besar, bergabung dengan asam lemak tak jenuh yang tingkatnya rendah, memberikan profil titik leleh minyak tinggi. Disamping triacylglycerols dan FFA, PKO mentah mengandung sekitar 0,8% unsaponifiable seperti sterol, tokol, triterpena, alkohol, hidrokarbon dan lakton. Bahkan setelah terhidrogenasi sempurna, titik leleh PKO tidak meningkat banyak diatas suhu mulut dan fraksinasi yang menghasilkan stearin (PKOs) dengan titik leleh lebih tajam. Lemak meleleh sejara tajam dibawah suhu mulut meninggalkan sensasi bersih, dingin, dan tidak berminyak di langit-langit mulut, tidak mungkin untuk minyak non-lauric umum lainyya yang cocok. Lemak kakao adalah satu-satunya lemak alami dengan sifat yang sama tetapi sangat mahal dan tidak termasuuk diantara 17 minyak dan lemak utama dalam perdagangan dunia. Metode terbaik dalam menaksir ketajaman kelelehan lemak adalah dengan uji organoleptik oleh panel terlatih, atau bahkan yang lebih baik, dengan orang yang sudah terkenal/ahli. Tetapi informasi yang idapat tidak dapat dikomunikasikan atau disimpan secara kuantitif dan sehingga penggunaanya menggunakan kandungan lemak padat (SFC) pada berbadai suhu. Bahkan metode ini, kurang sederhana dan menghasilkan nomor tunggal. Komposisi Asam Lemak Pada 2001, sekitar 50% produksi dan ekspor PKO dunia adalah asli Malaysia. Perlakuan yang baik pada minyak dari sumber yang dibawah PORIM (sekarang MPOB) pada 1981, berdasarkan 118 spesimen produksi perdagangan minyak dari 16 pabrik. Hal ini diikuti oleh survey semakin kecil dengan 68 spesimen pada tahun 1984. Keduanya dilaporkan oleh Siew dan Berger (1986). Hasil dari dua survey hampir mirip dan untuk tujuan kesederhanaan, yang dikombinasikan pada tabel 6.15. Survey baik lain yang dilakukan PKO, dengan 71 spesimen dari 18 asal, dilaporkan oleh LFRA (1989), dengan minyak diekstrak dari kernel di laboratorium untuk memastikan kemurnian Hal ini sama seperti yang dilaporkan sebelumnya di bawah CNO. Kelemahan utama pada studi ini adalam jumlah spesimen dari tiap asal tidak tertimbang sebanding dengan tingkat produksi negara. Namun, dalam praktiknya, ini adalah konsekuensi kecil, karena komposisi semua asal sangat mirip. Namun demikian, dapat dicatat bahwa dalam tes kebanyakan hasil SD dari survei LFRA lebih besar daripada survey PORIM. Dengan meningkat pesatnya komoditas perdagangan internasional, standar Codex Alimentarius dianggap penting. Bahkan walaupun mereka dimaksudkan hanya untuk menjadi penasihat dan penegas bukan untuk pemaksaan oleh pemerintah, pihak pabean di beberapa pelabuhan, bagaimanapun, memaksa mereka dan arbiter perdagangan bergantung pada keputusan mereka. Titik kelebihan mereka bahwa mereka memiliki status resmi, yang diakui oleh sebagian besar negara, dan mudah tersedia.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

22

Sifat CPKO Karakteristik Kimia dan Fisika Di bawah judul ini adalah termasuk ciri-ciri yang biasanya disebutkan dalam standar nasional dan internasional dan perdagangan spesifikasi. Ini adalah nilai-nilai yang paling sering digunakan di laboratorium kontrol kualitas minyak prosesor dan pengguna. Untuk diskusi umum IV, mp dan SFC, lihat juga di bawah CNO (Bagian 6.2.2.2 untuk 6.2.2.4). Standar Malaysia untuk PKO (CPKO) mentah, MS80:1987 didasarkan pada hasil survei 1981 yang dilakukan oleh PORIM (sekarang MPOB), yang diuji 118 spesimen dari berbagai lokasi di seluruh negara. Ini berarti tidak hanya memberikan rata-rata dan rentang nilai tetapi juga deviasi standar (SD) dan ukuran sampel, yang membuatnya lebih berguna daripada sebagian besar standar untuk minyak lainnya, yang hanya memberikan rentang (ukuran ikatan variasi). Rancangan (2001) Codex standar untuk karakteristik. Ini kurang komprehensif daripada standar Malaysia. Misalnya, tidak termasuk karakteristik SMP dan SFC yang sangat penting dan memiliki rentang yang lebih lebar. Rentang sempit menghasilkan produk lebih alami. Karakteristik seperti viskositas, panas spesifik dan titik didih biasanya tidak ditentukan, tapi tetap penting secara teori dan teknik serta untuk tujuan manufaktur makanan. Kebanyakan mereka adalah fungsi berat molekul dan tingkat unsaturation minyak memberikan beberapa nomornya. Viskositas adalah sebuah sifat yang sangat penting untuk perhitungan teknik kimia dan juga dalam operasi menggoreng. Beberapa tes yang berharga untuk menilai kondisi minyak goreng selama menggunakannya tergantung pada pengukuran viskositas. Minyak memiliki viskositas yang relatif tinggi dibandingkan dengan senyawa organik lain karena rantai panjangnya. Salah satu yang membedakan antara viskositas mutlak atau dinamis (poises) dan Viskositas kinematis (Stoke) yang diukur oleh alat-alat yang menggunakan efflux, falling ball, rising bubble, dan sebagainya. Viskositas kinematis sama dengan viskositas dinamis yang dibagi menjadi massa jenis cairan pada suhu tes. Beberapa instrumen yang banyak digunakan mengukur Viskositas kinematis dengan menentukan waktu penghabisan fixed volume cairan melalui lubang dan sering waktu itu sendiri digunakan untuk menunjukkan viskositas, misalnya, 100 detik Redwood No.1 atau 150 detik Saybolt. Banyak data dalam literatur perusahaan teknik, spesifikasi produk tabel referensi masih menggunakan tipe ini. Banyak persamaan telah diajukan untuk menjelaskan perubahan viskositas minyak dengan suhu, atau untuk memperolehi viskositas dari karakteristik lain, tetapi pada akhirnya semuanya terlalu rumit untuk digunakan secara praktis. Untuk tujuan praktisnya, penggunaannya dapat dibuat dari fakta bahwa hubungan linier yang ada antara logaritma dari viskositas dinamis dan suhu absolut timbal-balik (Swern 1979, ms. 179), melebihi kisaran suhu yang digunakan dalam pengolahan dan penanganan minyak dalam industri makanan. Dalam pengalaman kami hubungan ini sangat tidak baik untuk trigliserida, dan dalam kebanyakan kasus, hubungan linear yang lebih baik ada antara viskositas logaritma dan suhu Logaritma (0C), yang lebih nyaman/pas. Dalam keadaan, kecuali untuk kondisi tekanan yang sangat tinggi, minyak dan lemak berperilaku seperti cairan Newton dan menunjukkan kurangnya perubahan viskositas dengan suhu daripada minyak mineral. Viskositas minyak dan lemak meningkat dengan beratnya dan turun dengan unsaturation tetapi efek yang kedua adalah kecil. Minyak laurat, akrena rantainya lebih pendek, memiliki viskosita syang ebih rendah daripada minyak utama lainnya, sebaliknya semakin rendah pembentukan unsaturasi. Kelompok hidroksil dalam molekul, seperti minyak jarak, polimerisasi, seperti ditiup minyak biji rami, atau menggoreng luas sangat meningkatkan kekentalan. Kepadatan sangat penting dalam transaksi komersial. Selain eceran, minyak yang dibeli dan dijual berdasarkan beratnya dan jumlah yang besar diangkut dengan kapal-kapal, atau disimpan dalam bulking instalasi dan kilang minyak, tergantung pada volume dan kepadatan
Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

23

pengukuran untuk memperkirakan beratnya. Kepadatan minyak dan lemak meningkat dengan unsaturasi tapi menurun dengan peningkatan berat molekul dan hampir linear dengan meningkatnya suhu. Suhu rata-rata koefisien untuk CNO dan PKO antara 200 dan 600 adalah 7.1 x 104/0C (Cocks dan Van Rede 1966). Contoh untuk beberapa trigliserida sederhana, dikutip oleh Swern (1979, ms. 189) dalam g/ml pada 800C, adalah sebagai berikut: Di aplikasi menggoreng terutama di sektor domestik dan katering, titik asap minyak sering digunakan untuk menilai titik pembuangannya. Nilai ini terutama tergantung pada kandungan asam lemak bebas ( FFA ) dan pada titik didih asam lemak. Di 760 mm hg, asam laurat telah mendidih titik 298.90C dibandingkan dengan 351.50C untuk asam palmitat dan 376.10C untuk asam stearat ( swern tahun 1979, p. 205 ). Unsaturation mengurangi titik didih. Proses Hidrogenasi PKO memiliki IV dari sekitar 18 dan dapat terhidrogenasi untuk menghasilkan berbagai produk kombinasi SMP/IV yang berbeda. Biasanya, ini tersedia dalam langkah SMP 2-30C dan tabel 6.25 menunjukkan ciri-ciri khas rentang produk HPKO dari produsen EU utama. Stabilitas oksidatif PKO, meskipun baik, tidak sebaik yang diharapkan dari tingkat unsaturasinya. Hal ini mungkin karena kandungan tocols rendah dan, seperti dalam kasus CNO, ia menanggapi kuat bahkan tambahan yang sangat kecil dari sintetis antioksidan (BHA, BHT) dan agen chelating seperti asam sitrat. Stabilitas juga sangat meningkat dengan hidrogenasi tingkat kecil. Dilihat dari tabel, waktu penyimpanan maksimum yang direkomendasikan oleh produsen enam kali lebih lama untuk kelas hidrogenasi daripada untuk minyak unhidrogenasi. Berbagai nilai HPKO biasanya ditawarkan di bawah nama merek pasar dan dalam banyak kasus, deskripsinya tidak mengecualikan kehadiran PKOo yang harganya lebih rendah. Efek dari praktek ini adalah untuk meningkatkan IV dan untuk menurunkan kandungan C12 dan nilai-nilai SFC di mp yang diberikan; Tapi kecuali ada jumlah besar, efeknya perbandingan kecil dan hati-hati yang diperlukan untuk mendeteksi itu. Minyak Goreng Ada beberapa statemen keliru bahwa minyak laurat tidak cocok untuk menggoreng, karena kecenderungannya untuk membusa ketika minyak dari makanan di goreng berubah menjadi minyak laurat, dan juga karena titik uapnya yag lebih rendah, dibandingkan dengan minyak non-laurat. Namun, defisiensi ini hanya terjadi ketika deep frying dan minyak laurat sangat cocok untuk shallow frying. Pada operasi ini, lemak dalam pan hanya sedikit milimeter dalamnya dan busanya tidak jadi masalah. Begitu juga dengan asap tidak menjadi perhatian karena minyak hanya digunakan sekali dan FFA nya sekitar 0,1%. Dalam EU, beberapa brand lemak yang sangat sukses untuk shallow frying berdasarkan CNO lurus. Rupanya lemak padat putih alami dan kecerahannya memiliki cita rasa (viskositas rendah) yang paling banyak konsumen minta. CNO alami juga digunakan dalam beberapa brand seperi pop corn yang mengandung lemak tablet dalam paket yang sama, didesain untuk popping di rumah. PKO dapat digunakan secara imbang untuk tujuan yang sama tetapi CNO telah menjadi pilihan lemak tradisional.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

24

KESIMPULAN Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya Melalui 4 Proses utama yaitu pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging, pengepresan, dan pemurnian minyak. Sedangkan pengolahan kelapa sawit menjadi kernel (inti sawit) melalui proses pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging, pengepresan, pemisahan serabut dengan inti dan pemisahan cangkang dengan inti.

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

25

DAFTAR PUSTAKA
McCabe, Warren L, dkk.1993.Unit Operatin Of Chemical Engineering. McGraw Hill: New York Mustafa Hadi, Muh.Ir. teknik berkebun kelapa sawit . Penerbit: Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2004. Nag, PK. Power plant engineering, second edition, Penerbit : Mc Graw Hill. 2002. Syalkhin, P. Diterjemahkan oleh Ir. Zulkifli Harahap, Turbin Uap, penerbit Erlangga, Jakarta 1999. Suyatno, Risza, IR. Kelapa sawit upaya peningkatan produktivitas, Ikanisius, Yogyakarta, 1994. Wakil, M. M steam power plant, Jhon Welly dan Son, New York, 1994

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

26

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................
Tinjauan Umum.................................................................... Buah Sawit ........................................................................... Panenan Buah Kelapa Sawit................................................. Inti Sawit .............................................................................. Pengamanan Bahan Produksi .............................................. Bahan Baku Seinduk............................................................. Bahan Baku Luar .................................................................. Pengolaan Inti Sawit Menjadi Minyak Inti Sawit (PKO) ....... 1. Jembatan Timbang ......................................... 2. Loading Bay .................................................... 3. Silo Inti ............................................................ 4. Bunker Inti ...................................................... 5. Screw Press 1 .................................................. 6. Bunker Cake .................................................... 7. Screw Press II .................................................. 8. Bak Screening ................................................. 9. Niaga Filter ..................................................... 10. Tangki Timbun ................................................ Proses Perangkaian Pengolahan Inti Sawit ................ Cake Breaker Conveyor (CBC)..................................... Nut Polishing drum ..................................................... Nut Grading drum....................................................... Nut Silo ....................................................................... Ripple mill ................................................................... LTDS(Light Tenera Dust Separation) ........................... Karnel Silo ................................................................... Bulk Silo ...................................................................... Bagan Alir Pengolahan CPKO .................................... Proses pengolahan Kelapa Sawit menjadi PKO .......... Buah Palm ................................................................... Palmkernel .................................................................. Palmkernel Oil ............................................................ Komposisi Secara Umum ............................................ Komposisi Asam lemak ............................................... Sifat CPKO ................................................................... Proses Hydrogenasi ....................................................
Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

i 1 1 2 2 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 8 9 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 21 21 22 22 23 24

27

KESIMPULAN .......................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................

25 26

Dokumentasi Kelompok III Adi,Efraim,Heru,Ropendi

28

Anda mungkin juga menyukai