Blok Infeksi
Distribusi penyakit
Malaria masih menjadi penyebab utama masalah kesehatan masyarakat di beberapa negara tropis dan subtropis Transmisinya masih tinggi di Brasil, Pacific Barat, Asia Tenggara (Thailand dan Indonesia) dan di seluruh Sub Sahara Afrika)
Demam pada malaria terjadi karena perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah
Puncak serangan panas berbarengan dengan lepasnya merozoit kedalam peredaran darah. Mula-mula demam tidak beraturan, kemudian sesuai dengan spesies parasitnya
Kekambuhan malaria
Setelah malaria primer pada infeksi P. vivax dan P ovale, ada siklus ekso-eritrosi tik (EE) sekunder, bisa terjadi relaps Relaps terjadi beberapa bulan (> 24 minggu) disebut long term relaps Pl Faciparum tidak ada siklus EE, Kekambuhan terjadi kurang dari 8 minggu, short term relapse atau rekrudesensi Pl Malariae, kekambuhan bisa terjadi dlm bebrp thn-puluhan thn sejak serangan I Disebut true relaps (rekurensi)
Penanggulangan KLB,
-
Dilakukan bila proporsi kenaikan kasus malaria 2 x/ lebih lebih, ada peningkatan bermakna malaria klinis/ positif, Pl Falciparum dominan, ada kasus bayi +, dan kematian krn/ diduga malaria, ada keresahan masyarakat karena malaria
Pasca KLB
Data vektor
Pengamatan jentik/ bln, kepadatan nyamuk dewasa
Stok obat anti malari (Artesunate+Amodiaquin, Kloroquin, primakuin, sulfadoksin+ pirimetamin, kina tablet dan kina injeksi, bahan lab dan peralatan
Data Logistik
Data demografi
Data lingkungan :
Pada KLB dikumpukan data Jumlah penduduk, wilayah desa/ puskesmas beresiko, data
kematian, data kasus malaria dan trendnya, data vektor
Penemuan penderita
Merupakan kegiatan rutin/ khusus dalam pencarian penderita menurut gejala klinis/ spesimen darah, tdr dr 1. Active case detection 2. Passive Case detection 3. Mass fever survey 4. Malariometric Survey 5. Mass Blood survey 6. Surveilans migrasi 7. Kontak survey
Alat bantu untuk menentukan musim penularan Menilai hasilkegiatan pemberantasan disuatu wilayah Peringatan dini terhadap kemungkinan KLB
Diagnosa malaria
Diagnosa tersangka malaria:
M. klinistanpa periksa lab
Diagnosa Lab:
Positif/ penderita M.
Rapid Diagnostic test ditemukan plasmodium vivax atau falciparum saja atau campuran keduanya
Untuk KLB
diagnosa Lab melalui pemeriksaan sediaan darah mikroskopik atau RDT
2. Penanggulangan KLB
untuk mencegah dan atau membatasi penularan malaria dirumah dan tempat-tempat umum yang menjadi sumber a. Pengobatan b. pemberantasan vektor - Distribusi kelambu berinsektisida - Penyemprotan rumah dan Larvasiding - Penyuluhan kesehatan masyarakat - Membuat laporan
2. Parasit rate yi: % penduduk dengan parasitemia (ada parasit dalam darah)
4. Holoendemik, indeks limpa anak-anak 2-9 thn > 75 %, indeks limpa dws rendah
Terminologi
Malaria epidemik: Jumlah kasus Sebelumnya endemisitas rendah Malaria endemik: Malaria ditularkan secara alami, insiden terus menerus bisa diukur (thn) Malaria stabil: Prevalensinya relatif stabil selama masa transmisi, antara transmisi, imunitas penduduk tinggi Malaria tidak stabil:Prevalensi fluktuatif selama masa transmisi (thn)
Cara-cara pemberantasan
A. Cara-cara pencegahan Di daerah transmisi tinggi pengobatan harus di dekatkan kerumah, menggunakan obat kombinasi bila resisten. Untuk anakanak pengobatan dilakukan tanpa menunggu hasil lab, karena mereka adalah carrier
Implikasi bencana
Malaria jadi KLB bila ada bencana alam, peperangan dan kerusuhan sosial Perubahan cuaca dan lingkungan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah dan luas wilayah perindukan di daerah endemi dan peningkatan penderita Penting upaya pemberantasan yang intensif
Tindakan Internasional
1. Penyemprotan insektisida (Desinfeksi) pada pesawat udara sebelum berangkat dan dipelabuhan singgah Penyemprotan pesawat udara, kapal laut dan alat transportasi lain pada saat kedatangan, sesuai kewenangan dan peraturan daerah Pemberian OAM kepada pendatang (pengungsi, pekerja musiman dan migrasi serentak dari daerah bebas malaria) yang berpotensi terkena malaria dengan Primaquine 30-45 mg sebagai obat dasar (0,5-0,75 mg/ kgBB), dosis tunggal
2.
3.
Diagnosa
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas pada hari ke 2-7 2. Tanda-tanda perdarahan 3. Hepatomegali 4. Thrombositopeni (150.000/ mm3/ kurang) 5. Hemokonsentrasi (Ht meningkat 20 %) 6. Serologi (HI test dan Dengue Blot test)
Definisi kasus
Klasifikasi kasus DBD, DHF/DSS sbb: a. Kasus suspek: 1. Demam Dengue 2. DHF: DBD/DHF: Demam tinggi mendadak dalam jangka waktu 2-7 hari, dengan gejala Torniquet +, tanda perdarahan, pembesaran hati 3. DSS :DHF disertai tanda2 shock
Penyelidikan epidemiologi
Yaitu kegiatan tindak lanjut penemuan kasus DBD berupa kunjungan rumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam radius 100 m atau 20 rumah serta disekolah jika kasus DBD adalah anak sekolah. Waktu pelaksanaan maksimal 3 x 24 jam setelah menerima laporan kasus, oleh petugas puskesmas terlatih. Penerapan: Pencarian kasus tersangka dan pemeriksaan jentik Tujuan: Mengetahui kemungkinan penularan lebih lanjut
Survai jentik
Survei jentik untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti, terdiri dari 1. House index (HI) yaitu presentasi rumah dengan jentik positif dari rumah yang diperiksa, menggambarkan penyebaran nyamuk 2. Container index (CI) yaitu persentasi kontainer yang ditemukan jentik dari yang diperiksa 3. Breteau index (BI) yaitu jumlah kontainer dengan jentik dalam 100 rumah yang diperiksa
1. 2. 3. 4.
Isi UU Pokok Kesehatan: Ketentuan-ketentuan umum Tugas yang perlu dilakukan pemerintah Alat pemerintah untuk penyelenggaraan usaha kes. Pengaturan usaha swasta di bidang kesehatan
Pasal 2 b; Definisi tentang kesehatan: Sehat badan, rohani dan sosial, bukan hanya bebas dari cacat dan kelemahan Pasal 3c: Perlunya meningkatkan lingk. hidup Perlu meningkatkan pengertian dan kesadaran rakyat tentang pemeliharaan kesehatan
pencegahan (pasal 6)
1. 2. 3. Penderita: pemeriksaan lab, isolasi, pengobatan perawatan Mengadakan imunisasi Mengadakan tindakan desinfeksi terhadap bendabenda tersangka, bla perlu mengadakan tindakan menghapus serangga dan tikus, benda-benda dan ruangan. Pemusnahan benda-benda perantara Mengadakan peraturan pengangkutan penderita/ jenazah Mengadakan penerangan dan pendidikan kesehatan pada masyarakat
4. 5.
Usaha Karantina
Ialah usaha pencegahan, pemberantasan dan pengawasan penyakit karantina melalui lalu lintas kapal. Tindakan penanggulangan disini mencakup juga tindakan karantina terhadap kapal beserta isinya dan daerah pelabuhan. UU Karantina 1962 memuat ketentuan yang berkaitan dengan penyakit karantina (UU no 1 tahun 1962 mengenai karantina laut dan UU nomor 2 tahun 1962 mengenai karantina udara)
Tugas dan wewenang dokter pelabuhan/ Kantor Kesehatan Pelabuhan (Pasal 26) Kewajiban Nakoda kapal dan orang lain untuk melaporkan dan membantu pelaksanaan usaha karantina
5.
Persiapan sebelum lapangan: 1. Investigasi, bila perlu berkoordinasi dengan tim Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Puskesmas 2. Persiapan administrasi dan logistik 3. Persiapan langkah-langkah investigasi
2. 3.
Disinfeksi pesawat
1. 2. 3. 4. 5. Setelah pesawat membawa kasus SARS, semua pintu harus terbuka dan interior pesawat di aliri udara yang berasal dari AC Catat semua nama petugas yang melakukan tindakan suci hama Semua petugas harus menggunakan sarung tangan, pelindung muka dan baju disposibel Daerah 2 baris didepan dan belakang tempat duduk kasus Suspect harus di suci hamakan Pelaksanaan desinfeksi agar mengikuti pedoman desinfeksi pesawat yang diterbitkan WHO
Anthraks
Pengenalan: Penyakit meular akut yang disebabkan oleh bakteri, dapat menyerang hewan atau manusia. Ada 2 tipe yaitu Antraks tipe kulit dan antraks tipe saluran pencernaan Antraks tipe kulit ditandai dengan ulcus ditutupi kerak hitam dan cekung ditengahnya. Antraks tipe saluran pencernaan ditandai sakit perut mendadak setelah makan daging, muntah, demam tinggi, sesak napas, syok lalu meninggal dunia
Agent, sumber dan cara penularan, masa tunas dan masa penularan
Agent: Treponema pertenue, suatu spirochaeta Sumber penularan: Penderita Patek Cara penularan: Kontak langsung dengan eksudat lesi awal lulit. Iklim sangat berpengaruh terhadap morfologi kelainan Masa tunas: 2 minggu sampai 3 bulan Masa periode penularan: Selama pasien masih mempunyai lesi kulit awal yang basah. Pasien stadium lanjut tidak menular lagi.
Epidemiologi Kolera
Penyakit ini tersebar di Bangladesh, Pakistan, India, Indonesia dan Iran. Telah terjadi 6 x pandemi didunia antara tahun 18171923, pandemi ke 7 berasal dari Indonesia (Makasar, Donggala, 1961-1963) dan mencapai Afrika tahun 1970, sekarang telah menyebar hampir ke 100 negara. Epidemi Kholera terjadi juga di kamp pengungsi (Ethiopia, Sudan, Malawi, sejak tahun 1984-85 dan di daerah miskin, padat, kumuh seperti di Peru, Zambia dan Tanzania.
Sejarah Kolera
Insiden Kolera tergantung musim, wabah biasanya terjadi melalui sumber yang sama (Common Source) John Snow pertama menyatakan penularan melalui air (1854), Robert Koch menemukan Vibrio Kholera (1884), Gotalich (1908) menemukan Vibrio Kolera dari jemaah haji pada stasiun karantina Kolera Eltor di Mesir sedangkan de Moor pertama kali menemukan Kolera Eltor di Sulawesi Selatan
Tatalaksana penderita
Pemberian oralit Infus Ringer Lactat pada dehidrasi berat Pemberian makanan, teruskan ASI pada bayi Pemberian AB (DOC: Tetra cycline) Di RSCM dikenal ROSE system terdiri dari: Rehirasi dengan RL intra vena Oralit solutio ad libitum Simultan, infus dan oralit Education, teruskan oralit sampai diare berhenti
Pencegahan
Pencegahan: 1. Penderita diobati 2. Higiene perorangan 3. Peningkatan kebersihan lingkungan 4. Pembuangan ekskreta yang baik 5. Pembasmian lalat 6. Peningkatan daya tahan tubuh 7. Penyuluhan kesehatan
Diferential diagnosis
Meningitis Encephalitis Influenza
Fase penyakit: (kk tanpa gejala) 1. Tahap leptospiremia/ febris 2. Fase pemulihan/ kekebalan (beberapa bulan bila tidak diobati)
Angka kematian
Biasa ckup rendah Meningkat dengan bertambahnya usia Sampai 20 % bila terjadi ikterus dan kerusakan ginjal tanpa hemodialisis Penyebab kematian: Kerusakan hepatorenal, kelainan pembuluh darah disertai perdarahan, sindroma gagal pernafasan pada dewasa, aritmia jantung miokarditis
Diagnosa
Rx serologis: titer AB aglutinasi mic Isolasi leptospira dari darah (7 hari pertama), dari LCS (hr 4-7), dari urine setelah hari 10.
Inokulasi pada marmot dan tikus hamster ELISA: deteksi lept. Dari spesimen
Penyebab penyakit
Leptospira interrogans.Lebih dari 200 serovarians telah diketahui, terbagi dalam 23 serogroup Di Inggris, New Zealand dan Australia, infeksi L. interrogans serovarian hardjo paling sering terjadi pada manusia yang kontak dekat dengan peternakan yang terinfeksi
Distribusi Penyakit
Tersebar luas di seluruh dunia, kota desa, negara maju - berkembang. Merupakan - Occupational hazard
- Recreational hazard
Resiko KLB
Pada orang-orang yang terpajan dengan sungai, kanal, danau yang airnya tercemar dengan urine binatang peliharaan dan binatang liar yang terinfeksi
Tu menyerang laki-laki terkait dengan pekerjaan, namun jumlah penderita pada anak-anak di daerha perkotaan
Kejadian KLB
KLB yang cukup besar terjadi di Nikaragua pada tahun 1995. Februari 1997-1998, terjadi KLB di India, Singapura, Thailand dan Kazaktan
RESERVOIR
Hewan peliharaan dan binatang liar
1. 2. 3. 4. 5. Tikus besar (ichterohemmorrhagiae) Babi (pomona) Lembu (hardjo) Anjing (canicola) Raccoon (autumnalis)
Cara penularan
Kontak dengan kulit terluka, Kontak selaput lendir dengan air, tanah basah atau tanaman Berenang Kecelakaan kerja Kontak langsung dengan urine/ jaringan tubuh terinfeksi (misalnya makanan). Kk terhirup droplet cairan yang terkontaminasi
Penanggulangan wabah
Cari sumber infeksi misalnya kolam renang yang terkontaminasi dan sumber lain Selidiki sumber penyakit dan lingkungan pekerjaan Implikasi bencana: Potensial untuk penularan dan KLB pada saat banjir Tindakan internasional: Manfaatkan pusat kerjasama WHO