Anda di halaman 1dari 153

Epidemiologi dan pencegahan beberapa penyakit

Blok Infeksi

MALARIA (ICD-9 084, ICD-10 B50-B54)


Pengenalan: Ada 4 jenis parasit malaria yang menginfeksi manusia. 1. Plasmodium vivax 2. Plasmodium falciparum 3. P. ovale 4. Plasmodium malariae Pola demam mula2 seperti infeksi lain.

Pengenalan malaria tropica (falciparum)


Gejala: demam, menggigil, keringat, batuk, diare, gangguan pernapasan, sakit kepala, nausea, anorexia Anemia berat, ikterik, gagal ginjal (black water fever), gangguan hati, hypoglicemia, acidosis Gangguan koagulasi, syok, encefalopati akut, edema paru dan otak, koma, kematian

Pengenalan Malaria Tertiana dan Quartana


Malaria tertiana (ICD -9 084.1; ICD -10 B51) Malaria Quartana (ICD-9 084.2; ICD-10 B52) Lemah, suhu tubuh naik perlahan-lahan, demam menggigil suhu tubuh naik cepat, sakit kepala, mual, keringat banyak. Dapat terjadi setiap 2 atau 3 hari sekali

Gejala klinis dan Agent, Sumber &Cara penularan,


Gejala klinis dibagi atas 3 macam: 1. Malaria ringan tanpa komplikasi 2. Malaria klinis berat 3. Malaria klinis berat dengan komplikasi Sumber penularan adalah penderita Cara penularan : Melalui gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi

Bagaimana malaria ditularkan


Melalui gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi (ada 60 species, 30 diantaranya penting) Melalui transfusi darah Melalui jarum dan tabung suntik yang terkontaminasi Dari ibu kepada bayi, sebelum atau selama persalinan (congenital malaria)

Masa tunas &penularan, kekebalan


Masa tunas: Plasmodium falciparum 12 hari Plasmodium vivax dan ovale 14 hari Plasmodium malariae 30 hari Masa periode penularan: Selama ada parasit dalam darah Kekebalan dan kerentanan; Menyerang semua orang, golongan umur, semua golongan ekonomi 1. 2. 3.

Berapa lama seorang pasien infeksius terhadap pejamu sehat


Pada P vivax dan P ovale sesudah mulai gejala klinis Pada P falciparum ketika gametocyt matang muncul di darah tepi Penderita yang sembuh dengan obat OAM masih infektif selama beberapa minggu sampai gametocyt menghilang secara alamiah

Distribusi penyakit
Malaria masih menjadi penyebab utama masalah kesehatan masyarakat di beberapa negara tropis dan subtropis Transmisinya masih tinggi di Brasil, Pacific Barat, Asia Tenggara (Thailand dan Indonesia) dan di seluruh Sub Sahara Afrika)

Endemi di Amerika, Asia dan Afrika(tu SubSahara Afrika)

Distribusi penyakit menurut spesies


Malaria ovale terutama di Sub Sahara Afrika Malaria tropika terutama di negara tropis (Amazon, Thailand dan Kamboja) Malaria tertiana Papua New Guinea, Irian jaya, Sumatera, Kepulauan Solomon dan Guyana Di Amerika Serikat, terdapat malaria sejak peretengahan thn 80 an

Situasi malaria di dunia


> 2 miljar (40 %) penduduk dunia pada 100 negara beresiko terinfeksi, tu wanita hamil, turis yang tidak di vaksinasi, pengungsi, migran dan pekerja di daerah endemi. Ada 300 -500juta kasus malaria akut / tahun 90 % terdapat di Afrika bagian tropis Kira-kira 2,7 juta kematian ok malaria/ thn, tu pada anak-anak. Malaria endemi pada > 90 negara

Situasi malaria di Indonesia


SKRT 2001 ada 15 juta kasus Malaria dan 38.000 kematian per tahun Proporsi kematian malaria 2 % API di Jawa Bali thn 2006 0,19 pe 1000 penduduk AMI di luar Jawa bali thn 2004 21,2 per 1000 penduduk Jumlah kabupaten endemis 424, ada 42,4 % penduduk Indonesia beresiko

Kelompok risiko tinggi Malaria


Wanita hamil Wisatawan yang tidak mendapat imunisasi pencegahan Pengungsi Migrant Pekerja yang pindah ke daerah endemi

Pola demam Malaria (Paroksisme) ada 3 stadia)


1. Stadium dingin (15 menit-1 jam) 2. Stadium demam (2-4 jam)
nadi cepat, lemah, bibir dan jari pucat kebiruan
muka merah, kulit kering, panas, sakit kepala, mual, muntah. Temp 41 0 C

3. Stadium berkeringat (2 4 jam)


Suhu turun dengan cepat, penderita lemah

Demam pada malaria terjadi karena perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah

Puncak serangan panas berbarengan dengan lepasnya merozoit kedalam peredaran darah. Mula-mula demam tidak beraturan, kemudian sesuai dengan spesies parasitnya

Kekambuhan malaria
Setelah malaria primer pada infeksi P. vivax dan P ovale, ada siklus ekso-eritrosi tik (EE) sekunder, bisa terjadi relaps Relaps terjadi beberapa bulan (> 24 minggu) disebut long term relaps Pl Faciparum tidak ada siklus EE, Kekambuhan terjadi kurang dari 8 minggu, short term relapse atau rekrudesensi Pl Malariae, kekambuhan bisa terjadi dlm bebrp thn-puluhan thn sejak serangan I Disebut true relaps (rekurensi)

Survailans epidemiologi malaria


Tujuan: 1. Melakukan SKD malaria di Puskes & unit kes lain untuk mencegah KLB malaria 2. Menghasilkan informasi yan cepat dan akurat 3. Penangulangan KLB malaria dini 4. Mendapatkan trend penyakit malaria 5. Mendapat gambaran distribusi malaria dari waktu ke waktu

Kegiatan survailans Malaria dalam 2 periode waktu


Survailans Periode Peringatan Dini (PPD)
Memantau secara teratur perkembangan penyakit malaria untuk mencegah KLB

Penanggulangan KLB,
-

Dilakukan bila proporsi kenaikan kasus malaria 2 x/ lebih lebih, ada peningkatan bermakna malaria klinis/ positif, Pl Falciparum dominan, ada kasus bayi +, dan kematian krn/ diduga malaria, ada keresahan masyarakat karena malaria

Pasca KLB

Kegiatan survailans di tingkat puskesmas


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengumpulkan data kasus Data kematian/ per desa/ per minggu Pengamatan kasus malaria klinis Pengamatan kasus malaria positif/ spesies spesies Kelompok umur penderita Penyelidikan epidemiologi bila penderita positif malaria Penderita malaria diobati klinis dan radikal Penderita yang masih positif setelah diobati

Sumber Data survailans Malaria


Buku registrasi Pustu Buku registrasi dan pemeriksaan lab puskesmas Laporan Juru Malaria desa Pencatatan kader malaria Pencatatan penderita yang diobati

Data yang dikumpulkan pada survailans


Data upaya pemberantasan vektor


Penyemprotan rumah, Pemolesan kelambu, larvaciding, Biological Control, pembersihan lumut

Data vektor
Pengamatan jentik/ bln, kepadatan nyamuk dewasa

Stok obat anti malari (Artesunate+Amodiaquin, Kloroquin, primakuin, sulfadoksin+ pirimetamin, kina tablet dan kina injeksi, bahan lab dan peralatan

Data Logistik

Juml penduduk/ desa, menurut gol umur, pekerjaan dll

Data demografi

Data curah hujan Stratifikasi daerah persawahan, hutan/ pantai dll

Data lingkungan :

Pada KLB dikumpukan data Jumlah penduduk, wilayah desa/ puskesmas beresiko, data
kematian, data kasus malaria dan trendnya, data vektor

Penemuan penderita
Merupakan kegiatan rutin/ khusus dalam pencarian penderita menurut gejala klinis/ spesimen darah, tdr dr 1. Active case detection 2. Passive Case detection 3. Mass fever survey 4. Malariometric Survey 5. Mass Blood survey 6. Surveilans migrasi 7. Kontak survey

Tujuan penemuan penderita


Menemukan penderita secara dini Memantau fluktuasi malaria:
MOPI, MOMI, kasus bayi, kasus indigenous dan persentase Pl falciparum pada daerah dan waktu ttt

Alat bantu untuk menentukan musim penularan Menilai hasilkegiatan pemberantasan disuatu wilayah Peringatan dini terhadap kemungkinan KLB

Diagnosa malaria
Diagnosa tersangka malaria:
M. klinistanpa periksa lab

Diagnosa Lab:

Positif/ penderita M.

Rapid Diagnostic test ditemukan plasmodium vivax atau falciparum saja atau campuran keduanya

Untuk KLB
diagnosa Lab melalui pemeriksaan sediaan darah mikroskopik atau RDT

Sistem Kewaspadaan Dini


Jenis kegiatan 1. Pengamatan terus menerus kasus, indegenus dan
klinis malaria, kematian, jentik, vektor

2. Pengamatan periodik dari


- Vektor longitudinal/ spot - Perilaku masyarakat di daerah endemi/ potential misalnya migrasi/ pola perjaan musiman

3. Pengamatan sewaktu angka curah hujan 4. Analisis terhadap hasil pengamatan


kasus, jentik, survei vektor, perilaku

Kejadian Luar biasa Malaria


Adalah informasi KLB/ suspek. Tindakan: 1. Konformasi KLB malaria
-SD positif malaria pengobatan standar -Penyelidikan epidemiologi menurut orang, tempat, waktu -Pengamatan epidemiologi vektor dan kepadatannya

-SD dan MFS

2. Penanggulangan KLB

untuk mencegah dan atau membatasi penularan malaria dirumah dan tempat-tempat umum yang menjadi sumber a. Pengobatan b. pemberantasan vektor - Distribusi kelambu berinsektisida - Penyemprotan rumah dan Larvasiding - Penyuluhan kesehatan masyarakat - Membuat laporan

Penilaian situasi malaria


Indeks malariometrik standard 1. Spleen rate yi : % anak2 2-9 tahun yang limpanya membesar Manfaatnya:
- Mengukur tingkat imunitas penduduk suatu wilayah - Meramalkan KLB - Memperkirakan dampak malaria

2. Parasit rate yi: % penduduk dengan parasitemia (ada parasit dalam darah)

Tingkat endemisitas malaria


1. Hipoendemik, indeks limpa anak-anak 2-9 thn <= 10 % 2. Mesoendemik, indeks limpa anak-anak antara 11-50 % 3. Hiper endemik, indeks limpa anak-anak 29 tahun > 50 %, indeks limpa dws tinggi

4. Holoendemik, indeks limpa anak-anak 2-9 thn > 75 %, indeks limpa dws rendah

Terminologi
Malaria epidemik: Jumlah kasus Sebelumnya endemisitas rendah Malaria endemik: Malaria ditularkan secara alami, insiden terus menerus bisa diukur (thn) Malaria stabil: Prevalensinya relatif stabil selama masa transmisi, antara transmisi, imunitas penduduk tinggi Malaria tidak stabil:Prevalensi fluktuatif selama masa transmisi (thn)

Dampak socio-ekonomik dari malaria


Biasanya berhubungan dengan kemiskinan Halangan utama terhadap perkembangan ekonomi Pada negara dimana endemisitas malaria tinggi, GDP hanya 0.4 tahun / tahun, sedangkan pada negara tanpa malaria GDP + 2.4 %/ thn

Elemen dasar dalam strategi pemberantasan malaria


Melakukan diagnosa dini dan pengobatan segera Merencanakan dan melakukan tindakan pencegahan selektif dan terus menerus termasuk pengendalian vektor Melakukan deteksi secara dini untuk mencegah wabah Memperkuat kapasitas lokal untuk sarana dasar dan penelitian ekologi, socioekonomi, terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit

Cara-cara pemberantasan
A. Cara-cara pencegahan Di daerah transmisi tinggi pengobatan harus di dekatkan kerumah, menggunakan obat kombinasi bila resisten. Untuk anakanak pengobatan dilakukan tanpa menunggu hasil lab, karena mereka adalah carrier

I. Pencegahan berbasis masyarakat


1. Berperilaku hidup bersih dan sehat - menghilangkan tempat perindukan nyamuk - membunuh larva (cara kimia/ biologis) - Menggunakan Insectiside-treated mosquito nets (ITNs) 2. Penyemprotan pesticida nyamuk dewasa, pelajari sifat nyamuk sebelumnya (IRS) 3. Pemberantasan vektor secara terpadu

1.3. Pemberantasan vektor terpadu


a. Harus ada akses ke pelayanan kesehatan b. Kerja sama lintas sektoral untuk mengawasi pergerakan dan migrasi penduduk c. Penyuluhan massal pada penduduk beresiko tinggi tentang cara-cara mencegah penularan d. Diagnosa dan pengobatan dini penderita malaria akut dan kronis e. Skrining donor darah

II.Tindakan pencegahan perorangan


Bila pergi ke daerah endemi malaria 1. Hindari gigitan nyamuk 2. Tidak ada obat antimalaria prophylactic yang memberi perlindungan sepenuhnya 3. OAM tidak selalu harus diberi pada pelancong ke daerah malaria 4. Bila pergi ke daerah endemi M. Falciparum bawa OAM untuk keadaan darurat demam

1. Menghindari gigitan nyamuk


Jangan bepergian senja dan malam hari Gunakan repelan Gunakan kawat kasa anti nyamuk pada pintu dan jendela Gunakan alat semprot nyamuk/ obat nyamuk bakar mengandung pyrethroid malam hari

2. Penyuluhan bila mengunjungi daerah malaria


Resiko malaria bervariasi antara negara/ daerah Ibu hamil dan anak-anak sangat rentan mendapatkan malaria berat/ komplikasi Malaria dapat menyebabkan kematian bila pertolongan terlambat Curigai malaria bila 1 minggu setelah berkunjung ke daerah endemis ada demam dll

3. Penyuluhan ibu hamil dan ortu dari anak-anak


a. Malaria pada ibu hamil meningkatkan resiko kematian janin, abortus, stillbirth, bayi baru lahir b. Sedapatnya jangan megunjungi daerah malaria c. Proteksi terhadap gigitan nyamuk harus dilakukan dengan cermat d. Pengobatan pencegahan : dengan klorokuin atau meflokuin 5 mg/kgBB/mg setelah bulan ke 3 kehamilan. e. Klorokuin bisa diberi pada anak-anak untuk pencegahan, dosis 5 mg/ kgBB/ mg

Tatalaksana pencegahan kasus malaria


Penyakit malaria dapat dicegah dengan memberantas sarang nyamuk, mencegah gigitan nyamuk, mengizinkan rmah disemprot dengan insektisida, segera berobat bila sakit Memberantas sarang nyamuk: 1. Mengalirkan air tergenang 2. Membersihkan semak belukar 3. Membersihkan dan merawat tambak 4. Merawat dan memberihkan saluran air disawah 5. Melestarikan hutan bakau sepanjang pantai 6. Menanam padi serentak diselingi palawija 7. Melipat baju tergantung 8. Memelihara ikan pemakan jentik

Tatalaksana pencegahan kasus malaria (sambungan)


Mencegah gigitan nyamuk dengan cara: 1. Memasang kawat kasa pada pintu, jendela dan lubang angin 2. Tidur menggunakan kelambu 3. Berada dalam rumah pada malam hari 4. Memakai obat nyamuk Bila akan bepergian ke daerah endemi malaria: 2 minggu sebelum berangkat minum klorokuin basa 300 mg single dose, seminggu sebelum berangkat minum klorokuin basa 300 mg single dose. Ditempat endemi minum 300 mg klorokuin basa single dose/inggu, setelah kembali, diterukan sampai 4 minggu setelah kembali pulang.

Tatalaksana penderita, kontak dan lingkungan


Pada daerah non-endemik: laporan ke dinas kesehatan setempat, biasanya kasus yang positif lab. Termasuk dalam Disease Under Surveillance. Pada daerah endemik, dibedakan antara kasus probable (tersangka) dan pasti (confirmed) Pasien dianjurkan tidur menggunakan kelambu untuk mencegah penularan ke orang lain Lakukan penyelidikan kontak & sumber infeksi

Tatalaksana penderita, kontak dan lingkungan (sambungan)


Tatalaksana malaria ringan tanpa komplikasi: Anamnesis: Ada keluhan gejala malaria Ada riwayat bepergian ke daerah malaria Ada riwayat tinggal di daerah malaria Pernah menderita malaria Pernah mendapat pengobatan malaria dulu Pem,eriksaan fisik ditemukan demam > 38 , splenomegali, hepatomegali, anemia Pemeriksaan lab (sediaan darah tebal) untuk mengetahui ada tidaknya parasit malaria aseksual dan kepadatan parasit. Dinyatakan dengan positip 1 s/d 4 1. 2. 3. 4. 5.

Pengobatan malaria, jenis pengobatan


Pengobatan malaria klinis tanpa pemeriksaan laboratorium (pengobatan supressif) Pengobatan radikal, malaria positip dengan pemeriksaan laboratorium, terdiri atas: 1. Pengobatan malaria tropika (falciparum) 2. Pengobatan malaria tertiana. Quartana dan ovale 3. Malaria berat, dengan/ tanpa komplikasi harus dirawat

Tatalaksana waktu KLB Malaria


Pengobatan massal dengan Klorokuin dan Primakuin dosis tunggal selama 3 hari Penyemprotan rumah dengan insektisida, cakupan > 90 % Pengobatan penderita Malaria klinis dengan klorokuin selama 3 hari, 2 minggu sesudah pengobatan masal, diulangi setiap 2 minggu sampai penyemprotan selesai Meniadakan tempat2 perindukan nyamuk Penyuluhan kesehatan masyarakat Meningkatkan kualitas penemuan penderita dengan Sistim Kewaspadaan Dini (SKD) Tindakan internasional: 1. Semua alat transportasi harus bebas nyamuk 2. Termasuk dalam Disease under Surveillance by WHO

Implikasi bencana
Malaria jadi KLB bila ada bencana alam, peperangan dan kerusuhan sosial Perubahan cuaca dan lingkungan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah dan luas wilayah perindukan di daerah endemi dan peningkatan penderita Penting upaya pemberantasan yang intensif

Tindakan Internasional
1. Penyemprotan insektisida (Desinfeksi) pada pesawat udara sebelum berangkat dan dipelabuhan singgah Penyemprotan pesawat udara, kapal laut dan alat transportasi lain pada saat kedatangan, sesuai kewenangan dan peraturan daerah Pemberian OAM kepada pendatang (pengungsi, pekerja musiman dan migrasi serentak dari daerah bebas malaria) yang berpotensi terkena malaria dengan Primaquine 30-45 mg sebagai obat dasar (0,5-0,75 mg/ kgBB), dosis tunggal

2.

3.

Tindakan internasional (lanjutan)


Pemberantasan malaria masuk dalam strategi utama program WHO dalam pengembangan Primary Health Care
Di Indonesia ada upaya Gebrak Malaria (Roll Back Malaria/ RBM), masuk dalam Global Fund for AIDS, TB Malaria

Tindakan Internasional (lanjutan)


Negara anggota WHO diharap melaporkan: 1. Daerah Malaria yang tidak lagi ada resiko terinfeksi malaria 2. Kasus impor ke daerah bebas malaria 3. Daerah dengan strain yang resisten Chloroquine dan OAM lain 4. Pelabuhan udara/ laut Internasional bebas M 5. Pencatatan dan pelaporan kasus dan kematian malaria, wabah dan cakupan pemberantasan

Demam Berdarah Dengue


Pengenalan: Demam mendadak 2-7 hari, lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, perdarahan kulit (ptechiae, ecchymosis, purpura. KK terdapat epistaxis, melena, muntah darah, kesadaran menurun, renjatan dengan tendensi kematian. Agent: Virus Dengue tipe 1-2-3-4, terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang dominan, menyebabkan kasus berat. Masa inkubasi: 7 hari

Penularan, Akibat infeksi & gejala penyakit


Penularan: Melalui gigirtan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terdapat di seluruh Indonesia, 1000 m dibawah permukaan laut. Akibat infeksi: 1. Terbentuk antibodi 2. Infeksi asimptomatis (Silent infection) 3. Demam Dengue 5 hari 4. Dengue Shock Syndrome (DSS)

Tanda dan gejala penyakit


Demam tinggi mendadak 2-7 hari, naik turun Tanda perdarahan ok trombositopeni Hepatomegali Renjatan Thrombositopeni Hemokonsentrasi Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi, kejang. Sakit perut hebat di daerah epigastrium merupakan indikasi perdarahan gitract

Diagnosa
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas pada hari ke 2-7 2. Tanda-tanda perdarahan 3. Hepatomegali 4. Thrombositopeni (150.000/ mm3/ kurang) 5. Hemokonsentrasi (Ht meningkat 20 %) 6. Serologi (HI test dan Dengue Blot test)

Pelaksanaan surveilans DBD


1. Justifikasi Peny DBD merupakan vektor-born disease dan potensial terjadi KLB. Program penanggulangan dilakukan oleh unit program P2B bersama program terkait. Surveilans DBD tu untuk deteksi KLB dan monitoring program penanggulangan. Setiap letusan KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi dan pemutusan penularan serta pengambilan dan pemeriksaan spesimen

Definisi kasus
Klasifikasi kasus DBD, DHF/DSS sbb: a. Kasus suspek: 1. Demam Dengue 2. DHF: DBD/DHF: Demam tinggi mendadak dalam jangka waktu 2-7 hari, dengan gejala Torniquet +, tanda perdarahan, pembesaran hati 3. DSS :DHF disertai tanda2 shock

Klasifikasi kasus yang lain


Kasus tersangka (probable) a. Kasus suspek demam dengue yang berhubungan dengan b. DHF: kasus, juml.thrombocyt <100.000/mm3 c. DSS Kasus, kenaikan hematokrit 25 % / lebih d. Kasus pasti (konfirmasi lab): kasus dengan - kenaikan titer 4 kali kadar antibodi IgH - Ditemukan IgM (pada KLB) - Dapat isolasi virus dengue dari serum atau spesimen otopsi

Pelaporan penyakit dan DD


Sesuai UU no 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular dan PP Menkes no 560 tahun 1989, penderita wajib dilaporkan dalam 24 jam Diferensial diagnosa: 1. Pada awal penyakit dibedakan dengan infeksi bakteri atau virus (Demam Tifoid, Campak, Influenza) 2. Demam Chikunguya (DC) 3. Sepsis, Meningitis Meningokokus 4. ITP, Leukemia dan Anemia stadium lanjut

Sumber data surveilans DBD


Sumber data kasus: 1. RS (Lap RL2a dan 2 b) 2. Puskesmas :- SP2TP/ SIMPUS, - Laporan puskesmas sentinel - Laporan W1 dan W2 3. Hasil pemeriksaan lab (spesimen) 4. Hasil penyelidikan kasus dilapangan oleh petugas sangat penting untuk risiko penularan serta mendapatkan kasus Data kegiatan program: Laporan pelaksanaan Fogging dan Angka Jentik berkala, hasil dari Pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan surveilans kabupaten/ kota

Manfaat data surveilans untuk manajemen program


Monitoring CFR untuk meningkatkan manajemen kasus di RS Monitor Incidence rate untuk menilai dampak program Dapat mendeteksi KLB untuk tindakan penanggulangan segera Informasi insidens rate menurut umur, geografis untuk mengetahui daerah rawan DBD Penyelidikan epidemiologi KLB untuk tahu faktor penyebab agar KLB tidak terulang lagi

Pengamatan penyakit DBD di puskesmas


Kegiatannya terdiri dari: 1. Pencatatan, pengolahan dan penyajian data untuk pemantauan mingguan dan laporan mingguan wabah 2. Laporan bulanan program P2 DBD 3. Penentuan desa/ kelurahan rawan DBD 4. Mengetahui kasus DBD/ desa 5. Menentukan musim penularan 6. Mengetahui kecenderungan penyakit

Kriteria KLB dan tindakan


Kriteria KLB: Kasus DBD di desa/ kelurahan meningkat 2 kali atau lebih dalam waktu 1 minggu atau 1 bulan, dibandingkan minggu/ bulan sebelumnya atau bulan yang sama tahun lalu dan kasus tersebar di sebagian RK/ RW di desa/ kelurahan tersebut Bila terjadi KLB, maka: 1. Puskesmas melakukan tindakan penanggulangan sesuai petunjuk penanggulangan KLB/ Wabah penyakit DBD 2. Dilaporkan ke Dinkes Dati II dengan formulir W1 3. Dilaporkan ke Camat dan Lurah untuk penggerakan PSM

Kegiatan puskesmas saat KLB


Puskesmas ybs melaksanakan: 1. Penyelidikan epidemiologi (PE) yaitu: Pencarian penderita/ tersangka DBD lain Pemeriksaan jentik di rumah penderita dan sekitarnya. Tindakan lebih lanjut adalah: 2. Penggerakan masyarakat untuk PSN , di koordinir oleh Lurah/ tim penanggulangan setempat 3. Penyemprotan insektisida

Penyelidikan epidemiologi
Yaitu kegiatan tindak lanjut penemuan kasus DBD berupa kunjungan rumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam radius 100 m atau 20 rumah serta disekolah jika kasus DBD adalah anak sekolah. Waktu pelaksanaan maksimal 3 x 24 jam setelah menerima laporan kasus, oleh petugas puskesmas terlatih. Penerapan: Pencarian kasus tersangka dan pemeriksaan jentik Tujuan: Mengetahui kemungkinan penularan lebih lanjut

Pemeriksaan jentik berkala


Dilakukan setiap 3 bulan sekali pada 100 rumah/ Kelurahan secara sampling Cara memeriksa jentik: 1. Periksa bak mandi/ WC, tempayan, drum dan tempat penampungan air lain 2. Jika tidak tampak jentik, tunggu kira-kira 0.5-1 menit, jika ada jentik, ia akan muncul ke permukaan air untuk bernafas 3. Ditempat gelap gunakan senter/ baterei 4. Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng/ plastik, ban bekas dll 5. Angka bebas jentik > 95 %

Data kasus DBD perlu untuk


1. Memantau situasi penyakit DBD, supaya KLB dapat di deteksi secara dini 2. Menentukan wilayah yang rawan DBD 3. Menentukan musim penularan 4. Mengetahui perkembangan situasi penyakit, sehingga program pemberantasan penyakit DBD dapat di jalankan secara efektif dan efisien

Stratifikasi Desa/ kelurahan Rawan DBD


Desa/ kelurahan rawan I (endemis): Bila dalam 3 tahun terakhir setiap tahun terjangkit DBD Desa/ kelurahan rawan II (sporadis): 3 tahun terakhir tidak setiap tahun terjangkit DBD Desa/ kelurahan rawan III (potensial): 3 tahun terakhir tidak pernah terjangkit DBD, penduduknya padat, transportasi dengan wilayah lain ramai, persentasi rumah dengan jentik + > 5 % Desa/ kelurahan bebas DBD: Tidak pernah terjangkit DBD, ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut, persentasi rumah dengan jentik + kurang dari 5 %

Cara memberantas nyamuk penular DBD


Nyamuk dewasa: Menggunakan insektisida (fogging) misalnya organophosphat, pyretroid sintetis, Carbamat sebanyak 2 siklus dengan interval 1 minggu PSN, membasmi jentik dengan cara: 1. Kimia (abatisasi) menggunakan Temephos 1 ppm/ 10 gr (1 sendok teh rata) dalam 100 l air, efek residu tahan 3 bulan 2. Biologi menggunakan ikan pemakan jentik (ikan kepala timah. Ikan guppi) atau menggunakan insect growth regulator (Bacillus thuringiensis) 3. Cara fisik (3 M)

Survai jentik
Survei jentik untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti, terdiri dari 1. House index (HI) yaitu presentasi rumah dengan jentik positif dari rumah yang diperiksa, menggambarkan penyebaran nyamuk 2. Container index (CI) yaitu persentasi kontainer yang ditemukan jentik dari yang diperiksa 3. Breteau index (BI) yaitu jumlah kontainer dengan jentik dalam 100 rumah yang diperiksa

Fokus perhatian pada tiap penyakit


1. Gambaran klinik, diagnosa, laboratorium 2. Penyebaran 3. Reservoir (sumber) 4. Penyebab (agent) 5. Cara penularan 6. Masa tunas dan masa menular 7. Kerentanan dan kekebalan

Fokus perhatian pada tiap penyakit


Pemberantasan 1. Pencegahan (individu dan masyarakat) 2. Tatalaksana penderita, kontak dan lingkungan 3. Tatalaksana waktu KLB 4. Tindakan Internasional

Tindakan terhadap penyakit menular menurut UU


1. UU Karantina 1962 untuk penyakit karantina 2. UU Wabah 1962 untuk penyakit wabah 3. International Health Regulation 1969/ 1998 4. UU no 4 tahun 1984 tentang wabah 5. UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan 6. PP pemerintah nomor 40 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah 7. Keputusan Menkes no 424 mengenai SARS

UU Karantina bab 1 pasal 1 penggolongan penyakit menular


Penyakit karantina ialah penyakit wabah yang berhubungan dengan lalu lintas kapal, yang perjalanannya dapat dicegah dengan tindakan karantina yaitu: 1. Penyakit Pes (Plaque) 2. Penyakit Kolera (Kholera) 3. Penyakit Demam Kuning (Yellow Fever) 4. Penyakit cacar (Variola/ Smallpox)

UU Wabah no 6 bab 2 pasal 2 mengenai penyakit wabah


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Typhus abdominalis Paratyphus Disentri Basiler (Shigellosis) Hepatitis Infectiosa Diphtheria Meningitis Cerebrospinalis Epidemica Poliomyelitis Anterior Acuta

Termasuk dalam penyakit wabah adalah


Penyakit lain yang ditetapkan Menkes yaitu penyakit yang banyak menimbulkan masalah kesehatan masyarakat di suatu daerah (angka kesakitan dan kematiannya tinggi)

International Health Regulation


Disease under Surveillance ialah penyakit menular yang tidak memerlukan isolasi penderita, tetapi harus di awasi, terdiri atas:
1. Typhus exanthematicus infectiosa 2. Relapsing fever (Demam balik-balik) 3. Penyakit lumpuh kanak-kanak 4. Malaria dan influenza

Tindakan penanggulangan wabah menurut UU Wabah bab 1 psl 5-6


1. 2. 3. 4. 5. Pemeriksaan penderita/ tersangka Pengobatan penderita/ tersangka Isolasi penderita/ tersangka Imunisasi Hapus hama, hapus serangga, hapus tikus (untuk bangunan dan alat pengangkut) 6. Pemusnahan benda/ bangunan 7. Pengaturan pengangkutan, perawatan, pemakaman jenazah 8. Penerangan, pendidikan masyarakat tentang wabah

UU Pokok Kesehatan (UU no 9 tahun 1960)


Tujuan: 1. Sebagai dasar hukum dalam usaha di bidang kesehatan 2. Sebagai penuntun pelaksanaan usaha kesehatan rakyat

1. 2. 3. 4.

Isi UU Pokok Kesehatan: Ketentuan-ketentuan umum Tugas yang perlu dilakukan pemerintah Alat pemerintah untuk penyelenggaraan usaha kes. Pengaturan usaha swasta di bidang kesehatan

Ketentuan-ketentuan umum (bab 1 pasal 1)


Pasal 1 a: Hak tiap warga negara: - untuk memperoleh derajat kesehatan - Diikut sertakan dalam usaha kesehatan pemerintah

Pasal 2 b; Definisi tentang kesehatan: Sehat badan, rohani dan sosial, bukan hanya bebas dari cacat dan kelemahan Pasal 3c: Perlunya meningkatkan lingk. hidup Perlu meningkatkan pengertian dan kesadaran rakyat tentang pemeliharaan kesehatan

UU tentang wabah (UU no 6 tahun 1962)


Memuat tentang tujuan UU wabah, ketentuan umum, penyakit yang termasuk wabah, penetapan dan pencabutan daerah wabah Penetapan dan pencabutan daerah wabah dilakukan oleh Menkes, namun dapat dilakukan oleh Gubernur KDH tk I, bila diberi wewenang, kecuali untuk penyakitpenyakit karantina

Usaha-usaha terhadap wabah


Pasal 5: Untuk mencegah menjalarnya wabah: Adanya wajib lapor dalam tempo 24 jam, untuk mereka yang mengetahui, awam maupun tenaga kesehatan, Pemeriksaan dan tindakan seperlunya oleh pemerintah setempat, segera setelah menerima laporan Pasal 8: Tindakan pemberantasan wabah; Dilaksanakan oleh KDH tingkat I (Gubernur dan aparatnya). Dalam keadaan darurat oleh Bupati dan bawahan setelah konsultasi dengan tenaga kesehatan setempat

Tindakan2 penyokong tindakan

pencegahan (pasal 6)
1. 2. 3. Penderita: pemeriksaan lab, isolasi, pengobatan perawatan Mengadakan imunisasi Mengadakan tindakan desinfeksi terhadap bendabenda tersangka, bla perlu mengadakan tindakan menghapus serangga dan tikus, benda-benda dan ruangan. Pemusnahan benda-benda perantara Mengadakan peraturan pengangkutan penderita/ jenazah Mengadakan penerangan dan pendidikan kesehatan pada masyarakat

4. 5.

UU Wabah no 6 tahun 1962 pasal 3 mengenai definisi wabah


Wabah ialah penyakit menular yang menjalar dengan cepat di suatu daerah, sehingga dalam waktu singkat jumlah penderita menjadi banyak, yang harus dibatasi dengan isolasi penderita dari orang lain di sekitarnya

Laporan penderita penyakit menular/ Wabah (UUWabah psl 34)


Harus dilaporkan dalam 24 jam pertama kepada kepala pemerintahan setempat, selanjutnya kasus lama dilaporkan stiap minggu (Ketetapan Menkes) Yang wajib melapor adalah: Petugas kesehatan yang mempunyai pengetahuan tentang penyakit wabah Pimpinan sekelompok orang

Instansi kesehatan yang berwenang di suatu daerah


Kantor Kesehatan pelabuhan (untuk daerah Pelabuhan) Kantor Wilayah Kesehatan/ Dinas Kesehatan Propinsi untuk daerah di luar pelabuhan) Kemudian instansi yang berwenang tersebut melaporkannya kepada Departemen Kesehatan Pusat/ Menkes yang berwenang dalam menetapkan/ mencabut keadaan terjangkit/ wabah

Laporan internasional wabah


Kantor Kesehatan pelabuhan (untuk daerah Pelabuhan) Kantor Wilayah Kesehatan/ Dinas Kesehatan Propinsi untuk daerah di luar pelabuhan) Kemudian instansi yang berwenang tersebut melaporkannya kepada Departemen Kesehatan Pusat/ Menkes yang berwenang dalam menetapkan/ mencabut keadaan terjangkit/ wabah

Usaha Karantina
Ialah usaha pencegahan, pemberantasan dan pengawasan penyakit karantina melalui lalu lintas kapal. Tindakan penanggulangan disini mencakup juga tindakan karantina terhadap kapal beserta isinya dan daerah pelabuhan. UU Karantina 1962 memuat ketentuan yang berkaitan dengan penyakit karantina (UU no 1 tahun 1962 mengenai karantina laut dan UU nomor 2 tahun 1962 mengenai karantina udara)

Ketentuan-ketentuan mengenai penyakit karantina


1. 2. 3. 4. 5. 6. Penyakit Karantina dan masa tunasnya: Pes (Plaque) 6 hari Kholera (Eltor) 5 hari Demam kuning (Yellow fever) 14 hari Cacar (Smallpox) 14 hari Tifus bercak wabahi 14 hari Demam balik-balik 8 hari

Tugas dan wewenang dokter pelabuhan/ Kantor Kesehatan Pelabuhan (Pasal 26) Kewajiban Nakoda kapal dan orang lain untuk melaporkan dan membantu pelaksanaan usaha karantina

Pedoman surveilans epidemiologi penyakit SARS


1. 2. 3. 4. Identifikasi dini kasus SARS, kontak dan kasus tambahan Menetapkan banyaknya masalah Identifikasi daerah dan populasi berisiko tinggi Mencegah transmisi di masyarakat - Melaksanakan prosedur pengamanan unit pelayanan - Penetapan prosedur pengamanan keluarga dan masyarakat Penyebaran informasi epidemiologi SARS

5.

Sasaran dan langkah-langkah surveilans penyakit SARS


Sasaran adalah semua masyarakat yang mempunyai risiko terjangkit SARS, meliputi: 1. Orang yang baru kembali dari daerah terjangkit 2. Keluarga penderita 3. Tenaga kesehatan Langkah-langkah: 1. Identifikasi dini kasus SARS 2. Persiapan sebelum ke lapangan 3. Kegiatan lapangan

Identifikasi Dini kasus SARS dilakukan melalui:


1. 2. 3. 4. Surveilans Pelabuhan udara, darat dan laut Surveilans masyarakat Surveilans Rumah sakit dan puskesmas Surveilans rumah sakit khusus merawat kasus SARS 5. Surveilans lain-lain 6. Identifikasi kontak, kasus tambahan dan sumber penularan 7. Pelacakan kasus SARS

Pelacakan Kasus SARS


1. 2. 3. 4. Tujuan: Identifikasi kebenaran diagnosis SARS Identifikasi kasus tambahan Menetapkan besarnya masalah Menetapkan upaya penanggulangan

Persiapan sebelum lapangan: 1. Investigasi, bila perlu berkoordinasi dengan tim Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Puskesmas 2. Persiapan administrasi dan logistik 3. Persiapan langkah-langkah investigasi

Pemeriksaan SARS di Bandara, Pelabuhan dan Lintas batas


Tujuan: Melaksanakan Surveilans peny SARS di sana Identifikasi kasus tersangka dari negara terjangkit Melakukan rujukan kasus tersangka SARS Mencegah penyebaran penyakit SARS melalui Bandara, Pelabuhan dan Pos Lintas Batas Darat Sasaran: 1. Penumpang dan awak pesawat, kapal laut dan angkutan darat yang datang dari daerah terjangkit 2. Operator pesawat, kapal laut & ferry lintas Negara Otoritas bandara, pelabuhan & pos lintas batas darat 1. 2. 3. 4.

Langkah-langkah pemeriksaan SARS di pesawat dan bandara


Mekanisme pemeriksaan SARS di ke tempat tsb dilakukan melalui kerjasama dengan sektor terkait. Pemeriksaan SARS dalam penerbangan: melalui kerja sama dengan perusahaan penerbangan, langkah-langkah: 1. Semua penumpang dan awak pesawat dari wilayah terjangkit SARS diberi Health Alert Notice, oleh crew, diisi selama penerbangan. 2. Penumpang diberi informasi SARS melalui media komunikasi di pesawat

Langkah pemeriksaan Sars di pesawat dan bandara


Jika dalam penerbangan ada penumpang/ crew demam
tinggi di + batuk,/napas pendek/ sulit bernafas harus dilakukan hal berikut: - memisahkan penumpang/ crew yang sakit - penderita diminta menggunakan masker pelindung, yang merawat menggunakan sarung tangan dan masker - menyiapkan toilet khusus untuk yang sakit - Memberi tanda khusus (K) pada Health Alert Notice penumpang/ crew yang kontak dengan penderita tsb - Kapten pesawat melakukan kontak radio ke bandara tujuan menyampaikan ada suspect agar petugas KKP segera menyiapkan ruang periksa penumpang/ crew sakit tsb

Pemeriksaan SARS pada saat pesawat parkir di Bandara


Tim kesehatan KKP menggunakan masker naik ke pesawat setelah pesawat parkir di garbarata, lalu bersama crew melakukan tindakan2 berikut: 1. Penumpang tidak diperkenankan turun dari pesawat 2. Pemberitahuan adanya pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan kewaspadaan terhadap SARS 3. Menganjurkan penumpang dan crew untuk segera berobat jika dalam 10 hari berikutnya jatuh sakit serta menginformasikan RS rujukan SARS 4. Pemeriksaan secara cepat semua penumpang

Pemeriksaan SARS pada saat pesawat parkir di Bandara


5. Bila ditemukan kasus Suspect, dipasangkan masker, kemudian diperiksa lebih lanjut di poliklinik terminal dan segera di rujuk ke RS rujukan serta melaporkan identitas dan alamat lengkap suspek dan kontak ke Dirjen PPM dan PL & Dinkes setempat 6. Penumpang dan crew di arahkan ke counter kesehatan untuk pengecekan

Pemeriksaan SARS di Counter Kesehatan


1. Petugas KKP mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan dan kebenaran pengisian Health Alert Notice penumpang/ crew lainnya, menggunting/ memisahkan HAN tsb dari HAN penumpang dan crew yang diduga suspect dan kontaknya dan HAN penumpang lain. Satu sisi HAN dimasukkan dalam paspor dan sisi lain dipegang petugas KKP Lalu penumpang dan crew menuju counter imigrasi KKP melaporkan identitas & alamat penumpang bukan transit ke Dinkes setempat & informasi penumpang transit dalam negeri ke KKP berikutnya

2. 3.

Penerbangan lanjutan ke luar negeri


Kapten/ Pilot pesawat memberi penjelasan seperlunya kepada penumpang transit luar negeri bahwa di dalam pesawat yang ditumpanginya terdapat kasus tersangka SARS, dan menganjurkan segera berobat pada negara tujuan jika dalam jangka waktu 10 hari berikutnya jatih sakit (timbul gejala SARS) Memberi tahu kepada Bandar Udara tujuan berikutnya bahwa pesawat tersebut membawa penumpang yang pernah kontak dengan kasus tersangka SARS

Disinfeksi pesawat
1. 2. 3. 4. 5. Setelah pesawat membawa kasus SARS, semua pintu harus terbuka dan interior pesawat di aliri udara yang berasal dari AC Catat semua nama petugas yang melakukan tindakan suci hama Semua petugas harus menggunakan sarung tangan, pelindung muka dan baju disposibel Daerah 2 baris didepan dan belakang tempat duduk kasus Suspect harus di suci hamakan Pelaksanaan desinfeksi agar mengikuti pedoman desinfeksi pesawat yang diterbitkan WHO

Anthraks
Pengenalan: Penyakit meular akut yang disebabkan oleh bakteri, dapat menyerang hewan atau manusia. Ada 2 tipe yaitu Antraks tipe kulit dan antraks tipe saluran pencernaan Antraks tipe kulit ditandai dengan ulcus ditutupi kerak hitam dan cekung ditengahnya. Antraks tipe saluran pencernaan ditandai sakit perut mendadak setelah makan daging, muntah, demam tinggi, sesak napas, syok lalu meninggal dunia

Agent penyebab: bacillus anthracis. Dapat membentuk spora

Sumber penularan, cara penularan dan inkubasi


Sumber penularan: 1. Darah yang keluar dari lubang kumlah hewan mati karena Antraks atau bahan yangberasal dari hewan yang tercemar spora Antraks misalnya daging, jerohan, kulit, tulang dsb. 2. Lingkungan (tanah, tanaman sayur dan air yang tercemar spora Antraks Cara penularan: Kontak dengan bibit penyakit yang ada ditanah/ rumput dimana hewan yang sakit Antraks berada, maupun bahan-bahan (kulit, daging, tulang darah) yang berasal dari hewan yang sakit Antraks. Dapat juga karena memakan daging hewan yang skit Antraks Masa inkubasi: 7 hari, rata-rata 2-5 hari

Kekebalan dan kerentanan, penyebaran


Kekebalan dan kerentanan: Hewan sapi, kerbau, domba dan kuda dan juga manusia sangat peka terhadap Anthraks. Babi dapat menderita Anthraks kronis yang biasanya diketahui sesudah disembeli. Penyebaran: Daerah penyebaran Antraks di Indonesia selama 10 tahun ialah DKI, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah. Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT, Timor Leste dan Irian Jaya

Tatalaksana pencegahan, KLB dan penderita


Tatalaksana pencegahan: 1. Dilarang menyembelih hewan yang sakit Antraks dan jangan memakan daging yang berasal dari hewan yang sakit. 2. Vaksinasi hewan yang peka terhadap Antraks, agar secara rutin di vaksinasi 3. Dilarang memproduksi barang kerajinan dari hewan yang sakit Antraks (kerajinan kulit, tanduk, tulang atau bulu) Tatalaksana penderita: Antibiotika dosis tinggi, simptomatis dan suportif Tatalaksana saat KLB: Obati penderita, penyuluhan tentang bahaya dan pencegahan Antraks. Vaksinasi hewan, hewan yang mati langsung dikubur tanpa disembelih

Patek (Frambusia/ Jaws)


Pengenalan: Luka pada permukaan kulit lengan bawah, tungkai, pantat, telapak kaki atau tangan berupa papiloma. Papiloma ini dapat menyerupai buah arbei, basah, tidak bernanah, menjadi borok yang sembuh sendiri dalam beberapa bulan tanpa parut. Kemudian terjadi hiper keratosis. Pada tahap lanjut terjadi kerusakan tulang sendi, tulang hidung dan tenggorokan

Agent, sumber dan cara penularan, masa tunas dan masa penularan
Agent: Treponema pertenue, suatu spirochaeta Sumber penularan: Penderita Patek Cara penularan: Kontak langsung dengan eksudat lesi awal lulit. Iklim sangat berpengaruh terhadap morfologi kelainan Masa tunas: 2 minggu sampai 3 bulan Masa periode penularan: Selama pasien masih mempunyai lesi kulit awal yang basah. Pasien stadium lanjut tidak menular lagi.

Kekebalan dan kerentanan, penyebaran dan pencegahan


Kekebalan dan kerentanan; Semua orang dapat ditulari, tidak ada kekebalan Penyebaran: Terdapat di negara sedang berkembang, tropis, lembab termasuk Indonesia Tatalaksana pencegahan: 1. Peningkatan kesehatan umum 2. Penyuluhan tentang Patek 3. Kebersihan pribadi, mandi pakai sabun 4. Meningkatkan taraf ekonomi penduduk

Tatalaksana pasien, kontak dan lingkungan


Tatalaksana pasien, kontak dan lingkungan: 1. Penicillin procain. Dosis dewasa 1.200.000 IU PAM, dosis anak < 14 tahun 600.000 IU PAM. 2. Kontak dengan pasien diberi PP 600.000 IU, anak diberi 300.000 IU PAM Tatalaksana saat KLB: Pengobatan massal secara aktif di wilayah dengan prevalensi tinggi. Survei periodik setiap 1-3 tahun.Penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di pedesaan Tindakan internasional : Cegah reinfeksi. Telah ada bantuan WHO untuk pemberantasan penyakit secara internasional

Penyakit anjing gila (Rabies)


Pengenalan: Penyakit menular akut yang menyerang SSP, ditandai dengan demam, kejang, sakit kepala hebat, sulit menelan, hipe r salivasi, takut terhadap sinar, angin dan udara. Selanjutnya penderita lumpuh (Paralysis ascendens) dan koma sebelum meninggal Agent penyebab: Virus rabies Sumber penularan: Anjing, kucing, kera Cara penularan: melalui gigitan hewan yang sakit Rabies Masa tunas: 2 minggu- 2 tahun, tergantung pada jenis luka gigitan, lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk. Jika gigitannya parah dan lokasi gigitan dekat dengan saraf pusat, maka masa tunasnya semakin singkat

Masa penularan, Penyebaran, Kekebalan dan kerentanan


Masa penularan: Pada anjing dan kucing 3 5 hari sebelum timbulnya penyakit sudah dapat menularkan Rabies Penyebaran: Terdapat diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat di 21 propinsi. Enam propinsi yang bebas Rabies adalah Bali, NTB, Maluku, Irian Jaya, Timor Timur dan Kalimantan Barat. Kekebalan dan kerentanan: Semua orang dapat ditulari, termasuk semua Mamalia berdarah panas. Kekebalan alamiah pada manusia belum diketahui

Tatalaksana peristiwa Rabies


Pencegahan: 1. Vaksinasi anjing, kucing dan kera peliharaan. Anjing liar dibunuh. 2. Penyuluhan kepada pemilik binatang peliharaan tersebut dan masyarakat yang beresiko tinggi tertular Rabies. 3. Pemilik yang bepergian membawa hewan peliharaan tersebut harus menunjukkan surat keterangan vaksinasi

Tatalaksana pasien, kontak, lingkungan


Tatalaksana pasien, kontak dan lingkungan 1. Orang yang digigit hewan penderita Rabies harus mencuci luka dengan sabun pada air yang menglir, lalu diberi antiseptik (alcohol 70 % atau betadine). 2. Penderita di suntik vaksin anti rabies atau kombinasi vaksin dan serum anti Rabies 3. Penderita dirujuk ke RS untuk dirawat di ruang isolasi

Tatalaksana pada waktu KLB dan tindakan internasional


Tatalaksana waktu KLB: 1. Ring vaksinasi hewan penular rabies 2. Dilarang membawa anjing, kucing dan kera keluar masuk wilayah wabah 3. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat Tindakan internasional: 1. Bepergian keluar negeri membawa anjing atau kucing harus membawa surat keterangan telah di vaksinasi yang masih berlaku 2. Tindakan karantina bila perlu

Kolera Asiatica dan Eltor (Muntaber)


Pengenalan: Penyakit infeksi akut pada usus, disebabkan Vibrio (Cholera/ Eltor), gejala 2: Tiba-tiba Berak frequent, tak ada tenesmus, muntah 2 Tinja cair, amis, seperti cucian beras Dehidrasi dan acidosis, tanda2 renjatan, tidak ada panas atau mulas

Epidemiologi Kolera
Penyakit ini tersebar di Bangladesh, Pakistan, India, Indonesia dan Iran. Telah terjadi 6 x pandemi didunia antara tahun 18171923, pandemi ke 7 berasal dari Indonesia (Makasar, Donggala, 1961-1963) dan mencapai Afrika tahun 1970, sekarang telah menyebar hampir ke 100 negara. Epidemi Kholera terjadi juga di kamp pengungsi (Ethiopia, Sudan, Malawi, sejak tahun 1984-85 dan di daerah miskin, padat, kumuh seperti di Peru, Zambia dan Tanzania.

Sejarah Kolera
Insiden Kolera tergantung musim, wabah biasanya terjadi melalui sumber yang sama (Common Source) John Snow pertama menyatakan penularan melalui air (1854), Robert Koch menemukan Vibrio Kholera (1884), Gotalich (1908) menemukan Vibrio Kolera dari jemaah haji pada stasiun karantina Kolera Eltor di Mesir sedangkan de Moor pertama kali menemukan Kolera Eltor di Sulawesi Selatan

Etiologi dan cara penularan


1. 2. 3. 1. 2. 3. Etiologi: Ada 2 tipe: Vibrio cholerae Kolera Asiatika Vibrio eltor Kolera Eltor Ada 3 serotipe; Ogawa, Inaba dan Hikojima. Vibrio cholera Eltor lebih tahan hidup di alam bebas, Vibrio mati pada pemanasan dan suasana asam Cara penularan: Melalui air yang terkontamnasi Melalui makanan/ minuman yang terkontaminasi Kontak langsung dan vektor lalat

Reservoir, masa inkubasi dan masa penularan


Reservoir : Manusia Masa inkubasi : 1-5 hari, bisa 8 jam. UU Karantina menetapkan 5 hari Masa penularan: 1. Penderita dengan gejala klasik sampai 14 hari masih mengeluarkan Vibrio pada tinja 2. Tanpa AB, penularan berlangsung 3 bulan 3. Cholera Dolores, sampai 10 tahun 4. Carrier ada 3 jenis, Carrier masa tunas, masa penyembuhan dan carrier sehat

Morbiditas dan mortalitas


Spektrum klinis dimulai dari tanpa gejala, ringan, berat dengan dehidrasi dan shock. Mempunyai fenomena gunung es Sporadik, sering terjadi wabah, dimana penderita dewasa lebih banyak, Ada variasi musiman. Insiden saat wabah 50/ 100 penduduk. Penderita dehidrasi tidak diobati, angka kematian 60-70 % Menyerang sosio ekonomi rendah. Tidak ada penderita yang diserang 2 kali, dengan gejala klasik. Keadaan endemik, penderita anak lebih banyak.

Penyebaran, penularan dan geografi


Dikenal 2 macam epidemi Common source epidemic, berasal dari sumber yang sama, cepat muncul dan mencapai puncak , kemudian cepat menghilang. Epidemi terus menerus (propagated). Penularan berasal dari orang ke orang, kasus sedikit tetapi berlangsung lama Banyak terdapat di daerah pantai dan sungai2 besar karena penduduknya padat, sanitasi lingkungan buruk

Tatalaksana penderita
Pemberian oralit Infus Ringer Lactat pada dehidrasi berat Pemberian makanan, teruskan ASI pada bayi Pemberian AB (DOC: Tetra cycline) Di RSCM dikenal ROSE system terdiri dari: Rehirasi dengan RL intra vena Oralit solutio ad libitum Simultan, infus dan oralit Education, teruskan oralit sampai diare berhenti

Sistim kewaspadaan dini


Salah 1 kegiatan survailans untuk mewaspadai gejala akan timbul KLB Tujuan SKD antara lain 1. Menumbuhkan sikap tanggap terhadap perubahan angka kesakitan dan kematian 2. Idem tindakan penanggulangan cepat &tepat 3. Memperoleh informasi secara cepat, tpat dan akurat 1. 2. 3. 4. Tahap pelaksanaan: Pengamatan SKD KLB diare Pengamatan kesehatan lingkungan Pengamatan perilaku Analisis KLB diare sebelumnya

Pengamatan SKD KLB mencakup


Lingkungan pengamatan (penderita, kesling, perilaku masyarakat, analisis KLB sebelumnya, perubahan kondisi matra Sumber informasi: 1. Pencatatan dan pelaporan rutin 2. Masyarakat dan mass media 3. Instansi dan lembaga terkait 4. Hasil survai/ studi kasus Indikator: Distribusi kasus di wilayah kerja puskes

Pengamatan kesehatan lingkungan dan pengamatan perilaku


Tingkat risiko penggunaan jamban, air bersih dan tempat pengelolaan makanan (TPM) Cakupan laik penyehatan TPM Pengamatan perilaku: 1. Cuci tangan dengan sabun, sebelum makan dan sesudah buang air besar 2. Buang air besar di jamban 3. Merebus air untuk minum 4. Membuang sampah pada tempatnya

Analisis KLB diare dan hasil cakupannya


Frekuensi berdasarkan wilayah, waktu (bln) terjadinya, lama KLB berlangsung Kelompok umur, pekerjaan Tindakan penanggulangan dan faktor risiko Cakupan pengamatan indikator > 80 % al: 1. Cakupan pengguna jamban, air bersih, pengelola sampah, cuci tangan 2. Cakupan laik penyehatan TPM

Survailans KLB tersangka Kolera


Untuk daerah endmik; kriterianya : 1. Kenaikan luar biasa penderita GE (usia > 5 tahun) yang disertai shock dan dehidrasi Untuk daerah bebas, dilihat laporan kematian 2. Bila dijumpai satu atau lebih kematian karena penyakit diare dengan gejala klinis Kolera dalam 1 kecamatan 3. Laboratorium: adanya penderita diare/ kematian yang positip Vibrio cholera Sumber data: Laporan rutin, laporan puskesmas sentinel P4D, laporan wabah/ KLB, survai khusus

Tim Gerak Cepat tingkat puskesmas


Anggota TGC minimal 2 orang, 1 perawat dan 1 tenaga survailans P2M Tugas anggota TGC adalah : 1. Mencatat jumlah kunjungan penderita diare dipuskes, pustu dan posyandu 2. Mencatat dan meneliti jumlah kematian diare 3. Mencari penderita diare yang tidak ke puskes 4. Pengambilan usap dubur 5. Pengambilan sediaan lingkungan

Disentri basiler (Sigelosis)


Pengenalan: Penyakit infeksi akut, ditandai dengan diare sering, tenesmus, konsistensi tinja disertai darah, lendir dan nanah, demam dan colic. Sejarah: Dikenal sejak abad ke 4 SM, Hippocrates memperkenalkan Trias dysentri. Dikenal juga saat perang (Persia, PD I dan II, perang Korea) Untuk sipil banyak di sanatorium dan penjara. Istilah Dysentri amuba dan basiler dikenal akhir abad ke 19)

Etiologi dan cara penularan


Etiologi; 1. Shigella dysenteriae tipe I (Shiga) ditemukan tahun 1986, sering timbul saat wabah 2. Shigella flexneri, ditemukan tahun 1898, di Philipina, endemi di beberapa populasi 3. Shigella sonnei di temukan di Denmark (1915) dan Shigella boydii, terdapat di negara maju. Bakteri ini tidak tahan panas, zat kimia, tidak tahan lama hidup diluar Cara penularan: 1. Kontak langsung, 2. vektor lalat 3. makanan dan minuman, air

Masa tunas, masa penularan, kerentanan, kekebalan, reservoir


Masa tunas: 1-7 hari (paling sering 2 hari) Masa penularan: Akut sampai beberapa minggu, Carrier sampai 1-2 tahun Kerentanan dan kekebalan: Semua orang, terutama anak. Bisa kambuh Reservoir : Manusia, kera 1. 2.

Gambaran klinis, komplikasi dan diagnosa, sumber penularan


Gambaran klinis: Subklinis atau ringan (1 gejala) Berat (Bloody diarrhea, demam dan colic) Komplikasi; Anorexia, kehilangan BB, malnutrisi, Dehidrasi berat, kejang, kerusakan ginjal hiponatremi, hipoproteinemia, anemia diare persistent Diagnosa: 1. Anamnesa (bloody diarrhea) 2. Mikroskopis dan kultur tinja Sumber penularan: penderita subklinis, baru sembuh dan carier 1. 2. 1. 2. 3. 4.

Gambaran epidemiologi, faktor predisposisi


Gambaran epidemiologi: Terdapat di seluruh dunia, terutama daerah subtropis, dua per tiga pasien berusia < 3 thn. Dipengaruhi oleh musim dan curah hujan. Faktor predisposisi: 1. Sosio ekonomi jelek, sanitasi lingkungan jelek 2. Kepadatan penduduk tinggi, kurang gizi

Pencegahan
Pencegahan: 1. Penderita diobati 2. Higiene perorangan 3. Peningkatan kebersihan lingkungan 4. Pembuangan ekskreta yang baik 5. Pembasmian lalat 6. Peningkatan daya tahan tubuh 7. Penyuluhan kesehatan

Pasien, kontak, lingkungan, tindakan saat wabah internasional


Pasien, kontak, lingkungan: 1. Lapor dalam 24 jam, isolasi penderita dan desinfeksi tinja dan muntahan 2. Terapi penderita (simptomatik dan antibiotik) 1. 2. 3. Saat wabah: Obati semua kasus diare, berantas lalat Pemeriksaan makanan dan minuman Cari carrier Internasional: Lapor WHO

LEPTOSPIROSIS (ICD-9 100; ICD-10 A 27)


IDENTIFIKASI Termasuk penyakit zoonosis. Dengan ciri-ciriz; - Demam mendadak, sakit kepala, myalgia berat merah pada conjunctiva. Gejala lain: demambiphasic, meningitis, ruam, anemia hemolytic, perdarahan kulit dan selaput lendir, gatal, gangguan mental dan depresi, myocarditis, radang paru-paru, dengan tanpa hemopthisis Lama gejaka klinis kira-kira 3 minggu

Diferential diagnosis
Meningitis Encephalitis Influenza
Fase penyakit: (kk tanpa gejala) 1. Tahap leptospiremia/ febris 2. Fase pemulihan/ kekebalan (beberapa bulan bila tidak diobati)

Angka kematian
Biasa ckup rendah Meningkat dengan bertambahnya usia Sampai 20 % bila terjadi ikterus dan kerusakan ginjal tanpa hemodialisis Penyebab kematian: Kerusakan hepatorenal, kelainan pembuluh darah disertai perdarahan, sindroma gagal pernafasan pada dewasa, aritmia jantung miokarditis

Diagnosa
Rx serologis: titer AB aglutinasi mic Isolasi leptospira dari darah (7 hari pertama), dari LCS (hr 4-7), dari urine setelah hari 10.
Inokulasi pada marmot dan tikus hamster ELISA: deteksi lept. Dari spesimen

Penyebab penyakit
Leptospira interrogans.Lebih dari 200 serovarians telah diketahui, terbagi dalam 23 serogroup Di Inggris, New Zealand dan Australia, infeksi L. interrogans serovarian hardjo paling sering terjadi pada manusia yang kontak dekat dengan peternakan yang terinfeksi

Distribusi Penyakit
Tersebar luas di seluruh dunia, kota desa, negara maju - berkembang. Merupakan - Occupational hazard
- Recreational hazard

Resiko KLB
Pada orang-orang yang terpajan dengan sungai, kanal, danau yang airnya tercemar dengan urine binatang peliharaan dan binatang liar yang terinfeksi
Tu menyerang laki-laki terkait dengan pekerjaan, namun jumlah penderita pada anak-anak di daerha perkotaan

Kejadian KLB
KLB yang cukup besar terjadi di Nikaragua pada tahun 1995. Februari 1997-1998, terjadi KLB di India, Singapura, Thailand dan Kazaktan

RESERVOIR
Hewan peliharaan dan binatang liar
1. 2. 3. 4. 5. Tikus besar (ichterohemmorrhagiae) Babi (pomona) Lembu (hardjo) Anjing (canicola) Raccoon (autumnalis)

Hospes alternative (Carrier)


Binatang pengerat liar, rusa, tupai, rubah, raccoon, mamalia laut Infeksi yang terjadi asimptomatik. Leptospira ada di dalam tubulus renalis binatang tersebut seumur hidup

Cara penularan
Kontak dengan kulit terluka, Kontak selaput lendir dengan air, tanah basah atau tanaman Berenang Kecelakaan kerja Kontak langsung dengan urine/ jaringan tubuh terinfeksi (misalnya makanan). Kk terhirup droplet cairan yang terkontaminasi

Masa inkubasi, masa penularan, kerentanan dan kekebalan


Masa inkubasi: 10 hari (4-19 hari)
Masa penularan: Selama ada leptospira dalam urine manusia dan hewan, 11 bulan setelah terjadi infeksi akut

Semua orang rentan, kebal terhdp 1 serovarian tidak melindungi dr yg lain

Cara-cara pemberantasan: Upaya pencegahan


Penyuluhan ttg cara-cara pencegahan Lindungi pekerja dengan sepatu boot, sarung tangan, apron, Kenali tanah yang berpotensi terkontaminasi, keringkan airnya Berantas hewan pengerat dari pemukiman dan tempat rekreasi Pisahkan hewan peliharaan yang terinfeksi

Upaya pencegahan (lanjutan)


Beri imunisasi kepada hewan ternak dan binatang pelihraan Beri imunisasi pada pekerja yang terpajan dengan leptospira (dilakukan di Jepang, Italia, Spanyol, Perancis, Israel Doxyxykeline 200 mg/ 1 x per minggu untuk anggota militer

Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan


Laporan kepada instansi kesehatan setempat Isolasi: Tingkatkan kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh Desinfeksi serentak: terhadap benda yang tercemar dengan urine Investigasi orang-orang yang kontak dan sumber infeksi AB untuk penderita

Penanggulangan wabah
Cari sumber infeksi misalnya kolam renang yang terkontaminasi dan sumber lain Selidiki sumber penyakit dan lingkungan pekerjaan Implikasi bencana: Potensial untuk penularan dan KLB pada saat banjir Tindakan internasional: Manfaatkan pusat kerjasama WHO

Fakta tentang malaria di dunia


10 % penduduk dunia menderita malaria/ thn Jumlah kasus fatal malaria > 1 juta/ thn, terutama pada anak berusia 4 tahun, setiap 30 detik 1 anak mati karena malaria 5 % anak di Afrika meninggal karena malaria, kira-kira 3000 anak per hari 23 % anak di Afrika menderita malaria saat lahir

Wilayah endemi Malaria


Amerika Banyak tempat di Asia Africa (85-90 % di Sub Sahara Africa)
Biasa terdapat di rural,tetapi di Africa terdapat di rural and urban area Pada daerah yang kering, di prediksi melalui peta curah hujan

Epidemi malaria pada wilayah tidak stabil terjadi bila:


Sekelompok orang non imun masuk ke wilayah penularan tinggi
Perubahan lingkungan Masuknya parasit (penderita) malaria penularan pada penduduk setempat dengan vektor yang sudah ada di daerah tsb

Bagaimana caranya agar malaria dapat dikendalikan?


Goal (Tujuan) Malaria control adalah:
1. Mencegah kematian 2. Menurunkan morbiditas, hilangnya faktor socio ekonomik melalui: 3. Perbaikan progresif dan memperkuat potensi lokal dan nasional

1.4.Pengobatan pencegahan untuk ibu hamil dan survailans


Di Afrika dimana transmisi malaria sedang tinggi, ibu hamil disarankan mendapat OAM dosis kuratif sulfadoxinepyrimetamine Pada daerah epidemi malaria dilaporkan secara mingguan, termasuk laporan cuaca, lingkungan dan migrasi penduduk. Definisi kasus adalah kasus probable dan confirmed Pengambilan darah donor dengan skrining ketat

Pengobatan siaga malaria


Diagnosa dini dan pengobatan dini penting tu untuk Malaria falciparum Bila jauh dari fasilitas kesehatan bekali obat OAM pada pengunjung daerah malaria. Beri penyuluhan tentang: - gejala malaria - dosis dan cara pemakaian obat, efek samping - pengobatan sendiri hanya sementara, harus ke dokter selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai