Anda di halaman 1dari 4

Definisi Kecerdasan Spiritual Danah Zohar dan Ian Marshall yang dikenal sebagai pencetus istilah spiritulan intelligence

mendefinisikannya sebagai berikut (Zohar dan Masrshall, 2007:4) : Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan dalam memberi atau menangkap makna atas sebuah persoalan dengan wawasan yang luas dan mengejahwantahkan makna tersebut dalam suatu tindakan atau jalan hidup yang bernilai. Taufik Bahaudin, menyimpulkan definisi Danah Zohar tersebut dengan mengatakan (Bahaudin 2007:189-190): Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut moral (moral intelligence) yang mampu memberikan kita pemahaman yang menyatu dalam diri kita untuk dapat membedakan sesuatu yang benar dengan yang salah atau keliru. Suatu kecerdasan yang mampu membuat kita meningkatkan kebaikan, kebenaran/kejujuran, merasakan keindahan dari hati kita yang dalam dan rasa welas asih terhadap sesama yang merupakan sumber dari simpati dan empati. Definisi Taufik Bahaudin ini menjelaskan bahwa ejahwantah dari makna sebagai hasil dari kecerdasan spiritual diwujudkan dalam jalan hidup yang beretika dan berestetika. Etika dan estetika yang dihasilkan melekat atau menyatu dengan diri, karena bersumber dari dalam diri, bukan sekedar tekanan dari hukum, norma dan faktor luar lainnya. Hal ini pada akhirnya menghasilkan perubahan dari dalam ke luar. Sebagai sebuah kecerdasan yang menghasilkan etika dan estetika, maka kecerdasan spiritual dapat juga diartikan sebagai factor pelipat atau pengganda dari kecerdasan atau intelegensi.

Cara Kerja Kecerdasan Spiritual Spiritual Intelligence sebagai sebuah kecerdasan tentunya tidak berdiri sendiri, tetapi juga melibatkan IQ dan EQ. Secara sederhana dapat dikatakan: IQ sebagai kecerdasan memberikan jawaban atas pertanyaan apa; EQ sebagai kecerdasan berusaha memahami bagaimana, dan SQ sebagai kecerdasan berusaha memahami mengapa (Bowell, 2004:15) IQ dikenal bersifat linier atau seri yang logis dan rasional; EQ bersifat asosiatif, artinya menciptakan asosiasi satu hal dengan hal yang lain; dan SQ bersifat unitif (menyatukan) atau holistic, melakukan kontekstualisasi dan transformasi. Sebelum lebih jauh, ingat kembali kata-kata Nietzsche yang berbunyi: Dia yang memiliki mengapa untuk hidup, bisa menghadapi hampir semua bagaimana. (sebagaimana dikutip dalam Frankl,

2004:166), Karena kecerdasan spiritual menjawab mengapa, maka apa dan bagaimana dalam bentuk apapun di kehidupan ini akan dapat dihadapi. Artinya, kecerdasan spiritual kembali ditunjukkan sebagai kecerdasan dan modal utama kehidupan. Danah Zohar dan Ian Marshall menggambarkan kecerdasan-kecerdasan sebagai berikut :

Gamabar 1 Model Baru Diri ( Zohar dan Marshall, 2007:56) Lapisan luar, yaitu lapisan rasional yang prosesnya bersifat seri berfungsi untuk berinteraksi secara efesien dengan dunia teks, jadwal, perencanaan linier atau yang berorientasi pada tujuan. Pada lapisan tengah adalah berpikir asosiatif yang prosesnya bersifat pararel. Sedangkan, pada lapisan pusat berpikir integrative dan disini adalah pusat kerja spiritual Intelligence ( Zohar dan Marshall, 2007:56) Dengan demikian dapat dimengerti bahwa SQ bekerja pada pusat otak, yaitu dari fungsi-fungsi penyatu otak. SQ menyatukan semua kecerdasan yang dimiliki manusia, sehingga manusia menjadi pribadi yang utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Gambar 2 Tabel Modal Individu (Zohar dan Marshall, 2005:43) Dengan melihat fungsi kerjanya yang mencari jawab atas siapa saya, maka kecerdasan spiritual menjadi modal utama, untuk menjawab apa yang saya pikirkan dan rasakan. Ketika Saya dimaknai dengan benar, maka apa yang dipikirkan dan rasakan akan menjadi sesuatu yang berbeda. Di sini ada suatu prinsip yang perlu diingat, bahwa Siapa saya menentukan apa yang saya lakukan. Dengan demikian kecerdasan spiritual kembali terlihat menjadi modal utama karena menjadi sebuah paradigma untuk memaknai modal-modal atau kecerdasan-kecerdasan lain.

Karakteristik Pribadi yang Memiliki Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual dikatakan menjadikan manusia pribadi yang utuh secara rasio, emosi dan rohani, sehingga menggerakkan hati; tidak sekedar cepat dan tepat, tetapi juga bernilai dan bermakna. Kecerdasan spiritual memberi nilai lebih, tidak sekedar pada jawaban atas sebuah masalah atau persoalan, namun juga memberi nilai tambah pada pribadi. Sehingga, Richard A. Bowell mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang digunakan untuk mengembangkan tingkatkan diri, untuk mengintegrasikan konflik dan menjadi lebih daripada diri kita.(Bowell, 2004:10) Danah Zohar,

menegaskan bahwa perbedaan penting antara SQ dan EQ terletak pada daya ubahnya.(Zohar dan Marshall, 2007:5) SQ membentuk manusia menjadi pribadi yang memiliki nilai lebih, unggul dan tidak dikuasai keadaan melainkan mengubah atau mengarahkan keadaan. Nilai unggul dari manusia yang memiliki kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan bersifat fleksibel 2. Tingkat kesadaran yang tinggi 3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan 4. Kemampuan untuk menghadapai dan melampaui rasa sakit 5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai 6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu 7. Kecenderungan untuk melihat keterikatan antara berbagai hal 8. Kecenderungan nyatata untuk bertanya Mengapa? atau Bagaimana jika? untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar 9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri yaitu kemudahan untuk bekerja melawan kovensi Sementara itu Marsha Sinetar sebagaimana dikutip Triantoro (Safaria, 2007:26-28) menyatakan karakteristik pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, yaitu:

1. Memiliki kesadaran diri yang mendalam, intuisi yang tajam, kekuatan keakuan (ego-streght), dan memiliki otoritas bawaan. 2. Memiliki pandangan yang luas terhadap dunia dan alam 3. Memiliki moral tinggi, pendapat yang kokoh, kecenderungan untuk merasa gembira, mengalami pengalaman-pengalaman puncak, atau bakat-bakat estetis. 4. Memiliki pemahaman tentang tujuan hidup. 5. Memiliki kelaparan tak terpuaskan akan hal-hal selektif yang diminati. 6. Memiliki gagasan yang segar dan memiliki rasa humor dewasa. 7. Memiliki pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas.

Anda mungkin juga menyukai