Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
From: apakabar@clark.net
Date: Wed Aug 13 1997 15:18:00 EDT
From: John MacDougall <apakabar@clark.net>
Received: (from apakabar@localhost) by clark.net (8.8.5/8.7.1) id SAA09782 for reg.indonesia@conf.igc.apc.org; Wed, 13 Aug 1997 18:18:07 0400 (EDT)
Subject: [INDONESIAL] SM Wewenang Khusus untuk Presiden?
Forwarded message:
From ownerindonesial@indopubs.com Wed Aug 13 18:09:09 1997
Date: Wed, 13 Aug 1997 16:02:22 0600 (MDT)
MessageId: <199708132202.QAA12883@indopubs.com>
To: indonesial@indopubs.com
From: apakabar@clark.net
Subject: [INDONESIAL] SM Wewenang Khusus untuk Presiden?
Sender: ownerindonesial@indopubs.com
SUARA MERDEKA
Berita Utama
Kamis, 14 Agustus 1997
Perlu Dikaji, Upaya Hidupkan Tap VI/MPR
JAKARTA Kemunculan gagasan yang menghendaki Ketetapan (Tap) MPR
Nomor VI/MPR/1988 dihidupkan kembali mendapat tanggapan dari para
politisi di DPR RI dan Menko Polkam Soesilo Soedarman.
Ketua Dewan Wahono mengatakan, hal itu tidak menjadi masalah.
Sebab, setiap kali mengadakan Sidang Umum, MPR memang bertugas
membuat ketetapan yang meliputi berbagai masalah penting. Namun dia
enggan berkomentar lebih jauh, bahkan meminta wartawan bertanya
langsung kepada mereka yang menghendaki hal tersebut.
Sedangkan Wakil Ketua Soerjadi, yang mengaku belum memikirkan
masalah itu, justru balik mempertanyakan relevansi pengkajian
kembali ketetapan yang mengatur pelimpahan tugas dan wewenang
kepada presiden/mandataris dalam kerangka menyukseskan dan
mengamankan pembangunan itu dengan kondisi sekarang.
Seperti diketahui, ketetapan tersebut dikeluarkan pada 9 Maret
1988. Dalam pasal 2 dikatakan, MPR melimpahkan wewenang kepada
presiden/mandataris untuk mengambil langkahlangkah yang diperlukan
demi menyelamatkan dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa,
serta mencegah dan menanggulangi gejolakgejolak sosial, bahaya
terulangnya G30S/PKI, dan bahaya subversi yang lain.
Pada hakikatnya, hal itu merupakan upaya menyelamatkan pembangunan
nasional, sebagai pengamalan Pancasila dan kehidupan demokrasi
Pancasila, serta menyelamatkan Pancasila dan UUD 1945.
Inventarisasi
Soesilo Soedarman seusai memberi pengarahan kepada mahasiswa
berprestasi seluruh Indonesia mengatakan, setiap kali mengadakan
SU, MPR menginventarisasi dan mengkaji ulang ketetapanketetapan
yang ada. Karena, barangkali, ada yang perlu direvisi atau
diperbaiki. ''Mungkin ada alasan tertentu, mengapa muncul gagasan
yang menghendaki ketetapan tersebut dihidupkan kembali.''
Sementara Soerjadi menegaskan, motivasi di balik pemunculan gagasan
itu perlu dilihat. Kalau relevan dengan keadaan sekarang, mengapa
tidak? Tetapi, ''Jangan tanya saya, saya tidak tahu.''
Secara terpisah anggota Dewan Sabam Sirait mengungkapkan, waktu itu
ketetapan itu dimaksudkan untuk mengantisipasi kemunculan bahaya
laten komunis.
''Kalau sekarang muncul keinginan menghidupkan kembali ketetapan
tersebut, perlu dipertanyakan landasan pemikirannya. Ada kejadian
Secara terpisah anggota Dewan Sabam Sirait mengungkapkan, waktu itu
ketetapan itu dimaksudkan untuk mengantisipasi kemunculan bahaya
laten komunis.
''Kalau sekarang muncul keinginan menghidupkan kembali ketetapan
tersebut, perlu dipertanyakan landasan pemikirannya. Ada kejadian
apa di negara ini, sehingga muncul keinginan menghidupkan kembali
ketetapan tersebut,'' ujarnya.
Ditegaskannya, ketetapan itu bisa saja dihidupkan kembali, kalau
memang terbukti ada pihak yang ingin membubarkan Pancasila dan UUD
1945. Padahal, Pemerintah dalam raker dengan Komisi I menyatakan,
dalam jangka waktu sepuluh tahun mendatang tidak ada ancaman dari
luar negeri.
''Menhankam dan Pangab pun mengatakan, keadaan aman dan
terkendali.''(ng11g)