Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBSTETRI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA

PLASENTA PREVIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh: M.Sukri (2091210045)

Pembimbing: dr H. Faisol Taufiqi

KEPANITERAAN KLINIK MADYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus yang berjudul Plasenta Previa ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif. Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih. Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Penyusun

M.Sukri

DAFTAR ISI 1. 2. 3. 4. Judul Kata Pengantar ............................................................................................................1 Daftar Isi .....................................................................................................................2 BAB I : Pendahuluan Latar Belakang .....................................................................................................2 Tujuan...................................................................................................................3 Manfaat .................................................................................................................3 BAB II : Laporan Kasus Identitas Penderita ................................................................................................4 Anamnesa .............................................................................................................4 Pemeriksaan fisik .................................................................................................6 Deferensial diagnosa ............................................................................................8 Catatan persalinan ................................................................................................8 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................9 Resume ..............................................................................................................10 Diagnose Holistik ...............................................................................................10 penatalaksanaan .................................................................................................11 Follow Up ...........................................................................................................12 BAB III : Tinjauan pustaka Anatomi fisiologi................................................................................................14 Definisi ..............................................................................................................15 Klasifikasi ..........................................................................................................16 Epidemiologi .....................................................................................................17 Faktor resiko.......................................................................................................17 Patofisiologi .......................................................................................................18 Gambaran klinis .................................................................................................19 BAB IV : Pembahasan Diagnosis ...........................................................................................................20 penatalaksanaan..................................................................................................21 BAB V : Pembahasan aspek kedokteran keluarga Identifikasi keluarga ...........................................................................................23 Identifikasi fungsi- fungsi keluarga ...................................................................23 Identifikasi faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan ...............................27 Identifikasi lingkungan rumah ...........................................................................29 Daftar masalah ...................................................................................................30 BAB VI : Penutup Kesimpulan.........................................................................................................31 Saran ..................................................................................................................31 Daftar Pustaka ............................................................................................................32

5.

6.

7.

8.

9.

10.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir pada kehamilan 28 minggu atau lebih. Secara umum, di seluruh dunia insiden plasenta previa berkisar antara 1 dalam 200 hingga 1 dalam 390 kehamilan pada umur kehamilan diatas 28 minggu. Di Indonesia, pada beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insiden plasenta previa berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di Negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%, hal ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil paritas tinggi. Insiden meningkat 20 kali pada grande multipara. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu. Oleh karena itu, meskipun perdarahan yang pertama jarang, bahkan bisa dibilang tidak berbahaya, namun bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan segera, maka akan dapat terjadi perdarahan berulang yang akan mengancam keselamatan ibu dan janinnya. Apalagi jika ibu menderita anemia sebelumnya, akan sangat rentan terhadap perdarahan, walaupun perdarahannya tidak terlampau banyak.

Untuk itu, perlu diingat bahwa pada setiap perdarahan antepartum, yang pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Dengan demikian bila fasilitas kesehatan di tempat pelayanan kesehatan tidak memadai untuk menangani kasus plasenta previa maka secepatnya ibu dibawa ke pusat kesehatan yang memiliki fasilitas untuk menangani plasenta previa.

1.2 Tujuan Tujan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami kasus plasenta previa dari segi klinis dan kedokteran keluarga 1.3 Manfaat Menambah pengetahuan medis terhadap penyakit plasenta previa dari segi klinis dan kedokteran keluarga

BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Anamnesis Identitas pasien Nama Usia Alamat Pendidikan Pekerjaan Status Agama Tanggal Periksa Identitas suami Nama Usia Alamat Pendidikan Pekerjaan Status Agama : Tn. J : 21Tahun : jl. Gilimanuk : S1 : Mahasiswa : Kawin : Islam : Ny. N : 21 Tahun : jl. Gilimanuk : S1 : IRT : Kawin : Islam : 3 November 2013

Keluhan Utama Riwayat Penyakit sekarang

: Mules-mules sejak dan perdarahan pervaginam : Sejak 1 hari yang lalu pasien merasa mules-

mules. Mules dirasakan hilang timbul. Pasien mengeluh mengeluarkan darah atau lendir dari jalan lahir dibawah ke RS, rawat jalan setelah mendapatkan tatalaksana,mengeluh mules pada jam 3 subuh Riwayat Menstruasi : Menstruasi pertama kali usia 15 tahun. Haid lancar, siklus teratur, tidak ada kelainan

Riwayat Kontrasepsi : -

HPHT 20 Februari 2013

Riwayat Perkawinan: Saat ini adalah perkawinan yang pertama, sudah berlangsung 1 tahun. Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya: disangkal Riwayat Kehamilan Saat ini: Saat ini pasien hamil anak pertama dengan usia kehamilan 36-37 minggu. Sejak hamil, pasien kontrol teratur setiap bulan ke bidan. Riwayat Pengobatan: Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat MRS Riwayat Sakit Gula : disangkal : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal Riwayat Hipertensi Riwayat Sakit Kejang Riwayat Alergi Obat Riwayat Alergi Makanan Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Hipertensi Riwayat Sakit Gula Riwayat Jantung Riwayat Penyakit Tumor Riwayat Kebiasaan Riwayat Merokok Riwayat Minum Alkohol Riwayat Olahraga Riwayat Pengisisan Waktu Luang Riwayat Sosial Ekonomi: : disangkal : disangkal : Jalan-jalan pagi : melakukan pekerjaan rumah tangga : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

Pasien berasal dari keluarga menengah keatas. Pasien tinggal bersama suami. Suami pasien mahasiswa disalahsatu perguruan tinggi. Riwayat Gizi: Saat hamil pasien makan cukup sering 2-3 kali makan besar 2.2 Pemeriksaan Fisik Kesadaran Vital sign TD: 110/70 mmHg Nadi: 92x/menit Suhu: 37,3C RR: 20 x/menit : Compos mentis, GCS 456

Antopometri BB 66,5 kg Kulit Putih kecoklatan, turgor baik (-) menurun, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), spidernevi (-), petechie (-), eritem (-) Kepala Bentuk mesocephal , Luka (-), rambut rontok (-) Mata Conjunctiva anemis ( - / - ), sklera ikterik (- / -), katarak (- / - ), strabismus (-/-) Hidung Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-), hiperpigmentasi (-/-) Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-) Tenggorokan Tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-). Leher lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-) Toraks
6

bentuk normal, simetris, pernafasan abdominalthoraco, retraksi sela iga (-) spidernevi (-), sela iga melebar (-), massa (-), kelainan kulit (-), nyeri (-) Cor Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra Batas kanan atas: ICS II Linea para sternalis dekstra Batas kiri bawah : ICS V mid clavicula line parasternalis sinistra Batas kanan bawah: ICS IV linea para sternalis dekstra Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-) Suara tambahan jantung : (-) Pulmo : Statis (depan dan belakang) Inspeksi : bentuk normal, simetris Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan Perkusi : sonor/sonor Auskultasi wheezing : suara dasar vesikuler ronki

Abdomen: Inspeksi : cembung (+), striae (+), luka bekas jahitan (-) Palpasi: nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tdk teraba, turgor baik Perkusi : timpani seluruh lapangan perut Auskultasi : peristaltik (+) normal Ekstremitas : palmar eritem (-)

Akral Hangat + + + +

Oedem -

Pemeriksaan Neurologik Kesadaran Fungsi luhur : kompos mentis GCS (E4 V5 M6) :-

Fungsi Vegetatif : Status Obstetri G1P000AB0 IBJ 2200 gram DJJ:143x/menit TFU:27cm

2.3 Diagnosa Banding Plasenta previa totalis Plasenta previa parsial Solusio plasenta

2.4 CATATAN PERSALINAN: 3 november 2013, jam 23.35 WIB - Jenis tindakan: SC - Bayi lahir pukul 23.35 WIB - Kondisi bayi (APGAR SCORE ) 1 menit saat lahir: 8-9 - APGAR SCORE 5 menit: 9 - Pemeriksaan fisik bayi: - Bayi lahir dengan berat : 2050 gram

- Panjang bayi - Lingkar kepala - Jenis kelamin

: 43 cm : 31 cm : Laki-laki

- Keadaan umum: Bayi tampak aktif, tidak sianosis, menangis kuat, nafas spontan, reflek positif, kulit kemerahan, - Sistem respirasi: Pernafasan spontan - Anus-Rektum: (+) BAB (-) BAK (-) 2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap Hemoglobin :10 g/dl Hematokrit Luekosit Trombosit Eritrosit PDW MPV PCT Index MCV MCH MCHC Differential Basofil Eosinofil Limfosit Monosit Netrofil : 0,1% : 1,1% : 9,2% : 6,5 : 83,1% : 93,3 FL : 30,1 PG :32,3% : 31% : 19,98ribu/ul : 286 ribu/ul : 3,37 juta/ul : 11,3 fl : 7,3 fl : 0,2

Large imm Cell: 28% Atyp Limfosit : 0,11%

Jumlah total sel Lymp : 1,84 ribu/ul Total basofil: 0.02 ribu/ul Total monosit : 1.30 ribu/ul Total eosinofil: 0,22 ribu/ul Total neutrofil: 16.60 ribu/ul Total large imm cell : o.54 ribu/ul Total atyp limfosit : 0.34 ribu/ul

2.6 RESUME Pasien perempuan Ny.N, 21 tahun datang ke IGD RSI Unisma pada tanggal 3 November 2013 dengan keluhan perdarahan pervagina sejak jam 3 subuh. Sejak 1 hari yang lalu pasien merasa mules-mules. Mules dirasakan hilang timbul. Pasien mengeluh mengeluarkan darah atau lendir tanpa disertai rasa nyeri dari jalan lahir dibawah ke RS, rawat jalan setelah mendapatkan tatalaksana. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 92x/menit, TD 110/70 mmHg, Suhu 37,3 C ,RR 20 x/menit. Nyeri (-). Riwayat sebelumnya pasien belum pernah mengalami seperti ini. Didiagnosis G1P0000Ab000 dengan plasenta previa.

2.7 DIAGNOSIS HOLISTIK Pasien (Ny.N) post SC. Bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suaminya yaitu Tn. J yang berusia 21 tahun Mahasiswa. Kelahiran ini merupakan yang pertama bagi Ny.N. Keluarga ini terlihat harmonis. 1. Diagnosis dari segi biologis: Pada kasus ini didiagnosa G1P0100A000 (gravida ke-1, partus aterm 0- prematur 1-imatur 0- hidup 0, abnormal abortus 0 mola 0- KET 0) usia kehamilan 36-37 minggu dengan plasenta previa..

10

2. Diagnosis dari segi psikologis: Hubungan Ny.N dengan keluarganya baik dan harmonis, saling mendukung antar anggota keluarga, saling memperhatikan dan saling pengertian 3. Diagnosis dari segi sosial: Ny.N adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan bermasyarakat. Pasien sangat mudah bergaul dengan tetangga di sekitarnya.

Aspek personal: Pasien mengeluh mules-mules disertai perdarahan tanpa nyeri Harapan: bayi dan ibunya sehat Kecemasan: terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

Aspek klinik: G1P0100 Ab000 dengan plasenta previa Pasien Perempuan usia 21th. Hubungan dengan keluarganya baik dan harmonis, saling mendukung antar anggota keluarga, saling memperhatikan dan saling pengertian Pola makan pasien teratur

Aspek risiko internal: -

Aspek risiko eksternal: Pasien adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan bermasyarakat. Pasien sangat mudah bergaul dengan tetangga di sekitarnya. Aspek fungsional: Pasien mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum melahirkan dengan batuan orang lain. Pasien mampu melakukan aktivitas di dalam maupun di luar.

2.8 Penatalaksanaan Dilakukan terminasi kehamilan segera dilakukan seksio sesarea dengan memperhatikan keadaan umum ibu.

11

Manajeman paska bedah

1. Pasca bedah pasien kemudian dipindahkan ke ruangan pada pukul 02.00 a. Tekanan darah b. Nadi c. Respirasi d. PU : 120/80 mmHg : 84X/menit : 18 kali/ menit : 500 cc

2. Di ruang pemulihan, pasien diobservasi : a. Suhu tubuh normal b. Mual dan muntah tidak ada c. Nyeri tidak ada 3. Instruksi di Ruangan : a. Bila mual-muntah diberikan ondansetron 4 mg secara intravena. b. Ceftriaxone,ketoroloac,primperan,dexametason c. Minum sedikit-sedikit pasca operasi. d. Infus : RL balance e. Kontrol kesadaran tekanan darah, nadi dan respirasi setiap saat selama masih dalam pengaruh obat anestesi. f. Bila kesakitan tramdol 100 mg

2.9 Follow Up 4/11/13 07.00 wib S: Pusing (-), nyeri luka jahitan (+), mual (-), kembung (-) O: KU: cukup, Tensi 106/70 mmHg, Nadi 87 kali/menit, suhu 36,5oC, RR x/mnt, PU 900cc, mammae lunak, , pervaginam pembalut, TFU 2 jari dibawah pusat. A: post SC hari 1 P: lanjut intervensi, rawat luka

12

5/11/ 07.00 wib S : Pusing (-), nyeri luka jahitan (+), mua(-) O: KU: CM, Tensi 110/70 mmHg, Nadi 85 kali/menit, suhu 37oC, mammae lunak, pervaginam (-). A: post SC hari II P: motivasi menetei,edukasi menetei yang benar 26/11/13 07.00 wib S: Pusing (-), nyeri luka jahitan (+), mual(-) O: KU: CM, Tensi 110/70 mmHg, Nadi 85 kali/menit, suhu 37oC, mammae lunak, pervaginam (-). A: post partum normal hari III P: motivasi untuk menetei 2 jam sekali,memadikan bayi.

13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Anatomi dan fisiologi 3.1.1Anatomi Ovarium, Tuba, dan Uterus

Uterus Uterus terdiri atas korpus uteri atau 2/3 bagian atas dan serviks uteri atau 1/3 bagian bawah Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan portio uteri ( pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis. Bagian atas uterus disebut fundus uteri Dinding uterus terdiri atas miometrium, yang merupakan otot polos dengan tiga lapis (bagian luar longitudinal, bagian dalam sirkuler, dan antara kedua lapisan ini beranyaman) Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium Vaskularisasi uterus yaitu dari arteri uterina, cabang dari arteri iliaka interna, dan dari artei ovarika.
14

Tuba Panjang tuba fallopi 11-14 cm Tuba fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus, (2) pars ismika, merupakan bagian di medial tuba yang sempit seluruhnya, (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar tempat konsepsi terjadi, (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan memp[unyai fimbrae. Fimbrae sangat penting bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba. Ovarium Struktur ovarium terdiri dari korteks, terdiri atas stroma serta folike-folikel primordial Medulla, bagian sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sediikit otot polos. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium Ovarium berada di intraperitoneal yang terletak pada lapisan belakang ligamentum latum dan tidak dilapisi oleh peritoneum.

3.2

DEFINISI Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, dimana plasenta

berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus uteri.

15

Gambar 1. Implantasi Normal Plasenta

3.3 KLASIFIKASI Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim setelah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal. Menurut De Snoo, plasenta previa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. 2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. 3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum.

16

4.

Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.

3. 4 EPIDEMIOLOGI Secara umum, di seluruh dunia insiden plasenta previa berkisar antara 1 dalam 200 hingga 1 dalam 390 kehamilan pada umur kehamilan diatas 28 minggu. Di Indonesia, pada beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insiden plasenta previa berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di Negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%, hal ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil paritas tinggi. Insiden meningkat 20 kali pada grande multipara. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu. 3.5 FAKTOR RESIKO Penyebab utama terjadinya plasenta previa tidak diketahui. Tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan meningkatnya kemungkinan seseorang untuk mengalami plasenta previa, yaitu: 1. Operasi sesar sebelumnya. Pada wanitawanita yang pernah menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 1% wanita tersebut akan mengalami plasenta previa. Resiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih operasi sesar dimana 10% wanita tersebut akan mengalami plasenta previa. 2. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase atau aborsi medisinalis. 3. Multiparitas dan jarak kehamilan. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil. Bagaimanapun, pada wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa adalah 1 diantara 20 kehamilan. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.

17

4.

Usia ibu hamil. Diantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih dari 35 tahun 3 kali lebih berisiko akan mengalami plasenta previa.

5. 6.

Kehamilan dengan janin lebih dari satu. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.

7.

Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.

8.

Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa jaringan parut berisiko 0,26%. Terdapatnya jaringan parut bekas operasi berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali lipat.

9. 10. 3.6

Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar. Malnutrisi ibu hamil. PATOFISIOLOGI Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada timester ketiga dan mungkin

juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, plasenta akan mengalami pelepasan. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta yang akan mengakibatkan perdarahan yang
18

berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang terjadinya perdarahan. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah terjadi ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa. 3.7 GAMBARAN KLINIK Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, plasenta previa memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding). Ciri-ciri plasenta previa : 1. Perdarahan tanpa nyeri. Sekitar dua pertiga pasien menunjukkan gejala sebelum 36 minggu masa gestasi, dengan setengah dari pasien ini menampakkan gejala sebelum 30 minggu masa gestasi. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Perdarahan berulang Warna perdarahan merah segar Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi Denyut jantung janin ada Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul Presentasi mungkin abnormal.
19

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 DIAGNOSIS Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah4.

1.

Anamnesis Perdarahan jalan lahir pada kehamilan > 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,

tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit. 2. Pemeriksaan luar Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih melayang. Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau sungsang. 3. Pemeriksaan inspekulo Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pedarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan dari organ genitalia bagian dalam lainnya. 4. Penentuan letak plasenta tidak langsung Dapat dilakukan dengan menggunakan radiografi, radioisotop, dan

ultrasonografi. Pemeriksaan radiografi dan radioisotop masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan. Sedangkan penggunaan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan rasa nyeri. 5. Penentuan letak plasenta secara langsung Pemeriksaannya dilakukan dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis secara langsung. Hal ini dilakukan apabila penanganan konservatif tidak dapat

20

dilakukan, dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan siap operasi.

4.2

PENATALAKSANAAN Semua penderita perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan pemeriksaan

dalam kecuali kemungkinan plasenta previa telah disingkirkan atau diagnosa solusio plasenta telah ditegakkan. Penatalaksanaan plasenta previa di RSUP NTB yang tercantum dalam Standar Pelayanan Medik (2008), dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. 2. Perawatan konservatif Perawatan aktif

4.2.1 Perawatan konservatif Dilakukan pada bayi prematur dengan TBJ < 2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu dengan syarat denyut jantung janin baik dan perdarahan sedikit atau berhenti. Cara perawatan : a. b. Observasi ketat di kamar bersalin selama 24 jam Keadaan umum ibu diperbaiki, bila anemia berikan transfusi PRC (Packed Red Cell) sampai Hb 10-11 gr% c. Berikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin (kemungkinan perawatan konservatif gagal) dengan injeksi Betametason/Deksametason 12 mg tiap 12 jam bila usia kehamilan < 35 minggu atau TBJ < 2000 gram d. Bila perdarahan telah berhenti, penderita dipindahkan ke ruang perawatan dan tirah baring selama 2 hari, bila tidak ada perdarahan dapat mobilisasi. e. f. g. Observasi perdarahan, denyut jantung janin dan tekanan darah setiap 6 jam. Bila perdarahan berulang dilakukan penanganan aktif Bila perdarahan ulang tidak terjadi setelah dilakukan mobilisasi penderita dipulangkan dengan nasehat : Istirahat Dilarang koitus

21

Segera masuk Rumah Sakit bila terjadi perdarahan lagi Kontrol tiap minggu

4.2.2 Perawatan aktif Segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika perdarahan aktif (perdarahan > 500 cc dalam 30 menit) dan diagnosa sudah ditegakkan segera dilakukan seksio sesarea dengan memperhatikan keadaan umum ibu. Perawatan aktif dilakukan apabila : Perdarahan aktif Perkiraan berat bayi > 2000 gram Gawat janin Anemia dengan Hb < 6 g%, janin hidup, perkiraan berat bayi > 2000 gram

22

BAB V PEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA

5.1 IDENTIFIKASI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga AlamatLengkap Bentuk Keluarga


NO 1. 2. 3. 4. 5. Nama Tn. W Ny.T Ny.N Tn.J Sdr A Kedudukan ayah Ibu istri suami Adik

: Tn. J : Jl.Gilimanuk : Extended


L/P L P P L L Usia 48 Th 45 Th 21 Th 21 Th 20 Th Pendidikan D3 SMA S1 S1 S1 Pekerjaan Wiraswasta IRT MHS MHS MHS Pasien Klinik Tidak Tidak Pasien Tidak Tidak Ket Plasenta previa -

5.2 IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Pasien Ny 21 tahun tinggal serumah dengan ayah,ibu,adek beserta suami . dan anaknya yang baru lahir. 2. Fungsi Psikologis Hubungan keluarga di antara mereka terjalin baik, terbukti dengan adanya komunikasi antar anggota keluarga, dan hubungan antara anak dan anggota keluarga yang lain baik dan saling menyayangi. 3. Fungsi Sosial Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita aktif dalam kegiatan sosial Di lingkungan rumahnya, hanya memiliki beberapa teman sebaya

23

yang akrab. Hubungan keluarga pasien dengan tetangga baik, jika ada kegiatan selalu berusaha untuk berpartisipasi.

Kesimpulan: Hubungan keluarga Ny.N berjalan baik, semua komunikasi antar anggota keluarga baik, dengan lingkungan rumah (tetangga) juga baik.

B. FUNGSI FISIOLOGIS APGAR Terhadap Keluarga Saya puas bahwa saya dapat kembali ke A keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya P membahas dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya G menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya A mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan R saya membagi waktu bersama-sama 2 10 2 10 2 9 2 10 2 8 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 dan membagi masalah 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 Ny.N Tn. J Tn.W Ny.T Sdr A

APGAR score keluarga 10+10+9+10+8= 47:4 = 9,4 Fungsi Fisiologis Baik. Skoring :

24

Hampir selalu Kadang kadang

: 2 poin : 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM SCREEM SUMBER Social PATHOLOGY Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara. Partisipasi mereka dalam masyarakat misalnya mengikuti tahlil rutin, pengajian, Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia, tata krama dan kesopanan Religius Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah. Economy Ekonomi keluarga ini termasuk perekonomian menengah ke atas. Pendapatannya sudah mencukupi untuk standard hidup layak sehari hari. Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini meskipun belum ada yang sampai pada tahap Perg. Tinggi tetapi masih peduli terhadap perkembangan ilmu. Medical Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan sebagai kebutuhan, akan tetapi jika merasa sakit, mencari pelayanan dokter terdekat. _ _ KET

Kesimpulan : Hubungan keluarga Nn.T baik, tingkat ketercukupan ekonomi cukup untuk kehidupan sehari-hari.
25

D. POLA INTERAKSI KELUARGA


Ny.N Tn.J

Ny.T

Tn.W

Sdr A

Keterangan : Hubungan baik Hubungan antara anggota keluarga baik

E. GENOGRAM
TN.W

Ny. T Tn.J

Sdr A

Ny.N

BY

Keterangan : laki-laki : perempuan : penderita

: tinggal satu rumah

26

5.3 IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI KESEHATAN a. Pengetahuan

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

Tingkat pendidikan Tn.Jdan Ny.N cukup tinggi, tetapi Ny.N dan suaminya mengaku kurang pengetahuan, pemahaman dan pengalaman mengenai permasalahan yang saat ini dihadapi, khususnya tentang mengahadapi masa kehamilan dan kelahiran. Tn.J dan Ny.N tidak mengetahui secara luas mengenai hal-hal yang dapat membahayakan kondisi kehamilan Ny.N. b. Sikap Sikap keluarga terhadap kondisi Ny.N cukup baik. Keluarga sangat memperhatikan keluhan yang dirasakan Ny.N. Suaminya juga termasuk suami yang siaga. Selalu meluangkan waktu, perhatian dan cepat tanggap terhadap istrinya. Suami Ny.N juga siap menggantikan posisi istrinya untuk

menyelesaikan kegiatan dan keperluan rumah tangga. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan mengenai kondisi kehamilan maka Tn.J juga kurang bisa mengingatkan istrinya untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan kandungannya. c. Tindakan Keluarga Ny.N termasuk keluarga yang cepat tanggap dan siaga sehingga Ny.N dapat segera diantar ke RS ketika mengalami perdarahan. Tetapi, selama kehamilan Ny.N masih aktif menjalani pekerjaannya, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai mahasiswi. Ny.N makan secara rutin 3x sehari dan juga menyukai sayur dan buah.

27

Faktor Non Perilaku a. Lingkungan Lingkungan rumah Ny.N dan suami tergolong bersih dan sehat. Ny.N tinggal bersama suami dan keluarganya . b. Pelayanan kesehatan Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Ny.N pergi ke RS dan Klinik terdekat dan sering memeriksakan diri jika sakit. Keluarga Ny.N termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup, sehingga dalam membiayai pelayanan kesehatan masih mudah untuk dijangkau secara mandiri. c. Usia dan Keturunan Keluarga Ny.N juga tidak memiliki riwayat seperti pasien dan penyakit keturunan lainnya.

Lingkungan : rumah cukup memenuhi syarat kesehatan Keturunan : tidak ada penyakit keturunan pada keluarga Ny.N

Pengetahuan: keluarga cukup memahami keadaan penderita Sikap: keluarga peduli terhadap keadaan penderita Tindakan: keluarga mengantarkan Ny.N untuk periksa kehamilan

Keluarga Tn. J

Pelayanan Kesehatan : Jika sakit Ny.N ke dokter praktek / klinik

Faktor Perilaku Faktor Non Perilaku

28

5.4 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH Lingkungan Luar Rumah Keluarga Ny. N tinggal di sebuah rumah berukuran 7 x 6 m2 . Rumah ini mempunyai pagar besi, mempunyai halaman depan. Saluran pembuangan limbah sudah tersalur ke got, rumah dengan tetangga saling berdekatan, Pembuangan sampah di TPA. Lingkungan Dalam Rumah Dinding rumah terbuat dari batu bata dan diplester, lantai rumah sudah menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur, satu dapur, dan satu kamar mandi. Rumah ini mempunyai satu pintu di bagian depan untuk keluar masuk. Keluarga ini mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari PDAM. Ventilasi udara masih cukup tedapat 4 jendela utama dengan lubang ventilasi untuk pertukaran udara.

Denah Rumah

TERAS

R.tamu

kamar

dapur

kamar

R keluarga

kamar

toilet

29

5.5 DAFTAR MASALAH A. Masalah Medis G1P0100 Ab000 dengan plasenta previa

B. Masalah Non Medis: Tidak ada masalah C. Diagram Permasalahan Pasien

Ny.N

MASALAH MEDIS G1P0100 Ab000 dengan plasenta previa

MASALAH NON MEDIS Tidak ada masalah

30

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Pasien Ny.N (21th). Sejak jam 3 subuh mengeluh mules dan perdarahan pervagina. Mules dirasakan hilang timbul. Saat ini pasien hamil anak pertama dengan usia kehamilan 36-37 minggu. Dari pemeriksaan fisik tanggal 3 November 2013 didapatkan TFU 2 jari dibawah prosesus xyphoideus ,dilakukan dilakukan terminasi kehamilan pada pasien dengan SC. APGAR SCORE saat lahir 1 menit: 8-9. APGAR SCORE 5 menit: 9. Jenis kelamin bayi laki-laki, berat badan lahir 2050 gram, Panjang bayi 43 cm, Lingkar kepala 31 cm kesan umum baik, warna kulit kemerahan, menangis kuat, gerakan aktif dan tonus otot baik. 6.2 Saran Memberikan KIE pada pasien sebaiknya menjaga pola makannya, makan teratur dan bergizi supaya dapat memberikan ASI berkualitas bagi bayinya. Hidup bersih dan menjaga daya tahan tubuh ibu dan bayi.pada kehamilan selanjutnya Kontrol ANC secara berkala dan penanganan yang tepat pada kasus plasenta previa diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu dan janin. terutama pada kehamilan di atas usia 7 bulan, terutama pada kasus-kasus plasenta previa totalis, karena sifat perdarahan yang bisa terjadi sewaktu-waktu yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janinnya

31

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Leveno, K at all. Obstetri Williams ed 21. ECG, 2009. Wiknjosastro, H. ilmu kandungan ed 2. 2009 Pt Bina Pustaka Prawirohardjo, Jakaarta. Prawirohardjo, S. Ilmu kebidanan. Ed-4. 2009 Pt Bina Pustaka Prawirohardjo, Jakaarta. Gunawan, Abadi. 2004. Perdarahan pada Hamil Tua. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin : Makasar

32

Anda mungkin juga menyukai