Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis mempunyai beberapa stadium infeksi.

Setelah terinfeksi dengan sifilis, ada masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka terbuka yang disebut chancre sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari sudah terlihat. Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.

1.2

Rumusan masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 Apa pengkajian dari sifilis? Apa diagnose keperawatan dari sifilis? Apa intervensi keperawatan darin sifilis? Apa implementasi keperawatan darin sifilis? Apa evaluasi dari sifilis?

1.3

Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui penyusunan asuhan keperawatan


2. Mahasiswa mampu memahami pembuatan asuhan keperawatan sifilis 3. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan sifilis?

1.4

Manfaat Manfaat dari pembuatan tugas ini adalah : a. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang keperawatan sifilis. b. Dapat menjadi inspirasi kita dalam praktik keperawatan. asuhan

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 2.1 Definisi

Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin (Soedarto, 1998). Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh (Hidayat, 2009). Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema palidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan aksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular, otak, dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis kongenital (Mansjoer, Arif, et al, 2000: 153). Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa sifilis adalah penyakit infeksi yang dapat digolongkan Penyakit Menular Seksual (PMS), yang disebabkan oleh Treponema palidium, yang bersifat kronis dan bekerja secara sistemik.

2.2 Etiologi Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk ordo Spirochaeta, famili Treponemetoceae yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar (Soedarto,
7

1990). Sifilis ini juga dapat menular melalui hubungan seksual dengan penderita sifilis. Kontak kulit dengan lesi yang mengandung T. pallidum juga akan menularkan penyakit sifilis.

2.3 Patofisiologi A. Stadium Dini Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T. pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.

B. Stadium Lanjut Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.

2.4 Manifestasi Klinis A. Sifilis primer Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknya

Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.

B. Sifilis Sekunder Terjadi sifilis sekunder, 210 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abuabu putih sampai eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS),

tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.

C. Relapsing sifilis Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing sifilis yang ada terdiri dari : 1. Sifilis laten Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.

2. Sifilis tersier Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat (neurosifilis ).

3. Sifilis kongenital Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille
10

congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan. (Soedarto, 1990).

2.5 Pemeriksaan Penunjang Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).

2.6 Komplikasi Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

11

a. Benjolan kecil atau tumor Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang. b. Masalah Neurologi Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem, seperti: c. Stroke Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis) Koordinasi otot yang buruk Numbness (mati rasa) Paralysis Deafness or visual problems Personality changes Dementia

Masalah kardiovaskular Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.

d. Infeksi HIV Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual. e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi. Pada stadium primer komplikasi diatas belum terjadi. Manifestasi di atas dapat muncul pada sifilis dengan stadium tersier dan kongenital karena infeksi Treponema
12

mencapai sistem saraf pusat (SSP), sehingga apabila sudah mengenai SSP maka akan mengganggu semua sistem tubuh sehingga akan terjadi penurunan daya imun yang memudahkan masuknya infeksi lainnya, pada organ ginjal akan menyebabkan gangguan sistem perkemihan dan akan mengganggu sistem organ lainnya.

2.7. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: a. Bahaya PMS dan komplikais

b. Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan c. Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

d. Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi. e. f. Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain : 1. Tidak berganti-ganti pasangan 2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan protective sex. 3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi.

13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Nama pasien Umur Jenis Kelamin No Register Suku Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : : : : : : : : : Tanggal Pengkajian : Dx Medis : Tgl MRS :

2. Pengkajian Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama ( keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian ) Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia, terdapat lesi pada kulit, keputihan dengan jumlah yang banyak serta warna yang tidak biasa, rasa gatal dan bau busuk. b) Riwayat Penyakit Sekarang ( riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk RS ) Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia, terdapat lesi pada kulit, keputihan dengan jumlah yang banyak serta warna yang tidak biasa, rasa gatal dan bau busuk. Apakah nyeri saat BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil) c) Riwayat Penyakit Dahulu Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual. Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam satu bulan
14

terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi. d) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.

3. Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran Umum Kesadaran compos mentis b. Tanda-tanda vital a. Tekanan Darah b. Nadi c. Suhu d. Respirasi c. Kepala dan Leher Kepala Mata : Biasanya terdapat nyeri kepala : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial). Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum. Telinga Mulut : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian. : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng). Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher. : normalnya systole 110-140 diastole 70-90 : 60-100 /menit :36,5 - 37,2 C : 15-24 x/menit

d. Sistem kardiovaskuler Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya. e. Sistem penceranaan Biasanya terjadi anorexia pada stadium II. f. Sistem muskuloskeletal Pada neurosifilis terjadi athaxia.

15

g. Sistem Neurologis Biasanya terjadi parathesia. h. Sistem perkemihan Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan. i. Sistem Reproduksi Biasanya terjadi impotensi. j. Sistem integumen Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.

4. Data Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium

16

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis : 1. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan. 3. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman. 4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Diagnosa Kriteria hasil Intervensi dan rasional 1. Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat. Rasional : Menurunkan iritasi 2. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat. Rasional: Untuk menyeimbangkan cairan. 3. Berikan dengan latihan rentang gerak. Rasional : Mencegah kerusakan lebih lanjut. 4. Kolaborasi dengan tim medis lain. Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan. : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. : Kembalinya kulit normal.

2. Diagnosa

: Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.

Kriteria hasil

: Nyeri berkurang

Intervensi dan Rasional : 1. Kaji tingkat nyeri Rasional : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan. 2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi. Rasional: Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri. 3. Berikan posisi yang nyaman Rasional : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri.
17

4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin. Rasional: Memberikan penurunan rasa nyeri.

3. Diagnosa Kriteria hasil Intervensi dan Rasional

: Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman. : Suhu tubuh normal (36 37o)

1. Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis. Rasional : Agar terjadi pemindahan panas. 2. Pantau suhu tubuh pasien Rasional : Mengetahui adanya infeksius akut. 3. Beri pasien kompres hangat. Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh. 4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik. Rasional : Untuk mengurangi demam / menurunkan suhu tubuh

4. Diagnosa

: Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.

Kriteria hasil

: - dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi. - Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.

Intervensi dan Rasional : 1. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah. Rasional: Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan. 2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik. Rasional : Membantu peningkatkan perasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan. 3. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri. Rasional : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses rehabilitasi.
18

D. IMPLEMENTASI 1. Diagnosa : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. Intervensi Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat implementasi Menganjurkan klien untuk menggunakn baju katun dan menghindari baju ketat terutama pada bagian tubuh bawah. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk Mempertahankan kecukupan masukan cairan hidrasi yang adekuat. Berikan dengan latihan rentang gerak. Kolaborasi dengan tim medis lain. untuk hidrasi yang adekuat. Memberikan klien latihan rentang gerak. Berkolaborasi dengan tim medis

2. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan. Intervensi Kaji tingkat nyeri Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi. Berikan posisi yang nyaman Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin implementasi Mengkaji tingkat nyeri Mengajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi. Memberikan posisi yang nyaman Berkolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin

3. Diagnosa : Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman. Intervensi Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis Pantau suhu tubuh pasien Beri pasien kompres hangat. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik Implementasi Menganjurkan pasien untuk memakai baju tipis Memantau suhu tubuh pasien Memberi pasien kompres hangat. Berkolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik

19

4. Diagnosa : Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh. Intervensi Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik Dorong orang terdekat agar Implementasi Menganjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah. Membantu pasien membiasakan berpakaian dan berdandan yang baik memberi Menganjurkan orang terdekat memberi

kesempatan pada klien melakukan sesuatu kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri. untuk dirnya sendiri.

5.

EVALUASI Evaluasi dalam asuhan keperawatan mengacu pada kriteria hasil: S O A P : Subyektif : Obyektif : Assesment : Planning

20

DAFTAR PUSTAKA Masjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jakarta: Media Aesculapius

21

Anda mungkin juga menyukai