BAB I PENDAHULUAN
Pada kehidupan yang modern saat ini, salah satu penyakit yang menakutkan bagi sebagian besar masyarakat ialah kanker. Sedangkan serangan jantung dan stroke yang banyak ditemukan, cenderung dianggap sebagai ancaman atau penyakit alami pada usia lanjut, yang dapat berakhir baik sampai akhir hidup seseorang, yang apabila mengenai usia pertengahan biasanya dikaitkan dengan kebiasaan makan yang berlebihan atau kurangnya kegiatan fisik/olahraga. Sebaliknya kanker merupakan penyakit yang tidak dapat diperkirakan yang menyerang tanpa membedakan apakah seseorang kaya atau miskin, gemuk atau kurus, usia lanjut atau usia pertengahan. Banyak serangan jantung tidak menyebabkan kematian dan secara nyata meninggalkan efek yang tidak signifikan. Sebaliknya hampir setengah dari penderita kanker akan meninggal dalam kurun waktu lima tahun setelah diagnosis kanker ditegakkan, dimana faktor eksternal bukan merupakan penyebab utama seseorang menderita kanker. Secara epidemiologik maka kanker merupakan hasil akhir interaksi yang sangat kompleks antara berbagai faktor lingkungan yang multipel dengan faktor tubuh manusia.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Insiden Kanker Di dalam mempelajari insiden kanker, maka faktor umur memegang peran yang penting. Berbagai jenis kanker hanya ditemukan pada usia di bawah 14 tahun dan tidak ditemukan pada usia setelah itu. Sebaliknya banyak pula penyakit kanker yang ditemukan pada usia lanjut dan tidak/sedikit sekali ditemukan pada usia kanak-kanak. Jumlah penduduk pada setiap kelompok umur berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya, tergantung dari populasi penduduk. Begitu pula jenis kelamin, dimana berbagai jenis kanker hanya ditemukan pada pria dan beberapa jenis hanya ditemukan pada wanita. Karena keadaan tersebut maka di dalam melihat dan membandingkan insiden kanker hal tersebut di atas perlu diperhatikan. Perhitungan baku incidence rate atau age standardized incidence rate (ASR) atau age incidence cancer ratio (ASCAR) biasanya mengikuti aturan dari IACR (Parkin et al 1986). Dalam pengumpulan data kanker, maka aturan yang digunakan sesuai dengan aturan baku yang dikeluarkan oleh International Association Cancer Registries (IACR) (Parkin et al 1994) dengan menggunakan ICD-O (1976). Awal pertumbuhan kanker dimulai pada usia-usia yang lebih muda, dimana pertumbuhan selanjutnya sampai terjadinya massa tumor yang dapat dilihat (yang letaknya superfisial) atau yang dapat dideteksi dengan berbagai cara membutuhkan waktu yang lama. Hal ini berakibat meningkatnya jumlah penderita kanker pada usiausia yang lebih tua. Peningkatan jumlah kanker pada usia lanjut merupakan hasil kombinasi dari efek perubahan pertumbuhan yang berhubungan dengan umur dan bertambah lamanya mendapatkan paparan bahan karsinogen. Diperkirakan sebanyak 55% dari kanker terdapat pada usia 65 tahun (McKenna 1994), dengan kemungkinan terkenanya berubah yaitu 1 diantara 4 pria dan 1 diantara 3 pada wanita. Dengan berubahnya populasi penduduk dengan kelompok usia lanjut makin banyak, maka untuk masa-masa yang akan datang kanker pada usia lanjut merupakan masalah yang
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Tabel 2. Sepuluh lokasi kanker tersering pada wanita (dari 13 lab patologi di Indonesia) Tahun 1998 No. 1 Lokasi Serviks uteri 2 3 4 5 6 7 Payudara Ovarium Kulit Tiroid Rektum Kelenjar limfe 8 Korpus uteri 9 10 Nasofaring Jaringan lemak 341 288 3,01 2,55 9 10 350 3,09 8 2040 869 705 560 381 367 18,03 7,68 6,23 4,07 3,37 3,24 2 3 4 5 6 7 Jumlah 3242 % 28,66 No. 1 Tahun 1992 Lokasi Serviks uteri Payudara Ovarium Kulit Tiroid Rektum Kelenjar limfe Korpus uteri Nasofaring Jaringan lemak 385 347 2,82 2,54 428 3,14 2388 995 857 645 487 468 17,47 7,28 6,27 4,72 3,57 3,42 Jumlah 3962 % 28,98
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Komposisi lokasi yang sering ditemukan di Indonesia, serupa pada kedua himpunan data tersebut, baik pria maupun pada umur 65 tahun. Masuknya kelompok kasus-kasus yang tidak diketahui tumor primernya, menarik untuk disimak, karena keadaan ini memberi petunjuk bahwa pada usia lanjut kanker biasanya ditemukan pada stadium lanjut yang dengan sendirinya akan mempunyai prognosis lebih jelek. Mengingat hal tersebut maka perawatan kanker usia lanjut perlu keterampilan yang baik dan terintegrasi (Mc Kenna, 1994).
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Untuk dapat membandingkan dengan banyak negara, maka diperlukan pengolahan data yang berdasarkan populasi dan distandardisasi dengan populasi standar dunia (ASR). Berdasarkan pengolahan data tersebut maka akan terjadi berbagai perubahan besarnya insiden yang dihitung per 100.000 penduduk, yang dengan sendirinya akan merubah pada urutan insiden kanker. Tabel 5. Insiden kanker (ASR) penduduk kodya semarang pada usia 65 tahun dibanding dengan yang usia 64 tahun Umur 0-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65 +
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Tahun 1985-1989
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
Karsinogenesis Faktor etik perlu sekali diperhatikan di dalam penelitian menemukan ataupun menentukan sesuatu yang berhubungan dengan karsinogenesis. Karenanya pengetahuan kita tentang karsinogenesis pada manusia berasal dari bukti-bukti yang terbatas dan indirek. Identifikasi dihambat dan dipersulit baik oleh kompleksitas lingkungan manusia yang mempersulit untuk mengisolasi satu-satunya faktor penyebab dari banyak kemungkinan, serta karena lamanya waktu antara dari terpaparnya bahan karsinogen sampai timbulnya tanda dan gejala yang didiagnosis sebagai suatu kanker. Karsinogenesis dapat diidentifikasi dari : Studi epidemiologi Penilaian risiko pekerjaan Paparan langsung Efek karsinogenik pada percobaan binatang Efek transforming pada kanker kultur sel Test mutagenik pada bakteri
Studi epidemiologi Beberapa jenis kanker lebih sering ditemukan pada negara/tempat tertentu atau penduduk di dalam tempat tersebut dibanding dengan tempat yang lain. Studi epidemiologik merupakan sumber informasi tentang penyebab terjadinya tumor.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
10
mencerminkan kejadian sebenarnya pada tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena terjadinya kanker pada manusia memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan pada percobaan binatang cenderung berkaitan dengan efek yang segera. Pada laboratorium percobaan secara bebas dapat dimanipulasi pertumbuhan sel dalam kultur untuk dipelajari tentang sifat-sifatnya yang berbeda antara sel normal dengan sel kanker. Karsinogen, bahan penyebab kanker dapat digunakan untuk merubah sel kultur untuk memproduksi sel kanker dalam suatu proses transformasi. Sel yang tertransformasi (transformed cells) berbeda dengan sel normal baik dalam kontrol tumbuhnya sel, bentuk sel, interaksi antar sel, sifat membran, struktur sitoskelet, sekresi protein, ekspresi gen, dan mortalitas. Simponi berbagi aktivitas di dalam sel yang normal akan mengalami perubahan/gangguan pada pertumbuhan sel kanker (Lodish et al, 1995). Dari studi di atas maka dapat ditemukan atau dicurigai bahan-bahan yang ada hubungannya dengan terjadinya kanker. Bahan karsinogenik ini kemudian dapat dipelajari lebih lanjut. Beberapa bahan berperan langsung, sedangkan sebagian memerlukan konversi metabolik menjadi karsinogen aktif. Bahan-bahan karsinogenik dapat dikelompokkan : Kimiawi Virus Radiasi pengion dan tidak Hormon, mikotoksin dan parasit Bahan-bahan lainnya misalnya asbes Di samping faktor lingkungan tersebut di atas, maka faktor lain yang berpengaruh yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya kanker ialah : Ras/suku bangsa
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
11
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
12
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
13
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
14
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
15
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
16
Pendahuluan Kanker vesica urinaria menduduki peringkat ke-4 dari kanker yang sering pada laki-laki dan peringkat ke-9 pada wanita dengan suatu perkiraan 53.200 penderita baru (38.200 laki-laki dan 14.900 wanita) dan jumlah kematian 12.100 (8.100 laki-laki dan 4.100 wanita) diharapkan untuk tahun 2000-an. Rata-rata usia penderita adalah 65 tahun dan sekali diagnosis ditegakkan tendensi untuk berulang sepanjang waktu dan lokasi yang baru pada traktus urinarius bisa terjadi, sehingga diperlukan monitoring yang berkelanjutan. Epidemiologi Merokok diyakini merupakan faktor yang memperbesar di atas 50% pada lakilaki, dan risiko berkembangnya kanker urothelial meningkat 2-4 kali relatif daripada laki-laki tidak merokok. Kemungkinan ini akan menetap untuk 10 tahun atau lebih setelah berhenti merokok. Zat-zat lain adalah cairan anilin, obat-obat phenacetin, chlorpanazin dan radiasi eksternal. Paparan kronik dengan siklofosfamide
meningkatkan risiko 9 kali dan diet kaya lemak dan daging merupakan faktor predisposisi untuk kanker vesica urinaria. Mengkonsumsi suplemen vitamin A menunjukkan proteksi. Tercemar dengan parasit Schistosoma Haematobium yang terdapat pada beberapa negara berkembang berhubungan dengan peningkatan kanker vesica urinaria (skuamous 70% dan transisional 30%). Patologi Di Amerika Serikat 90-95% kanker vesica urinaria didiagnosis sebagai tumor sel transisional, 3% tumor skuamous, 2% adenokarsinoma dan 1% dengan sindroma paraneoplasia. Keseluruhan tampil sebagai lesi superfisial 75%, invasi ke otot 20% dan metastase sebesar 5%. Tumor transisional lesi papiler yang low grade paling sering tumbuh di daerah sentral, rapuh, tendensi untuk berdarah dan risiko tinggi untuk berulang. Berbeda dengan karsinoma in situ (CIS) adalah tumor yang high grade dan
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
17
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
18
Gejala klinik, diagnosis dan stadium Hematuria terjadi pada 80-90% penderita, sementara gejala iritasi lebih sering terjadi pada carcinoma in situ (CIS). Vesica urinaria paling sering merupakan asal dari gross hematuria (40%) dan sistitis benigna (22%). Hematuria mikroskopik lebih sering terjadi pada kanker prostat (25%) daripada kanker vesica urinaria (2%). Untuk mendokumentasikan hematuria diperlukan pemeriksaan urin rutin, sitologi urin, ultrasonografi traktus urinarius atau suatu intravenous pyelografi (IVP) dan sitoskopi. Evaluasi endoskopik termasuk pemeriksaan dengan anestesi umum yang dapat melihat vesica urinaria dan daerah sekitarnya. Membuat peta dari tumor dengan lengkap (ukuran, lokasi, jumlah dan bentuk pertumbuhan). Juga dicoba untuk memotong semua tumor yang terlihat dan sediaan dari otot sekitarnya untuk melihat dalamnya invasi ke otot. CT scan dan MRI dapat membantu untuk penentuan sejauh mana tumor invasi ke jaringan sekitar dan kelenjar limfe. Staging ditentukan dengan TNM sistem yang sudah direvisi pada tahun 1977 oleh The American Joint Committee on Cancer (AJCC).
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
19
20
Distant metastasis (M) MX M0 M1 : Distant metastasis cannot be assessed : No distant metastasis : Distant metastasis
AJCC stage grouping Stage 0a Stage Tis Stage I Stage II (Ta, N0, M0) (Tis, N0, M0) (T1, N0, M0) (T2a, N0, M0) (T2b, N0, M0) Stage III (T3a, N0, M0) (T3b, N0, M0) (T4a, N0, M0) Stage IV (T4b, N0, M0) (Any T, N1, M0) (Any T, N3, M0) (Any T, any N, M1) Tumor bertumbuh eksophitik, CIS dimulai pada permukaan dan selanjutnya invasi ke otot, dan dalamnya invasi ke otot meningkatkan kemungkinan penyebaran ke kelenjar limfe dan jaringan sekitar.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
21
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
22
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
23
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
24
Penderita dengan karsinoma kolon-rektum biasanya datang ke dokter dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena penderita dengan kanker kolon-rektum stadium dini kebanyakan hampir tidak mempunyai keluhan. Walaupun hingga kini telah banyak dicapai kemajuan di dalam penatalaksanaan, namun prognosis kanker kolon-rektum stadium lanjut tetap tidak memuaskan (Cancer gov, 2003). Oleh karena itu tindakan untuk usaha deteksi dini menjadi sangat penting. Diagnosis Keluhan-keluhan yang berhubungan dengan kanker-kolon : Perubahan pola kebiasaan buang air (perubahan ke arah diare atau konstipasi) Perasaan buang air besar tidak tuntas Adanya darah dalam feses, bisa berwarna merah segar atau merah tua Bentuk feses yang lebih kecil dari biasa Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya Rasa tidak enak atau rasa nyeri pada perut (kolik, kembung, rasa penuh, buang gas sering dan nyeri, tenesmus) Rasa lelah yang menetap Muntah
Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan status gizi, anemia, adanya benjolan di abdomen, nyeri tekan abdomen, pembesaran hati maupun kelenjar limfe. Pada stadium lanjut didapatkan tanda-tanda obstruksi maupun perforasi. Pemeriksaan digital (colok dubur) untuk mendeteksi adanya benjolan, darah dalam feses atau adanya kelainan lain.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
25
2. Mucinous carcinoma 3. Tubular adenocarcinoma Dalam polip tubulovilus Carcinoma signet ring
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
26
Penentuan stadium Staging of and prognosis for colorectal cancer Stage Dukes TNM Numerical Pathologic description Approximate 5-year survival, % A B1 B2 C D T1N0M0 I T2N0M0 I T3N0M0 II TxN1M0 III TxNxM1 IV Cancer limited to mucosa and submocosa Cancer extends into muscularis Cancer extends into or through serosa Cancer involves regional lymph nodes Distant metastases (i.e, liver, lung, etc) > 90 85 0-80 35-65 5
(Braunwald E, 2002)
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
27
Prognosis (Midgley R, 1999) Beberapa faktor yang menunjukkan prognosis yang kurang menguntungkan : Terapi Terapi kanker kolorektal meliputi : Pembedahan Kemoterapi Radioterapi Terapi biologik Stadium III/IV Kadar CEA yang tinggi sebelum operasi Invasi ke pembuluh darah Gambaran histologi: small cell, signet ring atau undifferentiated
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
28
Radioterapi Radioterapi bisa diberikan baik preoperasi (sebagai neoadjuvan), maupun pasca operasi (adjuvan) guna menurunkan angka kekambuhan lokal dari kanker rektum. Kombinasi 5-FU dan radioterapi pada kanker rektum dengan risiko tinggi (Dukes B2,
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
29
30
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
31
Kanker payudara merupakan keganasan dari sel yang membentuk jaringan payudara. Payudara tersusun atas lobus dan duktus. Masing-masing payudara mempunyai 15-20 lobus; lobus mempunyai banyak lobulus. Setiap lobulus mengandung beberapa bulbus yang dapat memproduksi air susu. Lobus, lobulus dan bulbus dihubungkan oleh suatu saluran yang disebut duktus. Terdapat beberapa tipe kanker payudara yakni : duktal, lobular dan tipe inflamasi. Tipe inflamasi merupakan yang lebih jarang, dimana payudara terlihat bengkak, merah dan teraba hangat. Warna kemerahan dan hangat ini disebabkan karena adanya sumbatan saluran limfe oleh sel kanker yang mengakibatkan gambaran seperti kulit jeruk (peau dorange). Faktor risiko (McPherson K, 1995) Usia. Angka kejadian kanker payudara meningkat seiring meningkatnya usia Usia menarche/menopause. Usia menarche yang sangat muda atau menopause yang terlambat meningkatkan risiko kanker payudara Melahirkan anak pertama pada usia yang terlambat atau nulliparitas Adanya riwayat keluarga kanker payudara Riwayat kelainan payudara benigna (hiperplasia) Riwayat penyinaran pada daerah dada Terapi sulih hormon atau penggunaan kontrasepsi oral (CGHFBC, 1996) Pola hidup : diet tinggi lemak, obesitas, konsumsi alkohol dan merokok Geografi. Insiden kanker payudara di Jepang jauh lebih rendah dibandingkan negara barat. Kanker payudara bisa sebagai akibat mutasi gen (BRCA1 dan BRCA2) yang diturunkan, dimana jumlahnya meliputi 5% hingga 10% dari semua kanker payudara. Wanita yang telah mengalami perubahan gen yang berhubungan dengan kanker payudara, mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kanker payudara (pada sisi yang lain). Wanita ini juga mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya kanker ovarium maupun kanker di tempat lain. Begitu juga seorang laki-laki yang telah
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
32
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis Setelah diketahui adanya perubahan pada payudara, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis : Mammografi Biopsi (eksisi, insisi, core, jarum halus) Reseptor estrogen dan progesteron. Pemeriksaan ini dapat memberi informasi bahwa hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan tumor. Selain itu juga dapat memberi informasi bahwa terapi hormon kemungkinan dapat menghentikan pertumbuhan tumor. Pemeriksaan ini membutuhkan jaringan tumor dari hasil biopsi Faktor prognosis Prognosis kanker payudara tergantung stadium dan jenis kanker, karakteristik tertentu dari kanker, dan apakah kanker terdapat pada payudara yang lain atau tidak. Status menopause dan kondisi kesehatan secara umum juga mempengaruhi prognosis. Penentuan stadium Stadium 0 I - Karsinoma in situ (duktal dan lobular) - Diameter tumor kurang dari 2 cm dan belum ada penyebaran
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
33
Terapi Terdapat beberapa modal terapi untuk kanker payudara. Beberapa termasuk terapi yang sudah dibakukan dan beberapa masih dalam tahap uji klinik. Terdapat empat modal terapi yang sudah dibakukan :
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
34
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
35
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
36
2. Lobular carcinoma in situ (LCIS) Istilah lobular carcinoma in situ (LCIS) sebetulnya tidak tepat. Kelainan ini lebih tepat disebut lobular neoplasia. Pada dasarnya kelainan ini bukan suatu kondisi pramaligna, tetapi lebih ke arah suatu petanda bahwa wanita tersebut mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya kanker payudara yang invasif. Lesi ini sering bersifat multisentrik dan bilateral. Terapi untuk stadium ini terdiri atas : Observasi : biopsi dan mammografi Tamoksifen (Fisher B, 1998) Bilateral prophylactic total mastectomy
3. Kanker payudara stadium I, stadium II dan stadium IIA Terapi untuk golongan stadium ini meliputi : Breast-conserving surgery Modified radical mastectomy Terapi adjuvan : radioterapi, hormonal, kemoterapi
4. Kanker payudara stadium IIIB, stadium IV Terapi kanker payudara stadium IIIB meliputi : Kemoterapi sistemik
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
37
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
38
Pendahuluan Paru adalah bagian dari sistem respirasi, bagian kanan terdiri dari 3 lobus dan bagian kiri terdiri dari 2 lobus. Secara garis besar, kanker paru (kanker yang berasal dari paru), dikelompokkan menjadi 2, yaitu : kanker paru non small cell dan kanker paru small cell. Kanker paru non small cell lebih sering dijumpai dibandingkan dengan kanker paru small cell, tumbuh dan menyebar secara lambat. Kanker paru small cell lebih jarang dijumpai, tetapi tumbuh lebih cepat dan lebih sering metastasis ke jaringan sekitarnya. Diagnosis kanker paru ditegakkan dengan adanya gejala gangguan sistem respirasi seperti : batuk yang tidak sembuh-sembuh, sesak nafas, hemoptisis, dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik dan X-foto thorax dapat dijumpai ada massa dan atau efusi pleura. Diagnosis pasti ditegakkan dengan dijumpainya sel kanker secara sitologik maupun histopatologik. Pendekatan terapi pada kanker paru tergantung pada beberapa faktor, seperti : jenis, ukuran, lokasi, dan penyebaran tumor, serta status presens penderita. Ada beberapa modalitas terapi yang sering dipakai : pembedahan, sitostatika, radiasi dan photodynamic. Masing-masing modalitas terapi ini dapat berikan sendiri-sendiri ataupun kombinasi. Faktor risiko pada kanker paru Banyak penelitian menunjukkan, adanya beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kanker paru, seperti : 1. Perokok sigaret 2. Perokok pipa 3. Lingkungan perokok 4. Asbestos 5. Polusi
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
39
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
40
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
41
42
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
43
Stadium kanker paru small cell Kanker paru small cell hanya dikelompokkan menjadi dua : a. Limited stage disease Kanker terbatas pada satu hemithorax, mediastinum dan kelenjar limfe supraclavicular. b. Excessive stage disease Yang termasuk kelompok ini, adalah selain kelompok limited stage disease dan yang mengalami metastasis jauh. Terapi kanker paru small cell a. Terapi standar untuk limited stage disease : Kombinasi terapi sitostatika dan terapi radiasi (kemoradiasi), dengan atau tanpa prophylactic cranial irradiation/PCI Terapi sitostatika kombinasi : etoposide (E) + Cisplatin (P), khusus penderita dengan gangguan fungsi paru Terapi pembedahan : untuk penderita stadium I, diikuti terapi sitostatika atau kemoradiasi b. Terapi untuk extensive stage disease Terapi standar untuk kelompok ini adalah terapi sitostatika kombinasi : Cyclophosphamide (C) + Doxorubicine (A) + Vincristine (V) Cyclophosphamide (C) + Doxorubicine (A) + Etoposide (E) Etoposide (E) + Cisplatine (P) atau Etoposide (E) + Carboplastine (C) Ifosphamide (I) + Carboplatine (C) + Etoposide (E)
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
44
Secara epidemiologik maka kanker merupakan hasil akhir interaksi yang sangat kompleks antara berbagai faktor lingkungan yang multipel dengan faktor tubuh manusia. Hal ini berarti bahwa berbagai keadaan di dalam dan di luar tubuh manusia akan bekerja bersama-sama yang akan menghantarkan manusia untuk menderita kanker. Di samping itu kematian pada penyakit pembuluh darah jantung atau otak pada usia lanjut berjalan secara tiba-tiba, sedangkan kematian karena kanker berlangsung lama disertai sakit dan penderitaan yang hebat. Pada usia lanjut kanker biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut dibanding usia pertengahan yang sangat mempengaruhi protokol pengobatan dan perawatan yang diberikan.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Martono HH, Pranaka K. Buku ajar boedhi-darmojo : geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). 4th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009. 2. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, et al. Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw Hill, 2008. 3. Rubin R, Strayer D. Rubins pathology : clinicopathologic foundations of medicine. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2012. 4. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins basic pathology. 8th ed. Philadelphia: Elsevier, 2006. 5. Pathy MJ, Sinclair AJ, Morley JE. Principles and practice of geriatric medicine. 4th ed. London: John Wiley & Sons Ltd, 2006.
Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 30 September 2013 2 November 2013
46