4 Kelahiran prematur adalah penyebab terbesar terjadinya kematian pada neonatus. Sekitar 27 persen dari 4 juta kematian neonatus setiap tahunnya terjadi pada kelahiran prematur yang kebanyakan disebabkan oleh penyakit infeksi. Pada negaranegara maju, dimana tetanus, infeksi neonatus atau kematian neonatus intrapartum jarang terjadi, kelahiran prematur merupakan penyebab terbanyak terjadinya kematian pada neonatus. Sedangkan pada negara-negara berkembang, angka pada bayi prematur umumnya 6 kali lebih banyak dibandingkan pada negara maju. Angka kematian spesifik neonatal akibat kelainan prematur pada negara-negara Eropa adalah 1,5 per 1000 kelahiran bayi, sedangkan di negara-negara Afrika angka ini mencapai 10 per 1000 kelahiran bayi. Hal ini menunjukkan telah terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan perawatan dasar. Setiap tahunnya terdapat 60 juta bayi yang lahir tanpa bantuan dari fasilitas kesehatan dan kebanyakan dari mereka berada di negaranegara dengan tingkat pendapatan yang rendah. Kebanyakan studi yang telah dipublikasikan baru-baru ini menunjukkan bahwa kurangnya tekhnologi, sumber daya yang terbatas dan tidak terdapatnya pelayanan neonatal yang memadai merupakan faktor penyebab terjadinya peningkatan angka kematian neonatal pada negara-negara berkembang.11
Bayi prematur memiliki berbagai macam hambatan dalam perkembangannya. Bayi prematur umumnya menunjukkan kemampuan kognitif dan motorik yang rendah. Hal ini akan berdampak pada perkembangannya saat memasuki usia anakanak. Hambatan perkembangan ini tentunya akan berdampak pada timbulnya gangguan perkembangan fisik dan emosional pada bayi prematur. Perkembangan emosional seperti gangguan pemusatan perhatian dan kesadaran sebenarnya telah dapat dideteksi sejak lahir. Bayi yang lahir prematur umumnya menimbulkan kesulitan bagi ibunya untuk menciptakan interaksi ibu dan bayi yang baik. Ibu dengan bayi prematur tidak dapat memahami dengan baik pesan-pesan yang dikirimkan oleh bayinya yang mengakibatkan penurunan interaksi baik melalui sentuhan, suara maupun perhatian yang diberikan ibu kepada bayinya tersebut. Selain itu, lingkungan rumah yang kurang kondusif tidak mendukung perkembangan fisik maupun emosional pada bayi prematur. Hambatan pada perkembangan fisik dan emosional ini juga berdampak pada timbulnya kejadian depresi pada ibu yang memiliki bayi premature.6
BAB II PREMATURITAS Definisi Bayi normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. 17 Sedangkan, prematuritas murni adalah bayi baru lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (WHO, 2003). Epidemiologi Angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di negara dengan sosio-ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR terjadi di negara berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan lahir diatas 2500 gram.3 Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami dismaturitas, dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi BBLR tergolong dismaturitas.3 Di negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di negara yang sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia, kejadian bayi prematur
belum dapat dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit yang sama adalah 70% dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR.8,23 Klasifikasi Berdasarkan berat lahirnya, prematuritas murni dibagi menjadi sebagai berikut.4:
Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir antara 1000-1500 gram.
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu berat lahir < 1000 gram. Berdasarkan usia kehamilannya, bayi prematur dibedakan menjadi (Euser
et.al, 2008): 1. Prematuritas ringan (mild preterm): bayi prematur dengan usia gestasi 34-37 minggu 2. Prematuritas sedang (moderate/very preterm): bayi prematur dengan usia gestasi 28-36 minggu 3. Prematuritas berat (extremely preterm): bayi prematur dengan usia gestasi kurang dari 28 minggu Etiologi A. Prematuritas Murni 1. Faktor Ibu
4
a.
Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bakterial vaginosis, chorioamnionitis, atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas. b. Usia Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.2,7 c. Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. 2. Faktor Janin
Hidramnion gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan mengakibatkan lahirnya bayi dengan BBLR. a. Dismaturitas Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medic yang mengganggu sirkulasi dan insufisiensi
5
plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu.2, 23 Patogenesis Bayi lahir prematur yang berat badan lahirnya sesuai dengan umur pretermnya, biasanya dihubungkan dengan keadaan medik, dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin (incompetent cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta, atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan.23 Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medic yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan
perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen. Sehingga, masalahnya bukan pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang terus-menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan intra uterin berpotensi merugikan.23, 3 Karakteristik Karakteristik bayi prematur antara lain. 10, 21: 1) Berat badan 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 33cm dan lingkar dada 30 cm 2) Masa gestasi 37 minggu 3) Kulit tipis dan transparan
6
4) Kepala lebih besar dari badan 5) 6) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan Lemak subkutan kurang
7) Ubun ubun dan sutura lebar 8) Rambut tipis dan halus 9) Tulang rawan dan daun telinga immatur 10) Puting susu belum terbentuk dengan baik 11) Genitalia belum sempurna, labia minor belum menutupi labia mayora (pada perempuan) dan testis belum turun (pada laki-laki) 12) Bayi masih posisi fetal 13) Pergerakan kurang dan lemah 14) Otot masih hipotonik 15) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu 16) Tonus otot leher lemah 17) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna
Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Bayi Prematur Perkembangan fisik pada bayi prematur umumnya mengalami hambatan dibandingkan dengan bayi normal. hambatan perkembangan fisik. kemampuan bicara
22 4 13, 1
, penglihatan, kognitif
7
motorik.
20
erat dengan ukuran kepala bayi prematur yang lebih kecil yang mengindikasikan imaturitas dari pertumbuhan sel saraf di otak. Parameter yang digunakan pada minggu pertama kehidupan untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan fisik biasanya berupa berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Kegagalan pertumbuhan pasca lahir pada bayi prematur didefinisikan sebagai berat badan di bawah persentil ke-10 pada usia 36 minggu koreksi gestasional atau penurunan nilai z-score lebih dari 2 antara saat lahir dan saat usia 36 minggu koreksi gestasional. 4 Pada minggu-minggu pertama kehidupan ekstrauterin, bayi sangat prematur menunjukan defisit protein dan energi sehingga dibutuhkan asupan tambahan protein dan kalori pada tahap ini. Namun ternyata meskipun dengan asupan tambahan ini, rata-rata pertumbuhan fisik bayi sangat prematur menunjukan kurva pertumbuhan yang menyimpang. Pola pertumbuhan yang khas adalah adanya penurunan berat badan pada awal p asca lahir (bobot terendah dicapai pada hari ke-4 sampai ke-7 pasca lahir). Berat badan lahir biasanya kembali meningkat pada hari ke-8 sampai hari ke-24 kehidupan. Bayi prematur biasanya lebih kurus dan lebih pendek pada usia 40 minggu dihitung dari hari menstruasi terakhir dibandingkan bayi cukup bulan. Bayi prematur memiliki gangguan distribusi lemak dengan berkurangnya lemak subkutan dan peningkatan jaringan lemak intraabdominal. 4
Pada saat memasuki usia anak-anak, anak-anak yang lahir prematur mengalami catch-up growth (tumbuh kejar pertumbuhan) walaupun tumbuh kejar pertumbuhan yang terjadi cenderung lebih lambat. Berdasarkan systematic review yang dilakukan oleh Euser et.al pada tahun 2008 terhadap berbagai penelitian sebelumnya, hanya 1 penelitian yang melaporkan adanya catch up pertumbuhan yang sempurna pada bayi prematur dengan indikator tinggi badan pada usia 7 tahun. Sedangkan penelitian lainnya menunjukan anak-anak yang lahir prematur cenderung lebih kurus, lebih pendek dan memiliki lingkar kepala yang lebih kecil dibandingkan anak-anak yang lahir normal seusianya. 4 Pada saat memasuki usia dewasa, faktor pubertas memegang peranan penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan fisik bayi prematur. Euser et.al yang melakukan systematic review terhadap penelitian sebelumnya di tahun 2008 menemukan bahwa waktu terjadinya pubertas antara dewasa dengan riwayat kelahiran prematur tidak berbeda dibandingkan dengan dewasa dengan riwayat kelahiran normal. Namun, berdasarkan tinggi badan yang dibandingkan dengan dewasa normal seusianya, dewasa yang lahir prematur biasanya lebih pendek. 4
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Bayi Prematur Asupan kalori merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi prematur pada minggu-minggu pertama kehidupan. Sedangkan pada saat memasuki usia dewasa, pubertas menjadi faktor yang penting untuk meningkatkan laju pertumbuhan. Usia gestasional, pemberian
9
dexamethasone pasca lahir, lamanya durasi pemberian alat bantu nafas, gangguan sirkulasi dan pernafasan, derajat kesakitan, infeksi, dan jenis kelamin laki-laki terbukti memiliki hubungan negatif sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik bayi premature. 4
Catch-Up Growth (Tumbuh Kejar Pertumbuhan) Catch-up growth (tumbuh kejar pertumbuhan) pada bayi prematur didefinisikan sebagai pencapaian nilai standar deviasi (standard deviation/SD score) 1 > - 2 pada referensi populasi. Catch up ini dimulai pada usia 1 bulan sampai 2 tahun. Namun catch-up growth ini mengalami perlambatan pada saat anak-anak dan dewasa. Catch-up ini dilihat dari berat badan, tinggi badan dan ukuran lingkar kepala. Biasanya pertama kali terlihat pada lingkar kepala bayi, diikuti dengan berat dan panjang badan. Pada saat remaja, anak-anak yang lahir prematur lebih kecil dibandingkan anak yang tidak lahir prematur. Menarche (menstruasi pertama kali) juga terjadi lebih lambat pada anak yang lahir prematur. 4 Permasalahan Fisik Bayi Prematur Terdapat beberapa masalah yang terjadi pada bayi prematur antara lain: 14 1. Ketidakstabilan suhu Bayi prematur memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat terjadinya peningkatan kehilangan panas, berkurangnya lemak
10
subkutan (brown fat), rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan besar, dan produksi panas yang tidak memadai. 2. Kesulitan bernafas Hal ini terjadi karena adanya defisiensi surfaktan paru yang dapat berujung pada sindrom gawat nafas (Respiratory distress syndrome/RDS), risiko aspirasi akibat refleks menelan dan refleks batuk yang buruk, pengisapan dan menelan yang tidak terkoordinasi, toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah. 3. Masalah gastrointestinal dan nutrisi Masalah yang timbul berupa refleks isap dan menelan yang buruk, motilitas usus yang menurun, pengosongan lambung yang lambat, absorbsi vitamin larut lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh. 4. Imaturitas hati Keadaan ini mengakibatkan gangguan konjugasi, eksresi bilirubin dan defisiensi vitamin K. 5. Imaturitas ginjal Imaturitas ginjal menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk eksresi cairan dalam jumlah besar, akumulasi asam anorganik yang dapat menyebabkan asidosis metabolik, dan ketidakseimbangan elektrolit. 6. Imaturitas imunologis
11
Keadaan ini terjadi akibat dari tidak terjadinya transfer antibodi maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan, fagositosis yang terganggu dan penurunan berbagai faktor komplemen. 7. Imaturitas neurologis Keadaan ini terlihat dari refleks isap dan menelan yang buruk, kemampuan kognitif dan motorik yang menurun, serta timbulnya kejang. 8. Masalah metabolisme Keadaan hipoglikemia terjadi karena peningkatan pemakaian glukosa sebagai kompensasi untuk menstabilkan suhu. 9. Masalah kardiovaskuler Duktus arteriosus paten (Patent Ductus Arteriosu /PDA) merupakan hal yang umum ditemui. 10. Hiperviskositas akibat polisitemia Keadaan hipoksia yang terjadi menyebabkan terjadinya peningkatan eritropoetin yang menyebabkan terjadinya hiperviskositas (kekentalan) pada darah. Perkembangan Emosional Bayi Prematur Bayi prematur umumnya mengalami defisit neurologis yang terjadi akibat imaturitas neurologis dan berkolerasi dengan umur kehamilan. Pada umumnya semakin hebat tingkat prematuritas dan semakin rendahnya berat badan lahir bayi, semakin besar pula kemungkinan timbulnya defisit neurologis. Sebanyak 50 % bayi dengan berat badan 500-750 gr mempunyai cacat perkembangan saraf
12
yang berarti seperti timbulnya kebutaan, ketulian, retardasi mental. Kecilnya lingkaran kepala bayi pada saat lahir dapat serupa atau terkait dengan prognosis perilaku (neurobehavioural) dan perkembangan saraf (neurodevelopmental) yang jelek. Kerusakan saraf ini berhubungan dengan timbulnya gangguan belajar dan kesulitan melakukan interaksi sosial. 12 Perkembangan emosional bayi normal tergantung pada sederetan pertukaran respons penuh kasih sayang antara ibu dan bayi yang baru dilahirkannya, bersatu secara psikologis dan fisiologis. Ikatan ini dipermudah dan diperkuat dengan dukungan emosional dari ayah dan keluarganya. Kontak awal antara ibu dan bayinya harus sudah terjadi di kamar bersalin dan kesempatan untuk memperluas kontak intim harus diberikan dalam jam-jam pertama sesudah lahir. Ikatan antara ibu dan bayi yang tertunda atau abnormal yang terjadi karena prematuritas, keadaan sakit ibu atau bayi dapat menyebabkan gangguan perkembangan emosional bayi dan berkurangnya kemampuan ibu dalam mengurus bayinya secara mandiri. Oleh karena itu, interaksi antara ibu dan bayi harus tetap dilakukan secara rutin meskipun bayi masih dalam masa perawatan di rumah sakit. Tenaga kesehatan sebaiknya menyediakan waktu yang rutin bagi ibu untuk berinteraksi dengan bayinya tersebut. 18 Pada bayi prematur umumnya terjadi penurunan volume otak dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan berdasarkan hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging). Volume otak yang kecil ini berpengaruh terhadap fungsi kognitif yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
13
24
untuk memberikan stimulasi kepada bayi yang lebih banyak ketika berada di ruang perawatan karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak bayi yang lebih baik. Petugas kesehatan harus memperhatikan waktu stimulasi yang didapat bayi, jumlah stimulasi yang diterima atau ditolak, tipe stimulasi dan respon bayi terhadap stimulasi yang didapat. 9 Maurasi perkembangan emosional erat kaitannya dengan maturasi perilaku (neurobehavioural) dan perkembangan saraf (neurodevelopmental) yang baik. Bayi prematur menunjukan perkembangan saraf dan perilaku yang buruk. Hal ini dapat diobservasi dimulai ketika bayi memasuki usia 28 minggu gestasi. Salah satu yang menggambarkan maturasi perkembangan emosional pada bayi prematur adalah status regulasi bangun-tidur yang menunjukan respons bayi terhadap stimulus lingkungan.
16
diobservasi ketika bayi berusia 28 minggu usia gestasi melalui EEG. 7 Tipe tidur pada bayi dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe I yaitu NREM (Non-Rapid Eye Movement) atau disebut juga slow wave sleep dan tipe II yaitu REM (Rapid Eye Movement) atau disebut juga paradoxical sleep. Tipe I disebut juga tidur pasif sedangkan tipe II disebut tidur aktif. Tipe tidur ini didasarkan pada gambaran EEG. 7 Bayi yang sangat prematur menghabiskan waktu 70 % atau lebih waktunya untuk tidur. Pada bayi prematur terlihat penurunan jumlah tidur aktif dengan peningkatan tidur pasif, periode bangun dan menangis. Respon terhadap suara dan sentuhan yang lebih besar selama periode tidur aktif (REM) menyebabkan
14
periode yang lebih panjang pada fase tidur mudah terganggu. Maturasi otak yang terkait dengan perkembangan emosional ini terus berlanjut selama tahun pertama kehidupan. 7 Penelitian jangka panjang menunjukkan dampak imaturitas saraf pada bayi prematur menimbulkan masalah seperti gangguan jiwa, gangguan interaksi sosial, gangguan perkembangan emosional dan gangguan kognitif saat memasuki usia anak-anak bahkan dewasa. tabel dibawah ini (tabel 2.1). Tabel 2.1. Dampak jangka panjang imaturitas saraf pada bayi prematur Usia anak-anak Kecemasan, perilaku yang mengganggu. Timbulnya ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) Kurangnya kemampuan adaptasi dengan lingkungan sekitar. Nilai tes IQ yang lebih rendah dan timbulnya gangguan belajar Usia dewasa Depresi, kecemasan, perilaku yang mengganggu. Penarikan diri dari kelompok sosial Cenderung lebih emosional, kurang percaya diri, pemalu. Gangguan dalam pekerjaan.
24
Gangguan kejiwaan
Gangguan interaksi sosial Gangguan perkembangan emosional dan sosial Gangguan kognitif
Penatalaksanaan Bayi Prematur Pada wanita yang diidentifikasi beresiko mengalami kelahiran preterm sebaiknya perlu dilakukan penilaian tentang:11
15
a. Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis daripada berat janin b. Demam atau tidak c. Kondisi janin (jumlahnya, letak/presentasi, taksiran berat janin,
hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital, dan sebagainya) dengan USG. d. Letak plasenta perlu diketahui untuk antisipasi seksio sesarea e. Fasilitas dan petugas yang mampu menangani calon bayi terutama adanya neonatologis, bila perlu dirujuk. Obat-obat yang digunakan dalam penatalaksanaan persalinan preterm adalah:11
memperlama kehamilan meliputi; B agonis, ritodrine, kalsium kanal bloker contohnya nifedipine, antagonis oksitoksin, obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), contoh indometasi atau inhibitor kerja otot uterus (progesterone). Pada keadaan dimana terjadi dilatasi serviks <4cm, sebaiknya persalinan dimulai setelah 24-48 jam memberikan waktu untuk pemberian steroid pada ibu atau ibu dibawa ke ruang intensif neonates. Kontraindukasi tokolitik
16
1. Penyakit tiroid 2. Penyakit jantung 3. Hipertensi berat (>160/110 mmHg) 4. Penyakit sel sabit 5. Korioamnionitis 6. Kematian intrauterine Efek samping - Takikardi dihentikan jika heart rate melebihi 120x/min Hiperglikemia: B agonist diabetogenic seperti steroid. Karena steroid selalu diberikan pada waktu yang
bersamaan dengan tokolitik, glukosa darah ibu harus diperiksa setiap 2 jam dan pemberian insulin jika gula darah ibu melebihi 9mmol/l. Edema pulmoner: hal ini disebabkan oleh cairan yang berlebihan dan takikardi dapat dihindari dengan pemberian tokolotik melalui syringe pump untuk menurunkan volume koloid yang diberikan. Kortikosteroid 1. Betamethasone 12mg IM tiap 24 jam selama 48 jam. 2. Dexamethasone 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam. Antibiotika
17
Pemberian antibiotic bermanfaat untuk mencegah infeksi oada kaskus ketuban pecah dini. Terapi pilihan utama adalah penisilin dan ampisilin. Kombinasi ampisilin (2g IV q 6 selama 48 jam) diikuti dengan amoksisilin (500 mg peroral 3 kali sehari selama 5 hari) atau eritomisin (250 mg IV tiao 6 jam selama 48 jam) dilanjutkan dengan eritomisin(333 mg oral 3 kali sehari selama 5 haru). Klindamisin daoat diberikan pada pasien yang alergi terhadao penisilin. Prinsip penatalaksanaan persalinan preterm yaitu menghentikan kontraksi uterus/melakukan penundaan persalinan jika persalinan berjalan tersu siapkan penanganan selanjutnya.11
Penundaan persalinan Obat-obat tokolitik hanya dapat menunda persalinan sementara sembari dilakukan pemberian kortikosteroid yang ditujukan untuk menginduksi maturitas paru pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu. Intervensi ini bertujuan untuk menunda kelahiran sampai bayi cukup bulan. Penundaan dilakukan bila: - Umur kehamilan <35 minggu - Pembukaan serviks kurang dari 3 cm - Tidak ada amnionitis, preeklamsia atau perdarahan yang aktif. - Tidak ada gawat janin.
18
- Ibu dirawat inap dan dilakukan evaluasi terhadap his dan pembukaan. Kemudian untuk mempercepat kematangan paru janin diberikan kortikosteroid dengan 2 dosis bertamethason 12 mg selang 12 jam atau berikan 4 deksamethason 5 mg selang 6 jam. Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas. Persalinan Berlanjut Bila tokolisis tidak berhasil, lakukan persalinan dengan optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus bila:11 - Umur kehamilan lebih dari 35 minggu Serviks membuka lebih dari 3 cm Perdarahan aktif Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang
1. Zat-zat tokolitik: zat-zat beta mimetic seperti ritrodin atau terbutalin sering menekan kontraksi uterus. Magnesium sulfat adalah suatu zat tokolitik alternative. Pemberiannya dalam dosis intravena 6-8 gram selama 15-60 menit. Diikuti dengan dosis titrasi 2 gram per jam sampai kontraksi uterus dihambat.
19
2. Glukokortikoid dapat mempercepat pematangan paru janin dan menurunkan insiden RDS (Respiratory Distress Syndrome) pada bayi yang dilahirkan menjelang kehamilan minggu ke 34. Walaupun dosis optimal, lamanya terapi optimal, dan risiko jangka panjang masih dievaluasi, dosis intramuscular awalh adalah 12 mg deksametason atau betametason dan dapat diikuti dengan dosis kedua setelah 12 sampai 24 jam. Cara lainya adalah deksametason fosfat 5 mg setiap 12 jam dengan dosis total 20 mg. bila memungkinkan, persalinan diundurkan, sekurang-kurangnya 24 sampai 48 jam. 11 Penanganan bayi prematur dilakukan dengan mempertimbangkan usia kelahiran dan berat badan janin saat lahir. Semakin kecil bayi dan semakin prematur usianya, maka semakin besar perawatan yang diperlukan karena kemungkinan terjadinya serangan sianosis cukup besar. Semua perawatan bayi prematur dilakukan di dalam incubator.
15
diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi, bila dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram adalah 35C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500 gram adalah 34C, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi. Kelembaban yang tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan
20
pernafasan, suhu inkubator dapat diturunkan 1C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gram dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27C-29C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu pijar atau petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36,5C37,5C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator, alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Selain itu, perawatan yang dilakukan berupa pemberian nutrisi dan oksigenasi yang cukup, pemberian cairan dan pencegahan terjadinya infeksi pada bayi premature. 21
21