Anda di halaman 1dari 30

BAB I PENDAHULUAN Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang rawan

yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan juga dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.(1) Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. !ahkan "#$ telah menetapkan dekade ini (%&&& %&1&) menjadi 'ekade Tulang dan (ersendian. (enyebab )raktur terbanyak adalah karena ke*elakaan lalu lintas. +e*elakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan )raktur, menurut "#$, juga menyebabkan kematian 1,%, juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.(%) -kibat trauma pada patah tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. (atah tulang didekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut )raktur dislokasi.(1) (ada instalasi gawat darurat ..S 'r. #asan Sadikin !andung tahun %&&/ %&&0, )raktur pelvis akibat trauma tumpul mempuyai angka mortalitas antara 1 2 ,& 3. Fraktur pelvis dibedakan menjadi )raktur stabil dan tidak stabil. 'alam sumber lain disebutkan pembagian )raktur pelvis menjadi )raktur yang merusak gelang pelvis dan )raktur yang merusak *in*in pelvis. Fraktur pubik atau ramus is*hii umumnya tidak sering terjadi. 4ni biasanya terjadi pada orang orang berusia tua biasanya akibat jatuh. (ada keadaan ini pelvis tetap dalam keadaan stabil, karena )oramen obturator terbentuk dari tulang yang kaku.(1,5,6) 'iagnosa pasti untuk menegakkan adanya )raktur adalah dengan pemeriksaan radiologi yaitu )oto rontgen. (ada kasus kasus tertentu apabila dengan menggunakan )oto rontgent tidak dapat terlihat, maka bisa dibantu dengan pemeriksaan 7T S*an untuk menilai posisi dan hubungan antar )ragmen.(1,6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fraktur Secara Umum 1. Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.(1) Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat, kadang kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan )raktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu. 8uga trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan )raktur. !erdasarkan ini, maka dikenal berbagai jenis )raktur 9 (,) Fraktur disebabkan trauma yang berat Trauma spontan/ patologik Fraktur stress/ )atigue. Trauma dapat bersi)at 9 (,) :ksternal 9 tertrambrak, jatuh dan sebagainya. 4nternal 9 +ontraksi otot yang kuat dan mendadak seperti pada serangan epilepsi, tetanus, renjatan listrik, kera*unan striknin. Trauma ringan tetapi terus menerus. Fraktur patologik adalah )raktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer dan sekunder, mieloma multiple, kista tulang, osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan )raktur.(1) Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya )raktur mar*h pada metatarsal, )raktur tibia pada penari balet, )raktur )ibula pada pelari jarak jauh, dan sebagainya.(1)

2. Eti ! "i Fraktur disebabkan trauma berat 9 8enis )raktur yang mungkin terjadi sangat bervariasi dan bergantung pada berbagai )aktor, misalnya 9 !esar/ kuatnya trauma. Trauma langsung atau tidak langsung. ;mur penderita. <okasi )raktur. !ila trauma terjadi pada atau dekat persendian, mungkin terdapat )raktur pada tulang disertai dislokasi sendi yang disebut )raktur dislokasi.(,) #. Ka!sifikasi Fraktur Fraktur dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu )raktur tertutup dan )raktur terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke luka yang patah. (1,,) Faktur juga dibagi menurut garis )rakturnya, yaitu 9 (1,,) Fraktur transversa. Fraktur spiral/ obli=. Fraktur kominuti) 9 lebih dari % )regmen. Fraktur avulsi. Fraktur greensti*k pada anak anak. Fraktur epi)ise dengan separasi. Fraktur kompresi 9 pada vertebra. Fraktur impresi 9 pada tengkorak. $. Dia"n sa Pata% Tu!an" Seringkali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, patah tulang tidak disadari oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan >keseleo? terutama patah yang disertai dengan dislokasi )ragmen yang minimal. 'iagnosis patah tulang juga dimulai dengan anamnesis. -namnesis dilakukan untuk menggali riwayat

mekanisme *edera (posisi kejadian) dan kejadian kejadian yang berhubungan dengan *edera tersebut. riwayat *edera atau )raktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain. (1,%) (emeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas 6 langkah yaitu tanyakan, lihat, raba, dan gerakkan.(1) (ada pemeriksaan )isik, mula mula dilakukan inspeksi dan terlihat pasien kesakitan, men*oba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang abnormal. @yeri yang se*ara subyekti) dinyatakan anamnesis, didapat juga se*ara obyekti) pada palpasi. @yeri itu berupa nyeri tekan yang si)atnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. +eempat si)at nyeri ini didapatkan pada lokasi yang tepat sama. Aerakan antar )ramen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri dan menyebabkan *idera jaringan. (emeriksaan gerak persendian se*ara akti) termasuk dalam pemeriksaan patah tulang.(1) Suatu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pemeriksaan klinis untuk men*ari akibat trauma, seperti pneumothoraB atau *idera otak, serta komplikasi vaskuler dan neurologis dari patah tulang yang bersangkutan. #al ini penting karena komplikasi tersebut perlu penanganan yang segera.(1) &. Pemeriksaan 'a(i ! "ik !ila se*ara klinis ada atau diduga ada )raktur, maka harus dibuat % )oto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat )oto anteroposterior (-() dan lateral. !ila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak memungkinkan, maka dibuat % proyeksi yang tegak lurus satu sama lain. (erlu diingat bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan )raktur tidak dapat dilihat. -dakalanya diperlukan proyeksi khusus, misalnya proyeksi aksial, bila ada )raktur pada )emur proksimal atau humerus proksimal.(,) (ada pemeriksaan radiologik dengan pembuatan )oto rontgen % arah C&o7 didapatkan gambaran garis patah. (ada patah yang )ragmennya mengalami dislokasi,

gambaran garis patah biasanya jelas. 'alam banyak hal pemeriksaan radiologis tidak dimaksudkan untuk diagnosis karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan optimal.(1,%) Foto rontgen harus memenuhi beberapa syarat yaitu letak patah tulang harus dipertengahan )oto dan sinar harus menembus tempat ini se*ara tegak lurus karena )oto rongtent merupakan gambar bayangan. !ola sinar menembus se*ara miring, gambar menjadi sama, kurang jelas dan jauh dari kenyataan.(1) #arus selalu dibuat % lembar )oto dengan arah yang saling tegak lurus. (ada tulang, panjang persendian proksimal dan distal harus turut di)oto. !ila ada kesangsian atas adanya patah tulang atau tidak sebaiknya dibuat )oto yang sama dari anggota gerak yang sehat untuk perbandingan. !ila tidak diperoleh kepastian adanya kelainan, seperti )issure, sebaiknya )oto diulang setelah 1 minnggu 9 letak akan menjadi nyata karena hiperemi setempat sekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai dekalsi)ikasi.(1,%) (emeriksaan khusus seperti 7T s*an kadang diperlukan, misalnya dalam hal patah tulang vertebra dengan gejala neurologis. (1) ). Penata!aksanaan Pata% Tu!an" (enatalaksanaan awal )raktur meliputi reposisi dan imobilisasi )raktur dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. (ada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal )raktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan de)initi) )raktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan $.4F maupun $.:F. Tujuan (engobatan )raktur 9 (%) a. .:($S4S4 dengan tujuan mengembalikan )ragmen ke posisi anatomi. Tertutup 9 )iksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal) Terbuka 9 4ndikasi 9 .eposisi tertutup gagal. Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan. Dobilisasi dini. Fraktur multiple. Fraktur (atologis

b. 4D$!4<4S-S4 / F4+S-S4 Tujuan mempertahankan posisi )ragmen post reposisi sampai ;nion. 8enis Fiksasi 9 :kternal / $.:F. Aips ( plester *ast). Traksi 4ndikasi 9 (emendekan (shortening). Fraktur unstabel 9 obli=ue, spiral. +erusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar 8enis 9 Traksi Aravitasi 9 ; Slab pada )raktur hunerus. Skin traksi Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar )raktur sehingga )ragmen akan kembali ke posisi semula. !eban maksimal 6 , kg karena bila kelebihan kulit akan lepas. Sekeletal traksi 9 + wire, Steinmann pin atau 'enham pin. 'ipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, )emur, lutut), pada tibia atau kalkaneus ( )raktur kruris) *. ;@4$@. d. .:#-!4<4T-S4. .eposisi yang dilakukan tidak harus men*apai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodeling / proses swapugar). +elayakan reposisi suatu dislokasi )ragmen ditentukan oleh adanya dan besarnya lokasi ad aksim, ad peripheriam, dan kum kontraktion, yang berupa rotasi, atau perpendekan.(1) *. Pen+em,u%an Pata% Tu!an"

(roses penyembuhan patah tulang adalah proses biolois alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli terhadap apa yang sudah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut.(1) (ada permulaan akan terjadi perdarahan pada patahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost. Fase ini disebut fase %emat m. #ematom ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan )ibrosis dan vaskuler hinga hematoma berubah menjadi jaringan )ibrosis dengan kapiler didalamnya. 8aringan ini yang menyebabkan )rase tulang saling menempel. Fase ini disebut dengan fase fi,r sis, dan jaringan yang menempelkan )ragmen patahan tulang tersebut dinamakan allus )ibrosa. +edalam hematom dan jaringan )ibrosis ini kemudian juga tumbuh sel jaringan parenkim yang bersi)at osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk sel kondroid yang merupakan bahan tulang rawan. Sedangkan di tempat yang jauh dari patahan tulang yang vaskularisasi relative banyak, sel ini disebut osteoblast yang membentuk osteosit yang merupakan bahan dasar tulang. +ondroid dan osteoid ini mula mula tidak mengandung kalsium sehingga tidak terlihat pada )oto rontgen. (ada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osteosi)ikasi. +esemuanya ini menyebabkan kalus )ibrosa berubah menjadi kalus tulang. (ada )oto rontgen, bayangan garis patah tulang masih terlihat. Fase ini disebut fase -en+atuan k!inis. Selanjutnya terjadi penggantian sel tulang se*ara berangsur angsur oleh sel tulang yang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja pada tulang. -khirnya, sel tulang ini mengatur diri se*ara lamellar seperti sel tulang normal. +ekuatan tulang ini sama dengan kekuatan tulang biasa dan )ase ini disebut fase k ns !i(asi.(1)

.. /an""uan Pen+em,u%an (roses penyembuhan patah tulang ini dapat mengalami gangguan. (ertama, dapat terjadi perlambatan penyembuhan patah tulang (delayed union). +eadaan ini disebut pertautan lambat dan dengan berlalunya waktu, pertautan akan terjadi. +edua, bisa terjadi patah tulang tidak menyambung sama sekali meskipun ditunggu beberapa lamapun (non union). Aagalnya pertautan mengakibatkan pseudoarthrosis atau sendi palsu karena bagian bekas patahan ini dapat digerakkan seperti sendi. +etiga, terjadi pertautan, tetapi dalam posisi yang salah, keadaan ini disebut salah taut (mal union).(1,,) Aangguan penyembuhan dapat disebabkan oleh imobilisasi yang tidak *ukup, in)eksi, interposisi, dan gangguan pendarahan setempat. Aerakan pada ujung pe*ahan patah tulang menghalangi proses pertautan.(1) 4mobilisasi dalam balutan gips umumnya memenuhi syarat imobilisasi, asalkan persendian proksimal dan distal dari patah tulang turut diimobilisasi. Aerakan minimal ujung pe*ahan patah tulang ditengah otot dan didalam lingkaran kulit dalam gips, yang misalnya disebabkan oleh latihan patah tulang yang tidak mengganggu, bahkan merangsang perkembangan kalus. #al ini berlaku untuk patah tulang yang ditangani gips maupun yang ditraksi. 4mobilisasi mutlak yang dibuat oleh osteosintesis, misalnya dengan pelat dan skrup, menghasilkan penyembuhan primer, artinya tidak melalui proses kalus. #al ini berarti bila bahan oteosintesis dikeluarkan setelah patah tulang sembuh, hasilnya tidak begitu kuat dibandingkan dengan penyembuhan yag disertai dan dilindungi kalus.(1) 4n)eksi di daerah patah tulang merupakan penyulit berat. #ematom merupakan lingkungan subur untuk kuman patologis yang menyebabkan osteomielitis dikedua ujung patahan tulang sehingga proses penyembuhan sama sekali tidak dapat berlangsung. 4n)eksi patah tulang menyebabkan osteomielitis yang sukar sembuh dan memperlambat penyambungan dan pertautan )raktur untuk jangka waktu yang lama.(1) 4nterposisi jaringan seperti otot atau tendo antara kedua )ragmen patah tulang juga menjadi halangan perkembangan kalus antara ujung patahan tulang. +elainan lain yang menghambat pertautan adalah distraksi yang mungkin disebabkan oleh kelebihan traksi atau karena tonus dan tarikan otot, misalnya pada patah tulang lintang patella.(1)

(erdarahan jaringan tulang yang men*ukupi untuk membentuk tulang baru, merupakan syarat mutlak penyatuan )raktur. ;mumnya penyembuhan tulang pendek *epat karena perdarahan dari periost, simpai sendi dan kadang a. nutisia *ukup baik. Tulang panjang pada prinsipnya didarahi dari 5 sumber yang sama.(1) 7epatnya penyembuhan bergantung pada letak )rakur. (atah tulang di epi)isis penyembuhan baik karena tulang bagian ep)isis sangat kaya akan darah. (ada dia)isis, kadang sukar sembuh.(1) 0. K m-!ikasi Fraktur +omplikasi )raktur dapat dibagi menjadi umum dan lokal.(1,%) a. +omplikasi umum Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati di))us dan gangguan )ungsi perna)asan. +etiga ma*am komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam %6 jam pertama pas*a trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. +omplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam ('ET), tetanus atau gas gangren b. +omplikasi <okal +omplikasi 'ini 9 +omplikasi lo*al dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut. +omplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pas*a trauma, sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pas*a trauma disebut komplikasi lanjut. (ada Tulang, dapat terjadi 9 4n)eksi, terutama pada )raktur terbuka. $steomielitis dapat diakibatkan oleh )raktur terbuka atau tindakan operasi pada )raktur tertutup. +eadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union +omplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supurati) yang sering terjadi pada )raktur terbuka atau pas*a operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi.

(ada 8aringan lunak <epuh , +ulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit super)isial karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elasti*. 'ekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. $leh karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah daerah yang menonjol (ada $tot Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan akti) otot tersebut terganggu. #al ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. +ehan*uran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu *ukup lama akan menimbulkan sindroma *rush atau thrombus.

(ada pembuluh darah (ada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan. (ada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. <apisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. (ada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torni=uet dapat terjadi sindrome *rush. (embuluh vena yang putus perlu dilakukan repair untuk men*egah kongesti bagian distal lesi. Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebut 4skhemi Eolkmann. 4ni dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot. -pabila iskhemi dalam 1 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan )ibrus yang se*ara periahan lahan menjadi pendek dan disebut dengan

kontraktur volkmann. Aejala klinisnya adalah , ( yaitu (ain (nyeri), (arestesia, (allor (pu*at), (ulseness(denyut nadi hilang) dan (aralisis. (ada sara) !erupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (sara) putus), aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identi)ikasi nervus. +omplikasi lanjut 9 (ada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion.(ada pemeriksaan terlihat de)ormitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan. 'elayed union (roses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan se*ara normal. (ada pemeriksaan radiogra)i, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung ujung )raktur, Terapi konservati) selama 1 bulan bila gagal dilakukan $steotomi. <ebih %& minggu dilakukan *an*ellus gra)ting (1% 11 minggu). @on union 'imana se*ara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe 4 (hypertrophi* non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan )raktur dan diantara )ragmen )raktur tumbuh jaringan )ibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi )iksasi dan bone gra)ting. Tipe 44 (atrophi* non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi *airan, prosesunion tidak akan di*apai walaupun dilakukan imobilisasi lama. !eberapa )aktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi )ragmen )ragmen )raktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, in)eksi dan penyakit tulang ()raktur patologis)

Dal union (enyambungan )raktur tidak normal sehingga menimbukan de)ormitas. Tindakan re)raktur atau osteotomi koreksi . $steomielitis $steomielitis kronis dapat terjadi pada )raktur terbuka atau tindakan operasi pada )raktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (in)e*ted non union). 4mobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot +ekakuan sendi +ekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon. (en*egahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan akti) dan pasi) pada sendi. (embebasan periengketan se*ara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap. B. Fraktur Pe!1is Fraktur pelvis biasanya terjadi disebabkan karena ke*elakaan lalu lintas atau pada pekerjaan industri. +elainan pada jaringan lunak seringkali lebih serius/parah daripada )raktur itu sendiri.(5) (atah tulang perlu di*urigai apabila ada riwayat trauma yang menekan tubuh bagian bawah atau apabila terdapat luka serut, memar atau hematoma didaerah pinggang, sa*rum, pubis, atau perineum.(1) 1. Pem,a"ian Fraktur pelvis terdiri dari )raktur stabil dan )raktur tidak stabil. (elvis merupakan suatu struktur benbentuk *in*in. Suatu )raktur yang tidak menyebabkan terputusnya *in*in atau bila *in*in terputus hanya pada satu tempat saja, adalah )raktur yang stabil. !ila *in*in pelvis terputus pada % atau lebih tempat di mana salah satu barada diatas sendi panggul (misalnya tulang ilium, sendi sa*roiliaka, sakrum), maka merupakan )raktur tidak stabil. !erbagai variasi kombinasi )raktur bisa didapat(5).

Sumber lain mengatakan, ada dua jenis )raktur pelvis yaitu )raktur yang merusak gelang pelvis dan )raktur yag merusak *in*in pelvis.(1) 2. Dia"n sis 'iagnosis ditegakkan bila ditemukan nilai obyekti) atau subyekti) dan gerakan abnormal pada gelang panggul. ;ntuk itu, pelvis ditekan kebelakang dan kemedial se*ara hati hati pada kedua spina illia*a anterosuperior, ke medial pada kedua tro*hanter major, ke belakang pada simpisis pubis, dan ke medial pada kedua krista illia*a. -pabila pemeriksaan ditemukan nyeri patut di*urigai adanya )raktur tulang panggul. +emudian di*ari adanya gangguan seperti retensio urine atau perdarahan melalui ureter, serta dilakukan pemeriksaan *olok dubur untuk melakukan penilaian sa*rum, atau tulang pubis dari dalam.(1) ;mumnya pemeriksaan radiologi diperlukan pada patah tulang yang meliputi a*etabulum, 7T S*an amat berguna dengan tepat untuk menilai posisi )raktur dan hubungan antara )ragment.(1) (erlu diketahui apakah )raktur pelvis tersebut disertai kerusakan kontinuitas kolom penunjang berat badan yaitu kolom dari vertebra melalui sendi sa*roillia*a, tulang illium, a*etabulum, dan sendi panggul sampai tulang )emur. (enilaian ini penting untuk melakukan kapan penderita boleh menyangga berta badannya.(1) #. K m-!ikasi +omplikasi pada )raktur pelvis 9 a. (erdarahan 9 bila masi). b. .uptur buli buli dan uretra. *. +adang kadang ruptur rektum atau vagina (jarang).(,) $. Penata!aksanaan 'alam penanganan patah tulang pelvis, selain penanganan patah tulangnya, perlu ditangani komplikasi yang menyertainya yang dapat merupakan perdarahan besar, ruptur kandung kemih atau *edera uretra.(1) (enenganan darurat yang perlu dilakukan terutama adalah terhadap perdarahan dan ekstravasasi urine. Fraktur yang merobek pembuluh darah seperti a. gluteus superior,

dapat menyebabkan syok yang harus segera ditangani. Selanjutnya, di*ari trauma ikutan pada kandung kemih atau uretra.(1) !ila terdapat trauma kandung atau trauma multiple, tindakan yang e)ekti) pada )raktur pelvis yang tidak stabil adalah reposisi terbuka dengan )iksasi ekstern atau interin.
(1)

(atah tulang pelvis tertutup yang tidak merusak *in*in pelvis dan tidak merusak kolom penunjang berat badan, tidak mengganggu stabilitas pelvis dalam )ungsinya sebagai penyangga dan mobilisasi sehingga tidak diperlukan reposisi. Fraktur os illium akibat trauma langsung menimbulkan rasa amat nyeri, tetapi hanya diperlukan analgetik, sampai nyeri hilang. ;mumnya penderita dapat berjalan kembali tanpa nyeri dalam bebera minggu sampai % bulan.(1) ;ntuk )raktur yang merusak gelang pelvis tanpa )regmen patah tulang yang terlampau hebat, dan tidak merusak kontinuitas kolom penunjang berat badan, dianjurkan istirahat selama penderita belum dapat mengatasi nyerinya. Fraktur ramus os pubis akibat jatuh atau trauma kangkang masuk dalam kategori ini. Fraktur ramus pubis ini bisa disertai robekan uretra atau ruptur kandung kemih.(1) Fraktur yang merusak gelang pelvis dibedakan atas 5 jenis, yaitu pertama, )raktur yang terjadi akibat trauma kompresi anteroposterior. +edua, yang terjadi akibat trauma kompresi lateral dengan atau tanpa kombinasi rotasi pada salah satu sisi pelvis. 'an ketiga, yang terjadi akibat trauma verti*al.(1) (atah tulang kompresi anteroposterior akibat benturan keras dari arah depan membuat kedua sendi sa*roillia*a merekah. +eadaan ini sulit terlihat dengan pemeriksaan radiologi. 8arak antara simpisis pubis dapat ditutup dengan rotasi intern penuh pada kedua tulang inominata. ;mumnya perawatan ayunan pelvis didalam kain ambin memenuhi syarat immobilisasi se*ara memadai.(1) Fraktur kompresi lateral akibat ukuran atau *edera keras pada satu sisi pelvis dapat menyebabkan )raktur ramus pubis sehingga bergeser dan merusak sa*rum, sendi sa*roillia*a atau ala os illium pada sisi trauma. 'isini dapat terjadi reposisi spontan saat pasien berbaring pada permukaan keras. +adang diperlukan traksi kontinu tungkai bawah dengan posisi abduksi, dan pemasangan ayunan pelvis untuk mendapatkan serta

mempertahankan reposisi. 8ika )raktur ini melintasi sa*rum, pleksus sa*ralis dapat terrobek.(1) Fraktur akibat trauma verti*al timbul pada pembebanan verti*al yang mendadak, misalnya jatuh dari ketinggian. !iasanya )raktur ini tidak stabil dan memerlukan traksi skelet kontinu dengan pin pada )emur untuk mereposisi dan mempertahankan posisi. !ila )ragmen bawah terputar ke ventral, traksi diberikan dengan panggul ekstensi, sedangkan bila )regmen distal terputar ke belakang, traksi diberikan dalam panggul )leksi. $leh karena terdapat resiko segmen )rakur yang bebas bergeser lagi, traksi harus dipertahankan selama 5 bulan.(1) &. 2ara Pemeriksaan 'a(i ! "i (emeriksaan *oBae, dilakukan pada posisi -(, posisi pasien supine, )ilm diletakkan antara krista illia*a sampai dibawah tro*hanter minor )emur. (ada kondisi normal, *oBae akan nampak simetris. Fraktur *oBae hampir selalu terjadi multipel di beberapa tempat, karena *oBae merupakan tulang berbentuk *in*in yang tersambung pada ari*ulatio sa*roillia*a dan pada sympisis pubis. (royeksi lateral sangat baik untuk menunjukkan gambaran os sa*rum. (ada posisi -(, dapat diamati dengan jelas os illium, os is*hium, dan os pubis.(1) 2. Fraktur Pu,is atau 'amus Isc%ii Fraktur tertutup single pubik atau ramus is*hii umumnya tidak sering terjadi. 4ni biasanya terjadi pada orang orang berusia tua biasanya akibat jatuh. (ada keadaan ini pelvis tetap dalam keadaan stabil, karena )oramen obturator terbentuk dari tulang yang kaku. Fraktur ini perlu dibedakan dengan )raktur impaksi pada *olum )emoris karena perbedaan terapi yang nyata. Fraktur pubik atau ramus is*hii yang tanpa disertai *edera viseral ataupun pembuluh darah hanya memerlukan bed rest (istirahat), hingga hilangnya rasa nyeri dan bertahap dapat beraktivitas kembali.(6) Symphisiolisis adalah terpisahnya simpisis pubis, yang bisa diakibat oleh trauma. -dapun derajat terjadinya symphisiolisis menurut klasi)ikasi T4<: dan (:@@-< (1C0&) adalah 9 (%) a. Stage 1 Symphisiolisis F %,, *m terapi dengan bed rest.

b. Stage % Symphisiolisis G %,, *m terapi dengan $.:F. *. Stage 5 !ilateral <essio terapi dengan $.:F

BAB III LAP3'AN KASUS A. IDENTITAS


@ama ;mur 8enis kelamin -gama Suku bangsa (ekerjaan -lamat .uang Tanggal pemeriksaan 9 Tn. (onimin 9 5C tahun 9 <aki laki 9 4slam 9 8awa 9 (egaawai swasta 9 8l. +endal .ejo (ituruh 4/% (urworejo 9 !aiturrahman, kelas 444 9 1& mei %&&C

B.

ANA4NESA 5Aut anamnesa6


1. +eluhan ;tama %. .iwayat penyakit sekarang (asien datang dengan akibat ke*elakaan lalu lintas di jalan kaligawe, pasien mengendarai motor bersama kawannya, pasien terjatuh akibat tergelin*ir pasir yang terdapat di sepanjang jalan. Saat kejadiaan pasien mengaku sadar, pasien mengatakan dirinya hampir saja terlindas truk dan sempat terseret beberapa meter pada ban truk saat truk yang mengerem mendadak. (erut pasien dirasa sakit akibat tertindih temannya. !eberapa saat setelah kejadian pasien mengeluh nyeri yang semakin hebat didaerah pinggul, pasien juga mengeluh kepala pusing, tidak mual, tidak muntah, kaki terasa kemeng, dan ken*ing pasien berwarna merah. 5. .iwayat (sikososial :konomi 9 @yeri punggul.

(asien adalah seorang karyawan pabrik, tinggal bersama seorang istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan % orang anak yang masih sekolah. !iaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan. +esan ekonomi 9 kurang. 6. +eluhan Sistemik a. +ulit 9 Terdapat Demar pada bagian wajah, selangkangan, kedua tangan dan kaki 4kterik disangkal Aatal di sangkal !intik kemerahan disangkal b. +epala *. Data 9 Derasa pusing nggliyer !enjolan di kepala disangkal 9 (englihatan kabur disangkal @ro*os disangkal (erih disangkal Aatal disangkal 7ekung disangkal @yeri disangkal d. Telinga 9 +eluar darah disangkal Telinga berdengung disangkal (endengaran kurang disangkal e. #idung ). Tenggorokan 9 Dimisan disangkal Tersumbat disangkal 9 perdarahan disangkal Ausi berdarah disangkal h. (ernapasan 9 Sakit dada disangkal Sesak napas disangkal i. 7ardiovaskuler 9 Sakit dada disangkal Derasa berdebar debar j. Aastrointestinal 9 (erut terasa sangat sakit g. Dulut dan <idah9 !ibir pu*at disangkal

Demar disangkal Duntah disangkal k. Duskuloskeletal 9 Demar pada tangan dan kaki <e*et 2 le*et pada kedua tangan dan kaki. !adan terasa pegal +esemutan disangkal l. Sara) 9 Sakit kepala +ejang disangkal <umpuh disangkal

2. PE4E'IKSAAN FISIK
(emeriksaan )isik dilakukan pada tanggal 1& Dei %&&C 8am 9 15.%& "4! 1. Tanda Eital Tensi #. .. Suhu 9 1%& / 0& mm#g 9 10 B/menit 9 10 B/menit 9 51,0 H* 9 !aik, *ompos mentis, tidak tampak kesakitan, le*et dan memar pada muka dan kedua tangan dan kaki. 5. +eadaan Tubuh a. +ulit 9 #ematom (I) Eulnus la*eratum (I) 4kterik ( ) +ering ( ) (u*at ( ) (te*hiae ( ) b. Tonus *. +epala 9 @ormotonus, kuat. 9 Deso*ephal (I) #ematom ( ) (erdarahan ( ) d. Data 9 +onjun*tiva anemis ( )

%. +esan ;mum

(upil isokor (I) e. Telinga ). #idung 9 (endengaran berkurang ( ) 'is*harge ( ) 9 Dukosa hiperemis ( ) 'is*harge ( ) Dimisan ( ) g. Tenggorokan h. Dulut 9 (erdarahan ( ) 9 !ibir pu*at ( ) !ibir kering ( ) Eulnus ( ) i. ThoraB 4nspeksi #emithorak deBtra J sinistra !entuk diameter anteroposterior F diameter transversal Aerak otot bantu pernapasan ( ) (alpasi (erkusi j. 8antung 4nspeksi (alpasi 4*tus *ordis tampak 4*tus *ordis teraba di 47S E % *m medial linea mid*lavi*ula sinistra 4*tus *ordis kuat angkat (I) (erkusi !atas atas (inggang jantung !atas kiri bawah !atas kanan -uskultasi 4rama 9 .eguler !ising 8antung ( ) Suara Aallop ( ) k. (aru 2 paru 9 47S 44 linea parasternal sinistra 9 47S 444 <inea parasternal sinistra 9 47S E % *m medial linea mid*lavi*ula sinistra 9 47S E linea sternalis deBtra @yeri tekan ( ) Aerakan dada tertinggal ( ) !atas paru 2 hepar dalam batas normal (47S 1)

4nspeksi

#emithorak deBtra J sinistra Aerak napas paru kanan J kiri Aerak napas simetris 47S tidak melebar #ematome ( )

(alpasi

Sterm )remitus kanan J kiri @yeri tekan ( +repitasi ( )

(erkusi -uskultasi

Sonor diseluruh lapang paru Suara dasar Suara tambahan 9 Eesikuler 9 Tidak ada "heeKing ( ) .onkhi ( )

l. -bdomen 4nspeksi (alpasi (erkusi -uskultasi m. Aenetalia n. :kstremitas Superior "arna #ematom Eulnus la*eratum -kral dingin o. @eurologis Tonus otot Sensorik Dotorik .e)lek )isiologis .e)lek patologis @ormotonik 'alam batas normal 'alam batas normal Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Sawo matang / / / / / / 4n)erior Sawo matang !entuk datar @yeri tekan (I) regio suprapubis Timpani (eristaltik 1& L / menit Tidak dilakukan pemeriksaan

D. PE4E'IKSAAN PENUNJAN/
(emeriksaan laboratorium 1. Tanggal 5& -pril %&&C Hemat ! "i #b #t :ritrosit <eukosit Trombosit <eukosit Kimia K!inik A'S ;reum 7reatinin -sam ;rat Alukosa +alsium Dagnesium @atrium +alium +lorida Urin Ana!isa "arna p# (rotein .eduksi 9 kuning tua keruh 91 9 (I) 9 negati) 9 1%1 mg / dl 9 5,C% mg / dl 9 1,&/ mg / dl 9 1 mg/dl 9 1%1 mg/dl 9 /,/ mg/dl 9 1,0 mg/dl 9 151,/ mmol/l 9 5,6 mmol/l 9 1&1 mmol/l 9 11,, g / dl 9 5/,5 3 9 6,6, juta / l 9 /%&& / l 9 %%%.&&& / l 9 11./&& / l

:pithel <eukosit :ritrosit9 +ristal Silinder 1. ' nt"en T% ra7

9 % 6 / <(+ 9 5 / / <(! 9 %& 5, / <(! 9 negati) 9 negati)

Pemeriksaan 'a( ! "i

7or

9 tak tampak kelainan

(ulmo 9 tak tampak kelainan 7ostae 9 tak ditemukan )raktur +esan 9 Tak tampak adanya pneumothoraB / e)usi pleura

%. .ontgen (elvis dan Foto (olos -bdomen

(elvis 9 Fraktur pubis ramus in)erior F(9 Tak ditemukan kelainan rongga -bdomen Tak tampak )raktur lumbal 5. 4ntra Eena (ielography

F(- 9 Fraktur $s. 4s*hii deBtra disertai simpisiolisis 4E( 9 +ontur ginjal normal. Faal ekskresi baik. (7S dan ureter terisi baik, konsentrasi *ukup, kanan dan kiri sama. Tak tampak adanya kstravasasi kontras. Eesi*a ;rinaria 9 bentuk oval membujur, dinding rata, tak tampak ekstravasasi kontras. +esan 9 Fungsi baik, tak tampak adanya estravasasi kontras. !entuk E; oval memanjang *ranio*audal *enderung ada hematome menekan E; dari lateral Fraktur $s. 4s*hii deBtra disertai simpisiolisis %. Tanggal 1 Dei %&&C Hemat ! "i #b #t :ritrosit <eukosit Trombosit 9 1%,1 g / dl 9 56,1 3 9 6,&5 juta / l 9 C%&& / l 9 %%%.&&& / l

E.

DIA/N3SIS SE4ENTA'A Fraktur $s. 4s*hii 'eBtra dan simphisiolisis

F.

PENATALAKSANAAN 4n). .< %& tpm 4nj. 7e)otaksim %B1 gr 4nj. +etorola* 6B1, mg 4nj. Furosemid %B%& mg (/o -sam (ipemidat %B6&& mg +etopren %B/, mg /. P'3/N3SIS Mua ad sanam Mua ad )ungsional Mua ad vitam 9 dubia ad bonam 9 dubia ad bonam 9 dubia ad bonam

BAB I8 PE4BAHASAN (ada laporan kasus diatas, didapatkan seorang pasien laki laki berumur 50 tahun dengan keluhan ke*elakaan lalu lintas. 'ari anamnesa didapatkan keluhan nyeri yang sangat didaerah pinggul, kaki terasa kemeng, pusing, tidak mual, tidak muntah, ken*ing pasien berwarna merah. 'ari data anamnesa tersebut perlu di*urigai adanya perdarahan atau robekan pada organ dalam panggul, kemungkinan )raktur dalam panggul ataupun ekstremitas in)erior. (ada pemeriksaan )isik ditemukan hematom dan vulnus la*eratum pada daerah muka, inguinal, ekstremitas superior dan in)erior. #asil pemeriksaan )isik ini dapat memperkuat dugaan adanya perdarahan atau robekan organ dalam panggul dan kemungkinan adanya )raktur dalam panggul ataupun ekstremitas.. (ada pemeriksaan )isik selanjutnya ditemukan pergerakan kaki dan tangan pasien baik, rangsang raba baik, tidak akral dingin. 'ari hasil ini dapat disingkirkan kemungkinan terjadinya )raktur ekstremitas in)erior. 'ari pemeriksaan penunjang <aboratorim darah didapatkan hasil dalam batas normal. (ada pemeriksaan ;rin rutin didapatkan jumlah leukosit 5 / /<(! dan eritrosit %& 5, /<(!. #asil ini memperkuat kemungkinan terjadinya perdarahan atau robekan pada organ dalam panggul khususnya tra*tus urinarius. Sedangkan dari pemeriksaan radiologi )oto rontgen pelvis didapatkan kesan adanya )raktur $s. 4s*hii deBtra disertai simphisiolisis. Semua data diatas, baik anamnesis, pemeriksaan )isik maupun pemeriksaan penunjang. Daka didapatkan diagnosis sementara Fratur $s. 4s*hii deBtra disertai simphisiolisis.

+eluhan nyeri yang sangat didaerah panggul sesuai dengan teori. 4ni disebabkan )raktur yang terjadi di daerah pelvis akan men*etuskan timbulnya rasa nyeri pada daerah panggul. 'alam teori disebutkan bahwa Fraktur $s. (ubis ataupun $s. 4s*hii dapat disertai robekan urethra sampai terjadinya ruptur kandung kemih. (1) $leh karena itu, untuk mewaspadai segala kemungkinan yang dapat terjadi, maka dilakukan pemriksaan penunjang berikutnya yaitu 4E( (4ntra Eena (ielography). 'ari hasil pemeriksaan 4E( didapatkan kesan tidak ditemukannya *edera urethra ataupun ruptur Eesi*a urinaria, namun ditemukan ke*urigaan adanya hematom yang mendesak Eesi*a urinaria dari sisi lateral. #al ini dibuktikan dengan adanya data dari keluhan pasien yaitu ken*ing berwarna merah, yang ditunjang dengan hasil pemeriksaan urin rutin yang menunjukkan adanya jumlah eritrosit urine sebanyak %& 5, /<(!. BAB 8 KESI4PULAN Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Fraktur pelvis biasanya terjadi disebabkan karena ke*elakaan lalu lintas atau pada pekerjaan industri. Telah diperiksa seorang laki laki berumur 50 tahun dengan keluhan ke*elakaan lalu lintas. 'ari anamnesa dan pemeriksaan )isik serta didukung oleh pemeriksaan penunjang. Daka didapatkan diagnosis sementara Fratur $s. 4s*hii deBtra disertai simphisiolisis.

!-! E '-FT-. (;ST-+1. Samsuhidayat, "im de 8ong, %&&6, Buku Ajar Ilmu Bedah, :A7, 8akarta. %. -nonim, -gustus %&&0, Fraktur, http9//www.bedahugm.net/!edah $rthopedi/Fra*ture.html, dikutip tanggal 1/ Dei %&&C. 5. -nonim, -pril %&&C, Fraktur (elvi*, http9//www.bedahugm.net/!edah $rthopedi/Fra*ture.html, dikutip tanggal 1/ Dei %&&C. 6. #e*kmen N 'ingle, 1C0/, The Ciba Collection of Medical Illustrations , 74!- A:4AO 7$.($.-T4$@, @ew 8ersey. ,. .asad Sjahriar, %&&,, Radiologi Diagnostik, !alai (enerbit F+;4, 8akarta. 1. Dalueka AhaKali .., %&&1, Radioligi Diagnostik, (ustaka 7endikia (ress, Oogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai