Anda di halaman 1dari 6

1

A. PENDAHULUAN Dalam beberapa ceramah atau mauizhah hasanah yang sering disampaikan oleh muballigh dalam acara taziyah ada sebuah hadis Nabi yang sering disampaikan sehingga hadis tersebut tidak asing lagi terdengar ditelinga para hadirin yang berhadir, yaitu:


Artinya: Apabila seorang manusia telah meninggal dunia putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, ilmu yang bermanfaat, shadaqah jariyah, dan anak yang shaleh yang mendoakan orang tuanya. Hadits tersebut menurut penulis penting untuk diteliti dan didalami, dengan memepertimbangkan kualitas, sanad dan syarah hadis. Selain itu semakin maraknya perselisihan di antara para ulama tentang sampai atau tidaknya pahala yang diusahakan oleh orang yang masih hidup untuk dikirimkan kepada orang yang sudah meninggal, memberi inspirasi bagi penulis untuk memahami tentang maksud hadits ini, sebagai pegangan dalam prinsip dan memahami persoalan yang ada. Dalam penulisan makalah ini, penulis sepenuhnya menyadari bahwa banyak

terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun kandungan makalah ini sendiri. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan kekurangan tersebut sehingga makalah ini dapat mendekati kebenaran dan kesempurnaan. B. PELACAKAN SUMBER HADIS Penulis menemukan tujuh sumber terhadap hadits yang artinya disebutkan di atas, yaitu: Sunan Abi Daud 2494:

Shahih Muslim 3084: Sunan Attirmidzi 1297:

Sunan Annasai 3591:

Sunan Ibnu Majah 238:

Musnad ahmad 8489:


Sunan Addarimi 558:


Dalam skema sanad ini penulis menampilkan seluruh sanad hadits yang

C. SKEMA SANAD

dipaparkan di atas. Skema sanad ini dilengkapi dengan tahun wafat dan peringkat kualitas masing-masing perawi. Adapun skema sanadnya adalah sebagai berikut: D. KRITIK SANAD Dari tujuh sanad di atas, penulis menyajikan informasi secara lengkap, salah satunya yaitu hadits ke 8489 yang diriwayatkan oleh Ahmad , baik terkait biografi, guru, murid, dan kualitas masing-masing perawi.
a. Abu Hurairah

Nama lengkapnya Abdurrahman ash-Sakhra yang biasa disebut Abu Hurairah. Ia hidup dan wafat di Madinah pada tahun 57 H. Beliau pernah belajar terhadap 14 guru di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan,

sedangkan yang pernah berguru kepada beliau ada 411, di antaranya adalah Abu Shalil Dzakwan, Abu al-Ghaz Rabiah ibn Amr, Abu Bakr Rabah ibn Abdirrahman dan Abdurrahman bin Yaqub. Karena ia seorang Sahabat, maka secara otomatis oleh kritikus dimasukkan kedalam kategori adil dan tsiqah.
b. Abdurrahman bin Yaqub

Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Yaqub dengan laqab Maula al-Harqah, beliau lahir di Madinah hanya saja tidak diketahui tahun lahir dan wafatnya. Beliau pernah belajar kepada 3 guru, di antaranya Abu Hurairah/ Abdurrahman ash-Sakhra, yaqub Maula al-harqah, dan Saad bin Malik, sedangkan yang pernah berguru terhadap beliau ada lima, diantaranya Muhammad bin Ibrahim, Muhammad bin Amru, dan al-Ulai bin Abdurrahman. Komentar para kritikus terhadap beliau adalah sebagai berikut: al-Ajli tsiqah, an-Nasai tidak ada kehawatiran terhadapnya, Ibn Habban tsiqah, dan adz-Dzahabi tsiqah.
c. Al-Ulai bin Abdurrahman

Nama lengkapnya adalah al-Ulai bin Abdurrahman bin Yaqub, beliau lahir di Madinah dan wafat pada tahun 132 H. Hanya saja tidak diketahui tahun kelahirannya. Beliau pernah belajar terhadap 11 guru, di antaranya Abbas bin Sahal, Abdullah bin as-Saib, dan Abdurrahman bin Yaqub, sedangkan yang pernah berguru terhadapnya ada 25, di antaranya Hafs bin Maisarah, Ismail bin Ibrahim dan Ismail bin Jafar. Komentar para kritikus terhadap beliau adalah sebagai berikut: Ahmad bin Hambal tsiqah, Abu Hatim ar-Razi shalih, an-Nasai tsiqah menurut ahli hadits, atTirmidzi tidak ada kehawatiran terhadapnya, Ibnu Adi saya tidak melihatnya menghawatirkan, Ibnu Habban tsiqah.
d. Ismail bin Jafar

Nama lengkapnya adalah Ismail bin Jafar bin Abi Katsir, lahir di Madinah dan wafat di Baghdad tahun 180 H. Beliau pernah belajar kepada 24 guru, di antaranya Utbah bin Abi Utbah Muslim, Abdullah bin Abdurrahman, dan al-Ulai bin Abdurrahman, sedangkan yang pernah berguru terhadapnya ada 23, di antaranya Ibad bin Musa, Ali bin Hajar, dan Sulaiman bin Daud. Komentar para kritikus terhadap beliau adalah sebagai berikut: Ahmad bin Hambal tsiqah, Ali bin Madiny tsiqah, Yahya bin Muin tsiqah, Muhamad bin Saad tsiqah, an-Nasai tsiqah dan Abu Zarah Arrazi tsiqah.
e. Sulaiman bin Daud

Nama lengkapnya adalah Sulaiman bin Daun bin Daud bin Ali, lahir di Baghdad dan wafat di baghdad pada tahun 219 H. Beliau pernah belajar kepada 8 guru, di antaranya Ibrahim bin Saad, Abu Bakar bin Iyas, dan Ismail bin Jafar. Sedangkan yang pernah berguru terhadapnya ada 7, di antaranya Ahmad bin Hasan, al-Hasan bin Ali, dan Abbas bin Abdul Adzim. Komentar para kritikus terhadap beliau adalah sebagai berikut: Ahmad bin Hambal benar dalam perselisihan, al-Ajli tsiqah, Muhammad bin saad tsiqah, Yaqub bin Syaibah tsiqah shuduq, Abu Hatim Arrazi tsiqah, an-Nasai tsiqah terpercaya.
f.

Ahmad bin Hambal Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad. Beliau dilahirkan di baghdad pada tahun 164 H dan wafat di Baghdad pada tahun 241 H. Beliau pernah berguru kepada 414 guru, di antaranya Hasyim bin Basyir, Sufyan bin Uyainah, dan Ibrahim bin Saad. Sedangkan yang pernah belajar kepadanya ada 5000 lebih, dan yang menulis maqalah darinya sekitar 500 orang. Diantaranya Imam Syafii, Abdurrahman bin Mahdy, dan Yahya bin Adam. Komentar para kritikus terhadap beliau adalah sebagai berikut: Qutaibah orang yang terbaik di zaman kami, Asyafii benar dalam meriwayatkan hadits, Ali bin madiny orang yang memuliakan agam Islam, Abu ubaidah orang yang paling faham diantara orang alim, Abu jafar orang yang paling alim agama, Ibnu muin meriwayatkan hadits karena Allah, Ibrahim orang yang alim pada zamannya, Ibnu Abi Hatim kuat hafalanya dan baik pemahamanya.

E. KUALITAS HADIS Penulis berkesimpulan bahwa kualitas hadits di atas adalah hasan lidzatihi1. Karena ada salah satu perawi yang menempati urutan ke lima dalam kualitas tadilnya (cari komentar penilaian kualitas hadis para kritikus terhadap hadis ini dan alasannya) , dan tidak ditemukan sanad lain yang dapat menjadikannya menjadi shahih lighairihi2. F. SYARAH HADIS Menurut Syarah Imam Nawawi bahwa apabila seseorang meninggal maka terputuslah amal perbauatannya dan terputus pula kesempatan untuk berbuat baik kecuali tiga perkara, hal ini dikarenakan adanya faktor yang menyebabkanya. Anak yang shalih

Hasan Lidzatihi adalah hadis hasan dengan sendirinya karena telah memenuhi segala kriteria dan persyaratan yang ditentukan. 2 Shahih Lighairihi adalah hadis-hadis dhaif yang tidak terlalu parah kedhaifannya dan diriwayatkan dengan melalui beberapa jalur.

dapat memberi manfaat dikaranakan usahanya, orang yang berilmu dapat mendapat pertolongan dikarenakan terus mengalirnya ilmu yang diajarkannya, baik berupa pengajaran maupun kitab karanganya dan begitu juga shadaqah jariyah dapat memberi pahala, dikarenakan barang yang telah dikeluarkannya. Hadits ini merupakan fadilah pernikahan dalam mendambakan anak shalih (lebih lengkapnya dijelaskan dalam bab nikah), selain juga merupakan dalil tentang sahnya hakikat dan agungnya pahala sadaqah, dan menjelaskan tentang keutamaan ilmu serta motivasi untuk memperbanyak sadaqah. Hadits ini menunjukan tentang indahnya mewariskan ilmu baik dengan cara pengajaran, penyusunan kitab dan memberikan pemahaman bagi orang lain. Maka sudah selayaknya bagi seseorang untuk memelih ilmuilmu yang bermanfaat. Hadits ini juga menunjukan bahwasannya doa itu bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal, begitu pula dengan shadaqah yang keduanya merupakan suatu kesatuan. Selain itu, dengan membayar hutang juga dapat memberikan pahala. Menurut Imam Syafii dan para pengikutnya haji itu dapat memberi pahala bagi orang yang meninggal, karena haji juga merupakan wujud dari pembayaran hutang, jika haji tersebut menjadi kewajiban. Namun apabila haji tersebut adalah wasiat maka haji merupakan wujud pelaksanaan wasiat. Apabila seseorang meninggal dan masih memilki tanggungan puasa maka hendaknya ada yang berpuasa untuknya (lebih lengkapnya dijelaskan dalam bab puasa). Adapun pembacaan al-Quran dan shalat menurut Imam Syafii dan jumhur ulama itu tidak sampai kepada orang yang meninggal, namun hal ini masih merupakan permasalahan khilaf dikalangan ulama. G. PENUTUP Berdasarkan penelitian hadits ini, penulis dapat mengambil itibar, bahwa kita sebagai pemuda muslim hendaknya dapat meneladani sabda Rasulullah ini, yaitu dengan menjadi anak yang tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah untuk orang tua kita meskipun mereka telah meninggal, mengamalakan ilmu yang kita miliki, karena pahala dari ilmu yang bermanfaat terus akan mengalir sebagaimana ilmu tersebut, dan menshadaqahkan sebagian harta kita sebagai waqaf karena pahala shadaqah akan terus mengalir seiring dengan bertahannya kemanfaatan harta yang kita shadaqahkan. H. DAFTAR PUSTAKA Abudllah bin Abdurrahman abu Muhammad ad-Darimi, Sunan ad-Darimi (Beirut: Darul kitab al-Arabi, 1407 H, Edisi ke-1, 2 jilid, ditahqiq oleh Fawaz Ahmad Zamrani), jilid 1.

Ahmad bin Hambal Abu Abdilllah as-Syaibani, Musnad Ahmad (Mesir: Muassasah Qurtubah, T.t, 6 jilid), jilid 2. Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman an-Nasai, Sunan Alkubra (Beirut: Darul kitab alIlmiah, 1991, edisi ke-1, 6 jilid, ditahqiq oleh Abdul Gaffar Albandari), jilid 4. Muhammad bin Isa Abu Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi (Beirut: T.p, T.t, 5 jilid, ditahqiq oleh Ahmad Muhammad Syakir), jilid 3. Muhammad bin Yazid abu Abdillah, Sunan Ibnu Majjah (Beirut: Darul fikr, T.t, 2 jilid, ditahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi), jilid 1. Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim (Beirut: Dar at-Turats al-Araby, T.t, 5 jilid, ditahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi), jilid. Sulaiman bin Asyab Abu dawud, Sunan Abu Dawud (T.k: Darul Fikr, T,t, Edisi ke-3, 4 jilid, ditahqiq oleh Muhamad Muhyiddin Abdul Hamid), jilid 1. Global Islamic software company, Mausuah Hadits Asyarif, vol: 2.00, 1991-1997. Markaz Atturats, al-Maktabah Alfiyah Lisunnah Nabawiyah, vol: 1,5, Yordania, 1141 H.

Anda mungkin juga menyukai