Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Penunjang untuk PID

dengan satu komentar Pemeriksaan Penunjang untuk PID Pemeriksaan yang mungkin tersedia untuk nendiagnosis PID akut memiliki sensitifitas yang rendah. Tes darah seperti hitung leukosit, laju endap darah, dan CRP relatif tidak spesifik. Hasilnya mungkin tinggi pada PID, tepi pada kasus yang ringan dapat normal. Leukositosis sering tidak ditemukan pada infeksi non piogenik. Tes kehamilan terutama yang mengukur beta HC serum, perlu dilakukan untuk menyingkirkan kehamilan ektopik dari yang gangguan pada o!arium yang terkait kehamilan intrauterin muda. Tes ini harus dilakukan sebelum menunda terapi antibiotika. Di banyak rumah sakit tes ini tersedia sebagai pemeriksaan kasus darurat. "ika tidak tersedia, tes kehamilan ini sederhana menggunakan urin hampir sama akuratnya. Tes mikrobiologi Tes mikrobiologi berikut seharusnya dita#arkan ke semua #anita yang di$urigai menderita PID% & Hapusan endoser!iks untuk kultur gonore 'diletakkan pada medium transport (tuarts atau )mies* dan segera diperiksa setelah + jam atau selambatnya ,- jam, jika tidak !iabilitasnya akan hilang. & Hapusan endoser!iks untuk tes amplifikasi asam nukleat klamidia 'kultur klamidia atau tes .I) 'en/ym linked imunnosorbent assays* memiliki sensiti!itas yang rendah, meskipun .I) masih digunakan segara luas*. Deteksi gonore atau klamidia pada ser!iks meningkatkan kemungkinan PID sebagai penyebab nyeri perut ba#ah, namun banyak pula #anita dengan PID memberikan hasil negatif saat pemeriksaan traktus genital bagian ba#ah. 0urangnya sel polimorfonuklear pada hapusan ser!ikal dengan pe#arnaan gram membuat kemungkinan PID tidak terlalu di$urigai, namun keberadaan sal polimorfonuklear tidak spesifik, yaitu tiadanya sel polimorfonuklear memiliki nilai prediksi negatif yang baik dan adanya sel polimorfonuklear memiliki nilai prediktif positif yang buruk untuk PID. (krining untuk infeksi menular seksual lainnya harus dita#arkan pada #anita dengan hasil tes positif untuk gonore dan klamidia, dan pada mereka yang memiliki resiko tinggi terkena infeksi. (krining yang memadai seharusnya men$akup% & Pemeriksaan mikroskop dan1kultur untuk Tri$homonas !aginalis & Tes antibodi HI2 & (erologi sifilis "ika dilakukan laparoskopi atau laparotomi maka spesimen dari tuba fallopi seharusnya juga dikirim untuk kultur bakteri, termasuk gonore. 0ultur klamidia juga dapat dilakukan untuk sampel ini, namun sensitifitasnya rendah, memerlukan media transport khusus dan tidak tersedia luas. Pemeriksaan radiologis 3ltrasonografi trans!aginal dapat berguna jika terdapat kesulitan menegakkan diagnosis. Tidak ada $iri khusus yang patognomonik untuk PID akut. Cairan bebas di $a!um douglasi adalah temuan yang normal dan tidak banyak membantu menyingkirkan kehamilan ektopik, kista o!arium, atau apendisitis, dan dapat pula mengidentifikasi tuba yang terdilatasi atau abses tuba. 4aru5baru ini penggunaan po#er Doppler untuk mendiagnosa tuba yang terdilatasi dan meradang serta massa tuba5o!arian dianggap $ukup akurat. Pemeriksaan ini membutuhkan ekspertisi dan mungkin tidak tersedia pada kondisi ga#at darurat, sehingga memiliki sangat sedikit manfaat untuk diagnosis rutin PID. 6RI dapat membantu menegakkan diagnosis bila diperlukan, namun tidak tersedia luas sehingga tidak termasuk dalam penanganan rutin. CT ($an pada PID akut dapat menunjukkan gambaran jelas bidang fasial pel!is, penipisan bidang ligamen uterosakral, dan akumulasi $airan di tuba dan kanal endometrial. Pada abdomen atas dapat membuktikan perihepatitis. Penggambaran

jelas kapsul hepatik dan splenik pada CT ($an abdomonal dianggap khas untuk sindrom 7it/5Hugh5Curtis namun memiliki nilai ke$il untuk in!estigasi rutin Pemeriksaan bedah 3ntuk beberapa tahun laparoskopi dianggap sebagai prosedur diagnostik definitif untuk PID dan kemungkinan tetap lebih sensitif dari pada pemeriksaan lainnya yang tersedia saat ini. Pada banyak kasus akan ditemukan bukti jelas berupa tuba yang terdilatasi dan hiperemi dengan eksudat radang dan fibrinosa menyelubungi tuba dan fundus uteri. Pada kasus ringan peradangan intraluminal tuba dapat terle#atkan dan !ariasi hasil pengamat antar pemeriksa sering terjadi. Hal ini mengarahkan hapusan sebaiknya diambil dari ujung fimbrial tuba, yang dapat lebih akurat dari hapusan endoser!iks, namun manfaat utama laparoskopi adalah untuk menyingkirkan diagnosis lain. (ebagai prosedur yang infasif, laparoskopi digunakan hanya untuk kasus yang memiliki keraguan dalam penegakan diagnosis PID akut atau pada kasus dimana pasien tidak berespon pada antibiotik dalam -859, jam. Tidak terdapat bukti yang mendukung penggunaan rutin histeroskopi atau biopsi endometrial pada diagnosis rutin PID akut. Teknik endoskopi yang paling in!asif, seperti falloskopi, berpotensi bahaya dan tidak digunakan dalam penanganan.

Atresia Duodenum 2009


dengan : komentar )tresia Duodenum Definisi )tresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum 'bagian pertama dari usus halus* tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus. .tiologi 6eskipun penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui, patofisologinya telah dapat diterangkan dengan baik. (eringnya ditemukan keterkaitan atresia atau stenosis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bah#a anomali ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa a#al kehamilan. )tresia duodenum berbeda dari atresia usus lainnya, yang merupakan anomali terisolasi disebabkan oleh gangguan pembuluh darah mesenterik pada perkembangan selanjutnya. Tidak ada faktor resiko maternal sebagai predisposisi yang ditemukan hingga saat ini. 6eskipun hingga sepertiga pasien dengan atresia duodenum menderita pula trisomi ,; 'sindrom Do#n*, namun hal ini bukanlah faktor resiko independen dalam perkembangan atresia duodenum. Patofisiologi angguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal yang tidak adekuat 'elongasi saluran $erna melebihi proliferasinya* atau kegagalan rekanalisasi pita padat epithelial 'kegagalan proses !akuolisasi*.

4anyak peneliti telah menunjukkan bah#a epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan :<5+< hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal se$ara sempurna. Proses selanjutnya yang dinamakan !akuolisasi terjadi saat duodenum padat mengalami rekanalisasi. 2akuolisasi diper$aya terjadi melalui proses apoptosis, atau kematian sel terprogram, yang timbul selama perkembangan normal di antara lumen duodenum. 0adang5kadang, atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular 'jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum*. Hal ini sepertinya lebih akibat gangguan perkembangan duodenal daripada suatu perkembangan dan1atau berlebihan dari pan$reati$ buds. Pada tingkat seluler, traktus digesti!us berkembang dari embryoni$ gut, yang tersusun atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm, dikelilingi sel yang berasal dari mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini tampaknya memainkan peranan sangat penting dalam mengkoordinasikan pembentukan pola dan organogenesis dari duodenum. .pidemiologi Insiden atresia duodenum di )merika (erikat adalah ; per +<<< kelahiran. =bstruksi duodenum kongenital intrinsik merupakan dua pertiga dari keseluruhan obstruksi duodenal kongenital 'atresia duodenal -<5+<>, duodenal #eb :?5-?>, pankreas anular ;<5:<>, stenosis duodenum 95,<>*. Insiden obstruksi kongenital di 7inlandia 'intrinsik, ekstrinsik, dan $ampuran* adalah ; per :-<< kelahiran hidup. Tidak terdapat predileksi rasial dan gender pada penyakit ini. 6ortalitas dan 6orbiditas "ika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya akan segera menjadi fatal sebagai akibat gangguan $airan dan elektrolit. (ekitar setengah dari neonatus yang menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur. Hidramnion terjadi pada sekitar -<> kasus obstruksi duodenum. )tresia atau stenosis duodenum paling sering dikaitkan dengan trisomi ,;. (ekitar ,,5:<> pasien obstruksi duodenum menderita trisomi ,;. 6anifestasi Penyakit )tresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. 0asus stenosis duodenal atau duodenal #eb dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak5kanak atau remaja. Penggunaan 3( telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian $ohort besar untuk ;8 ma$am malformasi kongenital di ;; negara .ropa, ?,> bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in utero. =bstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double5bubble 'gelembung ganda* pada 3( prenatal. elembung pertama menga$u pada lambung, dan gelembung kedua menga$u pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. Diagnosis prenatal memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu mera#at bayi dengan anomali saluran $erna. ejala atresia duodenum% & 4isa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas & 6untah banyak segera setelah lahir, ber#arna kehijauan akibat adanya empedu 'biliosa* & 6untah terus5menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam & Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air ke$il & Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium. Tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi. )tresia duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah lahir. (eringkali muntahan tampak biliosa, namun dapat pula non5biliosa karena ;?> kelainan ini terjadi proksimal dari ampula 2aterii. "arang sekali, bayi dengan stenosis duodenum mele#ati deteksi abnormalitas saluran $erna dan bertumbuh hingga anak5anak, atau lebih jarang lagi hingga de#asa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial. (ebaiknya pada anak yang muntah dengan tampilan biliosa harus

dianggap mengalami obstruksi saluran $erna proksimal hingga terbukti sebaliknya, dan harus segera dilakukan pemeriksaan menyeluruh. (etelah dilahirkan, bayi dengan atresia duodenal khas memiliki abdomen skafoid. 0adang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum proksimal. Pengeluaran mekonium dalam ,- jam pertama kehidupan biasanya tidak terganggu. Dehidrasi, penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit segera terjadi ke$uali kehilangan $airan dan elektrolit yang terjadi segera diganti. "ika hidrasi intra!ena belum dimulai, maka timbullah alkalosis metabolik hipokalemi1hipokloremi dengan asiduria paradoksikal, sama seperti pada obstruksi gastrointestinal tinggi lainnya. Tuba orogastrik pada bayi dengan suspek obstruksi duodenal khas mengalirkan $airan ber#arna empedu 'biliosa* dalam jumlah bermakna. Radiografi polos yang menunjukkan gambaran double5bubble tanpa gas pada distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal. )danya gas pada usus distal mengindikasikan stenosis duodenum, #eb duodenum, atau anomali duktus hepatopankreas. 0adang kala perlu dilakukan pengambilan radiograf dengan posisi pasien tegak atau posisi dekubitus. "ika dijumpai kombinasi atresia esofageal dan atresia duodenum, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi. Diagnosis 4anding Diagnosis banding untuk atresia dan stenosis duodenum pada neonatus men$akup% & )tresia esofagus & 6alrotasi dengan !ol!ulus midgut & (tenosis pilorus & Pankreas anular & 2ena portal preduodenal & )tresia usus & Duplikasi duodenal & =bstruksi benda asing & Penyakit Hirs$hsprung & Refluks gastroesofageal Penanganan Tuba orogastrik dipasang untuk mendekompresi lambung. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi dengan memberikan $airan dan elektrolit melalui infus intra!ena. Lakukan juga e!aluasi anomali kongenital lainnya. 6asalah terkait 'misalnya sindrom Do#n* juga harus ditangani. Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukan namun tidak darurat. Pendekatan bedah tergantung pada sifat abnormalitas. Prosedur operatif standar saat ini berupa duodenoduodenostomi melalui insisi pada kuadran kanan atas, meskipun dengan perkembangan yang ada telah dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia duodenum dengan $ara yang minimal in!asif. Prognosis 6orbiditas dan mortalitas telah membaik se$ara bermakna selama ?< tahun terakhir. Dengan adanya kemajuan di bidang anestesi pediatrik, neonatologi, dan teknik pembedahan, angka kesembuhannya telah meningkat hingga @<>. 0omplikasi Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. 6udah terjadi dehidrasi, terutama bila tidak terpasang line intra!ena. (etelah pembedahan, dapat terjadi komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum 'megaduodenum*, gangguan motilitas usus, atau refluks gastroesofageal. (umber% ;. 6andel . Duodenal )tresia. )!ailable at http%11emedi$ine.meds$ape.$om1arti$le1-<8?8,5print. 3pdated% )ug ,8, ,<<9 ,. )nonym. Duodenal )tresia. )!ailable at http%11###.nlm.nih.go!1medlineplus1print1en$y1arti$le1<<;;:;.htm. 3pdated% )ug 9, ,<<9

:. Lehrer ". Duodenal )tresia. )!ailable at http%11health.nytimes.$om1health1guides1disease1duodenal5atresia1o!er!ie#.html. 3pdated% )ug 9, ,<<9 -. 0arrer 7, Potter D, Calkins C. Duodenal )tresia. )!ailable at http%11emedi$ine.meds$ape.$om1arti$le1@:,@;95print. 3pdated% 6ar :, ,<<@ ?. Centre for )rab enomi$ (tudies. Duodenal )tresia. In% The Catalogue for Transmission eneti$s in )rabs. ,<<? +. )nonym. Duodenal )tresia. )!ailable at http%11###.e5 radiography.net1radpath1radpathindeA.htm 9. 6iller 7, Laing 7. Duodenal )tresia. )!ailable at http%11brighamrad.har!ard.edu1edu$ation1online1t$d1t$d.html. 3pdated% "une 8, ;@@'Boseph L (amodra1tugas 006 bedah ,<<@*

Anda mungkin juga menyukai