PERANAN LASER PADA PENATALAKSANAAN SIKATRIKS ATROFIK PASCA AKNE: TEKNIK ABLATIF, NONABLATIF DAN FRAKSIONAL
Fitria Agustina, R. Inge Ade Krisanti, Aryani Sudharmono Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Indonesia/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
ABSTRAK
Akne merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Sekitar 95-100% laki-laki serta 83-85% perempuan kelompok usia 16-17 tahun menderita akne. Kerusakan kolagen dan jaringan lainnya karena respons inflamasi pada akne akan menyebabkan perubahan struktur kulit permanen dan jaringan fibrotik atau yang biasa disebut sikatriks pasca akne. Sikatriks pasca akne terjadi pada hampir 95% pasien akne dan berhubungan dengan derajat keparahan serta terlambatnya pengobatan akne. Sikatriks pasca akne dapat menyebabkan masalah estetik dan psikososial pada pasien sehingga diperlukan penanganan yang tepat. Saat ini laser skin resurfacing menjadi modalitas yang cukup popular untuk terapi sikatriks pasca akne meskipun tidak selalu efektif untuk semua tipe sikatriks pasca akne. Secara umum jenis laser yang dapat digunakan pada penatalaksanaan sikatriks atrofik pasca akne terdiri atas teknik ablatif, nonablatif dan fraksional. Pemilihan jenis laser bergantung pada jenis sikatriks, keadaan pasien, dan keahlian operator dalam pemilihan parameter yang digunakan. Tetapi dari berbagai macam terapi laser yang dapat dilakukan, tidak ada satupun yang memberikan hasil sempurna. Terapi yang terbaik adalah kombinasi antara beberapa modalitas untuk hasil yang lebih memuaskan. Kata kunci: sikatriks atrofik pasca akne, laser ablatif, laser nonablatif, laser fraksional
ABSTRACT
Acne is a very common skin disease that affects 95-100% of boys and 83-85% of girls at 16-17 years old. Acne scar is a consequence of damage of collagen and other tissues due to inflammatory response which cause permanent changes of skin structures and fibrous tissues. Acne scars may affect 95% of acne patients, relating to both acne severity and delayed treatment. It may cause a esthetic and psychosocial problems for the patients. Laser skin resurfacing has become a popular therapeutic modality for the correction of acne scar, but it is not always effective in all types of acne scars. In general, there are two types of laser for correcting atrophic acne scars, ablative, nonablative and fractional techniques. Choosing types of laser depends on the type of acne scars, characteristic of patients and operator skills. None of the various types of laser gives perseet results to overcome atrophic acne scars. The best treatment is combination therapy of several modalities for better result. Key words: atrophic acne scars, ablative laser, nonablative laser, fractional laser
PENDAHULUAN
Akne merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Sekitar 95-100% laki-laki serta 83-85% perempuan usia 16-17 tahun menderita akne.1, 2 Prevalensi akne pada perempuan dewasa sekitar 12% dan lakilaki dewasa sekitar 3%.3 Dalam suatu penelitian lain didapatkan bahwa akne masih menjadi masalah kulit sampai melewati usia remaja dengan prevalensi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki pada rentang usia 20 tahun atau lebih.4 Patogenesis akne melibatkan 4 proses utama, yaitu peningkatan produksi sebum, hiperkornifikasi folikular, proliferasi Propionibacterium acnes, serta respons inflamasi limfosit dan neutrofil.4, 5 Kerusakan kolagen dan jaringan lainnya karena respons inflamasi pada akne akan menyebabkan perubahan permanen struktur kulit dan jaringan fibrotik atau yang biasa disebut sikatriks pasca akne.6 Sikatriks pasca akne terjadi pada hampir 95% pasien akne dan berhubungan dengan derajat keparahan serta terlambatnya pengobatan akne.1, 7, 8 Secara umum sikatriks pasca akne dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu sikatriks dengan berkurangnya jaringan (atrofik) dan sikatriks dengan berlebihnya jaringan (hipertrofik). 9 Di Divisi Dermatologi Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, insidens sikatriks atrofik pasca akne pada tahun 2007 sebesar 5,33% dari 4.149 kasus.10 Sikatriks pasca akne dapat menyebabkan masalah estetik dan psikososial pada pasien sehingga diperlukan penanganan yang tepat. Hal ini menjadi tantangan bagi dokter dalam mengatasinya. 11 Terdapat
berbagai macam modalitas terapi dalam penanganan sikatriks pasca akne, terutama sikatriks atrofik, yaitu terapi topikal (retinoid), subsisi, eksisi punch, peeling kimia, dermabrasi, augmentasi jaringan, dan laser.5, 12 Saat ini laser skin resurfacing menjadi modalitas yang cukup popular untuk terapi sikatriks pasca akne, namun tidak selalu efektif untuk semua tipe sikatriks pasca akne.12, 13 Dalam makalah ini akan dibahas mengenai peranan laser pada penatalaksanaan sikatriks atrofik pasca akne, yaitu teknik ablatif , nonablatif dan fraksional.
Hingga saat ini belum ada klasifikasi standar untuk menentukan tipe sikatriks dan derajat keparahan sikatriks pasca akne secara klinis.12, 17, 18 Jacob dkk. mengklasifikasi sikatriks atrofik pasca akne menjadi 3 tipe berdasarkan bentuk dan kedalamannya, yaitu sikatriks icepick, sikatriks rolling, dan sikatriks boxcar. Sikatriks boxcar dibagi menjadi dangkal dan dalam. Klasifikasi sikatriks pasca akne ini berhubungan dengan pemilihan metode terapi.5 Pada satu daerah biasanya terdiri atas campuran beberapa tipe sikatriks pasca akne.8 Sikatriks icepick berbentuk sempit (<2 mm), dalam, berbatas tegas dan meluas secara vertikal ke dermis bawah atau jaringan subkutan. Biasanya permukaan sikatriks terbuka dan lebih lebar dari pada bagian bawahnya.5 Sikatriks icepick terjadi setelah infeksi berupa kista yang dalam. Jaringan kulit hancur dan meninggalkan kolom panjang seperti sikatriks.19 Sikatriks rolling terjadi karena tarikan dermal dan biasanya lebih lebar dari 4-5 mm. Jaringan fibrosa abnormal tertanam pada dermis sampai subkutis menyebabkan bayangan superfisial dan gambaran bergelombang dibandingkan dengan kulit sekitarnya. Meskipun sikatriks rolling dangkal, tetapi tarikan subdermal menjadi faktor penghambat keberhasilan terapi topikal. Koreksi komponen subdermal sangat penting dalam keberhasilan terapi.5, 19 Sikatriks boxcar terlihat sebagai cekungan kulit yang berbentuk bulat sampai oval, berbatas tegas, vertikal pada bagian tepi, dan mirip sikatriks pasca varisela.5 Sikatriks boxcar terjadi karena peradangan merusak kolagen dan menyebabkan hilangnya jaringan.19 Sikatriks boxcar lebih lebar pada permukaan dibandingkan dengan sikatriks icepick dan tidak meruncing pada bagian bawah. Sikatriks boxcar dapat dangkal (0,1-0,5 mm) atau dalam (5 mm) dan berdiameter 1,5-4 mm.5
Setiap tipe sikatriks pasca akne membutuhkan metode yang tepat agar didapatkan perbaikan secara optimal. Sikatriks icepick dalam diterapi dengan eksisi punch. Eksisi punch dapat dipilih untuk terapi sikatriks boxcar dalam yang sempit (<3 mm), sedangkan sikatriks boxcar dalam yang lebar (3 mm) dengan dasar normal diterapi dengan eksisi punch atau elevasi punch. Terapi terbaik untuk sikatriks boxcar dangkal dengan laser resurfacing. Sikatriks rolling diterapi dengan subsisi, meskipun terdapat perbaikan dengan terapi laser. Terapi kombinasi antara tindakan bedah dan laser dilaporkan memberikan hasil yang baik pada sebagian besar tipe sikatriks atrofik pasca akne.5, 20 Berbagai macam alternatif terapi sikatriks atrofik pasca akne tercantum dalam tabel 1.5
Tabel 1. Tipe sikatriks atrofik pasca akne dan pilihan terapi yang sesuai* Scar type Icepick Rolling Boxar Shallow < 3 mm diameter > 3 mm diameter Deep < 3 mm diameter > 3 mm diameter Post-Subcision punch elevation, punch excision +/-, With or without Treatment Punch excision Subcision +/- laser resurfacing
_____________________________
* Dikutip dari kepustakaan 5
Panas yang ditimbulkan oleh laser akan menyebabkan kerusakan epidermis dan dapat berakibat terbentuknya bula, dispigmentasi, atau sikatriks. Untuk mengurangi hal tesebut terdapat mekanisme pendingin. Terdapat 3 prinsip utama dalam penghantaran mekanisme pendingin, yaitu precooling, parallel cooling dan postcooling.21, 22 Efek fototermal merupakan efek pada jaringan akibat produksi energi panas karena absorpsi energi laser. Efek fototermal laser pada jaringan dapat irreversible dan reversible terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu vaporisasi (>100C), koagulasi dan nekrosis (50-100C), kerusakan jaringan reversible (<50C), dan difusi termal. Laser nonablatif hanya mengakibatkan kerusakan jaringan yang reversible.23 Kerusakan sel mulai terjadi saat suhu jaringan mencapai 5-10C. Deaktivasi enzim sel terjadi pada suhu 40-45C dan bersifat reversibel. Suhu lebih dari 60C menyebabkan denaturasi sebagian besar protein, suhu lebih dari 70C menyebabkan denaturasi DNA. Evaporasi air dari jaringan dengan pengerutan sel, hiperkromasia, ruptur membran, denaturasi protein dan hialinisasi kolagen terjadi pada suhu 60-140C. Hal ini menyebabkan koagulasi yang terlihat pucat secara makroskopik.21 Efek fotomekanik/fotoakustik merupakan efek pada jaringan secara mekanik akibat kerusakan kromofor target karena absorbsi laser.23 Tatalaksana sikatriks pasca akne dengan menggunakan laser dikategorikan dalam laser skin resurfacing. Laser skin resurfacing dibagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu laser ablatif, laser non-ablatif, dan laser fraksional.24, 25 Laser infrared, baik yang ablatif maupun yang nonablatif, memanaskan jaringan dengan menggunakan air sebagai kromofor.21
Histopatologis
Pada suatu penelitian histologik didapatkan bahwa remodeling dermis dan neokolagenesis terus berlangsung sampai bulan ke-12 pada daerah sikatriks pasca akne yang diterapi laser CO2 short-pulsed energi tinggi. Oleh karena itu diperlukan evaluasi selama 12-18 bulan setelah tindakan laser CO2 pada sikatriks atrofik pasca akne sebelum dilakukan tindakan ulang atau terapi lainnya.27
Efek samping
Jordan dkk.11 melaporkan bahwa pada terapi laser CO2 untuk sikatriks pasca akne terjadi proses reepitelisasi selama 7-10 hari, eritema yang berlangsung selama 2 minggu, serta efek samping lain, yaitu hiperpigmentasi dan hipopigmentasi yang berlangsung beberapa minggu serta bersifat transien. Infeksi bakteri, virus dan jamur sebagai efek samping jarang dijumpai. Pada penggunaan laser Er:YAG untuk terapi sikatriks atrofik pasca akne didapatkan proses reepitelisasi sekitar 10 hari, eritema bertahan sampai 1-3 bulan, dan sering ditemukan hiperpigmentasi transien.11 Namun pada penelitian lain oleh Tanzi dan Alster, yang membandingkan laser CO2 ultra-pulse, pass tunggal dengan laser Er:YAG long-pulse, pass multipel pada 100 pasien (tipe kulit Fitzpatrick I-V) dengan photodamage di wajah dan sikatriks atrofik pasca akne yang diobservasi selama 12 bulan, didapatkan bahwa antara kedua modalitas terapi masa reepitelisasi (sekitar 5 hari) dan terjadinya komplikasi hiperpigmentasi sebanding.32 Penelitian lain memperlihatkan bahwa efek samping hiperpigmentasi pasca terapi laser Er:YAG variable-pulsed terutama terjadi pada pasien dengan warna kulit lebih gelap (tipe kulit Fitzpatrick III-V), namun bersifat sementara dan bertahan selama rata-rata 10,4 minggu, serta berespons baik terhadap agen pemutih topikal dan peeling kimiawi. Efek samping serta waktu penyembuhan pasca laser Er:YAG variable-pulsed, pass multipel lebih ringan dan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan laser CO 2 pass multipel.33 Efek samping yang mungkin terjadi pasca laser skin resurfacing teknik ablatif adalah eritema, edema, perubahan pigmentasi (hipopigmentasi dan hiperpigmentasi), infeksi, milia, dan jarang sekali terjadi sikatriks. Risiko terjadinya sikatriks lebih tinggi di luar wajah, misalnya leher dan dada atas, karena jumlah kelenjar pilosebaseus yang relatif sedikit di daerah tersebut.34 Hiperpigmentasi pasca inflamasi sering terjadi dan timbul 3-4 minggu pasca tindakan laser. Komplikasi lain yang jarang timbul adalah hipopigmentasi delayed onset, infeksi luas, dan ektropion.35
pasca akne secara klinis. Tidak terdapat efek samping yang bermakna dan tidak terdapat waktu tunggu (downtime).38 Penelitian lain oleh Keller dkk.46 terhadap 12 subyek (tipe kulit Fitzpatrick II-V) dengan sikatriks atrofik pasca akne derajat ringan sampai berat yang mendapat terapi laser Nd:YAG 1064 nm. Parameter yang digunakan adalah pulse duration 7 milidetik, fluence 120 J/cm2, spot size 6 mm, dan 3 pass pada setiap sikatriks pasca akne. Terapi laser dilakukan 5 kali dengan interval 4-6 minggu selama 8 bulan. Pasien tidak mendapatkan terapi tambahan sebelum penelitian, hanya memakai gel pendingin dengan dasar air pada daerah yang akan dikenai sinar laser. Hasilnya berupa perbaikan ringan sampai sedang pada hampir semua pasien. Hal ini didukung dengan pemeriksaan histologik yaitu terjadi peningkatan produksi kolagen. Efek samping yang terjadi hanya berupa eritema ringan dan peningkatan sensitivitas kulit setelah terapi.46 Laser Nd:YAG 1064 nm dibandingkan dengan laser Nd:YAG 1320 nm sebagai terapi pada 12 pasien (tipe kulit Fitzpatrick I-III) dengan sikatriks atrofik pasca akne derajat ringan sampai berat oleh Yaghmai dkk. Pasien secara acak mendapatkan 3 kali terapi dengan interval 4 minggu menggunakan laser Nd:YAG 1064 nm atau laser Nd:YAG 1320 nm. Didapatkan perbaikan klinis yang sama 6 bulan pasca terapi pada kedua modalitas terapi tersebut. Tidak terjadi efek samping dan komplikasi yang bermakna. 47 Sinar laser Nd:YAG 1320 nm long-pulsed dapat mencapai papila dermis dan midretikular dermis dan secara nonspesifik diabsorbsi air di dermis. Koefisien pendaran yang cukup besar dari laser Nd:YAG 1320 nm menyebabkan energi termal tersebar ke arah lateral, menginduksi kerusakan termal pada dermis yang bermanfaat agar hasil terapi lebih merata.48 Penelitian awal dilakukan oleh Sadick dkk. menggunakan laser Nd:YAG 1320 nm dengan pendingin kriogen terhadap 8 pasien sikatriks atrofik pasca akne, yang dilakukan untuk interval 4 minggu. Parameter yang dipakai adalah spot size 10 mm, fluence 13-18J/cm2, pulse duration 350 mikrodetik mikropulsa yang dikombinasi dengan 50 milidetik makropulsa. Setiap kali tindakan dilakukan 3 pass. Sikatriks pasca akne diobservasi sampai 6 bulan pasca tindakan laser. Didapatkan perbaikan klinis sikatriks atrofik pasca akne sebesar 40-59% pada tiap pasien.48 Neokolagenesis juga telah dibuktikan secara histologik setelah terapi dengan laser Nd:YAG 1320 nm.49 Penelitian Rogachefsky dkk. menggunakan laser Nd:YAG 1320 nm dengan pendingin kriogen sebagai terapi sikatriks atrofik dan mixed pattern pasca akne pada 12 pasien. Pada setiap pasien dilakukan 3 kali terapi, setiap bulan sekali masing-masing 3 pass. Pass pertama dan ke-2 memakai fluence 16-22 J/cm2 dan pass ke-3 memakai fluence 13-17 J/cm2. Secara statistik didapatkan perbaikan klinis sebesar 15% oleh pemeriksa dan sebesar 22% oleh pasien. Observasi dilakukan sampai 6 bulan pasca tindakan laser. 50 Pada sebuah penelitian terhadap 11 pasien dengan menggunakan laser diode 1450 nm untuk terapi akne. Didapatkan perbaikan sikatriks pasca akne sebesar 83%. Digunakan parameter yang berbeda untuk wajah kanan dan kiri. Setengah wajah diterapi dengan pass tunggal dan doubled-stacked, sedangkan setengah wajah lainnya dengan 2 pass dan pulse tunggal. Tidak ada perbedaan hasil antara kedua macam protokol tersebut.51 Laser Nd:YAG 1320 nm juga dibandingkan dengan laser diode 1450 nm sebagai terapi pada 20 pasien (tipe kulit Fitzpatrick I-V) dengan sikatriks atrofik pasca akne. Pasien mendapatkan 3 kali terapi dengan interval 1 bulan menggunakan laser Nd:YAG 1320 nm. Pada sisi kontralateral wajah diterapi dengan laser diode 1450 nm. Didapatkan perbaikan klinis dan histologik mulai dari ringan sampai sedang selama 1 tahun pasca terapi kedua modalitas tersebut. Tidak terjadi efek samping dan komplikasi yang bermakna. 52 Laser Er:Glass 1540 nm diabsorbsi secara baik oleh air, tetapi sedikit sekali oleh melanin. Kedalaman penetrasi dapat mencapai papila dermis, tempat terjadinya neokolagenesis. Laporan beberapa penelitian membuktikan bahwa terjadi perbaikan secara progresif dan manfaat jangka panjang setelah terapi dengan laser Er:Glass 1540 nm yang memiliki sistem pendingin kontak. Peningkatan kolagen dermis terlihat setelah 6 bulan pasca 4 kali terapi yang berlangsung sampai beberapa bulan kemudian dengan perbaikan klinis sekitar 2030%.53, 54
Histopatologis
Beberapa penelitian histologik terhadap jaringan kulit pasca tindakan laser nonablatif menunjukkan peningkatan deposit kolagen yang tersusun horizontal terhadap epidermis. Hal ini juga disertai dengan penebalan dermis dan epidermis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan pasca tindakan laser nonablatif. 37
Efek samping
Efek samping dan komplikasi laser skin resurfacing teknik nonablatif secara umum ringan. Pada sebagian besar pasien terlihat eritema pasca tindakan bersifat transien yang akan menghilang dalam 24 jam. Terjadinya bula,
krusta dan sikatriks sangat jarang. Risiko hiperpigmentasi pasca inflamasi lebih rendah pada laser teknik nonablatif dibandingkan dengan teknik ablatif.35
LASER FRAKSIONAL
Resurfacing secara fraksional merupakan variasi baru dalam teori fototermolisis selektif dengan memakai microscopic treatment zones (MTZ) dalam mengatur luas, kedalaman, dan densitas sinar laser pada jaringan. Microscopic treatment zones yang disebabkan oleh pemanasan termal dan kerusakan jaringan berbentuk kolumnar dikelilingi epidermis dan dermis hidup yang tidak terkena radiasi sinar laser Sehingga memungkinkan terjadinya penyembuhan secara cepat pada MTZ. 24, 25, 34, 55, 56 Teknik fraksional akan menghantarkan energi tinggi secara mikroskopik fraksional pada target penetrasi di dermis. 34, 55, 56 Teknologi fraksional sangat baik untuk terapi kondisi yang sulit, misalnya melasma dan sikatriks pasca akne bersama dalam satu lokasi, karena efek samping hiperpigmentasi yang ditimbulkan minimal.29
Mekanisme kerja Laser fraksional ablatif memiliki zona mikroskopik ablatif dengan tetap mempertahankan kulit normal di daerah sebelahnya. Waktu penyembuhan dan risiko terjadinya sikatriks pasca tindakan lebih sedikit dibandingkan dengan laser ablatif konvensional.55
Laser teknik fraksional ablatif dalam terapi sikatriks atrofik pasca akne
Chapas dkk. melakukan penelitian terhadap 13 subyek (tipe kulit Fitzpatrick I-IV) dengan sikatriks atrofik pasca akne derajat sedang sampai berat, yang diterapi dengan 3 kali laser fraksional CO2 dengan interval 1 bulan. Parameter yang dipakai, yaitu spot size 120 m, energi 20-100 mJ per pulse, dan densitas 200 MTZ/cm2 per pass. Sebagian besar mendapatkan 2-3 pass. Pada sekitar 26-50% pasien terjadi perbaikan sikatriks dan tidak ditemukan gangguan pigmentasi pada semua subyek penelitian.57 Pada laser fraksional ablatif, koagulasi lebih dalam sampai 1600 m dapat secara aman dilakukan, tidak seperti laser CO2 dan Er:YAG konvensional. Pada beberapa penelitian dilaporkan perbaikan klinis yang nyata dapat dicapai setelah 1 atau 2 kali terapi dengan modalitas tersebut dan tidak terjadi hipopigmentasi maupun sikatriks.55
Histopatologi
Pada penelitian secara histologis terhadap jaringan kulit yang diterapi dengan laser fraksional CO2 menggunakan parameter 30 W dan energi 5-40 mJ, didapatkan MTZ di epidermis serta koagulasi dermis parsial yang meningkat kedalaman maupun luasnya sesuai dengan peningkatan energi. 55 Terdapat laporan bahwa kerusakan epidermis yang terjadi karena laser fraksional ablatif akan diperbaiki oleh keratinosit sisi lateral MTZ dalam 24 jam pasca tindakan laser.58
Efek samping
Efek samping yang sama ditimbulkan pada laser fraksional ablatif dibandingkan dengan laser ablatif konvensional, tetapi lebih ringan karena adanya MTZ dan bukan ablasi total.58 Pada kulit gelap, densitas dan energi menentukan risiko terjadinya hiperpigmentasi pasca tindakan laser. Adanya sistem pendingin untuk mencegah pemanasan jaringan yang luas juga sangat penting. Dengan menggunakan parameter yang tepat, risiko terjadinya hiperpigmentasi pasca laser fraksional ablatif dapat dikurangi.59
Mekanisme kerja
Laser fraksional nonablatif mempertahankan keutuhan stratum korneum, membentuk MTZ pada epidermis, serta menimbulkan kerusakan termal dermis dalam. Laser fraksional nonablatif dapat dipakai dengan aman tanpa sistem pendingin seperti laser nonablatif lainnya karena daerah terapi mikroskopik sehingga risiko pemanasan yang luas inimal.55
Laser teknik fraksional nonablatif dalam terapi sikatriks atrofik pasca akne
Alster dkk. Melakukan penelitian menggunakan laser fraksional erbium-doped fiber 1550 nm untuk membentuk MTZ pada sikatriks atrofik pasca akne derajat ringan sampai sedang. Sejumlah 53 orang (tipe kulit Fitzpatrick IV) diterapi beberapa kali, 91% mengalami perbaikan 25-50 setelah terapi pertama dan 87% mengalami perbaikan klinis setelah terapi ketiga. Usia, jenis kelamin, dan tipe kulit tidak mempengaruhi hasil terapi. Observasi dilakukan sampai 6 bulan pasca tindakan.61
Histopatologis
Penelitian secara histologis telah dilakukan pada penggunaan laser erbium-doped fiber 1550 nm pada kulit lengan bawah 15 subyek (tipe kulit Fitzpatrick II-VI) dengan densitas 400, 1600 dan 6400 MTZ/cm2. Subyek diterapi 1 kali dengan energi 5 mJ, waktu antar pulse 50 milidetik. Pemeriksaan histologis dilakukan 3 bulan pasca terapi. Didapatkan peningkatan deposit musin dan rete ridges yang meluas pada dermis atas.56 Pada pemeriksaan histologis pasca laser fraksional didapatkan pembentukan microscopic epidermal necrotic debris (MEND) yang terjadi karena kerusakan termal epidermis yang mengandung pigmen. Pembentukan MEND tersebut membantu terapi pigmentasi epidermal, misalnya melasma atau lentigenes.60
Efek samping
Pada suatu penelitian terhadap 961 kasus dengan tipe kulit Fitzpatrick II V untuk mengetahui efek samping dan komplikasi pasca terapi dengan laser fraksional erbium-doped fiber 1550 nm, didapatkan efek samping dan komplikasi berupa hiperpigmentasi, erupsi akneiformis, infeksi virus herpes, eritema dan edema yang bersifat sementara dan tidak ada yang menjadi kronik maupun berlanjut. Seluruh kasus diobservasi sampai 1 tahun pasca tindakan.62
PENUTUP
Saat ini sikatriks pasca akne menjadi masalah yang cukup besar. Terdapat berbagai macam pilihan terapi untuk mengatasi sikatriks pasca akne terutama sikatriks atrofik pasca akne. Terapi laser untuk penatalaksanaan sikatriks atrofik pasca akne sedang berkembang pesat. Pemilihan laser bergantung pada jenis sikatriks, keadaan pasien, dan keahlian operator dalam pemilihan parameter yang digunakan. Tetapi dari berbagai macam terapi laser yang mungkin dilakukan, tidak ada satupun yang dapat memberikan hasil sempurna. Terapi yang terbaik adalah kombinasi antara beberapa modalitas agar hasilnya lebih memuaskan.
10
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. Goodman GJ. Post-acne scarring: a short review of its pathophysiology. Australas J Dermatol. 2001;42:84-90. James WD. Clinical PractiCe: acne. N Engl J Med. 2005;352:1463-72. Goulden V, Stables GI, Cunliffe WJ. Prevalence of facial acne in adults. J Am Acad Dermatol. 1999;41:577-80. Collier CN, Harper JC, Cafardi JA, Cantrell WC, Wang W, Foster KW, et al. The prevalence of acne in adults 20 years and older. J Am Acad Dermatol. 2008;58(1):56-9. Jacob CI, Dover JS, Kaminer MS. Acne scarring: a classification system and review of treatment options. J Am Acad Dermatol. 2001;45:109-17. Holland DB, Jeremy AHT, Roberts SG, Seukeran DC, Layton AM, Cunliffe WJ. Inflammation in acne scarring: a comparison of the responses in lesions from patients prone and not prone to scar. Br J Dermatol. 2004;150:72-81. Goodman GJ. Postacne scarring: a review of its pathophysiology and treatment. Dermatol Surg. 2000;26:857-71. Hirsch RJ, Lewis AB. Treatment of acne scarring. Semin Cutan Med Surg. 2001;20:190-8. Bayat A. Skin scarring. BMJ. 2003;326:88-92. Data Rekapitulasi Statistik tahun 2007 Divisi Dermatologi Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jordan R, Cummins C, Burls A. Laser resurfacing of the skin for the improvement of facial acne scarring: a systemic review of evidence. Br J Dermatol. 2000;142:413-23. Woo SH, Park JH, Kye YC. Resurfacing of different types of facial acne scar with short-pulsed, variable-pulsed, and dual-mode Er:YAG laser. Dermatol Surg. 2004;30:488-93. Jeong JT, Park JH, Kye YC. Resurfacing of pitted facial acne scars using Er:YAG laser with ablation and coagulation mode. Aesth Plast Surg. 2003;27:130-4. Nouri K, Lanigan SW, Rivas MP. Laser treatment for scars. Dalam: Goldberg DJ, editor. Laser and lights. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. hal. 67-74. Rivera AE, Spencer JM. Clinical aspects of full thickness wound healing. Clin Dermatol. 2007;25:39-48. Layton AM, Henderson CA, Cunliffe WJ. A clinical evaluation of acne scarring and its incidence. Cin Exp Dermatol. 1994;19:303-8. Goodman GJ, Baron JA. Postacne scarring-a quantitative global scarring grading system. J Cosmet Dermatol. 2006;5:48-52. Goodman GJ, Baron JA. Postacne scarring: a qualitative global scarring grading system. Dermatol Surg. 2006;32:145866. Palmer A. Types of acne scars. 2008 [cited; Available from: http://acne.about.com/od/livingwithacne/tp/acnescartypes.htm Jemec GBE, Jemec B. Acne: treatment of scars. Clin Dermatol. 2004;22:434-8. Carrol L, Humphreys TR. Laser tissue interaction. Clin Dermatol. 2006;24:2-7. Barlow RJ, Hruza GJ. Laser and light tissue interaction. Dalam: Golberg DJ, editor. Laser and light. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. hal. 1-10. Niemz MH. Interaction mechanism. Laser-tissue interaction fundamental and application. 3rd ed. Heidelberg: Springer; 2002. hal. 45-150. Alexiades-Armenakas MR, Dover JS, Arndt KA. The spectrum of laser skin resurfacing: Nonablative, fractional, and ablative laser resurfacing. J Am Acad Dermatol. 2008;58:719-37. Sudharmono A. Laser skin resurfacing. Seminar Perspective of Laser Dermatology; 2008 12 Januari 2008; Surabaya; 2008. Trelles MA, Mordon S, Benitez V, Levy JL. Er:YAG laser resurfacing using combined ablation and coagulation modes. Dermatol Surg. 2001;27:727-34. Walia S, Alster TS. Prolonged clinical and histologic effects from CO2 laser resurfacing of atrophic acne scars. Dermatol Surg. 1999;25:926-30. Goldberg DJ. Nonablative resurfacing. Aesthethic Laser Surgery. 2000;27:287-92. Rivera AE. Acne scarring: a review and current treatment modalities J Am Acad Dermatol. 2008;59:659-76. Tay YK, Kwok C. Minimally ablative Erbium:YAG laser resurfacing of facial atrophic acne scars in Asians skin: a pilot study. Dermatol Surg. 2008;34:681-5. Jeong JT, Kye YC. Resurfacing of pitted facial acne scars with a long pulsed Er:YAG laser. Dermatol Surg. 2001;27:107-10. Tanzi EL, Alster TS. Single-pass carbon dioxide versus multiple-pass Er:YAG laser skin resurfacing: a comparison of postoperative wound healing and side-effects rates. Dermatol Surg. 2003;29:80-4. Tanzi EL, Alster TS. Side effects and complications of variable-pulsed erbium:yttrium-aluminum-garnet laser skin resurfasing:extended experience with 50 patients. Plast Reconstr Surg. 2003;111:1524-9. Goerge T, Peukert N, Bayer H, Rutter A. Ablative fractional photothermolysis- a novel step in skin resurfacing. Med Laser Appl. 2008;23:93-8. Tanzi EL, Alster TS. Laser treatment of scars. Skin Teraphy Letter. 2004;9:4-7. Goldberg DJ. Nonablative laser surgery for pigmented skin. Dermatol Surg. 2005;31:1263-7. Alam M, Hsu TS, Dover JS, Wrone DA. Nonablative laser and light treatments: histology and tissue effects - a review. Lasers Surg and Med. 2003;33:30-9. Lipper GM, Perez M. Nonablative acne scar reduction after a series of treatments with a short-pulsed 1,064-nm Neodymium:YAG laser. Dermatol Surg. 2006;32:998-1006. Friedman PM, Jih MH, Skover GR, Payonk GS, Asadi AK, Geronemus RG. Treatment of atrophic facial acne scars with the 1064-nm Q-switched Nd:YAG laser. Arch Dermatol. 2004;140:1337-41.
11
40. Sadick NS. Update on non-ablative light therapy for rejuvenation: a review. Laser in Surg and Med. 2003;32:120-8. 41. Ross EV, Zelickson BD. Biophysics of nonablative dermal remodeling Semin Cutan Med Surg. 2002;21:251-65. 42. Zelickson BD, Kilmer SL, Bernstein E, Chotzen VA, Dock J, Mehregan D, et al. Pulse dye laser therapy for sun damaged skuin. Laser in Surg and Med. 1999;25:229-36. 43. Prieto VG, Diwan AH, Shea CR, Zhang P, Sadick NS. Effects of intense pulsed light and the 1,064 nm Nd:YAG laser on sun damaged human skin: histologic and immunohistochemical analysis. Dermatol Surg. 2005;31:522-5. 44. Liu H, Dang Y, Wang Z. Laser induced collagen remodeling: a comparative study in vivo on mouse model. Laser Surg Med. 2008;40:13-9. 45. Patel N, Clement M. Selective nonablative treatment of acne scarring with 585 nm flashlamp pulsed dye laser. Dermatol Surg. 2002;28:942-5. 46. Keller R, Junior WB, Valente NYS, Rodrigue CJ. Nonablative 1,064-nm Nd:YAG laser treating atrophic facial acne scars:histologic and clinical analysis. Dermatol Surg. 2007;33:1470-6. 47. Yaghmai D, GArden JM, Bakus AD, Massa MC. Comparison of a 1064 nm laser dan 1320 nm laser for the nonablatif treatment of acne scars. Dermatol Surg. 2005;31:903-9. 48. Sadick NS, Schecter AK. A preliminary study of utilization of 1320-nm Nd:YAG laser fot the treatment of acne scarring. Dermatol Surg. 2004;30:995-1000. 49. Goldberg DJ. Full-face nonablative dermal remodeling with a 1320 nm Nd:YAG laser Dermatol Surg. 2000;26:915-8. 50. Rogachefsky AS, Hussain M, Goldberg DJ. Atrophic and mixed pattern of acne scars improved with a 1320-nm Nd:YAG laser. Dermatol Surg. 2003;29:904-8. 51. Uebelhoer NS, Bogle MA, Dover JS, Arndt KA, Rohrer TE. Comparison of stacked pulses versus double-pass treatments of facial acne with a 1450-nm laser. Dermatol Surg. 2007;33:552-9. 52. Tanzi EL, Alster TS. Comparison of a 1450-nm diode laser and 1320-nm Nd:YAG laser in the treatment of atrophic facial scars: a prospective clinical and histologic study Dermatol Surg. 2004;30:152-7. 53. Foernier N, Mordon S. Nonablative remodeling with a 1,540 nm Erbium:Glass laser. Dermatol Surg. 2005;31:1227-36. 54. Lupton JR, William CM, Alster TS. Nonablative laser skin resurfacing using a 1540 nm Erbium Glass laser: a clinical and histologic analysis. Dermatol Surg. 2002;28:833-5. 55. Jih MH, Kimyai-Asadi A. Fractional photothermolysis: a review and update. Semin Cutan Med Surg. 2008;27:63-71. 56. Geronemus RG. Fractional photothermolysis: current and future applications. Laser in Surg and Med. 2006;38:169-76. 57. Chapas AM, Brightman L, Sukal S, Hale E, Daniel D, Bernstein LJ, et al. Successful treatment of acneiform scarring with CO2 ablative fractional resurfacing. Laser in Surg and Med. 2008;40:381-6. 58. Hasegawa T, Matsukura T, Mizuno Y, Suga Y, Ogawa H, Ikeda S. Clinical trial of laser device called fractional photothermolysis system for acne scars. J Dermatol. 2006;33:623-7. 59. Chan HHL, Manstein D, Yu CS, Shek S, Kono T, Wei WI. The prevalence and risk factors of post-inflammatory hyperpigmentation after fractional resurfacing in Asians. Laser in Surg and Med. 2007;39:381-5. 60. Tannous Z. Fractional resurfacing. Clin Dermatol. 2007;25:480-6. 61. Alster TS, Tanzi EL, Lazarus M. The use of fractional laser photothermolysis for the treatment of atrophic scars. Dermatol Surg. 2007;33:295-9. 62. Graber EM, Tanzi EL, Alster TS. Side effects and complications of fractional laser photothermolysis:experienced with 961 treatments. Dermatol Surg. 2008;34:301-7.
Alamat Penulis: Departemen IK. Kulit dan Kelamin FKUI/RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro 71 Jakarta Pusat Telp/Fax: 021 31935383 Email: Dr_fitria_irzan@yahoo.com
12