Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan peluang menyelamatkan kualitas generasi bangsa.

Remaja, adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun (WHO). Mereka ada yang berada di dalam sekolah (berbasis sekolah) dan di dalam kelompok masyarakat (berbasis masyarakat) (DepKes, 2011). Pandangan dalam Pelayanan Kesehatan Remaja yang mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease), kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) (Depkes, 2011). Kesehatan reproduksi remaja yang telah dilakukan, menunjukkan tingkat permisivitas remaja di Indonesia cukup memprihatinkan. Faturochman (1992) merujuk beberapa penelitian yang hasilnya dianggap mengejutkan, menunjukkan bahwa remaja di beberapa daerah penelitian yang

bersangkutan telah melakukan hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan mengkaji masalah remaja yang berkaitan dengan kesehatan dan perilaku reproduksinya, serta upaya mengatasinya dengan rintisan program

pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah. (Depkes, 2011). Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75% (Zubier, 2002), sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%, dan untuk wanita Indonesia yang mengalami keputihan berjumlah 75% (Octaviyanti, 2006). Sedangkan untuk kenker leher rahim berjumlah penderita di negara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per tahun dan untuk penderita kanker leher rahim di Indonesia di perkirakan 90-100 per 100.000 penduduk (Nasdaldy, 2006). Kasus kanker leher rahim 90% di tandai dengan keputihan (Octaviyanti, 2006). Masih banyak wanita di negara berkembang, termasuk Indonesia kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker leher rahim yang sering ditandai dengan keputihan. Ini disebabkan karena tingkat ekonomi rendah

dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang kesehatan reproduksi (Meutia, 2008). Data di atas menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi tentang personal hygiene. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Melihat hal itu personal hygiene diartikan sebagai hygiene perseorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk mencapai kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut, kuku, gigi, gusi dan membersihkan daerah genital. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kesehatan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena mengganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut kurang diperhatikan dapat mempengaruhi kesehatan secara umum terutama pada wanita usia subur (Agus, 2009). Perawatan organ-organ reproduksi sangat penting. Jika tidak dirawat dengan benar, maka dapat menyebabkan berbagai macam akibat yang dapat merugikan, misalnya infeksi. Cara pemeliharaan dan perawatan dapat dilakukan menurut tuntunan agama, budaya, maupun medis. Cara pemeliharaan dan

perawatan alat-alat reproduksi ini ada yang khusus sesuai jenis kelamin, tetapi ada juga bersifat umum. Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Hal itu menyebabkan kebersihan alat kelamin harus dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Pada dubur dan anus selalu ditemukan berbagai macam bakteri, jamur, dan parasit, seperti cacing kremi dan telurnya yang bisa menjalar ke sekitar organ kelamin. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi gejala keputihan seperti vaginitis. Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina dan gejala cairan encer, berwarna kuning kehijuan, berbau busuk dan gatal (Kusmiran, 2011).

Perilaku higienis merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam. Hal ini karena berdasarkan kajian teoritis yang ada, salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi. Jika remaja putri melakukan perilaku higienis pada saat menstruasi maka akan terhindar dari kanker rahim, merasa nyaman beraktivitas sehari-hari, percaya diri, bersemangat dan tidak malas-malasan lagi, tidak dijauhi temanteman karena bau badan amis dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat karena sudah memahami kebenarannya ( Rahmatika, 2010). Perilaku higienis tidak dilakukan maka remaja putri kurang peduli akan kebersihan alat reproduksinya, tidak menjaga penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi, dapat terkena kanker rahim, keputihan, mengurangi aktivitas saat menstruasi karena malas, kurang percaya diri, percaya akan mitos-mitos seputar menstruasi yang beredar di masyarakat, dijauhi teman-teman karena bau badan amis (Rahmatika, 2010). Salah satu yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4 sampai 5 kali sehari atau setiap 4 jam sekali, apalagi jika sedang banyak-banyaknya. Setelah mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan dengan tisu atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian celana dalam hendaknya bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat (Rahmatika, 2010) Remaja wanita memiliki risiko terkena kanker serviks akibat penularan Human Papilloma Virus (HPV). Tiga dari empat kasus infeksi baru HPV terjadi pada wanita usia 15 hingga 25 tahun. Jumlah penderita kanker serviks yang meninggal di dunia sebanyak

600 orang per hari. Diprediksikan akan terjadi peningkatan kematian mencapai 25% hingga 10 tahun ke depan. Pada tahun 2005 terdapat lebih dari 500.000 kasus baru kanker serviks dengan lebih dari 90% terdapat di negara berkembang. Jika diabaikan, kanker serviks yang invasif hampir selalu berkibat fatal. Di Indonesia, 20 perempuan meninggal tiap hari karena kanker ini. (Depkes, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Sekolah Menengah Atas BOPKRI 1 Yogyakarta yang merupakan salah satu sekolah yang terdapat di

wilayah Yogyakarta, dengan jumlah siswi kelas X dan XI adalah 140 siswi. Dalam studi pendahuluan, penulis mengajukan pertanyaan pada 10 siswi mengenai personal hygiene. Hasil studi pendahuluan, 8 dari 10 siswi ternyata tidak tahu tentang personal hygiene. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan dengan siswi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tentang personal hygiene.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian adalah Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Siswi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswi kelas X dan XI di BOPRI tentang personal hygiene 2. Tujuan khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri kelas X dan XI tentang personal hygiene saat menstruasi di SMA BOPKRI Banguntapan Bantul.

Anda mungkin juga menyukai