Anda di halaman 1dari 3

Etiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit granulamatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tidak hanya mengenai paru, penyakit ini juga dapat mengenai organ lain. Penularan langsung terjadi melalui inhalasi mikroaerosol ekspektorasi (droplet) atau pajanan ke sekresi pasien TB. Selain M. tuberculosis, M.bovis juga menyebabkan TB orofaring dan usus yang berjangkit melalui susu sapi perah yang mengidap tuberkulosis. Sedangkan M.aviumintracellulare merupakan strain yang sering ditemukan pada pasien AIDS, mengenai 10 hingga 30% pasien. Penularan strain ini melalui tanah, air, unggas, babi, dan hewan ternak. Namun, di antara semuanya M.tuberculosis merupakan penyebab tersering.1 Persamaan antara M.tuberculosis hominis dan M.bovis adalah keduanya aerob obligat yang pertumbuhannya dihambat oleh pH kurang dari 6,5 dan asam lemak rantai panjang. Oleh karena itu, kuman TB jarang ditemukan di tengah lesi nekrosis perkijuan karena pH yang rendah, kadar asam lemak yang meningkat, dan anaerobiosis.1 WHO memperkirakan TB menyebabkan 6% kematian di seluruh dunia.1 Pada tahun 2004, penanggulangan global TB oleh WHO menyatakan bahwa 265 kasus/ 100.000 (555.000 kasus) yang 46% di antaranya merupakan kasus baru. Berdasarkan umur, tampak TB bergerak ke kelompok usia tua sekitar 55-64 tahun. Meskipun, sebagian besar kasus saat ini ditemukan pada kelompok usia 15-64 tahun. 2 Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ketiga tertinggi di dunia setelah China dan India. Berdasarkan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati posisi ketiga sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Angka kejadian TB di Indonesia terlepas dari angka kejadian infeksi HIV hingga kini. Akan tetapi, hal ini dapat berubah pada masa mendatang mengingat laporan kasus HIV yang terus meningkat. Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki prevalensi tertinggi TB pada survei tahun 1979-1982.3 Kejadian TB berkaitan erat dengan kemiskinan, kepadatan penduduk, dan penyakit kronis. Insiden kejadiannya juga meningkat pada pasien AIDS. Disamping itu, penyakit tertentu seperti diabetes mellitus, penyakit Hodgkin, penyakit paru kronis, gagal ginjal kronis, malnutrisi, dan alkoholisme mampu meningkatkan faktor risiko.1 Progresivitas penyakit pada pasien yang terinfeksi mungkin terkait genetik (terbukti pada hewan dan diyakini pada manusia bahwa terdapat keterlibatan antigen histokompabilitas HLA-Bw15). 4 Karakteristik Biologi M.tuberculosis4 M. tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang langsing berukuran 0.4 x 3m yang tahan asam dan bersifat aerobik. Disebut basil tahan asam karena sulit didekolorisasi dengan alkohol ataupun asam. Oleh karena sulit didekolorisasi dengan alkohol (95% etil alkohol yang mengandung 3% asam hidroklorat) , mikobakterium tidak dapat diklasifikasikan gram positif atau negatif. Teknik pewarnaan yang digunakan adalah teknik Ziehl Neelsen.

Mikobakteri memperoleh energi dari oksidasi senyawa karbon sederhana dimana peningkatan PCO2 memacu pertumbuhan. Pembelahan biner basil TB adalah 18 jam dan cenderung lebih lambat dibandingkan bakteri lainnya. Perbedaan dengan bakteri umum lainnya adalah mikobakterium resisten terhadap agen antibakterial seperti penisilin dan mampu bertahan dalam kondisi kekeringan dalam waktu yang lama (pada sputum yang kering). Dinding sel M. tuberculosis sebagian besar disusun oleh: a.Lipid Mikobakteri kaya akan lipid khususnya asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78- C90), wax, dan fosfatidat. Di dalam sel, sebagian besar lipid berikatan dengan protein dan polisakarida. Kompleks muramil peptida (dari peptidoglikan) dengan asam mikolat membentuk granuloma,

sedangkan fosfolipid merangsang pembentukan nekrosis perkijuan. Disamping itu, lipid juga membentuk sifat tahan asam pada mikobakteri. b.Protein Tiap mikobakteri memiliki protein yang terikat dengan wax dan menginduksi reaksi tuberkulin. Dengan kata lain, protein tersebut dapat menyebabkan pembentukan berbagai antibodi. c.Polisakarida Peran polisakarida dalam menimbulkan penyakit TB masih belum pasti. Polisakarida bisa menginduksi hipersentivitas tipe cepat dan berperan sebagai antigen ketika bereaksi dengan serum pasien. Transmisi Mycobacterium tuberculosis5 Droplet yang berdiameter 1 hingga 5 m dapat mengandung 2-3 M.tuberculosis. Droplet dihasilkan oleh pasien TB paru atau laring yang batuk, bersin, berbicara, dan bernyanyi. Selain itu, dapat pula dihasilkan ketika pengobatan aerosol, induksi sputum, dan pemeriksaan jaringan atau sputum di laboratorium. Droplet yang berukuran besar bukan merupakan kendaraan yang efektif karena tidak dapat menembus alveoli. Untuk itu, partikel droplet yang berukuran besar terlebih dahulu terperangkap di mukosa dan dibawa ke orofaring untuk dibatukkan keluar atau ditelan. Adapun faktor yang menentukan kecenderungan transmisi M. tuberculosis adalah: 1.jumlah organisme yang keluar ketika batuk, 2.konsentrasi organisme di udara yang ditentukan oleh volume ruangan dan ventilasi, 3.lama waktu pajanan seseorang menghirup udara yang tercemar, 4.daya tahan tubuh dari individu yang terekspos. Pada kehamilan, ibu dengan TB cenderung melahirkan prematur dan anak dengan berat badan yang rendah. Disamping itu, TB juga meningkatkan aborsi spontan dan kematian perinatal. Keparahan sangat bergantung pada waktu diagnosis atau pengobatan. TB kongenital merupakan komplikasi yang jarang terjadi akibat penyebaran hematogen maternal. Sulit untuk mengidentifikasi TB kongenital yang mana gejala baru akan tampak pada usia dua atau tiga minggu setelah lahir (Ormerod 2001). Klasifikasi TB 1.Pembagian secara patologis: tuberkulosis primer (childhood TB) dan tuberkulosis post-primer (adult TB).3 2.Pembagian secara aktivitas radiologis: TB paru (Koch Pulmonum) aktif atau non aktif, dan bentuk aktif yang mulai menyembuh (quiescent).3 3.Pembagian berdasarkan luas lesi secara radiologis3 -tuberkulosis minimal: terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu atau kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. -moderately advanced TB: terdapat kavitas dengan diameter 4 cm. Jumlah infiltrat berupa bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru. -far advanced TB: terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi moderately advanced TB. 4.Klasifikasi berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis merupakan klasifikasi yang paling sering dipakai di Indonesia, meliputi:3 -tuberkulosis paru (aktif) -bekas tuberkulosis paru -tuberkulosis paru tersangka yang dibagi menjadi a) TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif + tanda lainnya positif), b)TB paru yang tidak dapat diobati (sputum BTA negative + tanda lainnya meragukan). Dalam 2-3 bulan, TB tersangka harus dipastikan apakah termasuk TB aktif atau bekas TB. Dalam klasifikasi ini, perlu pula dicantumkan status bakteriologi, mikroskopik sputum BTA (langsung), biakan sputum BTA, status radiologis terkait TB, dan status kemoterapi (riwayat pengobatan TB). 5.Menurut American Thoracic Society5

Perbandingan TB Laten dan Aktif Kelas 2,3, dan 4

Referensi: 1.Maitra A, Kumar V. Paru dan saluran napas atas. Dalam buku ajar patologi Robbins. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2007, hlm.5442.Epidemiologi TBC di Indonesia. Diunduh dari http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/epidemiologitb-di-indonesia/article/55/000100150017/2. Diakses pada 12 Juli 2011, pk.01.46. 3.Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2010, hlm. 2231-4. 4.Jawetz, Melnick, Adelbergs. Medical microbiology: mycobacteria. 24th ed. The McGraw -Hill companies,2007. 5.Diagnostic standards and classification of tuberculosis in adults and children. Am. J. Respir. Crit. Care Med. Volume 161, Number 4, April 2000, 1376-1395. 6.Tuberculosis classification. Diunduh dari www.co.sanmateo.ca.us/vgn/images// 930954246tb _classification.pdf. Diakses pada 13 Juli 2011, pk. 16.28.

Anda mungkin juga menyukai