Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN HASIL PENGAMATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) INDUSTRI KERAJINAN KERUDUNG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh: Devi Naviandari 12100112019 Regi Fauzan 12100112029 Tito M. Taufik 12100111021

Preseptor: Titik Respati, drg., M.Sc., PH. Purwitasari, dr.

Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt.karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalahtepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) Fakultas Kedokteran Univesitas Islam Bandung. Makalah dengan judul Laporan Hasil Pengamatan Industri Rumah Tangga - Industri Kerajinan Kerudung merupakan hasil pengamatan terhadap salah satu industri rumah tangga yang terletak di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang disebakan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan pengetahuan penulis dalam penyusunan makalah dikemudian hari, penulis dengan lapang dada menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Hj. Ieva B. Akbar, dr., MS. AIF selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (FK Unisba). Budiman, dr., selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) FK Unisba. Titik Respati, drg., M.Sc., PH selaku preseptor utama

ii

Kelompok III bagian IKM P3D FK Unisba. Purwitasari, dr., selaku preseptor lapangan Kelompok III bagian IKM P3D FK Unisba sekaligus selaku Kepala Puskesmas Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Seluruh staf Puskesmas Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Selain ucapan terima kasih, penulis juga inginmenyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak apabila selama pembuatan makalah ini, penulis banyak melakukan sesuatu yang tidak berkenan. Semoga amal ibadah kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Dayeuhkolot, Oktober 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....... DAFTAR ISI ......... DAFTAR GAMBAR ..... ii iv vi

BAB I HASIL PENGAMATAN ... 1.1 1.2 1.3 Pendahuluan . Profil Industri Rumah Tangga (IRT) ... Pekerja ..................................................................... 1.3.1 Kesehatan dan Keselamatan Pekerja....... 1.3.2 Kebiasaan Pekerja ........................................... 1.4 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi.... 1.4.1 1.4.2 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Bangunan... Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Fasilitas..

1 1 1 2 2 4 4 4 5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2.1 Hiperkes 2.1.1 Pendahuluan .

14 14 14

2.1.2 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit-Penyakit Umum dan Akibat Kerja pada Tenaga Kerja 2.1.3 Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi Tenaga Kerja .

14 15

2.1.4 Pemeliharaan dan Peningkatan Efisiensi Serta Produktivitas Tenaga Kerja Melalui Berbagai Aspek

15

iv

2.2

Keselamatan Kerja 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 Pendahuluan .. Proses Produksi . Peralatan dan Bahan yang Digunakan Dalam Produksi Sistem dan Cara Kerja di Perusahaan dan Lingkungan Kerja .

16 16 16 16

17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .. 3.1 Kesimpulan 4.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ..

18 18 18

20 21

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Iritasi Pada Kulit Tangan Pekerja............................................... Gambar 1.2 Posisi saat Bekerja ....................................................................... Gambar 1.3 Alat dan Bahan Produksi ............................................................ Gambar 1.4 Kain yang hancur akibat sering terkena Bahan Semprotan........ Gambar 1.5 Alur Proses Produksi .................................................................. Gambar 1.6 Proses Penyemprotan (air brush) dan Proses Gambar Manual.. Gambar 1.7 Proses Penjemuran ..................................................................... 3 3 7 11 11 12 12

vi

BAB I HASIL PENGAMATAN

1.1

Pendahuluan Sebagai suatu industri rumah tangga (IRT) di bidang konveksi, IRT

haruslah memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu, kami melakukan suatu observasi dan wawancara di IRT pembuatan kerajinan kerudung. Observasi yang kami lakukan adalah dengan mengamati secara langsung serta wawancara terhadapa pemilik serta para pekerja mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja baik pada tempat produksi, alat dan bahan produksi, cara pembuatan, kebersihan dan kebiasaan pekerja, dan lain sebagainya berdasarkan Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI tahun 2012 serta Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.223.04.12.2206 tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).1,2

1.2

Profil Industri Rumah Tangga (IRT) IRT kerajinan kerudung ini berlokasi di Jalan Bojongasih RT 11 RW 05

Desa Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, tepatnya berada di lantai 2 rumah pemiliknya. IRT ini berdiri sejak tahun 2002, dengan modal pribadi pemilik.

1.3

Pekerja Jumlah pekerja yang terdapat pada industri ini adalah 25 orang dengan

rentang usia 16 hingga 40 tahun dengan rata-rata usia 25 tahun, namun dengan status pegawai tidak tetap. Proses kerajinan kerudung dilakukan setiap hari sesuai dengan pesanan. Tidak ada pembagian kerja, semua proses dari awal hingga akhir dilakukan sendiri oleh masing-masing pekerja. Setiap hari pekerja bekerja paling pagi mulai pukul 07.00 hingga paling sore pukul 17.00 tanpa ketentuan jam istirahat, di sini pekerja dapat beristirahat bebas. Pekerja diberi upah Rp10.000,hingga Rp30.000,- untuk setiap kodi kerudung tergantung pola atau model. Target produksinya adalah 10 kodi tiap pekerja. Pelatihan pekerja dilakukan langsung oleh pemilik selama lebih kurang 1-2 jam saat kedatangan pekerja.

1.3.1 Kesehatan dan Keselamatan Pekerja Pekerja yang bekerja tidak sedang menderita penyakit menular, namun sering mengeluhkan pegal dan panas di tangan, disertai dengan kulit yang merah atau mengelupas (dermatitis), batuk, mata perih dan merah, nyeri pinggang dan pegal-pegal akibat posisi kerja yang sama dalam waktu yang lama (posisi jongkok). Pekerja juga tidak menggunakan alat perlindungan diri (APD) seperti sarung tangan, masker, kacamata, dan sarung kaki. Pemilik IRT pun tidak menyediakan jaminan kesehatan dan fasilitas kesehatan seperti APD serta kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Tidak terdapat pemeriksaan kesehatan yang rutin untuk para pekerja, jika ada pekerja yang sakit atau mengalami kecelakaan kerja, biaya kesehatannya tidak sepenuhnya ditanggung

oleh pemilik industri. Sebagian besar pekerja mengaku merasa bosan dan suntuk, hal ini menunjukkan pekerjaan tersebut kurang baik bagi kesehatan psikososial pekerja. Untuk pemeliharaan gizi, pemilik tidak menyediakan makanan untuk para pekerja.

Gambar 1.1 Iritasi pada Kulit Tangan Pekerja

Gambar 1.2 Posisi saat Bekerja

1.3.2 Kebiasaan Pekerja Sebelum bekerja pemilik IRT menyerankan pekerja untuk mencuci tangan dengan cuka bukan dengan sabun, hal ini dikarenakan ketika mulai produksi tangan pekerja terasa panas, terutama setelah menggunakan sabun kemudian menggunakan sarung tangan. Saat observasi berlangsung, terdapat pekerja merokok saat bekerja, hal ini sangat berbahaya karena dapat terjadi reaksi rokok dengan bahan-bahan produksi sehingga dapat menimbulkan ledakan atau kebakaran.

1.4

Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Observasi terhadap higiene dan sanitasi IRT yang kami lakukan adalah

berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.223.04.12.2206 tahun 2012 tentang CPPB-IRT.1 Variabel dan komponen penilaian yang digunakan sebagai penilaian terhadap pemenuhan persyaratan higiene dan sanitasi IRT yaitu: 1. Bangunan 2. Fasilitas

1.4.1 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Bangunan Letak bangunan ada di sekitar pemukiman warga. Ruangan produksi tampak sempit, namun mudah dibersihkan. Ruangan produksi terpisah dari gudang dan terdapat tempat istirahat yang sekaligus menjadi mushola bagi pekerjanya. Konstruksinya terbuat dari bahan yang tahan lama. Konstruksinya meliputi lantai yang terbuat dari bahan keramik yang kedap air, kuat dan rata,

tetapi licin terutama ketika banyak ceceran dari cairan yang digunakan untuk penyemprotan menetes sehingga lantai menjadi kotor, licin dan berbahaya akibat cairan kimia dapat terjadi iritasi pada kulit. Dinding atau pemisah ruangan tersusun oleh tembok yang kuat dan permukaan rata, namun kondisinya lembab. Untuk ruangan kerja bagian dalam memiliki atap seperti bangunan rumah, sedangkan untuk di luar kadang memakai terpal, kondisinya kuat, tidak bocor, tetapi kurang bersih. Ventilasi cukup sehingga sirkulasi udara berjalan lancer, sebagian besar pintu pada ruangan tidak ditutup dan digunakan sebagai ventilasi.

1.4.2 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Fasilitas Sumber pencahayaan mengandalkan sinar matahari. Tidak terdapat meja dan kursi untuk memudahkan pekerja melakukan penyemprotan warna atau membuat pola oleh sebab itu posisi bekerja tidak ergonomis sehingga pekerja sering mengeluhkan pegal-pegal pada tangan, bahu dan rasa sakit pada pinggang. Terdapat toilet yang dilengkapi air bersih untuk cuci tangan disertai dengan sabun. Terdapat tempat sampah yang tertutup. Proses produksi ini tidak menghasilkan limbah cair karena cairan berbahan kimia yang disemprotkan selalu habis pakai, maka tidak terdapat saluran pembuangan air limbah (SPAL) serta instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sisa produksi berupa kain bekas dimanfaatkan kembali oleh para pekeja sebagai alas, dan sebagian kain yang gagal dalam proses produksi didaur ulang dari proses pewarnaan kain, sehingga tidak terdapat tempat penampungan limbah padat.

1.5 Alat dan Bahan Produksi 1.5.1 Alat Produksi Seluruh alat yang digunakan saat proses produksi berlangsung dalam keadaan baik, tanpa kerusakan. Alat-alat yang digunakan antara lain: 1. Cetakan dari kertas 2. Alas dari kain sisa produksi yang tidak terpakai 3. Alat semprot/semprotan 4. Kuas dan tempat bahan

1.5.2 Bahan Produksi Bahan yang digunakan selama produksi antara lain: 1. Kain rayon berwarna yang sudah dipotong 2. Bahan semprot yang diracik sendiri oleh pemilik, terdiri dari: a. Kaporit cair b. Cuka 98% c. Soda api d. Emulsi, dalam hal ini pemilik tidak menjelaskan emulsi apa yang digunakan e. Gresita (diperkirakan nama merk bahan kimia) f. Binder atau resin 3. Hiasan berupa campuran lem dan gliter

Gambar 1.3 Alat dan Bahan Produksi

1.5.2.1 Bahan yang Berpotensi Bahaya Bahan-bahan yang disemprotkan pada kain adalah racikan pemilik IRT sendiri, sebagian besar merupakan bahan kimia yang dapat menimbulkan hazard atau bahaya. Pemilik menyebutkan sebelumnya telah beberapa kali melakukan percobaan dengan konsultasi kepada ahli kimia sehingga akhirnya menemukan racikan yang pas. Sebelumnya pemilik mengaku pernah terjadi percikan atau ledakan kecil saat mencampur bahan-bahan tersebut, namun sampai saat ini kadar dan takaran dari bahan-bahan tersebut hanya diketahui oleh pemilik. Pekerja juga melaporkan bahwa terdapat kain sisa sebagai alas atau lap yang sobek akibat terlalu sering terpapar bahan semprotan. Beberapa tahun silam ada komplain terhadap pemilik perusahaan karena pelanggan mengalami iritasi kulit setelah

menggunakan kerudung hasil produksi. Beberapa bahan yang diduga memiliki potensi bahaya antara lain: 1. Soda api Soda api termasuk dalam golongan basa kuat. Bekerja dengan basa kuat harus menggunakan gunakan sarung tangan, kacamata pelindung dan tongkat penjepit Percikan bahan-bahan kimia basa harus segera dicuci dengan sabun dan air atau antidote yang khusus. Jika terhirup dapat menyebabkan iritasi membran mukosa dan saluran napas bagian atas. Jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi kulit dan sangat berbahaya jika terabsorbsi melalui kulit. Kontak dengan mata menyebabkan iritasi mata dan jika tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna.2 2. Lem (Polivinil Asetat) Sinonim atau nama dagangnya adalah acetic acid ethenyl ester, homopolymer; Ethenyl acetate, homopolymer; Acetic acid vinyl ester, polimers; Poly(vinyl acetate). Polivinil asetat ini memiliki risio utama yaitu dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, saluran napas, dan saluran cerna.2 3. Kaporit Kaporit atau klorin dapat merusak lapisan kolagen pada kulit sehingga terjadi proses penuaan melalui perusakan sel. Kaporit merusak lapisan pelindung kulit, menyebabkan kulit terasa ketat dan kering. Kaporit merupakan salah satu pemicu terjadinya keratinisasi kulit. Pada rambut dapat merusak batang rambut dan mengiritasi kulit kepala dan memperburuk kondisi ketombe dan rambut rontok, pada rambut yang mengalami proses kimia seperti pewarnaan,

pengeritingan dan pelurusan (rebonding) akan semakin kering dan mudah patah. Pada mata dapat menyebabkan iritasi dan jika terhirup akan menyebabkan iritasi saluran napas dengan gejala batuk-batuk.3 4. Cuka (Asam Asetat) 98% Cuka 98% dapat berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan secara akut terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh dengan kulit dapat menghasilkan luka bakar dan jika terhirup tersebut akan menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang pada mata ditandai dengan mata kemerahan dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, merah pada kulit. Paparan cuka secara kronis menyebabkan efek mutagenik sel somatik mamalia, mutagenik untuk bakteri dan ragi. Substansi mungkin beracun untuk ginjal, mukosa, selaput, kulit, gigi. Jika terkena zat ini secara berkelanjutan dapat merusak organ saraf. Terkena dalam waktu yang lama dengan zat tersebut dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah, menyebabkan iritasi saluran pernapasan, menyebabkan serangan infeksi bronkus. Cuka juga bereaksi dengan logam untuk menghasilkan gas hidrogen yang mudah terbakar. Hal ini akan memicu pada kontak dengan kalium-tersbutoksida. Uap asam asetat memungkinkan membentuk ledakan campuran dengan udara. Reaksi antara asam asetat dan bahan-bahan seperti 5azidotetrazole, pentafluoride brom, kromium trioksida, hidrogen peroksida, kalium permanganat, natrium peroksida, dan triklorida phorphorus berpotensi

10

menimbulkan ledakan. Reaksi derajat antara klorin trifluorida dan asam asetat sangat keras, kadang-kadang eksplosif.2 5. Resin atau Binder atau Polietilen Tereftalat (PET) Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat yang berfungsi merekatkan komponen komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan pada permukaan suatu bahan (membentuk f ilm). Resin jenis ini secara alamiah polymer-nya sudah cukup besar sehingga film yang terbentuk sekalipun tidak terjadi reaksi kimia sudah cukup kuat dan padat. Resin mengering atau mengeras karena ada reaksi kimia antara komponen udara (oksigen atau air) dengan resin tersebut membentuk molekul-molekul baru yanglebih besar dan saling berikatan satu sama lain. Resin Alkyd atau Natural Oil (atau kombinasi keduanya) mempunyai ikatanrangkap (tak jenuh) dalam struktur molekulnya, oleh karenanya resin ini bersifat reaktif terhadap oksigen, namun pada temperatur ruang raktifitasnya masihkurang, perlu ditingkatkan reaktifitasnya dengan penambahan katalis (dryer) jika akan dipakai. Dalam kondisi normal penggunaan dari produk resin diharapkan tidak menimbulkan bahaya darurat. Bahaya dari debu yang dihasilkan dari resin. Pemanasan kering di atas 383 F (195 C) dapat menyebabkan gas dan uap yang mampu mengiritasi secara kuat. Bahaya utama terhadap kesehatan dapat mengiritasi saluran pernafasan berupa batuk dan penyumbatan, pada kulit lelehan dari resin dapat menyebabkan luka bakar, sedangkan pada mata dapat mengiritasi mata dan menyebabkan kemerahan pada mata.2

11

Gambar 1.4 Kain yang Hancur akibat sering terkena Bahan Semprotan

1.6 Proses Produksi Proses produksi yang berlangsung, berawal dari bahan setengah jadi yaitu kain rayon gulung yang telah dipotong dan diwarnai, setelah itu dilakukan penyemprotan (air brush) sesuai dengan pola pada kertas cetakan, kemudian cetakan diangkat dan ditunggu selama 4 menit hingga warna terangkat.

Kain rayon yang sudah dipotong dan diwarnai

Dilakukan penyemprotan sesuai pola (air brush) 4 menit Gambar manual 5-10 menit Penjemuran 6 jam Pemotongan dan penjahitan packing distribusi Gambar 1.5 Alur Proses Produksi

12

Selanjutnya dilakukan gambar manual dengan kuas dan hiasan dari bahan gliter dal lem selama sekitar 5-10 menit, setelah itu dilakukan penjemuran selama lebih kurang 6 jam. Proses produksi berakhir hingga proses penjemuran, untuk selanjutnya proses pemotongan sisa kain, penjahitan, dan packing dilakukan di tukang jahit.

Gambar 1.6 Proses Penyemprotan (air brush) dan Proses Gambar Manual

Gambar 1.6 Proses Penjemuran

13

1.7 Proses Pemasaran Proses pemasaran atau distribusi dilakukan sendiri oleh pemilik

menggunakan kendaraan pribadi. Target pemasarannya adalah penjual di pasar lokal, pasar daerah luar kota hingga luar negeri .

BAB II PEMBAHASAN

2.1 2.1.1

Hiperkes Pendahuluan Hiperkes merupakan lapangan ilmu dan teknologi beserta prakteknya yang

bersifat multidisipliner dalam pengendalian efek samping kemajuan teknologi dengan tujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam Hiperkes diantaranya:4 1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit umum dan akibat kerja pada tenaga kerja. 2. Pemeliharaan kesehatan dan gizi tenaga kerja. 3. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi serta produktivitas tenaga kerja melalui berbagai aspek.

2.1.2

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit-Penyakit Umum dan Akibat Kerja pada Tenaga Kerja Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap industri rumah

tangga kerajinan kerudung ini, terdapat penyakit yang paling sering pada para pekerja yaitu iritasi pada kulit (dermatitis), iritasi saluran pernafasan (batuk), dan iritasi pada mata (mata perih dan merah). Penyakit-penyakit tersebut dapat disebabkan akibat bahan-bahan produksi yang sebagian besar merupakan bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya atau penyakit tersebut dapat muncul

14

bukan karena bahan produksi tersebut. Selain itu, terdapat penyakit yang muncul akibat posisi kerja yang sama dalam waktu yang lama seperti pegal-pegal pada tangan, bahu dan nyeri pinggang. Dalam hal ini, ketiadaan meja dan kursi mengharuskan pekerja bekerja dalam posisi jongkok dalam waktu yang lama.

2.1.3

Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi Tenaga Kerja Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap IRT kerajinan

kerudung ini, kami menemukan bahwa tidak terdapat pemeriksaan kesehatan rutin, tidak disediakan asuransi kesehatan, APD dan kotak P3K. Pemeliharaan gizi juga tidak dilaksanakan karena tidak disediakan makanan oleh pemilik IRT.

2.1.4

Pemeliharaan dan Peningkatan Efisiensi Serta Produktivitas Tenaga Kerja Melalui Berbagai Aspek Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap industri rumah

tangga kerajinan kerudung ini, kami mendapatkan bahwa tidak ada pembagian kerja bagi para pekerja, semua proses dari awal hingga akhir dilakukan sendiri oleh masing-masing pekerja, ditambah lagi posisi kerja yang monoton menyebabkan kebosanan bagi para pekerja yang akhirnya akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja.

15

16

2.2 2.2.1

Keselamatan Kerja Pendahuluan Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelohannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam keselamatan kerja diantaranya:4 1. Proses produksi. 2. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam produksi. 3. Sistem dan cara kerja di perusahaan dan lingkungan kerja.

2.2.2

Proses Produksi Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap proses industri

rumah tangga kerajinan kerudung ini, kami menemukan bahwa para pekerja berada dalam posisi yang sama secara terus menerus sehingga rentan terhadap penyakit nyeri punggung, pinggang dan bahu.

2.2.3

Peralatan dan Bahan yang Digunakan Dalam Produksi Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap peralatan dan

bahan yang digunakan dalam industri rumah tangga kerajinan kerudung ini, kami menemukan bahan-bahan kimia yang berbahaya terhadap para pekerja antara lain Bahan-bahan yang disemprotkan pada kain adalah racikan pemilik IRT sendiri, sebagian besar merupakan bahan kimia yang dapat menimbulkan hazard atau bahaya. Pemilik menyebutkan sebelumnya telah beberapa kali melakukan

17

percobaan dengan konsultasi kepada ahli kimia sehingga akhirnya menemukan racikan yang pas. Sebelumnya pemilik mengaku pernah terjadi percikan atau ledakan kecil saat mencampur bahan-bahan tersebut, namun sampai saat ini kadar dan takaran dari bahan-bahan tersebut hanya diketahui oleh pemilik. Beberapa bahan yang diduga memiliki potensi bahaya yaitu campuran bahan soda api, lem (Polivinil Asetat), kaporit atau klorin, cuka (Asam Asetat) 98%, dan resin (binder atau Polietilen Tereftalat (PET)), dengan potensi bahaya yang mungkin timbul adalah yang paling ringan dari iritasi kulit, mata dan saluran pernapasan hingga mutasi genetik dan timbulnya kebakaran dari ledakan akibat reaksi kimia.

2.2.4

Sistem dan Cara Kerja di Perusahaan dan Lingkungan Kerja Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap sistem dan cara

kerja di perusahaan dan lingkungan kerja, kami menemukan bahwa suasana lingkungan kerja cukup kondusif terhadap pekerja. Jam masuk, jam keluar dan jam istirahat dibebaskan sehingga menjadi keuntungan tersendiri untuk para pekerja, namun target produksi dari pemilik IRT serta upah yang dipatok per kodi mengharuskan pekerja bekerja lebih giat dan rajin atas kesadaran dan kemauan diri sendiri.

18

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di industri rumah

tangga kerajinan kerudung yang berlokasi di Jalan Bojongasih RT 11 RW 05 Desa Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa: 1. Gambaran umum kesehatan lingkungan industri kerajinan kerudung, ditinjau dari segi higiene dan sanitasi bangunan dan fasilitas yang ada belum cukup baik. 2. Tidak tersedia fasilitas kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja seperti asuransi kesehatan, penyediaan makanan, pemeriksaan kesehatan rutin, penyediaan APD dan P3K. 3. Bahan-bahan yang digunakan untuk kerajinan kerudung sebagian besar merupakan bahan kimia berpotensi menimbulkan reaksi kimia yang bahaya dan dapat menimbulkan penyakit.

3.2

Saran Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka saran yang

dapat kami berikan yaitu: 1. Bagi puskesmas, untuk melakukan edukasi kepada pemilik perusahaan mengenai desain bangunan serta fasilitas yang mendukung proses produksi,

19

bahaya bahan-bahan kimia terutama untuk kesehatan dalam jangka waktu pendek dan panjang, serta kepentingan ketersediaan APD, dan P3K untuk para pekerja. Pengawasan dan kunjungan terhadap industri rumah tangga perlu dilaksanakan secara rutin, terutama menyangkut higienitas perusahan, kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk di dalamnya pemeriksaan kesehatan rutin. 2. Bagi pemilik atau pengelola industri rumah tangga (IRT), agar lebih memperhatikan desain bangunan, penyediaan fasilitas meja dan kursi, serta APD dan P3K. Selain itu, lebih memperhatikan kesehatan para pekerjanya dengan memeriksakan kesehatan secara berkala ke Puskesmas. 3. Bagi peneliti, untuk selanjutnya dapat dilakukan penelitian ke beberapa industri rumah tangga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot, karena hiperkes atau upaya kesehatan dan keselamatan kerja belum menjadi upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas Dayeuhkolot dan sulit dijangkau oleh puskesmas karena jumlahnya yang banyak dan berbagai jenis serta lokasinya di pelosok. Setelah para peneliti mengetahui masalah-masalah yang ada di IRT, dapat dirumuskan pemecahan masalahnya serta dapat menjadi masukan untuk Puskesmas Dayeuhkolot.

DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga. 2. Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI tahun 2012 (resin, lem, asam) 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1999 tentang SyaratSyarat Pengawasan Kualitas Air (kaporit)
4. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta, Rineka Cipta: 2007.

20

LAMPIRAN

Lampiran 1

Gambar yang diambil ketika penulis melakukan intervensi dengan memberikan edukasi kepada pemilik IRT, serta penyerahan APD berupa masker dan kotak P3K.

21

Anda mungkin juga menyukai