Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR FILSAFAT ILMU SUBSTANSI FILSAFAT ILMU

Disusun Oleh: Eka Desy N. (1105085049) Indah Mawarti (1105085044) Nur Annisa (1105085043)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Substansi Filsafat Ilmu. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk mengikuti ujian Pengantar Filsafat Ilmu. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Samarinda, Januari 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................1 KATA PENGANTAR...................................................................................2 DAFTAR ISI .................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................4 A. Latar Belakang .............................................................................4 B. C. Permasalahan................................................................................4 Tujuan ..........................................................................................4

D. Metode..........................................................................................4 Bab II PEMBAHASAN................................................................................5 A. Fakta ............................................................................................5 B. Kebenaran.....................................................................................6

C. Konfirmasi ...................................................................................8 D. Logika Inferensi .........................................................................8 E. Telaah Konstruksi Teori................................................................10 BAB II PENUTUP..........................................................................................11 A. Kesimpulan...........................................................................................11 Daftar Pustaka .................................................................................................12

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Filsafat merupakan akar dari seluruh ilmu yang ada, dari hasil pemikiran-pemikiran filsafat itulah muncul teori-teori yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kelimuan dan teknologi di jagat raya ini.Begitu juga dengan substansi filsafat,lahir dari pemikiran-pemikiran yang kian berkembang B.Permasalahan -Apa sajakah substansi filsafat ilmu? -Apa pengertian dari tiap substansi ? -Apa sajakah kegunaan dari substansi filsafat ilmu tersebut? -Substansi manakah yang paling banyak berguna bagi kehidupan? C. Tujuan - Supaya mahasiswa dapat lebih memahami substansi filsafat ilmu - Supaya mahasiswa dapat mengetahui apa saja substansi filsafat ilmu - Dapat mengetahui pengertian dan substansi filsafat ilmu juga perkembangan dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari D. Metode Metode yang gunakan : - Dengan mencari dari buku-buku tentang Filsafat Ilmu - Mengumpulkan informasi dari internet

BAB II

PEMBAHASAN

Telaah tentang substansi filsafat ilmu di bagi dalam lima bagian,yaitu substansi yang berkenaan dengan: 1. 2. 3. 4. 5. Fakta atau kenyataan Kebenaran Konfirmasi Logika inferensi Konstruksi teori

1 . FAKTA

Fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data.Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya. Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.

* Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya. * Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai. * Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan * Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif. * Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.

Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah. Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun.Diluar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan: Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas

Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu fenomena. Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan Informasi mengenai subyek tertentu Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna

2 . KEBENARAN Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek. Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan obyek dan pengetahuan tidak sesuai.Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001).

a.

Kebenaran Koherensi

Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental. b. Kebenaran korespondensi

Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik c. Kebenaran performatif

Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan. d. Kebenaran pragmatik

Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis. e. Kebenaran proposisi

Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya. f. Kebenaran struktural paradigmatik

Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyek, yakni pengetahuan yang obyektif. Karena suatu obyek memiliki banyak aspek, maka sulit untuk mencakup keseluruhan aspek (mencoba meliputi seluruh kebenaran dari obyek tersebut) Pertanyaan tentang kebenaran, banyak diperdebatkan oleh teologiwan, filsuf, dan ahli logika.

Salah satu cara sederhana untuk mempelajari suatu subjek adalah menentukan segala sesuatu yang bisa benar atau salah, termasuk pernyataan, proposisi, kepercayaan, kalimat, dan pemikiran.

3. KONFIRMASI

Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif. 4. LOGIKA INFERENSI Menurut kamus besar bahasa Indonesia, logika berarti jalan berfikir yang masuk akal sedangkan inferensi berarti simpulan atau kesimpulan (Depdiknas:2001:433-681). Sedangkan menurut istilah Logika inferensi berarti berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh simpulan. Sebagai ilustrasi ketika kita berhadapan dengan sebuah persoalan yang memerlukan jalan keluar (pemecahan) maka persoalan tersebut kita fikirkan dengan menggunakan akal yang sehat untuk memperoleh pemecahan dari persoalan tersebut.

Pembagian Logika Inferensi 1. Logika Logika adalah study tentang tipe-tipe tata fikir. Bila sdilacak study logika ini berangkat dari Yunani kuno ke Arabia, lalu Eropa, abad tengah, daerah pasca renaissance yang matematik, dilanjutkan keabad XIX dan abad XX . tradisi logika berkelanjutan seperti jalur diatas. Sedangkan filsafat India dan China berkembang berpisah. Urutan utama logika Aristoteles adalah logika untuk membuat dan memuji inferensi langsung logika sintaks dan semantic berupaya mempelajari fungsi kata, fungsi kalimat, dan pencarian makna. Dalam konseptualisasi trasdisional, logika, tidak lain daripada study formal dalam jenis tentang relasi formal dalam jenis.

2. Logika Formil

Yang dimaksud logika formil kategorik adalah logika aristoteles beserta modifikasi-modifikasi yang bertujuan menyempurnakan logika Aristoteles. Pada waktu itu orang masih berpendapat bahwa Aristoteles telah mengadakan eksplorasi secara tuntas seluruh masalah logika. Pada waktu itu yang dikerjakan orang hanyalah sekedar membuat perbaikan-perbaikan, atau penghapusan yang tidak perlu, atau membuat rumusan-rumusan untuk memperjelas konsep-konsep logika dari Aristoteles. Menurut Emmanuel khant perbaikan dan penjelasan tersebut lebih banyak menunjukkan usaha agar logika aristoteles menjadi lebih tampan (elegant), bukan agar tampil lebih kokoh (solid). Selanjutnya logika aristoteles dan pernaikannya, penulis sebut sebagai logika tradisional.

3. Logika Matematika Aksiomatik Pemikiran tradisional kuno lainnya dapat kita jumpai pula pada Euclides dan Archimedes. Tesis yang diteriam adalah bahwa struktur ilmu yang lengkap semestinya tampil dalam pernyataan dalam system deduktif. Euclides dan Archimedes mengorganisasikan kebenaran theoreen mengikuti kebenaran asumtif aksiomanya. Mereka membuktikan bahwa aksioma dan definisi sudut dan segitiga, merupakan konsekwensi dari jumlah sudut dari suatu segitiga sama besar dengan jumlah dua sudut siku-siku.

4. Logika Matematik Probabilistik Logika matematik juga sering disebut logika simbolik. Perintis logika matematik ini antara lain adalah de Morgan, Boole dan Leibniz. Libsniz menunjukkan kalkulus universal; de Morga mengurun pada teori relasi ; sedangkan Boole membuktikan bahwa matematika juga aplikatif untuk study tentang relasi antar jenis dan antar proposisi. Logika matematika mencakup telaah deduktif dan telaah induktif.

5. Logika Linguistik Disebut logika linguistic karena proposisi-proposisi yang digunakan untuk membuat inferensi didasarkan pada struktur tata bahasa. Libniz selain menjadi perintis logika matematik sekaligus menjadi perintis logika bahasa. Analisisnya di dasarkan pada fungsi kata-kata yang digunakan, dan teaah dari sudut tata bahasanya. Sehingga telaah ini disebut telaah strukturalis atau analisis sintaktikal.

6. Logika Kualitatif Logika kualitatif dalam makalah ini, penulis pilahkan menjadi dua yaitu ; logika kualitatif grounded, yang diberangkatkan dari phenomenology Husserl dengan menggunakan definisi tipe E ; dan kedua logika kualitatif deduktif yang diberangkatkan dari realisme Popper, yang juga menggunakan definisi tipe E

7. Logika Paradigmatif Rasanya aneh menampilkan term logika paradigmatik. Maksudnya sama dengan upaya penulis memaparkan term logika kualitatif grounded, yaitu untuk menampilkan alternative komparatif guna membuat inferensi logic. Dalam telaah substantive mengenai kebenaran structural paradigmatic telah penulis kemukakan pendapat Lichtenberg bahwa dia temukan adanya struktur paradigmatic yang sekaligus menjangkau banyak domain disiplin ilmu. Karena itu mengembangkan model logika guna membuat inferensi atas struktur paradigmatic yang menjangkau banyak domain disiplin ilmu.

8. Inferensi fungsional operasional. Bertolak dari perlunya berpadu antara idea dengan value dalam aksi, maka inferensi logic yang hendak dicapai oleh pemikiran pragmatic adalah inferensi pragmatic : yaitu berpadunya idea dan value dalam aksi, maka inferensi logic yang hendak dicapai oleh pemikiran pragmatic adalah inferensi pragmatic ; yaitu berpadunya idea dan value menjadi aksi pada satu sisi sesuai dengan fungsinya, efektif operasinya, dan pada sisi lain ; conform bentuknya dan koheren dari sisi valuenya. 5. TELAAH KONSTRUKSI TEORI Adalah sekumpulan proporsi yang saling berkaitan secar logis untuk memberikan pengertian mengenai sejumlah fenomena.Teori mempunyai peranan penting antara lain: Berfungsi sebagai pedoman, bagan sistemanisasi, atau system acuan.

Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan. Menunjukkan atau menyarankan kea rah-arah penyelidikan lebih lanjut.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Substansi filsafat ilmu terbagi menjadi lima bagian.

Fakta merupakan sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Kebenaran merupakan persesuaian antara pengetahuan dan obyek.

Konfirmasi merupakan menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Logika inferensi merupakan berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh simpulan.

Konstruksi teori merupakan sekumpulan proporsi yang saling berkaitan secar logis untuk memberikan pengertian mengenai sejumlah fenomena. Dalam kehidupan kelima-limanya saling berkaitan dan berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

Faby, Larsa Pranenza Rahila http://www.informatika.org/~rinaldi/Matdis/20072008/Makalah/MakalahIF2153-0708-001.pdf Luthfi, Muchtar. http://jurnalislam.net/id

Anda mungkin juga menyukai