Case Atma 1 Draft (Ny.a)
Case Atma 1 Draft (Ny.a)
Pembimbing : dr.
Disusun oleh :
STATUS PSIKIATRI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN PERILAKU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
II
IDENTITAS
Nama
: Ny. A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 24 th
Suku Bangsa
: Sunda
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal Masuk
: 11 Juni 2013
Status Perkawinan
: Belum menikah
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan
: TKW di Singapura
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (kepada paman dan agency)
-
Tempat
Keluhan Utama
Riwayat Pendidikan :
Pasien tamat SMP, tidak ada gangguan selama bersekolah.. Pasien dapat
mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas.
Pasien tidak melanjutkan ke tingkat berikutnya karena orang tua
tidak mampu membiayai sekolah pasien
Riwayat Pekerjaan
Riwayat Pernikahan :
Belum menikah
Dewasa
3 bulan SMRS
MRS (11/06/13)
MRS (14/06/13)
Stressor ekonomi
Halusinasi auditorik
Halusinasi auditorik
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
Halusinasi visual
Halusinasi visual
Halusinasi taktil
Halusinasi taktil
Halusinasi taktil
Waham kebesaran
Waham kebesaran
Waham kebesaran
Waham kejar
Waham bizzare
Waham agama
Waham bizzare
Th/ ..................
Th/ .....................
(polri)
Stressor pekerjaan
(sgp)
III
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi
: 90 x / menit
6
Pernapasan
: 20 x / menit
Suhu
: 36,80 C
Pemeriksaan Fisik
Kepala
: Simetris, normocephali.
Mata
: Konjungtiva anemis -/-, sklera icteric -/-, pupil isokor, diameter pupil
3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
IV
CUPLIKAN WAWANCARA
STATUS MENTALIS
I. Deskripsi umum
1. Penampilan
Pasien seorang perempuan berusia 24 tahun, penampilan sesuai usia. Pakaian
rapi, kebersihan dan perawatan diri cukup baik, tenang.
7
III. Pembicaraan
Pasien dapat berbicara dengan lancar dan spontan. Kecepatan bicara sedang,
volume sedang, artikulasi cukup jelas. Isi pembicaraan dapat dimengerti.
Waham kebesaran
Pasien mengatakan bahwa dirinya merupakan anak Allah. Selain itu
pasien juga mengatakan bahwa dirinya adalah seorang putri sakura.
Waham kejar
Pasien mengatakan bahwa dirinya dilempar batu bata oleh para pengikut
kristus dan merasa bahwa dirinya selalu akan dicelakai oleh para pengikut
Kristus tersebut.
3. Persepsi
-
Halusinasi visual
Pasien melihat Allah
Halusinasi auditorik
Pasein mendengar suara Allah.
Halusinasi taktil
Pasien merasa dipegang, dipeluk, digendong oleh Allah.
V. Sensorium
1. Kesadaran :Compos mentis
2. Orientasi dan daya ingat
Orientasi waktu, tempat dan orang baik.
Daya ingat:
a. Immediate
: Baik, pasien dapat mengingat nama tiga benda dan
mengulangnya dengan benar.
b. Recent
c. Long-term
Daya nilai sosial tidak terganggu, pasien mengerti bahwa mencuri tidak
boleh dilakukan. Uji daya nilai tidak terganggu, pasien mengerti apa yang harus
dilakukan ketika menemukan dompet di pinggir jalan.
Penilaian realita terganggu.
Tilikan derajat I, pasien menyangkal dirinya sakit.
VI
VII
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: ???????????????
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
TERAPI
1. Psikofarmaka:
VIII
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
IX
RESUME
Pasien wanita 24 tahun merupakan TKW yang bekerja di Singapura selama kurang
lebih satu tahun. Selama 3 bulan SMRS pasien sudah sempat dirawat di rumah sakit jiwa
di singapore dan mendapatkan pengobatan.
Pada pasien didapatkan Halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi taktil,
waham kebesaran, waham kejar dan waham bizzare. Pasien juga pernah mengalami
trauma kepala 3 bulan SMRS.
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tidak ada riwayat gangguan
jiwa pada keluarga.
Pasien berpenampilan sesuai usia, cara berpakaian rapi dan sesuai umur,
kebersihan dan perawatan diri baik. Selama wawancara, pasien bersikap kooperatif dan
ramah.
: eutimik
Afek
: Luas
2. Isi Pikiran
3. Daya Nilai
: Tidak terganggu
4. Tilikan
: Derajat I
11
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
: Tidak dilakukan
FORMULASI DIAGNOSTIK
Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan urutan
untuk evaluasi/diagnosis multiaksial, seperti berikut :
Aksis I
????????????????
Aksis II
Tidak ada
Aksis III
Tidak ada
Aksis IV
Masalah dengan ekonomi dan pekerjaan
Aksis V
GAF 70-61:gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik.
12
13
DASAR TEORI
SKIZOFRENIA
I
Definisi
Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang bervariasi, tetapi secara
mendalam mengganggu, dan merupakan sebuah psikopatologi yang meliputi kognisi,
emosi, persepsi, dan aspek lainnya dalam perilaku. Ekspresi dari keadaan ini
bervariasi dari tiap pasien tetapi efek penyakit selalu berat dan biasanya terjadi dalam
jangka waktu lama. Penyakit skizofrenia biasanya dimulai pada umur sebelum 25
tahun, terjadi sepanjang hidup, dan terjadi pada semua kelas tingkat sosial.1
Skizofrenia secara umum ditandai oleh adanya penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual yang biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.2
Kilinisi harus mengapresiasikan bahwa diagnosis dari skizofrenia berdasar
seluruhnya terhadap riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis skizofrenia.1
II
skizofrenia yang lebih awal daripada wanita. Lebih dari setengah dari semua pasien
skizofrenia adalah pria dan hanya sepertiga dari pasien skizofernia adalah wanita.
Usia puncak terjadinya skizofrenia untuk pria adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan
untuk wanita adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun
atau sesuadah 50 tahun adalah sangat jarang. Beberapa penelitian telah menyatakan
bahwa laki-laki adalah lebih mungkin memiliki gangguan gejala negatif dari
skizofrenia.3
Suatu temuan kuat dalam penelitian skizofrenia adalah bahwa orang yang
kemudian menderita skizofrenia lebih mungkin dilahirkan di musim dingin dan awal
musim semi dan lebih jarang dilahirkan di akhir musim semi dan musim panas.
Secara spesifik, dibelahan bumi utara, termasuk Amerika Serikat, orang dengan
skizofrenia lebih sering dilahirkan di bulan Januari sampai April. Di belahan bumi
selatan, orang dengan skizofrenia lebih sering dilahirkan dari bulan Juli sampai
September. Berbagai hipotesis yang menjelaskan pengamatan tersebut telah diajukan.
Hipostesis tersebut termasuk hipotesis bahwa suatu faktor resiko yang spesifik adalah
bekerja, infeksi virus, atau perubahan musiman dalam makanan. Hipotesis lain adalah
bahwa orang yang memiliki predisposisi genetik untuk skizofrenia mempunyai suatu
keuntungan biologis yang lebih tinggi untuk bertahan hidup terhadap bahaya yang
spesifik musim.3
Faktor risiko utama dari skizofrenia dibagi menjadi faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor risiko paling penting dari skizofrenia.
Anak yang lahir dari salah satu orang tuanya dengan skizofrenia mempunyai 12%
risiko untuk menderita skizofrenia. Mutasi gen distrobrevin (DTNBP1) dan neureglin
1 telah ditemukan berhubungan dengan gejala negatif dari skizofrenia.1
Faktor resiko lain yang berperan dalam terjadinya skizofrenia adalah
komplikasi obstetrik, umur paternal yang cukup tua, kondisis sosial ekonomi yang
rendah, stress sosial, tidak menikah, adanya premorbiditas kepribadian paraniod dan
skizoid.5
III
Etiologi
Menurut stress-diathesis model, yaitu suatu model untuk integrasi faktor
biologis dan faktor psikososial dan lingkungan, menyatakan bahwa seseorang
15
Hipotesis Dopamin
Skizofrenia disebabkan karena terlalu banyaknya aktivitas dopamin. Hal ini
diamati dari dua hal yaitu efektivitas dan potensi obat anti psikotik (seperti agonis
reseptor dopamin) dan obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik seperti
kokain dan amfetamin yang sifatnya psikotomimetik. Jalur yang terlibat belumlah
jelas, namun jalur mesokortikal dan mesolimbik sering berhubungan dengan
kejadian skizofrenia. Neuron dopaminergik pada jalur ini terproyeksi dari badan
selnya di otak tengah (mesensefalon) ke neuron dopaminergik di sistem limbik
dan korteks serebral. Pelepasan dopamin yang berlebihan pada pasien skizofrenia
berhubungan dengan derajat keparahan gejala positif psikosis. Dari hasil studi
PET Scan pada pasien skizofrenia yang belum pernah diterapi menunjukkan
peningkatan reseptor D2 di nukleus kaudatus.
b.
Serotonin
Hipotesis terbaru menunjukkan serotonin yang berlebih menyebabkan
gejala positif dan negatif dalam skizofrenia. Aktivitas antagonis serotonin kuat
dari clozapine, risperidone, dan obat anti psikotik generasi kedua lainnya
behubungan dengan keefektivitasan clozapine dalam menurunkan gejala positif
skizofrenia.
c.
Norepinefrin
Anhedonia telah lama diketahui sebagai gambaran yang menonjol pada
pasien skizofrenia. Degenerasi selektif saraf pada sistem reward dengan
neurotransmiter norepinefrin bertanggung jawab dalam memunculkan gejala
skizofrenia ini.
d.
GABA(-aminobutyric acid)
Pasien skizofrenia telah kehilangan saraf GABAergik di hipokampusnya.
GABA memiliki peranan sebagai regulator bagi aktivitas dopamin sehingga
16
kehilangan
efek inhibitorik
neuron
dopaminergik.
e.
f.
Neuropatologi
Neuropatologi pada sistem limbik dan ganglia basalis serta keabnormalan
neuropatologis dan neurokimia pada korteks serebral, talamus, dan batang otak
berperan dalam terjadinya skizofrenia. Densitas sinaps paling banyak pada anak
usia 1 tahun dan akan semakin berkurang sampai jumlah dewasa yang akan
dicapai saat remaja. Observasi pada pasien skizofrenia dengan onset usia remaja
menunjukkan pengurangan sinaps secara berlebihan pada usia perkembangan.
g.
h.
Elektrofisiologi terapan
Hasil EEG menunjukkan rekaman abnormal, peningkatan sensitivitas
terhadap aktivitas (misalnya aktivitas spike yang sering muncul setelah
kekurangan tidur), penurunan aktivitas alfa, peningkatan aktivitas teta dan delta,
lebih banyak aktivitas epileptiform dari biasanya, dan abnormalitas sisi kiri yang
lebih
dari
biasanya.
Pasien
skizofrenia
biasanya
juga
menunjukkan
ketidakmampuan untuk menyaring suara yang irelevan dan terlalu sensitif pada
suara di sekitar. Suara yang membanjiri pasien membuatnya sulit konsentrasi dan
17
Meskipun
demikian,
terdapat
kecenderungan
untuk
Patogensis
Skizofrenia adalah penyakit manusia yang unik. Walaupun tidak ada di antara
kita yang mengetahui sejauh apa persepsi kita yang benar dibandingkan dengan dunia
18
yang sebenarnya, orang dengan skizofrenia mengalami dilema ini hampir sepanjang
hidup mereka. Mereka mengalami kesuitan untuk menetukan apakah suara yang
mereka dengar atau kecurigaan yang mereka rasakan adalah bagian dari informasi di
sekitar mereka. Memang halusinasi dan ilusi terkesan misterius, namun hal tersebut
merupakan pengelolaan informasi yang salah. Orang dengan skizofrenia merupakan
hipervigilansi, merespon stimulus dari luar dan dalam diri dengan lebih kuat
dibandingkan dengan yang orang biasa mampu abaikan.6
Sebagai tambahan terhadap gangguan sensoris ini, pasien memiliki kesulitan
dalam memproses informasi jangka pendek dan memproses keabsahannya. Sebagai
contoh, seseorang yang psikotik dapat melaporkan bahwa dia mendengar suara dari
orang di dinding, yang sedang membicarakan dirinya. Gejala ini menunjukkan bahwa
orang tersebut tidak mampu untuk menyaring informasi yang masuk baik suara
suara yang ada di daerah sekitarnya, maupun suara orang lain , yang kemudian
meningkatkan perasaan cemas dari diri orang dengan skizofrenia.6
Skizofrenia dan Dopamin
Konsep yang muncul mengenai skizofrenia sebagai manifestasi dari defisit di
dalam proses otak dicetuskan berdasarkan efek obat. Banyak obat yang menyebabkan
psikosis
mirip
dengan
skizofrenia
(contohnya
stimulant)
meningkatkan
20
Manifestasi Klinis
Gejala psikotik ditandai dengan abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran,
persepsi, emosi, motivasi, neurokognitif, serta aktivitas motorik. Gejala pada
skizofrenia seringkali dikenal dengan gejala positif dan gejala negatif. Geja positif
meliputi waham, halusinasi, dan gangguan pikiran formal. Gejala negatif
merefleksikan tidak adanya fungsi yang pada kebanyakan orang ada. Tampil dalam
bentuk kemiskinan pembicaraan, penumpulan dan pendataran afek, anhedonia,
penarikan diri secara social, kurangnya inisiatif atau motivasi, atau berkurangnya
atensi.2,5
II.
b. Gangguan persepsi
I.
Halusinasi
II.
c. Gangguan emosi
I.
II.
III.
Afek labil
IV.
Penelantaran penampilan
II.
III.
IV.
Perilaku ritual
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
Sangat ketolol-tololan
Agresif
Perilaku seksual yang tidak pantas
Gejala katatonik (stupor atau gaduh gelisah)
Fleksibilitas cerea
Katelepsi
22
XI.
XII.
XIII.
Automatisasi komando
XIV.
Ekolalia
XV.
Ekopraksia
e. Gangguan motivasi
I.
II.
III.
Kehilangan kehendak
Disorganisasi
Tidak berkegiatan
f. Gangguan neurokognitif
I.
II.
VI
III.
IV.
Fungsi kognitif
Diagnosis
Kriteria diagnosis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya
menggunakan pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut2:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas.
a. - Thought echo: isi pikiran dirinya sendiri yang bergema atau berulang dalam
kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya
berbeda.
- Thought insertion: isi pikiran yang asing dari luar, masuk ke dalam pikirannya
atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.
-Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
b. - Delusion of control : waham tentang dirinya yang dikendalikan oleh sesuatu
dari luar dirinya.
23
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai dengan ide berlebihan yang menetap
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, stupor dan mutisme.
d. Gejala negatif : apatis, jarang bicara, respon emosional yang tumpul atau tidak
wajar, menarik diri, tapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi.
Gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi pada hilangnya
minat, hidup tak bertujuan dan penarikan diri secara sosial.
24
Sebagai tambahan:
25
VII
Diagnosis Banding
Keadaan-keadaan yang dapat disalahartikan dan menyerupai skizofrenia adalah
sebagai berikut2,5:
1. Depresi dengan psikotik
Keadaan ini kadang membuat terjadinya salah diagnosa sebagai skizofrenia,
tetapi keadaan ini memiliki perbedaan pada terapi dan prognosis. Mood yang
berkurang dapat terjadi pada pasien skizofrenia (atau pasien skizoafektif),
tetapi pada gangguan afektif, gejala psikotik hanya muncul pada depresi berat.
2. Gangguan skizoafektif
Gangguan ini bermanifestasi sebagai keadaan skizofrenia disertai adanya
keadaan gangguan afektif yang terjadi bersamaan atau beberapa hari setelah
gejala yang satunya.
3. Gangguan bipolar saat ini manik
Keadaan ini cukup sulit dibedakan dari skizofrenia terutama pada fase akut
dari gangguan ini karena dapat terjadi pikiran-pikiran tentang kebesaran, flight
of idea, dan agitasi psikomotor.
4. Gejala psikotik akut
26
Keadaan psikotik akut dapat mirip dengan skizofrenia, tetapi keadaan ini
berbada dalam hal jangka waktu terjadinya gangguan, yaitu berkisar 1 hari
sampai 1 bulan, dan biasanya berhubungan dengan suatu kejadian trauma.
5. Gangguan waham
Pada gangguan waham terjadi isolasi waham yang menetap tanpa disertai
adanya halusinasi dan gangguan dari afek, bicara, dan katatonia seperti pada
skizofrenia.
6. Gangguan Skizotipal
Gangguan ini memiliki ciri khas yaitu adanya kepercayaan yang aneh dan
sulitnya menjalin hubungan interpersonal, tanpa disertai adanya gejala
psikotik (gangguan persepsi, disorganisasi, gangguan isi dan jalan pikiran).
7. Kondisi medis umum seperti epilepsi lobus temporalis, tumor lobus temporalis
atau frontalis
8. Penyalahgunaan alkohol dan zat psikoaktif
VIII
Perjalanan Penyakit
Skizofrenia dapat dilihat sebagai kelainan ang berkembang dalam 3 tahap5:
1.
Fase Premorbid
Merupakan periode dari fungsi yang normal.
2.
Fase Prodromal
Pasien merasakan pengurangan fungsi yang substansial dan gejala yang
tidak spesifik seperti gangguan tidur, ansietas, iritabilitas, mood yang
depresi, konsentrasi yang erkurang, kelelahan dan penarikan diri secara
sosial.
3.
Fase Psikotik,
Fase ini secara tipikal muncul pada masa remaja atau dewasa awal. Onset
bisa tiba tiba, namun biasanya terjadi secara perlahan.
27
Perjalanan yang paling umum terjadi meliputi terjadinya eksaserbasi akut dari
psikosis, dengan adanya peningkatan disfungsi residual di antara episode. Sekitar 10
15% mengalami 1 episode saja dan 10 15% yang lain tetap menjadi psikotik
yang kronis dan parah. Fase psikotik dari penyakit berkembang melalui 3 fase5:
1.
Fase akut yang merupakan fase yang rumit, seringkali disertai dengan
gejala negatif yang parah.
2.
3.
Fase stabil, yaitu fase di mana gejala tidak terlalu parah atau sedang dalam
remisi.
IX
Penatalaksanaan
: Chlorpromazine
b. Rantai Piperazine
: Perphenazine, Trifluoperazine
28
c. Rantai Piperidine
: Thioridazine
2. Butyrophenone
: Haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine
: Pimozide
: Sulpiride
2. Dibenzodiazepine
3. Benzisoxazole
: Risperidon, Aripiprazole
Waktu paruh
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping
sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien.7
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dapat dinaikan setiap 23 hari sampai mencapai dosis efektif di evaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu dosis maintenance
dipertahakan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1 2 hari/ minggu)
taperring dose (dosis boleh diturunkan setiap 2-4 minggu) stop.7
Masa percobaan penggunaan antipsikotik adalah 4-6 minggu. Bila ada
perbaikan meskipun hanya minimal, obat dapat dipertahankan hingga 3-6 bulan. Pada
pasien yang respon buruk dengan antipsikotik lain, dapat diberikan clozapine.
Clozapine efektif pada pasien dengan gejala positif maupun negatif.7
Terapi Inisial
Diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan, dan dosis dimulai dari dosis
anjuran dinaikkan perlahan lahan secara bertahap dalam waktu 1 3 minggu,
sampai dicapai dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala.2
Terapi Pengawasan
Setelah diperoleh dosisi optimal, dosis tersebut dipertahankan selama kurang
lebih 8 10 minggu sebelum masuk ke dalam tahap pemeliharaan.2
Terapi Pemeliharaan
Dalam tahap pemeliharaan ini, dosis dapat dipertimbangkan untuk mulai
diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan. Biasanya berlangsung jangka
panjang tergantung perjalanan penyakit, sampai dapat beberapa bulan bahkan
beberapa tahun. Diperoleh konsensus bahwa bila kondisi akut pertama kali maka
terapi diberikan sampai 2 tahun, dan bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali
kekambuhan maka terapi diberikan sampai 5 tahun bahkan seumur hidup bila
dijumpai riwayat agresifitas berlebih, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Terapi psikososial
Terapi psikososial diterapkan secara individual sesuai dengan kebutuhan
spesifik dari masing masing orang. Intervensi psikososial juga harus berbasis bukti
dan dilaksanakan oleh petugas yang terlatih. Intervensi psikososial berbasis bukti
yang dianggap efektif untuk skizofrenia adalah:2
1.
Psikoedukasi
Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman orang dengan skizofrenia dan
keluarga tentang perjalanan penyakit, pengenalan gejala, pengelolaan
gejala, pengobatan, peran pasien, dan keluarga dalam pengobatan. Selain itu
bertujuan untuk memperkenalkan hidup yang lebih realistik dan mampu
laksana.
2.
Intervensi keluarga
30
Rehabilitas
Prognosis
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa lebih dari 5 samapi 10 tahun
setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia, hanya
kira-kira 10 sampai 20 persen pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang baik.
Lebih dari 50 persen pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan
perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood
berat, dan usaha bunuh diri.1
Prognosis Buruk
1. Onset cepat
2.Tidak ada faktor pencetus
3. Onset perlahan-lahan namun
membahayakan
4.Riwayat sosial, seksual, kerja yang buruk
5.Pendiam, perilaku autistik
31
gangguan depresi)
6. Menikah
7. Riwayat keluarga dengan gangguan
mood
8. Sistem dukungan baik
9. Gejala positif
32
DAFTAR PUSTAKA
.
1. Saddock JB, Saddock AC. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke-10 2007. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins. Pg 468-497.
2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. 2001. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Pg 49-57.
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan Sadock Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi ke-7 Jilid 1. 2010. Tangerang: Binarupa
Aksara. Pg 699-744.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. 2011. Konsensus
Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Jakarta: PDSKJI.
5. Goldberg RJ. Practical Guide to The Care of The Psychiatric Patient 3 rd ed. 2007.
Philadelphia: Mosby Elsevier. Pg 210-252.
6. Freedman R. Schizophrenia. N Engl J Med 2003; 349 : 1738-49.
7. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.
33
34