Anda di halaman 1dari 18

Akhlak adalah tingkah laku mahluk yang diridhai Allah SWT, maka akhlak adalah bentuk prilaku makhluk

dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau kepada sesama. Al Quran memberikan contoh kepada manusia tentang akhlak kepada Allah Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah ia memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu ada dalam kebenaran (QS. Al-Baqarah:186).

Rasulullah SAW adalah simbol dalam berakhlak yang diabadikan Al Quran Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangannya) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan takala orang-orang mumin melihat golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: inilah yang dizinkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan (Al-Azhab:21&22).

Al Quran juga memberikan tuntunan tentang berakhlak kepada sesamanya Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji sari Bani Israil (yaitu) Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada IbuBapak, kaum kerabat, serta anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, kecuali sebagian kecil daripada kamu , dan selalu berpaling (QS. Al-Baqarah:83).

hai anaku dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang telah menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (QS. Lukman:17-19).

Akhlak adalah inti dari pelajaran islam dalam menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan rendah yang tidak sesuai dengan tata nialai islam, dan menghiasi perbuatan-perbuatan utama sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasul-Nya.

Oleh karena itu seseorang dikatakan sebagai prang yang berakhlak, apabila dia mengetahui dan mengamalkan kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya dalam menegakkan yang haq dan mulia. Sedangkan kedustaan adalah sesuatu yang terlarang namun tetap diamalkannya dan perbuatan tersebut

adalah hina. Keikhlasan adalah sesuatu yang agung dan tipu daya adalah suatu kehancuran. Demikanlah suatu prinsip hidup yang sangat berarti bagi orang yang berakhlak mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut syariat Islam harus difungsikan sebagai benteng perlindungan bagi orang yang ingin menjadi muslim secara benar. Akhlak tanpa akidah juga merupakan hidup bagaikan bayangan tubuh yang tidak kekal.

Berdasarkan hal tersebut, maka Islam sangat memperhatikan masalah akhlak, karena merupakan bagian dari pilar-pilar Islam. Rasulullah SAW telah menjadikan akhlak sebagai pokok risalahnya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (HR. Al-Bazar). Sesuatu yang paling berat dalam timbangan dihari kiamat adalah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik (Al-Hadist).

Akhlak adalah merupakan ukuran prilaku yang diajarkan agama, yang diamalkan para Nabi, sahabat, syuhada, dan shalihin. Mereka menjadikan jiwanya bersih dari sifat dengki, iri hati, nifak, pengecut, dan pendusta.

Menurut Islam perbaikan batin merupkan dasar bagi perbaikan lahiriah. Sabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya didalam tubuh itu terdapat segumpal darah apabila digunakan darah itu baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika akan rusak maka rusaklah sekuruh tubuh ketahuilah bajwa ia adalah hati dab jiwa (Al-Hadist).

Memelihara Akhlakul Karimah

Begitu pentingnya masalah akhlak dakam jehidupan kita, maka hati perlu terpelihara agar tetap bersih dan sehat sebagai sumber perwujudan akhlakul kharimah. Kiat dalam memelihara hati antara lain dengan bermarifat kepada Allah SWT, artinya Allah Maha Kuasa, sedangkan kita adalah lemah.

Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu sekalipun terpendam di dasar lautan atau sesuatu yang terlintas dalam hati. Baik secara sembunyi apalagi secra dzahir. Selain itu kita wajib meyakini bahwa amal perbuatan yang kita lakukan pasti akan dibalas sesuai apa yang telah kita lakukan. Selain itu agar akhlak kita terjaga hendaklah kita mempelajari Tauhid, Fiqih, serta ilmu-ilmu Islam lainnya.

1.Ide Dokter Muslim


Ilmu kedokteran yang dewasa ini berkembang, umumnya bersifat universal atau digunakan secara umum. Karena itu, bagi kaum Muslimin perlu menyeleksinya, dipilih hanya yang sesuai dengan norma dan kaidah Islam. Sejak dulu kaum Muslimin, dengan disemangati oleh gerakan islamisasi maka seluruh sendi kehidupan Muslim dijadikan sebagai bagian pengamalan agama, untuk itu maka dicarilah pijakanpijakan islamis, juga dalam praktek pengobatan, atau lebih spesifik dokter.

Meski dalam prakteknya dan dikaitkan dengan asal sistem atau metode pengobatan bersifat universal, namun dalam Islam terdapat nilai-nilai yang mesti dijunjung tinggi, khususnya dikaitkan dengan praktek kedokteran, sehingga dikenal dengan kedokteran Islami.

Jika merujuk pada karya klasik, seperti yang terdapat dalam buku al-Qanun fi al- Thibb karya Ibnu Sina, sarna sekali tidak menyinggung soal kedokteran Islam ini. Menurut analisis 'Abdul Hamid, karena pada masa lalu etika kedokteran tidak mungkin terpisah dari ajaran umum al-Quran dan Sunnah Nabi. Dengan kata lain, kedua sumber itu senantiasa berlaku sebagai pembimbing dalam segala aspek kehidupan umat Islam termasuk bagi dokter dan pasiennya.

Konsep tentang dokter muslim ini terkait pula dengan etika kedokteran, menurut Dr Ahmad Elkandi, salah seorang pendiri Himpunan Kedokteran Islam Amerika Serikat dan Kanada, bahwa etika dianggap sebagai persyaratan penting untuk menjadi dokter. Sumpah Hippocrates yang terkenal telah menekankan fakta ini dan sumpah ini masih berlaku sebagai basis bagi undang-undang yang dibuat untuk kode etik profesionaI.

1. Karaktertstik DokterMuslim

Banyak rumusan tentang dokter muslim telah dikemukakan oleh berbagai kalangan. Menurut Ja'far Khadim Yamani, Ilmu kedokteran dapat dikatakan islami, mempersyaratkannya dengan 9 karakteristik, yaitu: Pertama, dokter harus mengobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan al-Quran. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau dicampur dengan unsur haram. Ketiga,dalam pengobatan tidak boleh berakibat mencacatkan tubuh pasien, kecuali sudah tidak

ada alternatif lain. Keempat, pengobatannya tidak berbau takhayyul, khurafat, atau bid'ah. Kelima, hanya dilakukan oleh tenaga medis yang menguasai di bidang medis. Keenam, dokter memiliki sifat-sifat terpuji, tidak pemilik rasa iri, riya, takabbur, senang merendahkan orang lain, serta sikap hina lainnya. Ketujuh, harus berpenampilan rapih dan bersih. Kedelapan, lembagalembaga pelayan kesehatan mesti bersifat simpatik Kesembilan, menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambanglambang nonislamis.

Dalam kode etik kedokteran (Islamic code of Medical Ethics), yang merupakan Hasil dari First International Conferene on Islamic Medicine yang diselenggarakan pada 6-10 Rabi' al-Awwal 1401 H. di Kuwait dan selanjutnya disepakati sebagai kode etik kedokteran Islam, dirumuskan beberapa karakterrstik yang semestinya dimiliki oleh dokter muslim. lsi Kode Etik Kedokteran Islam tersebut terdiri atas duabelas pasal, Rinciannya disebutkan:

Pertama, definisi profesi kedokteran. Kedua, ciri-ciri para dokter. Ketiga, hubungan dokter dengan dokter. Keempat, hubungan dokter dengan pasien. Kelima, rahasia profesi. Keenam, peranan dokter di masa perang. Ketujuh, tanggungjawab dan pertanggungjawaban. Kedelapan, kesucian jiwa manusia. Kesembilan, dokter dan masyarakat. Kesepuluh, dokter dan kemajuan biomedis modern. Kesebelas, pendidikan kedokteran. Keduabelas, sumpah dokter.

Semua butir di atas, khususnya terhadap diri sendiri juga dengan pasien, antara lain disebutkan bahwa seorang dokter muslim di samping sebagai seorang yang bertakwa juga harus berakhlak mulia, seperti harus bijaksana, ramah, baik hati, pemaaf, pelindung, sabar, dapat dipercaya, bersikap baik tanpa membedakan tingkat sosial pasien, bersikap tenang, dan menghormati pasien. Secara teologis dokter muslim harus menyadari bahwa soal kematian berada sepenuhnya di tang an Tuhan dan fungsi dokter hanya sebagai penyelamat kehidupan, berfungsi mempertahankan dan memelihara sebaik dan semampu mungkin. Di samping itu, dokter muslim harus dapat menjadi suri tauladan yang baik juga harus prefesional, dengan tetap pada prinsip ilmiah danjujur. Lebih dari itu semua, dokter muslim juga diharuskan memiliki pengetahuan tentang undang-undang, caracara beribadah dan pokok-pokok fikih sehingga dapat menuntun pasien untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Ditekankan pula, dalam keadaan bagaimana pun, dokter muslim harus erusaha menjauhkan diri dari praktek-praktek yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal lain yang disarankan, dokter muslim harus rendah hati, tidak sombong, serta bersikap tercel a lainnya. Dalarn bidang pengetahuan, dokter muslim diharuskan tetap menggali dan mencari pengetahuan agar tidak ketinggalan dalam bidang kemajuan ilmiah, dan upaya itu harus diyakini sebagai bentuk ibadah.

Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter Islam atas tiga hal. Pertama, percaya akan adanya kematian yang tidak terelakkan seperti banyak ditegaskan dalam al-Quran dan hadits Nabi. Untuk mendukung prinsip ini ia mengutip pernyataan Ibnu Sina yang menyatakan, yang harus diingat bahwa pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan itu tidak bisa mernbantu untuk menghindari kematian maupun membebaskan diri dari , penderitaan lahir. Ia juga tidak memberikan cara-cara untuk ' memperpanjang usia agar hidup selamanya. Dengan pemahaman demikian, tidak berarti dokter muslim menentang teknologi biomedis bila berarti upaya mempertahankan kehidupan dengan memberikan pasien suatu pernapasan at au alat lain yang sejenis. Sebab, berupaya menyelamatkan hidup adalah tugas mulia, siapa yang menyelamatkan hidup seorang manusia, seolah dia menyelamatkan hidup seluruh manusia. Ini sejalan dengan penegasan ayat al-Quran:

Artinya. :

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seorang manusia semuanya. (QS. Al Maidah 5 : 32)

Kedua, menghormati pasien, diantaranya berbicara dengan baik kepada pasien tidak membocorkan rahasia dan perasaan pasien, dan tidak melakukan pelecehan seksual, itulah sebabnya disarankan pasien didampingi orang ketiga. Dokter tidak memberati pasien, dan lain-lain.

Ketiga, pasrah kepada Allah sebagai Dzat Penyembuh. Ini tidak berarti membebaskan dokter dari segala upaya diagnosis dan pengobatan. Dengan kepasrahan demikian, maka akan menghindarkan perasaan bersalah jika segala upaya yang dilakukannya mendapatkan kegagalan.

1. Sifat dan Sikap Dokter Muslim

Etika / adab yang harus dimiliki oleh dokter muslim menurut Dr. Zuhair Ahmad al-Sibai dan Dr. Muhammad 'Ali al-Bar dalam karyanya Al-Thabib, Adabuh wa Fiqhuh (Dokter, Etika dan Fikih Kedokteran), antara lain dikemukakan bahwa dokter muslim harus berkeyakinan atas kehormatan profesi, menjernihkan nafsu, labih mendalami ilmu yang dikuasainya, menggunakan metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang, benar dan jujur, rendah hati, bersahaja dan mawas diri.

1. Berkeyakinan atas Kehormatan Profesi. 2. Berusaha Menjernihkan Jiwa. 3. Lebih Mendalami Ilmu yang Dikuasainya. 4. Menggunakan Metode Ilmiah dalam Berfikir. 5. Memiliki Rasa Cinta Kasih. 6. Keharusan Bersikap Benar dan Jujur. 7. Berendah Hati (Tawadhu'). 8. Keadilan dan Keseimbangan. 9. Mawas Diri.

10. Ikhlas, Penyantun, Ramah, Sabar dan Tenang.

1. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa seluruh poin butir isi karakteristik dokter muslim, baik yang terdapat dalam Islamic Code Of Medical Ethics atau yang disampaikan oleh tokoh lain secara individual, pada intinya ada kesepakatan, bahwa karakteristik dokter muslim, disamping professional, menguasai ilmu kedokteran dan mengembangkan pengetahuannya itu, juga berakhlak mulia, sebagaimana dijabarkan butir-butirnya dalam kajian akhak mulia secara umum, baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan profesi, yang secara khusus dapat diterapkan pada profesi kedokteran dalam berhubungan dengan profesinya, pasien, sesama dokter, juga kepada Tuhan. 2. Secara definitif istilah dokter muslim termasuk term yang baru di dunia islam. Istilah ini lahir, nampaknya sebagai respon telah mulai adanya dikotomi yang sangat tajam dalam bidang ilmu pengetahuan dan profesi, antara ilmu pengetahuan agama di satu sisi dan umum di sisi lain, sisi ibadah di satu sisi dan dunia kerja di sisi yang lain. Disamping ingin menjadikan akhlak sebagai tuntunan profesi kedokteran, istilah dokter muslim juga dirumuskan berangkat dari adanya keinginan menjadikan seluruh aspek kehidupan dilakukan untuk islam. 3. Terlepas dari rumusan tentang dokter muslim yang telah dirumuskan oleh para praktisi maupun pemerhati tentang dokter muslim, ada atau tidak ada rumusan tentang dokter muslim, tamatan sekolah yang menggunakan label dokter muslim atau tidak, asal setiap dokter yang beragama islam itu

menegakkan akhlak islami, khususnya yang berkaitan dengan praktek kedokteran, otomatis dia adalah dokter muslim sejati.

Ciri ciri Dokter Muslim

* Beriman dan Bertakwa * Penyayang, Penghibur, Murah Senyum * Sabar, Rendah Hati, Toleran * Tenang Sekalipun Dalam Keadaan Kritis * Peduli Terhadap Pasien. * Memandang Semua Pasien Sama * Pemberi Nasehat * Menjaga Kesehatan Sendiri * Suci Hatinya dan Dapat Dipercaya

* Berilmu Pengetahuan

3.
Untuk menjadi seorang dokter muslim yang berkualitas, tentunya perlu usaha keras dalam pencapaiannya, perlu usaha lebih untuk mewujudkannya, dan perlu semangat tinggi pantang menyerah karena akan banyak tantangan yang dihadapi. Maka untuk itu, sudah seharusnya seorang dokter muslim memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang baik. Untuk menjadi seorang dokter muslim yang diharapkan, maka harus dimulai dari semenjak menjalani sebagai dokter muda untuk mengamalkan nilai-nilai keislaman pada praktek kedokteran. Bagi dokter muda FK UII tidak akan merasa bingung lagi untuk mengemban amanah untuk menjadi dokter muslim yang baik, karena selama di belajar di FK selalu dibekali dengan pendekatan korelasi antara penerapan islam dalam praktek kedokteran, selalu dikorelasikan antara ilmu pengetahuan popular dan Islamic perspective.

Menjadi seorang dokter muslim berkewajiban untuk memiliki akhlakul karimah, hal inilah yang membedakan sebagai seorang dokter muslim yang mengemban amanah kedokteran Islam. Definisi akhlak menurut Imam Ghozali adalah kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang darinya terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Profesi dokter dalam pandangan Islam adalah sebagai dakwah yang bergerak. Seorang muslim yang berprofesi sebagai dokter, berkewajiban merealisasikan nilai-nilai Islam yang bersifat fitriyah (universal) dalam setiap langkah hidupnya. Prilaku dokter muslim yang teralisasi dari akhlakul karimah akan senantiasa dilihat oleh orangorang yang berinteraksi dengannya, disinilah esensi dari dakwah. Implementasi akhlakul karimah bagi seorang dokter bisa dengan berbagai cara, diantaranya mengembangkan sifat sidiq, adil, sabar, tawaduk, itsar, Ramah, dan Ihsan. Berikut akan dijelaskan satu persatu.

Siddiq, artinya kejujuran, kesetiaan (pada janji dan komitmen), perkataan,dan berbuat apa adanya. Hubungan dokter-pasien layaknya hubungan transaksional layaknya jual beli. Dokter memiliki ilmu dalam mengobati pasien dan pasien memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada dokter untuk mengobati penyakitnya. Disini kejujuran dokter lah yang berperan, keputusan medik apapun yang diambil dokter, kemungkinan pasien tidak tahu, apalagi dalam keadaan gawat darurat. Sifat tepenting dokter dalam posisi penjual jasa ini dan menjadi dasar diridhoi atau mendapat tidaknya keberkahan dari Allah adalah kejujuran. Dalam sebuah hadist sahih, Penjual (dokter) dan pembeli (pasien) mempunyai hak untuk menentukan pilihan selama belum saling berpisah. Jika keduanya berlaku jujur dan menjelaskan yang sebenarnya, diberkatilah transaksi mereka , namun jika keduanya saling menyembunyikan kebenaran dan berdusta, keduanya bisa saling mendapatkan keuntungan tetapi

melenyapkan keberkahan transaksinya. (HR Muttafaq Alaih dari Hakim ibn Hizam). Ada banyak contoh kasus yang bisa menghianati hubungan baik dokter-pasien, diantaranya dengan keberadaan asuransi kesehatan yang dijadikan system pembayaran, bisa jadi ada persekongkolan antar dokter-pasien, atau malah dokter-pihak asuransi, untuk memberikan keterangan palsu sehingga bisa menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak yang lain. Kasus lain yang banyak terjadi adalah dokter yang terikat kontrak dengan perusahaan farmasi sehingga dalam memberikan terapi dokter mengharuskan pasien untuk membeli obat sesuai kontrak dokter tersebut padahal belum teruji kebenarannya. Kejadian seperti sudah banyak didunia praktek kedokteran dewasa ini. Lagi-lagi pasien yang dirugikan.

Adil, artinya meletakan sesuatu pada tempatnya, bisa berarti sikap hidup dalam keseimbangan. Firman Allah dalam surat An-Nahl, sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepadamu kaum kerabat. (Q.S An-Nahl:90). Sikap adil diperlukan dalam praktek kedokteran agar hak-hak pasien tidak dirampas. Selama kuliah di FK UII, mahasiswa diajari benar bagaimana hak dan kewajiban dokter-pasien, bagaimana keduanya menghormati dan menghargai hak dan kewajiban tersebut. Adapun Hak-hak pasien diantaranya adalah, pasien bebas memilih dokternya secara bebas, pasien berhak menerima atau menolak tindakan pengobatan sesudah ia memperoleh informasi yang jelas, pasien berhak mengakhiri atau memutuskan hubungan dengan dokternya dan bebas memilih atau menggantinya dengan dokter lain, pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar, pasien berhak mendapat privacy yang harus dilindungi, iapun berhak atas sifat kerahasian data-data mediknya. Pasien berhak mati secara bermartabat dan terhormat, pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril atau spiritual, pasien berhak mengadakan dan berhak atas penyelidikan pendirian serta berhak diberi tahu hasilnya. Sedangkan kewajiban pasien diantaranya, pasien wajib member informasi yang benar kepada dokter, wajib memenuhi petunjuk dan nasehat dokter, wajib memberikan honorium atau imbalan yang pantas. Jika saja seorang dokter memahami benar apa-apa saja yang menjadi hak pasiennya, maka ia akan sepenuhnya memperlakukan pasien dengan sangat baik sehingga hubungan harmonis dokter dan pasien akan mudah terjalin.

Amanah, artinya dapat dipercaya. Allah berfirman dalam surat Al-Anfal, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu mengkhianati amanatamanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui . (Q.S. Al-Anfal:27). Sebagai seornag muslim tentu kita menyadari bahawa amanah yang kita emban akan dimintai pertanggungjawabannya esok dikemudian hari. Sebagai seorang dokter muslim yang diberikan amanah oleh pasiennya hendaknya bersikap jujur, dapat dipercaya, dan berusaha memenuhi sesuai dengan standar keprofesian, serta kebutuhan pasien tanpa mengada-ngada yang sebenarnya.

Sabar, artinya adalah usaha untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai dengan penuh kerelaan dan kepasrahan. Kesabaran diperlukan ketika pasien berkonsultasi dengan dokter. Dokter yang baik

harus dapat menghadirkan dirinya secara untuh untuk pasien. Komunikasi dokter-pasien mutlak diperlukan. Keberhasilan komunikasi antara dokter pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasaan bagi kedua belah pihak. Nilai-nilai Islam perlu diterapkan dalam komunikasi antar dokter dan pasien. Jika seorang dokter bersedia dengan sabar mendengarkan keluahan pasiennya, maka informasi tentang riwayat penyakit juga lebih mudah diketahui. Karena keberhasilan terapi sesungguhnya lebih diutamakan dari hasil anamnesis. Sedangkan langkah lain hanya sebagai penunjang saja. Tapi kenyataan praktek dokter pada umumnya, dokter keberatan jika pasien bercerita, dokter hanya menanyakan beberpaa pertanyaan saja dan langsung mendiagnosis pasien. jika hak seperti itu yang terjadi, apa bedanya dokter dengan paranormal atau dukun, yang bisa menebak penyakit pasien tanpa menggali lebih jauh keluhan pasien. Hendaknya seorang dokter dapat meluangkan waktu untu bercerita kepada pasien tentang hal-hal yang diharapkan dalam suatu pengobatan, bersedia meminta pendapat pasien,dan mengecek pemahaman mereka, serta mendorong pasien agar mau bicara.

Tawaduk, artinya merendahkan diri tanpa merendahkan martabatnya. Firman Allah dalam Al-Quran, Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Sederhanakanlah kamu dalam berjalan, dan lunakanlah suaramu. Sungguh seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S.Lukman:18-19). Realisasi sikap tawaduk dalam hubungan dengan pasien antara lain selalu melunakkan suara, tidak membanggakan keahliannya kepada pasien dengan keangkuhannya dan selalu mengedapankan sikap mendengarkan. Seringkali dokter bersikap ghibah menceritakan kejelekan teman sejawat di depan pasien dengan maksud agar citra diri meningkat. Allah berfirman, Dan janganlah sebagian dari kamu mengumpat sebagian yang lain, apakah salah seorang diantara kamu suka makan daging bangkai saudaranya padahal mereka tidak menyukainya? (Q.S. Al-Hujarat:12). Realisasi sikap tawaduk sebagai seorang dokter menyadari bahwa dirinya penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Hendaknya seorang dokter perlu mengupdate ilmu terrkini dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya agar dalam menjalani praktek kedokteran tidak melakukan kesalahan. Dokter yang baik tidak akan puas dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya, senantiasa terus mencari perkembangan pengetahuan terbaru, dan berprinsip life long learning.

Itsar, artinya mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Dewasa ini, orang-orang miskin seringkali dikucilkan, seolah-olah tidak berhak untuk sakit, karena tidak sanggup membayar biaya rumah sakit maupun membayar dokter yang menanganinya. Sebagai dokter yang baik, hendaknya selalu mengutamakan orang-orang lemah agar bisa hidup dengan layak hidup sehat sembuh dari penyakitnya. Melayani mereka dengan sepenuhnya dan tidak memungut biaya yang membertakan mereka adalah suatu amal yang luar biasa.

Ramah, artinya, cinta dan kasih sayang (mahabbah warohmah). Keramahan dan perhatian dokter hendaknya tulus dari dasar hatinya, tidak hanya berpura-pura. Hendaknya sebagai seorang dokter kita harus menentukan motivasi apa yang mendasari apakah hanya keperluan mencari kekayaan semata ataukah mencari ridho Allah SWT. Kalau motivasi awal sebagai seorang dokter adalah beribadah kepada Allah, cara memandang pasien akan didasari dengan mahabbah dan rohmah, masalah materi akan mengikuti dengan sendirinya. Allah berfirman,Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.(Q.S.Al-Imran:159). Rasulullah pun bersabda, senyummu pada wajah saudaramu adalah sedekah. Sebagai seorang dokter muslim sudah seharusnyalah kita menyebarkan kedamaian dan keindahan islam.

Ihsan, artinya, mengerjakan sesuatu secara profesioanal. Sebagai realisasi komitmen hidupnya, seorang muslim yang diberikan amanah sebagai seorang dokter akan memandang apa yang dilakukan dengan profesinya sebagai seorang dokter adalah suatu ibadah yang dia persembahkan kepada Allah SWT. Oleh Karena itu, kinerja yang dihasilkan selalu diupayakan berkualitas tiinggi dan professional.

Demikianlah berbagai contoh akhlakulkarimah yang sudah seharusnya dipegang oleh seorang dokter muslim. Sehingga dalam menjalani praktek kedokteran seorang dokter muslim tidak lupa akan visi nya mensyiarkan agama islam dan menyebarkan kedamaian bagi seluruh umat dengan cahaya islam.

Dokter Muslim Harus Berperilaku Islami

Prof (DR) dr Muhammad Kamil Tadjudin SpAnd

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta

Dalam romantika sejarah, bidang kedokteran Islam sangat unggul. Namun kini dunia Islam dan kaum Muslimin termasuk yang terbelakang dalam bidang ilmu kedokteran, pelayanan kesehatan, bahkan fisilitas medis.

Mengapa demikian? Banyak faktor menyebabkan kondisi ini, di antaranya sikap dan perilaku dokter serta minimnya kualitas tenaga medis. Dan menurut Prof (DR) dr Muhammad Kamil Tadjudin SpAnd, untuk bangkit menuju kejayaan bidang kedokteran, perilaku para dokter Muslim haruslah islami. Yang paling penting bukan ilmunya, tapi perilaku yang harus islami, ujarnya.

Berikut petikan wawancara Ahmad Muhammad Salim dan Tata Septayuda dari Majalah Gontor bersama dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta, yang juga mantan Rektor Universitas Indonesia (1994-1998) itu beberapa waktu lalu:

Menurut Anda, apa beda aspek kedokteran islami dan umum?

Secara umum, tugas utama seorang dokter adalah menjunjung kode etik kedokteran. Status dokter Indonesia adalah dokter yang tinggal dan bekerja di Indonesia, serta harus menaati kode etik kedokteran yang berlaku. Bagi dokter Muslim, selain harus mengikuti kode etik dokter Indonesia juga harus mengikuti ajaran Islam.

Ada beberapa perbedaan mendasar etika kedokteran islami dengan etika kedokteran umum. Etika kedokteran islami diturunkan dari tradisi dan kepercayaan agama, sehingga bentuknya akan tetap untuk selamanya. Sumber etika islami tercermin dalam petunjuk al-Quran dan Sunnah, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Apa saja etika tersebut?

Etika kedokteran dibagi menjadi tiga. Pertama, etika dalam melakukan praktik secara etis dan medis. Kedua, etika dalam berhubungan dengan pasien. Ketiga, harus menjaga kompetensi, kesehatan, termasuk berkomitmen terhadap kode etik kedokteran.

Dokter yang hidupnya berfoya-foya, sangat tidak dibenarkan secara etika. Begitu juga yang tidak sehat, tentu tak dapat menjalankan praktik kedokteran secara medis maupun etis.

Saat ini, praktik kedokteran di Indonesia memiliki banyak varian. Pendapat Anda?

Dalam ranah ilmu kedokteran ada tiga kelompok: ilmu kedokteran standar, alternatif, dan komplementer. Ilmu kedokteran standar adalah ilmu yang berdasarkan pada evidence based medicine, yaitu paradigma baru untuk mengambil keputusan medis. Jika seseorang terkena penyakit panas harus dibuktikan bahwa ia terkena penyakit panas. Atau untuk menentukan sebuah obat itu baik harus dilakukan clinical trial untuk membuktikan ia benar-benar dapat menyembuhkan.

Kedokteran komplementer adalah ilmu kedokteran yang melengkapi evidence based medicine. Seperti ketika ada seorang pasien dibius lalu merasa mual, maka bisa diberi aroma terapi untuk menghilang rasa itu. Ini seperti langkah komplementer.

Sedangkan kedokteran alternatif mempunyai sistem berbeda, seperti akupuntur. Karena sistemnya berbeda, maka kita agak sulit menentukannya apakah ia benar atau tidak. Sebab selama ini belum dilakukan penelitian clinical trial yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu kedokteran.

Ada di kategori mana kedokteran islami?

Kedokteran islami adalah kedokteran modern, dengan sistem evidence based medicine yang dipraktikkan dengan kaidah-kaidah islami. Seperti orang dibekam (hijamah) belum seluruhnya dibenarkan secara medis dan kedokteran modern, kecuali jika ia sudah memiliki evidence based medicine bahwa dengan berbekam ada beberapa penyakit yang akan tersembuhkan.

Bukankah bekam bagian paling populer dari tibbun nabawi?

Benar. Tapi Nabi SAW juga mengatakan bahwa untuk urusan dunia kamu lebih tahu. Pada zaman Nabi dulu, ketika ada orang terluka lalu disembuhkan dengan diberi madu, karena madu memang memiliki kandungan gula yang dapat membunuh kuman penyebab infeksi. Untuk itu betul. Tapi tidak semua penyakit dapat diobati dengan madu. Kita harus tahu dulu evidence based medicinenya.

Apa plus-minus pengobatan alternatif?

Minusnya ketika ada seseorang terkena penyakit kanker payudara yang jika diangkat bisa sembuh, tapi karena takut dioperasi ia memilih pengobatan alternatif dengan pergi ke orang pintar. Lalu ketika

penyakitnya itu gagal disembuhkan secara alternatif dan harus kembali melakukan upaya medis, ternyata penyakitnya sudah tak cukup dioperasi dan harus disinar atau lainnya. Menurut saya, ini tentu akan merugikan pasien. Plusnya, mungkin hanya dalam konteks terapi kejiwaan yang bermanfaat untuk ketenangan.

Bagaimana dengan pengobatan herbal?

Bukannya saya anti jamu atau pengobatan herbal. Zaman dulu semua obat berasal dari dedaunan, tapi sekarang malah dibuat sintetis. Saya yakin banyak yang menemukan antibiotik berasal dari alam. Ada periset Jepang meneliti tanah yang memiliki kandungan jamur apakah bisa dijadikan antibiotik. Selama telah dilakukan penelitian ini berarti sudah bisa dibuktikan.

Tapi sayangnya kebanyakan obat-obat jamu atau herbal belum dilakukan clinical trial dan tidak evidence based medicine. Malah ironisnya banyak jamu yang dicampur obat kimia, atau obat tersebut sudah diekstraksi. Akibatnya yang bekerja justru zat kimiawi yang terdapat di dalam obat herbal itu.

Dalam sejarahnya bidang kedokteran Islam pernah sangat unggul, mengapa sekarang mengalami kemunduran?

Umat Islam mengalami kemunduran di segala bidang, tak hanya kedokteran. Namun seiring waktu, kini kita sedikit demi sedikit mulai beranjak ke arah yang fundamental.

Tapi mengapa bisa tertinggal, saya kira faktornya sangat banyak. Sebagian kalangan menyebut karena pengaruh perdebatan filsafat dan tasawuf. Tapi kita lihat sekarang beberapa universitas di Timur Tengah telah sangat maju dalam bidang kedokteran. Tentu ini karena ditopang publikasi ilmiah yang berkualitas, fasilitas terbaik, dan kompetensi SDM bidang kedokteran yang sangat kompetitif. Sementara di Tanah Air masih menunggu waktu.

Bagaimana cara mengatasi keterbelakangan umat Islam di bidang kedokteran modern?

Pertama yang harus dilakukan adalah niat utnuk membangun pendidikan secara menyeluruh. Saat ini, UIN mengirim 30 orang untuk mengambil PhD (doktor) di Jepang dengan kualifikasi ilmu kedokteran.

Upaya lainnya adalah mengajak pihak lain untuk berinvestasi dalam melengkapi sarana dan peralatan medis maupun menanggung biaya penelitian. Pemerintah Indonesia sangat bisa mengikuti perkembangan ilmu, hanya saja sampai saat ini niatnya belum jelas.

Paradigma ilmu kedokteran yang layak dibangun di perguruan tinggi Islam?

Di UIN, kami mencoba memadukan sains dan agama. Filsafat sains Islam seperti apa, lalu diintergrasikan dengan etika kedokteran umum dan Islam. Paradigma ini setidaknya untuk menggali khazanah keilmuan Islam yang pernah popular di masa kejayaan Islam dulu.

Ibnu Sina atau dikenal sebagai Avicenna, dulu mengembangkan ilmu kedokteran berdasarkan apa yang dipelajarinya dari al-Quran dan Sunnah, hingga ilmu tersebut bisa berkembang sampai sekarang.

Jika ada perbedaan pengetahuan yang dimiliki anak didik, seperti dalam kasus FKIK UIN yang menerima mahasiswa dari pesantren, MA maupun SMA, perlu diadakan matrikulasi untuk menyetarakan pengetahuan awal mereka. Program ini sangat membantu menyetaraan ilmu pengetahuan awal mereka.

Apa yang harus dipersiapkan untuk menjadi dokter Islami?

Untuk menjadi dokter yang islami, menurut saya yang paling penting bukan ilmunya, tapi perilakunya yang harus islami. Upaya yang kami lakukan dengan merekrut banyak mahasiswa asal santri pondok pesantren atau masyarakat rural area.

Tujuannya agar para santri memiliki akses luas dalam menempuh pendidikan umum, hingga setelah lulus mereka dapat kembali ke desa dan mengabdi di sana.

Secara empirik, kami mencoba memasukan nilai-nilai islami pendidikan dokter, hingga para lulusan kami kelak bisa mempraktikkan ilmu kedokteran mutakhir sesuai kaidah islami.

Anda mungkin juga menyukai