Anda di halaman 1dari 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik, terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologik; misalnya harga diri, gambaran diri, identitas diri. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan; memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk menyadari ancaman (Kaplan dan Sadock, 1997 . Kecemasan sebagai keadaan yang dihasilkan oleh stress atau perubahan dan sering berla!anan dengan ketakutan tetapi kecemasan berbeda dengan ketakutan, dimana kecemasan merupakan reaksi antisipasi terhadap bahaya yang tidak nyata, sedangkan ketakutan merupakan reaksi dari bahaya yang potensial atau benar"benar mengancam (#tong, 199$ . %ra!irohusodo (1991 mengemukakan bah!a kecemasan adalah

pengalaman emosi yang tidak menyenangkan dalam kadar yang ber&ariasi mulai dari perasaan cemas ringan sampai ketakutan yang intensif, yang berhubungan dengan ancaman bahaya. 'al ini biasanya diiringi oleh perubahan"perubahan somatik, fisiologik, autonomik, biokimia!i, hormonal dan perilaku yang spesifik. (alam tingkat sedang kecemasan justru berguna karena meningkatkan daya upaya, kesadaran serta menjaga tingkat prestasi kerja dan perilaku. )etapi bila

indi&idu tidak mampu menngendalikan atau meramalkan situasi lingkungannya maka timbul kecemasan patologis. %erasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui ada yang ditakutkan manusia tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan

mencemaskan itu. +anyak hal"hal yang menyebabkan kecemasan yang tidak pada tempatnya bila tidak berusaha memikirkan bagaimana cara mengatasinya (,akiah drajat -.//1 . Kecemasan pada saat batuk darah akan menyebabkan pasien untuk menahan batuk dengan upaya supaya batuk darah tidak banyak keluar. Keadaan ini memungkinkan terjadinya akumulasi darah pada jalan nafas dan dapat menyebabkan kematian karena penyumbatan saluran pernapasan oleh bekuan darah. Kecemasan pada saat batuk darah yang dialami pasien merupakan respon psikologik terhadap keadaan stress yang dialaminya dimana terdapat perasaan takut yang membuat hati tidak tenang dan timbul rasa keragu"raguan. Kecemasan berat sampai panik dimana terjadi ketakutan pasien untuk batuk mengeluarkan darah, mengeluarkan darah merupakan resiko yang dapat mungkin dapat dikurangi karena memungkinkan terjadinya resiko supucation0chocking (bekuan darah yang tidak dapat dikeluarkan dengan batuk yang berlanjut pada

tersumbatnya jalan nafas, asfiksia dan kematian. (1lsagaff. ' - 199$ .

2.1.1

Insiden (iperkirakan jumlah orang yang menderita gangguan kecemasan baik akut

maupun kronik mencapai $ 2 dari jumlah penduduk. (an diperkirakan antara . " 3 2 diantara penduduk disuatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas (%%(45"66, re&.1978 dalam 'a!ari, .//1 . )uberkulosis ('emoptisis merupakan penyakit pembunuh utama di

masyarakat saat ini. (i seluruh dunia terdapat 7 juta kasus terinfeksi dari 8 juta kasus meninggal dunia setiap tahunnya, pada umumnya tuberkulosis

('emoptisis menyerang usia produktif kerja dan golongan sosial ekonomi lemah, sehingga berdampak pada pemberdayaan S(9 (9anaf. 1, 1997 . 2.1.2 Faktor predisposisi +erbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan; antara lain teori psikoanalitik, toeri interpersonal, teori perilaku, teori keluarga dan teori biologi (Stuart and Sundeen, 1997 - 177 . 1. )eori psikoanalitik (alam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. 6d me!akili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma"norma budaya seseorang, ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan"tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Stuart and Sundeen, 1997 - 177 .

.. )eori interpersonal 9enurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti perpisahan dan kehilangan menyebabkan seseorang tidak berdaya. #rang dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart and Sundeen, 1997 ; 177 . 8. )eori perilaku 9enurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi, yaitu sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. %akar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. %akar tentang pembelajaran meyakini bah!a indi&idu yang terbiasa dalam

kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya (Stuart and Sundeen, 1997 179 . 3. )eori keluarga Kajian keluarga menunjukkan bah!a gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. 1da tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi (Stuart and Sundeen, 1997 - 179 .

1/

$. )eori biologi Kajian biologis menunjukkan bah!a otak mengandung reseptor khusus untuk biodia:epines. ;eseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. %enghambat 1sam 1mino +utirik 4amma <euroregulator (41+1 juga mungkin memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bah!a kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor (Stuart and Sundeen, 1997 - 179 . 2.1.2 Tanda-tanda Kecemasan 9enurut Stuart and Sundeen (1991 , =fek terhadap respon kecemasan dapat memberikan tanda sebagai berikut 1. >isiologis <adi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar nafas, berkeringat, dilatasi pupil, mulut kering, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah dan gangguan tidur. .. %rilaku 4elisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, aktifitas dan gerakan kurang terkoordinasi. 8. Kognitif )idak mampu memusatkan perhatian0 konsentrasi dan pelupa, persepsi menyempit, kreati&itas menurun.

11

3. %sikologis ;espon psikologis yang dikutip Stuart and Sundeen (1991 dari +ech et. 1l (197* . 2.1.3 Tingkat Kecemasan Kecemasan dibagi dalam empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. (ampak dari kecemasan pada indi&idu ber&ariasi sesuai dengan tingkatannya (Stuart and Sundeen, 1997 - 17$ . 1. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari" hari dan menyebabkan seseorang menjadi !aspada dan meningkatkan lahan persepsinya. 9ampu menghadapi situasi yang bermasalah, dapat

mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan yang akan datang. %erasaan relatif aman dan nyaman. )anda"tanda &ital normal, ketegangan otot minimal. %upil normal atau kontriksi. %ada tingkat ini dapat memoti&asi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreati&itas (Stuart and Sundeen, 1997 - 17$ . .. Kecemasan sedang %ada kecemasan sedang, persepsi sempit dan terfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah, kesulitan dalam berkonsentrasi, membutuhkan usaha yang lebih dalam belajar. %andangan pengalaman pada saat ini berkaitan dengan masa lalu. 9ungkin mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu; kesulitan dalam

1.

beradaptasi dan menganalisa. )anda"tanda &ital normal atau sedikit meningkat, tremor, bergetar (Stuart and Sundeen, 1997 - 17$ . 8. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. #rang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. %embelajaran sangat terganggu; sangat kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi. %andangan pengalaman saat ini dikaitkan pada masa lalu. 'ampir tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi saat ini. )anda"tanda &ital meningkat, diaphoresis, ingin kencing, nafsu makan turun, pupil dilatasi, otot"otot tegang, pandangan menurun, sensasi nyeri meningkat (Stuart and Sundeen, 1997 - 17$ . 3. %anik )ingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. ;incian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

!alaupun dengan pengarahan. %anik melibatkan disorganisasi kepribadian. (engan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Seseorang mungkin menjadi pucat, tekanan darah menurun, hipotensi, koordinasi otot"otot lemah, nyeri, sensasi pendengaran minimal. )ingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan

18

dan jika berlangsung terus dalam !aktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart and Sundeen, 1997 - 17* . 2.1. Peni!aian Tingkat Kecemasan 9enurut 9aramis 9.= (199/ ada tes"tes kecemasan dengan pertanyaan langsung, mendengarkan cerita penderita serta mengobser&asinya terutama perilaku non&erbalnya. 6ni sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk menetapkan tingkatnya. 1dapun salah satu cara penilaian tingkat kecemasan adalah menggunakan skala tingkat kecemasan 'amilton ('a!ari, .//1 yang terdiri atas 13 item dengan perincian sebagai berikut 1. %erasaan cemas, ditandai dengan ?emas (!as"!as, kha!atir >irasat buruk )akut akan pikiran sendiri 9udah tersinggung

.. Ketegangan ditandai oleh 9erasa tegang @esu )idak dapat istirahat tenang 9udah terkejut 9udah menangis 4emetar 4elisah

13

9udah terkejut

8. Ketakutan ditandai oleh Ketakutan pada gelap Ketakutan ditinggal sendiri Ketakutan pada orang asing Ketakutan pada binatang besar Ketakutan pada keramaian lalu lintas Ketakutan pada kerumunan orang banyak

3. 4angguan tidur ditandai oleh Sukar masuk tidur )erbangun malam hari )idur tidak nyenyak +angun dengan lesu 9impi"mimpi 9impi buruk 9impi yang menakutkan

$. 4angguan kecerdasan ditandai oleh Sukar konsentrasi (aya ingat buruk (aya ingat menurun

*. %erasaan depresi ditandai oleh Kehilangan minat

1$

Sedih +angun dini hari Kurangnya kesenangan pada hobi %erasaan berubah"ubah sepanjang hari

7. 4ejala somatik ditandai oleh <yeri pada otot Kaku Kedutan otot 4igi gemeretak Suara tidak stabil

7. 4ejala sensorik ditandai oleh )initus (telinga berdenging %englihatan kabur 9uka merah dan pucat 9erasa lemah %erasaan ditusuk"tusuk

9. 4ejala kardio&askuler ditandai oleh )akikardia (denyut jantung cepat +erdebar"debar <yeri dada (enyut nadi mengeras ;asa lemas seperti mau pingsan

1*

(etak jantung hilang sekejap

1/. 4ejala pernafasan ditandai oleh ;asa tertekan atau sempit di dada %erasaan tercekik 9erasa nafas pendek0 sesak Sering menarik nafas panjang

11. 4ejala gastrointestinal (pencernaan ditandai oleh Sulit menelan 9ual %erut melilit 4angguan pencernaan <yeri lambung sebelum atau sesudah makan ;asa panas di perut %erut terasa kembung atau penuh 9untah (efekasi lembek +erat badan menurun Konstipasi (sukar buang air besar

1.. 4ejala urogenital (perkemihan dan kelamin ditandai oleh Sering kencing )idak dapat menahan kencing 1menorrhoe (tidak haid

17

9enorrhagia (darah haid berlebihan 9asa haid berkepanjangan 9asa haid amat pendek 'aid beberapa kali dalam sebulan >rigiditas (menjadi dingin =jakulasi dini =reksi melemah =reksi hilang 6mpotensi

18. 4ejala otonom ditandai oleh 9ulut kering 9uka kering 9udah berkeringat %using0sakit kepala Kepala terasa berat +ulu " bulu berdiri

13. %erilaku se!aktu !a!ancara, ditandai oleh 4elisah (memainkan tangan0jari"jari, meremas"remas tangan, menarik" narik rambut, menggigit"gigit bibir )idak tenang (bergerak terus, tidak dapat duduk dengan tenang 5ari gemetar 9engerutkan dahi atau kening

17

9uka tegang )onus otot meningkat <afas pendek dan cepat 9uka merah

?ara penilaian Skor / Skor 1 Skor . Skor 8 Skor 3 - tidak ada gejala sama sekali - 1 dari gejala yang ada - . sampai dengan separuh dari gejala yang ada - lebih dari separuh gejala yang ada - Semua gejala ada

%enilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 13 dengan ketentuan sebagai berikut Skor kurang dari 13 Skor 13 sampai dengan ./ Skor .1 sampai dengan .7 Skor .7 sampai dengan 31 A A A A tidak ada kecemasan kecemasan ringan kecemasan sedang kecemasan berat kecemasan berat sekali (panik

Skor 3. sampai dengan $* A ('a!ari, .//1 .

19

2.2 Konsep "emoptisis 2.2.1 Penda#$!$an 'emoptisis atau batuk darah adalah keluarnya darah dari saluran nafas akibat pecahnya pembuluh darah pada dinding ka&itas. (1lsagaff, ' - 199$ . 'emoptisis adalah ekspektorasi darah atau mucus yang berdarah dan haruslah berasal dari saluran nafas bagian ba!ah (dari glottis ke ba!ah bukan berasal dari saluran nafas bagian atas atau saluran pencernaan. (1rif, < - 199. . 'emoptisis atau batuk darah adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan, berasal dari saluran pernafasan bagian ba!ah (mulai dari glotis ke arah distal . 'emoptisis atau batuk darah adalah salah satu gejala yang penting dalam penyakit paru. %ertama karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan yang ga!at, dan kedua karena hemoptisis hampir selalu disebakan oleh penyakit bronkopulmonal. #leh karena itu perlu dibuktikan apakah benar darah itu berasal dari saluran pernafasan bagian ba!ah. (okter harus yakin benar bah!a darah bukan berasal dari hidung, nasofaring atau gusi. 5uga harus dibuktikan apakah penderita benar"benar batuk darah dan bukan muntah darah. Seperti diketahui, hemoptisis atau batuk darah adalah suatu keadaan yang mengerikan bagi penderita maupun keluarganya, sehingga dapat menyebabkan beban mental bahkan menjadi gelisah. Sebagai akibatnya, penderita sering menahan batuknya. Kalau hal itu terjadi, bahaya penyulit seperti penyumbatan

./

jalan napas akan mengancam ji!a penderita. #leh karena itu, ketenangan penderita mutlak diperlukan. Kira"kira 1$2 dari penderita hemoptisis tidak dapat ditentukan secara pasti penyebabnya meskipun telah dilakukan berbagai pemeriksaan. 5adi jika hemoptisis tidak henti"hentinya atau berulang"ulang, harus dicurigai sebagai penyakit yang serius. %ada dasarnya hemoptisis akan berhenti sendiri, asal robekan pembuluh darah tidak luas sehingga penutupan luka cepat terjadi.

2.2.2

Pem%agian "emoptisis 'emoptisis merupakan salah satu bentuk kega!atan paru yang paling

sering terjadi diantara bentuk"bentuk klinis lainnya. )ingkat kega!atan dari hemoptisis ditentukan oleh tiga faktor )erjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah didalam saluran pernafasan. )erjadinya asfiksia ini tidak tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi, akan tetapi ditentukan oleh refleks batuk yang berkurang atau terjadinya efek psikis dimana pasien takut dengan perdarahan yang terjadi. " 5umlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptisis dapat menimbulkan renjatan hipo&olemik (hypo&olemic shock . +ila perdarahan yang terjadi cukup banyak, maka hemoptisis tersebut digolongkan kedalam hemoptisis masif !alaupun terdapat beberapa kriteria, antara lain Kriteria Beoh (19*$ menetapkan bah!a hemoptisis masif terjadi apabila jumlah perdaran yang terjadi adalah sebesar .// cc0.3 jam.

.1

Kriteria Sdeo (197* menetapkan bah!a hemoptisis masif terjadi apabila jumlah perdarahan yang terjadi lebih dari *// cc0.3 jam.

- 1danya pneumonia aspirasi, yakni suatu infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah perdarahan. Keadaan ini merupakan keadaan yang ga!at, oleh karena baik bagian jalan nafas maupun bagian fungsionil paru tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya akibat terjadinya obstruksi total.

'emoptisis dibedakan berdasarkan 1. %enyebabnya a. 'emoptisis idiopatik Baitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya. 1ngka kejadian sekitar 1$2 dengan rasio kejadian antara pria - !anita A . - 1. Cmur terbanyak yang mengidap penyakit ini sekitar 8/ " $/ tahun. +iasanya berhenti spontan dengan terapi suportif. b. 'emoptisis Sekunder Baitu perdarahan yang dapat dipastikan penyebabnya. %enyebabnya dapat dibedakan menjadi 1 Keradangan )+ paru +ronkitis +ronkiektasis

..

1bses paru %neumonia khususnya Klebsiella pneumonia

. <eoplasma Karsinoma bronkogenik 'emangioma

8 Sebab yang lain 'ipertensi pulmonal primer 'ipertensi pulmonal sekunder (mitral stenosis0regurgitasi, gagal jantung kiri, dan lain"lain 1rterio&enous malformation )rombo"emboli paru, infark paru )raumatik 6diopathic pulmonary haemosiderosis Daskulitis paru (4ranulomatosis Eegener, Sindroma 4ood %asture 1myloidosis (iathesis hemoragik %enggunaan antikoagulan dan obat"obatan lain. (an lain"lain.

.. +anyaknya darah yang dibatukkan a. 9enurut %ursel " +lood streak

.8

" " " "

9inimal haemoptoe 9ild haemoptoe 9oderate haemoptoe 9assi&e haemoptoe

1 " 8/ cc

- 8/ " 1$/ cc 1$/ " $// cc

- F *// cc0.3 jam

b. 9enurut 5ohnson " Single haemoptoe 'anya berupa blood streak dan berlangsung 1 " . hari " ;epeated haemoptoe %erdarahan berlangsung lebih dari 7 hari.

"

>rank atau 9assi&e haemoptoe 'anya darah yang dikeluarkan, tanpa dahak dan berjumlah *// cc atau lebih dalam satu hari. Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptisis

selain terjadi &asokonstriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar 'b tidak selalu memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi. Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selain hemoptisis juga mempunyai kelemahan oleh karena 5umlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang" kadang dengan cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang hilang sesungguhnya.

.3

Sebagian darai darah tertelan dan dikeluarkan bersama"sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung.

Sebagian dari darah masuk ke dalam paru"paru akibat aspirasi.

#leh karena itu suatu nilai kega!atan dari hemoptisis ditentukan oleh 1pakah terjadi tanda"tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipo&olemik (hypo&olemic shock . 1pakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus.

+ila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap Earna darah untuk membedakannya dengan hematemesis. @amanya perdarahan. )erjadinya mengi (Ehee:ing untuk menilai besarnya obstruksi. Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi dan kesadaran.

8. =tiologi 'emoptisis %enyebab dari batuk darah (hemoptisis dapat dibagi atas 1. 6nfeksi, terutama tuberculosis, abses paru, pneumonia dan ka&era oleh karena jamur dan sebagainya. .. Kardio&askular, stenosis mitralis dan aneurisma aorta. 8. <eoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus. 3. Sebab"sebab defek (kerusakan pada pembekuan darah. $. >aktor"faktor ekstrahepatik dan abses amoeba.

.$

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, penyebab batuk darah ada bermacam"macam. (i 6ndonesia sendiri, secara garis besar penyebab terbanyak dari batuk darah adalah a. )+ paru b. Karsinoma paru c. +ronkiektasis d. 9itral stenosis 2.2.3 Patogenesis "emoptisis Pada Be%erapa Pen&akit

1. %ada )uberculosis %aru (arah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak" bercak darah, gumpalan"gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat banyak. +atuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekska&asi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding ka&itas. #leh karena itu, proses tuberkulosis harus cukup lama (biasanya terjadi pada mereka yang telah

menderita penyakit ini antara 9 bulan " 8 tahun , untuk dapat menimbulkan batuk dengan ekspektorasi. Bang tersering menyebabkan batuk darah yang kontinyu dan kadang" kadang masif adalah ka&itas yang berdinding tebal, dimana didalamnya terdapat aneurisma cabang"cabang arteria pulmonalis (;asmussenGs aneurysm dengan proses fibrosis peri&askuler di sekitarnya yang menyebabkan perdarahan sulit berhenti, karena tidak ada otot sirkuler yang menyebabkan &asokonstriksi ;asmussenGs aneurysm dapat pecah karena batuk yang keras atau erosi oleh

.*

kelenjar getah bening yang membesar. 1danya batuk darah yang masif pada penderita dengan ka&itas merupakan indikasai untuk tindakan operatif. 'ipoprotrombinemi pada penderita tuberkulosis yang sudah lanjut sebagai akibat toHemia mikobakterium tuberkulosa menyebabkan mudahnya terjadi perdarahan. Seringkali darah yang dibatukkan bercampur dahak yang mengandung basil tahan asam dan keadaan ini berbahaya karena dapat menjadi sumber penyebaran kuman secara bronkogen (bronkopneumonia . +atuk darah dapat juga terjadi pada penderita yang sudah sembuh. 'al ini disebabkan karena robekan jaringan paru atau darah berasal dari bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit tuberkulosa paru. %ada keadaan ini dahak sering tidak mengandung basil tahan asam. .. %ada <eoplasma paru Sekitar ./2 penderita karsinoma bronkus mengalami batuk darah. %erdarahan bersumber dari nekrosis tumor, pecahnya pembuluh darah di daerah tersebut atau tumor tersebut secara langsung mengin&asi pembuluh darah paru (jarang terjadi .+atuk darah berlangsung lama dengan jumlah yang tidak banyak kecuali pada adenoma bronkus dimana sering terjadi batuk darah yang masif. 8. %ada +ronkiektasis Sekitar $/2 dari penderita bronkiktasis mengalami batuk darah yang periodik selama bertahun"tahun. %enyebabnya " 9ukosa bronkus yang mengalami ektasios dan berdinding lemah akibat infeksi, bila terkena trauma batuk dapat terjadi perdarahan.

.7

"

1danya anasomose antara arteria bronkialis dan arteria pulmonalis mengakibatkan terjadinya aneurisma yang mudah pecah.

"

%ecahnya pembuluh darah dari jaringan granulasi pada dinding bronkus yang mengalami ektasi.

3. %ada 9itral Stenosis %ada penderita mitral stenosis dapat terjadi batuk darah, karena a. )erjadinya peningkatan tekanan arteria pulmonalis yang mengakibatkan eritrosit masuk ke dalam al&eoli. b. )erjadinya &arises pada permukaan bronkus. 2.2. Tindakan 'iagnostik )indakan diagnostik dalam hemoptisis darah meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, radiologik dan penunjang lainnya. 1. 1namnesa 9eliputi -

a. 9embedakan batuk darah dari muntah darah dan epistaksis. "emoptisis (idahului batuk keras dan rasa panas ditenggorokan (arah berbuih bercampur udara ($nta# dara# )pistaksis dari

(arah dimuntahkan (arah menetes dengan rasa mual hidung (arah bercampur makanan

sisa Saat batuk, kadang pelan"pelan keluar

(arah ber!arna merah (arah ber!arna (arah ber!arna merah segar kehitaman karena segar tercampur asam lambung (arah bersifat alkalis (arah bersifat asam (arah bersifat alkali

.7

1nemi jarang terjadi

1nemi sering terjadi

1nemi jarang terjadi

b. +entuk perdarahan, misal " +atuk darah dengan sputum purulen menandakan adanya infeksi di paru (kemungkinan abses paru, bronkiektasis . " +atuk darah tanpa dahak yang purulen bisa mengarah ke kemungkinan tuberkulosis, karsinoma atau infark paru. " +atuk darah ber!arna merah muda bercampur buih, mengarah pada edema pulmonal. c. 5umlah darah serta lamanya perdarahan, berulang atau tidak. d. Sifat batuk dan lamanya. e. 4ejala lainnya yang menyertai (nyeri dada, keringat malam, penurunan berat badan, dan lain"lain . f. 1namnesa penyakit paru dan penyakit jantung sebelumnya. g. 1namnesa rokok dan pekerjaan. h. ;i!ayat penggunaan obat antikoagulansia. .. %emeriksaan >isik a. Sebelum pemeriksaan paru dilakukan sebaiknya didahului pemeriksaan mulut, gigi, gusi, gigitan lidah serta pemeriksaan hidung dan tenggorokan. b. Dital sign dan status haemodinamik. c. %emeriksaan fisik lain untuk mencari perkiraan penyebab batuk darah. 8. %emeriksaan %enunjang a. %emeriksaan laboratorium 1 %emeriksaan darah lengkap, faal haemostasis.

.9

. %emeriksaan sputum (bakteriologi, sitologi . +ahan dapat diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung b. %emeriksaan radiologi +ertujuan untuk menegakkan diagnosis adanya kelainan pada paru 1 Ifoto thorak %10@ateral . ?) Scan, dilakukan bila ada dugaan bronkiektasis atau karsinoma paru. c. +ronkoskopi 1 Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti atau minimal 37 jam sesudah onset perdarahan agar lebih mudah untuk menemukan sumber perdarahan dan menentukan lokasi perdarahan. . 6ndikasi bronkoskopi pada batuk darah " +ila radiologik tidak ditemukan kelainan. " +atuk darah yang berulang"ulang. " +atuk darah masif sebagai tindakan terapeutik. " )erdapat faktor resiko karsinoma paru. d. +ronkografi (ilakukan bila ada dugaan bronkiektasis, sebab sebagian penderita sukar terlihat pada pemeriksaan Ifoto thoraks. e. 1ngiografi pulmonal (ilakukan pada batuk masif yang persisten untuk melihat kelainan pada &askuler yang mungkin menyebabkan perdarahan.

8/

2.2.*

Penata!aksanaan %enatalaksanaan hemoptisis tergantung dari sebab dan jumlah dari

perdarahan. %ada batuk yang ringan, biasanya tidak memerlukan pera!atan yang khusus dan dapat berhenti sendiri. Sedangkan batuk darah yang masif memerlukan penanganan yang segera karena dapat menyebabkan kematian akibat sufokasi (asfiksia . )ujuan pokok terapi adalah 1. 9encegah tersumbatnya saluran napas karena darah yang beku. .. 9encegah kemungkinan penyebaran infeksi. 8. 9enghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar. 3. 9emperbaiki faal paru. 1. Terapi konservatif a. )irah baring atau posisi trendelenburg. b. Sebaiknya berbaring kesisi yang sakit untuk mencegah menyebarnya proses dan aspirasi ke paru yang sehat. c. 9enenangkan penderita d. +atuk secara perlahan untuk mengeluarkan darah dalam saluran napas sehingga tidak terjadi sufokasi. e. +ila batuk terlalu keras dan merangsang perdarahan lebih banyak, berikan obat anti batuk. f. #ksigen bila ada tanda"tanda hipoksia

81

g. 6nfus cairan untuk menjaga kemungkinan atau diberi transfusi darah bila perlu (bila ada tanda"tanda syok akibat perdarahan , monitor tekanan darah dan nadi. h. 1ntibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. i. %emberian obat"obat hemostatik jika ada kelainan faal hemostasis 2. Tindakan cepat dan tepat a. ;igid +ronchoscopy, membuka jalan napas dan penghisapan darah lebih mudah. b. >iber #ptic +ronchoscopy (>#+ untuk menghisap darah dan mencari lokasi perdarahan c. %emasangan endotracheal tamponade d. )erapi kolaps, kadang dapat membantu menghentikan perdarahan yaitu dengan cara 1 %neumothoraks artifisial pada sisi yang sakit. . #perasi frenikus yaitu dilakukannya operasi pada permukaan pleura dimana getaran dada teraba pada palpasi diakibatkan oleh pergesekan dua permukaan yang saling berhadapan. 8 %neumoperitoneum yaitu adanya gas atau udara didalam ka&um peritoneum dimana keadaan ini dapat terjadi spontan seperti pada abses subfrenikus atau dimasukkan dengan sengaja untuk membantu pemeriksaan radiologi dan diagnosis. 3 =mbolisasi artifisial dengan menyuntikkan gel foam melalui

kateterisasi pada arteria bronkialis untuk menghentikan perdarahan.

8.

$ ;eseksi paru - segmentektomi, lobektomi atau pneumoktomi menjadi pilihan terakhir jika cara konser&atif sudah tidak mungkin dilakukan. (apat dilakukan pada - " +ronkiektasis yang terlokalir " Ka&itas pada paru " 1bses paru " <eoplasma yang dapat dioperasi * +ronhoscopic laser therapi, menggunakan therapi laser untuk mengandung tumor dan lesi serta memperluas jalan napas. 2.2.+ Komp!ikasi "emoptisis

1. %enyumbatan trakea dan saluran napas sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. %enderita tidak tampak anemis tapi nampak sianosis. 'al ini sering terjadi pada batuk darah masif. .. %neumonia aspirasi karena darah terhisap ke bagian paru yang sehat. 8. %aru bagian distal kolaps dan terjadi atelektasis karena saluran napas tersumbat. 3. +ila perdarahan terjadi banyak, terjadi hipo&olemia. 1nemia timbul bila perdarahan terjadi dalam !aktu yang lama. 2.2., Prognosis

1. %ada hemoptisis idiopatik prognosis baik kecuali penderita mengalami batuk darah yang rekuren. .. %ada hemoptisis sekunder, prognosa tergantung a. )ingkatan batuk darah - single haemoptoe lebih baik dari repeated haemoptoe

88

b. 9acam penyakit dasar yang menyebabkan batuk darah - pada karsinoma bronkogenik, prognosa lebih jelek. c. ?epatnya penanganan batuk darah terutama pada batuk darah masif.

2.3 Faktor--aktor &ang (empengar$#i Tingkat Kecemasan pada k!ien dengan "emoptisis >aktor"faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan klien dengan hemoptisis diantaranya adalah - umur, pendidikan dan pekerjaan. 2.3.1 Um$r Cmur adalah !aktu hidup (Kamus besar +ahasa 6ndonesia 1991 . Semakin banyak usia seseorang akan semakin matang ji!anya dalam melakukan segala sesuatu dan semakin tua semakin bijaksana dan semakin banyak informasi yang dijumpai serta semakin banyak hal yang dikerjakan (9alcom. ' J Ste&e. ', 197$ . (u&al (197$ menyebutkan tentang perkembangan manusia, dikutip dari >riedman. 99 (1997 umur0usia terbagi dalam beberapa tahap, khususnya usia produktif masuk dalam tahap D, D6 dan D66. %ada tahap D usia antara 1. K .8 tahun, yang menonjol salah satunya adalah pencarian identitas atau mencoba" coba peran. )ahap D6 usia .8 K 8$ tahun, terjadi kemampuan berhubungan dengan orang lain, menghubungkan rasa tanggung ja!ab dan rasa identitas yang sudah mantap. Sedang pada tahap D66 usia F 8$ tahun atau lebih, dimana usia ini produkti&itas dan kreati&itas tinggi yang ditujukan baik untuk diri sendiri atau orang lain

83

Csia adalah umur indi&idu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun ('urlock, 199$ . Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 'al ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan ji!anya ('urlock, 1997 . 'al ini dikuatkan oleh pendapat @ong (199* bah!a makin tua seseorang makin

konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. 2.3.2 Pendidikan %endidikan adalah orang yang telah menamatkan sekolah setelah mengikuti pelajaraan pada kelas tertinggi sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat ('artono <urdin, 1971 . %endidikan bertujuan memperluas pemahaman seseorang tentang dunia yang ada disekelilingnya. (engan adanya pemahaman maka seseorang akan lebih tepat dalam menanggapi0 mempersepsi suatu stimulus (9c.4hie 1, 199* - .7* . 9enurut B. + 9antra yang dikutip oleh <otoatmojo (197$ pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam moti&asi untuk sikap berperan serta dalam pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal"hal yang menunjang kesehatan , sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. 9akin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. >aktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (+roe!er, 1978 .

8$

)ingkat pendidikan dibagi menjadi 8 yaitu 1. %endidikan rendah0dasar, termasuk tamat S(, tidak tamat S( dan tidak sekolah. .. %endidikan menengah, termasuk tamat S@)% dan S@)1. 8. %endidikan tinggi, termasuk )amat 1kademi atau %erguruan tinggi (<otoatmojo, 1998 - 9* . 2.3.3 Peker.aan %ekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang"ulang dan banyak tantangan (=rick, 199* . Seseorang yang bekerja merupakan banyak pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan dan menggunakan koping yang lebih konstruktif. Keterampilan menggunakan koping yang konstruktif dapat menurunkan tingkat kecemasan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting dan memerlukan akti&itas, maka akan merasa terganggu saat ia mengalami batuk darah (hemoptisis .

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Ijin Penelitian
    Surat Ijin Penelitian
    Dokumen1 halaman
    Surat Ijin Penelitian
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Angket Data Umum
    Angket Data Umum
    Dokumen3 halaman
    Angket Data Umum
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 4+
    Bab 4+
    Dokumen3 halaman
    Bab 4+
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen3 halaman
    Bab 3
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • BAB 4 (Lanjutan)
    BAB 4 (Lanjutan)
    Dokumen5 halaman
    BAB 4 (Lanjutan)
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustak1
    Daftar Pustak1
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustak1
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Penelitian
    Jadwal Penelitian
    Dokumen2 halaman
    Jadwal Penelitian
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Def Op (BAB4)
    Def Op (BAB4)
    Dokumen2 halaman
    Def Op (BAB4)
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen2 halaman
    Bab 3
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 & 6
    Bab 5 & 6
    Dokumen14 halaman
    Bab 5 & 6
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Cover & Daftar Isi
    Cover & Daftar Isi
    Dokumen20 halaman
    Cover & Daftar Isi
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen4 halaman
    Bab 4
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen23 halaman
    Bab 2
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Irfan
    Bab 3 Irfan
    Dokumen4 halaman
    Bab 3 Irfan
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Stress A
    Stress A
    Dokumen39 halaman
    Stress A
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Cover Irf
    Cover Irf
    Dokumen2 halaman
    Cover Irf
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Irfan
    Bab 2 Irfan
    Dokumen11 halaman
    Bab 2 Irfan
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Angket (Hipotermia)
    Angket (Hipotermia)
    Dokumen5 halaman
    Angket (Hipotermia)
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Daftr Pustk Irf
    Daftr Pustk Irf
    Dokumen2 halaman
    Daftr Pustk Irf
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Irfan
    Bab 1 Irfan
    Dokumen5 halaman
    Bab 1 Irfan
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Judul Skripsi
    Judul Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Judul Skripsi
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Konsep
    Kerangka Konsep
    Dokumen1 halaman
    Kerangka Konsep
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • KERANGKA KONSEP (Repaired)
    KERANGKA KONSEP (Repaired)
    Dokumen1 halaman
    KERANGKA KONSEP (Repaired)
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Adi Setiwan
    Belum ada peringkat