Anda di halaman 1dari 78

' `~- '

`''' ., '''
5
. L
/

A
!/
/3
/
5
3
J
!

.
A
/
A
A

i
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
ii
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Merajut Mimpi Menuai Harapan
Diterbitkan Oleh : PELKESI
Penulis : Tim Penyusun Kluster PKP PELKESI Wilayah III
Editor : Tim Seknas PELKESI
Desain Layout : Lucky Vaunda Laemane
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
menerjemahkan, mengutip, memfotocopi atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa ijin
tertulis dari PELKESI
Jakarta, 2012
iii
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN
BAB I : Contoh Kegiatan Kader Dampingan
PELKESI Wilayah III
A. Lansia di Semarang
B. Daur Ulang Sampah di Semarang
C. Pengolahan Kelapa
D. Pupuk Organik di Klampok
E. Penyiapan Makanan Tambahan di Posyandu
BAB II : Gambaran Aplikasi Program Kesehatan
Masyarakat Oleh Mitra Kerja PELKESI
A. Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai Daya Dukung
Peningkatan Kesehatan Masyarakat
B. Program Air Bersih
C. Paguyuban Lanjut Usia
DAFTAR PUSTAKA
iii
v
vii
1
1
5
9
12
15
19
19
33
46
67
iv
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
v
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
KATA PENGANTAR
PELKESI Wilayah III melalui kluster PKP-nya sudah sejak
beberapa periode program PELKESI, bersama-sama dengan unit-
unit kerja di beberapa daerah mengadakan program
pendampingan terhadap kader kesehatan di pedesaaan. Sampai
pada periode ini, dalam konteks program PELKESI, kader-kader
yang didampingi ini dapat dikatakan dengan istilah kader mandiri.
Adapun wilayah wilayah dampingan kader mandiri antara lain di
Kabupaten Banjarnegara, Semarang, Grobogan/Purwodadi,
Jombang/Mojowarno, Alor, Timor Tengah Selatan, Sumba Timur,
dan Kabupaten Sumba Barat.
Dalam perjalanan pendampingan program-program kader
tersebut telah banyak kegiatan dilakukan oleh para kader
dampingan. Sebagai contoh, yang menjadi fokus utama program
PELKESI adalah advokasi terhadap kebijakan-kebijakan daerah
yang terkait dalam bidang kesehatan, gerakan-gerakan antisipasi
terhadap gizi buruk pada balita, ibu hamil, penurunan angka
kematian pada balita dan ibu melahirkan, juga kegiatan-kegiatan
pengingkatan ekonomi kerakyatan dan kegiatan-kegiatan yang
lebih bersifat sosial di tengah masyarakat.
Walapun secara rutinitas peran PELKESI tidak begitu jauh
karena sifatnya PELKESI hanya menjadi katalisator dan
koordinator dalam berjejaring. Dalam hal ini, PELKESI lebih
mengefektifkan unit-unit kerjanya (unit-unit UPKM) yang lebih
banyak bergerak di pedesaan untuk aktif secara rutin. UPKM-
UPKM inilah yang selalu ada koordinasi dengan kader dan juga
dengan PELKESI baik di tingkat wilayah ataupun pusat. Berangkat
dari pemikiran tersebut di atas, banyak kegiatan-kegiatan yang
sebenarnya cukup menonjol yang dapat dibagikan dengan
komunitas atau jaringan kader yang lebih luas.
Oleh karenanya, sudah waktunya beberapa perwakilan kader
yang mempunyai kemampuan untuk menerangkan apa yang telah
dilakukan dalam bentuk tulisan sederhana, yang untuk
selanjutnya akan dikumpulkan dan dibuat menjadi satu buku
vi
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
yang semestinya. Hal ini dapat menjadi bahan bacaan atau sharing
kader melalui media. Dan ada satu pemikiran lain juga. Ada
contoh dari salah satu unit kerja yang memaparkan tentang
gambaran pendampingan terhadap kelompok kader sebagai
bentuk nyata tanggung jawab sosial sebuah lembaga terhadap
masyarakat.
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, kluster PKP
PELKESI Wilayah III (Bpk. Edy Purwanto) berupaya untuk
mengkoordinasikan dengan beberapa unti kerjanya, dalam hal
ini unit kerja RS, melalui bagian/ seksi/ bidang usaha
pengembangan kesehatan masayarakat (UPKM) dari beberapa
daerah. Selanjutnya dibentuklah tim penyusun buku ini,
sekaligus sebagai pengumpul materi-materi dari kader
dampingan kerjanya.
Adapun tim penyusun buku berjudul Merajut Mimpi Menuai
Harapan ini adalah sebagai berikut :
1. Drs. Kriswondo Yudo Marsono - UPKM RS Emanuel Klampok
Banjarnegara.
2. Drs. Danu Ismoyo - UPKM RS Panti Wilaso Cipto Semarang.
3. Bambang Irianto - UPKM RS Panti Rahayu. Purwodadi.
4. Asmari Yoga, SE - UPKM RSK Mojowarno.
5. Edy Purwanto, S.Sos, Msi - Kluster PKP Pelkesi III.
Demikian pengantar dari kami. Ucapan terimakasih pada
semua pihak yang terlibat dan memberikan dukungan
terealisasinya penerbitan buku sederhana ini. Semoga akan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap
pengembangan kesehatan masyarakat, baik dalam tataran
lingkungan mikro ataupun makro dalam rangka upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Tim Penyusun
Bandungan, Oktober 2011
vii
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
SAMBUTAN
Buku Merajut Mimpi Menuai Harapan, merupakan sharing
pengalaman kader dan contoh gambaran unit kerja PELKESI
Wilayah III melalui bidang usaha pengembangan kesehatan
masyarakat (UPKM). Buku ini dapat dijadikan contoh ataupun
acuan lembaga-lembaga ataupun PELKESI Wilayah lain yang
mempunyai kegiatan pendampingan terhadap masyarakat,
khususnya yang bergerak dalam bidang pembangunan
kesehatan masyarakat yang lebih memfokuskan dan mempunyai
filosofi pemberdayaan masyarakat yang lebih mengarah pada
kemandirian.
Ucapan terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah
menjadikan buku ini dapat terealisasi terutama kepada kader-
kader kesehatan dampingan unit kerja PELKESI Wilayah III dan
juga para koordinator-koordinator kader serta staf pendamping
dari unit kerja PELKESI Wilayah III serta pihak-pihak lain yang
tidak dapat kami sebut. Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk
kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang pembangunan
kesehatan.
dr. Regowo, M.Kes.
Ketua PELKESI Wilayah III
viii
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
1
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Contoh Kegiatan Kader
Dampingan PELKESI Wilayah III
A. Lansia di Semarang
I
POSYANDU LANSIA MANDIRI
oleh Nurma Nurmanto
Kader Kesehatan Binaan RS. Panti Wilasa Dr. Cipto
Semarang - Jawa Tengah
Pengantar
Beberapa tahun yang lalu kelompok lansia tidak pernah
memperoleh perhatian sebagaimana mestinya, bahkan ada
yang menilai mereka merupakan suatu kelompok yang
merepotkan. Namun fenomena pada saat sekarang ini
sudah tidaklah demikian, tetapi justru kelompok lansia ini
mulai mendapatkan perhatian cukup baik (serius) dari
berbagai lembaga, baik pemerintah maupun swasta. Banyak
pihak menaruh minat untuk mengelola permasalahan
kelompok lansia yang ada di masyarakat. Kenapa dan ada
persoalan apa sebenarnya dalam kelompok lansia itu?
Berkat kemajuan teknologi bidang kedokteran dan
farmakologi (obat-obatan), menjadikan orang memiliki
harapan usia hidup lebih panjang. Tetapi bersamaan dengan
panjangnya harapan usia hidup, muncul permasalahan baru
(konsekuensi penyerta) yaitu ketidakmandirian para lansia
dalam menghadapi hari tuanya. Kebanyakan mereka
tergantung kepada keluarga dan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan ADL (Activity Daily Living)-nya, misalnya makan-
minum, berpakaian dan lain-lain. Belum lagi kalau sedang
terganggu kondisi kesehatannya. Jika tidak dipersiapkan
2
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
dengan baik dan benar dalam memasuki usia lanjut, maka
masa lansia adalah penderitaan hidup.
Hal demikian disebabkan karena bagi kebanyakan orang
menjadi tua (lanjut usia) ternyata selalu disertai dengan
berbagai penurunan fungsi. Secara fisik, misalnya : banyak
fungsi ragawi menurun dan melemah, seperti tenaga
berkurang, penglihatan dan pendengaran berkurang, kalau
sakit sering terjadi komplikasi, kesepian dan lain-lain. Secara
psikis ia sering merasa : cemas, takut sendiri dan takut mati.
Secara sosial ia merasa kehilangan harga diri, merasa
dibuang dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan
yang senantiasa mengiringinya. Pendek kata ketika
seseorang menjadi tua maka di usia tuanya itu pulalah telah
tersedia berbagai persoalan yang sedemikian kompleksnya.
Persoalan semacam itulah yang agaknya kini mulai
menyadarkan sekelompok orang berusia sedang (paruh
baya) menaruh kepedulian terhadap kompleknya persoalan
yang dihadapi para lansia. Sebab ia tahu bahwa dirinya kelak
akan menghadapi persoalan yang tidak berbeda. J ika
persoalan lansia dibiarkan begitu saja maka sudah bisa
dipastikan bahwa para lansia itu akan melewatkan saat
tuanya hingga saat-saat terakhirnya dengan penderitaan
hidup. Rasanya tidak seorangpun yang menginginkan kondisi
tersebut terjadi pada usia tuanya (lansia), sebaliknya ia pasti
berharap bisa melewatkan usia tuanya dengan keadaan yang
menyenangkan. Syukur pada saat-saat terakhirnya bisa
dilalui dengan sukses. Bagaimana mempersiapkan kelompok
lansia bisa menyambut detik-detik terakhirnya dengan
sukses (meninggal secara menggembirakan).
Dengan adanya Posyandu Lansia diharapkan kualitas
hidup lansia meningkat, sehingga masalah-masalah hidup
sebagian dapat diatasi, bahkan menjadi tua dan tetap
berguna.
Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) adalah salah satu
kegiatan masyarakat yang menghimpun para lanjut usia
3
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
(lansia) agar tetap sehat, baik jasmani maupun rohani
berguna dan berhasil guna.
1. Menghimpun para lansia dengan maksud agar para lansia
tidak dianggap barang bekas yang tidak ada gunanya.
2. Agar tetap sehat para lansia dibina, dibimbing dan
dipantau kesehatannya.
3. Untuk berperilaku sehat agar dapat mencapai harapan
hidup yang lebih panjang.
Memperhatikan permasalahan yang dihadapi lansia,
utamanya kesehatan, perlu diambil langkah upaya
pembinaan untuk mewujudkan hidup sehat. Untuk
mengatasi hal tersebut di atas, salah satu caranya adalah
dengan berswadaya untuk pemeliharaan kesehatannya
dengan cara bersama. Salah satunya adalah dengan
mengikuti kegiatan Posyandu Lansia.
Program Posyandu Lansia yang diselenggarakan oleh RS
Panti Wilasa Dr. Cipto di daerah mitra dimulai pada tahun
2000 dengan mengadakan pelatihan TOV (Training Of
Volunteer) di dua kelurahan yaitu Kelurahan Purwosari &
Kelurahan Plombokan, melibatkan 10 Rukun Warga (RW).
Sampai tahun 2011 ini, kegiatan Posyandu Lansia masih
berjalan dengan motornya para kader kesehatan didampingi
oleh Tim RS Panti Wilasa Dr. Cipto. Dari 10 Posyandu Lansia
yang dibina tersebut, hampir semuanya sudah mandiri,
dalam arti tidak menggantungkan dana dari pihak sponsor
tetapi dari swadaya.
Salah satu contoh Posyandu Lansia yang mandiri yaitu
Posyandu Lansia Widuri yang berlokasi di RW 3 Kelurahan
Purwosari, Kecamatan Semarang Utara. Kegiatan Posyandu
Lansia ini rutin dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali di Balai RW
3 Karang Branti. Saat ini lansia yang rutin mengikuti kegiatan
Posyandu Lansia setiap bulannya sebanyak 35 lansia dari total
65 lansia yang ada (adapun jumlah KK 260). Kegiatan ini
dilaksanakan sore hari.
4
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Foto 4 : Pencatatan tinggi
dan berat badan.
Foto 3 : Pemeriksaan detak nadi.
Foto 1 : Para lansia yang sedang
menunggu pemeriksaan.
Foto 2 : K ader Posyandu
L ansia sedang bersiap
mengadakan pemeriksaan.
Adapun kegiatannya adalah yaitu : pendaftaran, pengukuran
tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah dan
gula darah (urine), pencatatan di KMS Lansia (Indeks Masa
Tubuh=IMT atau BMI ) dan pengobatan ringan, penyuluhan
mengenai makanan bergizi, pemberiaan makanan bergizi serta
kesehatan lansia.
Pendanaan Posyandu Lansia
Selama ini untuk kegiatan Posyandu Lansia bekerjasama
dengan RS Panti Wilasa Dr. Cipto dengan masing-masing lansia
membayar untuk menebus obatnya yang besarnya Rp. 5.000 per-
lansia.
Adapun untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk
lansia, diambilkan dari iuran tiap-tiap RT besarnya Rp. 4.000 x 9
RT =Rp. 36.000/bulan.
5
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
B. Daur Ulang Sampah di Semarang
DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK
MENJ ADI ALTERNATIF PELUANG USAHA
oleh : Sri Ismiyati Surjadi, Amd
Kader Kesehatan Kelurahan Jomblang
Kecamatan Candisari, Semarang - Jawa Tengah
Pengantar
Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi
masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula
buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang
ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat sering
disebut limbah domestik atau sampah. Limbah tersebut
menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun
tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup
lainnya. Selain itu aktivitas industri yang kian meningkat
tidak terlepas dari isu lingkungan. Industri selain
menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila
limbah industri ini dibuang langsung ke lingkungan akan
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Berbicara tentang industri, kita tentu tidak asing dengan
industri kerajinan tangan, yang berasal dari bahan kulit,
plastik, kain, atau bahan alam seperti eceng gondok, rami,
dsb. Kalau berkaitan dengan pemanfaatan limbah, kita juga
biasa mendengar pemberitaan tentang kerajinan dari bahan
limbah plastik multi layer.
Kondisi Monografi Kelurahan Jomblang
Kelurahan Jomblang terletak di Kecamatan Candisari,
yang secara administratif terdiri dari 15 Rukun Warga (RW)
dan 120 Rukun Tetangga (RT). Dengan kondisi topografi yang
sebagian besar berbukit dan laur jalan menanjak,
menjadikan permasalahan pengelolaan sampah menjadi isu
utama di kelurahan ini.
6
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Kader-kader lingkungan yang tergabung dalam
perkumpulan Seruni kemudian disusul Kader Peduli
Lingkungan Anggrek dan Cempaka Putih akhirnya melahirkan
Paguyuban Kader Peduli Lingkungan tingkat kelurahan
dengan nama Alam Pesona Lestari (APL).
Tujuan :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pengelolaan lingkungan hidup secara
berkelanjutan.
2. Meningkatkan praktek hidup bersih dan sehat.
3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan
lokal dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah,
reboisasi, dan kebersihan lingkungan pemukiman.
Program Kegiatan :
1. Penyuluhan kepada masyarakat.
2. Pembuatan kompos Keranjang Takakura
3. Pembuatan barang kerajinan tangan dari plastik bekas
(daur ulang), kertas koran, botol air mineral, kain perca
dll.
4. Penanaman pohon pelindung di lokasi rawan longsor.
Latar Belakang Daur Ulang Sampah Plastik
Ibu-ibu adalah penghasil sampah rumah tangga
terbanyak, oleh karenanya kita wajib mewujudkan tanggung
jawab untuk merubah atau mengolah sampah itu menjadi
produk barang yang bermanfaat. Sampah organik diolah
menjadi pupuk kompos dan sampah anorganik diolah/didaur
ulang menjadi barang yang bermanfaat.
Cara Mendapatkan Limbah Plastik :
1. Pengumpulan langsung dari rumah tangga.
2. Dari rumah pilah kelompok kader lingkungan hidup.
3. Dari warung makan atau minum.
4. Kerjasama dengan pihak tertentu/pengusaha/pabrikan.
7
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Maksud dan Tujuan Daur Ulang Sampah Plastik :
1. Mengurangi beban proses pembuangan sampah.
2. Menjaga kebersihan lingkungan dalam rangka
pelestarian lingkungan hidup.
3. Merubah atau mengolah menjadi barang berguna.
4. Membuka lapangan kerja untuk menambah pendapatan.
5. Mendukung program penanggulangan dan pengentasan
kemiskinan.
6. Menggali dan mengembangkan potensi masyarakat.
Daur Ulang Sampah Plastik
Salah satu contoh memanfaatkan bekas bungkus plastik
berupa :
1. Bungkus kopi.
2. Bungkus minyak sayur/minyak goreng.
3. Bungkus Pop Mie.
4. Bungkus mie instan.
5. Dan lain-lain
Peralatan dan Bahan
Peralatan yang dipergunakan :
1. Gunting kertas.
2. Penggaris.
3. Jarum jahit.
4. Mesin jahit (kalau ada).
Bahan yang diperlukan :
1. Limbah kemasan plastik.
2. Kain pelapis.
3. Bisban.
4. Benang.
Produk yang Dihasilkan :
1. Tutup galon.
2. Tas santai.
3. Tas wanita.
8
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
4. Stop map.
5. Tas seminar.
6. Sandal.
7. Lunchbox.
8. Dan lain-lain tergantung kreasi.
Cara Mengolah Sampah Plastik Menjadi Kerajinan
Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi
kerajinan adalah dengan memisahkan sampah kering dan
sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus
minuman ringan (kopi, susu) dan mi instan dibersihkan.
Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan
kemudian dipotong-potong seperti pola barang kerajinan
yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang
yang akan dibuat.
Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah
selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut.
Yang diperlukan adalah ketelatenan dari penjahit.
Pemasaran :
1. Kerjasama dengan instansi pemerintah.
2. Sosialisasi kepada masyarakat melalui pelatihan, media
masa, pameran dll.
3. Kerjasama dengan pihak swasta dalam memasarkan
produk.
Perluasan Jaringan Kerjasama :
1. Menerima kunjungan LSM dari Jepang, India dan Jerman
dalam rangka memberi motivasi masyarakat.
2. Kerjasama dengan LSM Bintari (sejak 2002).
3. Kerjasama dengan PT. Ulam Tiba Halim (produsen
Marimas) sejak 2008.
4. Kerjasama dengan Pemkab/Kota : Kendal, Purworejo,
Brebes, Surakarta, Tegal, Kota Pekalongan, Kabupaten
Semarang.
9
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
5. Menerima kunjungan dan kerjasama dengan perguruan-
perguruan tinggi (UNNES, UNIKA, UNDIP).
C. Pengolahan Kelapa
VIRGIN COCONUT OIL (VCO)
OLEH H SAYIDI
Kader Dampingan UPKM RS Emanuel
Klampok, Banjarnegara - Jawa Tengah
VCO adalah obat herbal yang berasal dari kelapa non-
kimia yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
luar maupun dalam seperti luka bakar, luka baru maupun
lama, sakit gigi, sakit kepala juga hipertensi, berdasarkan
pengalaman saya.
Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
Alat yang Dibutuhkan :
a. Mesin pemarut kelapa.
b. Mesin pemeras santan.
c. Kompor.
d. Wajan besi.
e. Ember plastik dan toples plastik transparan.
f. Baskom besar/bokor.
Foto 5 : H asil daur ulang limbah
plastik.
10
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
g. Saringan kawat.
h. Saringan plastik.
i. Pengaduk/entong.
j. Selang plastik.
k. Carong.
l. Panci email.
Pilihlah kelapa-kelapa tua yang besar-besar sekitar 20
buah serta siapkan bibit VCO. Setelah semuanya tersedia,
kita sudah siap untuk membuatnya.
Cara Pembuatan :
Pertama-tama, kelapa dibelah, air kelapanya
dikumpulkan dengan ember plastik dan disaring, gunanya
untuk memeras ampas. Kemudian kelapa dikupas lalu dicuci
sampai bersih.
Setelah dicuci, kelapa diparut, dan setelah selesai
dicampur dengan air kelapa/air putih yang telah direbus
hingga mendidih lalu didinginkan (bisa juga menggunakan
campuran air kelapa dengan air biasa). Air biasa harus direbus
supaya steril dan bebas dari penyakit. Mengapa harus
dicampur? Karena kalau semua pakai air kelapa tidak
mungkin cukup, sebab perbandingan air kelapa adalah 2 butir
kelapa dengan 1 liter air. Jadi kalau 20 butir kelapa dibutuhkan
air sebanyak 10 liter. Setelah selesai diparut, campur dengan
air lalu remas-remas hingga keluar santan.
Setelah keluar santannya, saring dengan saringan kawat
yang ditempatkan di toples plastik yang transparan hingga
tak ada santan lagi.
Santan kemudian diberi bibit VCO dan diaduk-aduk
sampai rata (akan lebih baik kalau dikocok pakai mixer)
kurang lebih 5-10 menit. Tutup rapat lalu biarkan selama 8-
12 jam.
Setelah didiamkan selama 12 jam, larutan santan akan
terpisah menjadi 4 bagian, yaitu :
- bagian bawah yaitu air.
11
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
- bagian kedua, yaitu bungkil.
- bagian ketiga, yaitu VCO.
- bagian keempat, yaitu buih-buih.
Setelah terpisah seperti itu, maka tahap selanjutnya
adalah memisahkan bagian-bagian tersebut satu per satu.
- Pertama, buang airnya/bagian bawah dengan cara pakai
selang plastik, sedot hingga tersisa bagian kedua
sampai ke-empat.
- Kedua, ambil buih-buih dengan cara diambil pakai
entong. Hati-hati, jangan sampai membawa minyak
VCO-nya.
- Ketiga, ambil bit VCO-nya dengan cara diambil pakai
entong lalu ditaruh di toples transparan yang agak kecil
dan disaring pakai saringan plastik/kasa.
- Keempat, endapan dari VCO dan buih-buih dicampur
lalu dibiarkan lagi, supaya sisa VCO bisa terkumpul lagi
dan nantinya dapat untuk bibit lagi.
- Terakhir, VCO dibiarkan lagi selama semalam lalu
disaring lagi dengan saringan plastik. Bisa juga dikasih
tisu atau kapas guna mencegah air supaya tidak terbawa
ikut VCO. Lakukan 3 sampai 4 kali saring sampai
kandungan airnya seminimal mungkin. Setelah kadar
airnya benar-benar tinggal sedikit, masukkan ke dalam
botol yang sudah disterilkan sebelumnya.
Foto 6 : Virgin C oconut O il.
12
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
PENGOLAHAN SAMPAH
MENJ ADI PUPUK ORGANIK/KOMPOS
OLEH H SAYIDI
Kader Dampingan UPKM RS Emanuel Klampok,
Banjarnegara - Jawa Tengah
Sampah adalah sesuatu yang membuat lingkungan tidak
sedap, dan selain dapat menjadi sumber penyakit, juga
merusak lingkungan. Dan tak hanya itu, sampah-sampah
tersebut ada yang sulit diurai oleh alam. Melihat hal ini, FK3
Kecamatan Purwareja Klampok berinisiatif untuk mengolah
sampah agar bisa bermanfaat, tidak menjadi sumber
penyakit dan juga tidak merusak lingkungan.
Pertama-tama sampah dipisahkan antara sampah basah,
logam dan plastik.
1. Sampah basah, antara lain daun-daunan, sisa sayuran,
dan sisa makanan yang mudah membusuk.
2. Sampah logam, antara lain logam besi, kaca, dan lain-
lain yang sulit diurai.
3. Sampah plastik, antara lain bungkus makanan, bungkus
kopi, dan bungkus minyak goreng/sayur yang sulit diurai
namun sebenarnya bisa didaur ulang.
Pupuk organik dapat dibuat dengan dua cara :
1. Pupuk organik rumah tangga (skala kecil).
2. Pupuk organik dari sampah halaman rumah maupun
kebun (skala besar).
Pupuk organik mudah dibuat dan bahan-bahannya
banyak ditemukan di sekitar lingkungan kita sendiri dan
selain alami, bisa dibudidayakan sendiri. Daripada
berserakan, dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian
penyakit menular dan kerusakan lingkungan, dan dapat juga
mengurangi dampak pemanasan global.
D. Pupuk Organik di Klampok
13
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Sebelum membuat kompos, persiapkan dulu alat-alat
dan bahan untuk membuat kompos.
1. Alat-alat untuk media :
a. Untuk pupuk dari sampah rumah tangga, diperlukan
kompasar/ tempat untuk penimbunan sampah
menjadi kompos.
b. Untuk pupuk dari sampah halaman dan kebun,
diperlukan bak sampah yang berfungsi untuk tempat
pemisahanan sampah basah, logam dan plastik.
2. Pembuatan master biang kompos :
a. Kompasar dapat dibuat dari ember plastik yang ada
tutupnya dengan cara melubangi bagian ujung
bawah kurang lebih 10 x 15 cm. Lalu kurang lebih
26cm dari bawah, beri palang-palang dari paralon
yang berfungsi sebagai penyangga bahan kompos.
Lubangi tutupnya dan beri paralon yang tujuannya
untuk penguapan.
b. Pembuatan bak sampah bisa dari batu bata atau
bahan lainnya. Adapun untuk ukurannya dapat
disesuaikan kebutuhan.
c. Buat biang kompos dengan bahan-bahan sebagai
berikut :
1 kg katul
kg gula merah
liter jus pepaya/kates
4 kulit nanas
20 liter air
1 bungkus terasi
Ditambah ubi-ubian
d. Cara membuat biang kompos :
-Siram katul dengan air panas lalu tunggu hingga
dingin.
-Campurkan katul dengan kg gula meraj, 20 liter
air , dan liter jus pepaya (kates) dan 1 bungkus
terasi.
14
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
-Masukkan campuran katul tersebut ke dalam
dirigen dan tutup rapat. Simpan selama 15 hari tanpa
terkena sinar matahari.
2. Pembuatan kompos :
a) Kompos rumah tangga (skala kecil)
Pertama palang dari paralon dikasih daun/kertas sebagai
penyangga dengan bahan yang mudah membusuk, lalu
dikasih pupuk kandang, terus sampah dan sisa sayuran
dipotong-potong ditaruh di atas pupuk kandang, juga bisa
sisa-sisa makanan ikut dimasukkan lalu dikasih biang kompos
yang sudah dicampur air lalu ditutup, begitu seterusnya.
Setiap tambah sampah, kasih air yang sudah dikasih biang
kompos.
Setelah jadi kompos yang jatuh ke bawah itu telah jadi
pupuk dapat dikeluarkan lewat lubang yang paling bawah.
b) Kompos yang di halaman/kebun (skala besar)
Bahan-bahan :
- Batang pisang.
- Daun jati, daun klerecede/arak, daun wedusan/daun
bambu, daun kates.
- Biang kompos.
- Urin.
Cara pembuatan :
- Cacah-cacah atau potong-potong batang pisang.
Taruh di atasnya letong/kotoran hewan.
- Potong daun klerecede dan daun-daun lain lalu taruh
di atas batang pisang. Buat sedemikian rupa sehingga
menjadi berlapis-lapis setinggi 20 cm.
- Siram batang pisang tersebut dengan biang kompos
dan urin. Lakukan berulang-ulang.
15
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
PENYEDI AAN MAKANAN TAMBAHAN DI
POSYANDU
DAPAT MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA
Pada saat ini Rumah Sakit Kristen Mojowarno memiliki
Kader Kesehatan (Kader Posyandu Balita dan Kader Posyandu
Lansia) binaan sebanyak 56 orang yang tersebar di 16
Posyandu yaitu Posyandu Balita Dusun Sumobito, Posyandu
Lansia Dusun Sumobito Kecamatan Sumobito, Posyandu
Balita Dusun Balongbendo, Posyandu Lansia Dusun
Balongbendo Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung,
Posyandu Balita Dusun Gedangan, Posyandu Lansia Dusun
Gedangan Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung,
Posyandu Balita Dusun Tukum, Posyandu Lansia Dusun Tukum
Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam, Posyandu Balita
Dusun Kembangsore, Posyandu Lansia Dusun Kembangsore
Desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno, Posyandu Balita
Dusun Mojoroto, Posyandu Lansia Dusun Mojoroto Desa
Mojowangi Kecamatan Mojowarno, Posyandu Balita Dusun
Mojowangi, Posyandu Lansia Dusun Mojowangi Desa
Mojowangi Kecamatan Mojowarno, Posyandu Balita Dusun
Mojodukuh, dan Posyandu Lansia Dusun Mojodukuh Desa
Mojowangi Kecamatan Mojowarno.
Sebagian dari kader posyandu ini adalah istri perangkat
desa dan sebagian lagi hanya ibu rumah tangga yang
pekerjaannya mengurus anak dan menyiapkan keperluan
keluarga seperti memasak, mencuci dan membersihkan
rumah, tanpa tambahan penghasilan untuk mendukung
kebutuhan ekonomi keluarga.
E. Penyiapan Makanan Tambahan di Posyandu
Demikian sekilas tentang pembuatan pupuk organik/
kompos yang dapat digunakan untuk memupuk semua jenis
tanaman.
16
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Salah satu dari kader tersebut bernama Yulianti (usia 38
tahun) dari Dusun Mojoroto Desa Mojowangi Kecamatan
Mojowarno yang menjadi kader kesehatan binaan Rumah
Sakit Kristen Mojowarno sejak tahun 1990 dengan tugas
menyiapkan makanan bergizi sebagai makanan tambahan
untuk balita di Posyandu Balita Dusun Mojoroto setiap bulan.
Ia telah menikah dengan Yonatan Miftakun yang kala itu tidak
mempunyai pekerjaan tetap (hanya buruh tani) dan
dikaruniai tiga anak bernama Angga Kurniawan, Marcela
Giovani dan Debrina Pujiati, tiga-tiganya saat ini telah
menyelesaikan pendidikan SLTA.
Sejak muda Ibu Yulianti mempunyai ketrampilan
memasak khas J awa. Setelah menikah, kemampuan
memasak tersebut bisa membantu suami dalam mencukupi
kebutuhan keluarga dengan berjualan nasi kuning, bothok,
pepes, kue dan goreng-gorengan yang setiap pagi dijajakan
dengan bersepeda keliling kampung.
Pada tanggal 15 J uni 2009 berdiri suatu pusat
pengembangan anak yang bernama Permata Hati di
Mojowarno sebagai wujud kerjasama antara LSM dari
Amerika Compassion dengan Gereja Kristen Jawi Wetan
(GKJ W) Mojowarno. Kegiatan lembaga ini disamping
membantu kebutuhan pendidikan, juga kesehatan termasuk
pemberian makanan bergizi sebagai makanan tambahan bagi
para anak asuh yang saat ini sebanyak 175 orang pada setiap
hari Senin, Selasa dan Jumat.
Berkat kemampuan dan ketrampilan memasak serta
pengalaman dalam menyiapkan makanan bergizi sebagai
makanan tambahan di Posyandu Balita, mulai tanggal 15 Juni
2009 sampai sekarang Ibu Yulianti ditunjuk oleh Pusat
Pengembangan Anak Permata Hati untuk menyiapkan
makanan bergizi sebagai makanan tambahan bagi anak asuh
sebanyak 175 orang yang diberikan dalam acara pembinaan
rutin setiap hari Senin, Selasa dan Jumat sore.
Menu makanan yang disiapkan oleh Ibu Yulianti
bervariasi dengan tujuan agar anak-anak tidak bosan serta
17
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
untuk melengkapi gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak
selama masa pertumbuhan seperti hasil konsultasi dari ahli
gizi Rumah Sakit Kristen Mojowarno. Adapun paket menu
yang disiapkan pada hari Senin dan Selasa berupa makanan
sehat ringan seperti kolak pisang, bubur ketan hitam, susu
segar+kue, bubur kacang hijau, sop sehat, telor puyuh.
Masing-masing anak mendapat satu paket dengan nilai gizi
cukup, seharga Rp. 3.500. Dari penyajian makanan ini Ibu
Yulianti memperoleh keuntungan bersih Rp. 500 tiap paket.
Sedangkan pada hari Jumat menu yang disiapkan berupa
nasi dengan lauk bergizi tinggi, seperti nasi sayur asem
dengan lauk ayam goreng, nasi sayur urap-urap dengan lauk
ayam bakar, nasi soto ayam, nasi soto daging sapi, rawon
daging sapi. Setiap anak mendapat satu porsi dengan nilai
gizi tinggi, seharga Rp. 5.000. Dari penyajian makanan ini Ibu
Yulianti memperoleh keuntungan bersih Rp. 1.000 tiap porsi.
Dalam proses penyiapan makanan, baik makanan sehat
ringan maupun makanan nasi dengan lauk bergizi tinggi,
disamping tenaganya sendiri, Ibu Yulianti selalu melibatkan
ketiga anaknya. Setiap anak diberi uang lelah Rp. 10.000 per
proses, mulai dari menyiapkan bahan sampai menyajikan
kepada para anak asuh.
Dari kegiatan tersebut bila dihitung-hitung, penghasilan
yang diperoleh Ibu Yulianti tidak kurang dari Rp. 1.400.000
setiap bulan. Belum lagi uang lelah bagi anak-anaknya
dimana setiap anak mendapatkan Rp. 120.000 bahkan lebih
setiap bulannya. Disamping itu keuntungan yang tidak kalah
pentingnya adalah bertambahnya ketrampilan dan
ketekunan anak-anaknya dalam belajar memasak seperti
yang dilakukan oleh Ibu Yulianti. Tidak menutup
kemungkinan anak-anaknya akan mewarisi talenta yang
dimiliki oleh Ibu Yulianti berupa kemampuan dan
ketrampilan memasak, khususnya masakan khas Jawa.
Pergumulan yang sering dihadapi oleh Ibu Yulianti
adalah kurangnya modal untuk mengembangkan usahanya.
Untungnya pihak lembaga pengembangan potensi anak
18
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Permata Hati mau memberikan pinjaman modal untuk
usaha tersebut.
Dampak positif dari meningkatnya penghasilan Ibu
Yulianti disamping bisa mencukupi kebutuhan hidup layak
sehari-hari, juga bisa menyekolahkan ketiga anaknya sampai
lulus SLTA. Bahkan tiga bulan yang lalu beliau bisa membeli
seekor anak sapi untuk dipelihara oleh suaminya sebagai
tambahan kesibukan disamping menjabat sebagai perangkat
desa Mojowangi sejak tahun 2010, yang tentunya juga sebagai
tabungan untuk masa depan keluarga agar tidak mengalami
keterpurukan ekonomi seperti masa yang lalu.
Pengalaman yang menarik dari Ibu Yulianti yang dengan
tetap tekun dan semangat melayani Posyandu Balita
khususnya dalam menyiapkan makanan tambahan bergizi
bagi para balita bisa merubah kondisi ekonomi keluarganya
dari berkekurangan menjadi berkecukupan bahkan bisa
menabung walaupun sedikit. Semoga pengalaman ini dapat
membangkitkan semangat para kader kesehatan khususnya
dan para pembaca pada umumnya dalam melayani sesama.
Jika kita jalani dengan tekun dan sungguh-sungguh, jerih
payah kita tidak akan pernah sia-sia.

19
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
II
Gambaran Aplikasi
Program Kesehatan Masyarakat
oleh Mitra Kerja PELKESI
A. Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai Daya Dukung
Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Pendahuluan
Peningkatan daya beli masyarakat dengan mengubah
pola ekonomi dari petani penggarap menjadi petani yang
mampu memiliki usaha sendiri dengan membentuk
kelompok kerja, merupakan program kemitraan antara RS
Panti Rahayu Purwodadi dengan masyarakat. Untuk
menginisiasi kelompok masyarakat menjadi organisasi yang
mampu menghasilkan finansial sehingga menjadi daya
dukung yang kuat untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat. Program kemitraan diimplementasikan untuk 3
wilayah pedesaan: Desa Sumber Jatipohon, Desa Sedayu dan
Desa Taruman Kec. Grobogan Kab. Grobogan, Jawa Tengah.
Mengorganisir masyarakat untuk sadar kesehatan ini
dilakukan dengan membentuk/menunjuk 3 orang kader
kesehatan, sehingga program kesehatan bisa disisipkan
dalam setiap kegiatan organisasi melalui kader kesehatan.
Program peningkatan ekonomi masyarakat dengan cara
menggerakkan sektor riil, yang disesuaikan dengan
kemampuan masyarakat. Indikator keberhasilan program
diukur dari kelangsungan program. Setiap program
dilaksanakan selama 3 tahun. Apabila dalam kurun waktu 3
tahun masih ada indikator yang belum tercapai, maka
program bisa dilanjutkan dan dimonitoring secara periodik
oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi.
20
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Latar Belakang
Terkait dengan sosio-kultur masyarakat, upaya
penanggulangan kemiskinan tidak akan berhasil apabila
tidak diimbangi dengan program penyadaran masyarakat
(public awareness), yaitu sebuah upaya untuk mengurangi
bahkan menghapuskan mental dan budaya miskin dengan
jalan mengingatkan, meyakinkan dan memberikan semangat
kepada masyarakat agar berusaha untuk bangkit dari
kemiskinan dengan melakukan kerja keras dan membiasakan
diri untuk malu menerima bantuan sebagai orang miskin.
Koordinasi di antara stakeholders maupun instansi
pengampu masih perlu dioptimalkan, terutama dalam hal
penentuan target dan sasaran program kegiatan
penanggulangan kemiskinan (termasuk kelengkapan data
maupun alokasi anggaran), secara berjenjang dari tingkat
provinsi sampai dengan kabupaten/kota untuk menghindari
terjadinya tumpang-tindih maupun terlewatnya sasaran
penanggulangan kemiskinan.
Pemberdayaan memiliki dua kecendrungan yaitu
kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder.
Kecenderungan primer merupakan pemberdayaan yang
menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
Kecenderungan sekunder, merupakan pemberdayaan yang
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
mereka.
Upaya manusia untuk melakukan pengaturan guna
memenuhi kebutuhannya agar seseorang, perusahaan atau
masyarakat untuk membuat keputusan tentang cara terbaik
untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pembuatan keputusan
tersebut dimungkinkan karena tersedianya altenatif pilihan
dalam melakukan kegiatan ekonomi agar dapat memilih
21
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
alternatif terbaik yang mungkin bisa dilakukan untuk
meningkatkan daya dukung ekonomi.
Sementara itu dalam terminologi manajemen,
pemberdayaan berkaitan dengan wewenang (authority) dan
kekuasaan (power). Pemberdayaan bertujuan untuk
menghapuskan hambatan-hambatan guna membebaskan
organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya,
melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya
memperlamban reaksi dan merintangi aksi mereka.
Masalah pengangguran di Indonesia masih menjadi
masalah ekonomi utama yang sampai saat ini belum bisa
diatasi. Sampai tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka
masih berada pada kisaran 9% dari jumlah angkatan kerja
atau berada pada kisaran 9 juta orang. Sebagaimana kita
ketahui, bahwa terjadi perubahan pola perekonomian paska
krisis dari usaha yang padat karya ke usaha yang lebih padat
modal. Akibatnya pertumbuhan tenaga kerja yang ada sejak
tahun 1998 sampai dengan 2004 terakumulasi dalam
meningkatnya angka pengangguran. Di lain sisi,
pertumbuhan tingkat tenaga kerja ini tidak diikuti dengan
pertumbuhan usaha (investasi) yang dapat menyerap
keberadaannya.
Akibatnya adalah, terjadi peningkatan jumlah
pengangguran di Indonesia, yang pada puncaknya di tahun
2004 mencapai tingkat 10% atau sekitar 11 juta orang. Untuk
menangani masalah pengangguran ini pemerintah perlu
memberikan fasilitas baik fiskal, perkreditan, maupun
kemitraan untuk menciptakan usaha yang bersifat padat
karya dalam rangka menyerap kelebihan tenaga kerja yang
ada.
Sejauh ini terlihat bahwa pemberdayaan yang dilakukan
terarah ke kecenderungan sekunder yang menekankan
kepada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihannya.
22
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Daya dukung lingkungan sebagai sarana untuk
meningkatkan daya beli masyarakat lokal. Tidak bisa
dipungkiri lagi bahwa tingkat dan daya beli masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan masyarakat menyediakan sumber daya dan
dana kesehatan bagi dirinya sendiri/keluarga.
Saat ini realitas yang terjadi, bahwa ketika ada anggota
keluarga di masyarakat yang mengalami sakit, dan sementara
masih bisa ditahan, maka mereka akan menahan sampai
batas kemampuan mereka. Hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan masyarakat membeli dan membayar biaya
kesehatan. Tidak sedikit masyarakat desa yang harus menjual
ternaknya, menjual sawah, menjual harta miliknya untuk
membiayai anggota keluarga yang sedang dirawat di rumah
sakit. Fenomena inilah yang memerlukan penanganan
segera dan bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Bukan
sekedar program kariatif yang bersifat jangka pendek, tetapi
program yang sustainable dan berkelanjutan.
Melihat potensi yang besar untuk dikembangkan dan
diberdayakan secara terus menerus, maka diperlukan
program yang cocok untuk dikembangkan dan bisa diterima,
dijalankan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penilaian dan
jajak pendapat yang dilakukan oleh petugas UPKM RS Panti
Rahayu, maka diperoleh hasil bahwa upaya peningkatan
ekonomi mikro dengan usaha kecil dengan pendampingan
dan modal usaha dari RS Panti Rahayu dan dinas terkait. Yang
kedua, adalah pembuatan kelompok peternakan dan
perikanan untuk membangkitkan kemampuan daya beli
masyarakat di Desa Sedayu, Desa Taruman dan Desa Sumber
Jatipohon.
Semua program yang diaplikasikan/dirancang untuk
masyarakat diselenggarakan paling lama 3 tahun dan
dipantau oleh petugas UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi.
Untuk melakukan monitoring program di setiap desa, petugas
UPKM membentuk kelompok-kelompok kerja dan setiap
kelompok ada satu orang sebagai key person.
23
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Tujuan
1. Peningkatan daya beli masayarakat dengan mengubah
pola ekonomi dari petani penggarap menjadi petani yang
mampu memiliki usaha sendiri dengan membentuk
kelompok kerja.
2. Menginisiasi kelompok masyarakat menjadi organisasi
yang mampu menghasilkan finansial sehingga menjadi
daya dukung yang kuat untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat.
3. Mengorganisir masyarakat untuk sadar kesehatan
dengan membentuk/ menunjuk 3 orang kader
kesehatan, sehingga program kesehatan bisa disisipkan
dalam setiap kegiatan organisasi melalui kader
kesehatan.
Metodologi
Makalah mengenai Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai
Daya Dukung Peningkatan Kesehatan Masyarakat ini disusun
dan dianalisa secara deskripsi berdasarkan fakta dan
pengalaman pendampingan masyarakat, dengan
mengangkat masalah ekonomi masyarakat di wilayah 3 desa
di Kabupaten Grobogan.
Batasan Masalah
Makalah ini mengangkat tema ekonomi mikro yang
mampu meningkatkan daya dukung peningkatan ekonomi,
namun dibatasi pada hal-hal pendampingan masyarakat,
hasil pendampingan, dan kelangsungan program kemitraan
antara RS Panti Rahayu dengan desa-desa binaan.
Program
1) Nama program : Kebangkitan Ekonomi Mikro Sebagai
Daya Dukung Peningkatan Kesehatan Masyarakat
2) Deskripsi program : Program peningkatan ekonomi
masyarakat dengan cara menggerakkan sektor riil, yang
disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Indikator
24
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
keberhasilan program diukur dari kelangsungan
program. Setiap program dilaksanakan selama 3 tahun,
dan apabila dalam kurun waktu 3 tahun masih ada
indikator yang belum tercapai, maka program bisa
dilanjutkan dan dimonitor secara periodik oleh petugas
UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi.
3) Sasaran program :
Program peningkatan ekonomi masyarakat yang kurang
mampu, kurang modal usaha, tidak memiliki pekerjaan
tetap dan terpinggirkan.
4) Target penerima manfaat
Target penerima manfaat adalah sebagai berikut :
a) Desa Sedayu sebanyak 5 KK; pengembangan industri
kecil kecambah.
b) Desa Taruman; 1 kelompok industri kecil makanan
tradisional.
c) Desa Sumber Jati Pohon untuk program perikanan.
d) Desa Taruman untuk pengembangan ternak kambing
dengan metode revolving fund.
5) Bentuk kegiatan :
a) Peningkatan jumlah warga masyarakat yang terlibat
dalam pengembangan industri kecil kecambah,
sehingga menjadi sentra kecambah di Kabupaten
Grobogan.
b) Memperbesar daerah cakupan khususnya untuk ibu
rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap,
sehingga memiliki penghasilan yang bisa
diandalkan.
c) Program budidaya ikan merupakan dampak dari
pemanfaatan air bersih yang selama ini tidak
digunakan.
d) Pengembangan jumlah ternak kambing, untuk
dipeliharan oleh warga yang lain yang belum
memiliki ternak (sistem bergulir).
e) Pembentukan kelompok usaha kecil dan
pengorganisasiannya.
25
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
6) Program pelatihan
Program pelatihan dilaksanakan bersama-sama dengan
dinas/instansi terkait serta dari lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan
masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk pelatihan yang
diselenggarakan adalah proses pembuatan kecambah
dan teknik budidaya ikan.
7) Pendampingan :
a) Pengorganisasian masyarakat untuk menemukan
bentuk usaha yang cocok dan bisa dikembangkan
oleh masayarakat.
b) Pengumpulan modal usaha dan sponsor untuk
memulai usaha kecil.
c) Pendampingan dan problem solving, terkait dengan
pengorganisasian dan pembagian hasil usaha.
Hasil Kegiatan
1. Pengembangan industri kecil kecambah di Desa Sedayu.
Dengan semakin bertambahnya jumlah orang warga yang
tergabung dalam usaha kecil kecambah (lebih dari 5KK),
secara ekonomi sudah nampak pertumbuhan usaha yang bisa
dirasakan, yaitu dengan semakin bertambahnya jumlah
produksi kecambah.
Dari ukuran kecil (10 kg kacang hijau) saat ini sudah
mencapai lebih dari 6,4 ton kecambah setiap kali produksi.
Jika dilihat dari harga kecambah per kilo saat ini Rp. 6.000,-
di tingkat petani, maka sudah bisa dihitung tingkat
pendapatan setiap rumah produksi kecambah (6,4 ton x Rp.
4.000,- =25.200.000). Artinya setelah dikurangi dengan biaya
produksi kemungkinan besar masih diperoleh untung yang
cukup besar atau secara tidak langsung masyarakat di desa
tersebut memiliki daya beli yang cukup kuat.
Jumlah kelompok kerja yang semula berjumlah 3 KK saat
ini mencapai 20 KK. Sehingga jumlah keluarga yang
mengalami perbaikan ekonomi semakin banyak. Karena
26
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
ketika dilihat dari volume produksi yang semakin naik dan
jumlah produksi per hari yang semakin besar.
Menurut Sutrisno (Ketua Kader Kesehatan Desa Sedayu),
industri kecil kecambah ini sangat membantu peningkatan
ekonomi masyarakat. Dengan adanya peningkatan nilai
ekonomi maka tingkat kesejahteraan masyarakat di desa
tersebut semakin baik. Untuk pemasaran hasil produksi dari
industri kecambah tersebut mulai dari Purwodadi,
Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati,
Kodya Semarang, dan Surakarta. Rata-rata penjualan hasil
produksi kecambah mencapai 8 truk, yang mana setiap truk
mengangkut sekitar 8 kwintal kecambah.
Foto 9 : Proses penimbangan
kecambah untuk dipasarkan dan
didistribusikan ke tempat lain.
Foto 7 : Proses pembuatan
kecambah kedelai di D esa
S edayu.
Foto 8 : Proses sortasi dan
pemilahan kecambah yang baik
dengan yang busuk.
27
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Foto 10 : Poliklinik D esa S edayu,
K ec. G robogan.
2. Desa Taruman. 1 kelompok industry kecil makanan
tradisional.
Kelompok usaha kecil keripik sukun, pisang, ketela
pohon, emping jagung hasil binaan UPKM RS Panti Rahayu
di desa Taruman. Jika dilihat dari skala memang masih kecil
dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat, tetapi
omset dan penyebaran produk tersebut sudah meluas di
lingkup Jawa Tengah.
Berdasarkan data yang dihimpun petugas UPKM RS Panti
Rahayu, kelompok usaha kecil tersebut juga mendapat
bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Grobogan berupa mesin pemotong untuk
membuat keripik.
Hasil assessment yang dilakukan oleh petugas UPKM RS
Panti Rahayu bahwa warga masyarakat sudah mulai peduli
dengan kesehatan. Hal ini terbukti dengan adanya kader
kesehatan RS Panti Rahayu di desa binaan yang menjadi
penghubung jika ada warga masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan. Faktor ekonomi memang sangat
menjadi penghalang sebuah program yang akan dijalankan
di masyarakat. Sebaik apapun program yang dibuat, jika tidak
mendatangkan nilai tertentu, sangat besar kemungkinan
program tersebut tidak diterima oleh masyarakat.
28
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
3. Desa Sumber Jati. Pohon untuk program perikanan.
Program perikanan untuk masyarakat Desa Sumber
Jatipohon sudah berjalan sejak tahun 1998, dimana saat itu
sedang terjadi krisis keuangan secara nasional. Tidak hanya
masyarakat perkotaan yang merasakan sulitnya mendapatkan
pekerjaan, masyarakat pedesaan juga mengalami kesulitan
dalam memperoleh pekerjaan. Berdasarkan hasil
assessment yang dilakukan petugas UPKM RS Panti Rahayu,
maka bersama-sama masyarakat Desa Sumber Jatipohon
mencoba melakukan diversifikasi pertanian. Warga
masyarakat tetap sebagai petani penggarap, tetapi
disamping sebagai petani, diharapkan menjadi peternak
ikan.
Sebagai inisiasi kepada warga masyakat, RS Panti Rahayu
memberikan benih sebanyak 5000 ekor ikan dan dibagikan
kepada anggota masyarakat yang bersedia untuk membuat
kolam ikan. Hasilnya dalam waktu 2 tahun sudah panen. Hal
ini karena didukung sistem pengairan yang baik dan kualitas
air yang cukup bagus.
Sampai tahun 2010, jumlah kelompok peternak ikan
mencapi 11 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
6-8 orang. Jenis ikan yang dikembangkan antara lain ikan
nila dan tawes yang dapat berkembang secara alami tanpa
harus dikawinkan secara khusus. Untuk ikan bawal bisa
Foto 11 : K olamikan hasil kemitraan
warga D esa S umber J atipohon dengan
RS Panti Rahayu YakkumPurwodadi.
29
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
berkembang sangat baik, tetapi bibit ikan harus didatangkan
dari daerah lain. Untuk ikan gurame dan lele bisa dipisahkan
sendiri sehingga setiap anggota kelompok bisa memenuhi
kebutuhan bibitnya.
4. Desa Taruman untuk pengembangan ternak kambing
dengan metode revolving fund.
Bantuan 30 ekor kambing diterimakan kepada 30 KK yang
dikelola menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari
6 orang. Tiap kelompok bertanggung jawab dengan
keberadaan ternak kambing. Masa bergulir diatur dengan
Surat Kesepakatan Gaduhan Ternak Kambing.
Selanjutnya setelah kambing beranak, anak pertama 1
ekor bila sudah siap kawin penggaduh wajib menyetorkan
ke pengurus dengan mengisi blangko B sebagai tanda
penyetoran kambing. Induk dan anak berikutnya menjadi
milik penggaduh sebagai penambah pendapatan keluarga.
Bilamana ada ternak kambing yang mandul, penggaduh
melaporkan kepada pengurus dan selanjutnya dijual dan
dibelikan lagi sebagai pengganti ternak baru. Bila terjadi
ternak kambing mati, penggaduh wajib lapor kepada
pengurus dengan mengisi Berita Acara pada blangko C,
diketahui pengurus dan kepala desa.
Untuk mengurangi resiko laporan kambing mati secara
tidak wajar atau rekayasa dan untuk kelangsungan
pengguliran ke kelompok lain, dibuat kesepakatan bilamana
ada kambing mati menjadi tanggung jawab kelompok dan
harus mengganti.
Hasil penyetoran kambing tahap pertama diputar dan
diserahkan kepada kelompok baru sebagi gaduhan tahap
kedua, selanjutnya diputar/digulirkan secara terus menerus
secara bertahap. Pengguliran ternak secara revolving fund
akan diputar ke desa/dukuh lain, bilamana semua sudah
mendapatkan giliran maka akan dirubah dengan program
30
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
baru yang bisa menunjang kualitas kesehatan dan
pendapatan masyarakat.
Terkait dengan program revolving fund tersebut, RS Panti
Rahayu mengutus Bapak Sutrisno selaku Ketua Kader
Kesehatan Desa Sedayu untuk mengikuti kursus tentang
kesehatan dan penanganan ternak yang baik. Kursus
dilaksanakan secara teori dan praktek termasuk menangani
pengobatan ternak yang sakit dan cara mengawinkan ternak.
Selesai kursus, kader diberikan sarana alat suntik, obat-
obatan serta buku panduan untuk penanganan ternak yang
sakit.
Foto 12 : Penanganan kesehatan
ternak di D esa S edayu dan
D esa T aruman.
Alasan memilih ternak kambing adalah sebagai berikut:
1. Siklus birahi: 14-21 hari.
2. Lama birahi : 24-36 jam.
3. Birahi pertama : umur 10-12 bulan.
4. Perkawinan pertama : umur 10-12 bulan.
5. Perkawinan kedua : umur 24 bulan.
6. Lama bunting : 147 hari.
7. Interval beranak : 7-8 bulan sekali.
8. Jumlah anak : 1-3 ekor.
9. Barat lahir (tunggal) : 3-5 kg.
10. Pertumbuhan normal : umur 18-20 bulan.
11. Umur disapih (dipisah) : 4 bulan.
31
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
12. Adaptasi lingkungan : di puncak atau pegunungan.
Berdasarkan alasan tersebut maka ternak kambing
menjadi usaha kecil yang menjanjikan bagi masyarakat
pedesaan. Khusus untuk ternak kambing hasil analisis biaya
dan investasi tersebut di atas, ternyata usaha peternakan
kambing biasa/etawah adalah layak secara teknis, ekonomis
dan finansial di Kabupaten Grobogan bila dilaksanakan
dengan manajemen berorientasi komersial dan dengan
disertai sistem pemeliharaan yang intensif. Penerapan
teknologi sederhana berupa pembuatan kandang yang
bersifat permanen dan higienis serta mula mengintroduksi
pakan konsentrat yang seimbang, sehingga kematian anak
ternak dapat ditekan dan keragaan reproduksi menjadi lebih
baik membuat usaha ini dapat berjalan lebih efisien dan
dapat menguntungkan bagi peternak.
Hal yang lebih penting dalam usaha ternak kambing ini
adalah bagaimana masyarakat bisa berdaya dan berupaya
untuk mengembangkan ternak yang sudah dimilikinya.
Tanggung jawab sosial antara satu warga masyarakat kepada
masyarakat lain sangat penting. Hal ini menyangkut
kepercayaan pemberi modal.
Dalam pelaksanaannya, tidak sedikit masyarakat yang
menjual kambingnya untuk biaya kebutuhan yang lebih
mendesak, tetapi hal ini menjadi sesuatu yang perlu
dicermati, karena akan mempengaruhi keberhasilan program
CSR yang sedang dijalankan.
Dengan membuat kemitraan usaha, dimana RS Panti
Rahayu dapat berperan sebagai inti dan masyarakat peternak
sebagi plasma yang saling menguntungkan. Bagi peternak
penerimaan cash income yang lebih terjamin oleh inti
merupakan sesuatu yang sangat menarik.
Program kemitraan yang dibangun oleh RS Panti Rahayu
dengan masyarakat lokal di 3 desa yaitu Desa Sedayu, Desa
Sumber Jatipohon dan Desa Taruman, bukan merupakan hal
yang baru dalam upaya membantu masyarakat. Program
32
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
kemitraan ini menjadi entry point membangkitkan ekonomi
masyarakat. Kesehatan penduduk merupakan salah satu
indikator tingkat kesejahteraan masyarakat yang antara lain
dipengaruhi oleh faktor lingkungan hidup.
Upaya kampanye sosial terkait dengan program hidup
sehat menjadi salah satu program RS Panti Rahayu yang
diperuntukkan bagi masyarakat. Strategi ini terbukti 80 %
berhasil karena program kemitraan bukan semata-mata
mengutamakan hasil akhir, tetapi proses yang terus menerus
bersama masyarakat.
Kampanye sosial juga berhasil meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Masyarakat lebih mudah untuk
dikoordinasi terkait dengan program-program kesehatan.
Misalnya pelayanan Posyandu, Polindes (Poliklinik Desa),
pelatihan batra (obat tradisional) toga (tanaman obat
keluarga).
Evaluasi
1. Mengupayakan peningkatan daya beli masyarakat
dengan mengubah pola ekonomi dari petani
penggarap menjadi petani yang mampu memiliki
usaha sendiri dengan membentuk kelompok kerja,
bukan sebuah hal mudah. Perlu pendekatan secara
intensif untuk menggali ide, harapan dan
kebutuhan, sehingga diimplementasikan menjadi
sebuah program. Banyak lembaga yang melakukan
kegiatan serupa tetapi sering kali tidak ada
keberlanjutan program, dan program hanya bersifat
karitatif.
2. Membangun, menumbuhkan kelompok masyarakat
menjadi organisasi yang mampu menghasilkan
finansial sehingga menjadi daya dukung yang kuat
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Diperlukan komitmen dan kreatifitas agar
masyarakat bisa mandiri sebelum program
kemitraan selesai.
33
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
3. Kader kesehatan merupakan orang yang terdekat
dengan masyarakat, sehingga kader kesehatan harus
menjadi agen perubahan di desa-desa mitra binaan
RS Panti Rahayu. Kader kesehatan masih perlu
dibekali dengan konsep-konsep perilaku hidup
sehat, bahkan dimungkinkan untuk melakukan studi
banding ke luar daerah sehingga muncul ide/gagasan
terkait dengan kesehatan. Namun masih diperlukan
upaya yang terus menerus untuk mengoptimalkan
fungsi kader sebagai hubungan antara RS Panti
Rahayu dengan kelompok-kelompok masyarakat
mitra binaan.
B. Program Air Bersih
PROGRAM AIR BERSIH
Oleh: RS PANTI RAHAYU YAKKUM
Purwodadi - Jawa Tengah
Abstrak
Mewujudkan peran sosial di tengah masyarakat dan
memberdayakan masyarakat tidak mampu dengan
mewujudkan kepedulian terhadap pemenuhan hak dasar dan
kebutuhan dasar manusia agar menjadi mandiri merupakan
nilai sosial RS Panti Rahayu Purwodadi.
Terwujudnya peran RS Panti Rahayu dalam
pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan Corporate
Social Response (CSR). Peran RS Panti Rahayu dalam
mendukung pelayanan lembaga lain (organisasi
kemasyarakat non partisan) yang memerlukan dukungan. RS
Panti Rahayu berperan dalam kehidupan bermasyarakat dan
sebagai agen perubahan dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat tidak lagi kecil. Melalui seksi Usaha Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (UPKM) RS Panti Rahayu menyusun
program CSR. Salah satu program yang saat ini masih berjalan
dan memberikan nilai positif bagi masyarakat adalah
34
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Program Air Bersih. Program air bersih yang didampingi
UPKM RS Panti Rahayu meliputi 3 wilayah antara lain :
1. Desa Sumber Jatipohon Kecamatan Grobogan.
2. Desa Sedayu Kecamatan Grobogan.
3. Desa Taruman Kecamatan Klambu.
Kegiatan PHBS tidak bisa berjalan tanpa koordinasi dan
keterlibatan masyarakat secara langsung. Kegiatan promosi
PHBS yang dilakukan di masyarakat misalnya bergotong
royong, dan pada saat kegiatan Posyandu.
Selain itu juga diadakan di sekolah-sekolah yang terdapat
di desa binaan. Kegiatan ini rutin diadakan setiap bulannya.
Adapun materi promosi PHBS meliputi siklus dan daur hidup
penyakit, air bersih dan sanitasi, pengelolaan sampah dan
cuci tangan pakai sabun, konsep bersih dan sehat untuk
lingkungan dan diri sendiri. Dan pada kegiatan posyandu juga
dilakukan kegiatan promosi PHBS dan juga kegiatan
penambahan nutrisi untuk balita yang difasilitasi oleh
petugas UPKM RS Panti Rahayu.
Program Air Bersih RS Panti Rahayu
Pendahuluan
Wilayah Kabupaten Grobogan dibatasi oleh pegunungan
Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan yang
keduanya membujur dari barat ke timur, terletak di antara
7
o
-7
o
30 LS dan 110
o
15-111
o
25 BT. Secara administratif
Kabupaten Grobogan dibagi dalam 19 Kecamatan. Salah satu
kecamatan yang sering mengalami kekurangan air bersih
adalah Kecamatan Grobogan yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Pati. Rata-rata curah hujan di Kabupaten
Grobogan yang tercatat di tahun 2009 adalah 1.700 mm dan
jumlah hari hujan mencapai 97 hari.
Dari fungsinya air merupakan kebutuhan pokok manusia
yang tidak bisa dihindari dan tergantikan. Air memberikan
manfaat dari segala aspek dari kebutuhan rumah tangga,
35
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
kesehatan, pertanian, perikanan dan air yang dikelola secara
komersial. Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena
kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Pada tubuh
orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Air
dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai
kepentingan antara lain diminum, masak, mandi, mencuci
dan pertanian.
Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap
orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan
di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tiap
orang memerlukan air 30-60 liter per hari. Di antara
kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan
minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air
tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
Kepedulian sebuah perusahaan pada masyarakat
merupakan bentuk investasi bagi keberlanjutan bisnis yang
tidak hanya mengejar keuntungan finansial (bottom line),
tapi juga kepedulian sosial. Sehingga perilaku perusahaan
ini disebut sebagai sebuah investasi sosial (social
investment).
Konsep CSR ini merupakan konsep yang tergabung dalam
sub pekerjaan sosial industri sebagai model guna
mewujudkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial atau
Social Welfare Development, yakni konsep yang diajukan
negara-negara Welfare State, sebagai konsep alternatif guna
menanggulangi permasalahan-permasalahan sosial. Garis
besar konsep Pembangunan Kesejahteraan Sosial ini
mengacu pada penyeimbangan antara Pertumbuhan
Ekonomi (Economic Growth) dengan Pembangunan Sosial
(Social Development). Penyeimbangan seperti ini secara
36
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
historis muncul sebagai kekecewaan atas berbagai konsep
pembangunan ekonomi yang telah lama diterapkan.
Begitupun dengan CSR yang lahir dari perubahan model
perusahaan yang dominan ekonomis ke model sosio-
ekonomis. Model ekonomi menekankan pada aspek
produksi, eksploitasi sumber daya, kepentingan individual,
dan sedikit peranan pemerintah. Sedangkan, model sosio-
ekonomis menekankan pada kualitas kehidupan
keseluruhannya, kelestarian sumber daya, kepentingan
masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah dan pandangan
sistem terbuka perusahaan.
Latar Belakang
Dalam melakukan program CSR, RS Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi tidak lepas dari visi dan misinya. Visi RS Panti
Rahayu menjadi rumah sakit pilihan masyarakat, sedangkan
misi salah satu pernyataan misi sosial RS Panti Rahayu adalah
sebagai berikut:
1) Menjalin hubungan jangka panjang dengan customer
dengan fokus kepada pelanggan.
2) Pemberdayaan masyarakat tidak mampu dengan
pemenuhan hak dasar manusia agar menjadi mandiri.
Berdasarkan pada konsep nilai yang sudah menjadi
pernyataan dalam dalam visi dan misi RS Panti Rahayu, maka
peran RS Panti Rahayu dalam kehidupan bermasyarakat dan
sebagai agen perubahan dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat tidak lagi kecil. Melalui Seksi UPKM (Usaha
Pelayanan Kesehatan Masyarakat) RS Panti Rahayu
menyusun program CSR. Salah satu program yang saat ini
masih berjalan dan memberikan nilai positif bagi masyarakat
adalah program air bersih. Program air bersih yang
didampingi UPKM RS Panti Rahayu meliputi 3 wilayah antara
lain :
1. Desa Sumber Jatipohon Kecamatan Grobogan.
2. Desa Sedayu Kecamatan Grobogan.
3. Desa Taruman Kecamatan Klambu.
37
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Tujuan :
1. Menjadi RS yang berperan dalam memberdayakan
masyarakat tidak mampu dengan mewujudkan
kepedulian terhadap pemenuhan hak dasar dan
kebutuhan dasar manusia agar menjadi mandiri.
2. Terwujudnya peran RS Panti Rahayu dalam
pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan CSR.
3. Terwujudnya peran RS Panti Rahayu dalam
mendukung pelayanan lembaga lain yang
memerlukan dukungan.
Perumusan Masalah :
1. Bagaimana menyediakan air bersih yang bermanfaat
namun tidak melupakan fungsi lingkungan.
2. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan air bersih.
3. Bagaimana dampak yang timbul dengan tersedianya
air bersih.
Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis hanya
memfokuskan pada :
1. Program penyediaan air bersih oleh RS Panti Rahayu
di 3 desa di Kecamatan Grobogan.
2. Proses identifikasi kebutuhan air bersih.
3. Dampak ketersediaan air bersih.
Metode
Hasil kegiatan UPKM yang dianalisa secara deskripsi,
untuk pengembangan jejaring dan memperluas cakupan
pelayanan kesehatan di daerah binaan.
Program
1) Nama program :
Program Air Bersih RS Panti Rahayu Untuk
Masyarakat.
38
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
2) Deskripsi program :
Program penyediaan air bersih untuk masyarakat
pedesaan merupakan program integrasi dari PRA
(Participatory Rural Appraisal) bersama masyarakat
di lingkungan dimana program air bersih akan
dibangun, termasuk pendampingan kepada
masyarakat.
3) Sasaran program :
Sasaran program meliputi desa yang tidak ada
jaringan PDAM, masyarakat yang tidak mampu untuk
memasang jaringan sendiri, tercapainya program
PHBS (Perilaku Hidup bersih Sehat).
4) Target penerima manfaat
Target Penerima manfaat mencapai :
1. Dukuh Watusong 368 KK.
2. Dukuh Krajan 252 KK.
3. Dukuh Sandi 247 KK.
4. Dukuh Sandi Kidul 183 KK.
Total penerima manfaat program air bersih=1050 KK.
5) Bentuk kegiatan program
Bentuk kegiatannya adalah dengan menanamkan
jiwa rasa memiliki, memberikan pengertian bahwa
air adalah produk alam yang tidak terbarukan
sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan
dengan adanya suplai air makan akan meningkatkan
produktivitas di tengah masyarakat, dan perubahan
gaya hidup sehat dan bersih. Sedangkan bentuk
kegiatan adalah penyuluhan dan pertemuan warga,
serta simulasi PHBS. Seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan program air bersih dimonitoring oleh petugas
UPKM RS Panti Rahayu Purwodadi, termasuk
pembentukan organisasi yang menangani pembagian
air bersih, petugas yang ditunjuk dan kompensasi
yang diberikan kepada petugas.
39
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
6) Pelatihan
Pelatihan yang diberikan kepada masyarakat terkait
dengan program air bersih adalah dengan
menderivasi program misalnya: dengan adanya air
bersih yang mencukupi, maka masyarakat bisa
membuat kegiatan mandiri yang bernilai ekonomi,
salah satunya adalah program pembuatan kecambah,
program perikanan.
7) Pendampingan
Pendampingan disini meliputi pendampingan yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan pembagian dari
bersih untuk masing-masing wilayah. Yang kedua
adalah program yang berkaitan dengan dampak
adanya air bersih yaitu pendampingan manfaat
ekonomi.
Hasil Program Kemitraan CSR RS Panti Rahayu dengan
Masyarakat Kecamatan Grobogan
Pengelolaan Air Bersih
Upaya-upaya masyarakat memang sudah dilakukan
secara swadaya. Misalnya Desa Sumber Jatipohon (program
tahun 1996), banyak sumber yang belum terkelola dengan
baik sehingga masyarakat dalam mengakses kebutuhan air
bersih masih dengan cara tradisional yaitu dengan
mengalirkan air secara liar dengan bambu, sehingga banyak
air yang terbuang. Sementara di desa tetangga yaitu Desa
Karangrejo Kecamatan Grobogan yang bersebelahan dengan
Desa Sumber Jatipohon yang berjarak sekitar 8,5 km sangat
kekurangan air bersih apalagi pada musim kemarau.
Rencana awal dalam program air bersih memanfaatkan
4 sumber yaitu sumber Srandil, Ngelo, Aren dan Nusupan.
Namun karena dalam kesepakatan dengan masyarakat desa
Jatipohon karena sumber aren akan dimanfaatkan untuk
kebutuhan khusus Pondok Pesantren maka sumber air yang
40
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
bisa dimanfaatkan hanya 3 sumber yaitu Srandil, Ngelo dan
Nusupan.
Dalam perkembangannya program air bersih berubah,
pembagian air yaitu Desa Sumber Jatipohon memanfaatkan
sumber air Srandil dan Ngelo. Sedangkan Desa Karangrejo
hanya diberikan dari sumber Nusupan yang lokasinya di
tanah milik RS Panti Rahayu Yakkum. Sejarah pembelian
tanah Yakkum di Nusupan agar RS Panti Rahayu mempunyai
tanah yang ada sumber airnya dan bisa diperbantukan untuk
masyarakat Desa Karangrejo yang sangat kesulitan air bersih
terutama pada musim kemarau.
Untuk mengelola air bersih, dibentuk kepengurusan air
bersih dan masyarakat dibebani iuran Rp. 500/bulan untuk
biaya operasional dan perbaikan, yang semua dikelola oleh
pengurus air bersih yang telah ditunjuk.
Sedangkan untuk pengurus, sebagai kompensasinya
diberikan tanah bengkok oleh Kepala Desa masing-masing
1/8 bengkok.
Pengadaan Air Bersih Desa Sedayu (thn 2004)
Desa Sedayu khususnya Dukuh Watusong merupakan
daerah yang sangat kesulitan air bersih karena daerah yang
di dataran tinggi batu kapur dan sulit sumber air, selain itu di
dukuh Krajan dan Sandi ada sumber air tetapi juga belum
dikelola dengan baik, masih secara tradisional dalam
pengalirannya dengan bambu.
1. Dukuh Watusong
Terdapat sumber air di dalam goa dalam tanah
dengan kedalaman sekitar 18 meter. Namun masyarakat
tidak bisa memanfaatkan air tersebut karena kesulitan
cara pengambilannya. Melihat kondisi tersebut, UPKM
RS Panti Rahayu bersama dengan masyarakat setempat
berupaya untuk mengalirkan air dari dalam goa dengan
penyedotan memakai pompa air sehingga bisa dinaikan
41
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
dan ditampung di bak penampungan. RS Panti Rahayu
memberikan bantuan stimulan berupa sebuah pompa
air, membangun bak penampungan air, listrik untuk
pompa air, dan pipa paralon untuk mengalirkan air dari
dalam goa ke bak penampungan. J arak bak
penampungan dengan pompa sejauh 1.350 meter,
selanjutnya dari bak penampungan dialirkan ke rumah
masyarakat dari dana swadaya masyarakat. Air tersebut
bisa dimanfaatkan oleh lebih dari 368 KK.
2. Dukuh Krajan Sedayu
Kemitraan antara RS Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi dengan masyarakat dimulai tahun 2003
sampai sekarang. Salah satu bentuk kemitraan dan
tanggung jawab sosial, RS Panti Rahayu memberikan bak
penampungan air sebanyak 6 buah, berukuran 4x3x4
meter.
RS Panti Rahayu juga memberikan bantuan berupa
pipa paralon sepanjang 2.030 meter. Air bersih tersebut
dimanfaatkan oleh 252 KK.
3. Dukuh Sandi
Di desa ini RS Panti Rahayu membangun bak air bersih
sebanyak 2 buah. RS Panti Rahayu juga memberikan
bantuan pemipaan jaringan air bersih sepanjang 1.450
Foto 13 : S umber air bersih di D esa Watusong,
K ec. G robogan, K ab, G robogan.
42
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
4.Desa Taruman (thn 2006)
Desa Taruman juga merupakan daerah pegunungan
kapur di dataran tinggi yang masih sering kesulitan air
bersih, karena sumber air yang besar telah diambil alih
PDAM untuk dialirkan ke kota sebagai stok air persediaan
daerah perkotaan. Karena kekurangan air yang
berkepanjangan dan pemanfaatan yang tidak seimbang
antara suplai air untuk daerah perkotaan dan pedesaan.
Dengan memanfaatkan sumber air yang ada, UPKM RS
Panti Rahayu melakukan pendampingan pengadaan
sarana air bersih untuk masyarakat. Adapun program
yang dibantukan antara lain :
1. Dukuh Krajan :
- Bak induk 1 buah.
- Bak pembagian/sub ke warga 2 buah.
- Paralon 2.500 meter.
Yang memanfaatkan 634 KK.
2. Dukuh Batang :
-Bak induk 1 buah.
-Bak pembagian/sub ke warga 1 buah.
meter, sampai saat ini air bersih tersebut digunakan oleh
247 KK, untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan
lainnya. Untuk Desa Sandi masih dibagi lagi yaitu Sandi
Kidul. Bantuan yang diberikan berupa bak penampungan
air sebanyak 5 buah dan pemipaan sepanjang 1.200
meter, yang mana air bersih bisa dimanfaatkan oleh lebih
dari 183 KK.
Foto 14 : S aluran air bersih dari mata air ke rumah warga.
43
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Dampak Program Air Bersih
Pendekatan kebijakan penyediaan air dapat dipisahkan
menjadi dua, yakni sosial (worst first) dan ekonomi (growth
point). Pendekatan sosial atau non-ekonomi memfokuskan
penyediaan air pada wilayah yang secara alami kekurangan
air akibat pengaruh atau gangguan iklim. Penyediaan air
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
ternak didasari alasan kemanusiaan dan kesehatan
- Paralon 1000 meter.
Yang memanfaatkan 346 KK.
3. Pemanfaatan tambahan :
1 (satu) Sekolah Dasar, 2 lokasi Masjid, 6 mushola
dan 1 Kantor Balai Desa.
Foto 15 : Rumah pompa di D esa S edayu.
Foto 16 : B ak penampungan air
yang disalurkan ke rumah warga.
44
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
masyarakat (humanitarian schemes). Di pedesaan,
pendekatan ini sangat baik dan prioritas penyediaannya
dianggap lebih penting dibanding kualitas airnya.
Pendekatan ekonomi difokuskan kepada wilayah yang
potensinya tinggi untuk dikembangkan secara ekonomi.
Penyediaan air ditujukan untuk memancing aktivitas ekonomi
ke arah pencapaian kualitas hidup yang tinggi dengan
menerapkan fasilitas dan teknologi modern (economic
schemes). Pendekatan ini menuntut investasi yang intensif
untuk menghasilkan kualitas air yang memenuhi syarat
kesehatan. Dari ke-3 desa, Desa Sedayu, Taruman, Jatipohon
ditambah desa tetangga yaitu Desa Karangrejo, sudah bisa
memanfaatkan air bersih dengan baik sehingga bisa untuk
mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dampak
ekonomi kemitraan air bersih, Desa Sedayu telah
membentuk kelompok home industry kecambah dengan
adanya air bersih sebagai sarana utama pembuatan
kecambah. Sekarang pemasarannya sudah sampai ke luar
kota. Di Desa Sumber Jatipohon dan Desa Taruman sudah
terbentuk kelompok perikanan dan pemancingan kolam ikan,
sehingga menambah pendapatan masyarakat. Terkait dengan
dampak ekonomi yang timbul dari penyediaan air bersih
adalah keseimbangan ekologi/lingkungan. Agar dampak
ekonomi tidak mempengaruhi dampak lingkungan harus ada
kearifan lokal budaya masyarakat, dan peningkatan daya
dukung lingkungan sumber daya air. Strategi ini sekalipun
tidak di bawah wewenang sektor air bersih, namun menjadi
relevan dikemukakan karena alasan keterkaitan ekologis dan
dampak-dampaknya. Sumber daya air adalah bagian dari
sumber daya alam dan lingkungan yang harus dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya agar dapat mengalirkan manfaat
sebagai air baku secara optimal dan berkelanjutan. Sejauh
ini yang terkait dalam arti luas dengan pengelolaan air baku
meliputi sektor-sektor kehutanan, pertambangan atau
geologi, pekerjaan umum dan pemerintah daerah. Sektor
kehutanan berwenang dalam perlindungan wilayah hutan
45
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
serta sumber daya tanah dan air di dalamnya. Direktorat
Geologi memiliki otoritas dalam eksplorasi air bawah tanah,
dan departemen PU berwenang mengelola air permukaan.
Kesimpulan dan Evaluasi
1. Promosi kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
di Kecamatan Grobogan. PHBS adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota
keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan
masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan
mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di
rumah tangga.
2. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan
ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan
(totalitas). Dengan melibatkan tomas (tokoh
masyarakat) yang berpengaruh baik secara spirutal
maupun pemerintahan.
3. Tingkat pengetahuan kelompok sasaran tentang perilaku
hidup sehat dan bersih. Diharapkan dengan diadakannya
promosi PHBS secara berkala setiap bulannya, masyarakat
sadar dan ada peningkatan pengetahuan tentang hidup
sehat, serta masyarakat dapat menjadi ujung tombak
untuk menyebarluaskan promosi kesehatan ke
masyarakat lainnya, dengan adanya kader kesehatan dan
pos kesehatan di desa binaan.
4. Kegiatan PHBS tidak bisa berjalan tanpa koordinasi dan
keterlibatan masyarakat secara langsung. Kegiatan
promosi PHBS dilakukan di masyarakat, misalnya
bergotong-royong, dan pada saat kegiatan posyandu.
Selain itu juga diadakan di sekolah-sekolah yang terdapat
di daerah binaan. Kegiatan ini rutin diadakan setiap
bulannya. Adapun materi promosi PHBS meliputi siklus
46
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
C. Paguyuban Lanjut Usia
dan daur hidup penyakit, air bersih dan sanitasi,
pengelolaan sampah dan cuci tangan pakai sabun, konsep
bersih dan sehat untuk lingkungan dan diri sendiri. Dan
pada kegiatan posyandu juga dilakukan kegiatan promosi
PHBS dan juga kegiatan penambahan nutrisi untuk balita.
PAGUYUBAN LANJ UT USI A SEBAGAI UPAYA
PROMOTIF KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh : RS PANTI RAHAYU YAKKUM
PURWODADI - JAWA TENGAH
Abstrak
Penggunaan media komunikasi online maupun offline saat
ini tidak terbendung lagi, informasi mengalir kepada setiap
orang dengan cepat dan beragam. Meskipun derasnya
informasi dan kemudahan akses informasi, masih ada
anggota masyarakat yang belum bisa memanfaatkannya
dengan baik. RS Panti Rahayu sebagai lembaga kesehatan
mencoba untuk memanfaatkan dan menggali informasi
dengan membentuk komunitas lanjut usia yang disingkat
GUSIAYU (Paguyuban Lanjut Usia RS Panti Rahayu). GUSIAYU
merupakan sarana komunikasi below the line dengan
komunitas yang terdiri sekitar 349 orang anggota lanjut usia.
Tetapi komunitas yang terdiri dari berbagai kelompok sosial
ini menjadi salah satu strategi low budged high impact
bagi RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi. Secara kualitatif,
pertemuan ini sangat bermafaat bagi anggota GUSIAYU atau
para lanjut usia, karena membahas tentang gaya hidup lanjut
usia dengan pemantauan kesehatan melalui pemeriksaan
kesehatan, ECG, gula darah, pemeriksaan osteoporosis,
fasilitas Lansia Card/GUSIAYU Card dan lain-lain. Secara
kuantitas, masih diperlukan sosialisasi kepada masayarakat
karena jumlah masyarakat yang tergabung masih sedikit
47
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
(0.285%) dari jumlah penduduk lanjut usia di Kabupaten
Grobogan, sehingga perlu penyebaran informasi dan
menambah jejaring agar semakin banyak jumlah lanjut usia
yang terlayani.
Pendahuluan
Sudah menjadi sifat manusia untuk selalu bisa diterima
di dalam lingkungan sosial dan lingkungan kelompoknya,
baik dalam perserikatan, persaudaraan, kekeluargaan dan
hubungan yang intim. Komunitas offline, menjadi bagian dari
gaya hidup sebagian orang yang tinggal di perkotaan. Dengan
lahirnya komunitas offline, di berbagai lapisan masyarakat
akan semakin mempersempit jurang pemisah antara satu
individu dengan yang lainnya.
Komunitas offline telah terbukti membawa perubahan
struktur masyarakat. Individu yang biasa berkomunikasi
dengan banyak orang dalam kehidupannya akan melakukan
upaya bagaimana selalu terkoneksi dengan individu yang
lainnya dalam lingkup (rekan kerja, keluarga, teman sekolah
masa lalu dan lain-lain).
Demikian halnya dengan para lanjut usia. Dengan status
sosial yang ia terima, maka lanjut usia membutuhkan cara
agar tetap hidup sehat dan sejahtera. Menurut Darmojo dan
Martono (2004), seorang lansia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk
makin banyak distorsi metabollik dan struktural yang disebut
dengan penyakit degeneratif. Artinya, dengan timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, akan semakin tinggi tingkat
ketergantungan para lanjut usia kepada penduduk yang
produktif.
Menurut Komisi Lanjut Usia Nasional 2010 dalam buku
Profil Penduduk Lanjut Usia tahun 2009, propinsi yang
memiliki rasio ketergantungan penduduk tua yang cukup
tinggi adalah D.I. Yogyakarta sebesar 21,78 diikuti oleh
Provinsi Jawa Tengah sebesar 17,65 dan Jawa Timur sebesar
17,12.
48
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Peran rumah sakit dalam rangka ikut andil dalam
pelayanan lanjut usia adalah sangat jelas dan diatur dalam
UU RI No: 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,
pasal 14 ayat (1), (2) dan (3) yaitu; ayat (1) Pelayanan
kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut
usia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi
secara wajar; Ayat (2) Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
peningkatan :
a) penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan
lanjut usia
b) upaya peyembuhan (kuratif), yang diperluas pada
bidang pelayanan geriatrik/ gerontologik
c) pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang
menderita penyakit kronis dan/atau penyakit terminal;
Ayat (3) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
lanjut usia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Program paguyuban lanjut usia di RS Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi atau disingkat dengan GUSIAYU merupakan
organisasi yang berdiri sendiri secara administratif, tetapi
pengawasan dan fasilitas tetap menjadi tanggung jawab RS
Panti Rahayu. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah
diskusi kesehatan, pemeriksaan kesehatan, wisata bersama
dan senam untuk anggota lanjut usia.
Latar Belakang
Berdasar hasil registrasi penduduk akhir tahun 2009,
jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan adalah 1.404.770
orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,74%.
Jumlah penduduk yang berumur 55-75+pada tahun 2009
adalah 210.938 orang atau sekitar 15,02% dari total penduduk
Kabupaten Grobogan. Syarat untuk mendaftar sebagai
anggota GUSIAYU adalah berumur 55 tahun. Maka dipastikan
49
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
bahwa jumah penduduk lanjut usia yang belum sadar
tentang pentingnya sehat dan sejahtera di usia lanjut
kemungkinan sangat besar.
Jumlah lanjut usia yang terus bertambah di Kabupaten
Grobogan sejak tahun 2003 sampai tahun 2007, tingkat
pertumbuhan penduduk lanjut usia mencapai rata-rata 8,3%
per tahun atau sekitar 6.677,98 orang per tahun dengan
jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2007 adalah
1.386.931. Jika dibandingkan dengan hasil sensus penduduk
Kabupaten Grobogan tahun 2010, maka jumlah penduduk
Kab. Grobogan menurun yaitu 1.308.696 orang.
Melihat realita seperti itu, RS Panti Rahayu mencoba
untuk melakukan perubahan dalam kerangka meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Upaya
tersebut dengan membentuk paguyuban lanjut usia pada
tanggal 5 Agustus 2000. Dalam perkembangannya, jumlah
lanjut usia yang tergabung dalam Paguyuban Lanjut Usia
Panti Rahayu (GUSIAYU) semakin bertambah. Anggota
GUSIAYU sejak tahun 2000-2008 mencapai lebih dari 600
orang yang terdiri dari berbagai golongan agama dan etnik.
Selain alasan tersebut di atas, saat ini di Kabupaten
Grobogan belum ada kelompok/ rumah sakit/ lembaga
kesehatan lain yang memfasilitasi agar para lanjut usia
mendapat akses kesehatan lebih mudah dan cepat.
Tujuan :
3.1.Melakukan kampanye menggunakan below the line,
untuk menciptakan word of mouth terkait dengan
program kesehatan bagi masyarakat.
3.2.Membangun komunikasi timbal balik yang berdampak
pada loyalitas pelanggan dalam menggunakan jasa
pelayanan kesehatan.
3.3.Memfasilitasi para lanjut usia untuk terus menjadi
advokator di lingkungan rumah dan organisasi di
sekelilingnya untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
50
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
3.4.Mereposisi stigma lanjut usia yang sudah tidak berguna
dan menjadi beban penduduk produktif.
Batasan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada 2 hal yaitu
pertumbuhan jumlah anggota lanjut usia yang tergabung
dalam Kelompok GUSIAYU, dan transfer ilmu pengetahuan
untuk menjadi gaya hidup sehat.
Metodologi
Kegiatan GUSIAYU yang dianalisa secara deskripsi, untuk
pengembangan jejaring dan memperluas cakupan pelayanan
kesehatan.
Program dan Hasil Kegiatan
1. Program Kegiatan
a . Internal
Kegiatan pelayanan paguyuban lanjut usia yang
diselenggarakan di RS Panti Rahayu diorganisir secara matang
dengan jadwal yang telah disusun secara periodik terutama
untuk kegiatan-kegiatan yang penyelenggaraannya
melibatkan pihak lain di luar rumah sakit. Pelayanan GUSIAYU
diselenggarakan setiap hari Sabtu minggu ke-3. Secara
organisasi, Gusiayu menjadi organisasi yang mandiri di
bawah kendali RS Panti Rahayu.
b. Visi, Misi dan Moto
Visi :
Menjadi lanjut usia yang sehat dan sejahtera.
Misi :
Menciptakan budaya hidup sehat dengan
memberdayakan anggota lanjut usia, baik berdaya bagi
diri sendiri, berdaya bagi keluarga dan berdaya bagi
masyarakat di sekelilingnya.
51
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
c. Struktur Organisasi
Organisasi GUSIAYU dibangun atas dasar kesamaan visi
untuk menciptakan kondisi lanjut usia yang lebih sejahtera.
Organisasi GUSIAYU juga dibangun dengan semangat
kebersamaan, semangat untuk memelihara hubungan antar
anggota. Secara etik, rumah sakit tidak mungkin melakukan
promosi yang bersifat above the line, oleh karena itu rumah
sakit menggali strategi bagaimana bisa mendekatkan diri
kepada masyarakat.
Secara struktur, organisasi GUSIAYU terpisah dengan
struktur organisasi RS Panti Rahayu, tetapi pengurus
GUSIAYU selalu melakukan koordinasi dengan pihak RS Panti
Rahayu. GUSIAYU juga mengelola iuran anggotanya yang
dimaksudkan untuk membantu operasional pengurus
(fotokopi, biaya kunjungan), walaupun secara penuh
didukung oleh RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi.
Pengurus GUSIAYU juga membuat program kegiatan tahunan
sehingga memudahkan dalam memantau seluruh kegiatan
yang dilakukan. Berikut adalah program yang secara rutin
dilakukan oleh Pengurus GUSIAYU bersama dengan RS Panti
Rahayu Purwodadi:
1) Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum acara inti
dimulai. Pemeriksaan meliputi pengukuran tekanan darah,
pengukuran berat badan yang dicatat dalam kartu KMS
sehingga setiap anggota GUSIAYU bisa melakukan konsultasi
ke dokter yang dituju dengan membawa data KMS-nya
masing-masing.
2) Ceramah dan diskusi
Ceramah diisi dengan ilmu pengetahuan tentang
kesehatan, gaya hidup sehat dan mencegah terjadinya
penyakit serta mengendalikan penyakit. Di sinilah
sebenarnya pesan-pesan bisa disampaikan kepada anggota.
Metode visual/penggunaan istilah-istilah perumpamaan/
52
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
analogi yang bisa mendekatkan ide materi agar lebih bisa
dimengerti dan lebih mudah diterima dan diingat dengan
baik, sehingga anggota lanjut usia bisa menyampaikan
kepada orang lain di sekelilingnya. Misalnya Sepuluh
Petunjuk Hidup Sehat harus mengendalikan SINDROMA
10; GULOH (G=Gula, U=Urat, L=Lemak, O=Obesitas,
H=Hipertensi); SISAR; S=Sigaret, I=Inaktivitas, S=Stress,
A=Alkohol, R=Regular check-up; Makanan suplemen yang
bersifat ateroprotektif yaitu T-K-W (TOMAT, KACANG
WORTEL), P-J-K-A (PEPAYA, J ERUK, KURMA, APEL), B-K
(BROKOLI, KUBIS).
Mengingat para lanjut usia sudah mengalami penurunan
daya ingat, maka setiap selesai pertemuan selalu dibagikan
materi ceramah, sehingga ketika sampai di rumah, anggota
GUSIAYU bisa memperbanyak dan menyampaikannya dalam
pertemuan di masjid, gereja, arisan ibu-ibu, pertemuan
organisasi dan lain-lain. Beberapa organisasi lansia yang
tergabung dalam GUSIAYU antara lain: Kelompok Lanjut Usia
Perhutani/Pensiunan Pegawai Perhutani (HPK), Kelompok
Lanjut Usia PP BRI, Purnawirawan Polri dan TNI, Purnakarya
Pegawai Pemda Grobogan, Ikatan Pensiunan Pegawai Dinas
P dan K (IPPK), Persatuan Wredatama Republik Indonesia
(PWRI) dan umum.
Foto 17 : S uasana pertemuan G U S IA YU
pada setiap hari S abtu minggu ke-3.
53
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
3) Wisata lansia
Selain melakukan diskusi di dalam ruangan (indoor),
maka kegiatan di luar ruangan juga sangat diperlukan.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan
jalan sehat setiap bulan Pebruari, atau dalam rangka
memperingati HUT RS Panti Rahayu yang jatuh pada tanggal
11 Pebruari. Melakukan jalan sehat dalam rangka HUT
GUSIAYU, dan berwisata bersama untuk lebih mengenal satu
dengan yang lainnya. Tempat wisata yang dikunjungi oleh
GUSIAYU adalah tempat tempat yang memiliki sejarah,
misalnya Museun Ambarawa, Museum Dirgantara
Yogyakarta, Monumen Jogja Kembali Yogyakarta, Pantai
Kartini di Jepara Jawa Tengah, Tanjung Kodok Lamongan,
wisata Gunung di Ketep Magelang.
Foto 19 : Persiapan J alan S ehat
H U T ke-44 RS Panti Rahayu Porwodadi.
Foto 18 : Wisata lansia di MuseumR.A . K artini,
J epara, J awa T engah.
54
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
4) Senam lansia
Senam lansia dilakukan setiap hari Sabtu pukul 06.00-
07.30 WIB. Kegiatan senam ini dipimpin oleh petugas yang
ditunjuk oleh RS Panti Rahayu (Bagian Keperawatan dan
Bagian Fisioterapi).
5) Kunjungan anggota sesama lanjut usia
Kegiatan perkunjungan sesama anggota GUSIAYU
dilakukan untuk saling mendukung dan menguatkan.
Kunjungan dilakukan ketika anggota sedang sakit, atau ketika
ada rencana kegiatan bersama kelompok/wilayah, misalnya
sepeda santai pagi, jalan sehat dalam rangka car free day
dan lain-lain.
6) Santunan bagi anggota yang sedang sakit dan meninggal
Santunan bagi anggota GUSIAYU diberikan jika anggota
dirawat inap atau meninggal dunia. Anggota GUSIAYU yang
dirawat di rumah sakit akan mendapatkan santunan Rp.
100.000 dan jika ada anggota GUSIAYU yang meninggal dunia
mendapat santunan Rp. 150.000.
Pengorganisasian GUSIAYU
Hubungan antara RS Panti Rahayu dengan Pengurus
GUSIAYU adalah hubungan koordinasi, terutama jika ada hal-
hal yang harus diputuskan oleh manajemen terkait dengan
kegiatan GUSIAYU. Pengorganisasian kegiatan dimaksudkan
untuk pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam
rencana sehingga membentuk satu kesatuan yang terpadu
untuk mencapai tujuan pelayanan kepada GUSIAYU.
Salah satu kegiatan pengorganisasian yang dilakukan
adalah pengorganisasian tenaga pelaksana, mencakup
pengaturan tugas dan wewenang setiap tenaga pelaksana
sehingga setiap kegiatan mempunyai penanggung jawabnya.
Hasil akhir pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau
sering disebut struktur organisasi yang merupakan
perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana, adapun
55
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
struktur organisasi dalam kepengurusan GUSIAYU adalah
sebagai berikut :
PENGURUS GUSIAYU
RS PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI
PERIODE 18 Agustus 2008 s/d 18 Oktober 2011
Pelindung/Penasehat : Direktur RS Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi
Pembina : Elizabet Lita Wuryani, S.Kep
Saryoto, S.Si
Dra. Ardhanariswari
Ketua : Maryoto H.S
Sekretaris : E.M. Rochayadi A.W
Bendahara : Suyudono
Koordinator :
Kelompok 1 : Sri Anggraeni Haryati
Kelompok 2 : Sutini
Kelompok 3 : Mardiningsih
Kelompok 4 : MG Suwartini
Kelompok 5 : Endang Purwaningsih
Kelompok 6 : Slamet Suseno
Seksi Wisata/
Tabungan : Sutadi Hadi Yuwono Sutati
Tugas dan tanggung jawab Pengurus adalah :
1. Mengkoordinir pertemuan GUSIAYU yang diselenggara-
kan setiap hari Sabtu minggu ke-3 setiap bulan.
2. Memimpin senam, menyanyi dan berdiskusi.
56
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
3. Melakukan pendataan terhadap anggota baru.
4. Menerima iuran anggota, mengelola keuangan organisasi
GUSIAYU.
5. Mengelola kebutuhan anggota (Lansia Card, KMS, donasi
dll).
6. Menyampaikan laporan keuangan kepada anggota
GUSIAYU.
7. Membagikan materi pertemuan bulan sebelumnya.
Hasil Kegiatan Edukasi kepada Masyarakat
Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut
usia agar kondisi fisik, mental dan sosialnya dapat berfungsi
secara wajar. RS Panti Rahayu yang merupakan salah satu
lembaga pelayanan kesehatan yang harus memberikan akses
kemudahan bagi para lanjut usia. Lanjut usia dalam kegiatan
diarahkan agar bisa menjadi teladan dalam kehidupan
masyarakat, misalnya menjadi agen perubahan kepada para
perokok sehingga mampu mengingatkan kepada anggota
masyarakat, bahwa merokok adalah aktivitas yang tidak
produktif dan merugikan kesehatan.
Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana
dimaksud dilaksanakan melalui peningkatan, penyuluhan
dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia,
penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan
diutamakan pada upaya pemampatan penyakit.
Upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada
bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; Geriatrik adalah
suatu ilmu yang mempelajari penyakit pada lanjut usia
(degeneratif) sedangkan gerontologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari aspek yang ada pada lanjut usia (fisik, mental
57
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
dan psikososial). Pengembangan lembaga perawatan lanjut
usia yang menderita penyakit kronis dan/atau penyakit
terminal. Penyakit terminal adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, seperti kanker stadium akhir. Sementara
upaya promotif yang dilakukan oleh RS Panti Rahayu
diharapkan mampu untuk mengarahkan masyarakat untuk
memiliki perilaku hidup sehat yang akan berdampak kepada
kondisi kesehatan dan kesejahteraan. Upaya promotif
dengan penyuluhan bukan satu-satunya cara yang efektif
untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku. Tetapi upaya
ini merupakan langkah yang sedang ditempuh untuk menuju
proses perubahan yang signifikan.
Secara fisik para anggota GUSIAYU sudah memasuki usia
di atas 55 tahun, sehingga secara medis sudah banyak terjadi
gangguan kesehatan baik dalam organ dan fisiknya. Dalam
makalah ini dijelaskan mengenai seberapa besar minat
anggota GUSIAYU untuk mengikuti kegiatan pertemuan yang
diselenggarakan setiap hari Sabtu, minggu ke-3. Dari data
yang ada, rata-rata kehadiran peserta mencapai 100-130
orang, tetapi yang masih menjadi pekerjaan untuk
diselesaikan adalah anggota GUSIAYU yang hanya ingin
memiliki Kartu Anggota tetapi jarang mengikuti kegiatan
baik indoor maupun outdoor.
Berdasarkan data SIM RS Panti Rahayu Purwodadi, dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 1: Data Kunjungan Pasien umur 44 th s/d 65 th
di RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi
Asal Pasien 44-65 thnLebih dari Total Persentase
65 th Kunjungan
Blora 6.065 45.068 51.133 41,29
Purwodadi 14.882 5.354 20.236 16,34
Toroh 4.857 2.437 7.294 5,89
58
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Luar
Grobogan 1.425 4.574 5.999 4,84
Wirosari 2.607 1.111 3.718 3,00
Pulokulon 2.684 1.010 3.694 2,98
Godong 2.768 908 3.676 2,97
Grobogan 2.608 1.011 3.619 2,92
Kradenan 2.442 1.161 3.603 2,91
Tawangharjo 2.435 892 3.327 2,69
Karangrayung2.146 890 3.036 2,45
Geyer 2.000 1.001 3.001 2,42
Penawangan 1.882 916 2.798 2,26
Brati 1.575 618 2.193 1,77
Gabus 1.403 677 2.080 1,68
Ngaringan 1.161 437 1.598 1,29
Klambu 737 187 924 0,75
Kunduran 335 140 475 0,38
Todanan 212 117 329 0,27
Gubug 176 105 281 0,23
Blora Kota 218 582 76 0,22
Ngawen 178 75 253 0,20
Tegowanu 103 28 131 0,11
Kedungjati 64 19 83 0,07
Tg.harjo 56 13 69 0,06
Daerah lain 14 3 17 0,01
55.033 68.810 123.843 100,00
*)Data SIMRS Panti Rahayu 2011 diolah.
Berdasarkan data tabel 1 di atas, jumlah pasien yang
berumur lebih dari 65 tahun sebesar 68.810 orang dengan
persebaran di 26 daerah/kota/ kecamatan di sekitar
59
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Purwodadi, jika dibandingkan dengan jumlah anggota
GUSIAYU yang sekarang terdaftar dalam buku induk adalah
349 orang. Dari sisi pemasaran masih sangat memungkinkan
untuk dikembangkan menjadi produk pelayanan baru,
misalnya Klinik Geriatri yang secara khusus melayani para
usia lanjut dengan segala permasalahnya.
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Pasien di RS Panti Rahayu dari
tahun 2008 s/d 2011
Umur Tahun
2008 2009 2010 2011
44-65 9,693 12,494 17,788 15,058
>65 24,220 22,495 15,630 6,465
Data SIM RSPR tahun 2011, diolah.
Analisa : berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah
kunjungan pasien usia lanjut semakin berkurang tetapi
jumlah kunjungan pasien yang berumur antara 44-65 tahun,
mengalami kenaikan yang cukup signifikan (antara 3.000-
4.000 per tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan
semua orang akan menjadi tua, dan akan selalu terkoneksi
dengan rekan satu pekerjaan, rekan semasa masih sekolah,
rekan dalam masa perjuangan dan lain-lain.
Jika dilihat dari persebaran akses untuk menjadi anggota
Paguyuban Lanjut Usia RS Panti Rahayu masih sangat luas,
berikut gambaran mengenai persebaran Anggota GUSIAYU.
Berdasarkan data pada grafik 2, 58% anggota tinggal di
Kota Purwodadi. Hal ini sangat dipengaruhi jarak antara
Rumah Sakit Panti Rahayu sebagai fasilitator pelayanan para
lanjut usia. Jika dibandingkan dengan total kunjungan pasien
60
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
per tahun selama tahun 2008-2011, maka masih perlu upaya
yang kuat untuk mengajak seluruh seluruh pasien untuk
bersama-sama bergabung di GUSIAYU. Pertumbuhan jumlah
anggota GUSIAYU tersebar di wilayah Kabupaten Grobogan
(terdiri dari 19 Kecamatan, Kabupaten Demak, Kabupaten
Pati, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Boyolali). Seiring
dengan perubahan pola hidup sehat bagi lanjut usia dan
masyarakat pada umumnya, maka menjadi sangat penting
peran masing-masing pihak, baik RS Panti Rahayu maupun
GUSIAYU. Bagi RS Panti Rahayu, GUSIAYU adalah agen
perubahan yang akan menjadi advokator tentang pelayanan
yang sudah diterima di RS Panti Rahayu. Artinya komunikasi
dua arah (interaktif) terjalin dengan baik. Demikian juga bagi
GUSIAYU, RS Panti Rahayu adalah mitra bertumbuh yang terus
memberikan supporting, sehingga harapan dari kedua belah
pihak bisa tercapai. Pencapaian bagi kedua pihak tidak
sekedar hanya nilai dasar (basic needs) dari suatu produk,
tetapi lebih kepada higher need, sehingga dibutuhkan
customer insight. Untuk mendapatkan customer insight,
harus terjalin hubungan yang intim, interaksi yang terus
menerus sambil melakukan learning leadership sehingga,
nilai-nilai yang diinginkan oleh pelanggan dapat dideteksi
sejak awal.
GUSIAYU dalam Perspektif Marketing
Kecanggihan perangkat manajemen dan kekuatan
finansial, terbukti bukan sesuatu yang bisa bertahan dalam
krisis, tidak mampu membendung kekuatan perubahan
komunitas. GUSIAYU sebagai komunitas para usia lanjut
merupakan kekuatan yang tidak bisa dianggap sederhana
61
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
dan remeh. Kekuatan anggota komunitas mampu
memberikan rekomendasi (melakukan advokasi) kepada
sesama lanjut usia di lingkungannya. Secara tidak langsung
anggota menjadi sarana bagi RS Panti Rahayu sebagai salah
satu agen perubahan untuk mencapai masyarakat lanjut usia
yang lebih baik.
Menurut Kartajaya H, dunia sedang mengalami
transformasi pemasaran dari pemasaran 1.0 yang
mengandalkan rational. Konsumen memilih satu produk
berdasarkan pada tinggi-rendahnya harga yang ditawarkan
oleh konsumen. Pemasaran 2.0 yang ditandai dengan
emotional marketing, sudah berkembang sedemikian luas
sehingga menjadi buzzword yang berkembang sangat luas.
Marketing 3.0 lebih menekankan kepada aspek spiritual,
yang dilandasi dengan spiritual intelligence. Seiring dengan
konsep di atas RS Panti Rahayu sadar betul bahwa sehebat
apapun strategi yang dibangun, jika tidak dibangun atas dasar
nilai-nilai yang benar dan relevan akan menjadi organisasi
yang kurang berkembang.
Masih mengacu pada buku Connect, Surfing New Wave
Marketing (Gramedia, 2010), praktik kanalisasi distribusi
ini berubah ke arah komunalbaik di ranah online maupun
offline. Apalagi produk yang dipasarkan di sini adalah produk
hasil kreasi bersama pelanggan alias co-creation. Bahasan
co-creation bisa dilihat dalam tulisan saya berjudul Saatnya
Berkreasi dengan Pelanggan. Sebab itu, yang perlu
dilakukan adalah aktivasi komunal. Anggota komunitaslah
yang menjadi pelaku-pelaku pemasaran tersebut.
Kunci sukes dalam melakukan aktivas komunal adalah
membiarkan kebebasan bagi para anggota komunitas untuk
62
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
merasakan dan memiliki pengalaman yang secara nyata
mereka alami sendiri terhadap RS Panti Rahayu. Selain itu,
untuk melakukan aktivasi komunal ini dibutuhkan
penghubung/orang/benda yang mampu menghubungkan
merek (RS Panti Rahayu) dengan anggota komunitas serta
menjadi trigger dalam aktivitas pemasaran anggota
komunitasbaik secara online maupun offline.
Dengan kata lain anggota GUSIAYU bukan diperlakukan
sekedar sebagai database atau memenuhi program kerja
pemasaan tetapi lebih diperlukan sebagai subjek yang secara
kontinu terlibat dalam proses aktivitas rumah sakit, dengan
tujuan akhir tercipatanya komunitas offline yang terus
bergerak maju.
Di era new wave marketing, aktivasi komunal ini boleh
dibilang sebagai strategi pemasaran yang low budget high
impact. Kuncinya ada pada pengelolaan komunitas itu
sendiri. Di komunitas ini, proses branding bisa dilakukan,
termasuk dengan meminta testimoni dari anggota komunitas
tentang proses pelayanan rawat inap dan rawat jalan,
kelebihan dan kekurangan dari proses pelayanan paripurna
sehingga secara tidak langsung RS Panti Rahayu bisa segera
melakukan perbaikan jika dirasa kurang memuaskan
pelanggan.
Dalam perspektif marketing, GUSIAYU sudah diarahkan
pada kegiatan masyarakat yang bersifat sosial dan tidak
dibatasi dengan sekat agama, ras, golongan dan tingkatan
apapun. Outcome dari kegiatan pelayanan GUSIAYU adalah
membangun komunikasi timbal balik yang berdampak pada
loyalitas pelanggan dalam menggunakan jasa pelayanan
kesehatan. Tetapi bukan semata-mata loyalitas, tetapi ada
63
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
hubungan secara emosional. Berdasarkan data daftar hadir
setiap bulan, kehadiran anggota GUSIAYU berkisar 130 150
orang.
Hubungan inilah yang sebenarnya dimanfaatkan oleh RS
Panti Rahayu sebagai momen yang tepat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Faktor yang tidak
kalah penting adalah memfasilitasi para lanjut usia untuk
terus menjadi advokator di lingkungan rumah dan organisasi
di sekelilingnya untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang lebih baik. Komunitas GUSIAYU sebenarnya
terdiri dari 3 komponen. Yang pertama, kelompok yang sudah
menggunakan jasa pelayanan RS Panti Rahayu (user), yaitu
kelompok yang sudah memiliki brand image, bahwa ketika
mereka membutuhkan pelayanan kesehatan, yang ada dalam
benak mereka adalah Yakkum (nama Yakkum menjadi
brand generic yang tidak bisa dilepaskan dari nama RS Panti
Rahayu, karena nama Yakkum lebih terkenal dan terbiasa
daripada nama RS Panti Rahayu). Yang kedua, kelompok
advokator, yaitu anggota GUSIAYU yang terus menerus, di
manapun mereka mengikuti kegiatan selalu
merekomendasikan untuk ikut dalam Paguyuban Lanjut Usia
Panti Rahayu (GUSIAYU), dengan menjelaskan berbagai
manfaat yang didapat, dari materi sampai potongan biaya
pelayanan kesehatan. Yang ketiga, kelompok follower, yaitu
anggota GUSIAYU yang hanya sekedar datang, terlibat diskusi,
dan mendapat materi diskusi. Tetapi sebenarnya kelompok
ini sangat mudah untuk diadvokasi dan akhirnya menjadi
anggota yang dengan sendirinya meperoleh manfaat dari
komunitas GUSIAYU.
64
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Secara biologis, tidak ada satupun manusia di dunia yang
tidak akan mengalami penuaan. Tetapi secara sosial manusia
juga merindukan kehadiran orang lain dalam kehidupan
pribadinya. Kehadiran yang dimaksud bukan hanya sekedar
kelihatan, tetapi kehadiran yang menguatkan, kehadiran
yang mampu memberikan spirit untuk terus bertahan seiring
dengan bertambahnya usia dan perubahan struktur dan
fungsi organ.
Sehubungan dengan kondisi tersebut RS Panti Rahayu
melalui GUSIAYU hendak mereposisi stigma lanjut usia yang
sudah tidak berguna dan menjadi beban penduduk produktif,
menjadi lanjut usia yang sejahtera, lanjut usia yang tidak
mengalami disfungsi komunikasi, lanjut usia yang terus
berupaya untuk mempertahankan dirinya sendiri dari
serangan penyakit dan proses penuaan.
Kesimpulan dan Evaluasi
A. Kesimpulan
1) Untuk menyampaikan ide dan pesan yang menjadi
tugas dan fungsi pelayanan kesehatan, RS Panti
Rahayu perlu mengembangkan komunitas-komunitas
yang lain. Sehingga proses pelayanan bukan bersifat
dari rumah sakit untuk pasien, tetapi rumah sakit
harus mencoba menggali lebih dalam apa yang
menjadi harapan pelanggan/masyarakat.
2) Dalam hal jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan
yang semakin bertambah dan jumlah lanjut usia yang
semakin bertambah pula, hal ini menjadi peluang
65
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
bagi RS Panti Rahayu untuk mengembangkan
komunitas GUSIAYU menjadi Klinik Geriatri sehingga
tujuan GUSIAYU menjadi sarana menuju lanjut usia
yang sehat dan sejahtera bisa tercapai.
3) Menurut data dari pengurus GUSIAYU, jumlah anggota
mencapi 349 orang, dan jumlah yang terus aktif
mengikuti kegiatan pertemuan GUSIAYU, sekitar 110-
150 orang. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan
masing-masing anggota, baik kemampuan fisik
maupun finansial. Karena setiap anggota secara
finansial mengandalkan kecukupan dana pensiun
atau dana yang tersisa dari setiap aktivitas setiap
bulan.
4) Komunitas offline bagi GUSIAYU adalah salah satu
sarana untuk saling berkomunikasi, karena
kemungkinan besar antara satu anggota dengan
anggota yang lain memiliki platform yang sama. Salah
satunya adalah perasaan kesepian dan usia yang
sudah lanjut. Namun komunitas ini menjadi sarana
komunikasi yang low budged tetapi high impact.
B. Evaluasi
1) Perlu peningkatan baik secara kualitas maupun
kuantitas terhadap pelayanan yang diberikan kepada
usia lanjut, khusunya dalam memperoleh akses
pelayanan kesehatan. Secara kualitas, pelayanan
untuk GUSIAYU sudah memadai yaitu dengan
memberikan pemeriksaan kesehatan secara cuma-
cuma (ECG, GDR, osteoporosis dan lain-lain). Secara
66
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
kuantitas masih sangat sedikit (0.285%) dari jumlah
penduduk lanjut usia di Kabupaten Grobogan,
sehingga perlu penyebaran informasi dan menambah
jejaring agar semakin banyak jumlah lanjut usia yang
terlayani.
2) Proses pengelolaan data yang masih manual perlu
dikembangkan menjadi CSM (Customer Relationship
Management) sehingga menjadi database yang
terstruktur dan menjadi informasi untuk pelayanan
kesehatan di lingkup Kabupaten Grobogan dan
sekitarnya.

67
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
DAFTAR PUSTAKA
Spradley, James P, 1997, Metode Etnografi, Tiara Wacana, Jogjakarta.
West, Michale A., 2000, Developing Creativity in Organization, Penerbit
Kanisius, Jogjakarta
Wahyuni Pudjiastuti, STRATEGI MENGATASI MASALAH KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN HIDUP DI PEMUKIMAN KUMUH LEWAT
PROGRAM PEMASARAN SOSIAL, MAKARA, SOSIAL
HUMANIORA, VOL. 6, NO. 2, DESEMBER 2002
, 2010, Modul Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Kesehatan, Yayasan Kesehatan Untuk Umum, Solo.
, Makalah MDGs Propinsi Jawa Tengah 2010.
http://perekindo.blogspot.com/2011/04/beberapaperma-salahan-dan-
solusi.html#
http://pakmargolang.com/article/31128/pemberdayaan-masyarakat-
dalampengembangan-ekonomi-kerakyatan.html
http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=20768/Makalah Marketing
in Indodesia 2011, Markplus Forum.
http://bpm.grobogan.go.id/program-dankegiatan.html
Sutrisno, Ketua Kelompok Industri Kecil Kecambah Desa Sedayu, Kec.
Grobogan, Kab. Grobogan.
Budi Darmojo, 2004, Buku Ajar Geriatri , FKUI Jakarta.
______________, 2010, Grobogan Dalam Angka, hal.29
, 2010, Komisi Lanjut Usia Nasional, Jakarta,
hal. 41
, 2008, Profil Kesehatan Kab. Grobogan tahun
2007; Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan.
http://jateng.bps.go.id/sp2010/booklet3300.htm
Hermawan Kartajaya, 2010, Connect ! Surfing new Wave Marketing,
Gramedia, Jakarta.
68
M
e
r
a
j
u
t

M
i
m
p
i

M
e
n
u
a
i

H
a
r
a
p
a
n
Komnas Lansia, 2010, AKSESIBILITAS DAN KEMUDAHAN DALAM
PENGGUNAAN SARANA DAN PRASARANA, Jakarta.
UURI No: 13 Tahun 1998 tentang KESEJAHTERAAN LANJUT USIA, pasal
14 ayat (1), (2) dan (3) yaitu (1)
Budi Darmojo, Buku Ajar Geriatri , 2004, FKUI Jakarta.
Grobogan Dalam Angka, 2010, hal.29
Profil Kesehatan Kab. Grobogan tahun 2007; Dinas Kesehatan Kab.
Grobogan, 2008.
http://jateng.bps.go.id/sp2010/booklet3300.htm
Hermawan Kartajaya, 2010, Connect ! Surfing new Wave Marketing,
Gramedia, Jakarta.
Rahmatullah, Kurniati T., 2011, Panduan Praktis Pengelolaan CSR,
Samodra Biru, Jogjakarta.
Modul pelatihan, 2010, Gender dan Pembangunan Kesehatan, Yayasan
Kristen untuk Kesehatan Umum, Surakarta.
Buku Profil Kesehatan Kab. Grobogan, 2007, Bab II hal 3.
Grobogan dalam angka 2010, BPS Kab. Grobogan, hal 7
http://reevy.wordpress.com/2009/11/01/pengelolaan-air-bersih/
PERSEKUTUAN PELAYANAN KRISTEN UNTUK KESEHATAN DI INDONESIA (PELKESI)
INDONESIAN CHRISTIAN ASSOCIATION FOR HEALTH SERVICES (ICAHS)
2012

Anda mungkin juga menyukai