Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ASURANSI KESEHATAN

KONSEP ASURANSI KESEHATAN DI BENUA ASIA (JEPANG)

ARUM MAULIDA SANTI HAFRIANA RIFAI EMMA FITROTUL BINTANG HARDIANTO RUKAYAH HADIJAH MUH. IRFAN SETIADI YESKA SASHI SIBURIAN

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi/jaminan kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi risiko dan ketidakpastian gangguan kesehatan serta implikasi biaya yang diakibatkan. Manfaat yang diperoleh adalah kompensasi untuk mengatasi kerugian akibat peristiwa sakit tersebut baik kerugian akibat perawatan dan pengobatan di pelayanan kesehatan maupun kerugian akibat hilangnya waktu kerja (Murti, 2004). Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment). Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh perusahaan asuransi sosial, perusahaan asuransi jiwa, maupun juga perusahaan asuransi umum. Sebagai sekutu Jerman dalam Perang Dunia II di Asia, Jepang memiliki pola sistem asuransi kesehatan yang mengikuti pola Jerman dengan berbagai modifikasi. Di Jepang istilah AKN (Kokuho, Kokumin Kenko Hoken) digunakan untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi pekerja mandiri (self-employed), pensiunan swasta maupun pegawai negeri, dan anggota keluarganya. Penyelenggara AKN diserahkan kepada pemerintah daerah. Sementara asuransi kesehatan bagi pekerja aktif di sektor formal diatur dengan UU asuransi sosial kesehatan secara terpisah. Jepang telah memulai mengembangkan asuransi sosial kesehatan sejak tahun 1922 dengan mewajibkan pekerja di sektor formal untuk mengikuti program asuransi kesehatan sosial. Akan tetapi, mewajibkan asuransi kesehatan bagi pekerja sektor formal saja tidak bisa menjamin penduduk di sektor informal dan

penduduk yang telah memasuki usia pensiun mendapatkan asuransi kesehatan. Untuk memperluas jaminan kesehatan kepada seluruh penduduk (universal coverage), Jepang kemudian memperluas cakupan asuransi kesehatan dengan mengeluarkan UU AKN. Dalam sistem asuransi kesehatan di Jepang, peserta dan anggota keluarganya harus membayar urun biaya (cost sharing) yang besarnya bervariasi antara 20-30% dari biaya kesehatan di fasilitas kesehatan. Bagian urun biaya inilah yang menjadi pangsa pasar asuransi kesehatan komersial.

1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Bagaimana profil negara Jepang? Bagaimana sejarah perkembangan jaminan kesehatan di Jepang? Bagaimana jaminan kesehatan di Jepang saat ini? Apa sajakah jenis jaminan kesehatan di Jepang?

1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. Untuk mengetahui profil negara Jepang. Untuk mengetahui sejarah perkembangan jaminan kesehatan di Jepang. Untuk mengetahui jaminan kesehatan di Jepang saat ini. Untuk mengetahui jenis jaminan kesehatan di Jepang.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Profil Negara Jepang Negara dengan luas 377,864 km (145,894 miles) dan berpenduduk 126.9 juta jiwa ini merupakan kekuatan ekonomi di Asia yang memiliki perkembangan yang sangat pesat. Jepang memiliki pendapatan perkapita yang cukup tinggi sebesar US $37,870, dan perekonomiannya berbasis pada sektor industri yang sangat padat teknologi. Secara geografis, Jepang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari suatu rantai kepulauan. Yang utama adalah Kyushu, Shikoku, Honshu (tempat Tokyo dan Osaka terletak) dan Hokkaido. Tanah berbukit-bukit dan gunung berapi, dan hanya 17% dari luas total diolah. Gunung tertinggi adalah Gunung Fuji (gunung berapi yang tidak aktif) pada 3.776 m1. Pasca-perang ekonomi Jepang mengalami pertumbuhan yang pesat, meningkat sepuluh kali lipat dari sebelumnya pada periode 1955-1990. Sejumlah faktor, termasuk suku bunga rendah, deregulasi perbankan dan apresiasi yen yang dilakukan secara tiba-tiba, mengakibatkan gelembung (bubble) pada pasar saham dan real estat pada akhir tahun 1980an. Pada akhir tahun 1989 gelembung pecah, dan setelah itu harga saham turun sebanyak 75% dan nilai tanah komersial di Tokyo turun sebesar 85%. Ini adalah masa terjadinya krisis yang menyebabkan negara ini memiliki defisit anggaran yang terus meningkat hingga saat ini. Perdagangan Jepang mulai terbuka pada tahun 1990-an, sebagai tekanan harga dan persaingan pasar global telah mendorong perusahaan Jepang untuk melirik pasar luar negeri dalam mengembangkan produk, teknologi, design dan jasa. Tetapi bagi para investor, Jepang masih merupakan pasar dengan biaya tinggi, serta memakan banyak waktu untuk para investor melaksanakan kegiatan produksi.

Jepang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ageing populations tercepat didunia, yang disebabkan tingginya tingkat harapan hidup dan rendahnya tingkat kelahiran. Akibatnya saat ini populasi di Jepang mulai berkurang, penduduk usia kerja diperkirakan akan di kontrak lebih lama 20 persen selama 25 tahun ke depan jika tren ini terus berlanjut. Hal ini menyebabkan tantangan yang sudah sangat familiar terjadi di Negara-negara maju di Eropa, yaitu permasalahan penyediaan sistem pensiun dan jaminan kesehatan dimasa yang akan datang. 2.2 Sejarah Perkembangan Jaminan Kesehatan Jepang memiliki sejarah panjang dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan bagi masyarakatnya. Akar pelaksanaan jaminan kesehatan telah ada di Jepang sejak abad ke 19, tepatnya pada tahun 1835 dimana pada saat itu terdapat semacam skema asuransi dari penduduk secara sukarela untuk mengumpulkan kontribusi berupa bahan pangan (beras) untuk mendapatkan jaminan asuransi bagi seluruh masyarakat, benefit yang diterima masih berupa kebutuhan dasar pada saat itu2. Dari sini kemudian skema asuransi kesehatan di Jepang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Secara umum perkembangan sistem jaminan kesehatan di Jepang dibagi menjadi 2 periode, yaitu Periode Sebelum PD dan Periode Setelah PD. Periode Sebelum PD, adalah pertama kalinya Jepang memberlakukan jaminan kesehatan secara formal, yang waktu itu merupakan jaminan bagi pekerja di sektor swasta, yang ditandai dengan pemberlakuan Health Insurance Law pada tahun 1922. Pada sistem jaminan kesehatan ini hanya sedikit perusahaan yang memberikan jaminan kesehatan secara penuh kepada para pekerjanya. Sistem jaminan kesehatan yang diperkenalkan ini hanya memberikan perlindungan secara parsial kepada para pekerjanya dan benefit yang diterima tidak komprehensif. Ketentuan bagi jaminan kesehatan hanya berlaku untuk perusahaan dengan jumlah pegawai >10 orang dan dengan

pendapatan minimal dibawah 1,200 yen tidak mendapatkan jaminan, serta hanya diberikan pada pekerja (tidak untuk tanggungannya). Pembelakuan sistem jaminan kesehatan pada periode ini mendapat hambatan yang sangat besar dengan terjadinya Great Depression pada tahun 1929 yang berdampak meluas keseluruh dunia. Namun akhirnya sejalan dengan perbaikan dalam pertumbuhan perekonomian paska terjadinya krisis tadi, sistem jaminan kesehatan kembali mengalami kestabilan dalam pengelolaannya. Ketika Jepang menghadapi PD II, sistem jaminan kesehatan telah secara bertahap mengalami perbaikan dan diperluas sebagai bagian upaya pemerintah untuk memperkuat angkatan kerja. Tahun 1938 dibentuk Kementrian Kesehatan dan Kesehatan, dan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang berbasis regional dibentuk pada tahun yang sama. Periode Pasca PD, secara berangsur-angsur sistem jaminan kesehatan mulai diperkenalkan dan ditingkatkan secara bertahap. Pada tahun 1958 dilakukan revisi terhadap sistem jaminan kesehatan nasional, dengan memberikan 50% benefit bagi peserta jaminan kesehatan, dan kemudian pada tahun 1961 sistem jaminan kesehatan di Jepang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dengan diberlakukannya universal coverage bagi seluruh masyarkat, yang diikuti dengan dibentuknya lembaga jaminan sosial (Social Insurance Agencies) pada tahun 1962. Pada era 1970-an terjadi peningkatan benefit yang diterima oleh peserta, dimana bagi peserta jaminan kesehatan bagi pekerja 100% jaminan bagi peserta dan 50% bagi tanggungannya, sedangkan jaminan kesehatan nasional memberikan 50% masing-masing untuk peserta dan tanggungannya. Pada tahun 1973 kembali dilakukan revisi terhadap sistem jaminan kesehatan dengan ditingkatkannya benefit bagi tanggungan peserta menjadi 70% untuk peserta jaminan kesehatan pekerja, diperkenalkannya batas atas biaya yang ditanggung oleh pasien, dan diberikannya subsidi 10% bagi sistem jaminan kesehatan yang dikelola oleh pemerintah.

Periode Reformasi Jaminan Kesehatan 1980-an, pada periode ini ditandai dengan diperkenalkannya jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut dengan diterbitkannya Law of Health and Medical Services for The Elderly pada tahun 1982 dan efektif diberlakukan pada 1983. Kemudian pada tahun 1984 kembali dilakukan pembaruan dalam sistem jaminan kesehatan dengan menetapkan 10% cost sharing dari pasien, serta pengenalan bagi pengobatan dengan menggunakan teknologi modern dan yang juga sebuah perubahan yang cukup penting adalah diberlakukannya jaminan kesehatan bagi para pensiunan. 2.3 Kondisi Jaminan Kesehatan Di Jepang Saat Ini Jepang memiliki sumber daya yang cukup baik untuk dapat menciptakan sebuah sistem jaminan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakatnya. Jaminan kesehatan diberikan kepada seluruh masyarakatnya, sesuai dengan program yang diikuti, mulai dari penyakit umum hingga penyakit yang memerlukan penanganan khusus dengan menggunakan teknologi yang mutakhir seperti Tubercolosis (TBC). Di Jepang saat ini terdapat lebih dari 1000 rumah sakit mental, 8700 general hospital dan 1000 comprehensive hospital dengan total 1.5 juta tempat tidur. Ditambah dengan klinik gigi sebanyak 48.000 serta sejumlah 79.000 unit layanan kesehatan dengan fasilitas rawat jalan maupun rawat inap.

DATA FASILITAS DAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN DI JEPANG 1990 hospital beds per 1000 persons personnel per bed Average length of stay (in days) occupancy rate 13,6 0,79 50,5 83,6 1995 13,3 0,91 44,2 83,6 1998 13,1 0,97 40,8 84 1999 13 0,98 39,8 84,6 2000 13 1 39,1 85,2 2001 12,9 1,01 38,7 85,361

admission rate per 100 persons

8,2

9,2

9,8

10,1

10,3

n.a.

Sumber : Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreygg, Towards sustainable health care systems, 2004

Jumlah tenaga medis di Jepang, pada awal tahun 1990 terdapat hampir 191.400 dokter, 66.800 dokter gigi, 333.000 perawat dan lebih dari 200.000 tenaga medis alternatife bersertifikasi. Di Jepang dokter dapat dengan bebas mengajukan klaim atas berbagai layanan kesehatan yang mereka ingin berikan. Dan juga tidak ada batasan bagi pasien dalam menentukan apakah mereka ingin menggunakan jasa dokter umum ataupun oleh spesialis. Indikator tenaga kesehatan di Jepang dapat dilihat pada tabel berikut : JUMLAH TENAGA MEDIS 1990 physicians per 1000 inhabitants general practitioners per 1000 inhabitants specialists per 100 persons dentists per 100 persons 1,7 1995 1,9* 1998 2 1999 n.a. 2000 2 2001 2,1**

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

n.a.

0,6

0,7*

0,7

n.a.

0,7

0,7**

Sumber : Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreygg, Towards sustainable health care systems, 2004

Dari tahun ketahun terjadi peningkatan Total Health Expenditure terhadap GDP di Jepang, pada tahun 1995 total pengeluaran kesehatan di Jepang sebesar 6.9% dari total GDP, yang kemudian terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2005 menjadi 8.2% dan kemudian kembali turun menjadi 8.1% pada tahun 2008.Pengeluaran kesehatan masih didominasi oleh pengeluaran belanja kesehatan oleh pemerintah, dimana

komposisi pengeluaran yang dilakukan pemerintah berada pada >80% dari total pengeluaran kesehatan. Pada tahun 1995 porsi pengeluaran pemerintah mencapai 83% dari THE dan pengeluaran sektor privat hanya sebesar 17%, dan dominasi ini terus berlanjut hingga tahun 2008 dengan porsi perbandingan 80:20, pemerintah masih memegang peranan penting dalam proses pelaksanaan sistem jaminan kesehatan di Jepang. Pemerintah sejak tahun 1995 telah menganggarkan sebesar 15.9% dari total pengeluaran pemerintah di sektor jaminan kesehatan dan ini terus mengalami peningkatan hingga tahun 2008 menjadi 17.9%. Asuransi privat pada periode tahun 1995 hingga 2002 hanya memiliki kontribusi yang sedikit dalam pembentukan pengeluaran kesehatan sektor privat, yaitu sebesar 2.5% pada tahun 1995 dan mengalami penurunan menjadi 1.8% pada tahun 1996 dan turun kembali pada tahun 1997 menjadi 1.5%. yang menarik adalah pada tahun 2003 terjadi peningkatan persentase kontribusi asuransi swasta dalam pengeluaran kesehatan sektor privat, dari 1.7% pada tahun 2002 menjadi 13.1% pada tahun 2003. Hal ini merupakan akibat dari dilakukannya revisi pada sistem jaminan kesehatan di Jepang pada tahun 2003 untuk membebankan biaya pada penduduk usia lanjut (elderly) dalam pemberian benefit asuransi kesehatan dan digesernya pengelolaan asuransi kesehatan bagi wiraswastawan (self employed) dan lansia menjadi dikelola oleh pemerintah daerah. Maka masyarakat seiring dengan meningkatnya tingkat perekonomian negara, maka banyak masyarakat yang mengalihkan kepesertaan mereka dari program yang dijamin oleh pemerintah kepada program asuransi swasta. Artinya akumulasi dana yang dikumpulkan masyarakat secara efektif telah memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan jaminan kesehatan di Jepang.

INDIKATOR PENGELUARAN KESEHATAN JEPANG

Sumber : http://stats.oecd.org Benefit dalam asuransi kesehatan di Jepang berlaku untuk seluruh rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta, tetapi tidak berlaku untuk sistem dokter keluarga. Rumah sakit hanya sebagai pemberi pelayanan, untuk biaya yang dikeluarkan Rumah Sakit mengajukan klaim kepada Lembaga Asuransi pasien. Untuk pemeriksaan kesehatan tahunan (kenshin) diberikan bebas biaya bagi seluruh penduduk. Asuransi menanggung biaya mulai dari rumah sakit, dokter, sampai obat-obatan sesuai dengan jenis asuransi peserta, dan tentunya terjadi perbedaan benefit yang diterima. Karena adanya perbedaan contribusi pada masing-masing jenis asuransi, maka terjadi perbedaan benefit yang diperoleh oleh peserta masing2 jenis asuransi.

SKEMA JAMINAN KESEHATAN DI JEPANG

Sumber : World Bank Institute, 2002

2.4 Jenis Jaminan Kesehatan Di Jepang sistem jaminan kesehatan dibagi menjadi 3 cluster secara umum, yaitu : 1. Employer-Based Insurance (Shakai Kenkou Hoken), Employer-Based Insurance adalah sebuah sistem asuransi berbasis tempat kerja yang memberikan bantuan keuangan kepada para pekerja yang digaji oleh perusahaan dan juga kepada anggota keluarga tanggungannya dengan memberikan manfaat asuransi dalam hal sakit, melahirkan luka, dan kematian. Keluarga tertanggung adalah keluarga sampai dengan level ke-3, yaitu sampai pada kakek/ nenek dan cucu. KELUARGA TERTANGGUNG DALAM ASURANSI EMPLOYERBASED INSURANCE

Sumber : http://www.sia.go.jp Sistem asuransi ini dibagi menjadi kedalam beberapa bentuk, antara lain : a. Union Managed Health Insurance b. Government Managed Health Insurance c. Seamans Insurance d. National Public Workers Mutual Aid Association Insurance e. Local Public Workers Mutual Aid Association Insurance f. Private School Teachers and Employees Mutual Aid Association Insurance Union Managed Health Insurance dikenal juga dengan Society Managed Insurance merupakan jenis asuransi yang memberikan paling banyak benefit bagi pesertanya. Hal ini karena pengelolaan asuransi ini dikelola secara profesional oleh perkumpulan profesi (society), yang kebanyakan berasal dari para pekerja dari perusahaan-perusahaan besar. Asuransi ini meng-cover sebanyak 25,4% dari total populasi. Yang bertindak sebagai penjamin dalam asuransi ini adalah asuransi swasta yang bekerja sama dengan society untukmengelola dana kesehatan mereka. Government Managed Health Insurance, merupakan asuransi untuk para pekerja dari perusahaan dengan skala kecil sampai menegah, dimana pemerintah bertindak sebagai penjamin dalam jaminan kesehatan mereka. Jadi sistem asuransi ini merupakan asuransi kesehatan para pekerja yang dikelola oleh pemerintah. Sistem asuransi ini mencakup 30.7% dari total populasi yang merupakan para pekerja dari perusahaan kecil sampai menengah. Untuk empat jenis asuransi terakhir merupakan jenis asuransi bagi para pegawai negeri, ditingkat pusat maupun daerah dan termasuk didalamnya para pengajar, baik yang berstatus pegawai negara maupun swasta, serta anggota angkatan laut, asuransi ini juga dikenal dengan nama Mutual Aid Associations. Sistem pembiayaan pada jenis asuransi ini berasal dari dua belah pihak, yaitu pekerja dan pemberi kerja, yang secara umum kontribusi pada seluruh jenis asuransi Employer-Based Insurance adalah sebesar 8,5% dari

pendapatan peserta yang dibagi rata antara pekerja dan pemberi kerja. Seorang pekerja yang bekerja pada perusahaan yang memiliki 5 orang harus terdaftar pada asuransi ini, atau jika bekerja pada perusahaan Hojin tanpa memperdulikan mengenai usia dan kewarganegaraam. Secara khusus perusahaan atau pabrik yang dimaksud disini harus memiliki penetapan secara hukum (formal), baik yang bergerak dalam bidang produksi maupun jasa. Hal ini juga berlaku bagi para pekerja part time yang memiliki baik hari atau jam kerja sebanyak kali dari hari atau jem kerja para pekerja penuh. Untuk mendapatkan perlindungan dari asuransi ini pemberi kerja harus mengambil dan menyerahkan formulir "Aplikasi untuk Mendaftar di Kesehatan Karyawan Asuransi / Asuransi Pensiun Karyawan "(SHIKAKU SHUTOKU TODOKE - KENKO Hoken / KOSEI NENKIN) pada kantor Asuransi Sosial Lokal dalam jangka waktu 5 hari sejak seorang pekerja direkrut. Anggota keluarga yang menjadi tanggungan pekerja juga bisa mendapatkan perlindungan dari asuransi ini jika merupakan anggota keluarga sampai dengan lapis ke tiga dari peserta, yang sebagian besar keuangannya ditanggung oleh pekerja. Ketika anggota keluarga yang menjadi tanggungan pekerja layak untuk mendapatkan perlindungan maka pemberi kerja harus memasukan formulir aplikasi perlindungan

tanggungan (HIFUYOSHA IDO TODOKE) dalam jangka waktu 5 hari sejak terjadi perubahan dalam tanggungan. Benefit yang didapatkan dari asuransi ini terbilang cukup lengkap mulai dari pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap, layanan tambahan dalam pelayanan kesehatan, ambulans, pelayanan bagi penyakit yang mengharuskan treatment khusus, kelahiran sampai dengan pelayanan pemakaman, diberikan kepada peserta maupun tertanggung. Bahkan sampai dengan layanan kesehatan yang tidak termasuk dalam bentuk pelayanan dalam asuransi dapat diberikan kepada peserta maupun tertanggung dengan pengaturan yang lebih lanjut dan adanya pengenaan cost sharing atas layanan yang diterima oleh peserta maupun tertanggung.

Benefit yang diterima oleh peserta adalah sebesar 80% dari total biaya dan untuk tertanggung dibagi menjadi 2 yaitu 80% untuk layanan rawat inap dan 70% untuk layanan rawat jalan. Pengecualian diberikan kepada pekerja untuk layanan kesehatan yang mencapai cost sharing yang melebihi 64.000 yen (34.500 yen bagi yang berpendapatan rendah) perbulan, maka keseluruhan biaya ditanggung asuransi. 2. National Health Insurance (Kokumin Kenkou Hoken), adalah sistem asuransi yang meng-cover orang-orang yang tidak tercakup dalam sistem asuransi Employer-Based Insurance. Termasuk didalamnya adalah para petani, para pekerja di sektor informal serta wiraswastawan (self employed). Jenis asuransi ini dibagi menjadi 2, yaitu : National Health Insurance untuktiapkota National Health Insurance Union Tiap-tiap kota memiliki kewenangan untuk mengatur pelaksanaan jenis asuransi ini, dimana skema pembiayaan dan pemberian benefit disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Asuransi ini juga berlaku bagi warga negara asing yang tinggal 1 tahun, bagi para warga negara asing yang memiliki gaijin card dapat menerima layanan asuransi National Health Insurance dengan mendaftarkan diri mereka di kantor jaminan sosial di kota yang ditinggali. Kepesertaan asuransi ini disesuaikan dengan kota tempat tinggal peserta, artinya peserta yang melakukan perpindahan kota tempat tinggal harus menghapuskan kepesertaan mereka di kota yang lama dan kemudian mendaftarkan kepesertaan yang baru di kota tempat tinggal barunya. Bagi warga negara asing setiap melakukan perpindahan kota tinggal, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan meninggalkan Jepang harus selalu melapor ke Kantor Jaminan Sosial. Asuransi ini meng-cover sebanyak 34,7% dari total populasi, dan terdiri dari 3.249 National Health Insurance untuktiapkota dan 166 National Health Insurance Union. Asuransi jenis ini mendapatkan subsidi

dari pemerintah sebesar 50% dari total pengeluaran pemerintah untuk belanja kesehatan. Peserta dan tanggungan dalam jenis asuransi ini mendapatkan 70% benefit dan harus membayarkan 30% sebagai cost sharing, dan ada kemungkinn tambahan untuk biaya obat-obatan, karena tidak seluruh jenis obat di tanggung oleh asuransi ini. Peserta berbagi biaya pengobatan sampai dengan jumlah tertentu3, yang jika melebihi batas tersebut, maka seluruh biaya akan ditanggung oleh asuransi. Kontribusi yang diberikan oleh peserta bergantung pada kemampuan ekonomis masing-masing peserta. Besaran premi yang harus dibayarkan kira-kira dihitung dari gaji peserta, property (asset) dan jumlah keluarga tanggungan. Rata-rata kontribusi yang dibayarkan oleh peserta adalah sebesar 4% dari gaji peserta, pada perhitungan tahun 1997 setiap rumah tangga rata-rata memberikan kontribusi sebesar 158,6 ribu yen pertahun, dan ada bantuan 530 ribu yen per rumah tangga pertahun dari pemerintah. Pembayaran premi dilakukan dengan cara transfer melalui bank ataupun melalui kantor-kantor jaminan kesehatan di tiap kota. Asuransi ini juga memberikan benefit yang cukup besar, yaitu 70% dari total biaya, artinya peserta memberikan cost sharing sebesar 30%. Layanan yang diberikan juga cukup lengkap seperti halnya asuransi Employer Based Insurance, mulai dari sakit secara umum mapun khusus, perawatan gigi, persalinan sampai dengan kematian dan pemakaman peserta atau tertanggung. Namun benefit yang diberikan tidak mencakup orthodontiks, bedah kosmetik, vaksinasi, aborsi, cedera akibat mabuk dan berkelahi. Kecelakaan lalu lintas sampai batas maksimal tertentu menjadi beban peserta, namun jika melewati batas tersebut, biaya akan ditanggung seluruhnya oleh asuransi. 3. National Health Insurance For Elderly, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983 untuk menyebar beban penyediaan pelayanan kesehatan

kepada

skema

asuransi

yang

telah

berjalan

di

Jepang,

dan

diperkenalkannya cost sharing

bagi para lansia. Keanggotaan bagi

asuransi ini diperuntukan bagi penduduk dengan usia yang telah mencapai 70 tahun atau bagi penduduk dari usia 65 69 tahun yang memiliki cacat permanen (disability). Orang usia lanjut dalam kategori ini biasany dimasukan kedalam skema netional health insurance, secara spesifik cost sharing dari peserta asuransi ini adalah 500 yen perhari, sampai dengan maksimum 2000 yen perbulan untuk fasilitas kesehatan yang sama, untuk layanan rawat jalan dan 1.100 yen per hari untuk layanan rawat inap. Asuransi ini membentuk sebuah pembiayaan yang dikumpulkan dari jenis asuransi lain. Seperti pada tahun tahun 1997, data menunjukan kontribusi dari masing-masing jenis asuransi bagi pembiayaan asuransi bagi orang usia lanjut, dimana jumlah peserta Governement Managed Insurance yang ikut berkontribusi untuk asuransi bagi usia lanjut sebesar 5.4% dari seluruh peserta, Society Managed Insurance sebanyak 2.9%, Mutual Aid Association sebanyak 4.1% dan National Health Insurance sebesar 21.1%. dalam perkembangannya cost sharing dari peserta ditiadakan, dengan sistem penjaminan 70% dijamin oleh dana yang dikumpulkan dari kontribusi peserta serta asuransi jenis lain, 20% ditanggung oleh pemerintah pusat dan 10% ditanggung oleh pemerintah lokal. Sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan kesehatan secara jangka panjang bagi penduduk usia lanjut, proporsi yang ditanggung oleh dana publik ditingkatkan pada tahun 1992 dari 30% menjadi 50%. Pada tahun 2003 sebagai bentuk antisipatif dari fenomena population ageing pemerintah mengalihkan pengelolaan jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut menjadi dibawah pemerintah daerah dan membebankan biaya tambahan bagi penduduk usia lanjut yang menjadi peserta asuransi ini. Asuransi ini melingkupi sebanyak 10.1% dari total populasi yang merupakan penduduk usia lanjut dan cacat pada usia 65 69 tahun.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Jepang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari suatu rantai kepulauan. Yang utama adalah Kyushu, Shikoku, Honshu (tempat Tokyo dan Osaka terletak) dan Hokkaido. Tanah berbukit-bukit dan gunung berapi, dan hanya 17% dari luas total diolah. Gunung tertinggi adalah Gunung Fuji (gunung berapi yang tidak aktif) pada 3.776 m4. 2. Jepang memiliki sejarah panjang dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan bagi masyarakatnya. Akar pelaksanaan jaminan kesehatan telah ada di Jepang sejak abad ke 19, tepatnya pada tahun 1835 dimana pada saat itu terdapat semacam skema asuransi dari penduduk secara sukarela untuk mengumpulkan kontribusi berupa bahan pangan (beras) untuk mendapatkan jaminan asuransi bagi seluruh masyarakat, benefit yang diterima masih berupa kebutuhan dasar pada saat itu 3. Di Jepang saat ini terdapat lebih dari 1000 rumah sakit mental, 8700 general hospital dan 1000 comprehensive hospital dengan total 1.5 juta tempat tidur. Ditambah dengan klinik gigi sebanyak 48.000 serta sejumlah 79.000 unit layanan kesehatan dengan fasilitas rawat jalan maupun rawat inap. 4. Jenis jaminan kesehatan terbagi 3, yaitu : a. Employer-Based Insurance adalah sebuah sistem asuransi berbasis tempat kerja yang memberikan bantuan keuangan kepada para pekerja yang digaji oleh perusahaan dan juga kepada anggota keluarga tanggungannya dengan memberikan manfaat asuransi dalam hal sakit, melahirkan luka, dan kematian.

b. National Health Insurance (KokuminKenkou Hoken), adalah sistem asuransi yang meng-cover orang-orang yang tidak tercakup dalam sistem asuransi Employer-Based Insurance. c. National Health Insurance For Elderly, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983 untuk menyebar beban penyediaan pelayanan kesehatan kepada skema asuransi yang telah berjalan di Jepang, dan

diperkenalkannya cost sharing bagi para lansia.

DAFTAR PUSTAKA Francesca Colombo and Nicole Tapay, Private Health Insurance in OECD Countries: The Benefits and Costs for Individuals and Health Systems, 2004 Guy Carrin and Chris James, Social health insurance:Key factors affecting the transition towards universal coverage, World Health Organization Geneva, 2005 Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreygg, Towards sustainable health care systemsStrategies in health insurance schemes in France, Germany, Japan and the Netherlands A comparative study , 2004 Tetsuo Fukawa, Public Health Insurance in Japan, World Bank Institute, 2002 Worawan Chandoevwit, Social Security Systems in Japan: Lessons Learned for Thailand, 2007 http://www.sia.go.jp/e/index.html http://en.wikipedia.org/wiki/Health_care_system_in_Japan http://www.japan-zone.com/new/welfare.shtml www.mhlw.go.jp http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-living-abroad/travel-advice-bycountry/country-profile/asia-oceania/japan?profile=geography

Anda mungkin juga menyukai